Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR PER- ::2.2 /PJ/2011

TENTANG

KEWAJIBAN MELAPORKAN PELANGGARAN DAN PENANGANAN


PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING)
Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang a. bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai Direktorat Jenderal


Pajak berdampak negatif bagi Direktorat Jenderal Pajak dan/atau
keuangan negara;
b. bahwa dalam rangka mencegah dan mendeteksi secara dini terjadinya
pelanggaran yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
diperlukan peran serta aktif dari pegawai dan masyarakat dalam
melaporkan setiap pelanggaran yang diketahui;
c. bahwa dalam rangka mendorong peran serta pejabat/pegawai di
lingkungan Kemenlerian Keuangan dan masyarakal dalam upaya
pencegahan dan pemberanlasan lindak pidana korupsi serta
penyalahgunaan wewenang oleh pejabat/pegawai di lingkungan
Kemenlerian Keuangan alas layanan yang diberikan oleh Kemenlerian,
lelah dilelapkan Peraluran Menleri Keuangan Nomor 103/PMK.09/201 0
lenlang Tala Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjul Pelaporan
Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan Kemenlerian Keuangan dan
Kepulusan Menleri Keuangan Nomor 149/KMK.09/2011 lenlang Tala
Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjul Pelaporan Pelanggaran
(Whistleblowing) Serta Tala Cara Pelaporan dan Publikasi Pelaksanaan
Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (Whistleb/owing) di Lingkungan
Kemenlerian Keuangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, dan huruf c perlu menelapkan Peraluran Direktur Jenderal Pajak
lenlang Kewajiban Melaporkan Pelanggaran dan Penanganan Pelaporan
Pelanggaran ( Whistleb/owing) di Lingkungan Direkloral Jenderal Pajak;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 lenlang Pokok-Pokok


Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)
sebagaimana lelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 lenlang Kelenluan Umum dan
Tala Cara Perpajakan sebagaimana lelah diubah lerakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4953);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 lentang Penyelenggaraan
Pemerinlahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepolisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851 );
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 lenlang Pemberanlasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874) sebagaimana
lelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran
/Negara ...

~\
-2-

Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Karban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3995);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5135);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.09/201 0 tentang Tatacara
Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran ( Whist!eblowing)
di Lingkungan Kementerian Keuangan;
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KMK.09/2011 tentang Tala
Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran
(Whistleblowing) Serta Tala Cara Pelaporan dan Publikasi Pelaksanaan
Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan
Kementerian Keuangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG KEWAJIBAN


MELAPORKAN PELANGGARAN DAN PENANGANAN PELAPORAN
PELANGGARAN (WHISTLEBLOW!NG) Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan:
1. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Pelanggaran adalah perbuatan Pegawai yang melanggar peraturan perundang-undangan
tentang tindak pidana umum dan tindak pidana khusus termasuk namun tidak terbatas pada
peraturan di bidang perpajakan, peraturan tindak pidana korupsi, serta peraturan di bidang
kepegawaian.
3. Pelapor (whistleb!ower) adalah Pegawai atau masyarakat yang melaporkan terjadinya
Pelanggaran atau dugaan terjadinya Pelanggaran baik secara langsung maupun tidak
lang sung kepada Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pengaduan adalah informasi yang disampaikan oleh Pelapor sehubungan dengan sedang atau
Ieiah terjadinya Pelanggaran atau dugaan terjadinya Pelanggaran.
5. Upaya Perlindungan adalah tindakan dalam rangka melindungi Pelapor dari tindakan balasan
yang dapat dilakukan oleh terlapor atau pihak lain sehubungan dengan pengaduannya.
6. Penghargaan adalah apresiasi atau imbalan bagi Pelapor yang pengaduannya Ieiah terbukti
kebenarannya dan memenuhi syarat tertentu.
7. Tim Pengkaji Pemberian Penghargaan Bagi Pelapor yang selanjutnya disebut Tim Pengkaji
adalah tim yang bertugas melakukan kajian pemberian penghargaan bagi Pelapor.
8. lnstansi Penegak Hukum adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Republik
Indonesia dan/atau Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.
9. Lembaga Perlindungan Saksi dan Karban (LPSK) adalah Lembaga sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Karban dan
perubahannya.

/Pasal 2 ...
a\/
-3-

Pasal2
( 1) Setiap Pegawai yang mendengar, melihat dan/atau mengalami terjadinya Pelanggaran atau
dugaan terjadinya Pelanggaran, wajib melaporkannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.
(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk namun tidak terbatas pada
perbuatan-perbuatan yang contohnya dicantumkan dalam lampiran I yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(3) Masyarakat yang mendengar, melihat dan/atau mengalami terjadinya Pelanggaran atau
dugaan terjadinya Pelanggaran dapat melaporkannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.
(4) Masyarakat yang me rasa tidak puas terhadap pelayanan perpajakan, dapat melaporkannya
kepada Direktorat Jenderal Pajak.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), (3), dan (4) merupakan Pengaduan yang dapat
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung kepada Direktorat Jenderal Pajak.

BAB II
SALURAN DAN PENGELOLAAN PENGADUAN

Pasa13
(1) Pengaduan secara langsung dapat dilaporkan melalui sa luran pengaduan Direktorat Jenderal
Pajak, yaitu Help Desk Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur
(KITSDA), dengan cara Pelapor bertatap muka langsung dengan petugas penerima laporan.
(2) Pengaduan secara tidak langsung dapat dilaporkan melalui saluran pengaduan Direktorat
Jenderal Pajak, sebagai berikut:
1. saluran telepon (021) 52970777;
2. Kring Pajak 500200;
3. email kode.etik@pajak.go.id;
4. email pengaduan@pajak.go.id;
5. SIKKA masing-masing Pegawai; atau
6. sura! tertulis kepada:
a. Direktur Jenderal Pajak;
b. Direktur KITSDA;
c. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat;
d. Direktur lntelijen dan Penyidikan; atau
e. Pimpinan Unit Vertikal DJP.
(3) Terhadap setiap Pengaduan yang diterima, diberikan nomor identitas pengaduan.

Pasal4
(1) Pengaduan yang dilaporkan secara tidak lang sung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) termasuk Pengaduan yang dilaporkan melalui pihak lain selain Direktorat Jenderal Pajak
seperti lnspektorat Jenderal, Komisi Pengawas Perpajakan dan Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, atau pihak lainnya.
(2) Terhadap setiap Pengaduan yang diterima secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pad a ayat ( 1 ), diberikan nomor identitas pengaduan dan ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal
Pajak.

Pasal5
(1) Setiap Pengaduan yang diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 wajib
direkam pada aplikasi Sistem lnformasi Pengaduan Pajak (SIPP) oleh petugas pengaduan
pada:
a. Direktorat KITSDA;
b. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat;
c. Direktorat lntelijen dan Penyidikan;
d. Kantor Wilayah DJP; atau
e. Kantor Pelayanan Pajak.
(2) Pengaduan yang terkait dengan pelayanan perpajakan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang penanganan pengaduan pelayanan perpajakan.
(3) Pengaduan yang terkait dengan indikasi pelanggaran disiplin dan/atau kode etik ditindaklanjuti
sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang penanganan pengaduan oleh
Direktorat KITSDA.
(4) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:
Ia. pen:\lan ...

I
-4-

a. pengumpulan bahan dan keterangan oleh Direktorat KITSDA;


b. investigasi oleh Direktorat KITSDA;
c. penerusan kepada Tim Kepatuhan Internal Kantor Wilayah untuk dilakukan penelitian
pendahuluan;
d. penerusan kepada atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan; atau
e. pengarsipan.

BAB Ill
PENANGANAN ADUAN DENGAN MEMPERLAKUKAN
PEGAWAI SEBAGAI WAJIB PAJAK

Pasal6
( 1) Apabila hasil tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) menunjukkan
indikasi pelanggaran terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Pegawai maka unit
yang melakukan investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan melaporkan hasil tindak
lanjut kepada Direktur KITSDA.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) Direktur KITSDA:
a. melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak;
b. alas nama Direktur Jenderal Pajak memerintahkan Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
Pegawai terdaftar sebagai Wajib Pajak, untuk melaksanakan prosedur perpajakan yang
berlaku terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar.
(3) Prosedur perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa:
a. penerbitan sural himbauan pembetulan Sural Pemberitahuan (SPT) kepada Pegawai dan
ditindaklanjuti dengan melaksanakan konseling sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Pegawai oleh
Kantor Pelayanan Pajak tempat Pegawai terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam hal setelah
dilakukan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pegawai tetap tidak
menanggapi himbauan pembetulan.
(4) Dalam hal pelanggaran terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Pegawai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menunjukkan adanya dugaan tindak pidana di bidang
perpajakan, Direktur Jenderal Pajak berdasarkan laporan Direktur KITSDA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, memerintahkan untuk dilakukan pengembangan dan analisis
informasi, data, laporan atau pengaduan (IDLP) oleh Direktorat lntelijen dan Penyidikan.
(5) Tindak lanjut pengembangan dan analisis IDLP sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pengembangan dan Analisis lnformasi, Data, Laporan, dan Pengaduan.

Pasal 7
(1) Seluruh biaya yang timbul dalam hal Pegawai dilakukan pemanggilan sebagai Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasa16 ayat (3) atau ayat (4), ditanggung oleh Pegawai.
(2) Pegawai yang memenuhi pemanggilan sebagai Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (3) a tau ayat (4) berhak mendapatkan sural izin meninggalkan tempat kerja
namun pemberian TKPKN tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal8
(1) Pelaksanaan prosedur perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) atau
penanganan terhadap adanya dugaan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dan ayat (5) tidak menghapuskan kewenangan Direktur
Jenderal Pajak untuk melanjutkan proses investigasi terhadap kemungkinan terjadinya
pelanggaran disiplin yang terkait dengan Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Dalam hal berdasarkan hasil investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat indikasi
tindak pidana, hasil tindak lanjut dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur
KITSDA, untuk selanjutnya diteruskan kepada lnspektur Jenderal Kementerian Keuangan.
(3) Dalam hal terhadap Pegawai telah diterbitkan sural himbauan pembetulan SPT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a dan berdasarkan hasil investigasi sebagaimana
dimaksud pad a ayat ( 1) tidak terbukti terjadi pelanggaran disiplin, dan sepanjang Pegawai
telah melakukan pembetulan SPT sesuai sural himbauan, atau Pegawai tidak melakukan
pembetulan SPT karena berdasarkan hasil konseling SPT-nya terbukti sudah benar, terhadap
Pegawai tidak dikenakan penjatuhan hukuman disiplin.

(4) rerh,:r·.
/
-5-

(4) Terhadap Pegawai yang tidak merespon himbauan Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk
membetulkan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, dikenakan
hukuman disiplin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BABIV
KEWAJIBAN MERAHASIAKAN IDENTITAS PELAPOR

Pasalg
( 1) ldentitas Pelapor wajib dirahasiakan oleh setiap Pegawai yang karen a kewenangan atau
jabatannya mempunyai tugas untuk menerima, memproses, menindaklanjuti Pengaduan, dan
mengelola sistem pengaduan, termasuk namun tidak terbatas pada Pegawai yang terkait
dengan pemberian Penghargaan bagi Pelapor.
(2) Kewajiban merahasiakan identitas Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
dalam hal Pelapor meminta atau memilih untuk tidak dirahasiakan identitasnya.
(3) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menandatangani pakta integritas
sebagaimana dimaksud dalam lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang
merupakan bag ian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(4) Pegawai sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) yang terbukti tidak melaksanakan kewajiban
merahasiakan identitas Pelapor dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(5) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan setelah melalui
pemeriksaan atasan langsung yang dapat didahului dengan investigasi oleh Direktorat
KITSDA.
(6) Pemeriksaan atau investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari Direktur KITSDA.
(7) Perintah atau permintaan dari Direktur KITSDA sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diterbitkan berdasarkan:
a. sural permohonan Pelapor; atau
b. informasi lainnya.

BABV
HAK-HAK PELAPOR

Pasal 10
( 1) Pelapor yang berstatus Pegawai berhak untuk mendapatkan Upaya Perlindungan berupa:
a. perlindungan dari tindakan balasan yang bersifat administratif kepegawaian yang
merugikan Pelapor seperti namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan,
penurunan penilaian DP3, usulan pemindahan tugas/mutasi atau hambatan karir lainnya;
b. pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor atau terlapor dalam hal timbul ancaman fisik
terhadap Pelapor;
c. bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kementerian
Keuangan;
d. bantuan permintaan perlindungan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal
kasus Ieiah dilimpahkan ke lnstansi Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
e. bantuan permintaan perlindungan kepada LPSK dalam hal kasus Ieiah dilimpahkan ke
lnstansi Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) diberikan dalam hal:
a. ldentitas Pelapor diketahui oleh terlapor; dan
b. Pelapor atau pihak lain mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur KITSDA, yang
dapat berupa sural/sural elektronik dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam lampiran Ill Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Pasal 11
(1) Pelapor berhak untuk mendapatkan informasi tindak lanjut penanganan Pengaduan dengan:
a. menghubungi kring pajak 500200 atau unit kerja penerima pengaduan, untuk Pengaduan
terkait dengan pelayanan perpajakan;

/b.men:r··

(/
-6-

b. menghubungi Help Desk Direkloral KITSDA, unluk Pengaduan lerkail dengan indikasi
pelanggaran disiplin dan/alau kode elik.
(2) Permohonan informasi lindak lanjul penanganan Pengaduan dilakukan dengan menyebulkan
nomor idenlilas pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayal (3).

Pasal 12
(1) Dalam hal Pengaduan yang disampaikan oleh Pelapor lerbukli benar, Pelapor berhak unluk
mendapalkan Penghargaan.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayal (1) diberikan dalam hal:
a. berdasarkan hasil pemeriksaan, lerbukli benar bahwa lelah lerjadi Pelanggaran lerhadap
Peraluran Pemerinlah nomor 53 Tahun 2010 dalam:
1. Pasal 3 angka 4 jo. Pasal 10 angka 2 kecuali Pelanggaran lerhadap kelenluan izin
perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil;
2. Pasal 3 angka 8 jo. Pasal 10 angka 6;
3. Pasal 4 angka 1 jo. Pasal 13 angka 1;
4. Pasal 4 angka 2 jo. Pasal 13 angka 2;
5. Pasal 4 angka 3 jo. Pasal 13 angka 3;
6. Pasal 4 angka 4 jo. Pasal 13 angka 4;
7. Pasal 4 angka 5 jo. Pasal 13 angka 5;
8. Pasal 4 angka 6 jo. Pasal 13 angka 6;
9. Pasal 4 angka 7 jo. Pasal 13 angka 7; alau
10. Pasal 4 angka 8 jo. Pasal 13 angka 8; alau
b. berdasarkan pulusan pengadilan yang lelah mempunyai kekualan hukum lelap, lerbukli
lelah lerjadi lindak pidana korupsi, lindak pidana di bidang perpajakan dan/alau lindak
pidana pencucian uang;
c. pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a alau b lerjadi selelah diberlakukannya
Peraluran Direklur Jenderal Pajak ini.
(3) Penghargaan diberikan selelah kepulusan hukuman disiplin alas Pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayal (2) huruf a dijaluhkan alau pulusan pengadilan sebagaimana dimaksud
pada ayal (2) huruf b lelah mempunyai kekualan hukum lelap.
(4) Penghargaan yang diberikan kepada Pelapor yang berslalus Pegawai, berbenluk piagam
penghargaan dan:
a. promosi sampai dengan eselon IV alau pengusulan promosi sampai dengan eselon II;
b. mulasi sesuai dengan keinginan;
c. kenaikan pangkal islimewa alau luar biasa;
d. training alau short course; dan/alau
e. imbalan prestasi kerja khusus maksimal sepuluh kali besarnya TKPKN pelapor atau
imbalan lain yang setara.
(5) Penghargaan yang diberikan kepada Pelapor yang lidak berstalus Pegawai, berbenluk piagam
penghargaan.

BABVI
MEKANISME PEMBERIAN UPAYA PERLINDUNGAN
DAN PENGHARGAAN BAGI PELAPOR

Pasal 13
( 1) Pemberian Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan
berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak alas usulan Direktur KITSDA yang Ieiah
menerima dan menelili sural permohonan sebagaimana dimaksud pad a pasal 10 ayal (2) huruf
b.
(2) Perselujuan Direklur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pad a ayal (1) diluangkan dalam
benluk sural perinlah pemberian Upaya Perlindungan yang disampaikan kepada:
a. Sekrelaris Direkloral Jenderal unluk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayal (1) huruf b dane;
b. Direktur Peraluran Perpajakan II untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayal (1) huruf c;
-7-

c. Pejabat serendah-rendahnya eselon Ill untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal10 ayat (1) huruf a dan d.
(3) Dalam hal Upaya Perlindungan tidak disetujui, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan sural
penolakan pemberian Upaya Perlindungan yang disertai dengan alasan penolakan.

Pasal 14
(1) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a memberikan Upaya
Perlindungan dalam bentuk:
a. pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor atau terlapor, untuk Upaya Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b;
b. bantuan dalam proses pengajuan permohonan perlindungan kepada LPSK sesuai
ketentuan yang berlaku, untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf e.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b memberikan Upaya
Perlindungan dalam bentuk pendampingan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf c memberikan Upaya
Perlindungan dengan melakukan:
a. pengawasan terhadap setiap proses administrasi kepegawaian Pelapor dengan
memperhatikan peraturan-peraturan di bidang kepegawaian, untuk Upaya Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a;
b. bantuan dalam proses pengajuan permohonan perlindungan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia, untuk Upaya Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf d.

Pasal 15
( 1) Pemberian Penghargaan diberikan berdasarkan keputusan Tim Pengkaji yang dibentuk
berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(2) Susunan Tim Pengkaji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Direktur Jenderal Pajak sebagai Ketua Tim Pengkaji;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak sebagai anggota;
c. Direktur KITSDA sebagai anggota;
d. Direktur Peraturan Perpajakan II sebagai anggota;
e. Direktur lntelijen dan Penyidikan sebagai anggota;
f. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat sebagai anggota;
g. Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya Manusia sebagai
anggota.
(3) Tim Pengkaji memberikan keputusan pemberian Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2) dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. efek jera (deterrent effect) yang ditimbulkan dari pengungkapan Pelanggaran;
b. kualitas Pelanggaran yang diungkap;
c. kedudukan Pegawai yang melakukan Pelanggaran; atau
d. kriteria lain yang ditetapkan oleh Tim Pengkaji.

BAB VII
LAIN-LAIN

Pasal 16
( 1) Apabila berdasarkan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) tidak
ditemukan cukup bukti terjadinya Pelanggaran, Pejabat yang berwenang melakukan
investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan menghentikan investigasi/penelitian
pendahuluan/pemeriksaan.
(2) Penghentian investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dinyatakan dengan penerbitan Sura! Penghentian lnvestigasi/Penelitian
Pendahuluan/Pemeriksaan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam lampiran IV
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
-8-

(3) Dalam hal terdapat hak-hak terlapor sebagai pegawai yang berdasarkan ketentuan yang
berlaku tidak diberikan sebagai akibat dari adanya proses investigasi/penelitian
pendahuluan/pemeriksaan, hak-hak tersebut dapat diberikan kembali sejak diterbitkannya
sural penghentian dilakukannya investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).

Pasal 17
Pejabat yang terbukti menyalahgunakan jabatan dan/atau kewenangannya untuk melakukan
tindakan balasan sebagaimana tersebut dalam Pasa110 ayat (1) huruf a dijatuhi hukuman disiplin
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 18
( 1) Pegawai yang berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti dengan sengaja tidak melaporkan suatu
Pelanggaran yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di
bidang keamanan, keuangan, dan materiil kepada atasan langsung atau melalui saluran
pengaduan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(2) Termasuk dalam pengertian Pegawai yang dengan sengaja tidak melaporkan suatu
Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), adalah Pegawai yang pernah melaporkan
Pelanggaran tersebut namun tidak mencantumkan identitas.

Pasal 19
Pegawai yang berdasarkan hasil investigasi, hasil penelitian pendahuluan, dan hasil pemeriksaan
terbukti dengan sengaja membuat Pengaduan palsu dan/atau membuat Pengaduan yang berisi
fitnah, dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal20
( 1) lktikad baik untuk melaporkan Pelanggaran dapat dijadikan pertimbangan yang meringankan
dalam penjatuhan hukuman disiplin dan/atau pengenaan sanksi moral bagi Pelapor yang
merupakan Pegawai yang juga terlibat dalam Pelanggaran pada kasus yang dilaporkannya.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dapat diberikan Penghargaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) huruf e berdasarkan pertimbangan profesional dari Tim
Pengkaji.

Pasal21
Dalam hal Pengaduan yang berdasarkan sifat dan karakteristiknya tidak dapat ditangani oleh
Direktorat KITSDA, maka Direktur KITSDA melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
selanjutnya dikoordinasikan penanganannya dengan lnspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
dan/atau lnstansi Penegak Hukum yang berwenang.

BABVIII
PENUTUP

Pasal22
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal1 Januari 2012.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Agu~\US 20!1
Lampi ran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER- :l2 /PJ/2011
Tanggal 19 NJUS-'r\.15 2011

Contoh-Contoh Pelanggaran Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 2


Peraturan Direktorat Jenderal Pajak lni

1. Tindak Pidana Korupsi

a. Kerugian Keuangan Negara


Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "mencari untung dengan cara yang melawan hukum dan merugikan negara"
Pasal2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Contoh nomor 1a Contoh nom or 1b
stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
A adalah Kasubbag Umum di KPP Pratama BCD X adalah Kasubbag Tata Usaha dan Rumah Tangga
"Setiap orang yang secara melawan hukum yang juga menjadi pejabat pengadaan tempat parkir. pad a Kanwil CDE. Dalam menyelenggarakan
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri Dalam membangun tempat parkir yang dibiayai oleh pembukuan dan pelaporan inventaris, X mengatur
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat negara tersebut, A secara diam-diam mengurangi sedemikian rupa sehingga terdapat beberapa barang
merugikan keuangan negara atau jumlah semen yang digunakan. Di atas kertas tertulis yang tidak dimasukkan dalam pembukuan dan laporan
perekonomian negara, dipidana penjara dengan 1000 sak, ternyata yang dipakai hanya 500 sak. Sisa inventaris Kanwil CDE. Barang-barang inventaris yang
penjara seumur hidup atau pidana penjara uang pembelian semen ini digunakan untuk tidak tercatat terse but dijual oleh X dan hasil
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama kepentingan pribadi. penjualannya digunakan untuk kepentingan pribadinya.
20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
A yang secara diam-diam mengurangi jumlah semen X yang menjual barang-barang inventaris kantor dan
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
yang digunakan dan menggunakan sisa uang untuk menggunakan hasil penjualan barang-barang tersebut
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
kepentingan pribadi adalah pelaku Pelanggaran. untuk kepentingan pribadinya adalah pelaku
rupiah)"
Pelanggaran

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "menyalahgunakan jabatan untuk mencari untung dan merugikan negara"
Pasal3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Contoh nomor 2a Contoh nomor 2b
stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 1a, A bisa melakukan korupsi Dalam contoh nomor 1b, X bisa menjual barang-barang
"Setiap orang yang dengan tujuan anggaran pembangunan tempat parkir karena A inventaris kantor dengan cara memanipulasi
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau adalah pejabat pada KPP Pratama BCD. Dengan pembukuan dan laporan inventaris Kanwil CDE karena
suatu korporasi, menyalahgunakan demikian, A sudah menyalahgunakan wewenang X adalah pejabat Kasubbag Tala Usaha dan Rumah
kewenangan, kesempatan atau sarana yang yang diperoleh karena jabatannya. Tangga yang berwenang untuk menyelenggarakan
ada padanya karena jabatan atau kedudukan pembukuan inventaris kantor untuk keperluan
A yang menyalahgunakan wewenang yang diperoleh
yang dapat merugikan keuangan negara atau pengawasan dan pembuatan laporan.
karena jabatannya adalah pelaku Pelanggaran.
r- -
"
perekonomian negara, dipidana dengan pidana X yang menyalahgunakan kewenangan yang ada
penjara seumur hidup atau pidana penjara padanya karena jabatannya yang mengakibatkan
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 kerugian Negara adalah pelaku Pelanggaran.
(dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah} dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)"

b. Suap-menyuap
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "menyuap pegawai neqeri"
Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor Contoh nomor 3a Contoh nomor 3b
31 Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
F adalah seorang Ketua Tim Fungsional Pemeriksa
G adalah seorang Ketua Tim Fungsional Pemeriksa
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat Pajak yang sudah empat tahun bertugas pada KPPPajak pada KPP Madya HIJ yang sedang diperiksa
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun Pratama GHI di luar Jawa. F meminta bantuan oleh tim pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal
dan atau pidana denda paling sedikit kepada A, seorang pegawai Bagian Kepegawaian Pemerintah. Pada saat dilaksanakan pemeriksaan,
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan yang menangani mutasi, agar salah seorang pemeriksa dari Aparat Pengawas
dapat
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima memindahkannya ke KPP di Kola J dengan Internal Pemerintah bernama C menemukan adanya
puluh juta rupiah) setiap orang yang: menjanjikan untuk memberikan sejumlah uang. indikasi penyimpangan dalam proses pemeriksaan
a.memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pajak yang dilakukan oleh tim pemeriksa pajak yang
F yang berjanji memberikan sejumlah uang agar
pegawai negeri atau penyelenggara negara diketuai oleh G. Atas temuan tersebut, G menawarkan
dapat dipindahkan ke Kota J adalah pelaku
dengan maksud supaya pegawai negeri atau sejumlah uang dan menyampaikan keinginannya
Pelanggaran.
penyelenggara negara tersebut berbuat atau kepada C agar temuan indikasi penyimpangan itu
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang dihilangkan dari laporan hasil pemeriksaan.
bertentangan dengan kewajibannya"
G yang menawarkan sejumlah uang dan
menyampaikan keinginannya kepada C agar temuan
indikasi penyimpangan itu dihilangkan dari laporan
hasil pemeriksaan adalah pelaku Pelanggaran. c-
'
If
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "menyuap pegawai negeri sehingga pegawai negeri melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bukan
kewajibannya"
Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nemer Contoh nomor 4a Contoh nomor 4b
31 Tahun 1999 stdd. UU Nemer 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 3a, permintaan pindah ke kota J Dalam contoh 3b, G menghubungi pejabat di
"Oipidana dengan pidana penjara paling singkat dan janji memberikan uang disampaikan oleh F lingkungan Pengawas Internal Pemerintah yang
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun kepada L, pejabat Direktorat Jenderal Pajak di luar mempunyai pengaruh bernama D dan meminta D
dan atau pidana denda paling sedikit Bagian Kepegawaian yang mempunyai pengaruh. untuk menyampaikan keinginannya kepada tim
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah
F yang berjanji memberikan uang adalah pelaku
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua rat us terse but agar temuan indikasi penyimpangan itu
Pelanggaran.
lima pu/uh juta rupiah) setiap orang yang: dihilangkan dari laporan hasil pemeriksaan. Alas jasa
b.memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau D, G menjanjikan sejumlah uang sebagai imbalan.
penyelenggara negara karen a a tau
G yang meminta D untuk menyampaikan keinginannya
berhubungan dengan sesuatu yang
kepada tim pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
Pemerintah tersebut agar temuan indikasi
tidak dilakukan dalam jabatannya"
penyimpangan itu dihilangkan dari laporan hasil
pemeriksaan dengan menjanjikan sejumlah uang
sebagai imbalan adalah pelaku Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "menyuap pegawai negeri karena tahu persis/menganggap dengan jabatannya memungkinkan untuk
membantu"
Pasal13 Undang-Undang Nemer 31 Tahun Contoh nom or 5a Contoh nomor 5b
1999 stdd. UU Nemer 20 Tahun 2001
F adalah seorang Ketua Tim Fungsional Pemeriksa Sehubungan dengan rencana kepergiannya ke luar
"Setiap orang yang memberi hadiah atau janji Pajak yang sudah empat tahun bertugas pada KPP negeri, pegawai Kanwil ABC bernama L melakukan
kepada pegawai negeri dengan mengingat Pratama GHI di luar Jawa. F meminta bantuan kepada pengurusan paspor di instansi yang berwenang. Pada
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada A, seorang pegawai Bagian Kepegawaian yang oleh F saat melakukan pengurusan, diketahui ada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi diketahui persis (atau oleh F dianggap) menangani persyaratan yang tidak bisa dipenuhi oleh L. Agar
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan mutasi fungsional, agar dapat memindahkannya ke paspornya dapat diselesaikan, L memberikan
atau kedudukan tersebut, dipidana dengan KPP di Kota J dengan memberi hadiah atau sejumlah uang tambahan kepada petugas pada
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan menjanjikan sesuatu. instansi tersebut selain biaya resmi yang telah
atau denda paling banyak 150.000.000,00 ditetapkan.
F yang memberi hadiah atau menjanjikan sesuatu
(seratus lima puluh juta rupiah)"
kepada A adalah pelaku Pelanggaran. L yang memberikan sejumlah uang tambahan kepada
petugas agar paspornya dapat diselesaikan adalah
pelaku Pelanggaran. \."
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai negeri menerima suap seperti pada
contoh 3a atau 4a"
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 6a Contoh nomor 6b
Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 3a dan 4a, A dan L yang Dalam contoh nomor 3b dan 4b, C dan D yang
"Bagi pegawai negeri atau penyelenggara menerima pemberian atau janji dari F, adalah pelaku menerima pemberian atau janji dari G, adalah pelaku
negara yang menerima pemberian atau janji Pelanggaran. Pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
atau huruf b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (i)"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "pegawai negeri menerima suap yang diberikan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannva"
Pasal12 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 7a Contoh nomor 7b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 3a, A yang menerima pemberian Dalam contoh nomor 3b, C yang menerima pemberian
"Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau janji dari F sebelum A melaksanakan hal yang atau janji dari G sebelum C melaksanakan hal yang
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) diminta oleh F yang bertentangan dengan diminta oleh G yang bertentangan dengan
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan kewajibannya, adalah pelaku Pelanggaran. kewajibannya, adalah pelaku Pelanggaran.
pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus jut a
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya" (
'
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai negeri menerima suap yang diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatanny_a"
Pasal12 huruf b Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 8a Contoh nomor 8b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 3a, A yang menerima pemberian Dalam contoh nomor 3b, C yang menerima pemberian
"Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau janji dari F, yang patut diduga bahwa hadiah atau atau janji dari G, yang patut diduga bahwa hadiah atau
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) janji tersebut diberikan setelah A memutasikan F ke janji tersebut diberikan setelah c menghilangkan
tahun dan paling lama 20 (dua puluh} tahun dan kota J, dimana pemberian tersebut bertentangan temuan indikasi penyimpangan dari laporan hasil
pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dengan kewajibannya. pemeriksaan, dim ana pemberian terse but
(dua ratus jut a bertentangan dengan kewajibannya.
A yang menerima pemberian a tau janji setelah
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
memutasikan F adalah pelaku Pelanggaran. c yang menerima pemberian a tau janji setelah
menghilangkan temuan indikasi penyimpangan dari
b. pegawai negeri atau penyelenggara
laporan hasil pemeriksaan adalah pelaku
negara yang menerima hadiah, padahal
Pelanggaran.
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
terse but diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya"

Peraturan Contoh Pelanggaran berupa:


"peqawai neqeri menerima suap karena memiliki/diangqap memiliki wewenang"
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun Contoh nomor 9a Contoh nomor 9b
1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
A, seorang pegawai Bag ian Kepegawaian yang C, seorang pemeriksa dari Aparat Pengawas Internal
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat menangani mutasi fungsional, menerima hadiah atau Pemerintah yang menemukan adanya indikasi
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun janji dari F karena F mengetahui atau patut menduga penyimpangan dalam proses pemeriksaan pajak yang
dan atau pidana denda paling sedikit bahwa A memiliki kekuasaan atau kewenangan untuk dilakukan oleh tim pemeriksa pajak yang diketuai oleh
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan memindahkannya ke kota J. G, menerima hadiah atau janji dari G karena G
paling banyak Rp250. 000. 000,00 (dua ratus mengetahui atau patut menduga bahwa C memiliki
A yang menerima hadiah atau janji karena kekuasaan
lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau kekuasaan atau kewenangan untuk menghilangkan
atau kewenangannya adalah pelaku Pelanggaran.
penyelenggara negara yang menerima hadiah temuan indikasi penyimpangan tersebut dari laporan
atau janji padaha/ diketahui atau patut diduga, hasil pemeriksaan.
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
C yang menerima hadiah atau janji karena kekuasaan
karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannva, atau vang
atau kewenangannya adalah pelaku Pelanggaran.
c'
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
a tau janji terse but ada hubungan dengan
jabatannya"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "menyuap hakim"
Pasal 6 ayat ( 1) huruf a Undang-Undang Nomor Contoh nomor 1Oa Contoh nom or 1Ob
31 Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
GT pegawai Direktorat Keberatan dan Banding GT pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang didakwa
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat mencari penghasilan tambahan dengan cara melakukan tindak pidana pencucian uang menyuap
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima betas) membantu Wajib Pajak memenangkan perkara hakim Pengadilan untuk membebaskan dari segala
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp melawan Direktorat Jenderal Pajak dengan cara dakwaan.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) menyuap hakim Pengadilan.
GT yang menyuap hakim adalah pelaku Pelanggaran.
dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh
GT yang menyuap hakim adalah pelaku Pelanggaran.
ratus lima pu/uh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadifi"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "menyuap advokat"
Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor Contoh nomor 11 a Contoh nomor 11 b
31 Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 1Oa, GT menyuap pejabat yang 0 adalah Kepala KP2KP di sebuah kota kecil di
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat menjadi pengacara atau pembela Direktorat Jenderal daerah timur Indonesia yang sedang menghadapi
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima be/as) Pajak di Pengadilan. perkara perebutan tanah dengan kerabatnya sendiri.
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp Perkara yang dihadapi oleh 0 berujung di pengadilan.
GT yang menyuap pejabat yang menjadi pengacara
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah} Selama menjalani proses peradilan at as perkara
atau pembela adalah pelaku Pelanggaran.
dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh perebutan tanah terse but, 0 menyuap pengacara
ratus lima puluh juta rupiah} setiap orang yang: lawan (pengacara dari kerabatnya) agar sang
b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pengacara memberikan pembelaan yang buruk
seseorang yang menurut ketentuan peraturan sehingga 0 dapat memenangkan perkara perebutan
perundang-undangan ditentukan tanah tersebut.
menjadi advokat untuk menghadiri sidang
0 yang menyuap pengacara lawan agar sang
pengadilan dengan maksud untuk
pengacara memberikan pembelaan yang buruk adalah
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
pelaku Pelanggaran
akan diberikan berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepada penqadilan untuk diadili" \
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pejabat yang menjadi pengacara atau pembela menerima suap"
Pasal6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 12a Contoh nomor 12b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 11a pejabat yang menjadi Dalam suatu perkara gugatan alas pelaksanaan
Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji pengacara atau pembela Direktorat Jenderal Pajak di penagihan pajak di Pengadilan, pejabat yang menjadi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a Pengadilan menerima suap dari GT baik yang pengacara atau pembela Direktorat Jenderal Pajak di
atau advokat yang menerima pemberian atau mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi Pengadilan menerima sejumlah uang dari Wajib Pajak
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pembelaan, nasi hat atau pendapat yang akan yang mengajukan gugatan. Pemberian uang tersebut
huruf b, dipidana dengan pidana yang sam a diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan dimaksudkan untuk mempengaruhi nasihat atau
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepadanya untuk dibela. pendapat yang akan diberikan oleh pejabat yang
menjadi pengacara atau pembela Direktorat Jenderal
Pejabat yang menjadi pengacara atau pembela
Pajak tersebut sehubungan dengan perkara yang
Direktorat Jenderal Pajak di Pengadilan, yang
sedang ditanganinya.
menerima suap dari GT adalah pelaku Pelanggaran.
Pejabat yang menjadi pengacara atau pembela
Direktorat Jenderal Pajak di Pengadilan, yang
menerima suap dari Wajib Pajak adalah pelaku
Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "pejabat yang menjadi pengacara atau pembela menerima suap yang diketahui atau patut diduga untuk
mempengaruhi nasi hat atau pendapat yang akan diberikan"
Pasal 12 huruf d Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 13a Contoh nomor 13b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nom or 11 a pejabat yang menjadi Dalam contoh nomor 12b, pejabat yang menjadi
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup pengacara atau pembela Direktorat Jenderal Pajak di pengacara atau pembela Direktorat Jenderal Pajak di
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) Pengadilan menerima suap dari GT yang Pengadilan menerima suap dari Wajib Pajak yang
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan mempengaruhi pembelaan, nasi hat atau pendapat mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diberikan sehubungan dengan perkara yang sedang
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp diserahkan kepadanya untuk dibela. ditanganinya.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
Pejabat yang menerima suap dari GT adalah pelaku Pejabat yang menerima suap dari Wajib Pajak adalah
d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan
Pelanggaran. pelaku Pelanggaran
perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
terse but untuk mempengaruhi nasihat a tau
pendapat yang akan diberikan, berhubung \
dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;

c. Penggelapan dalam jabatan


Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pe!:]awai ne!:]eri menyalahgunakan uang atau membiarkan penyalahgunaan uang"
Pasal8 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Contoh nomor 14a Contoh nomor 14b
stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
M adalah seorang Bendahara Pengeluaran KPP Q adalah seorang Bendaharawan pada KPP Madya
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat Pratama STB yang salah satu tugasnya adalah NOP, yang baru satu tahun menjabat sebagai
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima betas) menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan Bendaharawan. Selama menjabal sebagai
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp pajak penghasilan pasal 21 dari pegawai KPP Bendaharawan, Q beberapakali menggunakan
150.000.000,00 (seratus lima pufuh juta rupiah) memakai uang yang seharusnya disetor untuk sebagian uang Negara yang dikelola nya untuk
dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh kepentingannya sendiri. kepentingan pribadi dengan membuat pengeluaran
ratus lima pufuh juta rupiah), pegawai negeri fiktif bekerjasama dengan pegawai lain yang terkait di
M yang seharusnya menyetorkan uang hasil
atau orang selain pegawai negeri yang KPP Madya NOP.
pemotongan PPh Pasal 21 ke kas negara, namun
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
justru memakai uang tersebut untuk kepentingannya Q yang menggunakan sebagian uang Negara yang
secara terus menerus atau untuk sementara
sendiri adalah pelaku Pelanggaran. dikelola nya untuk kepentingan pribadi dengan cara
waktu, dengan sengaja menggelapkan uang pelaku
membuat pengeluaran fiktif adalah
atau sural berharga yang disimpan karena
Pelanggaran.
jabatannya, atau membiarkan uang atau sural
berharga tersebut diambil atau digefapkan oleh
orang fain, atau membantu dalam mefakukan
perbuatan tersebut"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "pe!:]awai ne!:]eri memalsukan buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi"
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Contoh nomor 15a Contoh nomor 15b
stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
A adalah pejabat pengadaan di Kanwil JBB, membeli A adalah Kasubbag Rumah Tangga pada Kanwil JTD,
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 10 unit Air Conditioner Split untuk ruangan aula Kanwil yang sedang dilakukan pemeriksaan terkait dengan
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun seharga Rp45.000.000,00. A meminta penjual untuk pengadaan komputer. A memalsukan buku daftar
dan pidana denda paling sedikit Rp menulis kwitansi seharga Rp60.000.000,00 dan selisih inventaris barang dengan mencantumkan jumlah yang
50.000.000,00 (lima pufuh juta rupiah) dan sebesar Rp15.000.000,00 digunakan untuk lebih kecil dari jumlah seharusnya.
paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus kepentingannya sendiri.
A yang memalsukan buku daftar inventaris barang
lima pufuh }uta rupiah) pegawai negeri atau
A yang memerintahkan penulisan kwitansi yang tidak adalah pelaku Pelanggaran.
orang selain pegawai negeri yang diberi tugas
sesuai dengan har!:]a sebenarnya adalah pelaku \
menjalankan suatu jabatan umum secara terus Pelanggaran.
menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "pegawai negeri yang dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat
dipakai bukti"
Pasal10 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 16a Contoh nomor 16b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Di KPP Madya XYZ sedang dilaksanakan S adalah seorang pegawai yang juga menjabat
"Dipidana dengan pidana penjara paling singkat pemeriksaan oleh Aparat Pengawas Internal sebagai Bendaharawan Pengeluaran di KPP Pratama
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun Pemerintah atas pengaduan adanya dugaan rekayasa TUV yang sedang diperiksa oleh Aparat Pengawas
dan pidana denda paling sedikit Rp dalam pemeriksaan restitusi yang diajukan oleh Wajib Internal Pemerintah. Karena selama ini merasa sering
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling Pajak M. N, anggota tim pemeriksa yang menangani melakukan manipulasi berupa pengeluaran-
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima pemeriksaan restitusi Wajib Pajak M tersebut pengeluaran fiktif, S menghancurkan bukti-bukti
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang menyadari bahwa pemeriksaan alas permohonan pengeluaran fiktif tersebut dan menghilangkan
selain pegawai negeri yang diberi tugas restitusi tersebut penuh dengan kecurangan dan pembukuan alas seluruh transaksi keuangan.
menjalankan suatu jabatan umum secara terus merugikan negara. Alas inisiatifnya sendiri, N
S yang menghancurkan bukti-bukti pengeluaran fiktif
menerus atau untuk sementara waktu, dengan menghilangkan berkas restitusi Wajib Pajak M.
yang telah dilakukannya dan menghilangkan
sengaja:
N yang menghilangkan berkas restitusi Wajib Pajak M pembukuan alas seluruh transaksi keuangan adalah
a. menggelapkan, menghancurkan,
untuk menutupi kecurangan dalam proses restitusi pelaku Pelanggaran.
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
adalah pelaku Pelanggaran.
barang, akta, sural, atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "pegawai negeri yang dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan,
atau membuat tidak dapat dipakai bukti"
Pasal 10 huruf b Undang-Undang Nom or 31 Contoh nomor 17a Contoh nomor 17b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam contoh nomor 16a, perbuatan N diketahui oleh Dalam contoh nomor 16b, tindakan S diketahui dan
"Dipidana dengan pidana penjara paling 0 sebagai ketua tim dan 0 membiarkan N melakukan disetujui oleh W yang menjabat Kasubbag Umum
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) perbuatannya serta tidak berusaha menghalangi dan pad a KPP Pratama TUV karena W me rasa ikut
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp tidak melaporkan perbuatan N kepada pihak yang menikmati hasil perbuatan S.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling berwenang.
banvak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima
W yang dengan sengaja membiarkan perbuatan _t
I
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang 0 yang membiarkan perbualan N membiarkan orang menghancurkan bukli-bukli pengeluaran fiklif yang
selain pegawai negeri yang diberi tugas lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, lelah dilakukannya dan menghilangkan pembukuan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus alau membual lidak dapal dipakai barang, akla, sural, alas seluruh lransaksi keuangan adalah pelaku
menerus atau untuk sementara waktu, dengan alau daftar lersebul adalah pelaku Pelanggaran. Pelanggaran.
sengaja:
b. membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, sural, atau
daftartersebut"

Conloh Pelanggaran berupa:


Peraluran "pegawai negeri yang dengan sengaja membanlu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan,
alau membual lidak dapal dipakai bukli"
Pasal 10 huruf c Undang-Undang Nomor 31 Conloh nomor 18a Conloh nomor 18b
Tahun 1999 sldd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Dalam conloh 16a, N dibanlu oleh P sebagai pelugas Dalam conloh 16b Y, seorang pelaksana pada Subbag
"Dipidana dengan pidana penjara paling pada Seksi Pelayanan menghilangkan berkas Wajib Umum KPP Pralama TUV, ikul membanlu s
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) Pajak. menghancurkan bukli-bukli pengeluaran fiklif lersebul
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp dan menghilangkan pembukuan alas seluruh lransaksi
P yang membanlu menghilangkan, menghancurkan,
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling keuangan.
merusakkan, alau membual lidak dapal dipakai
banyak Rp 350. 000.000, 00 (tiga ratus lima y yang membanlu menghancurkan bukli-bukli
barang, akla, sural, alau daftar lersebul adalah pelaku
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang
Pelanggaran. pengeluaran fiklif lersebul dan menghilangkan
selain pegawai negeri yang diberi tugas
pembukuan alas seluruh lransaksi keuangan adalah
menjalankan suatu jabatan umum secara terus
pelaku Pelanggaran.
menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja:
c. membantu orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, sural, atau
daftar tersebut" \1
d. Pemerasan
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai ne eri memeras"
Pasal12 huruf e Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 19a Contoh nomor 19b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
H adalah seorang Account Representative pada KPP K adalah seorang pelaksana pada Seksi Ekstensifikasi
"Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup Pratama IJK. Yang bersangkutan membuat himbauan KPP Pratama LMN. K memperoleh data tentang
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) pembetulan kepada Wajib Pajak L yang menurut H kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh Wajib
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan tidak melaporkan peredaran usahanya secara benar. Pajak 0 dan mengetahui bahwa 0 tidak memenuhi
pidana denda paling sedikit Rp 200. 000. 000, 00 Pembetulan SPT yang telah dilakukan oleh L tetap kewajiban PPN alas kegiatan membangun sendiri
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp dinyatakan tidak benar dan diancam akan diusulkan terse but. K mendatangi 0 dan mengancam akan
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): untuk dilakukan pemeriksaan, kecuali bila L mau meneruskan data tersebut apabila 0 tidak memberikan
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara memberikan sejumlah uang kepada H. sejumlah uang kepadanya. Alas ancaman tersebut, 0
yang dengan maksud menguntungkan diri memberikan uang kepada K sejumlah yang diminta.
H yang menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
Wajib Pajak untuk memberikan uang adalah pelaku K yang mengancam 0 untuk memberikan sejumlah
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
Pelanggaran. uang adalah pelaku Pelanggaran.
memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinva sendiri"

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "pegawai negeri memeras dengan alasan uang/pemberian ilegal tersebut adalah bag ian dari peraturan atau hak
dia"
Pasal 12 huruf g Undang-Undang Nom or 31 Contoh nomor 20a Contoh nomor 20b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
L adalah seorang Account Representative pada KPP P adalah seorang Kepala Seksi pada Bidang P2Humas
"Oipidana dengan pidana penjara seumur hidup Pratama RST yang sedang menangani permohonan Kanwil QRS yang mendapatkan tugas memberikan
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) pengurangan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan penyuluhan berupa sosialisasi peraturan perpajakan
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan Wajib Pajak U. Pada saat permohonan pengurangan yang baru diberlakukan memenuhi undangan beberapa
pidana denda paling sedikit Rp 200. 000. 000, 00 tersebut diselesaikan dan Wajib Pajak U mendapat Wajib Pajak yang tergabung dalam suatu asosiasi.
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp pengurangan alas Pajak Bumi dan Bangunan nya, L Pada saat kegiatan sosialisasi tersebut berakhir, P
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): meminta sejumlah uang kepada Wajib Pajak U dengan meminta sejumlah uang kepada para Wajib Pajak
g. pegawai negeri atau penyelenggara negara alasan pengurangan tersebut disetujui alas jasa L. tersebut dengan ala san sosialisasi terse but
yang pada waktu menjalankan tugas, meminta dilaksanakan berdasarkan undangan dari mereka.
L yang meminta balas jasa alas proses pengurangan
a tau menerima pekerjaan, atau penyerahan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan adalah pelaku P yang meminta pembayaran alas penyuluhan tersebut
barang, seofah-ofah merupakan utang kepada
Pelanggaran. adalah pelaku Pelanggaran.
dirinya, padahaf diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utanq" \
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai neqeri memeras peqawai neqeri lain"
Pasal 12 huruf f Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 21a Conloh nomor 21 b
Tahun 1999 sldd. UU Nomor 20 Tahun 2001
M adalah Bendahara Pengeluaran pada KPP Pratama Dalam contoh nomor 20b P memberikan penyuluhan
"Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup UVW. M sedang menangani pencairan alas rapelan berupa sosialisasi peraluran perpajakan yang baru
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) gaji beberapa pegawai pada KPP tersebut. Kepada diberlakukan memenuhi undangan para Bendaharawan
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan para pegawai yang akan menerima rapelan, M pemerinlah pada Pemerintah Daerah T dan pada saat
pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 meminta uang unluk memperlancar proses pencairan kegiatan sosialisasi lersebut berakhir, p meminla
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp rapelan. Pada saal dilaksanakan pembayaran rapelan sejumlah uang kepada para Bendaharawan pemerinlah
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): gaji, M memolong sejumlah uang atas pembayaran lersebul dengan alasan sosialisasi lersebut
f pegawai negeri atau penyelenggara negara yang seharusnya diterima oleh masing-masing dilaksanakan berdasarkan undangan dari mereka.
yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, pegawai pegawai lersebut.
P yang meminla pembayaran alas penyuluhan lersebut
menerima, atau memotong pembayaran kepada
M yang meminla dan memotong sejumlah uang atas adalah pelaku Pelanggaran.
pegawai negeri atau penyelenggara negara
pembayaran rapelan gaji seolah-olah pegawai negeri
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah
alau penyelenggara negara yang lain lersebul
pegawai negeri atau penyelenggara negara
mempunyai ulang kepadanya adalah pelaku
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
Pelanggaran.
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang"

e. Perbualan curang
Conloh Pelanggaran berupa:
Peraluran "membiarkan perbualan curang pada waklu pembuatan bangunan alau penyerahan bahan bangunan"
Pasal 7 ayal (1) huruf b Undang-Undang Nomor Conloh nomor 22a Conloh nomor 22b
31 Tahun 1999 sldd. UU Nomor 20 Tahun 2001
S adalah Pejabal Penerima Hasil Pekerjaan pada KPP T adalah Pejabal Penerima Hasil Pekerjaan pada KPP
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat Pratama QQQ. Pada saal menerima hasil pengadaan Pralama VWX. KPP Pralama vwx sedang
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun barang bahan bangunan berupa keramik yang melaksanakan pengadaan jasa perbaikan alas salah
dan a tau pidana denda paling sedikit diperlukan dalam perbaikan salah salu ruangan di salu ruangan pad a KPP lersebut. Selama proses
Rp 100. 000. 000,00 (seratus jut a rupiah) dan KPP Pralama QQQ, s dengan sengaja lelap pekerjaan perbaikan lersebul, tukang yang
paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima menerima keramik yang dikirim oleh penjual walaupun mengerjakannya mengganti jenis semen yang
puluh juta rupiah): dikelahui kualitas keramik lersebul jauh dibawah seharusnya dipakai dengan semen yang berkualitas
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu kualilas keramik yang dipesan. jauh lebih buruk. Hal ini dikelahui dan dibiarkan oleh T.
membuat bangunan, atau penjual bahan Pada saal melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan
S yang lelap menerima keramik yang kualitasnya lidak
bangunan yang pada waktu menyerahkan tersebul, T lelap menerima hasil pekerjaan lerseburt
sesuai dengan keramik yang dipesan lersebut adalah
bahan bangunan, melakukan perbuatan curang walaupun T mengelahui kecurangan yang le~i
pelaku Pelanggaran.
yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau kese/amatan negara dalam selama proses pengerjaannya.
keadaan perang;
T yang bertugas melakukan pemeriksaan hasil
b. setiap orang yang bertugas mengawasi
pekerjaan pengadaan jasa dan mengelahui adanya
pembangunan atau penyerahan bahan
kecurangan dalam proses pengerjaannya lelapi lelap
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
menerima hasil pengadaan jasa lersebul adalah pelaku
curang sebagaimana dimaksud da/am huruf a
Pelanggaran.

Conloh Pelanggaran berupa:


Peraluran "pegawai negeri menyerobol lanah negara hingga merugikan orang lain"
Pasal12 huruf h Undang-Undang Nomor 31 Conloh nomor 23a Conloh nomor 23b
Tahun 1999 sldd. UU Nomor 20 Tahun 2001
Kabag Umum Kanwil YYY bernama X mengelahui bahwa
"Dipidana dengan pidana penjara seumur sebidang lanah di sebelah bangunan Kanwil YYY masih
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 berada di bawah pengelolaan Kanwil yyy yang
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua perunlukan sebenarnya adalah unluk penambahan area
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit parkir dan fasililas olah raga. Secara diam-diam, X
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) membual sural yang menyalakan bahwa dirinya diberi
dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu kekuasaan penuh unluk memanfaalkan lanah lersebut.
miliar rupiah): Dialas lanah lersebul, X membangun bangunan yang dia
h. pegawai negeri atau penyelenggara sewakan kepada penjual makanan. Keunlungan alas
negara yang pada waktu menjalankan tugas, penyewaan lersebul digunakan unluk kepenlingan pribadi
Ielah menggunakan tanah negara yang di X.
atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah
X yang membangun bangunan di alas lanah negara
sesuai dengan peraturan
lersebul dan menyewakannya adalah pelaku
perundangundangan, telah merugikan orang
Pelanggaran.
yang berhak, padaha/ diketahuinya bahwa

\1 r-
perbuatan tersebut bertentangan dengan
peraturan perundangundangan"
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai negeri baik lang sung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan yang diurusnya,"
Pasal 12 huruf i Undang-Undang Nomor 31 Contoh nomor 24a Contoh nomor 24b
Tahun 1999 stdd. UU Nomor 20 Tahun 2001
U adalah pemilik CV. XXX yang bergerak di bidang V adalah pegawai di KPP XYZ yang juga adalah
"Dipidana dengan pidana penjara seumur percetakan. U merupakan istri dari T, seorang pegawai di Pejabat Pengadaan. KPP XYZ membutuhkan
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 KPP YYY yang juga adalah Ketua Panitia Pengadaan. beberapa kendaraan yang akan dipergunakan untuk
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua Pada saat dilaksanakan pengadaan barang cetakan oleh suatu kegiatan antar jemput pegawai. Pada saat
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit panitia pengadaan yang diketuai oleh T, CV. XXX turut dilaksanakan pengadaan langsung sewa kendaraan, V
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) serta dalam tender proyek tersebut. Dalam proses seleksi, menetapkan usaha persewaan kendaraan miliknya
dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu atas cam pur tang an T, CV. XXX terpilih sebagai sendiri sebagai penyedia jasa.
miliar rupiah): i. pegawai negeri atau pemenang.
V yang menetapkan usaha persewaan kendaraan
penyelenggara negara baik langsung
T yang secara langsung turut serta dalam penentuan miliknya sendiri sebagai penyedia jasa adalah pelaku
maupun tidak langsung dengan sengaja turut
pemenang dari pengadaan barang cetakan memilih CV. Pelanggaran.
serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
XXX yang merupakan perusahaan milik istrinya adalah
persewaan, yang pada sa at dilakukan
pelaku Pelanggaran.
perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau
menqawasinya"

g. Gratifikasi
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melaporkannya kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)"
Pasai12B dan Pasai12C UU Nomor 20 Tahun Contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan Contoh nomor 25b
2001 sebagai gratifikasi yang sering terjadi adalah:
E. Kepala Kantor KPP FGH, membeli sebuah mobil
1. Pemberian hadiah atau parse! kepada pejabat pada
Pasal12 B dari sebuah dealer yang juga merupakan Wajib Pajak
sa at hari raya keagamaan, oleh rekanan atau
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri yang terdaftar di KPP FGH. Dalam pembelian mobil
bawahannya;
a tau penyelenggara negara dianggap tersebut, pihak dealer memberikan potongan harga
2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak
pemberian suap, apabi/a berhubungan dengan khusus kepada E. Sampai dengan lewat 30 (tiga
dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat tersebut;
jabatannya dan yang berlawanan dengan puluh) hari sejak pembelian, E tidak juga melaporkan
3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau
kewajiban atau tugasnya, dengan potongan harga khusus tersebut ke KPK.
keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-
ketentuan sebagai berikut:
cum a; E yang menerima potongan harga khusus a~
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh
'
juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa 4. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian mobil tersebut dan sampai dengan lewat 30
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap pembelian barang dari rekanan; (tiga puluh) hari sejak pembelian tersebut tidak juga
dilakukan oleh penerima gratifikasi; 5. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan melaporkannya ke KPK adalah pelaku Pelanggaran.
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 kepada pejabat;
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa 6. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh pribadi lainnya dari rekanan;
penuntut umum. 7. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau saat kunjungan kerja;
penyelenggara negara sebagaimana dimaksud 8. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima
dalam ayat (1) ada/ah pidana penjara seumur kasih karena telah dibantu.
hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) Contoh nomor 25a
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp A adalah seorang pelaksana di Seksi Pelayanan sebuah
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan KPP Pratama yang bertugas memberikan pelayanan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar pembuatan NPWP. Dalam melaksanakan tugas-tugas
rupiah). pelayanan pembuatan NPWP tersebut, A
melaksanakannya sesuai dengan SOP yang telah
Pasal12 C ditetapkan. Pada saat melayani pembuatan NPWP
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam seorang pengguna layanan bernama B, A menerima
Pasal 12 8 ayat ( 1) tidak berlaku, jika penerima pemberian sejumlah uang dari B sebagai tanda terima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kasih alas pelayanan A yang dinilai baik. Sampai
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana dengan lewat 30 (tiga puluh) hari sejak menerima uang
Korupsi. dari B, A tidak juga melaporkan pemberian uang
(2) Penyampaian laporan sebagaimana tersebut ke KPK.
dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga A yang menerima pemberian sejumlah uang dari B dan
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal sampai dengan lewat 30 (tiga puluh) hari sejak
gratifikasi tersebut diterima. menerima uang tersebut tidak juga melaporkannya ke
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana KPK adalah pelaku Pelanggaran.
Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak tanggal menerima
laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat
menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tala cara
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur
dalam Undangundang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Pelanggaran peraluran di bidang perpajakan
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraluran "lidak mengisi Sural Pemberilahuan dengan benar"
Pasal4 ayal (1) UU Nomor 6 Tahun 1983 sldd. Conloh nomor 26a
UU Nomor 16 Tahun 2009 lenlang Kelenluan
F adalah seorang pelaksana pada KPP Pralama GHI. Dalam kesehariannya, baik kelika beraklivilas di kanlor
Umum dan Tala Cara Perpajakan
maupun dalam kehidupan di luar kantor, F dikenal memiliki gaya hid up mewah. Selain memiliki sejumlah rumah, F
"Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan dikenal sering menggunakan mobil yang dikalegorikan mewah di lingkungan lempal linggalnya secara bergantian.
Sural Pemberilahuan dengan benar, lengkap, Selain memperoleh penghasilan sebagai PNS, F juga memperoleh penghasilan lain dari usaha sampingan.
je/as, dan menandalanganinya" Dalam Sural Pemberitahuan, F lidak melaporkan penghasilan lain dari usaha sampingannya lersebut.
F yang lidak melaporkan penghasilan lain dari usaha sampingannya adalah pelaku Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraluran "tidak memenuhi kewajiban PPN alas kegiatan membanQun sendiri"
Pasai16C UU Nomor 8 Tahun 1983 sldd. UU Contoh nomor 27a
Nom or 42 Tahun 2009 tenlang Pajak
G adalah Kepala Kanwil HIJ yang baru saja menyelesaikan pembangunan rumah bertingkal yang rencananya
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan alas
akan dia pergunakan unluk usaha kos-kosan. Luas bangunan keseluruhan adalah 350 m2. Sejak awal proses
Barang Mewah
pembangunan, G lidak pernah memenuhi kewajiban PPN alas kegialan membangun sendiri yang lerulang.
"Pajak Pertambahan Nilai dikenakan alas
G yang lidak memenuhi kewajiban PPN atas kegialan membangun sendiri yang lerulang adalah pelaku
kegialan membangun sendiri yang dilakukan
Pelanggaran.
lidak dalam kegialan usaha alau pekerjaan
oleh orang pribadi alau badan yang hasilnya
digunakan sendiri alau digunakan pihak lain
yang balasan dan lala caranya dialur dengan
Kepulusan Menleri Keuangan. "

3. Pelanggaran peraturan di bidang kepegawaian

a. Kode Etik Pegawai DJP (Peraluran Menleri Keuangan No: 1/PM.3/2007 Tanggal 23 Juli 2007)
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "tidak bertanggung iawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak"
Panduan Kewajiban Pegawai: Contoh nomor 28a Contoh nomor 28b
"Bertanggung jawab dalam penggunaan Seorang Kepala Sub Bagian Umum di sebuah KPP C, seorang Kepala Seksi KPP Pratama DEF yang
barang inventaris mifik Direktorat Jenderaf Pralama bernama B menguasai sepenuhnya sebuah berlokasi di Jakarta dipindahtugaskan/dimulasi ke KPP L.-
Pajak." kendaraan dinas dan menvewakan kendaraan din as Madya GHI vanQ berlokasi di Sulawesi Selatan. Duff'
'
tersebut kepada umum, terutama pada akhir pekan. bulan sejak dipindahtugaskan, c belum juga
Untuk mempermudah proses penyewaan, B mengganti menyerahkan kembali rumah dinas yang ditempatinya
plat nomor kendaraan dinas yang berwarna merah selama bertugas di KPP Pratama DEF. Rumah dinas
dengan plat nomor kendaraan berwarna hitam. tersebut masih ditempati oleh keluarganya.
B yang menguasai sepenuhnya sebuah kendaraan C yang belum menyerahkan kembali rumah dinas
din as dan menyewakan kendaraan dinas tersebut yang hak pemakaiannya telah berakhir adalah pelaku
kepada umum adalah pelaku Pelanggaran. Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran benupa:


Peraturan "penyalahgunaan kewenangan jabatan"
Panduan Larangan Pegawai: Contoh nomor 29a Contoh nomor 29b
"Menyalahgunakan kewenangan jabatan baik A adalah Kepala Kantor Wilayah pada Kanwil XYZ. D adalah Kepala Subbagian Rumah Tangga Kanwil
langsung maupun tidak /angsung" Sehubungan dengan pemeriksaan WP MN yang EFG. Sehubungan dengan jabatannya, D sering
dilakukan oleh B, seorang Fungsional Pemeriksa Pajak berhubungan dengan H seorang rekanan penyedia
pada KPP STU, A memaksa B untuk memperkecil nilai ala! tulis kantor (ATK). D berencana untuk membuka
ketetapan pajak hasil pemeriksaan disebabkan WP MN toko peralatan kantor sebagai usaha sampingan.
merupakan kerabat A. Tindakan yang dilakukan A Untuk keperluan tersebut, D meminta H untuk menjadi
merupakan intervensi terhadap proses pemeriksaan. pemasok (supplier) tokonya dan meminta potongan
Disisi lain, tindakan B yang memperkecil nilai ketetapan harga yang melebihi kewajaran dengan ala san
pajak merupakan tindakan yang tidak objektif sehingga sebagai Kepala Subbagian Rumah Tangga, D telah
merugikan keuangan negara. banyak memberikan keuntungan kepada H melalui
pengadaan ATK.
A yang melakukan intervensi terhadap proses
pemeriksaan dengan memaksa B untuk memperkecil D menyalahgunaka kewenangan jabatannya dengan
nilai ketetapan pajak hasil pemeriksaan WP MN adalah meminta potongan harga yang melebihi kewajaran
pelaku Pelanggaran. kepada H adalah pelaku Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "perbuatan tidak terpuji"
Panduan Larangan Pegawai: Contoh nomor 30a Contoh nomor 30b
"Melakukan perbuatan tidak terpuji yang A adalah pelaksana pada KPP Pratama XYZ. Pada Beberapa pegawai KPP Pratama VWX tertangkap
bertentangan dengan norma kesusilaan dan suatu sa at, A diketahui mengkonsumsi minuman basah sedang berjudi pad a saat jam kerja di salah satu
dapat merusak citra serta martabat Direktorat beralkohol yang mengakibatkan dirinya mabuk dan ruangan di KPP Pratama VWX.
Jenderal Pajak" menimbulkan keonaran di lingkungan tempat tinggalnya.
Para pegawai yang tertangkap basah sedang berjudi
Hal tersebut dapat merusak citra dan marta bat DJP.
tersebut adalah pelaku Pelanggaran.
~
'
A yang mengkonsumsi minuman beralkohol yang
mengakibatkan dirinya mabuk dan menimbulkan
keonaran di lingkungan tempat tinggalnya adalah pelaku
PelanQQaran.

b. Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tanggal6 Juni 2010)
Contoh Pelanggaran berupa:
Peraturan "tidak melaksanakan tugas kedinasan yg dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan
tanggun jawab"
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil Contoh nomor 31 a Conloh nom or 31 b
Pasal 3 angka 5
X adalah seorang pejabal jurusila pada sebuah KPP Y adalah pelaksana Subbagian Umum pada KPP
"Melaksanakan tugas kedinasan yg Pralama. Dalam pelaksanaan lugas penyampaian Sural Madya PQR. Y bertugas menangani usulan kenaikan
dipercayakan kepada PNS dengan penuh Paksa, secara periodik yang bensangkulan pangkat pegawai KPP lersebut. Dalam melaksanakan
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab" memanfaatkan sural lugas untuk pulang ke kola asal lugasnya, y tidak secara proaklif mengusulkan
dengan cara mengatur sural tugas penyampaian Sural kenaikan pangkat, melainkan menunggu perminlaan
Paksa. Yang bersangkulan mengatur sedemikian rupa dari para pegawai KPP tersebut. Beberapa pegawai
agar seluruh Sura! Paksa dapal disampaikan dalam mengalami keterlambatan dalam pengusulan kenaikan
waktu singkat tanpa memperhatikan prosedur yang telah pangkatnya akibat dari kelalaian Y.
ditetapkan sehingga yang bersangkutan memiliki waktu y
yang lidak melaksanakan pengusulan kenaikan
sisa beberapa hari kerja untuk pulang ke kola asalnya.
pangkat pegawai KPP Madya PQR sesuai dengan
X yang lidak melaksanakan tugas penyampaian Sural prosedur yang telah ditelapkan adalah pelaku
Paksa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Pelanggaran.
adalah pelaku Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "melanQQar rahasia jabatan"
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 Contoh nomor 32a Contoh nomor 32b
angka 8
A adalah pelaksana pad a KPP Madya BCD. A H adalah pelaksana pad a Direktorat EFG yang
"Memegang rahasia jabatan yang menurut ditugaskan untuk menangani berkas-berkas Wajib Pajak ditugaskan unluk menjawab sural dari Wajib Pajak I.
sifatnya atau menurut perintah harus di KPP tersebut. Wajib Pajak E menghubungi A untuk pada saat menyusun konsep jawaban, I menghubungi
dirahasiakan" meminta data Wajib Pajak lain yang sejenis yang berupa H dan ingin mengetahui isi dari konsep sural jawaban
laporan keuangan untuk dipakai oleh E sebagai bahan tersebut. H memenuhi permintaan I dan
untuk menyusun SPT Tahunannya. A memenuhi memberitahukan isi dari konsep sural iawabarr f--

'
permintaan E. terse but.
A yang memberikan data berupa laporan keungan Wajib H yang memberitahukan isi dari konsep sural jawaban
Pajak lain kepada E adalah pelaku Pelanggaran. kepada Wajib Pajak I adalah pelaku Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang milik neqara"
Larangan Pegawai Negeri Sipil Contoh nom or 33a Contoh nomor 33b
Pasal 4 angka 5
Dalam contoh nomor 28a B menyewakan kendaraan Dalam contoh 1b X menjual barang-barang inventaris
"Memiliki, menjua/, membeli, menggadaikan, dinas yang merupakan milik Negara tersebut secara kantor dan menggunakan hasil penjualan barang-barang
menyewakan, atau meminjamkan barang- tidak sa h. tersebut untuk kepentingan pribadinya.
barang baik bergerak atau tidak bergerak,
B yang secara tidak sah menyewakan kendaraan dinas X yang secara tidak sah menjual barang-barang
dokumen atau sural berharga milik negara
yang merupakan milik Negara tersebut adalah pelaku inventaris yang merupakan milik Negara adalah pelaku
secara tdk sah"
Pelanggaran Pelanggaran.

Contoh Pelanggaran berupa:


Peraturan "bertindak sewenanq-wenanq terhadap bawahannya"
Larangan Pegawai Negeri Sipil Contoh nomor 34a Contoh nomor 34b
Pasal 4 angka 9
Y adalah seorang kepala seksi pada Kanwil PQR. Yang
"Bertindak sewenang-wenang terhadap bersangkutan sedang melanjutkan kuliah Strata 2.
bawahannya" Untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, y sering
memerintahkan beberapa pelaksana untuk
menyelesaikan tugas-tugas kuliah tersebut pada jam
kerja sehingga tugas/pekerjaan para pelaksana
tersebut menjadi terbengkalai.
y yang bertindak sewenang-wenang terhadap
bawahannya adalah pelaku Pelanggaran. r
\
Lampiran II
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- :u /PJ/2011
Tanggal : 19 Agustu~ .2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PAKTA INTEGRITAS

Sebagai pelaksanaan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER- !I.Z /PJ/2011 tanggal 19 Agustus 2011 tentang Kewajiban Melaporkan Pelanggaran dan
Penanganan Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
saya yang bertanda Iangan di bawah ini:
Nama
NIP
PangkaUGolongan
Jabatan
Unit Kerja

dengan ini menyatakan bahwa saya akan:


1. merahasiakan semua data dan informasi yang saya ketahui dalam pelaksanaan tugas terkait
dengan penanganan pelaporan pelanggaran (whistleblowing) pada Direktorat Jenderal Pajak;
2. menggunakan, menyimpan, dan/atau memberikan data dan informasi yang saya ketahui
semata-mata hanya untuk kepentingan dinas, berdasarkan perintah dan/atau permintaan
kedinasan oleh pejabat yang berwenang.

Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam Pakta lntegritas ini saya
bersedia dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(tempat), (tanggal pembuatan)

Mengetahui
(atasan langsung) Yang Membuat Pernyataan

Meterai
Rp 6.000,-

NIP ............................................... . NIP .......................................... .


Lampiran Ill
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- :1.2 /PJ/2011
Tanggal : 19 Aeu.nus: :~.on

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.p. Direktur KITSDA
Jalan Gatot Subroto No. 40-42
Jakarta

Sehubungan dengan pengaduan yang saya laporkan melalui ................................ ..


pada tanggal ......................... , nomor identitas pengaduan ........................... , dengan ini saya
Nama/NIP
Unit Kerja
mengajukan permohonan untuk mendapatkan upaya perlindungan dari Direktur Jenderal Pajak
alas pengaduan dengan terlapor:
Nama/NIP

Unit Kerja
Perlindungan yang saya harapkan berupa (pilih yang sesuai, bisa lebih dari satu pilihan):

a. perlindungan dari tindakan balasan yang bersifat administratif kepegawaian dan merugikan
Pelapor seperti namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan, penurunan penilaian
DP3, usulan pemindahan tugas/mutasi atau hambatan karir lainnya;
b. pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor atau terlapor dalam hal timbul ancaman fisik terhadap
Pelapor;
c. bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan;

d. bantuan permintaan perlindungan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal
kasus Ieiah dilimpahkan ke lnstansi Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
e. bantuan permintaan perlindungan kepada LPSK dalam hal kasus telah dilimpahkan ke lnstansi
Penegak Hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Adapun alasan saya mengajukan permohonan tersebut adalah sebagai berikut:

1 ................................................................................................. ")
2. . ............................................................................................... ")

Demikian saya sampaikan untuk menjadi perhatian.

Tempat, Tanggal

(Nama Lengkap)

") diisi dengan alasan yang mendukung, dalam hal diperlukan agar dilampiri dengan dokumen dan
bukti pendukung.
Lampiran IV
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor : PER- .'12 /PJ/2011
Tanggal: 15 f\gu5W5 2011

Sural Penghenlian lnvesligasi/Penelilian Pendahuluan/Pemeriksaan *)

Yang bertanda Iangan di bawah ini:(1)

Nama
NIP
Pangkatlgolongan
Jabatan

menerangkan bahwa karena tidak dilemukan cukup bukli, maka dengan ini dilakukan penghenlian
investigasilpenelitian pendahuluan/pemeriksaan *) yang dilaksanakan berdasarkan Sural Perintah
lnvestigasi/Penelitian Pendahuluan/Pemeriksaan *) Nomor .................. Tanggal ....... (2)terhadap:

Nama
NIP
Pangkatlgolongan
Jabalan

Dalam hal Ieiah ditemukan data/bukti/informasi baru, akan dilindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

. ....... , ....................... (3)


................................ (4)

................................(5)
................................(6)

Keterangan:
1. Asli sural ini disampaikan kepada yang bersangkutan yailu pegawai yang dilakukan
investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan.
2. Tembusan sural disampaikan kepada:
a. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak;
b. Direklur KITSDA;
c. alasan langsung pegawai yang dilakukan investigasi/penelitian pendahuluan/pemeriksaan.
3. *) : Corel yang lidak perlu.
4. Petunjuk pengisian:
Angka 1: Diisi oleh yang membuat sural penghenlian:
a. dalam hal penghentian lnvesligasi, diisi oleh Direklur KITSDA;
b. dalam hal penghentian Penelitian Pendahuluan, diisi oleh Ketua Tim Kepatuhan
Internal;
c. dalam hal penghenlian Pemeriksaan, diisi oleh atasan langsung terperiksa.
Angka 2: Diisi dengan nomor dan tanggal Sural Perinlah lnvestigasi/Penelilian
Pendahuluan/Pemeriksaan.
Angka 3: Diisi dengan lempal dan langgal dilerbilkannya sural penghenlian.
Angka 4: Diisi dengan jabalan yang membual sural penghenlian.
Angka 5: Diisi dengan nama yang membual sural penghenlian.
Angka 6: Diisi dengan NIP yang membuat sural penghentian.

Anda mungkin juga menyukai