Anda di halaman 1dari 90

Patient Safety

in Pediatrics

dr. Djoti Atmodjo, Sp.A, MARS, FISQua

1
PENDAHULUAN

2
UU Nomor 44 Tahun 2009
tentang
Rumah Sakit

Pasal 40 :

Dalam upaya peningkatan mutu


pelayanan, Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala
minimal 3 (tiga) tahun sekali

Djoti - Atmodjo
Akreditasi
Rumah Sakit
v Mutu Baik
v Keselamatan Aman

4
RUMAH SAKIT AMAN

UPAYA KESELAMATAN
◉ Keselamatan pasien
◉ Keselamatan staf
◉ Keselamatan terpapar Infeksi
◉ Keselamatan gedung/fasilitas
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT
Djoti - Atmodjo
Pasal 32
Hak Pasien

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit


apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang


tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 29
s. melindungi dan memberikan bantuan
hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas

Djoti - Atmodjo
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit

Djoti - Atmodjo
Adanya kewajiban
hukum RS

Dokumen

Bukti
legal/hukum

13
STANDAR AKREDITASI
RUMAH SAKIT

Membangun sistem

Akreditasi

Tata Kelola Rumah Sakit


Tata Kelola Klinis
Akreditasi
KARS

Rumah Sakit
Patuh Pada Peraturan
Perundang-undangan
Menyelenggarakan RS dengan
standar internasional

16
Peraturan AKREDITASI
Perundang-undangan KARS

Regulasi
Survei
Akreditasi

Implementasi ◉ New proses akreditasi


◉ New Sismadak
◉ New ReDOWSKo
Regulasi

Implementasi

Bukti Implementasi
◉ Dokumen bukti
◉ Observasi
◉ Wawancara
◉ Simulasi
ASUHAN PEDIATRI

19
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHANAN ATAS UNDANG UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.

Djoti - Atmodjo
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014
TENTANG
UPAYA KESEHATAN ANAK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Anak adalah seseorang yang sampai berusia 18 Tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
2. Bayi Baru Lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari.
3. Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan.
4. Anak Balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
5. Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan.
6. Anak Usia Sekolah adalah anak umur lebih dari 6 tahun sampai sebelum berusia 18 tahun.
21
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2017

TENTANG

KESELAMATAN PASIEN

22
KESELAMATAN PASIEN
suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
◉ asesmen risiko,
◉ identifikasi dan
◉ pengelolaan risiko pasien,
◉ pelaporan dan analisis insiden,
◉ kemampuan belajar dari insiden dan
◉ tindak lanjutnya, serta
◉ implementasi solusi untuk meminimalkan:
Ø timbulnya risiko dan
Ø mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

23
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

24
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi


identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan risiko, termasuk berbagai strategi yang
dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja yang


bertanggung jawab melaksanakan Manajemen Risiko
Terintegrasi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses :


✵ identifikasi,
✵ analisis,
✵ evaluasi, dan
pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan terhadap
semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari penyusunan rencana
strategis, penyusunan dan pelaksanaan program dan anggaran,
pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN

SASARAN KESELAMATAN NASIONAL


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
WHO memulai Program Patient Safety tahun
2004 :
“ safety is a fundamental principle of patient
care and a critical component of quality
management”
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) dibentuk Persi pada 1 Juni 2005
Tanggal 21 Agustus 2005 Menteri Kesehatan
bersama Persi dan KKPRS mencanangkan
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Keselamatan pasien (patient safety) :

Suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien


lebih aman.
Sistem tsb meliputi :
asesmen risiko
identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien
pelaporan dan analisis insiden
kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko
What is Patient Safety?
Patient Safety is a health care discipline that emerged with the evolving complexity in
health care systems and the resulting rise of patient harm in health care facilities. It
aims to prevent and reduce risks, errors and harm that occur to patients during
provision of health care. A cornerstone of the discipline is continuous improvement
based on learning from errors and adverse events.

Apa itu Keselamatan Pasien?


Keselamatan Pasien adalah disiplin pelayanan kesehatan yang muncul dengan
kompleksitas yang berkembang dalam sistem pelayanan kesehatan dan
mengakibatkan peningkatan kerugian/bahaya terhadap pasien di fasilitas perawatan
kesehatan. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan mengurangi risiko, kesalahan dan
kerugian yang terjadi pada pasien selama pemberian pelayanan kesehatan. Landasan
disiplin adalah perbaikan terus-menerus berdasarkan pembelajaran dari kesalahan dan
kejadian buruk.
harm membahayakan
merugikan
A patient safety incident is an event or circumstance that
could have resulted, or did result, in unnecessary harm to
a patient
Insiden keselamatan pasien adalah suatu peristiwa atau
keadaan yang dapat mengakibatkan, atau memang
mengakibatkan, kerugian/bahaya yang tidak seharusnya
terjadi pada pasien

Kondisi Potensial Cedera (KPC)


Kondisi Potensial Membahayakan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety)

Sistem ini mencegah terjadinya cedera


yang disebabkan oleh :
kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan
tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap
pasien dan masyarakat
3. Menurunkan KTD di RS
4. Terlaksananya program-2 pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien


Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI Pengurangan risiko pasien jatuh
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/ meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.

Elemen Penilaian Sasaran I


1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

37
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan.

Elemen Penilaian Sasaran II


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
konsisten.

38
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
q Perintah diberikan secara
lisan
q Perintah diberikan melalui
telpon
q Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).

Elemen Penilaian Sasaran III


1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.

40
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-
PASIEN OPERASI
Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat- lokasi, tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
Elemen Penilaian Sasaran IV
1.Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2.Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
3.Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4.Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

41
WHO Guidelines for Safe Surgery 2009

Safe Surgery Saves Lives

42
TIME OUT
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Elemen Penilaian Sasaran V


1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari
WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

44
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety 48
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.

Elemen Penilaian Sasaran VI


1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit.

49
Kategori:
Risiko tinggi = ≥ 45
Risiko sedang = 25 – 44
Risiko rendah = 0 - 24
50
UPAYA KESELAMATAN
PADA ASUHAN PEDIATRI

51
RUMAH SAKIT AMAN
UNTUK PELAYANAN ANAK

UPAYA KESELAMATAN
◉ Keselamatan pasien
◉ Keselamatan staf
◉ Keselamatan terpapar Infeksi
◉ Keselamatan gedung/fasilitas
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

55
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses :


✵ identifikasi,
✵ analisis,
✵ evaluasi, dan
pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan
terhadap semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari
penyusunan rencana strategis, penyusunan dan pelaksanaan
program dan anggaran, pertanggungjawaban dan monitoring dan
evaluasi serta pelaporan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja yang


bertanggung jawab melaksanakan Manajemen
Risiko Terintegrasi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Pasal 9
(1) Unit Pemilik Risiko sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf c terdiri atas:
a. kepala satuan kerja sebagai pemilik Risiko;
Identifikasi Risiko

Analisis Risiko m
D a la
a l a m tri
ko D e d ia
Upaya R i si
Mengurangi e n PRisiko
t e r a s i
i s P
Reg suhan
A
Register Risiko

60
Manajer
RS

Kepala Komite
Unit Mutu

RISIKO

Komite Komite
PPI PKRS

Komite
K3RS
IDENTIFIKASI RISIKO PADA
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI Pengurangan risiko pasien jatuh
Organisational accident model from Vincent

63
64
65
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya
disebut Insiden, adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien.
Keselamatan Pasien adalah disiplin pelayanan kesehatan yang muncul
dengan kompleksitas yang berkembang dalam sistem pelayanan
kesehatan dan mengakibatkan peningkatan bahaya/harm pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi risiko, kesalahan dan bahaya/harm yang terjadi pada
pasien selama pemberian pelayanan kesehatan. Landasan disiplin
adalah perbaikan terus-menerus berdasarkan pembelajaran dari
kesalahan dan kejadian buruk.

Patient Safety is a health care discipline that emerged with the evolving
complexity in health care systems and the resulting rise of patient
harm in health care facilities. It aims to prevent and reduce risks,
errors and harm that occur to patients during provision of health care.
A cornerstone of the discipline is continuous improvement based on
learning from errors and adverse events.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN

Pasal 14
(1) Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC);
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC); dan
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Pernyataan Kebijakan 2011
“Prinsip Keselamatan Pasien Anak:
Mengurangi Bahaya Akibat Perawatan Medis.”

69
Tahun 2001, setelah menyadari perlunya memandu dan
memahami masalah keselamatan pasien anak secara koheren,
American Academy of Pediatrics (AAP) menerbitkan
pernyataan “Principles of Patient Safety in Pediatrics,”

Tahun 2003 diterbitkan “Prevention of Medication Errors in the


Pediatric Inpatient Setting”

.Tahun 2007, AAP merilis pernyataan "Keselamatan Pasien di


Pengaturan Perawatan Darurat Pediatrik."

Tahun 2011 “Prinsip Keselamatan Pasien Anak: Mengurangi


Bahaya Akibat Perawatan Medis,”

70
“Prinsip Keselamatan Pasien Anak: Mengurangi Bahaya Akibat
Perawatan Medis,” menjelaskan pemahaman terkini tentang
masalah dan praktik untuk meminimalkan kesalahan medis pediatrik
dan meningkatkan kualitas perawatan.

Tiga isu utama adalah fokus dari pernyataan ini:


1) pentingnya keselamatan pasien anak;
2) ilmu di balik budaya keselamatan; dan
3) strategi keselamatan pasien.

71
Karakteristik
fisik (dosis
obat menurut
berat badan)

Pasien anak
menjadi
perhatian
khusus
Masalah
Status hukum
perkembangan
di bawah
dan
umur
pertumbuhan

Woods D, Thomas E, Holl J, Altman S, Brennan T. Adverse events and preventable adverse events in children. Pediatrics. 72
2005;115(1):155–160
IDENTIFIKASI RISIKO
PADA ASUHAN PEDIATRI

73
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014
TENTANG
UPAYA KESEHATAN ANAK

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Anak adalah seseorang yang sampai berusia 18 Tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
2. Bayi Baru Lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari.
3. Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan.
4. Anak Balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
5. Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan.
6. Anak Usia Sekolah adalah anak umur lebih dari 6 tahun sampai sebelum
berusia 18 tahun. 74
Epidemiologi

• satu per tiga dari pasien anak yang


Walsh KE, et al. dirawat inap, mengalami Kejadian Tidak
(2014) Diharapkan

• KTD yang paling banyak terjadi adalah


Mueller BU, et al. Hospital-Acquired Infections, komplikasi
(2019) jalur intavena, komplikasi bedah, dan
medication error

Walsh KE, Bundy DG, Landrigan CP. Preventing health care–associated harm in children. JAMA. 2014;311(17):1731–2.
Mueller BU, Daniel RN, Stucky Fisher ER, Council on Quality Improvement and Patient Safety, Committee on Hospital Care. 75
Principles of pediatric patient safety: reducing harm due to medical care. Pediatrics. 2019;143(2):e20183649.
Epidemiologi

•Nama sementara bayi baru lahir


Insiden
Keselamatn •Kesalahan diagnostik
Pasien •Catatan kesehatan elektronik

Walsh KE, Bundy DG, Landrigan CP. Preventing health care–associated harm in children. JAMA. 2014;311(17):1731–2.
Mueller BU, Daniel RN, Stucky Fisher ER, Council on Quality Improvement and Patient Safety, Committee on Hospital Care. 76
Principles of pediatric patient safety: reducing harm due to medical care. Pediatrics. 2019;143(2):e20183649.
perawatan medis (37%)

Studi Learning From Errors in


identifikasi pasien (22%)

Ambulatory Pediatri
imunisasi (15%)

komunikasi pasien (8%)

pengujian diagnostik
(13%)

77
55% kesalahan
peresepan

85% kesalahan pengobatan


30% kegagalan
pemesanan

Perawatan Medis 11% administrasi

2% transcribing

2% kesalahan
dispensing
78
RISIKO IDENTIFIKASI
PASIEN PEDIATRI

79
Manajer
RS

Kepala Komite
Unit Mutu

MANAJEMEN
RISIKO
RISIKO
TERINTEGRASI
Komite Komite
PPI PKRS

Komite
K3RS
RISIKO IDENTIFIKASI

• Bayi Baru Lahir


• Bayi

• Anak Balita
• Anak Prasekolah

• Anak Usia Sekolah

Barcode QR code statis


81
UPAYA KESELAMATAN
ASUHAN PEDIATRI

82
Simulasi

Salah satu metode yang paling efektif untuk mengevaluasi


kompleksitas, membangun keahlian teknikal dan nonteknikal,
dan menilai perubahan sistem

Pasien anak sangat terbantu karena tenaga kesehatan


berkesempatan untuk latihan dan menambah keahlian tanpa
merugikan pasien

Mirza A, Winer J, Garber M, Makker K, Maraqa N. Primer in patient safety concepts: simulation case-based training for pediatric 83
residents and fellows.MedEdPORTAL. 2018;14:10711.
Simulasi

Menghilangkan ketakutan dan implikasi hukum

Membantu identifikasi KTD atau near-miss

Membantu mengevaluasi proses yang jarang


dilakukan

Mengadakan simulasi secara rutin, secara finansial


lebih murah dibandingkan penanganan KTD

Donaldson L, Ricciadi W, Sheridan S, Tartaglia R. Textbook of Patient Safety And Clinical Risk Management. Springer Open. 2021: 84
299 - 307
Ilmu Keselamatan Pasien

Perspektif faktor manusia:


Budaya Keselamatan:
mengatasi kesalahan manusia
menghindari bahaya,
dengan berkonsentrasi pada
menekankan pada perbaikan
kondisi di mana orang
sistem, bukan menyalahkan
bekerja, mencegah kesalahan
individu
atau mengurangi efeknya

Brigita UM, Daniel RN, Erin RS. Principles of pediatric patient safety: reducing harm due to medical care. Pediatrics. 85
2019;143(2):e20183649
• staf bersedia dan
Budaya mampu melaporkan
pelaporan kesalahan tanpa takut
akan hukuman

• mampu beradaptasi
Budaya secara efektif terhadap
fleksibel protokol dan standar
yang berubah

• memiliki kompetensi
dan kemauan untuk
Budaya membuat kesimpulan
Belajar yang tepat dan akan
menerapkan
perubahan
86
Chassin MR, Loeb JM. The ongoing quality improvement journey: next stop, high reliability. Health Aff (Millwood). 2011;30(4):559–568
Strategi

Tujuan dan Upaya Kepemimpinan:


Keselamatan perlunya para
Pasien: upaya pemimpin nasional
keselamatan pasien untuk menetapkan
nasional melibatkan tujuan keselamatan
banyak organisasi pasien

Peran Teknologi Informasi:


dukungan teknologi pediatric-
specific terus berkembang

Brigita UM, Daniel RN, Erin RS. Principles of pediatric patient safety: reducing harm due to medical care. Pediatrics. 87
2019;143(2):e20183649
Kesimpulan

Keselamatan pasien anak telah berkembang


dalam beberapa tahun terakhir, namun masih
perlu perbaikan dalam penerapan data dan
konsep dalam praktik klinis

Pelatihan klinisi dan integrasi budaya


keselamatan dalam kurikulum
pendidikan untuk membiasakan tenaga
kesehatan

88
dr. Djoti Atmodjo, Sp.A, MARS, FISQua
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN PEDIATRI
(Modifikasi)
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien anak
Sasaran II Peningkatan komunikasi efektif yang tepat dan
benar antar staf klinis pada asuhan pasien anak
Sasaran III Pemberian pengobatan yang tepat dan akurat
pada pasien anak
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pelaksanaan tindakan aseptik yang tepat untuk
mengurangi risiko infeksi terkait tindakan medis
Sasaran VI Pencegahan risiko pasien anak jatuh

Anda mungkin juga menyukai