Anda di halaman 1dari 41

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK NEGERI MALANG


Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
OSCILOSKOP (CS-1022, 1021, 1012)

I. OPERASI NORMAL PENYAPU DISPLAY


1. Nyalakan control Power (13) searah jarum jam, power supply dan lampu akan menyala. Set mode
sebagai berikut : MODE (12): CH1 ; TRIG MODE (25) : AUTO

2. Bekas akan muncul di tengah layrr CRT dan bisa diatur dengan CH1 POsition ↕ dan POSITION
↔ (28) control. Kemudian, atur intensitas (19) dan FOCUS (18) untuk mengurangi observasi.

3. Mode Vertikal. Vertical mode (12) diset CH1, masukkan sinyal input ke input CH1 (5), atur
VOLT/DIV (2) control untuk ukuran layar yang cocok dari bentuk gelombang. Jika bentuk
gelombang tidak muncul dalam layer, ubah VOLT/DIV dan control posisi↕ untuk membawa
bentuk gelombang di tengah posisi layrr CRT. Operasi dengan sinyal yang digunakan untuk CH2
input (9) pengoperasiannya sama dengan pengoperasian untuk CH1.
Mode ADD. Yaitu penjumlahan CH1+CH2 yang akan ditampilkan.
Jika tombol CH2 INV (10) dipilh, maka hasilnya adalah perbedaan penjumlahan dari 2 bentuk
gelombang, CH1-CH2 ditampilkan. Jika kedua channel diset ke VOLT/DIV yang sama, jumlah
atau perbedaan bisa dibaca secara langsung dalam VOLT/DIV dari CRT.
Mode ALT. Sinyal akan ditampilkan satu persatu pada layar secara bergantian dari channel 1 dan
channel 2.
Mode CHOP, umumnya dirancang pada rata-rata 250kHz yaitu tombol antara CH1 dan CH2.

4. Setelah penyetingan switch SOURCE, UKUR KONTROL slope. Display pada layar mungkin akan
tidak sinkron. Menunjukkan pada TRIGGERING prosedur dibawah untuk penyetingan
sinkronisasi dan penghapusan kecepatan untuk mendapatkan display yang stabil untuk bentk
gelombang yang diinginkan.

TRIGGERING
Sinyal input harus ditriggerkan untuk mengamati bentuk gelombang yang stabil. TRIGGERING
adalah sinyal input yang secara internal dan external menyediakan sinyal hubungan waktu ke
sinyal yang diamati, dengan memasukkan sebuah sinyal ke saluaran EXT TRIG INPUT. Switch
SOURCE memilih sinyal input yang digunakan untuk menyapu trigger, dengan INT sync
kemungkinan (V.Mode,CH1,CH2,LINE) dan EXT sync.
Internal Sinkronisasi
Ketika SOURCE dipilih dalam INT (V.MODE, CH1, CH2, LINE), sinyal input dihubungkan ke
rangkaian trigger internal. Pada posisi ini, sebagian input diberikan ke INPUT (5) atau (9) yang
dipakai dari penguatan vertical ke trigger rangkaian, menyebabkan trigger sinyal ditriggerkan
dengan sinyal input ke penyapu. Ketika V.MODE posisi dipilih, sumber trigger bergantung pada
pemilihan vertical MODE. Ketika seleksi vertical MODE dalam ALT, posisi ALT sangat tepat
untuk pengukuran durasi waktu dari bentuk gelombang. Tetapi untuk fase atau perbandingan
waktu antara bentuk gelombang channel 1 dan channel 2, kedua-duanya membekas ditriggerkan
oleh sinyal sinkronous yang sama. Ketika SOURCE dipilih pada channel 1, sinyal input pada
channel 1 saluran INPUT (5) menjadi trigger tanpa memperhatikan posisi dari vertical MODE.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Ketika pilihan SOURCE pada CH2, sinyal input pada channel 2 saluran INPUT (9) menjadi
trigger tanpa memperhatikan posisi dari vertical MODE. Ketika pilihan SOURCE pada LINE, daya
tegangan AC osiloskop digunakan sebagai sinkronisasi trigger.

External Sinkronisasi
Ketika pilihan SOURCE pada EXT, sinyal INPUT pada saluran EXT TRIG INPUT (21) menjadi
trigger. Sinyal ini harus mempunyai hubungan waktu atau frekwensi ke sinyal yang sedang
diamati ke display sinkronisasi. Eksternal sinkronisasi dipilih untuk mengamati bentuk gelombang
pada banyak aplikasi
Triggering Level
Trigger point pada bentuk gelombang diukur dengan LEVEL/PULL SLOPE (22) kontrol.
Auto Trigger
Ketika TRIG MODE (25) dipilih AUTO, rangkaian menjadi free-running sepanjang tidak ada
isyarat trigger,dan terukur pada level ground. Ketika suatu trigger muncul, titik trigger dapat
ditentukan oleh LEVEL mengendalikan untuk pengamatan sinyal trigger yang normal. Ketika
tingkatan trigger melebihi batas, rangkaian trigger juga menjadi free-running di mana bentuk
gelombang mulai berjalan. Ketika kontrol LEVEL ditekan dan/atau, ketika sinyal trigger tidak ada
atau triggering melebihi batas, tidak ada gelombang yang akan muncul.

II. OPERASI PENYAPUAN YANG DIPERBESAR


Ketika bentuk gelombang diamati dapat mengakibatkan porsi yang diinginkan menghilang keluar
dari layar, seperti display yang diperbesar,harus dilakukan dengan menggunakan
PENGHAPUSAN YANG DIPERBESAR.
Menggunakan ↔ POSITION, ukur penyesuaian yang diinginkan dari bentuk gelombang ke CRT.
Tariklah PULL x 10 MAG control untuk memperbesar display 10 kali. Untuk tipe dari display
penghapusan waktu adalah penyetingan TIME/DIV dibagi dengan 10.

III. OPERASI X-Y


Untuk beberapa pengukuran, suatu isyarat pembelokan eksternal horisontal diperlukan. Ini juga
dikenal sebagai suatu pengukuran X-Y, dimana input Y menyediakan pembelokan vertikal dan
input X menyediakan pembelokan horisontal.
Operasi X-Y mengijinkan osiloskop untuk tidak melaksanakan banyak jenis pengukuran mungkin
dengan operasi penghapusan konvensional. Display CRT menjadi suatu grafik elektronik dua
tegangan seketika. Display mungkin suatu perbandingan dari dua tegangan seperti selama
pengukuran fase, pengukuran frekwensi dengan bentuk gelombang Lissajous.
Untuk menggunakan suatu masukan horisontal eksternal, menggunakan prosedur berikut :
1. Set TRIG MODE switch ke posisi X-Y.
2. Gunakan channel 1 probe untuk input vertikal dan channel 2 probe untuk input horisontal.
3. Mengukur penyesuaian jumlah pembelokan horisontal dengan CH2 VOLT/DIV dan
VARIABEL kontrol.
4. CH2 ( vertikal) kontrol POSISI (11) sekarang bertindak sebagai kendali posisi horisontal dan
kendali ↕ POSISI ditiadakan
5. Semua sync kendali diputus dan tidak punya efek.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

IV. PENGAMATAN SINYAL VIDEO


VIDEO FRAME/LINE tombol mengijinkan pemilihan dari sync horisontal atau vertikal pulsa
untuk penghapusan triggering ketika mengamati bentuk gelombang video gabungan. Dalam
posisi baris, sync pulsa-pulsa horisontal dipilih sebagai trigger untuk mengijinkan pengamatan
garis horizontal video. Ini juga posisi yang digunakan untuk mengamati semua bentuk
gelombang tidak video. Dalam posisi FRAME, sync pulsa-pulsa vertikal dipilih seperti trigger
untuk mengijinkan pengamatan bidang vertikal dan frame dari video. Ketika mengamati bentuk
gelombang video, display stabil diperoleh pada layar tanpa melihat kontrol LEVEL TRIGGER
(22). Pada kebanyakan poin pengukuran, gabungan sinyal video secara polaritas, bahwa sync
pulsa-pulsa adalah negatif dan video adalah positif. Dalam keadaan ini, gunakan ”-” SLOPE.
Jika bentuk gelombang diambil pada poin rangkaian dimana bentuk gelombang video
dibalikkan, sync pulsa-pulsa adalah positif dan video negatif. Dalam keadaan ini, gunakan
”+”SLOPE.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
OSCILOSCOP ESCORT

PENGECEKAN DAN PENYESUAIAN SEBELUM PENGUKURAN


Dalam mengoperasikan osiloskop untuk hasil yang optimal, ikutilah langkah pengecekan dan
penyesuaian sebelum melakukan pengukuran Anda. Instruksi yang menurut teknik
pengoperasian dasar dan mulai mengaplikasikan dengan pengecekan dan penyesuaian uraian
secara lengkap.

1. Pengaturan Kontrol Panel menurut letak (settings)


MODE-------------------- AUTO
SOURCE ----------------- VERT MODE
VERTICAL MODE------- ALT (DUAL)
SLOPE--------------------- (+)
LEVEL---------------------CENTER
CH1 (CH A); CH2 (CH B)
POSITION---------------- CENTER
VARLABLE---------------CAL
VOLT/DIV----------------5 VOLT/DIV
AC-GND-DC-------------- GND
HORIZONTAL
POSITABLE--------------- CENTER
VARLABLE---------------- CAL
SWEEP TIME/DIV------- 1ms/DIV
X 10MAG ---------------- OFF

Setelah pengecekan nilai sumber tegangan, nyalakan tombol POWER. Indikator power akan
menyala dan menarik garis (trace line) akan tampak 10-15 detik. Lihat dan cek pada kontrol
INTENSITY , putar searah jarum jam kekanan dan tentu untuk menambah kecerahan trace(garis)
dan berlawanan jarum jam kekiri untuk mengurangi kecerahan. Kemudian putar kontrol
INTENSITY kekiri dan mematikan trace line terlebih dahulu sebelum pemanasan. Untuk hasil
pengukuran yang paling akurat, membutuhkan pemanasan osiloskop kira-kira 30 menit. Namun
pemanasan tidak dibutuhkan jika bermaksud hanya menampilkan bentuk gelombang.
2. Setelah preheating(pemanasan), atur kontrol INTENSITY pada trace line sehingga
mudah dilihat dan atur kontrol FOCUS untuk tampilan paling jelas dan gambaran yang
tepat. Kemudian gunakan kontrol TRACE ROTA untuk membawa trace line paralel
dengan garis horisontal pembagian skala.
3. Masukkan probe kedalam stop kontak INPUT BNC pada bagian channel. Atur kontrol
AC-GND-DC pada DC dan kontrol VERTICAL MODE pada CH1. Masukkan probe CH1
pada sambungan (terminal) CAL dan atur kontrol VOLT/DIV pada 20mV/DIV. Atur
kontrol VERTICAL POSITION agar gelombang dapat dilihat. Pada posisi gelombang
yang seperti ini penyesuaian probe dapat digantikan.
Setelah mengatur kontrol VERTICAL MODE pada CH2 dan channel probe tergantikan,
gunakan probe CH1 terpisah pada channel 1, dan probe CH2 terpisah pada channel 2.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Ini dibutuhkan karena kapasitas yang kecil antara dua channel, dan probe akan bingung
dengan alasan perubahan pergantian penyetelan.
4. Kembali pada kontrol VERTICAL MODE untuk CH1, setiap channel kontrol AC-GND-DC
disetting AC, setiap channel VOLT/DIV dikontrol pada posisi 5VOLT/DIV dan kontrol
POSITION horizontal pada center(tengah). Ini mengenai kondisi “setting awal”.
PENGOPERASIAN SINGLE TRACE

TAMPILAN ARUS BOLAK BALIK (AC)


Dengan osiloskop pada saat tampilan kondisi kontrol penyetingan awal pada layar CRT sinyal
ditampilkan pada sambungan masukkan CH1. Atur amplitudo sinyal dengan mudah untuk
pengukuran dengan merubah setting VOLT/DIV. Kontrol CH1 VARIABLE dapat dirotasi
dengan mengubah amplitudo secara berulang-ulang (kontinyu). Namun jika tidak diperlukan
pindah setting pada CAL.
Kemudian, atur kontrol horizontal SWEEP TIME/DIV untuk mencapai pengukuran tampilan
yang mudah. Yakinkan untuk meninggalkan kontrol VARIABLE pada CAL.
Bilamana gelombang mulai tidak stabil, perlu untuk menggunakan pengoperasian triger.
Putar trigger kontrol LEVEL kekiri atau kanan akan menstabilkan gelombang.
Tergantung dari tipe sinyal, switch pada kontrol SLOPE akan memberikan anda tampilan
yang jelas. Jenis pengoperasian ini digunakan trigger pada kontrol LEVEL dan SLOPE
adalah sebagai petunjuk kontrol Trigger Point. The osiloskop mulai menyapu dari preset
trigger point.

Ketika sinyal frekuensi input rendah atau terjadi sinyal dasar lambat, switch control
TRIGGERING MODE untuk setting NORM. Sekalipun tampilan gelombang mungkin
menghilang dari layar CRT ketika amplitude sinyal relative kecil atau setting trigger point
adalah tidak tepat. Setting NORM akan memberikan trigger lebih stabil daaripada dapat
menjadi dapat disetting dengan AUTO.

TAMPILAN GABUNGAN SINYAL VIDEO


Ketika gabungan input sinyal video, atur TRIGGERING MODE pada TV-H atau TV-V. Juga
switch pada control SLOPE dengan sinyal yang berlawanan.

TAMPILAN DUAL TRACE


Dengan melihat keadaan gelombang yang sama pada channel 1 dan 2,gelombang selalu
dihubungkan pada frekuensi. Atau satu dari gelombang adalah serempak dari lainnya meskipun
berbeda frekuensi dasar. Jika dua gelombang tidak mempunyai bentuk atau frekuensi yang
sama, alasan yang jarang untuk melihat keadaan kedua gelombang. Namun ketika switch
SOURCE diberi trigger dan diatur pada posisi ALT, kedua gelombang tidak dapat dihubungkan
pada frekuensi atau periode dapat ditampilkan secara serempak.
1. Hubungkan probe keduanya pada CH1 (CH A) dan CH2 (CH B) pada input BNC
2. Hubungkan clip ground probe pada chassis atau common pada peralatan pengetesan.
Hubungkan tips dari dua point probe dengan rangkaian dimana gelombang akan diukur.
3. Ketika control VERTICAL MODE diatur pada CH1, layer CRT akan menampilkan sinyal
pada channel 1 terminal input. Amplitudo dapat dirubah menggunakan channel 1 pada
control VOLT/DIV.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

4. Ketika control VERTICAL MODE diatur pada CH2, layer CRT akan menampilkan sinyal
pada channel 2 terminal input. Amplitudo dapat dirubah menggunakan channel 2 pada
control VOLT/DIV.
5. Ketika control VERTICAL MODE diatur pada ALT, sinyal CH1 dan CH2 ditampilkan satu dari
lainnya untuk setiap sweep.
6. Ketika control VERTICAL MODE diatur CHOP, sinyal CH1 dan CH2 dibagi per sub menurut
waktu dan ditampilkan pada layer.
7. Ketika control VERTICAL MODE diatur ADD, sinyal CH1 dan CH2 akan digabungkan
(CH1+CH2) pada layer tampilan CRT. Jika kontrol INV dikondisikan dengan perbedaan
kondisi dari dua channel akan ditampilkan. Pengukuran gelombang ditampilkan pada setting
ADD, ini diperlukan untuk kontrol penyetinggan VOLT/DIV menjadi sama untuk kedua
channel.

SWITCHING SUMBER TRIGGER


Ketika kontrol VERTICAL MODE diatur pada CH1, ALT, CHOP, atau ADD dan kontrol sumber
diatur pada VERT MODE, sumber sinyal untuk trigger menjadi channel 1. Pada saat ini, jika
sinyal pada CH1 menjadi rumit, membuat trigger point menjadi sulit, switch pada control
SOURCE untuk setting pada CH2. Sinyal pada CH2 akan menjadi cukup sederhana untuk
sebuah kestabilan pada setting trigger point. Namun, ketika channel untuk kedua gelombang
menjadi sulit, gunakan external source untuk mengatur trigger point.
Jika frekuensi berbeda antara CH1 dan CH2, atur pada pemilih VERTICAL MODE untuk ALT
dan SOURCE selector untuk VERT MODE. Sinyal masukkan pada CH1 dan CH2 digunakan
untuk sumber trigger sinyal, sebagai alternative (pengganti) setiap sweeping. Demikian, kedua
sinyal ditrigger.

EXTERNAL TRIGGER
Atur kontrol Source pada EXT dan tampilkan sebuah sinyal untuk EXT TRIG terminal. Ini perlu
yang mana sinyal ini mempunyai sebuah kesulitan hubungan pemilihan waktu pada CH1 atau
CH2. Juga, untuk memudahkan proses trigger point , anda akan mungkin menggunakan sinyal
external yang sederhana.

TRIGGER LINE
Ketika menyamakan sinyal CH1 atau CH2 dengan sebuah sumber frekuensi, setting kontrol
SOURCE pada LINE akan menstabilkan trigger.

PENGOPERASIAN PERBESARAN SWEEP(sapuan)

Ketika pengukuran dengan perbesaran posisi dari tampilan gelombang pada syarat waktu,
kenaikan percepatan sapuan mungkin karena pengukuran posisi gelombang hilang dari layar.
Ketika ini terjadi, pegukuran gelombang masih akan dilakukan dengan perbesaran sweep
(sapuan)
Bekerja pada kontrol HORIZONTAL POSITION untuk memindah posisi gelombang dengan
memperbesar ditengah tampilan layar CRT. Kemudian tekan x 10 MAG untuk mengontrol
perbesaran gelombang 10 waktu pada arah horisontal.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PENGOPERASIAN X-Y
Osiloskop tidak hanya mempunyai semua fungsi dari osiloskop yang konvensional(biasa), tapi
juga untuk pengoperasian osiloskop X-Y. Dengan pengoperasian X-Y, sinyal ditampilkan pada
CH1 INPUT dan CH2 INPUT terminal akan membelokkan pada sumbu X-Y, dan dibuat menjadi
mungkin untuk mencari tahap/ keadaan yang berbeda antara dua sinyal dan menemukan
frekuensi yang relative sebanding/sepadan.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
OSCILOSCOPGW INSTEK (GOS-6xxG Family)

PENGENALAN PANEL DEPAN

CRT
POWER……………… (9)
Saklar power utama pada instrument . ketika saklar ini dinyalakan, maka LED (8) juga nyala.
INTEN…………………(2)
Pengontrol keterangan pada bintik atau trace.
B INTEN……………….(3)( hanya untuk 623G, 653G & 658G)
Potensiometer semi tetap / paten untuk pengaturan intensitas trace ketika dalam mode sweep B.
READOUT INTEN…….(7)(hanya untuk 626G & 658G)
Potensiometer semi tetap / paten untuk pengaturan intensitas pada readout dan kursor.
FOCUS…………………(4)
Untuk memfokuskan trace pada tampilan yang lebih tajam.
ILLUM………………….(6)(kecuali 622G & 635G)
Pengatur pencerahan.
TRACE ROTATION……….(5)
Potensiometer semi tetap / paten untuk meluruskan trace horizontal dalam keadaan parallel dengan
garis graticule.
FILTER ………………….(42)
Untuk memfilter ketenangan pada bentuk gelombang.

Vertical Axis :
CH1 (X) input………..(12)
Terminal input vertical pada CH1. ketika pengoperasian pada X-Y, terminal input sumbu X.
CH2 (Y) input………..(16)
Terminal input vertical pada CH2. ketika pengoperasian pada X-Y, terminal input sumbu Y.
AC-DC-GND…………….(11)(15)
Saklar untuk mengganti mode hubungan antar sinyal dan amplifier vertical.
AC : pengendali / coupling AC
DC : pengendali / coupling DC
GND : input amplifier vertical digroundkan dan terminal-terminal input diputus.
VOLTS/DIV….(10)(14)
Memilih kepekaan sumbu vertical dari 1m volts/div sampai 5 volt/div dalam jangkauan sebanyak 12.
VARIABLE………….(13)(17)
Pengaturan kepekaan / skala yang lebih baik /normal dengan factor ≥1/2.5 pada nilai yang
diindikasikan. Ketika dalam posisi CAL, sensitifitas di kalibrasi untuk nilai yang diindikasikan.
POSITION……………(40)(37)
Pengendali posisi vertical trace atau titik.
VERT MODE ………(39)
Memilih mode pengoperasian pada penguat CH1 dan CH2.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

CH1 : pengoperasian osioloskop sebagai alat saluran tunggal dengan CH1 saja.
CH2 : pengoperasian osioloskop sebagai alat saluran tunggal dengan CH1 saja.
DUAL : pengoperasian osioloskop sebagai alat saluran ganda yaitu CH1 dan CH2. CHOP/ALT
secara otomatis diubah oleh tombol TIME/DIV (18). Ketika tombol CHOP (41) ditekan,dua trace
ditampilkan pada mode CHOP di semua jangkauan.
ADD : osioloskop menampilkan penjumlahan secara aljabar (CH1+CH2) atau selisih (CH1-CH2)
pada dua sinyal. Tekan pada tombol bagian CH2 INV (36) untuk selisih (CH1-CH2).

Triggering :
EXT TRIG (EXT HOR) terminal input……….(23)
Terminal input digunakan pada umumnya untuk sinyal trigger external dan sinyal horizontal external.
Untuk menggunakan terminal ini, atur tombol SOURCE (26) pada posisi EXT.

SOURCE……(26)
Piih pembangkit sinyal sumber unternal dan sinyal input EXT HOR.

CH1(X-Y) : ketika saklar VERT MODE diset pada DUAL atau ADD, pilih sinyal CH1 untuk
pembangkit sinyal sumber internal. Ketika dalam mode X-Y, pilih CH1 untuk sinyal sumbu X.
CH2 : ketika saklar VERT MODE diset pada DUAL atau ADD, pilih sinyal CH2 untuk
pembangkit sinyal sumber internal.

TRIG.ALT(24): ketika saklar VERT MODE diset pada DUAL atau ADD dan saklar SOURCE(26)
diatur CH1 dan CH2 dengan pemakaian saklar TRIG.ALT (24), ini akan memilih alternative CH1 dan
CH2 untuk pembangkit sinyal sumber internal.

LINE : untuk memilih sinyal frekuensi garis power AC sebagai pembangkit sinyal.
EXT : sinyal eksternal diaplikasikan melalui EXT TRIG (EXT HOR) terminal input digunakan
untuk pembangkit sumber sinyal eksternal. Ketika X-Y, mode EXT HOR, sumbu X beroperasi
dengan sinyal penyapu eksternal.

COUPLING…………….(25)
Pilih mode COUPLING diantara pembangkit sumber sinyal dan rangkaian penggerak, pilih hubungan
rangkaian penggerak sinkronisasi TV.
AC : AC coupling
DC : DC coupling
HF REJ: hilangkan sinyal komponen diatas 50kHz(-3dB).
TV : penggerak sirkuit yang dihubungkan pada sinkronisasi TV separator sirkuit dan
sinkronisasi. Penyapuan yang digerakkan dengan TV-V atau TV-H sinyal pada rangkaian terpilih
oleh saklar TIME/DIV.

SLOPE……….(22)
Pilih penggerak slope.
"+" : pemicuan terjadi ketika sinyal picu bersilangan dengan tingkat pemicuan pada arah positif.
"-" : pemicuan terjadi ketika sinyal picu bersilangan dengan tingkat pemicuan pada arah negatif.
LEVEL…..(30)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Untuk menampilkan gelombang stasioner yang disinkronkan dan diset titik awal untuk gelombang.
Toward "+" : level pemicuan berpindah keatas pada tampilan gelombang.
Toward "-" : level pemicuan berpindah kebawah pada tampilan gelombang.
LOCK(29) : level pemicuan diatur secara otomatis pada nilai optimal pada amplitude sinyal
(dari amplitude yang sangat kecil sampai yang yang paling besar),tidak dibutuhkan pengaturan
secara manual pada tingkat pemicuan.

HOLDOFF…(31)
Digunakan ketika gelombang sinyal merupakan pemicuan yang komplek dan stabil tidak bisa dicapai
dengan saklar LEVEL itu sendiri.

TRIGGER MODE ……(28)


Pilih mode pemicuan yang diinginkan.
AUTO : ketika tidak ada sinyal picu yang diaplikasikan atau ketika frekuensi sinyal picu
kurang dari 50Hz, sweep berjalan pada mode free running.
NORM : ketika tidak ada sinyal picu yang diaplikasikan, penyapuan akan digunakan dan trace tidak
muncul. Digunakan secara utama untuk sinyal observasi kurang dari atau sama dengan 50 Hz.
SINGLE : digunakan untuk penyapuan tunggal.(kecuali 622G & 635G)
Tekan RESET : pengoperasian (pengoperasian satu picu pendek ), dan pada
umumnya sebagai tombol reset. Ketika tiga tombol ini dilepas, rangkaian berada pada mode
pemicuan tunggal. Rangkaian di reset sebagaimana tombol ini ditekan. Ketika rangkaian ini direset,
lampu READY akan nyala. Lampu akan mati ketika pengoperasian sweep tunggal dinyalakan.

TIME BASE
(A) TIME /DIV…..(18)
Pilihlah waktu penyapuan pada sweep A. (sweep A dan B pada umumnya hanya untuk 658G, B
TIME/DIV < A TIME/DIV)
B TIME/DIV…….(43)(hanya untuk 623G & 653G)
Pilihlah waktu penyapuan pada sweep B.
SWP.VAR……….(21)
Control vernier pada waktu sweep. Ketika tombol SWP.UNCAL(19) ditekan, waktu sweep akan
dibuat lebih lambat oleh factor ≥ 2.5 pada nilai yang diindikasikan. Nilai yang diindikasikan
dikalibrasi ketika tombol ini tidak ditekan.
POSITION…………(34)
Control posisi horizontal pada trace atau titik.
X 10 MAG…….(33)
Ketika tombol ditekan, perbesaran 10 kali terjadi.
DELAY TIME……(44)(hanya untuk 623G & 653G)
Control vernier pada waktu tunda yang dipilih oleh tombol A TIME/DIV (18) dan B TIME/DIV (43)
untuk memilih porsi yang lebih baik pada gelombang sweep A yang diperbesar.
HORIZ.DISPLAY MODE…….(38)( hanya untuk 623G ,653G & 658G)
Pilih mode sweep A dan B seperti dibawah ini :
A : mode sweep utama untuk observasi gelombang secara umum.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

A INT : mode sweep ini digunakan ketika pemilihan bagian untuk diperbesar pada sweep
A, perbaikan pada waktu tunda. Bagian sweep B mencocokkan pada sweep A ditampilkan
dengan sinar yang berintensitas tinggi.
B : tampilan sweep B itu sendiri.
B TRIG'D : pilih antara waktu tunda kontinyu dan waktu tunda pemicuan.
Disengaged : untuk waktu tunda kontinyu. Sweep B akan mulai dengan seketika
setelah waktu tunda sweep diset oleh tombol A TIME/DIV dan B TIME/DIV dan knob
DELAY.TIME telah ditekan sebelumnya.
Engaged : untuk waktu tunda pemicuan. Sweep B akan mulai ketika pulsa
picu diberikan setelah waktu tunda sweep diset oleh tombol A TIME/DIV dan B TIME/DIV dan
knob DELAY.TIME telah ditekan sebelumnya. (sinyal picu digunakan pada umumnya untuk
kedua sweep A dan B)
X-Y…………..(27)
Tekan tombol X-Y untuk mengaktifkan pengoperasian X-Y.

Others
CAL………..(1)
Terminal ini memberikan tegangan pengkalibrasian pada 2 Vp-p, 1kHz, gelombang kotak positif.
Resistansi keluaran sekitar 2k ohm diperlihatkan pada halaman 5 tentang teknik spesifikasi
untuk toleransi.
GND………..(20)
Terminal ground pada panel utama osioloskop.

Readout Function (hanya bisa digunakan pada 626G & 658G)


CURSOR measurement…………(32)
CURSOR ON/OFF : tekan tombol untuk menyalakan atau mematikan cursor measurement.
CURSOR FUNCTION : tekan tombol untuk memilih fungsi pengukuran.
∆V : selisih tegangan pengukuran
∆V% : selisih tegangan pengukuran dalam persentase (5div = 100% ref.)
∆VdB : penguatan tegangan pengukuran (5 div = 0dB ref., ∆VdB = 20log∆div/5div)
∆T : selisih waktu pengukuran.
1/∆T : frekuensi pengukuran
DUTY : duty cycle atau persentase (∆T%) selisih waktu pengukuran ( 5div = 100% ref.)
PHASE : fase pengukuran (5 div = 360 ref.)
TRACK-▼-▼(REF) : tekan tombol untuk memilih cursor(s) untuk dipindahkan. Cursor yang
dipilih diindikasikan oleh symbol ▼atau▼. Ketika kedua sombol ditampilkan, dua cursor
tersebut digeser secara serempak.
POSITION (35) : putar control POSITION cursor ke posisi cursor yang dipilih. Ketika mode
HORZ.DISPLAY diset A INT atau keadaan B dan CURSOR OFF/ON di matikan, control
POSITION digunakan pada umumnya sebagai DELAY TIME (hanya untuk 658G)
READOUT ON/OFF : untuk menyalakan atau mematikan status readout pada CRT, tekan
tombol CURSOR ON/OFF dan CURSOR FUNCTION pada waktu yang sama.
PROBE x 1 / x 10 : untuk mengindikasikan readout tegangan di skalai untuk x 1 atau x 10,
tekan tombol TRACK-▼-▼(REF) dan putar cursor POSITION (35) pada waktu yang sama.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PENGENALAN PANEL BELAKANG


Z AXIS INPUT………(45)
Terminal input untuk sinyal modulasi intensitas eksternal
CH1 SIGNAL OUTPUT…..(46)
Mengirim sinyal CH1 dengan tegangan kira-kira 100mV per 1 DIV graticule. Ketika diakhiri
dengan 50 ohm, sinyal dilemahkan sekitar 1.5. cocok untuk penghitungan frekuensi
rangkaian input power AC
konektor input power AC…..(47)
soket input power AC. Hubungkan kabel power AC ke konektor ini
FUSE dan pilihan saluran tegangan…..(48)
Rating fuse ditunjukan pada halaman 7. pilihan saluran tegangan : untuk memilih sumber
daya
Studs………(49)
Studs untuk meletakkan osiloscope pada bagian belakangnya untuk mengoperasikannya
pada posisi berdiri. Juga digunakan untuk mengangkat kabel power
OPERASI DASAR
Sebelum menghubungkan kabel power ke saluran tegangan AC, yakinkan bahwa tombol
tegangan input saluran AC pada posisi belakang dari instrument diset secara benar untuk
tegangan saluran AC. Setelah menyakinkan setting tegangan, set tombol dan control dari
instrument yang ditunjukkan dibawah ini
Item No Setting
POWER (9) Posisi lepas (OFF)
INTEN (2) Searah jarum jam (posisi jam 3)
FOCUS (4) Posisi tengah
ILLUM (6) Posisi penuh berlawanan arah jarum jam
(kecuali 622G dan 635G)
VERT MODE (39) CH1
CHOP (41) Bebas
CH 2 INV (36) Bebas
POSITION (40)(37) Posisi tengah
VOLTS/DIV (10)(14) 0.5 V/DIV
VARIABLE (13)(17) CAL (posisi searah jarun jam)
AC-DC-GND (11)(15) GND
SOURCE (26) Set ke CH1
COUPLING (25) AC
SLOPE (22) +
TRIG ALT (24) Bebas
LEVEL LOCK (29) Tekan
HOLD OFF (31) MIN (berlawanan arah jarum jam)
TRIGGER MODE (28) AUTO
HORIZ DISPLAY MODE (38) A (hanya 623G, 653G & ^58G)
TIME/DIV (18) 0.5 sec/DIV
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

SWP. UNCAL (19) Bebas


POSITION (34) Posisi tengah
x10 MAG (33) Bebas
X-Y (27) Bebas

Setelah menyeting tombol dan control yang disebutkan, hubungkan kabel power ke saluran AC, dan
kemudian, lanjutkan berikut ini :
1). Gunakan tombol POWER dan yakinkan power LED hidup.kira-kira 20 sec, jejak akan muncul
pada layar CRT. Jika tidak ada jejak yang muncul dalam 60 sec, cek tombol dan seting control.
2). Atur jejak ke gambar dan kecerahan yang tepat dengan control INTEN dan control focus secara
berturut-turut.
3). Luruskan jejak dengan garis pusat horizontal dari graticule dengan menyesuaikan control CH1
POSITION dan control TRACE ROTATION (disesuaikan dengan obeng).
4). Hubungkan probe ke terminal CH1 INPUT dan gunakan sinyal CALIBRATOR 2Vp-p ke ujung
probe
5). Set tombol AC-DC-GND ke bagian AC. Gelombang ditunjukan pada gambar 4-3 akan
ditampilkan pada layar CRT
6). Cocokkan control FOCUS sehingga gambar jejak akan muncul tajam.
7). Untuk melihat sinyal. Set tombol VOLTS/DIV dan tombol TIME/DIV ke posisi yang cocok
sehingga gelombang sinyal ditampilkan secara jelas
8). Cocokkan kontrol POSITION dan POSITION ke posisi yang tepat sehingga tampilan

gelombang akan lurus dengan graticule dan tegangan (Vp-p) dan periode (T) bisa di baca
dengan suka cita.
di atas adalah prosedur operasi dasar dari osiloskope. Prosedur diatas adalah untuk operasi
single-chaneldengan CH1. operasi single-chanel dengan CH2 bisa juga dilakukan dengan cara
yang sama.
Metode operasi yang lebih jauh lagi akan dijelaskan pada paragraph berikutnya.

PENGOPERASIAN DUAL CHANNEL


Ganti tombol VERT MODE ke posisi DUAL sehingga trace (CH 1) juga ditampilkan
(penjelasan pada bagian prinsip kerja pada CH1), prinsip kerja bagian ini, trace CH1 merupakan
gelombang kotak pada sinyal calibrator dan trace CH2 merupakan garis lurus selam tidak ada
sinyal yang diberikan ke chanel ini.
Sekarang, berikan sinyal kalibrasi ke terminal input vertical pada CH2 dengan probe
seperti pada kasus CH1. Atur tombol AC-DC-GND pada posisi AC. Aturlah POSITION vertical
(40) dan (37) sehingga sinyal kedua chanel ditampilkan seperti gambar 4-4.
Ketika pengoperasian dua chanel ini (mode DUAL atau ADD), sinyal CH1 dan CH2 harus
dipilih untuk sinyal sumber pemicu oleh rata-rata pada tombol SOURCE. Jika kedua tombol CH1
dan CH2 dihubungkan secara sinkron, kedua gelombang dapat ditampilkan secara stasioner,
jika tidak, hanya sinyal tersebut yang dipilih oleh tombol SOURCE dapat di stasionerkan. Jika
tombol TRIG.ALT dilepas, kedua gelombang dapat di stasionerkan (tidak menggunakan tombol
sinyal sumber pemicu "CHOP" dan "ALT" pada waktu yang sama).
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Pemilihan mode CHOP dan mode ALT dibuat secara otomatis oleh tombol TIME/DIV yang
ditunjukkan pada gambar 4-5. 5msec/DIV dan range yang lebih rendah digunakan pada mode
CHOP dan 2msec/DIVdan range lebih tinggi digunakan pada mode ALT.
Ketika tombol CHOP dilepas, dua trace pada pengoperasian CHOP pada semua range.
Pengoperasian CHOP mempunyai prioritas lebih dari pengoperasian ALT.

PENGOPERASIAN ADD
Sebuah penjumlahan secara aljabar pada sinyal CH1 dan CH2 dapat ditampilkan pada
layar oleh pengaturan pada tombol VERT MODE untuk posisi ADD. Sinyal yang ditampilkan
adalah selisih antara sinyal CH1 dan CH2 jika tombol CH2 INV di lepas.
Untuk akurasi penambahan atau subtraksi, itu merupakan syarat bahwa kepekaan pada
dua chanel diatur secara akurat pada nilai yang sama oleh rata-rata pada knob VARIABEL.
Posisi vertical dapat dibuat dengan knob POSITION pada chanel yang sama. Pada
kenyataannya kelinearan pada penguat vertical, itu merupakan keuntungan untuk mengeset
knob pada posisi tengahnya.

Pengoperasian X-Y dan Pengoperasian EXT HOR


Ketika tombol TIME/DIV diset pada posisi X-Y/EXT HOR, rangkaian sweep internal
diputus dan trace pada arah horizontal dijalankan oleh sinyal yang dipilih oleh tombol SOURCE.
Ketika tombol SOURCE diset keposisi CH1 X-Y, osioloskop beroperasi sebagai sebuah bidang
X-Y dengan sinyal CH1 untuk sumbu X, ketika diset keposisi EXT, osioloskop beroperasi pada
mode EXT HOR (sweep eksternal).

Pengoperasian X-Y
Pengoperasian X-Y adalah dengan CH1 sebagai sumbu X dan CH2 sebagai sumbu Y.
lebar pulsa pada sumbu X menjadi DC untuk 1MHz(-3dB)(atau DC untuk 2MHz untuk
652G,653G,658G) dan control POSITION horizontal digunakan secara langsung sebagai
control POSITION sumbu X. untuk sumbu Y, CH2(X-Y) seharusnya dipilih oleh tombol VERT
MODE.

Pengoperasian EXT HOR (sweep eksternal)


Sinyal eksternal yang diberikan melalui terminal EXT HOR (23) berjalan pada sumbu X.
sumbu Y dengan banyak chanel seperti dipilih oleh tombol VERT MODE. Ketika mode DUAL
dipilih oleh tombol, kedua sinyal CH1 dan CH2 ditampilkan pada mode CHOP.

Triggering
Pemicuan sebenarnya adalah hal-hal yang penting untuk pengoperasian yang efisien
pada sebuah osioloskop. Pengguna harus megenal secara menyeluruh fungsi dan prinsip
kerja pemicuan.

(1) Fungsi pada tombol SOURCE


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

sinyal yang ditampilkan itu sendiri atau sebuah sinyal picu yang mempunyai hubungan
waktu dengan sinyal yang ditampilkan dibutuhkan untuk dibrikan ke rangkaian pemicu untuk
menampilkan sinyal stasioner pada layar CRT. Tombol SOURCE digunakan untuk
pemilihan seperti sumber pemicuan.
CH1 : metode pemicu internal yan digunakan paling umum
CH2 : sinyal yang diberikan untuk terminal input vertical dimatikan pada cabang penguat
depan dan diumpankan ke rangkaian pemicu melalui tombol VERT MODE. Sejak sinyal
pemicuan merupakan sinyal yang diukur oleh dirinya sendiri, gelombang yang stabil siap
ditampilkan pada layar CRT. Ketika pada pengoperasian DUAL atau ADD, sinyal dipilih oleh
tombol SOURCE yang digunakan sebagai sinyal sumber pemicuan.
LINE : sinyal frekuensi garis AC digunakan sebagai sinyal pemicuan. Cara ini efektif
ketika sinyal yang diukur mempunyai hubungan dengan frekuensi garis AC, khusunya untuk
pengukuran pada noise AC level rendah peralatan audio, rangkaian thyristor dan sebagainya.
EXT : sweep dipicu dengan sinyal eksternal yang diberikan ke terminal input pemicu
eksternal. Sinyal eksternal yang mempunyai sebuah hubungan periode dengan respon ke
sinyal yang diukur yang digunakan. Selama sinyal ini tidak digunakan sebagai sinyal
pemicuan, gelombang ditampilkan lebih bebas daripada sinyal yang diukur.
Fungsi pemilihan sinyal sumber pemicuan diatas adalah ditunjukkan secara kolektif oleh table
dibawah ini.

VERT MODE CH1 CH2 DUAL ADD


SOURCE
CH1 Dipicu oleh sinyal CH1
CH2 Dipicu oleh sinyal CH2
ALT Secara alternative Dipicu oleh sinyal CH1 dan CH2
LINE Dipicu oleh sinyal LINE
EXT Dipicu oleh sinyal input EXT TRIG

(2) Fungsi tombol COUPLING


tombol ini digunakan untuk pemilihan penggabungan pada sinyal pemicuan ke rangkaian
pemicu sesuai dengan karakteristik pada sinyal yang diukur.
AC : Coupling ini untuk pemicuan AC yang digunakan paling umum. Seperti sinyal
pemicuan yang diberikan ke rangkaian pemicu melalui rangkaian coupling AC, pemicuan
yang stabil bisa dicapai tanpa di buat-buat oleh komponen DC pada sinyal input. Range
yang rendah memotong frekuensi 10Hz (-3dB).
Ketika mode pemicu ALT digunakan dan kecepatan sweep lambat, kerlipan kemungkinan
dihasilkan. Dalam sebuah kasus, menggunakan mode DC.
HF REJ : sinyal pemicuan yang diumpankan kerangkaian pemicu melalui rangkaian
coupling AC dan low pass filter (kira-kira 50 kHz,-3dB). Komponen yang lebih tinggi pada
sinyal pemicu ditolak dan hanya komponen yang lebih rendah diberikan ke rangkaian
pemicu.
TV : coupling ini untuk pemicuan TV, untuk observasi pada sinyal video TV. Sinyal
pemicuan dicoupling AC dan diumpankan melalui rangkaian pemicuan ke rangkaian
separator sinkron TV. Rangkaian separator menjadika sinyal sinkron, yang digunakan
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

sweep pemicu. Jadi sinyal video bisa ditampilkan secara stabil. Dihubungkan ke tombol
TIME/DIV, kecepatan sweep dipilih untuk TV-V dan TV-H seperti dibawah:
TV-V:0.5 s – 0.1 ms
TV-H:50 µs – 0.1 µs
Tombol SLOPE seharusnya diset untuk menyesuaikan ke sinyal video seperti gambar 4-8.
DC : sinyal pemicuan di coupling DC ke rangkaian pemicu. Mode ini digunakan ketika
pemicuan diinginkan dengan komponen DC pada sinyal pemicuan atau ketika sinyal
dengan frekuensi yang sangat rendah atau sinyal dengan perbandingan duty cycle
diperlukan untuk ditampilkan.
(3) Fungsi pada tombol SLOPE
tombol ini memilih slope (polaritas) pada sinyal pemicuan seperti gambar 4-9.
"+" : ketika pengesetan pada posisi "+", pemicuan terjadi seperti sinyal pemicuan yang
bersilangan dengan tuas pemicuan pada arah positif.
"-" : ketika pengesetan pada posisi "-", pemicuan terjadi seperti sinyal pemicuan yang
bersilangan dengan tuas pemicuan pada arah negatif.
(4) Fungsi pada control LEVEL (LOCK) :
fungsi pada control ini adalah untuk mengatur tingkat pemicuan dan menampilkan bentuk
stasioner. Seketika, sinyal pemicuan yang telah bersilangan dengan tingkat pemicuan
yang diset oleh control tersebut, sweep dipicu dan gelombang ditampilkan pada layar.
Tingkat pemicu berubah kearah positif (keatas) seperti knob control ini diputar searah
jarum jam, dan itu berubah kearah negative (kebawah) seperti knob diputar berlawanan
dengan arah jarum jam. Perubahan karakteristik ditunjukkan pada gambar 4-10.
LEVEL LOCK:
Ketika tombol LEVEL LOCK dilepas, tingkat pemicuan secara otomatis dijaga dalam
keadaan amplitudo pada sinyal pemicuan, dan pemicuan yang stabil dibuat tanpa
membutuhkan tingkat pengaturan (meskipun kerlipan tidak mungkin didiamkan dengan
mode ALT). fungsi level lock otomatis ini adalah efektif ketika amplitude sinyal pada layar
atau tegangan input pada sinyal pemicuan eksternal adalah dalam jangkauan dibawah ini :
622G / 623G /626G :
50 Hz-5MHz : 1.0 DIV (0.15V ) atau kurang
5M Hz-20MHz : 2.0 DIV (0.25V ) atau kurang
635G :
50 Hz-5MHz : 1.0 DIV (0.15V ) atau kurang
5M Hz-20MHz : 2.0 DIV (0.25V ) atau kurang
652G/653G/658G :
50 Hz-5MHz : 1.0 DIV (0.15V ) atau kurang
10M Hz-40MHz : 2.0 DIV (0.25V ) atau kurang

(5) Fungsi pada control HOLD OFF


ketika sinyal yang diukur merupakan bentuk gelombang yang komplek dengan dua atau
banyak frekuensi pengulangan (periode) , pemicuan dengan yang disebutkan diatas
control LEVEL itu sendiri mungkin tidak cukup untuk mencapai sinyal gelombang yang
stabil. Dalam sebuah kasus, sweep dapat disinkronkan dengan stabil kebentuk gelombang
sinyal yang diukur oleh pengaturan waktu HOLD OFF (waktu tunda sweep) pada
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

gelombang sweep. Control ini menutupi waktu sweep penuh satuan terkecil untuk sweep
tercepat daripada 0.2 s/DIV.

PENGOPERASIAN SINGLE – SWEEP


Sinyal yang tidak berulang dan sinyal transient one-shot dapat diobservasikan secara kasar
pada layar dengan pengoperasian sweep berulang regular. Seperti sinyal yang bisa diukur
oleh tampilannya pada mode single-sweep pada layar dan gambarnya.
Pengukuran pada sinyal yang tidak berulang :
(1) atur TRIGGER MODE ke posisi NORM.
(2) berikan sinyal yang diukur ke terminal input vertical dan aturlah tingkat pemicuan.
(3) Atur TRIGGER MODE ke posisi SINGLE (tiga tombol push-button diberikan).
(4) Tekan tombol SINGLE. Sweep akan bekerja hanya untuk satu cycle (siklus) dan sinyal
yang diukur akan ditampilkan hanya pada layar tersebut.
Pengukuran pada sinyal single-shot : (kecuali 622G & 635G)
(1) atur TRIGGER MODE ke posisi NORM
(2) berikan sinyal output pengkalibarasian ke terminal input vertical, dan atur tingkat
pemicuan pada sebuah nilai yang bergantung pada amplitude yang diberikan pada
sinyal yang diukur.
(3) Atur TRIGGER MODE ke posisi SINGLE. Berikan sinyal yang diukur daripada sinyal
pengkalibrasian ke input vertical.
(4) Seperti sinyal one-shot yang terjadi dalam rangkaian input, sweep bekerja hanya untuk
satu siklus dan sinyal one-shot ditampilkan pada layar CRT. Bagaimanapun, ini tidak
bisa dilakukan ketika chanel dual mode ALT berada dalam pengoperasian. Untuk
pengoperasian one-sweep chanel dual, gunakan mode CHOP.

PEMBESARAN SWEEP
Ketika bagian tertentu pada gelombang yang ditampilkan diperlukan untuk diperluas,
kecepatan sweep yang lebih cepat mungkin digunakan. Bagaimanapun, jika porsi yang
dibutuhkan adalah bagian dari titik awal pada sweep, porsi yang dibutuhkan mungkin
mematikan layar CRT. Dalam kasus ini, tekan tombol 10MAG.
Ketika ini dilakukan, gelombang yang ditampilkan akan diperluas 10 kali ke kanan dan kekiri
dengan posisi tengah pada layar sebagai pusat perluasan.
Waktu sweep selama pengoperasian pembesaran ditunjukkan dibawah ini :
(nilai yang diberikan oleh tombol TIME/DIV)x 1/10
Jadi, kecepatan sweep maksimum pengecilan (o.1µs/DIV) dapat dinaikkan dengan
pembesaran dibawah ini :
0.1µs/DIV x 1/10 =10 µs/DIV
Ketika sweep diperbesar dan kecepatan sweep diatas 0.1 µs/DIV, trace akan menjadi lebih
gelap. Dalam kasus ini,gelombang yang ditampilkan seharusnya diperbesar dalam mode
sweep B seperti yang akan dijelaskan paragraph berikutnya.

PEMBESARAN GELOMBANG DENGAN SWEEP TUNDA (HANYA UNTUK 623G/653G/658G)


Dengan perbesaran sweep pada paragraph terdahulu (diatas), meskipun cara pembesaran
tersebut sederhana, rasio pembesaran dibatasi untuk10 kali. Dengan cara sweep tunda
pada paragraph ini, sweep dapat diperluas untuk jangkauan yang lebih lebar dari beberapa
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

waktu sampai beberapa ribu waktu tergantung rasio antara waktu sweep A dan waktu
sweep B.
Sebagaimana frekuensi sinyal yang diukur meningkat, jangkauan sweep A untuk sinyal yang
tidak diperluas menjadi lebih tinggi dimana rasio perluasan menjadi lebih kecil. Selanjutnya,
sebagaimana rasio perbesaran semakin besar, intensitas trace menjadi lebih rendah dan
waktu kerlipan meningkat. Untuk mengatasi situasi ini, rangkaian waktu tunda divariasikan
secara kontinyu dan rangkaian waktu tunda pemicuan disatukan ke dalam osioloskop.
(1) Waktu tunda factor kontinyu
Atur tombol HORZ.DISPLAY MODE ke A dan tampilkan bentuk sinyal dengan sweep A
dalam mode pengoperasian regular. Selanjutnya, atur tombol TIME/DIV B ke sebuah posisi
beberapa langkah lebih cepat daripada tombol TIME/DIV A. setelah pemastian tombol B
TRIG'D pada tombol DISPLAY MODE dilepas, tekan tombol HORIZ.DISPLAY MODE
keposisi A INTEN. Porsi pada gelombang yang ditampilkan akan ditekankan / ditonjolkan
seperti gambar 4-14, pengindikasian posisi siap untuk sweep tunda. Porsi pada kecerahan
yang ditonjolkan mengindikasikan bagian yang bergantung pada waktu sweep B (DELAYED
SWEEP). Porsi ini diperluas pada sweep B.
Periode dari awal pada sweep A untuk itu pada sweep B (periode untuk awal pada
penekanan trace) di sebut "SWEEP DELAY TIME". Periode ini merupakan tetapan secara
kontinyu oleh alat pada knob DELAY TIME POSITION. Selanjutnya, ubah tombol
HORIZ.DISPLAY MODE ke posisi B. waktu sweep B akan diperluas untuk jangka waktu
penuh pada layar CRT sebagaimana ditunjukkan 4-15. waktu sweep B diset oleh tombol
TIME/DIV, rasio perbesaran menjadi :
Perbesaran = (A TIME/DIV indication)/ (B TIME/DIV indication)

(2) Delay pemicuan :


ketika tampilan gelombang diperbesar 100 kali atau lebih tinggi daripada metode delay yang
dijelaskan diatas, kerlipan delay akan dihasilkan. Untuk mentiadakan kerlipan, metode ini
boleh digunakan. Dengan waktu tunda pemicuan, waktu tunda kerlipan dikurangi oleh
pemicuan sweep B lagi, setelah waktu tunda sweep seperti yang ditimbulkan oleh metode
delay kontinyu telah berlalu.
Untuk pengoperasian ini, rangkaian pemicu A meneruskan operasi setelah tombol B TRIG'D
ditekan dan sweep B dipicu oleh pulsa pemicuan. Oleh karena itu, akan tetap ketika waktu
tunda diganti secara terus-menerus oleh putaran knob TIME DELAY POSITION, titik awal
pada sweep bergerak secara diskrit, tidak terus-menerus. Dalam mode A INTEN,
pengoperasian ini digolongkan oleh pergeseran diskrit pada bagian kecerahan yang
diutamakan pada lintasan sweep layar CRT; ketika dalam mode B, bagian ini sisa dari sinyal
yang tetap.

FUNGSI READOUT (626G DAN 658G)


Kepekaan, input, waktu sweep, dan lain- lain yang dipilih ditampilkan kedalam posisi yang
ditunjukkan pada gambar 4-16.
Catatn : CRT tidak akan menunjukkan beberapa trace atau titik ketika TRIGGER MODE
dalam posisi NORM. untuk mengobservasikan sinyal,tekan tombol AUTO.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Tampilan CH1
Ketika VERT MODE berada pada posisi CH1,DUAL, atau ADD, aturlah nilai pada
CH1yang ditampilkan pada (1).
Bagaimanapun, nilai ini tidak ditunjukkan ketika VERT MODE pada CH2.
(a) …..tanda "P10" ditunjukkan ketika probe x 10 diset.
(b) …..tanda ">" ditunjukkan ketika V/DIV VAR berada pada posisi UNCAL.
(c) ……tampilan kepekaan yang dipilih dari 1mV sampai 5V. (probe x 10 dari 10mV
sampai 50V)
(d) …….tanda "x" ditampilkan ketika tombol X-Y diset dan VERT MODE berada
pada posisi CH2. Pada mode DUAL X-Y , tanda "y1" ditampilkan.
Tampilan CH2
Atur nilai pada sinyal CH2 yang ditampilkan pada (2) ketika VERT MODE berada
pada posisi CH2, DUAL atau ADD. Mereka tidak ditampilkan pada mode CH1.
(a)………tanda "P10" ditunjukkan ketika probe x 10 diset.
(b)……....tanda ">" ditunjukkan ketika V/DIV berada pada posisi UNCAL.
(c)………tampilan kepekaan yang dipilih dari 1mV sampai 5 V. (probe x10 dari 10mV
sampai 50V).
(d)………tanda "y" ditunjukkan pada mode X-Y. tanda "y2" ditunjukkan pada mode DUAL X-
Y.

Tampilan ADD ( SUB ) dan CH2 INV


Fungsi dari ADD,SUB dan INV ditampilkan pada (3).
(a)…..tanda "+" ditunjukkan ketika VERT MODE berada pada posisi ADD, kemudian input
CH1 dan CH2 dijumlah secara aljabar.
(b)…..tanda A "↓" ditampilkan ketika VERT MODE berada pada posisi DUAL atau CH2 dan
tombol CH2 INV ditekan. Ketika tombol CH2 INV ditekan, pengurangan pada CH2 dari CH1
berada dalam sebuah fungsi.

Tampilan TIME
Waktu sweep ditampilkan pada (4). Waktu sweep A ditunjukkan pada baris
kebawah , waktu sweep B ditunjukkan pada baris keatas.
(sweep B hanya untuk 658G)
(a)……….."A" dan "B" ditunjukkan pada waktu sweep A dan B.
(b)……….."=" ditunjukkan secara normal. Tanda "*" ditunjukkan ketika tombol perbesaran
10x ditekan. Tanda ">" ditampilkan ketika tombol SWP.UNCAL ditekan.
(c)………...tunjukkan waktu sweep yang dipilih dari 10ns sampai 0.5 ns. "X-Y" ditampilkan
ketika tombol X-Y ditekan.

Tampilan CHOP/ALT
"CHOP" atau "ALT" ditampilkan pada (5) ketika VERT MODE diset ke DUAL. Ketika
tombol X-Y ditekan, "Xext" ditampilkan.

Tampilan TV-V/ TV-H


"TV-V" atau "TV-H" ditampilkan pada (6) ketika TRIG.COUPLING diset keposisi TV.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Tampilan Cursor Measured Value


Nilai yangdiukur secara relative pada fungsi ketujuh ditampilkan pada (7).
(a)……ditunjukkan setiap fungsi tujuh (∆V, ∆V%, ∆VdB, ∆T, 1/∆T, DUTY , PHASE) yang
mana dipilih oleh tombol CURSOR FUCTION. Fungsi ∆V menyediakan perbedaan ∆V(∆V1,
∆V2, ∆V12, ∆Vy, ∆Vy1) tergantung pada table dibawah :
(b)………dalam fungsi ∆V, polaritas "+" atau "-" ditunjukkan. "+" ketika cursor ∆ (delta)
diatas cursor ▼ (REF), "." ketika cursor ∆ (delta) dibawah cursor ▼ (REF).
(c)………tampilan nilai yang diukur dan satuan pada fungsi pengukuran cursor tujuh.
∆V : 0.0V-40.0 V (400 V untuk probe x10)
Catatan : ketika V/DIV VAR diset keposisi yang tidak dikalibrasi, atau ketika VERT
MODE berada pada posisi ADD tetapi CH1 dan CH2 peka tehadap V/DIV yang tidak sama,
pengukuran satuan akan menjadi nilai yang ditampilkan pada divisi (0.00 sampai 8.00 div).
∆V% : 0.0% - 160% (referensi 5 div = 100%)
∆VdB : -41.9dB~+4.08dB(referensi 5div = 0dB)
∆VdB = 20 log ∆V(div)/5div.
∆V(div) : nilai selisih yang diukur.
∆T : 0.0ns ~ 5.00s
Catatn : ketika tombol SWP UNCAL ditekan, nilai yang diukur ditampilkan dalam
divisi (0.00 sampai 10.00 div)
1/∆T : 200.0 mHz~2.500 GHz
Catatan : ketika tombol SWP UNCAL ditekan atau dua kursor dapat dicocokkan,
nilai yang tidak diketahui menampilkan "?????????".
DUTY : 0.0 % ~ 200.0% (referensi 5 div = 100%)
PHASE : 0.0º ~ 720º (referensi 5 div = 360 º)
Catatan : kecuali ∆V (%dB), fungsi lainnya (∆T, 1/∆T, DUTY, PHASE) dipilih dan
kemudian tombol X-Y ditekan, nilai yang tidak diktahui menampilkan "?????".

PENGKALIBRASIAN PADA PROBE


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, probe membuat sebuah peredam dengan range
yang lebar. Kecuali kalau, kompensasi fasa dilakukan dengan baik, gelombang yang
ditampilkan disimpangkan menyebabkan terjadi error pada pengukuran. Oleh karena itu,
probe harus dikompensasi dengan baik sebelum digunakan.
Hubungkan BNC probe ke terminal input pada CH1 atau CH2 dan aturlah tombol
VOLTS/DIV pada 50 mV. Hubungkan ujung probe ke terminal output tegangan
pengkalibrasian dan atur trimmer kompensasi pada probe untuk gelombang kotak
maksimum (overshot minimum, pembulatan dan kemiringan).
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
TIMER COUNTER ( PM 6670 )

INFORMASI UMUM
Sebelum mengunakan counter ke jala-jala utama, lihat dan periksa bodi (box),konektor,
tombol (kontrol) dll. Untuk memastikan apakah ada yang rusak pada waktu penggunaan
sebelumnya. Jika ada kerusakan yang jelas, jangan hubungkan counter ke jala-jala utama.

GROUNDING
Counter terhubung dengan ground melalui 3 inti kabel, yang mana harus terhubung ke
socket dengan sebuah proteksi kontak ground. Tidak ada aturan keamanan ground lain yang
diizinkan pada counter ini.
Ada interupsi untuk keamanan ground, di dalam atau di luar counter adalah berbahaya.
Perluasan kabel(jalur) harus selalu punya keamanan konduktor ground.
Ketika counter dibawa dari lungkungan dingin ke lingkungan hangat, kondensasi mungkin
adalah alas an atau penyebab kondisi penuh resiko., oleh karena itu pastikan syarat grounding
terpenuhi.
Membuka box atau melepas bagian (komponen), kecualia itu untuk meangkses atau
menambahkan sesuatu dengan tangan, mungklin untuk membuka bagian yang masih terhubug
dan terminal tersebut dapat membahayakan.
Counter boleh tidak dihubungkan dengan sumber tegangan sebelum semua cocok,
penggantian, pemeliharaan dan perbaikan berpengaruh dengan pelepasan cover (tutup).
Jika kecocokan atau pemeliharaan counter dengan membuka cover tidak dapat dihindari,
mungkin hanya dilakuakn oleh seseorang yang punya keterampilan, siapa tahu ini menimbulkan
bahaya.
Petimbangan kapasitor yang di dalam mungkin masih menyimpan tegangan, hilang jika
counter tidak terhubung dengan sumber tegangan
Semua komponen pada bagian utama dari jalur trafo adalah CSA disetujui dan seharusnya
diganti dengan komponen yang asli.

LINE VOLTAGE SETTING


Sebelum menghubungkan counter ke jala listrik, pastika itu sudah diatur ke jala listrik local.
Pada pengunaan, counter diatur salah satu dari 115 atau 220VAC, sebagai petunjuk jala listrik
selector ada pada panel bagian belakang. Jika pengaturan tegangan tidak sesuai, atur selector
jalur tegangan sesuai dengan yang ada disekitarnya, sebelum menghubungkan counter ke jala
listrik.

External Battery Operation


Untuk aplikasi lapangan, counter dapat dioperasikan dari tegangan luar mulai 11.8-28VDC,
hubungjsn ke socket EXT BATT .
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Menghubungkan counter pada keduanya, jala listrik dan tegangan luar pada saat
bersamaan, dapat memberikan fasilitas power backup yang memelihara pemanasan dari
pembangkit panas dan mengisi kembali baterai internal PM9693 ketika pas.

FUSES
Counter dilindungai oleh sekering suhu, ditempatkan pada jala trafo, dan sekering
kedua(1.6A hembusan cepat) pada PCBU1. lepas jala listrik sebelum sekering pas. Pasikan
sekering yang dipakai adlah cocok dengan tipe perangkat ini.
Jika counter diatur pada pengoperasian 115V, tapi terhubung ke 220V, sekering suhu akan
segera memutuskan diri untuk melindungi counter.

Tipe Nomor Kode Pelayanan


Sekering suhu 4822 252 20007
1.6A 5x20mm 4822 252 20022

OPERATING POSITION
Counter dapat diopearsikan pada posisi yang dinginkan. Pelipatan pegangan ke bawah
dapat diputar dan dikunci pada beberapa posisi tetap dengan mengangkat knob pertama pada
pusat setiap engselnya.

FRONT COVER
Panel tombol dan konetor depan apat dilindungi oleh sebuah potongan plastic pada penutup
depan.

CLEANING THE COUNTER COVER


Penutup atas dan bawah, dilapisi dengan Nextel Suede Coating. M,embutuhkan perlakuan
khusus jika permukaan terkena kotoran. Perusahaan 3M telah mengembangkan sebuah
“DOODLEBUG PAD” (Katalog No.8440)yang ketika direndam pada air, ethanol atau agen untuk
proses pembersihan. Akan menembus lubang dan pori untuk mengembalikan seperti dulu.
Pembersihan dengan gosokan akan menghasilkan permukaan yang kasar, meskipun Nextel
suede coating adalah menghambat ethanol.ini mudah terkena pengaruh

4. TOMBOL KENDALI & KONEKTOR

POWER
Sumber daya counter on, posisi ditekan pada STBY, posisi dilepaskan, counter posisi off,
tetapi sumber daya mamsih tersedia untuk pilihan pembangkit panas dan charger baterai.
Sebuah tanda titik decimal STBY menandakan mode stand by.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Ini adalah sebuah saklar, keadaan mantap pada mode stan by, counter berisi konduktor jala
listrik dan bagiannya. Kawat jala (saluran terarah) harus dilepaskan atau tidak dihubungkan
dengan jala listrik.

CHECK
Ketika ditekan, sinyal 10 MHz standar terhubung dengan sirkuit logika. Dihubungkan
dengan selector saklar rotary, CHECk mampu mempunyai fungs pengukuran diri sendiri.

RESET
Ketika ditekan, counter akan reset dan tampilan akan kosong, jika dilepaskan, RESET
melakukan pengukuran baru.

DISP HOLD
Ketika ini ditekan, tampilan waktu di setting untuk menahan tampilan, pengukuran baru akan
bias dilakukan jika tombol RESET ditekan.

MEASURING TIME PUSH TO READ


Pengukuran waktu aakan dimengatur antara 10mS dan 96 mS untuk optimasi resolusi dan
pengukuran kecepatan.
Ketika ditekan, pengmengaturan pengukuran akan tampil.

HOLD OFF,hanya PM6671


Selama pengmengaturan waktu off, counter mengabaikan semua input yang seharusnya
mempunyai akhir siklus pengukuran. Untuk menampilkan pengesetan Hold-off time, pilih
TIME INT SINGLE A_B dan tekan CHECK.

FUNCTION SELECTOR ROTARY SWITCH RPM A


Mengatur counter pada pengukuran perubahan sinyal setiap menitnya untuk menhubungkan
dengan input A, menyediakan tranduser yang bias mengirim stu pulsa setiap perubahannya.

FREQ A
FREQ A atau C, hanya PM 6672
Mengatur counter untuk melakukan pengukuran frekwensi pada sinyal yang terhubung ke
input A atau C. pada mode frekwensi rata-rata, panel belakang dipilih pada PM6671….72,
counter mengukur rata-rata dari beberapa contoh frekwensi.

RATIO A/B
Mengatur counter untuk mengukur ratio sinyal antara terhubung dengan input A dan B
sampai 10Mhz. untuk mengahsilkan frekwensi penuh dengan range pada PM6671…72,
sebuah ratio pengukuran terjadi pada mode FREQ A atau C dengan menggunkan input D
yang dimengatur pada EXT STD IN.bagaimanapun, metode ini tidak bisa memberikan
pengmengaturan pada titik decimal yang benar.

PHASE A_B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Mengatur counter untuk mengukur phase sinyal (pada derajat) antara terhubung dengan
input A dan B. maksimal frekwensi adlah 1.6 MHz, knob sensitivitas seharusnya ditarik dan
mengatur putar kanan penuh.ATT x10 push button terlepas.

COUNT A MANUAL
Mengatur counter untuk total kejadian(pulsa dan periode) pada input A selama interval
waktu antara pelepasan dan penekanan tombol DISP HOLD.
Hasil diakumulasikan dengan perhitungan yang lain atau reset ketika ditekan RESET.

Count B__|------|___ GTED BY B


Counter akan mengur penuh pada input A, antara masuk dan yang meninggalkan pada
input sinyal B.

COUNT B __|--|__|---|__ START AND STOP BY B


Counter sama dengan yag di atas, antara memulai dan menyetop kejadian pada inpuit B

PULSE WITH A
Mengatur counter untuk mengukur pulsa dengan terhubung dengan input A

TIME INT SINGLE A_B


Mengatur counter untuk mngukur interval waktu antara pulsa pada input A dan B.

TIME INT AVERAGE A-B


Mengatur counter untuk mengukur rata-rata interval waktu sinyal berulang yang tidak
sinkron dengan frekwensi standar.

PERIOD A
Mengatur counter untuk mengukur rata-rata periode waktu dari sebuah sinyal yang
terthubung dengan input A.

INPUT AMPLIFIER

ATT x10
Ketika ditekan, sensitivvitas akan melemah dengan factor 10 untuk input A. pada mode DC
eqivalen level trigger adalah dikalikan dengan 10.

SLOPE
Ketika ditekan, trigger terjadi pada tepi sementara pada tepi utama yang normal.

50KHz FILTER
Sebuah low pass filter untuk memperbaiki trigger dari sinyal noise dengan frekwensi di
bawah 50KHz. Dipakai hanya untuk input A.
COM VIA A
Terhubung di dalam channel A dan B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

TRIGGER LEVEL
Ketika knob rotary ditekan, DC mode akan terpilih dan level trigger bergeser antara -2.5 dan
+2.5V. indicator 3 keadaan trigger PM6671….72 adalah lampu sebagai penanda status
trigger.
ON=level trigger terlalu rendah
BLINKING=kejadian trigger, sinyal input i.e dihalangi oleh histerisis.
OFF=level trigger terlalu tinggi

Level output trigger panel depan dari PM6671…72 memungkinkan untuk mengukur
settingan level trigger.
Ketika ATTx10 ditekan, level trigger akan bergeser antara -25V dan +2.5V, tapi level output
masih -25V dan +2.5V.

SENSITIVITY
Ketika knop rotary ditarik, mode AC terpilih dan sentivitas bergeser berdekatan antara
10….100 mVRMS

1GHz, hanya PM6672


Ketika ditekan, input C terhubung. Sensitivitas bergeser secara otomatis.

LED INDICATORS
Menandakan counter adalah dalam mode remote-controlled lewat pilihan bus interface
PM9696

GATE
Menandakan pengukuran yang sedang berproses.

UNIT INDICATOR
Sebuah multi tujuan 4 led indicator

Untuk FREQ read: Hz, KHz, MHz, GHz.


Untuk PERIODE, TIME dan PULSE WITH READ: ns, us, ms, s.
Untuk COUNT read: us/KHz=103 pulse
Ms/MHz=106 pulse
s/GHz=109 pulse

REAR PANEL, PM6671…72

EXT STD IN/INT STD OUT


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Input D
Pilihan switch dua posisi menggunakan konektor D BNC salah satu output untuk sinyal
standar internal 10MHz atau sebagai input untuk sinyal standar external.

ARMING/FREQ AVERAGE/EXT RESET


Input E
Tiga posisi slide switch untuk pemilihan fungsi dari input E.

GATE MONITOR
Mengaktifkan pengamatan pada osiloskop pada pengukuran interval waktu dan hold off
time trigger.

EXT BATT
Input dari sumber DC eksternal 11.8…28.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
FUNCTION GENERATOR (EFG-3210)

PENGECEKAN KELUARAN PERALATAN


1. Hubungkan function generator ke sumber tegangan AC
2. Hidupkan unit dengan menekan tombol switch power
3. Hubungkan pada rangkaian seperti gambar di bawah ini.
CONTROL POSITION
Power ON
Frekwency Multiplier 1K
Frequency Dial 1.0
Duty CCW
Dc Offset Centered
Amplitude Centered
Invert Out
ATT -20 dB Out
Mode Gelombang Kuadrat

4. Hidupkan osiloskop dan atur tombolnya, maka muncul keluaran gelombang yang
dikuadratkan. Cobalah tekan gelombang segitiga dan sinus. Pilih frekeuensi yang lain
dengan mengatur tombol yang tepat dan tampilkan semua pada layer osikloskop. Sekali
kamu menjadi familiar dengan fungsi berbeda, kamu akan menjadi siap untuk meletakkan
unit ini pada operasi rangkaian.

APLIKASI
Generator fungsi dengan banyak fitur. Setiap oparasi membuat tambahan untuk setiap lab.
Ikuti pengulangan pada aplikasi pengetesan dengan menggunakan generator fungsi.
1. Melihat jejak logika digital
Output menyediakan pulsa TTL yang cocok yang dapat digunakan untuk injeksi pada
rangkaian digital.
2. Test audio
Dengan menhubungkan output ke penguat audio, dapat memeriksa tinggi, rendah respon
frekwensi dengan injeksi menual sebuah sinya menuju input, dan menghubungkan sebuah
osiloskop ke montor output penguat.
3. Control pembangkit tegangan
Ketika pembangkit digunakan pada hubugan dengan input VCF, tegangan luaran akan
mengeluarkan sebuah range ayunan frekwensi yang dapat dijadikan aplikasi bervariasi
seperti modulator frekwensi.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
DIGITAL FREQUENCY COUNTER ( GFC-8010F/8055F/8100F )

Intruksi pengoperasian :
Bagian ini bagian persiapan ,penanganan panel operasi , dan mengoperasikan alat ketika
melakukan pengukuran frekuensi dengan alat ini. Selalu dengan keras mengamati semua tindakan
pencegahan pengoperasian ketika menggunakan alat.

Tindakan pencegahan dan persiapan umum sebelum penggunaan

1. Ketika impedansi 50Ω ,tegangan maksimum yang dapat diterapkan ke masukkan antara
5Vrms tanpa hormat ke frekuensi atau posisi tombol di SENSITIVITY. Daya yang dikonversi
0.5W .Catatan jika daya yang masuk ke input melebihi maka impedansi masukan 50 Ω
akan hancur. (Jangan pernah menghubungkan pemancar yang mempunyai output lebih
0.5W secara langsung ke input counter).
2. Ketika impedansi 1M Ω, tegangan maks yang dapat diterapkan ke masukkan tergantung
oleh frekuensi dan posisi tombol di SENSITIVITY. Hubungan ini ditunjukkan di gambar 8.,
dan nilai yang diberi ditable harus diamati dengan seksama. Inisial diset di SENSITIVITY ke
1/10 ,jika penghitung tidak dapat menghitung ,set tombol ke 1/1 dan kemudian laksanakan
pengukuran. Prosedur ini akan mengurangi bahaya ke masukkan circuit.
3. Gunakan sumber daya AC dengan spesifikasi 110V ±10 % atau 220V ±10 %
4. Gunakan alat dengan suhu ruangan sekitar 0 - 40◦C . Jangan letakkan penghitung diatas
temperatur tinggi dan tidak menutup saluran ventilasi alat ini.
5. Jangan pernah mengijinkan air untuk masuk ke dalam alat dan jangan pernah
menggoncangkan alat ini.
6. Ketika digunakan khususnya lingkungan yang ribut ,masukkan filter noise ke dalam sumber
daya.

Gambar.1. Frenc Panel (GFC-8010F)


1.Counter input terminal .BNC type connector.
Terminal masukkan .Tipe konektor BNC.
2. Input sensitivity selector switch. Push on is 1/1 Pish off is 1/10.
Tombol input sensitivitas selector tekan on jika 1/1 tekan off jika 1/10
3. Frequency range can be selected according to the frequncy of input signal.
Range frekuensi dapat dipilih menurut frekuensi sinyal input
4. Gate time selector switch 10sec, 1sec, and 0.1sec.
Pilihan tombol waktu 10 sekon,1sekon dan 0.1 sekon
5. Power supply switch press down is “ON” press up is “OFF”
Power supply hidup tombol ditekan ke bawah, mati ditekn ke atas
6. Handle to be used to carry the instrument and also serve a as a stand when the
instrument is used on a bench or desk.
Tangkai digunakan untuk membawa alat dan juga menjaga posisi ketika alat digunakan
diatas meja tulis atau bangku
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

7. Hz, Mhz and the position of the decimal point indicate , when press the gate time
switch to the 10 sec, 1 sec or 0.1 sec.
Titik indikasi Hz, MHz dan posisi desimal ketika gerbang waktu ditekan pada tombol
10 detik ,1 detik atau 0.1 detik.
8. Lamp indicating means that the counter display value is an over flow.
Lampu mengindikasikan bahwa tampilan penghitung nilai adalah lebih
9. Gate signal indicates when the gate time switch push on is 10sec, 1sec or 0.1sec.
Indikasi gerbang sinyal ketika tombol gerbang waktu ditekan on 10 detik, 1 detik atua
0.1 detik.

Gambar 2. Front Panel (GFC-8055F)


1. INPUT B 50 – 550 MHz counter input terminal ,when the frequency range set to the
500MHz ranges.
2. INPUT B 0 – 100 MHz counter input terminal ,when the frequency range set to the
10,100MHz ranges.
3. Input sensitivity selector switch. Push on is 1/1 Pish off is 1/10.
Tombol input sensitivitas selector tekan on jika 1/1 tekan off jika 1/10
4. Frequency range can be selected according to the frequncy of input signal.With the
range set to “550MHz” input signal is connected to the prescaler.
Range frekuensi dapat dipilih menurut frekuensi sinyal input. Dengan range mulai
550MHz sinyal input dihubungkan ke prescaler.
5. Gate time selector switch 10sec, 1sec, and 0.1sec.
Pilihan tombol waktu 10 sekon,1sekon dan 0.1 sekon
6. Power supply switch press down is “ON” press up is “OFF”
Power supply hidup tombol ditekan ke bawah, mati ditekn ke atas
7. Handle to be used to carry the instrument and also serve a as a stand when the
instrument is used on a bench or desk.
Tangkai digunakan untuk membawa alat dan juga menjaga posisi ketika alat digunakan
diatas meja tulis atau bangku
8. Hz, Mhz and the position of the decimal point indicate , when press the gate time
switch to the 10 sec, 1 sec or 0.1 sec.
Titik indikasi Hz, MHz dan posisi desimal ketika gerbang waktu ditekan pada tombol
10 detik ,1 detik atau 0.1 detik.
9. Lamp indicating means that the counter display value is an over flow.
Lampu mengindikasikan bahwa tampilan penghitung nilai adalah lebih
10. Gate signal indicates when the gate time switch push on is 10sec, 1sec or 0.1sec.
Indikasi gerbang sinyal ketika tombol gerbang waktu ditekan on 10 detik, 1 detik atau
0.1 detik
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUNJUK PENGOPERASIAN
MULTIMETER ANALOG 09 MX 430

1. PENGENALAN
1.1 Secara umum
Alat ini merupakan multimeter analog yang dapat mengukur sampai dengan kemampuan
40.000Ω/V sehingga sangat dibutuhkan oleh ahli listrik dan elektro.
Alat ini memiliki insulasi yang baik (3kV) dan pada komponennya tidak terdapat bahan
metal yang menonjol. Konstruksinya yang tidak rata memudahkan untuk dibawa.
Keunggulan yang lainnya, karet yang dapat meredam suara dan beberapa aksesoris yang
sangat mudah dicari. Alat ini juga didukung dengan lipatan yang bisa dibuat dengan kondisi
berdiri.
1.2 Keunggulan
Multimeter ini juga mendukung jika terjadi kecelakaan terputus / hubungan pendek karena
kelebihan beban pad ategangan AC 240 V di semua kondisi tanpa terjadi bahaya dan
sekring terputus. Perlindungan pada arus akan diberikan pada skala arus(≤15mA) dan 50-
150mVDC pada komponen non linear. Semua range tegangan akan diberi perlindungan jika
terjadi kecelakaan misalnya kelebihan beban yang digunakan oleh komponen biasa.
Perlindungan pada arus skala(≥15mA) akan memutuskan salah satu saklar yang memiliki
arus cut off 10A/100kA pada common.
Saklar dan bateray sangat mudah diganti dibelakang alat. Ohmmeter yang linear
memberikan ketepatan dan resolusi pada resistansi rendah pada range 0-50 Ω dan 0-500
Ω.
1.3 Instruksi umum
1. Jika kita melakukan suatu pengukuran dan dapat mengetahui keadaan awal kita
mengatur alat ukur untuk pengukuran tinggi, maka segera matikan alat jika sangat
diperlukan akurasi yang tinggi akan tersedia jika terdapat deviasi yang tinggi pula.
2. Sebelum melakukan pengukuran, periksa jarum penunjuk apakah menunjuk ke angka
nol. Jika masih belum bisa putar bagian belakang alat.
3. Untuk memeriksa fungsi tombol dengan benar maka sebelum melakukan pengukuran,
jangan mencoba mengukur tegangan apabila tombol masih dalam posisi ohms atau
pada mA.
4. Jangan menggunakan perpanjangan pengukuran jika mengukur arus yang tinggi "arus
tinggi hanya bisa diukur dengan menggunakan alat luar yang terdapat pada alat
(dengan mengeluarkan peredam suara)."
5. Kapan menggunakan EHT probe
untuk membuat probe bersih dengan benar, debu mungkin mengotori permukaan
peralatan insulasi. Periksa secara berkala diantara pelindung yang melingkar dan
tombol hitam seperti pisang. Resistansi yang dianjurkan tidak lebih dari 10 Ω.
Bekerjalah pada tempat yang kering dan insulai yang kacau. Hindari semua sentuhan
dengan tangan kosong dan dengan beberapa bagian tubuh dan benda metalyang
mungkin belum ditanahkan.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Jika terjadi jangan mengukur secara langsung pada sumber tegangan, cobalah
mengukur tagangan dengan menggunakan beberapa komponen hambatan dimana
akan terjadi penurunan tegangan jika terjadi kecelakaan pada multimeter.
6. Pengukuran pada sinyal non sinusoida
Multimeter bisa dikalibrasi untuk sinyal sinusoida. Namun berbeda, indicator yang
deberikan hanya berupa nilai rata-rata. Dimana nilai pengukuran berbeda dari nilai RMS
dan berbeda jika menggunakan osioloskop.
7. Jika mengunakan clip on ammeter dengan rasio 1/1000 jangan mengubah range
sebelum memindah clip on dari rangkaian sebelum dites. Hal tersebut akan mencegah
nilai transient pada keluaran sekunder pada clip on.
8. Pengukuran DC dengan probe pelindung TV. Selalu lihat buku instruksi pada HA(0902).
Hal itu menerangkan pelindung integrasi pada pulsa tegangan tinggi.
Peringatan :
Sangat berbahaya jika megukur secara langsung pada anoda dengan pipa yang beraliran listrik,
dimana pulsa yang didapat mencapai tegangan tinggi. Selain bisa berbahaya bagi peralatan, hal
tersebut juga bisa membuat pengukuran pada pipa pada basis yang terdapat pada TV transformer
yang disebabkan oleh boost condenser.

2. SPESIFIKASI
2.1 Tegangan DC
Range :
50-150 mV
0,5-1,5-5-15-50-150-500 V
Arus FSD = 25 µA
1500V(pada masukan yang terpisah)
Akurasi pada FSD ±15% (3% pada range 1500V)
Sensitivitas =40k Ω/V (10k Ω/V pada range 1500V)
Besar pengukuran =15 dan 30kV (lihat EHT probe)
2.2 Tegangan AC
Range :
5-15-50-150-500 V
Arus FSD = 250 µA
1500 V (pada masukan yang terpisah)
Sensitivitas = 4k Ω/V
Lebar pita = (dianjurkan 50 Hz) lihat respon frekuensi pada kurva halaman 2
Decibel meter = -10 sampai +56 dB , 0 dB = 1mW/600 Ω
Skala langsung -10 sampai +16 dB
2.3 Arus DC
Range :
25 µA (pada 50 mV dan pada range Vdc dengan arus FSD 25µA)
150µA-1,5-15-150 mA
1,5-15 A (pada masukan yang terpisah)
Akurasi pada FSD = ± 1,5 %
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Penurunan tegangan = ≤ 1,2 V


Besar pengukuran shunt 100 dan 300 mV : 15 A sampai 500 A
2.4 Arus AC
1,5-15-150 mA
1,5-15 A (pada masukan yang terpisah)
Akurasi pada FSD (dianjurkan 50 Hz) : ± 25 %
Penurunan tegangan = ≤ 1,2 V
Lebar pengukuran :250 A sampai 1000 A (dengan clip on transformer)
Peringatan : AC dan DC 15 A range :
Pengukuran dibatasi selama 5 menit (10 A : permanen)

2.5 Ohm meter


Range : linear 0-50 Ω, 0-500 Ω
Akurasi pada FSD : ± 2 %
Sumber dalam 3 mA DC sumber dari sel sekring 9V CE16f22 (PP3)
Ketika masukan tidak tertunjuk oleh jarum pada indicator sebelah kanan maka alat dalam
kondisi on.
Dengan meninggalkan switch pada posisi 50 atau 500 Ω sesudah menggunakan pada
range kΩ maka skala akan terbalik.

Range Dari Skala tengah deviasi Arus maksimum Power supply


kΩx1 0,1 k Ω-200 k 2,5 k Ω 0,66 mA 1,5V CE1R6

kΩx 10 Ω -2 M Ω 250 k Ω 40 µA 9V CE16f22 (PP3)
100

2.6 Pengukuran secara langsung semikonduktor


Range : linear 500 Ω
Arus : 3 mA
Pembacaan tegangan junction langsung sampai 1,5 V
(V : 100 pada skala hitam 150)

2.7 Pengukuran suhu (pengukuran dengan probe)


Range : -50 sampai ± 50 ºC
Lihat pada buku panduan pada HA 1159 probe
2.8 Perlindungan
Maksimum tegangan : 240 VAC
Semua range:Arus tinggi cut-off (500V-100kA)
Sekering pada common (10mA)
Range arus DC (≥15mA) : 0.16mA sekering dengan semi waktu tunda
Range lainnya : lihat hal 23
Perlindungan pada komponen non linier tidak dibutuhkan sebelum beberapa menit sampai terjadi
kelebihan beban. Lebar pita yang baik dilindungi oleh diode
2.9 Hal umum
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Dimensi : Lebar : 110mm tinggi : 45mm kedalaman : 185mm


Berat : rata-rata 0.5 kg

2.10 Aksesoris
2.10.1 Hal yang mendukung alat
1 0.16A sekering semi delay AA0411
1 10A sekering arus tinggi AA2346
1 Seperangkat timah hitam A60328
1 9V GF22CE1 sel kering (PP3) AL0020
1 1.5V RGCE1 sel kering AL0008

2.10.2 Hal yang ditawarkan


15kV DC EHT Probe HA0873-HT0215
30kV DC EHT Probe HA1059-HT0216
Probe suhu -50ºC - +150 ºC HA1159
Clip on transformer 1/1000 S 11x15mm AM 0010
Clip on transformer 1/1000 Ф 50mm AM 0015
Clip on transformer 1/1000 Ф 100mm HA 0768
Penghubung multicurrent HA0709
50mV 50A DC shunts HA0512
50mV 100A DC shuntsHA0511
50mV 500A DC shuntsHA1029
Probe pelindung TV HA0902
Seperangkat timah hitam dengan test penerima HA0932
Tas jinjing AE0181
Peredam MC1036
Catatan:
1. Penghubung multicurrent diijinkan untuk mengukur arus tanpa membuka komponen yang
diukur (lihat buku panduan pada HA0709)
2. Probe pelindung TV dipakai untuk menghindari tegangan puncak yang tinggi dengan pulsa
HF pada range tegangan DC 150-500-1500V

3. INTRUKSI KERJA KALIBRASI


Baterai
Pada bagian belakang multimeter tedapat tutup yang dapat digeser untuk membuka baterai
dan bagian sekering :
0 : tekan untuk keadaan berdiri
1 : tekan kedua kaki yang berdiri kearah tengah
2 : geser bagian tengah sesuai dengan tanda panah yang ditunjukkan ,berdirikan dan
arahkan kebelakang secara bersamaan ,dan temukan baterai tanpa pembungkus

Peringatan :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Pindahkan timah hitam dari pelindung masukkan sebelum mendapatkan bagian yang
diinginkan
Tempat indikasi baterai 9VPP3 dan 1.5VR6

Sekering
Ketika memindahkan sekering maka gunakan tipe sebelah kanan
Peringatan : Peletakan sekering yang salah dapat membahayakan keamanan

Operasi
Lihat pada halaman 23-24 dan 37-38-39-40 jika aksesoris dibutuhkan

Kalibrasi
Harus dilakukan sesudah waktu yang cukup lama (≥1 tahun) atau setelah diperbaiki
setelah waktu garansi
Catatan :
Balikan 4 putaran (2 didalam bagian sekering dan sel) pada bagian belakang alat untuk
mendapatkan rangkaian bagian dalam .Periksa jarum apakah menunjuk angka nol
Akurasi pada sumber standart harus ±0.5% pada FSD
- 50 mV DC pada range (25µA DC) dengan 50mV DC pada masukkan gunakan R33
untuk membuat jarum menyimpang sampai FSD
- 150 µA DC pada range : dengan input 150 µA DC pada masukkan gunakkan R34
untuk membuat jarum menyimpang sampai FSD
- 50 mV DC/25 µA DC pada range : dengan 25 µA pada masukkan gunakan R35 jika
diperlukan (jika error gunakan nilai 8%)
- 5V AC pada range ; dengan 250 µA AC pada masukan gunakan R35 untuk
membuat jarum menyimpang sampai FSD
- 1.5 mA AC pada range : dengan 1.5mA AC 50 Hz pada masukan gunakan R36
untuk membuat jarum menyimpang sampai FSD
Standart resistansi masukan pada ohmmeter (pada range linier 50 Ω). Gunakan R37
untuk membuat jarum menyimpang sampai FSD
Periksa kebenaran akurasi pada range yang lain pada multimeter.

Fungsi Ω
1. Tekan timah hitam sampai : -com and mAV/kΩ/ Ω Socket
2. Pastikan bahwa buakan tegangan AC pada resistansi pada waktu dites
3. linier ohmmeter
(menggunakan pelindung thermistor dan varistor dari beberapa hubungan singkat
untuk 240 V AC)
Pilihan untuk Pembacaan pada skala hitam masukan
50Ω 50 Ωx1
500Ω 50 Ωx10
Dengan 500Ω dapat diukur secara langsung pada penghubung semi konduktor
yang diikuti : - COM mA V kΩ/Ω. Arus tetap 3A : pada pembacaan sampai 1.5V
pada skala hitam 150 (V: 100)
Catatan:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

Skala timer (L.H jika jarum skala menyimpang pada fungsi sebelah kanan yang
menunjukkan resistansi dari 50 Ω atau 500 Ω. Dengan masukan terbuka (R ∞) dan
jarum akan bergerak ke R.H.S pada skala.
4. logaritmik ohmmeter
Hubungan singkat pada timah hitam .Pilih Ω control untuk mengatur j arum
sampai 0 Ω (skala hijau) dengan fungsi selector pada Ω
Selector ke pembacaan pada skala hijau dari
k Ωx1 ohms 0.1k Ω sampai 200k Ω
k Ωx100 ohms 10k Ω sampai 20M Ω

3.3.3 Fungsi VDC


Peletakan timah hitam untuk :
-COM dan mA V/k Ω soket (50mV sampai 500 V)
-COM dan 1500V soket (range 1500V)
Range Posisi selector Skala hitam Unit/Faktor
50mV 50mVDC 50 Vx1
150mV 15VDC 150 Vx10
500mV 50VDC 50 Vx1
1500mV 150VDC 150 Vx1
5V 5VDC 50 Vx1
15V 15VDC 150 Vx10
50V 50VDC 50 Vx1
150V 150VDC 150 Vx1
500V 500VDC 50 Vx10
1500V 500VDC 150 Vx10
Catatan: jika jarum tidak menyimpang periksa sekering 10 A

3.3.4 Fungsi VAC


Peletakan timah hitam untuk :
-COM dan mA V/kΩ/Ω soket (5 sampai 500 V)
-COM dan 1500V soket (range 1500V)
Range Posisi selector Skala Unit/Faktor
5V 5VAC 5 merah Vx1
15V 15VAC 150hitam Vx10
50V 50VAC 50hitamVx1
150V 150VAC 150 hitam Vx1
500V 500VAC 50 hitam Vx10
1500V 500VAC 150 hitam Vx10
Catatan: jika jarum tidak menyimpang periksa sekering 10 A

Decibel meter
Pembanding V2 > V1
Penguatan V2/V1 =dB V2 dibaca –dB V1
Pembacaaan langsung dB -10 sampai 16 dB (range 5VAC)
(0 dB = 0.775 V 1 mW/600 Ω)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

A dd + 10 dB jika range 15 VAC


+20 dB jika range 50 VAC
+30 dB jika range 150 VAC
+40 dB jika range 500 VAC

Fungsi mA dc
Peletakan timah hitam untuk :
-COM dan mA V/k Ω/ Ω soket (25 µA sampai 150 mA)
-COM dan 1.5 A (atau 15 A) soket (1.5 A atau 15 A)

Range Posisi selector skala hitam unit/factor


25 µA 50 mV DC 50 µA : 2
150 µA 150 µA DC 150 µA x 1
1.5mA 1.5mA DC 150 mA : 100
15 mA 15mA DC 150 mA : 10
150 mA 150 mA DC 150 mA x 1
1.5 A 150 mA DC 150 A x 100
15 A 150 mA DC 150 A x 10

Catatan: jika jarum tidak menyimpang range 1.5 A dan 15 A : periksa sekering 10 A. Range lainnya
≥ : periksa sekering 0.16 A
Peringatan : 15 A DC Pengukurannya dibatasi sampai 5 menit
10 A DC (tetap)
>3 A untuk timah hiatam dengan kawat dan kehati-hatian
3.3.6 Fungsi mA AC
Peletakan timah hitam untuk :
-COM dan mA V/k Ω/ Ω (range 1.5 mA sampai 15 mA)
-COM dan 1.5 A(atau 15 A) soket (range 15 A atau 15 A)
Range Posisi selector skala merah Unit/factor
1.5 mA 1.5 mA AC 15 mA : 10
15 mA 15 mA AC 15 mA x 1
150 mA 150 mA AC 15 mA x 10
1.5A 150 mA AC 15 A : 10
15 A 150 A AC 15 Ax1
Catatan: jika jarum tidak menyimpang maka:
Pada range 1.5 dan 15 ; periksa sekering 10 A
Range lainnya ≥ 15 A ; Periksa sekering 0.16 A

Peringatan :
Pengukuran pada 15 A AC dibatasi sampai 5 menit (tetap unutk 10 A AC) hanya digunakan untuk
bentuk gelombang sinus. Hasil yang didapat bukan nilai RMS ; yang sebanding dengan nilai rata-
rata pada sinyal yang mulus selain untuk membatsi lonjakan nilai RMS juga bisa mengirimkan panas
>3 A digunakan untuk timah hitam dengan kawat dan penuh kehati-hatian
3.4 Petunjuk Aksesoris
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

3.4.1 Shunt 50 mV
Multimeter pada range 50 mV DC
50 mV shunts Pembacaan pada skala hitam Unit/factor
50 A 50 A:1
100 A 50 Ax2
500 A 50 A x 10

3.4.2 Penghubung multicurrent (lihat HA 0709 pada buku panduan )


 Fungsi mA AC multimeter
 Penghubung utama
 pemeriksa tegangan utama
Sumber langsung bagian belakang
Tekan tombol merah jika akan mengoperasikan fungsi mA pada multimeter (hubungkan masukan
mA pada tombol masukan) sampai pengukuran 10 A

3.4.3 Clip on transformer 1/1000


Hubungkan multimeter pada fungsi mA AC
A. 250 A clip on transformer pada range 150 mA AC sampai perhitungan 15 (x 10) pada skala
merah 15
B. 1000A clip on transformer pada range 1.5A AC sampai perhitungan 10 (x 100) pada skala
merah 15

3.4.4 Probe suhu -50ºC sampai ± 150 ºC (lihat HA 1159 pada buku panduan)
Gunakan range VDC untuk melihat sensitivitas probe (1 atau mV ºC) penghubung untuk tegangang
balik jika menghubungkan suhu negative sangat dianjurkan
Range multimeter Sensitivitas Probe Range suhu
150 mV DC 1 mV/ ºC -50 ºC +150 ºC
10 mV/ ºC -15 ºC +15 ºC
50 mV DC 1 mV/ ºC -50 ºC +50ºC
10 mV/ ºC -5 ºC +5 ºC
Konversi skala ºC ke ºF

3.4.5 Probe EHT


30 kV dan 15 kV DC
Dihubungkan ke –COM dan soket V mA k Ω/ Ω multimeter pada 25 µA DC (50 mV DC)
Pembacaan pada skala hitam 150 (V x 200 atau V x 100)

3.4.6 Pelindung probe TV (lihat HA 0902 pad buku panduan )


Untuk mencegah V AC pada puncak tinggi ketika multimeter diset untuk V DC 500V atau
range 1500 V
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

PETUJUK PENGOPERASIAN ALAT BENGKEL

1. BOR
a. Memasang mata bor pada tempatnya sesuai dengan kebutuhan. Untuk bor besar
maksimal mata bor yang diperbolehkan adalah 10mm dan untuk bor pcb maksimal
3mm.
b. Pastikan apa yang akan di bor. Bor besar digunakan untuk mengebor plat besi ataupun
besi. Sedangkan bor pcb digunakan untuk mengebor pcb
c. Memasang mata bor, bor harus dalam keadaan mati.
d. Pastikan mata bor terpasang dengan kuat dan kencang
e. Pastikan mata bor tidak patah ataupun bengkong
f. Setelah semua siap nyalakan bor
g. Setelah selesai matikan bor
h. Lepas mata bor

2. LAS LISTRIK
a. Sambungkan kabel listrik Las Listrik ke jala jala PLN 3 Fasa.
b. Setelah disambungkan maka las listrik dalam keadaan On dan lampu indikator akan
menyala
c. Pastikan arus dc yang keluar dari mesin las listrik dengan benar. Jika tidak benar makan
atur dengan cara.
- putar tuas pengatur arus yang berada di depan mesin las listrik
- amati panel yang berada diatas mesin las listrik, dimana angka yang berada di
sebelah kiri mengacu ke arus, sedangkan angka di kanan mengacu kepada besar
kecilnya elektroda yang digunakan.
- Besar kecilnya arus dan elektroda tergantung terhadap bahan yang akan di las, jika
tipis maka arus dan elektroda yang dipakai juga kecil demikian sebaliknya.
d. Sambungkan Kabel + ke mesin las bertanda +, kabel negative – ke mesin las bertanda

e. Kabel + dihubungkan ke elektroda dan kabel - dihubungkan ke benda kerja/bahan yang
akan di las
f. Kemudian jika sudah selesai pengaturan arus dan elektroda, maka penge-las-an siap
dilakukan.

3. MESIN PEMOTONG
a. Pastikan dulu ukuran plat yang mau dipotong. Spesifikasi alat potong adalah plat
dengan ukuran ketebalan
- Plat besi dengan ukuran maksimal 1.5 mm
- Plat steinless stell ukuran maksimal 1.25 mm
- Plat alumunium soft ukuran maksimal 2 mm
b. Pastikan ukuran yang diinginkan dengan cara menggeser alat ukur di mesin pemotong
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

c. Setelah semuanya benar baik ukuran yang diinginkan maupun tebal tipis bahan, maka
bahan siap dipotong dengan cara menggunakan tuas pemotong. Arahkan tuas
pemotong ke arah bawah, jangan terlalu keras menuasnya.
d. Setelah selesai memakai pastikan tuas alat potong ke posisi semula yaitu berada di
atas
e. Bersihkan alat potong setelah memakai

4. ALAT BENDING
a. Setting dulu peralatan bending dengan cara :
- Putar baut di kiri dan kanan alat bending yang berfungsi untuk mengatur kerenggangan
alat penjepit.
- Putar baut di sebelah kanan bawah yang berfungsi untuk mengatur lekuk/sudut
penekuk-an. Dimana standardnya adalah sejajar dengan alat pengepresnya.
b. Masukkan bahan yang akan di tekuk dengan ketentuan :
- Plat besi dengan ukuran maksimal 1.5 mm
- Plat steinless stell ukuran maksimal 1.25 mm
- Plat alumunium soft ukuran maksimal 2 mm
Kemudian kunci bahan agar tidak goyang dengan cara menekan tuas pengepress. Jika
di rasa bahan tidak terkunci dengan benar atur lagi baut di atas kiri dan kanan mesin
bending.
c. Setelah semua dirasa benar maka tekuk bahan tersebut, dengan cara menaikkan tuas
penekuk.

5. RAGUM
a. Pastikan ragum dalam keadaan tertancap dengan kuat dan benar di meja, bila masih
goyang harap di kencangin baut baut pengencangnya
b. Putar tuas ragum untuk melebarkan jarak ragum
c. Pasang alat yang mau dikerjakan
d. Kencangkan ragum dengan cara putar tuas ragum
e. Setelah selesai putar tuas lagi lepaskan alat dari ragum dan kembalikan posisi ragum
dalam kadaan tertutup
f. Bersihkan ragum

6. GERINDA
a. Pastikan gigi gerenda dalam keadaan baik dan kencang
b. Nyalakan gerinda dengan cara memutar tombol on/off
c. Dekatkan alat yang mau di gerenda
d. Setelah selesai matikan gerinda

7. GERGAJI MESIN
a. Pastikan mata gergaji telah tertata dengan kencang
b. Pastikan oli ada dan dalam keadaan penuh
c. Atur sudut pemotongan yang diinginkan dengan cara menggeser papan sudut.
d. Jepit bahan yang diinginkan ke ragum yang telah tersedia.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

e. Jika semua dah siap nyalakan mesin pompa oli dengan tombol on-off
f. Nyalakan mesin gergaji
g. Tarik tuas gergaji untuk memotong bahan, jangan menarik tuas dengan kencang karena
bisa menyebabkan mata gergaji patah.
h. Setelah selesai bersihkan alat

8. GERGAJI MESIN PEMOTONG KAYU


a. pastikan semua dalam kondisi normal
b. atur sudut pemotongan dengan cara melakukan penyetelan sudut pada kiri bawah alat
gergaji
c. atur besar kecilnya bahan yang dipotong dengan cara mengatur penahan bahan
dengan menggeser ke kiri dan kanan
d. jika semua sudah siap maka nyalakan mesin gergaji
e. setelah semua selesai bersihkan peralatan

9. KOMPRESSOR
a. Pastikan selang terpasang dengan benar
b. Pastikan knop angin sudah benar yaitu posisi ke atas.
c. Nyalakan kompresor, perhatikan jarum penunjuk kapasitas angin yang ada di
kompresor. Jika dirasa sudah penuh maka kompresor siap digunakan
d. Buka tuas angin sesuai dengan kebutuhan
e. Matikan kompresor jika sudah selesai

10. HANDY TESTER


- menggunakan daya berbentuk batery kotak dengan daya 9volt
- menggunakan daya power supply juga 9v.
a. geser saklar on-off ke posisi on..tunggu sampai tulisan self testing hilang..
b. jika pada tampilan layar lcd dalam keadaan not ready lakukan proses reset. Yang
berfungsi untuk mengembalikan ke posisi awal
c. pilih type ic yang ingin kita lakukan test…dengan cara menombol tombol type. Jika type
sudah ketemu lakukan pemilihan seri IC dengan cara menombol tombol up atau tombol
down
d. jika kita tidak tau type ic tersebut maka bisa kita lakukan pencarian dengan cara tekan
tombol search.
e. Jika semua sudah di setting maka masukkan Ic ke tempat/text tool dan sesuaikan
dengan gambar yang tertera pada alat.
f. Kemudian geser tuas tempat ic ke bawah untuk mengunci ic dan menandakan ic telah
siap diuji
g. Kemudian tekan tombol test
h. Jika muncul tanda oke maka ic tersebut dalam keadaan baik jika muncul tanda bad
maka ic dalam keadaan rusak.

11. PENGETES IC (TOP2003 DAN ALL 100)


a. Install software/perangkat lunak/program pengetes IC di komputer.
- untuk top2003 operating system/os nya harus windows 98/windows ME
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.poltek-malang.ac.id

- untuk all 100 operating system minimal windows 98


- USB komputer 1.1 atau 2.0
b. Setelah instalasi software selesai maka tancapkan kabel usb dari pengetes IC ke
komputer
c. Buka software Pengetes IC di komputer
d. Software Pengetes IC akan melakukan inisialisasi alat. Jika alat tidak dikenali maka
lakukan pemindahan slot USB yang menancap di komputer, dan atau pastikan
operating system.os telah sesuai dengan spesifikasi.
e. Jika selesai inisialisasi maka software dan alat Pengetes IC bisa digunakan.

12. KOMPUTER UNIT


a. Jika pada PC unit terdapat power supply maka tekan dulu tombol On-Off pada power
supply
b. Tekan tombol on pada pc/cpu
c. Tekan tombol power pada monitor
d. Jika operating system/os telah terloading dengan benar maka tampilan akan muncul di
layar monitor dimana pada pojok kiri bawah ada tombol start.
e. Arahkan kursor mouse ke tombol start. Klik kiri mouse, maka akan muncul beberapa
menu. Dimana untuk memulai suatu program arahkan kursor ke menu program sampai
tulisan program terblok dengan warna biru. Pilih program yang diinginkan dengan cara
mengarahkan kursor ke program tersebut dengan ditandai program tersebut terblok
warna biru.
f. PC siap dioperasikan.
g. Jika pengerjaan dirasa sudah selesai maka komputer bisa dimatikan, dengan cara
arahkan kursor ke tombol start, klik kiri pada menu start. Pilih menu paling bawah yaitu
Turn Off Computer. Kemudian akan muncul menu lagi pilih menu Turn Off.
h. Tunggu sampai muncul tulisan shutting down, kemudian cpu akan mati.
i. Matikan monitor dengan cara tekan tombol On-Off pada monitor.
j. Matikan power supply dengan cara menekan tombol On-Off.

13. PRINTER
a. Pastikan kabel power dan kabel data printer telah menancap dengan benar ke jala-jala
listrik dan ke cpu.
b. Nyalakan PC Unit sampai masuk ke desktop
c. Tekan tombol On-Off pada printer
d. Jika driver printer telah terinstall maka printer siap digunakan, jika belum lakukan proses
instalasi driver printer
e. Masukkan kertas ke dalam tempat yang disediakan pada printer. Bisa di atas taupun di
bawah tergantung type dari printer
f. Jika sudah selesai pemakaian, tekan tombol power On-Off pada printer

Anda mungkin juga menyukai