ABSTRAK
Peran stakeholders merupakan salah satu hal yang penting dalam mencapai keberhasilan
kebijakan. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai badan usaha yang menjadi wadah bagi
pemerintah desa untuk membangun perekonomian desa membutuhkan partisipasi dan
keterlibatan stakeholder dalam melakukan pengelolaan setiap unit usaha. Desa Mendongan
merupakan salah satu desa yang memerlukan perhatian dalam pengelolaannya karena kurangnya
dukungan dan kontribusi dari stakeholder terkait. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
peran stakeholders dengan cara melakukan stakeholders mapping dalam pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Mitra Sejahtera Desa Mendongan, Kecamatan Sumowono,
Kabupaten Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa terdapat peran stakeholders yang dikelompokkan menjadi empat, yakni
policy creator, koordinator, fasilitator, dan implementor. Hasil analisis peran menunjukkan
bahwa pelaksanaan prinsip kooperasi, partisipasi, independensi, kewajaran dan kesetaraan masih
kurang baik. Hasil stakeholders mapping dengan menggunakan Value Orientation Mapping
menunjukkan bahwa stakeholders yang terlibat, yakni Pemerintah Desa Mendongan, Manager /
Kepala BUMDes Mitra Sejahtera Desa Mendongan, masyarakat Desa Mendongan beserta staf
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Semarang, Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang.
Kata Kunci : Peran Stakeholders, Stakeholders Mapping, BUMDes
ABSTRACT
The role of stakeholders is one of the important things in achieving policy success. Village-
Owned Enterprises (BUMDes) as a business entity that becomes a forum for village governments
to build the village economy requires the participation and involvement of stakeholders in
managing each business unit. Mendongan Village is one of the villages that need attention in its
management because of the lack of support and contributions from related stakeholders. This
research was conducted to determine the role of stakeholders by mapping stakeholders in the
management of Mitra Sejahtera Village-Owned Enterprises (BUMDes) in Mendongan Village,
Sumowono District, Semarang Regency. The approach used is descriptive qualitative with
observation data collection techniques, interviews, documentation, and literature study. The
results of this study prove that there are roles of stakeholders which are grouped into four,
namely policy makers, coordinators, facilitators, and implementers. The results of the role
analysis show that the application of the principles of cooperation, participation, independence,
justice, and equality is still not good enough. The results of stakeholder mapping using the Value
Orientation Mapping show that the stakeholders involved are the Mendongan Village
Government, the Management / Head of the Mitra Sejahtera BUMDes in Mendongan Village,
the Mendongan Village community and staff of the Semarang Regency Community Service and
Village Empowerment, Semarang City Government and Semarang Regency Regional
Government
Keywords: The Roles Of Stakeholders, Stakeholder Mapping, Village-Owned Enterprises
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
melaksanakan pengentasan kemiskinan yang desa. Salah satunya di Provinsi Jawa
memerlukan peran banyak pihak atau aktor. Tengah, berikut data BUMDes di Jawa
Tengah.
Pengentasan Kemiskinan dalam SDGs
Data BUMDes Provinsi Jawa Tengah Tahun
2016-2019
Jenis Tahun
Jumlah
1993 2230 2511 3166
BUMDes
3
Kabupaten Semarang terdapat badan Kredit Barang dan BPSPAM/PAMSIMAS
yang fokus pada perkembangan usaha, salah yang masih terus berjalan walapun pandemi
satunya Badan Usaha Milik Desa dan terdapat publikasi dari
(BUMDes) yang terbagi menjadi Badan (UNGARANNEWS.COM, 2020) bahwa
Usaha Milik Desa Bersama dan Badan BUMDes “Al Auna” Kec. Bancak memiliki
Usaha Milik Desa yang terdapat dalam usaha Pengelolaan Air Minum Pamsimas,
Laporan Keuangan BUMDes Bersama Persewaan Traktor, Pinjaman, toko sembako
Kabupaten Semarang Dinas Pemberdayaan yang masih berjalan, sedangkan BUMDes
Masyarakat dan Desa Kabupaten Semarang “Mitra Sejahtera” Desa Mendongan
(2019). Kecamatan Sumowono memiliki usaha
Dari laporan keuangan BUMDes toserba, simpan pinjam, dan pengelolaan
Kabupaten Semarang tahun 2019 terdapat sampah.
16 BUMDes diantaranya 15 BUMDes dan 1 Dalam publikasi (Sigit Adrianto/Jawa
BUMDes Bersama. Selain itu, terdapat 3 Pos Radar Semarang, 2017) bahwa Bapak
(tiga) BUMDes yang memiliki angka Ghozali selaku sekretaris desa bahwa
terendah dari indikator angka kesehatan pengelolaan sampah ini masih perlu adanya
UPK, kepatuhan, dan kinerja, yakni partisipasi masyarakat, pendampingan dari
BUMDes “Bkad Suruh” Kec. Suruh, dinas terkait, dan pendanaan. Selain itu,
BUMDes “Al Auna” Kec. Bancak, dan BUMDes Mitra Sejahtera Desa Mendongan
BUMDes “Mitra Sejahtera” Kec. terdampak pandemi COVID-19, usaha
Sumowono. toserba BUMDes Mitra Sejahtera Desa
Pada tahun 2020 ini terjadi pandemi Mendongan yang dibuat dan mendapat
COVID-19 yang secara otomatis bantuan dari salah satu stakeholder yang
mengakibatkan segala aspek kehidupan membantu usahanya namun tidak
terdampak terutama aspek ekonomi. Hal ini memperpanjang kontrak, seperti Tokopedia.
berdampak pada BUMDes yang memiliki Hal ini menggiring pemikiran penulis
usaha guna meningkatkan perekonomiaan bahwa permasalahan dalam pengelolaan
desa. Dalam skripsi Ulya (2020) bahwa BUMDes Mitra Sejahtera Desa Mendongan
BUMDes “Bkad Suruh” Kec. Suruh Kecamatan Sumowono menjadi menarik
memiliki usaha Koperasi, Pengadaan untuk dikaji untuk mengetahui bagaimana
Sembako/BNPT, Persewaan Alsinta/Molen, peran stakeholders dan stakeholders
4
mapping dalam pengelolaan BUMDes Mitra antara lain: Kepala Desa Mendongan,
Sejahtera Desa Mendongan Kecamatan Manager / Kepala BUMDes Mitra
Sumowono. Sejahtera Desa Mendongan, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
B. Perumusan Masalah Kabupaten Semarang, Pemerintah Daerah
1. Bagaimana analisis peran stakeholders Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah
dalam pengelolaan BUMDes Mitra Daerah Kabupaten Semarang, dan
Sejahtera Desa Mendongan, Kecamatan Masyarakat Desa Mendongan. Peneliti
Sumowono, Kabupaten Semarang? mengumpulkan data melalui wawancara
2. Bagaimana stakeholders mapping dalam terstruktur, observasi terstruktur, dan
pengelolaan BUMDes Mitra Sejahtera studi dokumen. Penelitian ini melakukan
Desa Mendongan, Kecamatan pengujian validitas data menggunakan
Sumowono, Kabupaten Semarang? triangulasi sumber data dan triangulasi
teknik.
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran E. Tinjauan Pustaka
stakeholders dalam pengelolaan 1. Administrasi Publik
BUMDes Mitra Sejahtera Desa
Menurut Chandler dan Plano dalam T.
Mendongan, Kecamatan Sumowono,
Keban (2004:3), administrasi publik adalah
Kabupaten Semarang.
suatu proses dalam mengelola sumber daya
2. Mengetahui dan menganalisis
dan dilakukan pengorganisasian dan
stakeholders mapping dalam pengelolaan
pengkoordinasiann terhadap publik untuk
BUMDes Mitra Sejahtera Desa
diformulasikan, diimplementasikan, dan
Mendongan, Kecamatan Sumowono,
dikelolanya keputusan yang ada pada
Kabupaten Semarang.
kebijakan publik.
kualitatif dengan jenis deskriptif dan merupakan suatu kerjasama kolektif dalam
5
memainkan peran penting dalam langsung atau melalui lembaga yang
merumuskan kebijakan publik, sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan
proses politik sangat berbeda dengan menurut Chandler dan Plano dalam (T.
administrasi swasta, tetapi memiliki koneksi Keban, 2004:60) terdapat pernyataan bahwa
dengan kelompok swasta dan individu untuk kebijakan publik adalah menggunakan
memberikan layanan kepada masyarakat. sumber daya yang ada untuk menyelesaikan
masalah publik atau pemerintah.
Menurut definisi David H. Rosenbloom
Menurut Thomas R Dye yang dikutip
dalam (T. Keban, 2004:6), administrasi
oleh Islamabad dalam (Wismayanti, 2016)
publik mengacu pada penggunaan teori dan
kebijakan publik diartikan sebagai segala
prosedur manajemen, politik dan hukum
sesuatu yang dipilih atau tidak dilakukan
untuk merealisasikan tugas pemerintah di
oleh pemerintah. Definisi tersebut
bidang legislatif, administratif dan yudikatif
menegaskan bahwa kebijakan publik
untuk mengatur dan menyediakan layanan
merupakan perwujudan dari "tindakan",
2. Kebijakan Publik bukan sekadar ungkapan keinginan
Menurut David Easton dalam Dye pemerintah atau pejabat publik.
dalam (Subarsono, 2005:3), dari sudut
pandang David Easton, ketika pemerintah 3. Tahap Kebijakan Publik
membuat kebijakan publik, pemerintah
Tahapan kebijakan publik yang
memberikan nilai kepada masyarakat karena
dikemukakan oleh William Dunn dalam
setiap kebijakan mengandung seperangkat
(Winarno, 2012:36-37) terdiri atas :
nilai. Menurut Harrold Laswell dan
Abraham Kaplan dalam (Subarsono, a. Tahap penyusunan agenda
2005:3), kebijakan harus memiliki tujuan Para aktor yang terkait dan terpilih
dan nilai dalam setiap praktik yang membahas masalah-masalah dalam
bermanfaat bagi masyarakat. agenda publik. Sebelumnya, isu-isu yang
Menurut Wall (Tangkilisan) yang ada dipilih sebelum masuk dalam
dikutip dalam (Taufiqurokhman, 2014:4) agcenda kebijakan, kemudian diputuskan
bahwa kebijakan publik adalah sejumlah oleh pengambil keputusan. Pada tahap ini
kegiatan pemerintah yang bertujuan untuk masih ada beberapa masalah yang
menyelesaikan masalah sosial secara
6
ditunda, dibahas dan tidak dibahas dirumuskan mencapai efek yang
samma sekali. diinginkan (yaitu mengatasi
b. Tahap formulasi kebijakan permasalahan yang dihadapi masyarakat).
Dalam merumuskan kebijakan, pelaku Dapat disimpulkan bahwa tahapan
akan memilih alternatif atau pilihan kebijakan publik yang digunakan dalam
kebijakan dan merumuskan kebijakan penelitian ini adalah semua tahap kebijakan.
untuk mengatasi permasalahan yang ada. Karena peran stakeholders ada dalam proses
Setelah itu, para aktor akan mengikuti kebijakan di semua tahap kebijakan.
kompetisi dan mencoba menghasilkan
suatu kebijakan untuk menyelesaikan 4. Jejaring Kebijakan
masalah tersebut. Menurut Dubini dan Aldrich dalam
c. Tahap adopsi kebijakan Faidal dalam Anggara (2014:195) digunakan
Alternatif atau pilihan kebijakan yang untuk mengetahui hubungan antara individu
diputuskan oleh para pelaku kebijakan satu dengan lainnya, antar kelompok satu
akan dipilih sebagai alternatif terbaik dan dengan kelompok lainnya, dan antar
diadopsi dengan dorongan dari berbagai organisasi.
instansi, lembaga dan pelaku terkait Menurut (Suwitri, 2007) dalam bukunya
lainnya. menekankan bahwa jejaring kebijakan
d. Tahap implementasi kebijakan berbeda dengan partisipasi. Jejaring
Setelah alternatif atau pilihan-pilihan kebijakan tidak hanya membutuhkan
yang dipilih dan diadopsi. Kemudian partisipasi dan partisipasi partisipan sebagai
dilaksanakan dengan memanfatkaan partisipan, tetapi juga membutuhkan
sumberdaya yang ada semaksimal partisipan atau hubungan timbal balik antar
mungkin. Dalam pelaksanaan kebijakan partisipan dalam kerangka good governance
akan banyak kepentingan yang terlibat yang terdiri atas pemerintah, swasta, dan
dan kebijakan pun ada yang di dukung masyarakat.
dan tidak didukung oleh implementor.
e. Tahap evaluasi kebijakan 5. Peran Stakeholder
Pada tahap ini, kebijakan yang diterapkan Menurut Munawaroh dalam Murib
akan dievaluasi atau dievaluasi untuk (2021:44) berpendapat bahwa stakeholder
memahami sejauh mana kebijakan yang merupakan aktor yang menerima dan
7
memberikan pengaruh, serta mempunyai stakeholder satu dengan aktor lain yang
kepentingan dalam suatu program / berkaitan dalam proses kebijakan /
kebijakan yang keahliannya mampun program.
memberikan pengaruh. Menurut Maryono et 3. Fasilitator, yakni stakeholder yang
al. dalam (Yosevita, 2015:25-26) bahwa memiliki peran dalam memberikan
stakeholder dibedakan menjadi tiga fasilitas dan memberikan kecukupan
kelompok, yaitu: kebutuhan kelompok yang menjadi
1. Stakeholder primer merupakan sasaran.
stakeholder yang menerima dampak 4. Implementor, yakni stakeholder yang
dari suatu kebijakan / program dan memiliki peran melaksanakan kebijakan
mempunyai kepentingan langsung / program yang termasuk kelompok
dalam kebijakan / program terkait. sasaran di dalamnya.
2. Stakeholder kunci merupakan 5. Akselerator, yakni stakeholder yang
stakeholder yang mempunyai memiliki peran untuk melakukan
kewenangan dalam mengambil mempercepat dan pemberi kontribusi
keputusan secara legal. supaya suatu kebijakan / program
3. Stakeholder sekunder / pendukung terlaksana tepat sasaran dan lebih cepat
merupakan pemangku kepentingan yang tercapainya.
memberikan fasilitas dalam
mengembangkan kebijakan / program 6. Teknik Stakeholders Mapping
dan dapat mempengaruhi dalam Teknik Value Orientation Mapping
pengambilan keputusan. Model ini dibuat oleh The Victorian
Menurut Nugroho (2014) peran Department of Primary Industries pada
stakeholders diklasifikasikan menjadi 5 tahun 2007 (Kennon dalam Modul Pelatihan
(lima), diantaranya : Analis Kebijakan Lembaga Administrasi
1. Policy creator, yakni aktor yang Publik, 2015). Menurut Kennon terbagi
memiliki peran mengambil dan empat langkah yang terdiri atas :
menentukan keputusan dalam kebijakan a. Identifikasi: pendataan kelompok,
/ program. orgranisasi, dan orang yang relevan.
2. Koordinator, yakni aktor yang memiliki b. Analisis: mengetahui sudut pandang dan
peran melakukan koordinasi antara ketertarikan pemangku kepentingan.
8
Stakeholder Mapping-Analysis bedakan sesuai prinsip manajemen dengan
menggunakan ilmu yang ada gunu
menggapai tujuan yang telah ada
sebelumnya untuk dicapai.
Adapula dari (Ibnu, 2008) pengelolaan
adalah suatu cara atau proses mengelola dan
digunakan untuk melakukan perumusan
kebijakan dan tujuan yang telah ditetapkan
suatu lembaga dan memberi pengawasan
c. Pemetaan
kepada pelaksana suatu kebijakan dan tujuan
Pemetaan aktor menggunakan Value yang ingin dicapai.
Menurut Departemen Pendidikan
Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem
Pembangunan (PKDSP) (2007) pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa perlu dilaksanakan
dengan mengacu pada beberapa prinsip
Badan Usaha Milik Desa, diantaranya:
1. Kooperasi
d. Tetapkan prioritas: tentukan skala Adanya kerjasama yang baik dari semua
relevansi pemangku kepentingan dan komponen yang terlibat agar dapat
identifikasi masalah. mengembangkan demi keberlanjutan
suatu usaha.
7. Pengelolaan BUMDes 2. Partisipasi
Menurut Nugroho (2003:119) Para aktor yang terlibat dalam suatu
mengemukakan bahwa pengelolaan kebijakan perlu memberikan dukungan
merupakan berasal dari kata kelola dan dan kontribusi yang mampu mendorong
mengacu pada pengurusan dan penanganan kemajuan usaha BUMDes terutama
akan sesuatu guna mencapai tujuan yang adanya dukungan dari masyarakat dan
telah ditentukan yang ingin dicapai, peran pemerintah.
sedangkan Terry (2006) menyatakan bahwa
pengelolaan merupakan proses dibeda-
9
3. Emansipatif Lembaga atau organisasi harus memiliki
Para aktor yang terlibata dalam inisiatif untuk memberi tahu
pengelolaan Badan Usaha Milik Desa permasalahan baik dari peraturan
harus diperlakukan adil tanpa perundang-undangan juga untuk
memandang suku, ras, agama, dan lain- pengambilan keputusan dengan yang
lain. bersangkutan.
4. Transparan 2. Akuntabilitas (accountability)
Lembaga ekonomi yang ada di desa Lembaga atau organisasi dapat
terutama Badan Usaha Milik Desa harus mempertanggungjawabkan setiap hal
menerapkan nilai kejujuran dan yang dilakukan dengan menerapkan
keterbukaan. keterbukaan baik kegiatannya maupun
5. Akuntabel peran stakeholders yang terlibat guna
Segala aktivitas yang dilakukan harus menciptakan kualitas kinerja yang
dapat dipertanggungjawabkan, seperti berkelanjutan.
didirikan dan dikelolanya Badan Usaha 3. Responsibilitas (Responsibility)
Milik Desa yang merupakan bukti Lembaga atau organisasi harus taat akan
bahwa adanya pembangunan pada aspek undang-undang dan melakukan
ekonomi yang dilakukan secara pelaksanaan akan tanggung jawab
akuntabel. kepada publik
6. Sustainable 4. Independensi (Independency)
Kegiatan usaha harus dapat Lembaga atau organisasi perlu adanya
berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh kemandirian, tidak dominasi dari pihak
masyarakat dalam Badan Usaha Milik manapun, dan tidak terintervensi oleh
Desa. pihak lain.
Menurut Komite Nasional Kebijakan 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Governance (2006) terdapat Pedoman Lembaga atau organisasi perlu
Umum Good Corporate Governance (GCG) memperhatikan kepentingan
Indonesia yang dapat digunakan dalam stakeholder satu dengan stakeholder
pengelolaan BUMDes sebagai berikut: lainnya.
1. Transparansi (Transparency)
10
F. Hasil dan Pembahasan stakeholders sekunder / pendukung, yakni
1. Peran Stakeholders Dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang,
Pengelolaan BUMDes Mitra Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah,
Sejahtera Desa Mendongan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
Semarang
Pengelompokkan stakeholders
Pada penelitian ini, peneliti berdasarkan peran terbagi menjadi 4
menggunakan teori pengelompokkan (empat), diantaranya policy creator, yakni
stakeholders yang dikemukakan oleh Kepala Desa Mendongan; koordinator, yakni
Maryono (2005) dalam (Yosevita, 2015:25- Kepala Desa Mendongan dan Manager /
26) dan peran stakeholders yang Kepala BUMDes Mitra Sejahtera Desa
dikemukakan oleh Nugroho (2014), serta Mendongan; fasilitator, yakni Kepala Desa
prinsip-prinsip dalam pengelolaan BUMDes Mendongan, Dinas Pemberdayaan
yang tertera dalam Peraturan Daerah Masyarakat dan Desa Kabupaten Semarang,
Kabupaten Semarang Nomor 17 Tahun 2016 Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah,
Tentang Pendirian Dan Pengelolaan Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang,
Usaha Milik Desa Dan Badan Usaha Milik dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Desa Bersama dan Pedoman Umum Good Semarang; dan implementor, yakni Kepala
Corporate Governance (GCG) Indonesia Desa Mendongan, Manager / Kepala
(2006) menurut Departemen Pendidikan BUMDes Mitra Sejahtera Desa Mendongan,
Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pembangunan (PKDSP) (2007). Kabupaten Semarang, dan Masyarakat Desa
Mendongan.
Pengelompokkan stakeholders dibagi
menjadi 3 (tiga) stakeholders, diantaranya Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes
stakeholders primer, yakni Manager / Mitra Sejahtera Desa Mendongan yang
Kepala BUMDes Mitra Sejahtera Desa peneliti gunakan, diantaranya prinsip
Mendongan, Masyarakat Desa Mendongan, kooperasi yang terdapat kerjasama
dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan stakeholders kurang efektif dikarenakan
Desa Kabupaten Semarang; stakeholders hanya terdapat kerjasama stakeholders
kunci, yakni Kepala Desa Mendongan; dan primer saja, pengaduan dan penyelesaian
11
konflik / masalah dalam pengelolaan melakukan pemetaan, dan menentuan
BUMDes Mitra Sejahtera Desa Mendongan
prioritas.
sudah baik dan terdapat beberapa cara, serta
pelaksanaan tanggung jawab sosial terhadap 1. Identifikasi stakeholders untuk
masyarakat dalam pengelolaan BUMDes mengetahui stakeholders yang masih
Mitra Sejahtera Desa Mendongan dapat aktif dan pernah terlibat, diantaranya
dikatakan sudah baik. Setiap stakeholders Pemerintah Desa Mendongan, Manager
melaksanakan tanggung jawab sosial / Kepala BUMDes Mitra Sejahtera Desa
terhadap masyarakat sesuai dengan keahlian Mendongan, masyarakat Desa
dan tugasnya masing-masing namun masih Mendongan beserta staf, Dinas
mengalami kendala yang mana kebutuhan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
masyarakat Desa Mendongan masih belum Kabupaten Semarang, Pemerintah Kota
terpenuhi dan belum tergeraknya masyarakat Semarang dan Pemerintah Daerah
untuk terlibat; partisipasi, independensi Kabupaten Semarang, Dinas Koperasi,
(independency), dan kewajaran dan Usaha Mikro, Perindustrian dan
kesetaraan (fairness). Perdagangan Kabupaten Semarang,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
2. Stakeholders Mapping Dalam
Semarang, Badan Permusyawaratan
Pengelolaan BUMDes Mitra
Desa (BPD), Kecamatan Sumowono,
Sejahtera Desa Mendongan,
dan Tokopedia.
Kecamatan Sumowono, Kabupaten
2. Analisis dengan 5 (lima) kriteria, yakni
Semarang
kontribusi (value) hanya ada dari Kepala
Pada penelitian mengenai stakeholder Desa Mendongan, Manager / Kepala
mapping dalam pengelolaan BUMDes Mitra BUMDes Mitra Sejahtera Desa
Mendongan, serta Pemerintah Daerah
Sejahtera Desa Mendongan, peneliti
Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah
menggunakan teori The Victorian Daerah Kabupaten Semarang berupa
Department of Primary Industries. dana dan masyarakat yang mulai merasa
memiliki tanggungjawab, legitimasi
Stakeholders mapping memiliki 4 (empat)
berupa pengesahan undang-undang dan
langkah, yakni identifikasi, analisis, penerimaan dari masyarakat, kemauan
12
stakeholders untuk terlibat sudah menjadi barang ekonomis di BUMDes
mempengaruhi keberjalanan setiap unit Mitra Sejahtera Desa Mendongan.
yang ada di BUMDes, pengaruh
stakeholders yang mendorong partisipasi G. PENUTUP
stakeholders terlibat, dan derajat Kesimpulan
keperluan stakeholders untuk terlibat
Identifikasi stakeholders dalam
yang masih sangat dibutuhkan baik
pengelolaan BUMDes Mitra Sejahtera Desa
mendorong pengelolaan BUMDes dan
Mendongan diklasifikasikan menjadi 3
partisipasi stakeholders lain.
(tiga), diantaranya :
3. Pemetaan berdasarkan 5 (lima) kriteria
dalam langkah analisis bahwa Kepala 1. Stakeholder primer, yakni Kepala
karena menjadi stakeholder utama yang dan Kasi. Ekonomi Desa Dinas
Desa Mendongan, dan isu yang sering 2. Stakeholder kunci, yakni Kepala Desa
untuk terlibat langsung dalam kegiatan tugas, yakni memberikan nasihat kepada
13
pelaksanaan kegiatan pengelolaan menghubungkan antar stakeholders
BUMDes Mitra Sejahtera Desa terkait dengan bantuan Kepala Desa
Mendongan terutama menetapkan Mendongan yang mana BUMDes Mitra
kebijakan pengembangan kegiatan Sejahtera Desa Mendongan masih
usaha BUMDes Mitra Sejahtera Desa bergantung kepada Pemerintah Desa
Mendongan. sehingga dibantu oleh Kepala Desa
3. Stakeholder sekunder / pendukung, Mendongan walaupun hal ini menyalahi
yakni Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Peraturan Daerah yang mana BUMDes
Tengah dan Pemerintah Daerah terpisah dengan pemerintah desa.
Kabupaten Semarang yang memiliki 3. Fasilitator, yakni Kepala Desa
kepedulian dengan memberikan modal Mendongan yang mana dana dari
masing-masing 50 juta dan 40 juta APBDes yang disisihkan untuk
walaupun tidak memiliki kepentingan pengembangan kegiatan usaha
langsung. BUMDes, Dinas Pemberdayaan
Stakeholders berdasarkan peran Masyarakat dan Desa Kabupaten
diklasifikasikan menjadi 4 (empat), Semarang yang memiliki tugas untuk
diantaranya : memberikan pelatihan, sosialisasi,
1. Policy creator, yakni Kepala Desa memonitoring dan mengevaluasi setiap
Mendongan selaku penasihat BUMDes kegiatan usaha BUMDes, Pemerintah
dan komisaris yang memiliki tugas Daerah Provinsi Jawa Tengah dan
menetapkan kebijakan, memberikan Pemerintah Daerah Kabupaten
saran dan pendapat dalam Semarang yang memberikan modal
mengembangkan kegiatan di BUMDes awal yang disalurkan melalui APBDes
Mitra Sejahtera Desa Mendongan yang masing-masing 50 juta dan 40 juta, dan
sudah baik. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
2. Koordinator, yakni Manager / Kepala Semarang memberikan sosialisasi dan
BUMDes Mitra Sejahtera Desa tempat sampah terkait usaha
Mendongan yang bertanggungjawab pengelolaan sampah walaupun hanya
kepada Kepala Desa Mendongan atas sekali dan tidak berlanjut; serta
pengelolaan kegiatan usaha BUMDes 4. Implementor, yakni Kepala Desa
Mitra Sejahtera Desa Mendongan dan Mendongan yang memiliki tugas untuk
14
mengendalikan pelaksanaan menyelesaikan permasalahan sudah
pengelolaan BUMDes dan memberikan dilakukan dengan baik dengan berbagai
saran serta pendapat jika ada cara;
permasalahan, Manager / Kepala 2. Prinsip partisipasi yang terdapat
BUMDes Mitra Sejahtera Desa kontribusi dari stakeholders yang
Mendongan yang bertanggung jawab kurang karena kekurangan bantuan dari
atas pengelolaan kegiatan usaha stakeholder terkait, seperti Dinas
BUMDes kepada Kepala Desa Lingkungan Hidup Kabupaten
Mendongan, Dinas Pemberdayaan Semarang dan peran serta aksi
Masyarakat dan Desa Kabupaten masyarakat masih kurang karena
Semarang yang memberikan sosialisasi, kurangnya kesadaran untuk terlibat
pelatihan, monitoring, serta evaluasi namun masih terus diusahakan yang
kegiatan BUMDes, dan Masyarakat mana masyarakat sudah mulai
Desa Mendongan yang terlibat langsung termotivasi dan merasa memiliki
dalam pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab untuk mengelola
barang ekonomis dan pupuk namun BUMDes Mitra Sejahtera Desa
belum terlibat secara efektif dalam Mendongan dengan ikut usaha
pengelolaan sampah. pengelolaan sampah walaupun baru
sebagian masyarakat;
Terdapat 4 (empat) prinsip pengelolaan
3. Prinsip independensi (independency)
yang digunakan dalam Pengelolaan
terdapat dominasi dan pengaruh
BUMDes Mitra Sejahtera Desa Mendongan,
kepentingan stakeholders tidak
diantaranya :
diizinkan dikhawatirkan adanya
1. Prinsip kooperasi terdapat kerjasama Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
yang kurang efektif karena terdapat yang akan menghambat pengelolaan
stakeholder terkait yang belum terlibat BUMDes dan terdapat kesesuaian
dan pelaksanaan tanggung jawab dengan fungsi dan tugas stakeholders
terhadap masyarakat yang masih dalam peraturan yang berlaku walaupun
terkendala karena kurang melibatkan BUMDes Mitra Sejahtera Desa
secara efektif dalam pengelolaan Mendongan; serta
kegiatan usaha walaupun dalam
15
4. Prinsip kewajaran dan kesetaraan 3. Pemetaan berdasarkan 5 (lima)
(fairness) terkait keterbukaan kriteria dalam langkah analisis
stakeholders dalam memberi informasi bahwa Kepala Desa Mendongan
dalam pengelolaan BUMDes Mitra yang paling banyak dipengaruhi oleh
Sejahtera Desa Mendongan sangat stakeholders lainnya karena menjadi
transparan terkait informasi mengenai stakeholder utama yang mengelola
BUMDes Mitra Sejahtera Desa BUMDes Mitra Sejahtera Desa
Mendongan namun perihal kesetaraan Mendongan.
antar stakeholders dalam pengelolaan 4. Menentukan isu, yakni isu prioritas,
BUMDes Mitra Sejahtera masih kurang diantaranya kurangnya peran
memperhatikan kepentingan stakeholders lain dalam pengelolaan
stakeholder satu dengan yang lainnya BUMDes Mitra Sejahtera Desa
justru terkesan mengurusi kepentingan Mendongan, dan isu yang sering
masing-masing. disampaikan, yakni kurangnya
partisipasi masyarakat Desa
Stakeholders Mapping dalam
Mendongan untuk terlibat langsung
Pengelolaan BUMDes Mitra Sejahtera
dalam kegiatan usaha terutama
Desa Mendongan
pengelolaan sampah menjadi barang
Stakeholders mapping dilakukan ekonomis di BUMDes Mitra
melalui 4 (empat) langkah, diantaranya : Sejahtera Desa Mendongan.
16
pengelolaan BUMDes Mitra Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Sejahtera Desa Mendongan terkait Kabupaten Semarang yang memiliki
kerjasama stakeholders, pelaksanaan tugas memonitoring dan evaluasi
tanggung jawab kepada masyarakat, pengelolaan BUMDes Mitra
kontribusi dan peran aksi Sejahtera Desa Mendongan.
masyarakat, memperhatikan 3. Melakukan penguatan kelembagaan
stakeholders satu sama lain, serta agar BUMDes Mitra Sejahtera Desa
mendorong stakeholders lain yang Mendongan dapat mandiri dan tidak
dibutuhkan BUMDes Mitra Sejahtera bergantung kepada Pemerintah Desa
Desa Mendongan, seperti Dinas Mendongan sehingga tidak
Lingkungan Hidup Kabupaten menyalahi Peraturan Daerah
Semarang untuk memberikan Kabupaten Semarang Nomor 17
pelatihan bagi unit pengelolaan Tahun 2016 Tentang Pendirian Dan
sampah, pihak swasta, seperti Pengelolaan Badan Usaha Milik
Tokopedia untuk mempromosikan Desa dan Badan Usaha Milik Desa
barang di toserba, Kecamatan Bersama pasal 9.
Sumowono, Badan Kerjasama Antar
DAFTAR PUSTAKA
Daerah (BKAD), Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), dan Departemen Pendidikan Nasional Pusat
17
BUMDes Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 TENTANG PEDOMAN TATA
2016-2019 Dinas Pemberdayaan CARA PEMBENTUKAN DAN
Masyarakat Desa Kependudukan dan PENGELOLAAN BADAN USAHA
Pencatatan Sipil Provinsi Jawa Tengah. MILIK DESA, Pub. L. No. 7.
(n.d.). Laporan Hasil Rekapan Open
Safitri, F. A., Susilowati, E., & Mahmudah,
Data BUMDes Provinsi Jawa Tengah
S. (2016). Tinjauan Yuridis Terhadap
Tahun 2016-2019.
Pegelolaan Dan Pertanggungjawaban
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi yang Belum Berbadan Hukum (Studi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun Di Kabupaten Semarang). Diponegoro
2015 tentang Pendirian, Pengurusan Law Review, 5(2), 1–17.
Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran http://www.ejournal-
Badan Usaha Milik Desa, Pub. L. No. 4 s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
(2015). TINJAUAN
Modul Pelatihan Analis Kebijakan Lembaga Sigit Adrianto/Jawa Pos Radar Semarang.
Administrasi Publik. (2015). Modul (2017). Kelola Sampah Jadi
Pelatihan Analis Kebijakan. Pusaka Bermanfaat. JAWA POS RADAR
Lembaga Administrasi Negara RI, SEMARANG.
11,12,15,54,186, 187,188. https://radarsemarang.com/2017/12/10/
124731/kelola-sampah-jadi-
Nugroho, R. (2014). Publik Policy. PT. Elex
bermanfaat/
Media Komputindo.
T. Keban, Y. (2004). Enam Dimensi
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
Strategis Administrasi Publik : Konsep,
SEMARANG NOMOR 17 TAHUN
Teori, dan Isu (3rd ed.). Gava Media.
2016 TENTANG PENDIRIAN DAN
http://scholar.google.com/scholar?clust
PENGELOLAAN BADAN USAHA
er=18362607087458713024&hl=en&oi
MILIK DESA DAN BADAN USAHA
=scholarr
MILIK DESA BERSAMA, (2016).
Ulya, N. H. (2020). PERAN KEPALA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DESA DALAM PENGELOLAAN
SEMARANG NOMOR 7 TAHUN
BADAN USAHA MILIK DESA
18
(BUMDes) SEBAGAI UPAYA
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DESA SUKOREJO KECAMATAN
SURUH KABUPATEN SEMARANG.
In Malaysian Palm Oil Council
(MPOC) (Vol. 21, Issue 1).
http://mpoc.org.my/malaysian-palm-
oil-industry/
19
20