LUPUS)
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
Stroke”. Tujuan dibuatnya tugas ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan.
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan pembuatan tugas kami di
waktu selanjutnya.
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
I. Konsep Dasar penyakit LSE.........................................................................................3
A. PENGERTIAN..........................................................................................................3
B. Etiologi......................................................................................................................4
C. Klasifikasi..................................................................................................................5
D. Patofisiologi...............................................................................................................5
E. Pathway.....................................................................................................................7
F. Manifestasi Klinis......................................................................................................8
G. Penatalaksanaan Medis..............................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................9
I. Komplikasi..............................................................................................................10
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................11
A. Pengkajian...............................................................................................................11
B. Diagnosa..................................................................................................................14
C. Intervensi.................................................................................................................15
D. Implementasi...........................................................................................................18
E. Evaluasi...................................................................................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................................20
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................35
A. Kesimpulan..................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................37
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem imun terbentuk dari sel-sel darah putih, sumsum tulang, dan jaringan
limfoid yang mencakup kelenjar timus, kelenjar limfe, lienm tonsil, serta adenoid.
Diantar sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfotik B (sel
B) dan limfosit T (sel T). kedua sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat dalam
Imunitas mengacu pada respon prduktif tubuh yang spesifik terhadap benda
imunologik terhadap antigen sendiri atau respon yang tidak tepat atau berlebihan
merupakan penyakit yang timbul akibat patahnya toleransi kekebalan diri. Lupus
3
genetik, kelamin (gender), infeksi, sifat autoantigen, obat-obatan, serta faktor
umur.
Menurut Judha, dkk (2015), factor yang meningkatkan risiko penyakit lupus
yakni jenis kelamin, wanita usia produktif lebih berisiko terkena penyakit ini.
Lupus paling umum terdiagnosis pada mereka yang berusia diantara 15-40 tahun.
Ras Afrika, Hispanics dan Asia lebih berisiko terkena lupus. Paparan sinar
matahari juga menjadi faktor risiko lupus. Jenis kelamin, usia, ras, paparan sinar
matahari, konsumsi obat tertentu, infeksi virus Epstein-Barr, paparan zat kimia
berpengaruh terhadap respon vaksin dalam tubuh. Respon vaksin menjadi tidak
B. Tujuan
C. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
autoimun pada jaringan penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri
sendi, dan keletihan. Penyakit ini lebih sering terjadi pada prempuan dari pada
pria dengan faktor 10:1. Androgen mengurangi gejala SLE dan estrogen
organ tubuhnya sendiri, yang dapat merusak organ tersebut dan fungsinya. Lupus
dapat menyerang banyak bagian tubuh termasuk sendi, ginjal, paru-paru seta
jantung (Glade,2013).
bercirikan nyeri sendi (arthralgia), demam, malaise umum dan erythema dengan
penyakit auroimun,tetapi jauh lebih jarang terjadi dan terutama timbul pada
5
secara alternative dengan sediaan enzim (papain 200mg + pangkreatin 100mg +
B. Etiologi
dengan melinitasi plaseta. Sindrom ini dapat bermanifestasi sebagai lesi kulit atau
blok jatung congenital. Faktor genetic mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kerentanan dan ekspresi penyakit SLE.Sekitar 20-30% pada pasien SLE
bahwa banyak gen yang berperan antara lain haptolip MHC terutama HLA-DR2
dan HLA-DR3, komponen komplemen yang berperan pada fase awal reaksi
peningkatan komplomen yaitu : Crg, Cir, Cis, C3, C4 dan C2 serta gen-gen yang
perubahan sistem imun didaerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari sel
keratonosit. SLE juga dapat diinduksi oleh obat tertentu khususnya pada asetilator
lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menyadi
untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini direspon sebagai benda asing
mengandung asam aino L-cannavine dapat mengurangi respon dari sel limfosit T
6
Selain intu infeksi virus dan bakteri juga menyebabkan peningkatan
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses diawali
dengan faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat pula infeksi, sinar
ultraviolet atau bahan kimia. Cetusan ini menimbulkan abnormalitas respon imun
7
- Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
usia prodiktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-
alfa turut terlihat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
8
E. Pathway
9
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis SLE sangat bervariasi, baik dalam keterlibatan organ pada
suatu waktu maupun keparahan manifestasi penyakit pada organ tersebut. Sebagai
dari ringan ke sedang sehingga parah atau bahkan membahayakan hidup. Karena
peningkatan aktivitas penyakit dan remisi klinik sempurna. Pada keadaan yang
sangat jarang, pasien mengalami episode aktif SLE singkat diikuti dengan remisi
lambat.
Gambaran klinis SLE menjadi rumit karena dua hal. Pertama walaupun SLE
dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, tidak semua tanda dan gejala pada
pasien dengan SLE disebabkan oleh penyakit infeksi virus, dapat menyerupai
G. Penatalaksanaan Medis
10
- Mencegah penurunana progresif fungsi organ, mengurangi kemungkinan
penyakit akut, meminimalkan penyakit yang berhubungan dengan kecacatan
dan mencegah komplikasi dari terapi yang diberikan.
- Gunakan obat-obatan antinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan kortikosteroid
untuk meminimalkan kebutuhan kortikosteroid.
- Gunakan krortikosteroid topical untuk manifestasi kutan aktif.
- Gunakan pemberian bolus IV sebagai alternative untuk penggunaan dosis oral
tinggil tradisional.
- Atasi manifestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan dengan obat-obat
antimalarial.
- Preparat imunosupresif (percobaan) diberikan untuk bentuk SLE yang serius
H. Pemeriksaan Penunjang
menujukan berbagai manifestasi paling sering berupa artitis. Dapat juga timbul
manifestasi dikulit, ginjal dan neorologis. Penyakit ini ditandai dengan adanya
periode aktivitas (ruam) dan remisi. SLE ditegakan atas dasar gambaran klinis
sering digunakan adalah antinukelar antibody (ANA, terapi antibody ini juga
dapat ditemukan pada wanita yang tidak menderita SLE. Antibody yang kurang
aktifitas penyakit dapat sulit untuk di diagnosa. Keterlibatan ginjal sering kali
11
anti DNA serta penurunan tingkat komplemen membantu mengarahkan pada
ruam. Antibody fosfolipid dapat timbul tanpa SLE tetapi menandakan resiko
vena atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan
trombositopeni.
AND, SLE, CRP, analyses urin, komplemen 3 dan 4 pada pemeriksaan diagnosis
I. Komplikasi
1. Ginjal
2. System saraf
3. Penggumpalan darah
4. Kardiovaskular
5. Paru-paru
12
7. Kulit
A. Pengkajian
1. Anamnesis
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan
mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala
2. Keluhan Utama
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta
penyakit ginjal atau manifestasi SLE yang serius, atau penyakit autoimun
yang lain.
a. Perlu dikaji yaitu gejala apa yang pernah dialami pasien (misalnya
13
pleuritik, pericarditis, bengkak pada pergelangan kaki, kejang, ulkus
dimulut.
5. Riwayat Pengobatan
7. Pemeriksaan Fisik
a. B1 ( Breath )
b. B2 ( Blood )
bunyi systolic click (ejeksi clik pulmonal dan aorta), bunyi mur-mur.
14
menunjukan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan,siku,jari
kaki dan permukaan ekstensor lengan dibawah atau sisi lateral tangan.
c. B3 ( Brain )
d. B4 ( Bladder )
filtrasi glomelorus)
e. B5 ( Bowel )
Pola makan, nafsu makan, muntah, diare, berat badan dan tinggi badan,
Adapun juga pemeriksaan yang dapat dilakukan pada anggota tubuh seperti:
a. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
b. Kardiovaskuler
kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
c. Sistem Muskuloskeletal
15
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa
d. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa
e. System pernapasan
f. System vaskuler
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
g. System renal
h. System saraf
B. Diagnosa
16
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memasukkan nutrisi karena gangguan pada mukosa
mulut
4. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk karena suatu
penyakit
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi
C. Intervensi
18
15. Kelola pemberian antiemetic
16. Anjurkan banyak minum
17. Pertahankan terapi IV line
18. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik, papilla lidah dan
cavitas oral
4. 1. Activity tolerance
Kelelahan 2. Energy conservation 1. Monitor respon kardiorespirasi
berhubungan dengan 3. Nutritional status energy terhadap aktivitas (takikardi,
kondisi fisik yang Tujuan : Setelah dilakukan disritmai, dyspnea, diaphoresis,
buruk karena suatu tindakan keperawatan pucat, tekanan hemodinamik dan
penyakit selama 2x24 jam kelelahan jumlah respirasi)
pasien teratasi dengan 2. Monitor dan catat pola dan
kriteria hasil : jumlah tidur pasien
1. Kemampuan aktivitas 3. Monitor lokasi ketidak nyamanan
adekuat atau nyeri selama bergerak dan
2. Mempertahankan nutria aktivitas
adekuat 4. Monitor intake nutrisi
3. Keseimbangan aktivitas 5. Monitor pemberian dan efek
dan istirahat samping obat depresi
4. Menggunakan teknik 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
energy konservasi tentang cara meningkatkan intake
5. Mempertahankan makanan tinggi energy
interaksi social 7. Monitor pemberian dan efek
6. Mengidentifikasi faktor samping obat depresi
fisik dan psikologis 8. Instruksikan pada pasien untuk
yang menyebabkan mencatat tanda dan gejala
kelelahan kelelahan
7. Mempertahankan 9. Jelas pada pasien hubungan
kemampuan untuk kelelahan dengan proses penyakit
konsentrasi 10. Dorong pasien dan keluarga
mengekspresikan perasaannya
11. Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan relaksasi
12. Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
13. Batasi stimulasi lingkungan
untuk memfasilitasi relaksasi
19
1. Tissue integrity : Skin
5. Kerusakan integritas and mucous membrane 1. Anjurkan pasien untuk
kulit berhubungan 2. Wound healing primer menggunakan pakaian yang
dengan deficit dan sekunder longgar
imunologi Tujuan : Setelah dilakukan 2. Hindari kerutan pada tempat
tindakan keperawatan tidur
selama 2x 24 jam kerusakan 3. Jaga kebersih dan kering
integritaskulit berkurang 4. Monitor kulit akan adanya
dengan kriteria hasil : kemerahan
1. Intergritas kulit yang 5. Mobilasasi pasien (ubah posisi
baik bisa dipertahankan pasien) setiap dua jam sekali
(sensai, elastisitas, 6. Oleskan lotion atau minyak pada
temperature, hidrasi, daerah yang tertekan
pigmentasi) 7. Monitor status nutrisi pasien
2. Tidak ada luka/lesi pada 8. Monitor status nutrisi pasien
kulit 9. Memandikan pasien dengan
3. Perfusi jaringan baik sabun dan air hangat
4. Menujukkan 10. Kaji lingkungan dan peralatan
pemahaman dalam yang menyebabkan tekanan
proses perbaikan kulit 11. Obsevasi luka : lokas, dimensi,
dan mencegah terjadinya kedalaman luka, karakteristik,
cedera berulang warna cairan, granulasi, jaringan
5. Mampu melindungi kulit nekrotik, tanda infeksi local,
dan mempertahankan formasi traktus
kelembaban kulit dan 12. Ajarkan pada keluarga tentang
perawatan alami luka dan perawatan luka
6. Menunjukkan terjadi 13. Kolaborasi ahli gizi pemberian
proses penyembuhan diet TKT, vitamin, cegah
luka kontaminasi feses dan urin
14. Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril
15. Berikan tekanan pada luka
D. Implementasi
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
20
ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang
diharapkan oleh karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
dari pelaksaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
pemulihan (Nursalam,2011).
E. Evaluasi
untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan
dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2011).
21
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama : Ny.O
Umur : 60 thn
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
B. Pengkajian
1. Keluahan Utama
Klien menggeluh nyeri pada sendi serta kekakuan kaki dan tangan, saat
beraktivitas pasien merasa mudah lelah, pasien merasa demam. Pipi dan leher
Klien mengeluh merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi
dan leher, awalnya lebarnya kecil namun setelah satu minggu lebarnya
23
bertambah besar, demam, nyeri dan terasa kaku seluruh persendian utamanya
Tidak ada
Tidak ada
6. Riwayat Alergi :
Tidak ada
a. Sistem Pernapasan
RR 20x/mnt
Napas dalam terlihat seperti menahan nyeri
b. Sistem Kardiovaskuler
TD 110/80 mmHg
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi
papuler,eritematous dan purpur di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan
berlanjut nekrosis.
c. Sistem Persyarafan
Gangguan psikologis
d. Sistem Perkemihan
Tidak ada
e. Sistem Pencernaann
24
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum
f. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintang pangkal hidung serta pipi
g. Sistem Endokrin
Tidak ada
Tidak ada
i. Sistem integument
SLE
arteri atau pembuluh vena atau pada abortus spontan, bayi meninggal
HB 11gr/dl
25
WBC 15.000/mm
k. Sistim Reproduksi
Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
RR:20x/mnt
3. Nutrisi
5. Eliminasi
Kurang
7. Psikososial
8. Komunikasi
9. Seksual
26
Tidak ada pantangan yang berhubungan dengan nilai dengan keyakinan
pasien
11. Belajar
PemeriksaanPenunjang
a. Hasil Laboratorium
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Rontgen tidak ada kelainan
ProgamTerapi
27
C. Analisa Data
28
↓
Terjadi reaksi
inflamasi
↓
Peningkatan suhu
tubuh
29
Kamis,01-01- Ds : Nyeri pada sendi Genetic, lingkungan, Gangguan
2019/ 15.00 dan bagian hormone, obat integritas kulit
yangmengalami tertentu
kemerahan ↓
Do : TD Produksi autoimun
110/80mmHg, RR berlebihan
20x/mnt, S ↓
38,5C, N 90x/mnt Autoimun menyerang
Kulit kering dan organ tubuh
kemerahan ↓
SLE
↓
Menyerang kulit
↓
Kerusakan integritas
kulit
Gangguan
30
↓
Arthritis
↓
Gangguan mobilitas
fisik
Gangguan
31
D. Diagnosa Keperawatan
32
E. Intervensi
33
Fever treatment :
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitoring suhu sesering mungkin
selama 1x 24 jam suhu tubuh
Kamis / Peningkatan suhu normal dengan NOC : 2. Monitoring warna dan suhu kulit
01-01-19 tubuh berhubungan Thermoregulation Kriteria hasil : 3. Monitoring WBC,Hb dan Hct
11.00 dengan inflamasi a. Suhu tubuh dalam batas 4. Monitoring intake output
normal 5. Beri kompres pada lipatan paha dan axila
b. Nadi dan RR dalam 6. Kolaborasi pemberian
rentang normal Antipireutik
c. Tidak ada perubahan Cairan intravena
warna kulit dan tidak ada
pusing, pasien merasa Temperature regulation :
nyaman 1. Monitoring suhu berkala
2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
34
F. Implementasi Keperawatan
Senin, 01 Nov Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang 1. Pasien mampu menunjukan lokasi
2021 berhubungan meliputi lokasi, karakteristik, lokasi atau durasi, nyeri pada sendi yang mengalami
dengan agen frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus. kemerahan dengan skala nyeri 8
2. Memberikan informasi mengenai nyeri seperti menurun menjadi skla nyeri 3
pencedera
penyebab, berapa lama nyeri dan antisifasi dari atau ringan dengan pencetus pada
ketidak nyamanan nyeri. saat melakukan aktifitas.
3. Mendorong pasien untuk memonitor nyeri dan 2. Pasien dapat mengetahui
menangani nyerinya dengan tepat. penanganan nyeri dengan
4. Memastikan pemberian analgesik dan atau therapifarmakologi (analgesic)
strategi nonfarmakologi (teknik relaksasi nafas dan nofarmakologi (tehnik
dalam). relaksasi nafas dalam.
35
5. Memberikan cairan intravena dan paracetamol di lipatan paha dan axila dan
drip tampak terpasang kompresan
4. Cairan intravena diberikan dan
paracetamol drip terpasang
melalui infusan
G. Evaluasi
36
Ruang : Dahlia Tanggal : 1 November 2021
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD
Senin, 01 Nov Nyeri kronis berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri sendi dan kemerahan pada lutut berkurang
2021 agen pencedera O : Skala nyeri berkurang dari 8 menjadi 3
Pasien tampak riles ditandai dengan hemodinamik stabil
Pasien dapatmelakukan teknik relaksasi nafas dalam
A : Lanjut intervensi 3 dan 4
P : Masalah teratasi sebagian
Senin, 01 Nov Peningkatan suhu tubuh S : Pasien mengatakan masih sedikit pusing dan demam
2021 berhubungan dengan inflamasi O: KU lemah Kesadaran Composmentis Suhu 37,8˚C, akral teraba hangat,
terpasang infus RL 20 tpm dengan triway paracetamol drip
A : Lanjut intervensi treatment regulation
P : Masalah teratasi sebagian
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
autoimun pada jaringan penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri
sendi, dan keletihan.Penyakit ini lebih sering terjadi pada prempuan dari pada
menstruasi, namun tidak dipengaruhi pada derajat yang besar oleh kehamilan
kupu khas dipipi muka. Darah mengandung antibody beredar terhadap IgG dan
lebih jarang terjadi dan terutama timbul pada prempuan. Sebabnya tidak
38
sediaan enzim (papain 200mg + pangkreatin 100mg + vitamin E 10mg) 2 dd 1
kapsul (tan&kirana,2007)
hormonal dan faktor lingkungan. Manifestasi klinik dari penyakit ini dapat
B. SARAN
Saran yang dapat kelompok kami berikan yaitu perlu adanya kompeten dari
untuk menangani kasus Lupus Eritematosus Sistem (LSE), terlebih khusus pada
lansia
39
DAFTAR PUSTAKA
Burn, Catherine E, et all. (2004). Pediatric Primary Care : A Handbook for Nurse
Practitioner. USA : Saunders
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth edition.St. Louis: Mosby Elseiver.
Sutarna, Agus, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (Wong’s
Essentials of Pediatric Nursing).ED.6. Jakarta: EGC
40
41
42