Sejarah[sunting | sunting sumber]
Konsep pengaturan lingkungan internal dijelaskan oleh fisiolog Prancis Claude Bernard pada
tahun 1849, sedangkan kata homeostasis diciptakan oleh Walter Bradford Cannon pada tahun
1926.[4][5] Pada tahun 1932, Joseph Barcroft, seorang ahli fisiologi Inggris, mengatakan bahwa
fungsi otak yang lebih tinggi membutuhkan lingkungan internal yang paling stabil. Bagi Barcroft,
homeostasis tidak hanya diatur oleh otak, tetapi juga melayani otak.[6] Homeostasis merupakan
istilah biologis yang hampir eksklusif, yang merujuk pada konsep yang dijelaskan oleh Bernard
dan Cannon, mengenai konstannya lingkungan internal tempat sel-sel tubuh hidup dan bertahan
hidup.[4][5][7] Istilah sibernetika diterapkan pada sistem kendali seperti termostat, yang berfungsi
sebagai mekanisme untuk menjaga homeostasis, tetapi sering kali didefinisikan jauh lebih luas
daripada istilah biologis homeostasis.[8][9]
Kata homeostasis sendiri menggabungkan kata Latin baru dari bahasa Yunani Kuno:
ὅμοιος homoios, "mirip" dan στάσις stasis, "diam", yang menghasilkan gabungan kata "tetap
sama".[10]
MEKANISME
Proses metabolik pada semua organisme hanya dapat terjadi di lingkungan fisik dan kimia yang
sangat spesifik. Kondisinya bervariasi pada masing-masing organisme dan tergantung apakah
proses kimia berlangsung di dalam sel atau di dalam cairan interstisial yang menggenangi sel.
Mekanisme homeostasis yang paling dikenal pada mamalia adalah regulator (pengatur) yang
menjaga agar komposisi cairan ekstraseluler (atau "lingkungan internal") tetap konstan, terutama
yang berkaitan dengan suhu, pH, osmolalitas, serta konsentrasi natrium, kalium, glukosa, karbon
dioksida, dan oksigen. Ada banyak sekali mekanisme homeostasis lain yang mengatur beragam
aspek fisiologi dalam tubuh. Ketika tingkat suatu variabel lebih tinggi atau lebih rendah dari yang
dibutuhkan, masing-masing kondisi ini sering diawali dengan hiper- dan hipo-,
seperti hipertermia dan hipotermia atau hipertensi dan hipotensi.
Jika suatu entitas dikendalikan melalui homeostasis, hal itu tidak menyiratkan bahwa nilainya
harus benar-benar stabil untuk menjaga kesehatan. Suhu inti tubuh, misalnya, diatur oleh
mekanisme homeostasis oleh sensor suhu, di antaranya hipotalamus pada otak.[11] Namun, titik
setel suatu regulator diatur ulang secara teratur.[12] Sebagai contoh, suhu inti tubuh pada manusia
bervariasi sepanjang hari (dipengaruhi oleh ritme sirkadian), dengan suhu terendah terjadi pada
malam hari dan tertinggi pada sore hari. Suhu normal juga bervariasi akibat siklus menstruasi.[13]
[14]
Titik setel regulator suhu diatur ulang ketika infeksi untuk menghasilkan demam.[15]
Organisme mampu menyesuaikan diri pada berbagai kondisi seperti perubahan suhu atau
[16]
Agar ion natrium dan ion kalsium dalam darah tetap seimbang - Penyerapan ion
kalsium dan ion natrium pada tubulus ginjal.
Memelihara keseimbangan air dan garam dalam darah
Air yang tidak diserap masuk kembali dalam tubuh dan akan keluar sebagai air kencing.
1. kaidah fisika
2. Kaidah metabolisme
Semua kaidah untuk mengatur suhu tubuh dibantu koordinasi tubuh.
Pengaturan suhu dengan kaidah fisik[sunting | sunting sumber]
Dikenali sebagai kaidah fisik karena pengaturan lebih banyak kepada penggunaan otot-otot
tubuh dan secara fisik. Di antara kemungkinan yang akan terjadi ialah:
Otot rangka
Kelenjar adrenal
Kelenjar tiroid
Dalam keadaan sejuk, hipotalamus akan mengatur otot rangka untuk vasokonstriksi secara aktif.
Hal ini akan menyebabkan seseorang mengigil dan meningkatkan suhu badan. Pada saat yang
sama, kelenjar adrenal akan mensekresikan hormon adrenalin dan noradrenalin sedangkan
kelenjar tiroid akan mensekresikan hormon tiroksin, semua hormon ini bertujuan untuk
meningkatkan suhu badan dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh.
Dalam keadaan panas, aktivitas otot rangka akan berkurang, begitu juga dengan sekresi
hormon-hormon tertentu oleh kelenjar adrenal dan kelenjar tiroid akan berkurang.
Hormon epinefrin dan norepinefrin bertindak dengan: