TENTANG
~\
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan:
1. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Pelanggaran adalah perbuatan Pegawai yang melanggar peraturan perundang-undangan
tentang tindak pidana umum dan tindak pidana khusus termasuk namun tidak terbatas pada
peraturan di bidang perpajakan, peraturan tindak pidana korupsi, serta peraturan di bidang
kepegawaian.
3. Pelapor (whistleb!ower) adalah Pegawai atau masyarakat yang melaporkan terjadinya
Pelanggaran atau dugaan terjadinya Pelanggaran baik secara langsung maupun tidak
lang sung kepada Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pengaduan adalah informasi yang disampaikan oleh Pelapor sehubungan dengan sedang atau
Ieiah terjadinya Pelanggaran atau dugaan terjadinya Pelanggaran.
5. Upaya Perlindungan adalah tindakan dalam rangka melindungi Pelapor dari tindakan balasan
yang dapat dilakukan oleh terlapor atau pihak lain sehubungan dengan pengaduannya.
6. Penghargaan adalah apresiasi atau imbalan bagi Pelapor yang pengaduannya Ieiah terbukti
kebenarannya dan memenuhi syarat tertentu.
7. Tim Pengkaji Pemberian Penghargaan Bagi Pelapor yang selanjutnya disebut Tim Pengkaji
adalah tim yang bertugas melakukan kajian pemberian penghargaan bagi Pelapor.
8. lnstansi Penegak Hukum adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Republik
Indonesia dan/atau Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.
9. Lembaga Perlindungan Saksi dan Karban (LPSK) adalah Lembaga sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Karban dan
perubahannya.
/Pasal 2 ...
a\/
-3-
Pasal2
( 1) Setiap Pegawai yang mendengar, melihat dan/atau mengalami terjadinya Pelanggaran atau
dugaan terjadinya Pelanggaran, wajib melaporkannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.
(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk namun tidak terbatas pada
perbuatan-perbuatan yang contohnya dicantumkan dalam lampiran I yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(3) Masyarakat yang mendengar, melihat dan/atau mengalami terjadinya Pelanggaran atau
dugaan terjadinya Pelanggaran dapat melaporkannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.
(4) Masyarakat yang me rasa tidak puas terhadap pelayanan perpajakan, dapat melaporkannya
kepada Direktorat Jenderal Pajak.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), (3), dan (4) merupakan Pengaduan yang dapat
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung kepada Direktorat Jenderal Pajak.
BAB II
SALURAN DAN PENGELOLAAN PENGADUAN
Pasa13
(1) Pengaduan secara langsung dapat dilaporkan melalui sa luran pengaduan Direktorat Jenderal
Pajak, yaitu Help Desk Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur
(KITSDA), dengan cara Pelapor bertatap muka langsung dengan petugas penerima laporan.
(2) Pengaduan secara tidak langsung dapat dilaporkan melalui saluran pengaduan Direktorat
Jenderal Pajak, sebagai berikut:
1. saluran telepon (021) 52970777;
2. Kring Pajak 500200;
3. email kode.etik@pajak.go.id;
4. email pengaduan@pajak.go.id;
5. SIKKA masing-masing Pegawai; atau
6. sura! tertulis kepada:
a. Direktur Jenderal Pajak;
b. Direktur KITSDA;
c. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat;
d. Direktur lntelijen dan Penyidikan; atau
e. Pimpinan Unit Vertikal DJP.
(3) Terhadap setiap Pengaduan yang diterima, diberikan nomor identitas pengaduan.
Pasal4
(1) Pengaduan yang dilaporkan secara tidak lang sung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) termasuk Pengaduan yang dilaporkan melalui pihak lain selain Direktorat Jenderal Pajak
seperti lnspektorat Jenderal, Komisi Pengawas Perpajakan dan Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, atau pihak lainnya.
(2) Terhadap setiap Pengaduan yang diterima secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pad a ayat ( 1 ), diberikan nomor identitas pengaduan dan ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
Pasal5
(1) Setiap Pengaduan yang diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 wajib
direkam pada aplikasi Sistem lnformasi Pengaduan Pajak (SIPP) oleh petugas pengaduan
pada:
a. Direktorat KITSDA;
b. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat;
c. Direktorat lntelijen dan Penyidikan;
d. Kantor Wilayah DJP; atau
e. Kantor Pelayanan Pajak.
(2) Pengaduan yang terkait dengan pelayanan perpajakan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang penanganan pengaduan pelayanan perpajakan.
(3) Pengaduan yang terkait dengan indikasi pelanggaran disiplin dan/atau kode etik ditindaklanjuti
sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang penanganan pengaduan oleh
Direktorat KITSDA.
(4) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:
Ia. pen:\lan ...
I
-4-
BAB Ill
PENANGANAN ADUAN DENGAN MEMPERLAKUKAN
PEGAWAI SEBAGAI WAJIB PAJAK
Pasal6
( 1) Apabila hasil tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) menunjukkan
indikasi pelanggaran terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Pegawai maka unit
yang melakukan investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan melaporkan hasil tindak
lanjut kepada Direktur KITSDA.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) Direktur KITSDA:
a. melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak;
b. alas nama Direktur Jenderal Pajak memerintahkan Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
Pegawai terdaftar sebagai Wajib Pajak, untuk melaksanakan prosedur perpajakan yang
berlaku terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar.
(3) Prosedur perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa:
a. penerbitan sural himbauan pembetulan Sural Pemberitahuan (SPT) kepada Pegawai dan
ditindaklanjuti dengan melaksanakan konseling sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Pegawai oleh
Kantor Pelayanan Pajak tempat Pegawai terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam hal setelah
dilakukan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pegawai tetap tidak
menanggapi himbauan pembetulan.
(4) Dalam hal pelanggaran terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Pegawai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menunjukkan adanya dugaan tindak pidana di bidang
perpajakan, Direktur Jenderal Pajak berdasarkan laporan Direktur KITSDA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, memerintahkan untuk dilakukan pengembangan dan analisis
informasi, data, laporan atau pengaduan (IDLP) oleh Direktorat lntelijen dan Penyidikan.
(5) Tindak lanjut pengembangan dan analisis IDLP sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pengembangan dan Analisis lnformasi, Data, Laporan, dan Pengaduan.
Pasal 7
(1) Seluruh biaya yang timbul dalam hal Pegawai dilakukan pemanggilan sebagai Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasa16 ayat (3) atau ayat (4), ditanggung oleh Pegawai.
(2) Pegawai yang memenuhi pemanggilan sebagai Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (3) a tau ayat (4) berhak mendapatkan sural izin meninggalkan tempat kerja
namun pemberian TKPKN tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal8
(1) Pelaksanaan prosedur perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) atau
penanganan terhadap adanya dugaan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dan ayat (5) tidak menghapuskan kewenangan Direktur
Jenderal Pajak untuk melanjutkan proses investigasi terhadap kemungkinan terjadinya
pelanggaran disiplin yang terkait dengan Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Dalam hal berdasarkan hasil investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat indikasi
tindak pidana, hasil tindak lanjut dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur
KITSDA, untuk selanjutnya diteruskan kepada lnspektur Jenderal Kementerian Keuangan.
(3) Dalam hal terhadap Pegawai telah diterbitkan sural himbauan pembetulan SPT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a dan berdasarkan hasil investigasi sebagaimana
dimaksud pad a ayat ( 1) tidak terbukti terjadi pelanggaran disiplin, dan sepanjang Pegawai
telah melakukan pembetulan SPT sesuai sural himbauan, atau Pegawai tidak melakukan
pembetulan SPT karena berdasarkan hasil konseling SPT-nya terbukti sudah benar, terhadap
Pegawai tidak dikenakan penjatuhan hukuman disiplin.
(4) rerh,:r·.
/
-5-
(4) Terhadap Pegawai yang tidak merespon himbauan Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk
membetulkan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, dikenakan
hukuman disiplin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BABIV
KEWAJIBAN MERAHASIAKAN IDENTITAS PELAPOR
Pasalg
( 1) ldentitas Pelapor wajib dirahasiakan oleh setiap Pegawai yang karen a kewenangan atau
jabatannya mempunyai tugas untuk menerima, memproses, menindaklanjuti Pengaduan, dan
mengelola sistem pengaduan, termasuk namun tidak terbatas pada Pegawai yang terkait
dengan pemberian Penghargaan bagi Pelapor.
(2) Kewajiban merahasiakan identitas Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
dalam hal Pelapor meminta atau memilih untuk tidak dirahasiakan identitasnya.
(3) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menandatangani pakta integritas
sebagaimana dimaksud dalam lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang
merupakan bag ian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(4) Pegawai sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) yang terbukti tidak melaksanakan kewajiban
merahasiakan identitas Pelapor dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(5) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan setelah melalui
pemeriksaan atasan langsung yang dapat didahului dengan investigasi oleh Direktorat
KITSDA.
(6) Pemeriksaan atau investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari Direktur KITSDA.
(7) Perintah atau permintaan dari Direktur KITSDA sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diterbitkan berdasarkan:
a. sural permohonan Pelapor; atau
b. informasi lainnya.
BABV
HAK-HAK PELAPOR
Pasal 10
( 1) Pelapor yang berstatus Pegawai berhak untuk mendapatkan Upaya Perlindungan berupa:
a. perlindungan dari tindakan balasan yang bersifat administratif kepegawaian yang
merugikan Pelapor seperti namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan,
penurunan penilaian DP3, usulan pemindahan tugas/mutasi atau hambatan karir lainnya;
b. pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor atau terlapor dalam hal timbul ancaman fisik
terhadap Pelapor;
c. bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kementerian
Keuangan;
d. bantuan permintaan perlindungan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal
kasus Ieiah dilimpahkan ke lnstansi Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
e. bantuan permintaan perlindungan kepada LPSK dalam hal kasus Ieiah dilimpahkan ke
lnstansi Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) diberikan dalam hal:
a. ldentitas Pelapor diketahui oleh terlapor; dan
b. Pelapor atau pihak lain mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur KITSDA, yang
dapat berupa sural/sural elektronik dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam lampiran Ill Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
Pasal 11
(1) Pelapor berhak untuk mendapatkan informasi tindak lanjut penanganan Pengaduan dengan:
a. menghubungi kring pajak 500200 atau unit kerja penerima pengaduan, untuk Pengaduan
terkait dengan pelayanan perpajakan;
/b.men:r··
(/
-6-
b. menghubungi Help Desk Direkloral KITSDA, unluk Pengaduan lerkail dengan indikasi
pelanggaran disiplin dan/alau kode elik.
(2) Permohonan informasi lindak lanjul penanganan Pengaduan dilakukan dengan menyebulkan
nomor idenlilas pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayal (3).
Pasal 12
(1) Dalam hal Pengaduan yang disampaikan oleh Pelapor lerbukli benar, Pelapor berhak unluk
mendapalkan Penghargaan.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayal (1) diberikan dalam hal:
a. berdasarkan hasil pemeriksaan, lerbukli benar bahwa lelah lerjadi Pelanggaran lerhadap
Peraluran Pemerinlah nomor 53 Tahun 2010 dalam:
1. Pasal 3 angka 4 jo. Pasal 10 angka 2 kecuali Pelanggaran lerhadap kelenluan izin
perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil;
2. Pasal 3 angka 8 jo. Pasal 10 angka 6;
3. Pasal 4 angka 1 jo. Pasal 13 angka 1;
4. Pasal 4 angka 2 jo. Pasal 13 angka 2;
5. Pasal 4 angka 3 jo. Pasal 13 angka 3;
6. Pasal 4 angka 4 jo. Pasal 13 angka 4;
7. Pasal 4 angka 5 jo. Pasal 13 angka 5;
8. Pasal 4 angka 6 jo. Pasal 13 angka 6;
9. Pasal 4 angka 7 jo. Pasal 13 angka 7; alau
10. Pasal 4 angka 8 jo. Pasal 13 angka 8; alau
b. berdasarkan pulusan pengadilan yang lelah mempunyai kekualan hukum lelap, lerbukli
lelah lerjadi lindak pidana korupsi, lindak pidana di bidang perpajakan dan/alau lindak
pidana pencucian uang;
c. pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a alau b lerjadi selelah diberlakukannya
Peraluran Direklur Jenderal Pajak ini.
(3) Penghargaan diberikan selelah kepulusan hukuman disiplin alas Pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayal (2) huruf a dijaluhkan alau pulusan pengadilan sebagaimana dimaksud
pada ayal (2) huruf b lelah mempunyai kekualan hukum lelap.
(4) Penghargaan yang diberikan kepada Pelapor yang berslalus Pegawai, berbenluk piagam
penghargaan dan:
a. promosi sampai dengan eselon IV alau pengusulan promosi sampai dengan eselon II;
b. mulasi sesuai dengan keinginan;
c. kenaikan pangkal islimewa alau luar biasa;
d. training alau short course; dan/alau
e. imbalan prestasi kerja khusus maksimal sepuluh kali besarnya TKPKN pelapor atau
imbalan lain yang setara.
(5) Penghargaan yang diberikan kepada Pelapor yang lidak berstalus Pegawai, berbenluk piagam
penghargaan.
BABVI
MEKANISME PEMBERIAN UPAYA PERLINDUNGAN
DAN PENGHARGAAN BAGI PELAPOR
Pasal 13
( 1) Pemberian Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan
berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak alas usulan Direktur KITSDA yang Ieiah
menerima dan menelili sural permohonan sebagaimana dimaksud pad a pasal 10 ayal (2) huruf
b.
(2) Perselujuan Direklur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pad a ayal (1) diluangkan dalam
benluk sural perinlah pemberian Upaya Perlindungan yang disampaikan kepada:
a. Sekrelaris Direkloral Jenderal unluk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayal (1) huruf b dane;
b. Direktur Peraluran Perpajakan II untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayal (1) huruf c;
-7-
Pasal 14
(1) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a memberikan Upaya
Perlindungan dalam bentuk:
a. pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor atau terlapor, untuk Upaya Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b;
b. bantuan dalam proses pengajuan permohonan perlindungan kepada LPSK sesuai
ketentuan yang berlaku, untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf e.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b memberikan Upaya
Perlindungan dalam bentuk pendampingan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c memberikan Upaya
Perlindungan dengan melakukan:
a. pengawasan terhadap setiap proses administrasi kepegawaian Pelapor dengan
memperhatikan peraturan-peraturan di bidang kepegawaian, untuk Upaya Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a;
b. bantuan dalam proses pengajuan permohonan perlindungan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia, untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf d.
Pasal 15
( 1) Pemberian Penghargaan diberikan berdasarkan keputusan Tim Pengkaji yang dibentuk
berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(2) Susunan Tim Pengkaji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Direktur Jenderal Pajak sebagai Ketua Tim Pengkaji;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak sebagai anggota;
c. Direktur KITSDA sebagai anggota;
d. Direktur Peraturan Perpajakan II sebagai anggota;
e. Direktur lntelijen dan Penyidikan sebagai anggota;
f. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat sebagai anggota;
g. Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya Manusia sebagai
anggota.
(3) Tim Pengkaji memberikan keputusan pemberian Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. efek jera (deterrent effect) yang ditimbulkan dari pengungkapan Pelanggaran;
b. kualitas Pelanggaran yang diungkap;
c. kedudukan Pegawai yang melakukan Pelanggaran; atau
d. kriteria lain yang ditetapkan oleh Tim Pengkaji.
BAB VII
LAIN-LAIN
Pasal 16
( 1) Apabila berdasarkan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) tidak
ditemukan cukup bukti terjadinya Pelanggaran, Pejabat yang berwenang melakukan
investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan menghentikan investigasi/penelitian
pendahuluan/pemeriksaan.
(2) Penghentian investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dinyatakan dengan penerbitan Sura! Penghentian lnvestigasi/Penelitian
Pendahuluan/Pemeriksaan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam lampiran IV
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
-8-
(3) Dalam hal terdapat hak-hak terlapor sebagai pegawai yang berdasarkan ketentuan yang
berlaku tidak diberikan sebagai akibat dari adanya proses investigasi/penelitian
pendahuluan/pemeriksaan, hak-hak tersebut dapat diberikan kembali sejak diterbitkannya
sural penghentian dilakukannya investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Pasal 17
Pejabat yang terbukti menyalahgunakan jabatan dan/atau kewenangannya untuk melakukan
tindakan balasan sebagaimana tersebut dalam Pasa110 ayat (1) huruf a dijatuhi hukuman disiplin
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 18
( 1) Pegawai yang berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti dengan sengaja tidak melaporkan suatu
Pelanggaran yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di
bidang keamanan, keuangan, dan materiil kepada atasan langsung atau melalui saluran
pengaduan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(2) Termasuk dalam pengertian Pegawai yang dengan sengaja tidak melaporkan suatu
Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), adalah Pegawai yang pernah melaporkan
Pelanggaran tersebut namun tidak mencantumkan identitas.
Pasal 19
Pegawai yang berdasarkan hasil investigasi, hasil penelitian pendahuluan, dan hasil pemeriksaan
terbukti dengan sengaja membuat Pengaduan palsu dan/atau membuat Pengaduan yang berisi
fitnah, dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal20
( 1) lktikad baik untuk melaporkan Pelanggaran dapat dijadikan pertimbangan yang meringankan
dalam penjatuhan hukuman disiplin dan/atau pengenaan sanksi moral bagi Pelapor yang
merupakan Pegawai yang juga terlibat dalam Pelanggaran pada kasus yang dilaporkannya.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dapat diberikan Penghargaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) huruf e berdasarkan pertimbangan profesional dari Tim
Pengkaji.
Pasal21
Dalam hal Pengaduan yang berdasarkan sifat dan karakteristiknya tidak dapat ditangani oleh
Direktorat KITSDA, maka Direktur KITSDA melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
selanjutnya dikoordinasikan penanganannya dengan lnspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
dan/atau lnstansi Penegak Hukum yang berwenang.
BABVIII
PENUTUP
Pasal22
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal1 Januari 2012.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Agu~\US 20!1
Lampi ran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER- :l2 /PJ/2011
Tanggal 19 NJUS-'r\.15 2011
b. Suap-menyuap
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "menyuap pegawai neqeri"
Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor Contoh nomor 3a Contoh nomor 3b
31 Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
F adalah seorang Ketua Tim Fungsional Pemeriksa
G adalah seorang Ketua Tim Fungsional Pemeriksa
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat Pajak yang sudah empat tahun bertugas pada KPPPajak pada KPP Madya HIJ yang sedang diperiksa
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun Pratama GHI di luar Jawa. F meminta bantuan oleh tim pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal
dan atau pidana denda paling sedikit kepada A, seorang pegawai Bagian Kepegawaian Pemerintah. Pada saat dilaksanakan pemeriksaan,
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan yang menangani mutasi, agar salah seorang pemeriksa dari Aparat Pengawas
dapat
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima memindahkannya ke KPP di Kola J dengan Internal Pemerintah bernama C menemukan adanya
puluh juta rupiah) setiap orang yang: menjanjikan untuk memberikan sejumlah uang. indikasi penyimpangan dalam proses pemeriksaan
a.memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pajak yang dilakukan oleh tim pemeriksa pajak yang
F yang berjanji memberikan sejumlah uang agar
pegawai negeri atau penyelenggara negara diketuai oleh G. Atas temuan tersebut, G menawarkan
dapat dipindahkan ke Kota J adalah pelaku
dengan maksud supaya pegawai negeri atau sejumlah uang dan menyampaikan keinginannya
Pelanggaran.
penyelenggara negara tersebut berbuat atau kepada C agar temuan indikasi penyimpangan itu
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang dihilangkan dari laporan hasil pemeriksaan.
bertentangan dengan kewajibannya"
G yang menawarkan sejumlah uang dan
menyampaikan keinginannya kepada C agar temuan
indikasi penyimpangan itu dihilangkan dari laporan
hasil pemeriksaan adalah pelaku Pelanggaran. c-
'
If
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "menyuap pegawai negeri sehingga pegawai negeri melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bukan
kewajibannya"
Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nemer Contoh nomor 4a Contoh nomor 4b
31 Tahun 1999 stdd. UU Nemer 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 3a, permintaan pindah ke kota J Dalam contoh 3b, G menghubungi pejabat di
"Oipidana dengan pidana penjara paling singkat dan janji memberikan uang disampaikan oleh F lingkungan Pengawas Internal Pemerintah yang
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun kepada L, pejabat Direktorat Jenderal Pajak di luar mempunyai pengaruh bernama D dan meminta D
dan atau pidana denda paling sedikit Bagian Kepegawaian yang mempunyai pengaruh. untuk menyampaikan keinginannya kepada tim
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah
F yang berjanji memberikan uang adalah pelaku
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua rat us terse but agar temuan indikasi penyimpangan itu
Pelanggaran.
lima pu/uh juta rupiah) setiap orang yang: dihilangkan dari laporan hasil pemeriksaan. Alas jasa
b.memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau D, G menjanjikan sejumlah uang sebagai imbalan.
penyelenggara negara karen a a tau
G yang meminta D untuk menyampaikan keinginannya
berhubungan dengan sesuatu yang
kepada tim pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
Pemerintah tersebut agar temuan indikasi
tidak dilakukan dalam jabatannya"
penyimpangan itu dihilangkan dari laporan hasil
pemeriksaan dengan menjanjikan sejumlah uang
sebagai imbalan adalah pelaku Pelanggaran.
e. Perbualan curang
Conloh Pelanggaran berupa:
Peraluran "membiarkan perbualan curang pada waklu pembuatan bangunan alau penyerahan bahan bangunan"
Pasal 7 ayal (1) huruf b Undang-Undang Nomor Conloh nomor 22a Conloh nomor 22b
31 Tahun 1999 sldd. UU Nomor 20 Tahun 2001
S adalah Pejabal Penerima Hasil Pekerjaan pada KPP T adalah Pejabal Penerima Hasil Pekerjaan pada KPP
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat Pratama QQQ. Pada saal menerima hasil pengadaan Pralama VWX. KPP Pralama vwx sedang
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun barang bahan bangunan berupa keramik yang melaksanakan pengadaan jasa perbaikan alas salah
dan a tau pidana denda paling sedikit diperlukan dalam perbaikan salah salu ruangan di salu ruangan pad a KPP lersebut. Selama proses
Rp 100. 000. 000,00 (seratus jut a rupiah) dan KPP Pralama QQQ, s dengan sengaja lelap pekerjaan perbaikan lersebul, tukang yang
paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima menerima keramik yang dikirim oleh penjual walaupun mengerjakannya mengganti jenis semen yang
puluh juta rupiah): dikelahui kualitas keramik lersebul jauh dibawah seharusnya dipakai dengan semen yang berkualitas
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu kualilas keramik yang dipesan. jauh lebih buruk. Hal ini dikelahui dan dibiarkan oleh T.
membuat bangunan, atau penjual bahan Pada saal melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan
S yang lelap menerima keramik yang kualitasnya lidak
bangunan yang pada waktu menyerahkan tersebul, T lelap menerima hasil pekerjaan lerseburt
sesuai dengan keramik yang dipesan lersebut adalah
bahan bangunan, melakukan perbuatan curang walaupun T mengelahui kecurangan yang le~i
pelaku Pelanggaran.
yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau kese/amatan negara dalam selama proses pengerjaannya.
keadaan perang;
T yang bertugas melakukan pemeriksaan hasil
b. setiap orang yang bertugas mengawasi
pekerjaan pengadaan jasa dan mengelahui adanya
pembangunan atau penyerahan bahan
kecurangan dalam proses pengerjaannya lelapi lelap
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
menerima hasil pengadaan jasa lersebul adalah pelaku
curang sebagaimana dimaksud da/am huruf a
Pelanggaran.
\1 r-
perbuatan tersebut bertentangan dengan
peraturan perundangundangan"
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai negeri baik lang sung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan yang diurusnya,"
Pasal 12 huruf i Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 24a Contoh nomor 24b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
U adalah pemilik CV. XXX yang bergerak di bidang V adalah pegawai di KPP XYZ yang juga adalah
"Dipidana dengan pidana penjara seumur percetakan. U merupakan istri dari T, seorang pegawai di Pejabat Pengadaan. KPP XYZ membutuhkan
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 KPP YYY yang juga adalah Ketua Panitia Pengadaan. beberapa kendaraan yang akan dipergunakan untuk
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua Pada saat dilaksanakan pengadaan barang cetakan oleh suatu kegiatan antar jemput pegawai. Pada saat
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit panitia pengadaan yang diketuai oleh T, CV. XXX turut dilaksanakan pengadaan langsung sewa kendaraan, V
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) serta dalam tender proyek tersebut. Dalam proses seleksi, menetapkan usaha persewaan kendaraan miliknya
dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu atas cam pur tang an T, CV. XXX terpilih sebagai sendiri sebagai penyedia jasa.
miliar rupiah): i. pegawai negeri atau pemenang.
V yang menetapkan usaha persewaan kendaraan
penyelenggara negara baik langsung
T yang secara langsung turut serta dalam penentuan miliknya sendiri sebagai penyedia jasa adalah pelaku
maupun tidak langsung dengan sengaja turut
pemenang dari pengadaan barang cetakan memilih CV. Pelanggaran.
serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
XXX yang merupakan perusahaan milik istrinya adalah
persewaan, yang pada sa at dilakukan
pelaku Pelanggaran.
perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau
menqawasinya"
g. Gratifikasi
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melaporkannya kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)"
Pasai12B dan Pasai12C UU Nomor 20 Tahun Contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan Contoh nomor 25b
2001 sebagai gratifikasi yang sering terjadi adalah:
E. Kepala Kantor KPP FGH, membeli sebuah mobil
1. Pemberian hadiah atau parse! kepada pejabat pada
Pasal12 B dari sebuah dealer yang juga merupakan Wajib Pajak
sa at hari raya keagamaan, oleh rekanan atau
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri yang terdaftar di KPP FGH. Dalam pembelian mobil
bawahannya;
a tau penyelenggara negara dianggap tersebut, pihak dealer memberikan potongan harga
2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak
pemberian suap, apabi/a berhubungan dengan khusus kepada E. Sampai dengan lewat 30 (tiga
dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat tersebut;
jabatannya dan yang berlawanan dengan puluh) hari sejak pembelian, E tidak juga melaporkan
3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau
kewajiban atau tugasnya, dengan potongan harga khusus tersebut ke KPK.
keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-
ketentuan sebagai berikut:
cum a; E yang menerima potongan harga khusus a~
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh
'
juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa 4. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian mobil tersebut dan sampai dengan lewat 30
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap pembelian barang dari rekanan; (tiga puluh) hari sejak pembelian tersebut tidak juga
dilakukan oleh penerima gratifikasi; 5. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan melaporkannya ke KPK adalah pelaku Pelanggaran.
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 kepada pejabat;
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa 6. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh pribadi lainnya dari rekanan;
penuntut umum. 7. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau saat kunjungan kerja;
penyelenggara negara sebagaimana dimaksud 8. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima
dalam ayat (1) ada/ah pidana penjara seumur kasih karena telah dibantu.
hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) Contoh nomor 25a
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp A adalah seorang pelaksana di Seksi Pelayanan sebuah
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan KPP Pratama yang bertugas memberikan pelayanan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar pembuatan NPWP. Dalam melaksanakan tugas-tugas
rupiah). pelayanan pembuatan NPWP tersebut, A
melaksanakannya sesuai dengan SOP yang telah
Pasal12 C ditetapkan. Pada saat melayani pembuatan NPWP
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam seorang pengguna layanan bernama B, A menerima
Pasal 12 8 ayat ( 1) tidak berlaku, jika penerima pemberian sejumlah uang dari B sebagai tanda terima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kasih alas pelayanan A yang dinilai baik. Sampai
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana dengan lewat 30 (tiga puluh) hari sejak menerima uang
Korupsi. dari B, A tidak juga melaporkan pemberian uang
(2) Penyampaian laporan sebagaimana tersebut ke KPK.
dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga A yang menerima pemberian sejumlah uang dari B dan
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal sampai dengan lewat 30 (tiga puluh) hari sejak
gratifikasi tersebut diterima. menerima uang tersebut tidak juga melaporkannya ke
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana KPK adalah pelaku Pelanggaran.
Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak tanggal menerima
laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat
menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tala cara
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur
dalam Undangundang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Pelanggaran peraluran di bidang perpajakan
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraluran "lidak mengisi Sural Pemberilahuan dengan benar"
Pasal4 ayal (1) UU Nomor 6 Tahun 1983 sldd. Conloh nomor 26a
UU Nomor 16 Tahun 2009 lenlang Kelenluan
F adalah seorang pelaksana pada KPP Pralama GHI. Dalam kesehariannya, baik kelika beraklivilas di kanlor
Umum dan Tala Cara Perpajakan
maupun dalam kehidupan di luar kantor, F dikenal memiliki gaya hid up mewah. Selain memiliki sejumlah rumah, F
"Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan dikenal sering menggunakan mobil yang dikalegorikan mewah di lingkungan lempal linggalnya secara bergantian.
Sural Pemberilahuan dengan benar, lengkap, Selain memperoleh penghasilan sebagai PNS, F juga memperoleh penghasilan lain dari usaha sampingan.
je/as, dan menandalanganinya" Dalam Sural Pemberitahuan, F lidak melaporkan penghasilan lain dari usaha sampingannya lersebut.
F yang lidak melaporkan penghasilan lain dari usaha sampingannya adalah pelaku Pelanggaran.
a. Kode Etik Pegawai DJP (Peraluran Menleri Keuangan No: 1/PM.3/2007 Tanggal 23 Juli 2007)
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "tidak bertanggung iawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak"
Panduan Kewajiban Pegawai: Contoh nomor 28a Contoh nomor 28b
"Bertanggung jawab dalam penggunaan Seorang Kepala Sub Bagian Umum di sebuah KPP C, seorang Kepala Seksi KPP Pratama DEF yang
barang inventaris mifik Direktorat Jenderaf Pralama bernama B menguasai sepenuhnya sebuah berlokasi di Jakarta dipindahtugaskan/dimulasi ke KPP L.-
Pajak." kendaraan dinas dan menvewakan kendaraan din as Madya GHI vanQ berlokasi di Sulawesi Selatan. Duff'
'
tersebut kepada umum, terutama pada akhir pekan. bulan sejak dipindahtugaskan, c belum juga
Untuk mempermudah proses penyewaan, B mengganti menyerahkan kembali rumah dinas yang ditempatinya
plat nomor kendaraan dinas yang berwarna merah selama bertugas di KPP Pratama DEF. Rumah dinas
dengan plat nomor kendaraan berwarna hitam. tersebut masih ditempati oleh keluarganya.
B yang menguasai sepenuhnya sebuah kendaraan C yang belum menyerahkan kembali rumah dinas
din as dan menyewakan kendaraan dinas tersebut yang hak pemakaiannya telah berakhir adalah pelaku
kepada umum adalah pelaku Pelanggaran. Pelanggaran.
b. Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tanggal6 Juni 2010)
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "tidak melaksanakan tugas kedinasan yg dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan
tanggun jawab"
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil Contoh nomor 31 a Conloh nom or 31 b
Pasal 3 angka 5
X adalah seorang pejabal jurusila pada sebuah KPP Y adalah pelaksana Subbagian Umum pada KPP
"Melaksanakan tugas kedinasan yg Pralama. Dalam pelaksanaan lugas penyampaian Sural Madya PQR. Y bertugas menangani usulan kenaikan
dipercayakan kepada PNS dengan penuh Paksa, secara periodik yang bensangkulan pangkat pegawai KPP lersebut. Dalam melaksanakan
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab" memanfaatkan sural lugas untuk pulang ke kola asal lugasnya, y tidak secara proaklif mengusulkan
dengan cara mengatur sural tugas penyampaian Sural kenaikan pangkat, melainkan menunggu perminlaan
Paksa. Yang bersangkulan mengatur sedemikian rupa dari para pegawai KPP tersebut. Beberapa pegawai
agar seluruh Sura! Paksa dapal disampaikan dalam mengalami keterlambatan dalam pengusulan kenaikan
waktu singkat tanpa memperhatikan prosedur yang telah pangkatnya akibat dari kelalaian Y.
ditetapkan sehingga yang bersangkutan memiliki waktu y
yang lidak melaksanakan pengusulan kenaikan
sisa beberapa hari kerja untuk pulang ke kola asalnya.
pangkat pegawai KPP Madya PQR sesuai dengan
X yang lidak melaksanakan tugas penyampaian Sural prosedur yang telah ditelapkan adalah pelaku
Paksa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Pelanggaran.
adalah pelaku Pelanggaran.
'
permintaan E. terse but.
A yang memberikan data berupa laporan keungan Wajib H yang memberitahukan isi dari konsep sural jawaban
Pajak lain kepada E adalah pelaku Pelanggaran. kepada Wajib Pajak I adalah pelaku Pelanggaran.
PAKTA INTEGRITAS
Sebagai pelaksanaan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER- !I.Z /PJ/2011 tanggal 19 Agustus 2011 tentang Kewajiban Melaporkan Pelanggaran dan
Penanganan Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
saya yang bertanda Iangan di bawah ini:
Nama
NIP
PangkaUGolongan
Jabatan
Unit Kerja
Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam Pakta lntegritas ini saya
bersedia dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Mengetahui
(atasan langsung) Yang Membuat Pernyataan
Meterai
Rp 6.000,-
Unit Kerja
Perlindungan yang saya harapkan berupa (pilih yang sesuai, bisa lebih dari satu pilihan):
a. perlindungan dari tindakan balasan yang bersifat administratif kepegawaian dan merugikan
Pelapor seperti namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan, penurunan penilaian
DP3, usulan pemindahan tugas/mutasi atau hambatan karir lainnya;
b. pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor atau terlapor dalam hal timbul ancaman fisik terhadap
Pelapor;
c. bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan;
d. bantuan permintaan perlindungan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal
kasus Ieiah dilimpahkan ke lnstansi Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
e. bantuan permintaan perlindungan kepada LPSK dalam hal kasus telah dilimpahkan ke lnstansi
Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1 ................................................................................................. ")
2. . ............................................................................................... ")
Tempat, Tanggal
(Nama Lengkap)
") diisi dengan alasan yang mendukung, dalam hal diperlukan agar dilampiri dengan dokumen dan
bukti pendukung.
Lampiran IV
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- .'12 /PJ/2011
Tanggal: 15 f\gu5W5 2011
Nama
NIP
Pangkatlgolongan
Jabatan
menerangkan bahwa karena tidak dilemukan cukup bukli, maka dengan ini dilakukan penghenlian
investigasilpenelitian pendahuluan/pemeriksaan *) yang dilaksanakan berdasarkan Sural Perintah
lnvestigasi/Penelitian Pendahuluan/Pemeriksaan *) Nomor .................. Tanggal ....... (2)terhadap:
Nama
NIP
Pangkatlgolongan
Jabalan
Dalam hal Ieiah ditemukan data/bukti/informasi baru, akan dilindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
................................(5)
................................(6)
Keterangan:
1. Asli sural ini disampaikan kepada yang bersangkutan yailu pegawai yang dilakukan
investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan.
2. Tembusan sural disampaikan kepada:
a. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak;
b. Direklur KITSDA;
c. alasan langsung pegawai yang dilakukan investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan.
3. *) : Corel yang lidak perlu.
4. Petunjuk pengisian:
Angka 1: Diisi oleh yang membuat sural penghenlian:
a. dalam hal penghentian lnvesligasi, diisi oleh Direklur KITSDA;
b. dalam hal penghentian Penelitian Pendahuluan, diisi oleh Ketua Tim Kepatuhan
Internal;
c. dalam hal penghenlian Pemeriksaan, diisi oleh atasan langsung terperiksa.
Angka 2: Diisi dengan nomor dan tanggal Sural Perinlah lnvestigasi/Penelilian
Pendahuluan/Pemeriksaan.
Angka 3: Diisi dengan lempal dan langgal dilerbilkannya sural penghenlian.
Angka 4: Diisi dengan jabalan yang membual sural penghenlian.
Angka 5: Diisi dengan nama yang membual sural penghenlian.
Angka 6: Diisi dengan NIP yang membuat sural penghentian.