Anda di halaman 1dari 42

Manajemen Asuhan Kebidanan

pada Neonatus, Bayi dan Baita


Septi Indah Permata Sari, SST, M.Keb
A. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir

Pengertian Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir


§ Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan
awal yang dilakukan terhadap bayi setelah berada di
PENGUMPULAN dunia luar yang bertujuan untuk mengetahui apakah
bayi dalam keadaan normal dan memeriksa adanya
DATA DAN penyimpangan/ kelainan pada fisik, serta ada atau

PENGKAJIAN FISIK tidaknya refleks primiti.


§ Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil,
BARU LAHIR biasanya 6 jam setelah lahir.
§ Pada pemeriksaan ini yang paling penting adalah cara
menjaga agar bayi tidak mengalami hipotermi dan
trauma dari tindakan yang kita lakukan.
§ Jangan lupa untuk melakukan inform consent terlebih
dahulu kepada ibu/orang tua bayi, apabila bayi telah
dirawat gabungkan bersama ibunya.
1. Untuk menentukan status kesehatan
2. Mengidentifikasi masalah
Tujuan 3. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana
Pemeriksaan Fisik tindakan

pada Bayi Baru 4. Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu
mendapat tindakan segera.
Lahir 5. Untuk menentukan data objektif dari riwayat
kesehatan klien.
1. Informed Concent.
2. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan .
3. Pastikan pencahayaan baik.
Prinsip 4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka
Pemeriksaan Fisik bagian yang akan diperiksa (jika bayi telanjang
Bayi Baru Lahir pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar)
dan segera selimuti kembali dengan cepat.
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
§ Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan
pengkajian pada bayi baru lahir antara lain: faktor
lingkungan, faktor genetic, faktor ibu/maternal, factor
perinatal. Peralatan dan perlengkapan yang perlu
dipersiapkan antara lain:
1. Tempat tidur pemeriksaan
2. Stetoscope
3. Termometer
Pengkajian Fisik 4. Pita pengukur

Bayi Baru Lahir 5. Timbangan bayi


6. Sarung tangan
7. Penunjuk waktu/jam
8. Lampu
9. Sabun
10. Handuk
11. Air mengalir
A. Pengkajian segera BBL
1. Penilaian, Nilai kondisi bayi :

Prosedur § Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?

Pelaksanaan § Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?


§ Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?
B. Pemeriksaanfisik
Langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi :

1. Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar
kepala yang dalam keadaan normal berkisar 32-37 cm,
lingkar dada 34-36 cm, panjang badan 48-52 cm, berat
badan bayi 2500-4000 gram.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a) Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir


bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan. Suhu
bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50
C pada pengukuran diaxila.

b) Nadi, Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140


kali permenit.

c) Pernafasan, Pernafasan pada bayi baru lahir tidak


teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernafasannya bervariasi dari 40 sampai 60 kali
permenit.
3. Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe)

Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai


dari:

a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat
tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.

Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi


akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat
terjadi akibat dehidrasi.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput
suksedaneum, cephalhematoma, perdarahan subaponeurotik
/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan
congenital seperti :anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
1) Anencefali: tidak ada tulang tengkorak
2) Encefalokel: tidak menutupnya fontanel occipital
3) Fontanel anterior menutup: 18 bulan
4) Fontanel posterior: menutup 2 – 6 bulan
5) Caput succedeneum: berisi serosa , muncul 24 jam
pertama dan hilang dalam 2 hari
6) Cepal hematoma: muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3
minggu
§ Distribusi rambut dan warna
Jika rambut berwarna/kuning dan gampang tercabut
merupakan indikasi adanya gangguan nutrisi.
§ 4. Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari
bagian frontalkebagian occipital.
b) Telinga
1) Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
pada bayi cukup bulan dengan melipat daun telinga,
apabila lama baru kembali keposisi semula
menunjukkan tulang rawan masih lunak.
2) Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas.
3) Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi
yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
4) Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini
dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
5) Starter refleks : tepuk tangan dekat telinga, mata akan
berkedip
c) Mata
§ Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang
belum sempurna.
§ Periksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan
tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan
pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu
pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang
ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang
dapat mengindikasikan adanya defek retina.
§ Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
§ Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi
mengalami sindrom down.
d) Hidung atau mulut

1) Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya


harus rata dan simetris. bibir dipastikan tidak adanya
sumbing dan langit-langit harus tertutup.

2) Reflek hisaf bayi harus bagus, dan berespon terhadap


rangsangan.

3) Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan


lebarnya harus lebih 2,5 cm.

4) Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut


harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi
jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
e) Leher
1) Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan
tebal.
2) Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas
kromosom.
3) Periksa kesimetrisannya.
4) Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
5) Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis, lakukan perabaan
untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.
6) Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
7) Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang
leher menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21.
f) Dada

1) Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat


dan simetris.

2) Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan


terlihat membesar, karena pengaruh hormone wanita
dari darah ibu.

3) Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas.


Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika

4) Pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen


bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
g) Bahu, lengan dan tangan

1) Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika


gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur.

2) Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau


sidaktili.

3) Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan


yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas
kromosom, seperti trisomi 21.

4) Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat


terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka
dan perdarahan.
h) Perut

§ Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis,


perdarahan tali pusat.

§ Perut harus tampak bulat dan bergerak secara


bersamaan dengan gerakan dada saat beernafas.

§ Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung


kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut
yang membuncit kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor lainnya.

§ Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis


vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus
persisten.
i) Kelamin

1) Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan


smegma (kelenjar kecil yang terletak dibawah prepusium
mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan.
2) Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris.
Klitoris normalnya menonjol.
3) Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon
ibu disebut juga psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai
hymen.
4) Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan
kedua testis turun kedalam skrotum.
5) Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
6) Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
kondisi meatus berada dipermukaan dorsal.
7) Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaan ventral penis.
j) Ekstermitas atas dan bawah

1) Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dengan


gerakan yang simetris.
2) Refleks menggengam normalnya ada.
3) Kelemahan otot parsial atau komlet dapat menandakan trauma
pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada.
4) Ekstermitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan
fleksi dengan baik.
5) Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
6) Lipatan kaki apakah 1/3, 2/3, bagian seluruh telapak kaki.
7) Talipes: kaki bengkok kedalam.
8) Clubfoot: otot-otot kaki tidak sama panjang, kaki jatuh kedepan
9) Refleks babinsky
10) Refleks Chaddok
k) Punggung dan Anus

1) Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari


adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida,
pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukan adanya
abnormalitas medulla spinalis atau kolumna
vertebrata.
l) Kulit

1) Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk


menjaga kehangatan tubuh bayi), warna,
pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-
tanda lahir.

2) Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak


terdapat pada bayi kurang bulan.
Pada dasarnya bayi baru lahir sudah memiliki penampilan
atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus. Diantaranya:

1. Bernafas dan menangis spontan, terjadi sekitar 30 detik


setelah lahir dengan frekuensi 40-60x/menit
2. Frekuensi jantung berkisar 180x/menit, kemudian turun
menjadi 140-120x/menit
3. Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat
PENAMPILAN verniks casseosa

DAN PERILAKU 4. Lemak subkutan cukup tebal

BAYI BARU LAHIR 5. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik
6. Aktiitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam
keadaan fleksi
7. BB berkisar antara 2500-3000 gram
8. PB antara 50-55 cm
9. Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm,
10. Mento Oksipital 35 cm, Suboksipito Bregmatika 32 cm
10.Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan
mekonium
11.Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume
20-30 ml/hari
12.Genitalia: labia mayora menutupi labia minora, testis
sudah turun ke dalam skrotum
13.Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan
mata bayi akan berkedip, dapat mengenali pola-pola
hitam putih tang tercetak tebal dan bentuk wajah
manusia. Jarak focus adalah sekitar 15-20 cm
14.Bayi akan bereaksi dengan menggerakan matanya
bila mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih
menyukai suara yang lembut dengan pola yang sama.
Jika mendengar suara yang tiba-tiba, bayi akan
bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya
15.Bayi baru lahir sudah dapat membedakam aroma susu
manusia/ibunya dengan aroma susu dari wanita lain,
bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan
memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis

16.Bayi baru lahir sangat sensitive terhadap sentuhan dan


sangat menyukai kontak langsung antara kulit dengan
kulit

17.Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi


banyak tidur

18.Tangisan bayi berbeda-beda disesuaikan dengan apa


yang dirasakannya, seperti sakit, merasa tidak nyaman
karena basah, dingin, lapar, merasa kesepian dll.
Sedangkan beberapa perilaku bayi baru lahir diinterpretasikan dalam
bentuk releks-refleks seperti:
1. Refleks hisap : dilihat pada waktu bayi menyusu
2. Refleks genggam : dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan
dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat
3. Refleks Plantar : tekan permukaan plantar kaki di bawah ibu jari, dalam
keadaan normal ibu jari akan fleksi kearah plantar.
4. Refleks moro : tangan pemeriksa menyangga bayi dan punggung posisi
45° , dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10°. Pada keadaan normal
akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
5. Refleks Tonik neck : letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala
ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas pada sisi kemana kepala
diputar terekstensi, tapi ekstremitas pada sisi lain terefleksi. Pada
keadaan normal bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika
diputar ke sisi pengujian syaraf asesori.
6. Refleks Muntah : Menunjukkan fungsi neurology glosofaringeal dan syaraf
fagus normal.
7. Refleks kedipan : merupakan respon terhadap cahaya terang yang
menunjukkan normalnya syaraf optic.
1. Langkah I : Pengkajian Data
2. Langkah II : Diagnosa masalah
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan potensial
Manajemen masalah
Asuhan 4. Langkah IV : Identifikasi tindakan segera
Kebidanan Pada 5. Langkah V : Merencanakan asuhan kebidanan bayi
Bayi Baru Lahir baru lahir

6. Langkah VI : Implementasi Asuhan bayi baru lahir


7. Langkah VII : Evaluasi
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk evaluasi pasien.
1. Data dasar ini termasuk: Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan
fisik apabila perlu, tinjau catatan saat ini atau catatan lama dari
rumah sakit. Tinjauan singkat dari data laboratorium dan
pemeriksaan tambahan lainnya, semua informasi pasien dari
semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien. Bidan
kumpulan data awal yang menyeluruh walaupun pasien itu ada
komplikasi yang akan diajukan kepada dokter konsulen. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penungjang bila perlu.
Langkah I : 2. Anamnesa, meliputi tanya jawab untuk memperoleh meliputi
Pengkajian Data riwayat kesehatan ibu, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data,
social, ekonomi dan psikologi serta meliputi HPHT, HTP,
pergerakan janin, umur kehamilan, sakit perut tembus
kebelakang sejak kapan dan ada pelepasan lendir dan darah.
3. Pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan tanda-tanda vital
bayi, keadaan umum klien, dan pemeriksaan fisik secara inspeksi,
palpasi meliputi : tubuh dan kaki bayi teraba dingin, tampak lesu,
konjungtiva pucat serta aktifitas berkurang.
§ Dikembangkan dari data dasar : interpretasi dari data
ke masalah atau diagnosa khusus yang teridentifikasi.
Kedua kata masalah maupun diagnosa dipakai, karena
beberapa masalah tidak dapat didefenisikan sebagai
diagnosa tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk

Langkah II : membuat wacana yang menyeluruh untuk pasien.

Diagnosa
masalah
§ Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
lainnya berdasarkan masalah yang sudah ada adalah
suatu bentuk antisipasi, pencegahan apabila perlu
menunggu dengan waspada dan persiapan untuk suatu

Langkah III : pengakhiran apapun. Pada langkah ini membutuhkan


antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan
Mengidentifikasi sambil mengamati klien, sangat diharapkan oleh bidan
diagnosa dan jika masalah potensial benar- benar terjadi dilakukan
asuhan yang aman.
masalah potensial
§ Merefleksikan proses manajemen yang sifatnya terus
menerus tidak hanya pada asuhan primer yang
periodik selama kunjungan antenatal tetapi juga selama
bidan terus bersama wanita itu misalnya selama waktu

Langkah IV : bersalin. Data baru terus dikumpulkan dan dievaluasi.

Merencanakan
asuhan kebidanan
bayi baru lahir
§ Membuat suatu rencana asuhan yang komprehensif,
ditentukan oleh langkah sebelumnya, adalah suatu
perkembangan dari masalah atau diagnosa yang
sedang terjadi atau terantisipasi dan juga termasuk
Langkah V : mengumpulkan informasi tambahan atau tertinggal
untuk data dasar.
Merencanakan
§ Suatu rencana asuhan yang komprehensif tidak saja
asuhan kebidanan mengcakup apa yang ditentukan oleh kondisi pasien
bayi baru lahir dan masalah yang terkait, tetapi juga menggaris bawahi
bimbingan yang terantisipasi (anticipatory guinde)
untuk seperti apa yang diharapkan terjadi berikutnya.
§ Melaksanakan perencanaan asuhan menyeluruh,
perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab

Langkah VI : untuk mengarahkan pelaksanannya (yaitu : memastikan


langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Implementasi Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

Asuhan bayi baru dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan


bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
lahir bertanggung jawab terhadap pelaksanaan manajemen
asuhan klien agar penanganan kasus dengan hipotermi
dapat berhasil dan memuaskan.
§ Evaluasi langkah terakhir ini sebenarnya adalah
merupakan pengecekan apakah rencana asuhan
tersebut, yang meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanannya dan dianggap tidak efektif jika memang

Langkah VII : tidak efektif. Ada kemungkinan bahwa sebagian


rencana tersebut telah efektif sedang sebagian tidak.
Evaluasi § Sekali lagi, dengan mengingat bahwa proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum,
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut (Sudarti & Fauziah, 2013:177-182).
CONTOH KASUS HIPOTERMI PADA NEONATUS
§ Pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan tanda-tanda vital bayi,
keadaan umum, dan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi
meliputi : tubuh dan kaki bayi teraba dingin, tampak lesu,
konjungtiva pucat serta aktifitas berkurang.
§ Hipotermi adalah suhu dibawah 36,5oC, yang terbagi atas :
hipotermi ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5oC,
hipotermi sedang yaitu suhu antara 32- 36oC, dan hipotermi berat
yaitu suhu tubuh <32oC (suhu ketiak).

Langkah I : § Bayi tidak mau minum atau menetek, bayi tampak lesu atau
mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin, dalam keadaan berat,

Identifikasi Data denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).

Dasar § Tanda-tanda hipotermi sedang (stress dingin) yaitu : aktifitas


berkurang, letargis, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis
marmorata), kemampuan menghisap lemah dan kaki teraba
dingin. Tanda-tanda hipotermi berat (cidera dingin) sama dengan
hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat,
pernafasan tidak teratur, bunyi jantung lambat dan selanjutnya
mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik. Tanda-tanda
stadium lanjut hipotermi yaitu muka, ujung kaki dan tangan
berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit
mengeras merah dan timbul oedema terutama pada punggung,
kaki dan tangan (sklerema).
§ Hipotermi adalah suhu dibawah 36,5oC, yang terbagi
atas : hipotermi ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-
36,5oC, hipotermi sedang yaitu suhu antara 32-36oC
dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32oC. Bayi tidak
mau minum atau menetek, bayi tampak lesu atau
mengantuk saja, tubuh bayi dalam keadaan dingin,
2) Langkah Ke II : dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan

Identifikasi kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).

Diangnosa/Masal
ah Aktua
§ Pada kasus hipotermi biasanya dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia adalah masalah
serius pada bayi baru lahir karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
Langkah III : kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai
kematian. Glukosa merupakan sumber kalori yang
Identifikasi penting untuk ketahanan hidup selama proses
Diagnosa/Masalah persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap
Potensial stres yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi
dan gangguan pernafasan.
§ Akibat yang ditimbulkan hipotermi yaitu Hipoglikemia-Asidosis
Metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme
anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat, metabolisme
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan
pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang
menyertai hipotermi berat, syok, apnea dan perdarahan Intra
Ventricular (Rukiyah & Yulianti, 2013:284).
§ Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan tubuh
bayi menurut (Indrayani & Djami, 2013:318-320).
§ Mengeringkan bayi secara seksama dengan memastikan tubuh
bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan
panas secara evaporasi, selimuti bayi dengan selimut atau kain
bersih, kering dan hangat karena bayi yang diselimuti kain yang
sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara konduksi, tutup
bagian kepala dimana bagian kepala bayi merupakan permukaan
yang relatif luas dan cepat kehilangan panas, anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui bayinya, tempatkan bayi di lingkungan
yang hangat, jangan segera memandikan bayi baru lahir.
§ Merefleksikan proses manajemen yang sifatnya terus
menerus tidak hanya pada asuhan primer yang
periodik selama kunjungan antenatal tetapi juga selama
bidan terus bersama wanita itu misalnya selama waktu
bersalin. Data baru terus dikumpulkan dan dievaluasi.
Jika terjadi kasus hipotermi berat (cidera dingin) sama
Langkah IV : dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan,
pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur, bunyi
Tindakan jantung lambat dan selanjutnya mungkin timbul
Segera/Kolaborasi hipoglikemia dan asidosis metabolik. Harus dilakukan
tindakan segera seperti menempatkan bayi pada
incubator, menyelimuti bayi dengan kain hangat dan
melakukan metode kanguru agar bayi tetap hangat
didekap ibunya.
§ Berdasarkan kasus hipotermi terkhusus hipotermi ringan maupun sedang
ini bisa ditolong di puskesmas dengan cara menghangatkan bayi didalam
inkubator atau dibawah penyinaran lampu, melakukan metode kanguru
untuk menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu, memeriksa suhu
tubuh bayi setiap jam, mengganti pakaian yang dingin dan basah dengan
pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut hangat. Hindari paparan
panas dan posisi bayi sering diubah.
§ Jika pada bayi aterm : letakkan BBL pada Radiant Warmer, keringkan
untuk menghilangkan panas melalui evaporasi, tutup kepala, bungkus
Langkah V : tubuh segera, bila stabil dapat segera rawat gabung sedini mungkin

Rencana Asuhan setelah lahir bayi dapat disusukan. Jika pada bayi preterm : seperti
prosedur diatas masukkan ke inkubator dengan servo control atau radiant

Kebidanan warmer dengan servo controle. Jika pada bayi dengan BBLR menurut
(Maryunani, 2013:278-279) yaitu :
§ Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan
kering, memakai topi dan selimut, periksa ulang suhu bayi 1 jam
kemudian, bila suhu naik pada batas normal (36,5-37,5oC), berarti usaha
menghangatkan berhasil, anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering, bila
suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak usah
dirujuk, dan nasehati ibu cara merawat bayi lekat/metode kanguru
dirumah.
§ Melaksanakan perencanaan asuhan menyeluruh,
perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab
Langkah VI : untuk mengarahkan pelaksanannya (yaitu : memastikan
Implementasi langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
Asuhan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan
Kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan manajemen
asuhan klien agar penanganan kasus dengan hipotermi
dapat berhasil dan memuaskan.
§ Beberapa hal yang di evaluasi : apakah ibu sudah
mengerti dengan penjelasan yang diberikan, apakah
ibu sudah melakukan apa yang telah di anjurkan dan
telah diajarkan, bagaimana keadaan umum bayi,
mengukur tanda-tanda vital bayi untuk memantau
keadaan bayi, apa kecemasan pada ibu teratasi, apakah
kasus neonatus dengan hipotermi dapat teratasi.

Langkah VII :
Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai