PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan dan menerapkan konsep kedokteran keluarga pada seorang
ibu menyusui dengan mastitis
II.1. Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu.
Pada jam-jam pertama setelah melahirkan, seorang ibu akan segera
beradaptasi mencakup semua sistem di dalam tubuh. Kebanyakan wanita masa
nifas mempunyai pengalaman sedikit mengalami gangguan rasa nyaman
sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan cenderung lebih tertarik untuk
istirahat, merasakan sakitnya perineum dan belajar tentang bayinya.8
Masa nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :
(1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan
(2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurh alat – alat genital
(3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan
atau tahun.9
II.2. Mastitis
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini
dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi.
Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau
karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga
dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis
tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.10
Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah-pecah, badan demam seperti terserang flu. Namun bila terkena sumbatan
tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara
juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta memerah.
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae, terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka
pada putting susu, sumber bakteri yang paling umum adalah hidung dan
tenggorokan bayi, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah ibu.3
II.2.1. Jenis Mastitis
Menurut (Diah 2010, dalam Khaira, 2013), ada tiga jenis mastitis yaitu (a)
mastitis periductal, (b) mastitis puerperalis, dan (c) mastitis superativa. Ketiga
jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang berbeda.
a. Mastitis Periductal
Muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan
mammary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya
penyumbatan pada saluran di payudara. Menurut Samuel J. Haryono dari
rumah sakit kanker dhaarmais, pada wanita 45 tahun ke atas atau pada
usia memasuki menopause, beberapa pemici reaksi peradangan ialah
perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Factor
penyebab penyumbatan yang utama adalah jaringan yang mati dan air
susu itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran
payudara ini mnyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah
melebarkan saluran dibelakangnya, yang biasanya terletak dibelakang
puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut
mastitis periductal.
b. Mastitis Pueperalis (laktational)
Jenis ini banyak di dapat pada wanita hamil atau menyusui. Menurut
Samuel, sekitar 90% penyebab utama mastitis ialah akibat kuman yang
menginfeksi payudara ibu. Hal ini di karenakan air susu merupakan
media yang subur bagi pertumbuhan berbagai jenis kuman. Jenis kuman
yang paling umum ditemui pada mastitis ini adalah Sthaphyloccocus
Aureus, yang bisa di tranmisi keputing ibu melalui kontak langsung.
c. Mastitis superativa
Jenis ini ialah mastitis yang paling sering ditemui mirip dengan
jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman
Staphyloccocous. Selain itu bias juga disebabkan oleh jamur, kuman
TBC, bahkan sifilis.
II.2.3. Etiologi
Dua penyebab utama mastitis menurut WHO (2003) yaitu: statis ASI dan
infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
berkembang menuju infeksi.
II.2.3.1. Statis ASI
Statis (terhentinya) ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efesien
dari payudara. Hal ini dapat terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak mengisap ASI yang dihasilkan dari
sebagian atau seluruh payudara penyebabnya termasuk kenyutan bayi yang buruk
pada payudara, penghisapan yang tidak efektif, pembantasan frekuensi atau durasi
menyusui dan sumbatan pada saluran ASI.3
II.2.3.2. Infeksi
Infeksi Menurut Sitti (2005) suatu proses infeksi pada payudara yang dapat
menimbulkan reaksi sistemik ibu, misalnya demam, payudara tampak begkak dan
kemerahan dan dirasakan nyeri. Biasanya terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Pengobatan dapat dilakukan dilakukan dengan jalan tidak berhenti
menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau dipompa, jangan pijat, istirahat,
kompres hangat atau dingin, berikan antibiotik dan analgetik serta anjurkan ibu
untuk minum yang banyak.3
II.2.6. Tatalaksana
II.2.6.1. Terapi Suportif
Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu.
Aliran ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena
stasis ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu
dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah.
Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara
yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah,
bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan
bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada
pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI
dari daerah tersebut.
Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau
krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat
membantu melancarkan aliran ASI.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat,
mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga
yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres
hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah
menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi
nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang
membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat
ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih
tergantung pada kenyamanan ibu.10
II.2.7. Pencegahan
Pemerikasaan sadari.
Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan.
Untuk mencegah penyumbatan dan pembengkakan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya.
Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegaah robekan/
luka puting susu.
Minum banyak cairan (air).
Menjaga kebersihan puting susu.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.8
c. Cara kerja
Kapas direndam dengan air masak
Puting susu dibersihkan dengan kapas basah
Kemudian dikeringkan dengan kain yang bersih
Dilakukan pada saat sebelum dan sesudah menyusui.
b) Pengurutan atau Massage
Pengurutan dilakukan dengan tujuan memberikan rangsangan pada
kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi ASI, pengurutan dilakukan
pada pagi dan sore hari, sebaiknya sebelum mandi dan diteruskan dengan
penyiraman yang dilakukan sebelum mandi.
1) Persiapan alat.
Minyak kelapa / olium 10 cc
Pompa susu
Gelas / botol susu.
Air panas dalam baskom.
Air dingin dalam baskom
Handuk bersih / waslap.
2) Cara kerja
Alat – alat disiapkan dekat ibu, cuci tangan dan melakukan
pengurutan.
Kedua telapak tangan diberi Oil.
Buah dada kiri diurut dengan tangan kiri dan buah dada kanan
diurut dengan tangan kanan bila ibu mengerjakan sendiri, bila
dikerjakan oleh Bidan atau Perawat buah dada kiri diurut
dengan tangan kanan dan buah dada kanan diurut dengan
tangan kiri.
Pengurutan dari tengah berputar kesamping, terus kebawah
kerjakan berulang-ulang antara 10-15 kali.
Bagian samping buah dada diurut dari pangkal keputing
dilakukan 10- 15 kali.
Pengurutan bagian bawah buah dada kearah putting dilakukan
15- 20 kali.
Pengetokan dengan buku-buku jari tangan dengan cepat dan
teratur.
Setelah pengurutan diteruskan dengan penyiraman yaitu dengan cara :
Ibu duduk atau berdiri, pakaian bagian atas dibuka punggung
ditutup dengan handuk.
Kom air hangat dan dingin disediakan sebaiknya dikamar
mandi.
Mula-mula disiram air hangat dilakukan dengan cepat sampai
10 kali kemudian cepat diganti dengan air dingin sampai 10
kali penyiraman terakhir dengan air hangat setelah itu ibu
mandi13