“DIABETES MELITUS”
KELOMPOK 6 KELAS B
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................4
I. Konsep Teori Diabetes Melitus.......................................................................................4
A. Definisi........................................................................................................................4
B. Etiologi........................................................................................................................5
C. Patofisiologi.................................................................................................................5
D. Pathway.......................................................................................................................7
E. Manifestasi klinis.........................................................................................................8
F. Komplikasi..................................................................................................................9
G. Penatalaksanaan.........................................................................................................11
H. Penunjang diagnostik.................................................................................................13
II. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................15
A. Pengkajian.................................................................................................................15
B. Diagnosa....................................................................................................................18
C. Intervensi...................................................................................................................18
D. Implementasi.............................................................................................................20
E. Evaluasi.....................................................................................................................21
BAB III PENUTUP..................................................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................................22
B. Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan seperti tanda dan gejala
yang sering muncul yaitu, poliuria, polidipsia, dan polifagia. (Smeltzer, 2017). Berbagai
komplikasi dapat dialami para penderita DM, seperti komplikasi pada semua tingkat sel,
semua tingkatan anatomic dan juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi kaki kemudian
berkembang menjadi luka atau gangren diabetes. Kaki diabetes adalah kelainan tungkai
bawah akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali. Kaki diabetik merupakan salah satu
50% dari semua amputasi non traumatic terjadi pada pasien diabetes. (Ni Putu,
2018)Pada polineuropati sensori perifer simetris, yang terjadi pada kedua kaki dan kedua
tangan. Biasanya, ekstremitas bawah yang terkena pertama karena ekstremitas bawah
mempunyai saraf yang paling panjang diseluruh tubuh (Baradero M., 2018). Sehingga
dari tanda dan gejala dengan komplikasi yang terjadi pada pasien dengan diabetes
mellitus menyebabkan muncul masalah keperawatan kerusakan integritas kulit. (Ni Putu,
2018).
yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya(Clevo & William, 2012). Diabetes
mellitus sangat berpotensi merusak pembuluh darah kecil dan pembuluh darah besar.
Karena terbentuknya zat kompleks yang terdiri dari gula didalam pembuluh darah, maka
pembuluh darah akan menebal dan mengalami kebocoran. Akibatnya, aliran darah
menjadi berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Kurangnya aliran darah
1
menuju saraf akan mengakibatkan kerusakan saraf. Pada penderita diabetes mellitus
terutama yang sudah bersifat kronik (menahun) dapat terjadi gangguan atau komlikasi
(neuropati) yang dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer,
nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitifitas atau mati rasa. Ada tiga
alasan mengapa orang dengan diabetes lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki
yaitu, sirkulasi darah dari kaki ke tungkai yang menurun (gangguan pembuluh darah),
berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf), berkurangnya daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kaki yang mati rasa akan berbahaya karena penderita tidak
diabetes mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal
ini semakin diperparah karena kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular,
mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi ulkus atau borok.
Hal ini dikarenakan tingginya kadar gula dalam tubuh penderita yang menyebabkan
proses penyembuhan luka yang lamban atau sulit apabila terjadi perlukaan terlebih jika
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pembuatan tugas ini bertujuan untuk mengetahui laporan pendahuluan dan asuhan
2
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
keperawatan kerusakan integritas kulit dalam tatanan nyata terhadap klien serta
bedah.
Klien dapat mengatur pola makan, obat, dan aktivitas sehingga Diabetes Mellitus
dapat terkendali
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Pengertian diabetes mellitus berasal dari kata diabetes yang berarti terus mengalir,
dan mellitus yang berarti manis. Kemudian istilah diabetes menjadi sebutan, karena
sering minum dalam jumlah banyak yang disusul dengan sering keluar kembali dalam
jumlah yang banyak. Sebutan mellitus disebabkan air kencing yang keluar manis
mengandung gula. Sampai sekarang penyakit ini disebut sebagai kencing manis atau
metabolic akibat gangguan harmonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau mikrovaskular,
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dengan keadaan abnormal yang
ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. DM merupakan kondisi kronis
yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya
gejala utama yang khas yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar.
(Simatupang, 2018).
4
B. Etiologi
Menurut Sudoyo 2017 DM Tipe 1 adalah Diabetes yang tergantung insulin ditandai
dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor genetik penderita
tidak mewarisi diabtes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
Untuk DM Tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas,
riwayat, dan keluarga. Dikatakan normal jika kadar gula darah < 140 mg/dl, dikatakan
toleransi glukosa terganggu jika 140 - < 200 mg/dl, dikatakan menderita diabetes jika
C. Patofisiologi
yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. Terdapat beberapa jenis diabetes melitus
(DM), diantaranya: diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes gestasional
dan diabetes melitus tipe lain serta Impaired Glukosa Tolerance. Jenis diabetes yang
paling sering ditemukan adalah diabetse tipe 1 dan 2. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan
dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas
sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan
sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel ɑ pulau langerhans. Secara normal,
hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, tapi hal ini tidak terjadi pada penderita
diabetes melitus tipe 1, sekresi glukagon, akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan
5
hiperglikemia, hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. (Clevo & William, 2017)
pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan
menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh
hati. Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor genetik berperan utama.
darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam mengatur kadar glukosa darah
dalam batas normal atau sedikit lebih tinggi kadarnya. Namun, jika sel beta tidak dapat
6
D. Pathway
7
E. Manifestasi klinis
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih,
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan
kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
candida.
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat
8
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak
5. Kelemahan tubuh
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar
utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk
9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia
F. Komplikasi
Menurut Sujono & Sukarmin (2018), komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor,
a. Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali
timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada jaringan
9
pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami
infeksi oleh bakteri dan jamur. Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena
berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan asam
keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil
mengalami syok. Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan mengalami koma
dan kematian.
10
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin
menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk
dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
2. Komplikasi kronik
arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-
c. disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular.
G. Penatalaksanaan
terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
11
upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik
pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
1. Diet
2. Olahraga
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama 30 menit. Adanya
kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke
dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan
menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum
pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah
mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi
glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati
melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk
12
pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk
mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada
saat latihan.
3. Penyuluhan
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
4. Obat-obatan
b. Insulin
- DM tipe I
- DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
- DM kehamilan
- DM operasi
- DM patah tulang
- DM dan underweight
13
H. Penunjang diagnostik
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah menurut Sujono &
1. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl
paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau >140 mg/dl disertai gejala klasik
2. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining atau evaluasi
3. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200
glukosa.
6. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison
darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140
8. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
9. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat digunakan
14
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
2. Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
b. Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan
15
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Pemeriksaan Fisik
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
d. Eliminasi
16
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
f. Neurosensori
g. Kardiovaskuler
batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi
meningkat.
h. Seksualitas
wanita
i. Gastro intestinal
j. Muskuloskeletal
k. Integumen
17
B. Diagnosa
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara aktif,
C. Intervensi
18
tidak berhasil
19
Menjelaskan indikator kelebihan keadaan hiponatrermi
cairan 6. dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul memburu
D. Implementasi
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
20
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
E. Evaluasi
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengharuskan penderitanya untuk selalu memonitor diri akan kondisi kadar gula darah
setiap harinya sesering mungkin. Dari hasil penelitian, dapat ditari k sebuah kesimpulan
hipoglisemia, normal, dan hiperglisemia sebagai salah satu bentuk hasil yang langsung
dapat dicerna dan disimpulkan sendiri oleh penderita. Karena dengan demikian secara
LBG dan HBGI sebagai data pendukung kecenderungan kadar gula darah
penderita.
B. Saran
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan terhadap para pembaca, sehingga
banyak orang yang lebih tau tentang Diabetes Melitus. Selain itu juga dapat mencegah
22
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2018. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2018. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja. Price & Wilson (2019). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care).
Sujono & Sukarmin (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu Sukarmin & Riyadi. 2019. Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas.
Yogyakarta : Graha Ilmu Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2019. ISO Farmakoterapi.
Jakarta: ISF
23