HALUSINASI PENDENGARAN
Oleh :
EDWAR RUSDIANTO
21220141
JAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN HALUSINASI
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tangg
apan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusin
asi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu ya
ng sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, pen
glihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.Halusinasi pendengaran merup
akan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,
kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi pe
nghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien men
galami perubahan sensori persepsi, seperti merasakan sensasi palsu berupa su
ara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan, klien merasakan sti
mulus yang sebetulnya tidak ada (Muhith, 2011).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasi
en mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan p
anca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami su
atu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu(Prab
owo, 2014).
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial bud
aya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal ji
ka menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. R
espon adaptif :
Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan l
ingkungan
b. Respon psikosossial
Meliputi :
Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan ganggu
an.
Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penera
pan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca i
ndra
Emosi berlebih atau berkurang
Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan or
ang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pu
n respon maladaptive antara lain :
Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan keny
ataan sosial
Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi ekster
nal yang tidak realita atau tidak ada.
Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari ha
ti.Perilaku tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu d
an diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecela
kaan yang negative mengancam (Damaiyanti,2012).
D. TAHAPAN HALUSINASI
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
a. Tahap I (Sleep Disorder}
Halusinasi bersifat menyenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.Pada t
ahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan b
ersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut.Pada tahap ini pasien
mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas.Individu meng
etahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan
bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang teramati:
Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Respon verbal yang lambat
Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II ( Comforting)
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat bera
t dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijik
kan dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa ke
hilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber
yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman sensorinya d
an menarik diri dari orang lain (nonpsikotik).
Perilaku yang teramati :
Peningkatan kerja susunan saraf otonom yang menunjukkan timbuln
ya ansietasseperti peningkatan nadi, tekanan darah dan pernafasan.
Kemampuan kosentrasi menyempit.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemamp
uan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III ( Condeming)
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasienber
ada pada tingkat ansietas berat.Pengalaman sensori menjadi menguasai p
asien.
Karakteristik: Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawanpengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai di
rinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengal
ami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir (Psikotik)
Perilaku yang teramati:
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasin
ya dari pada menolak.
Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari
ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengik
uti petunjuk.
d. Tahap IV ( Controling Severe Level Of Anxiety)
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietasb
erada pada tingkat panik.Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan
saling terkait dengan delusi. Karakteristik : Pengalaman sensori menakut
kan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa
berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psik
otik).
Perilaku yang teramati :
Perilaku menyerang - teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Amuk, agitasi dan menarik diri.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
e. Tahap V ( Consequering Panis\]k Level Of Anxiety)
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancamandengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman
atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlang
sung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatk
an komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
E . JENIS HALUSINASI
Causa
Isolasi Sosial
F. AKIBAT HALUSINASI
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunga
n. Ini diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang meminta
dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya.( Prabowo, 2014: 134)
G. MEKANISME KOPING
Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus int
ernal. (Prabowo, 2014 :134).
H. PENATALAKSANAAN
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk
mengatasinya, klien harus berusaha melawan halusinasi yang
dialaminya secara internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan,
”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk
dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien
mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu
menghardik halusinasi:
2. Farmokoterapi
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin,
serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana
kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana
mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan
tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh
untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua
alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal.
Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa
klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi
jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan,
dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai
salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis),
sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni
halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur.
2. Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau
suntikan intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 –
100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai
300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu
minggu. Pemberian dapat dilakukan satu kali pada
malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan
secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
3. Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan
koma, keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan
penderita yang hipersensitif terhadap derifat
fenothiazine.
4. Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk,
hipotensi orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat,
konstipasi, amenore pada wanita, hiperpireksia atau
hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya
untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena
depresi susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal,
agitasi, konvulsi, dan perubahan gambaran irama EKG.
Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan
intoksikasi.
2. Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi
menjadi 6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis
parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler setiap 1
– 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma,
penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
3. Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu,
letih, gelisah, gejala ekstrapiramidal atau
pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah
nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang
yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah
bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis
terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau kekakuan,
tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
2. Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya
rendah ( 12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek
samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan interval
pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
3. Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat,
hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat
sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi biasanya
terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping yang
hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan
terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO,
(2008) dalam Pambayun (2015).
J. KEPERAWATAN KELUARGA
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan kel
uarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota kelu
arga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi (Depkes, 2010). Keluarga yang mempunyai anggota keluarga me
nderita gangguan jiwa ( halusinasi ) adalah salah satu sasaran penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dari Upaya Kesehatan Masyarakat di wilayah kerja Puske
smas.
Pelaksanaan keperawatan keluarga di lakukan dengan kunjungan ke rumah k
eluarga pasien jiwa oleh Tim Home Care ( perawatan di rumah) Puskesmas sal
ah satunya adalah perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang diberik
an melalui tahapan proses keperawatan.
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien
dan keluarga.
1) Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara, mel
alui pertanyaan sebagai berikut :
Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?
Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?
Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?
Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenak
kan?
Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan ter
sebut?
Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan terse
but?
Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat ba
yangan tersebut?
2) Tanda dan gejala halusinasi di dapatkan saat observasi :
Tampak bicara atau tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau men
utup telinga
Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Menghidu seperti membaui bau-bauan tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk permukaan kulit
b. Diagnosis Keperawatan Halusinasi
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan (Fitria, 2009) adalah seb
agai berikut:
Risiko tinggi Perilaku Kekerasan.
Perubahansensori persepsi halusinasi.
Harga diri rendah kronis.
DAFTAR PUSTAKA