A.

Analisa Pelat
Syarat-syarat batas (h min < h ≤ h max) berdasarkan syarat lendutan :
Mutu Beton f'c = 25 MPa
Mutu Baja fy = 400 MPa

1. Analisa Tebal Pelat Lantai

a. Tinjau Daerah G

A B C D 5.00

E F G H 5.00

I J K L 4.00

M N O P 4.00

1.00 4.00 5.00 1.00

Menentukan daerah balok dan pelat dimana bentang terpanjang adalah (Ly) dan bentang
terpendek adalah (Lx)
Menentukan lebar balok (bw) bw = 1/2 h sampai 2/3 h = 250 mm
Bentang bersih balok ln = Ly-bw = 4750 mm
Menentukan rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah melebar plat 2 arah
β = (Ly-bw)/(Lx-bw) = 1,000
Menghitung Tebal pelat minimum
h maks ≥ [(0,8+fy/1500)/(36 + 9β)] x ln = 112,59 mm

b. Menghitung Tebal pelat maksimum

h min ≤ (0,8+fy/1500)/36 x ln = 140,74 mm
Asumsi tebal plat yang diambil adalah 140 mm
(syarat SNI dengan tebal pelat minimum 120 mm sehingga aman).

c. Menentukan lebar mamfaat / lebar flens efektif (be)

140
be = ¼ x lebar bentang yang dituju
be = 1250 mm
360

250

1250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 1
 Dengan cara lain be didapat
be = bw + (16 x tebal bentang yang dituju) = 2490 mm
maka diambil yang terkecil, 1250 mm

d. Penentuan titik berat pusat

70

(1) 140

(2) 360

320

250

1250

2
Luas 1 A(1) = 175000 mm
2
Luas 2 A(2) = 90000 mm
Total Luas A= 265000 mm2
Titik X (simetris) X = (1250/2) = 625 mm
Y1 Y1 = 70 mm
Y2 Y2 = 320 mm
Titik Y Y = [(A1 x Y1)+(A2 x Y2)] / Atotal = 154,91 mm

e. Momen Inersia terhadap sumbu X

70

140 (h1)

360 (h2)
154,91

320

250
(b2)
1250
(b1)

625

1 1
𝐼𝑏1 = 𝐼𝑏2 = × 𝑏1 × ℎ1 + 𝐴1 𝑌 − 𝑌1 + × 𝑏2 × ℎ2 + 𝐴2 𝑌2 − 𝑌
12 12

4
Ib1 Ib1 = Ib2 = 4.972.455.974,84 mm
4
Ib2 Ib2 = 4.972.455.974,84 mm
Is1 Is1 = 1/12 (Ly(h2)3 = 19440000000 mm
4

Is2 Is1 = 1/12 (Lx(h2)3 = 19440000000 mm

4

Menentukan nilai rata rata αm,

α.m = ½ (α1 + α2)
Ecb = Ecs, jadi α1 = Ib1 / Is1 = 0,256
α2 = Ib2 / Is2 = 0,256
Maka, αm α.m = ½ (α1 + α2) = 0,256

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 2
f. Kontrol tebal pelat yang diambil (hf)
Jika nilai hf < h min SNI yaitu 120mm, maka dipakai h min SNI. Jika nilai hf≥ h max analisa maka
harus merubah dimensi balok atau menambah balok anak, sehingga h min SNI < hf ≤ hmax.
𝑓𝑦
0,8 +
ℎ≥ 1500 × 𝑙𝑛
1
36 + 5𝛽 𝛼𝑚 − 0,12 1 +
𝛽
h≥ 140,43 mm
Syarat : 112,59 ≤ h ≤ 140,74
Maka dari hasil di atas diambil tebal pelat lantai dan diambil tebal plat atap :
untuk tebal plat lantai diambil, Tebal Plat Lantai = 120 mm
untuk tebal plat atap diambil, Tebal Plat Atap = 100 mm

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 3
2. Perhitungan Pembebanan Pelat

a. Data
Pada Pelat Atap
Tebal pelat atap = 0,1 m
Tebal finishing = 0,03 m
Tebal volume hujan = 0,03 m
Berat/volume beton bertulang = 2400 kg/m3
3
Berat/volume beton = 2200 kg/m
3
Berat /volume air hujan = 1000 kg/m
Berat beban bergerak lantai atap = 100 kg/m2
2
Berat plafond+penggantung = 18 kg/m

Pada Pelat Lantai

Tebal pelat lantai = 0,12 m
Tebal finishing = 0,03 m
Berat/volume beton bertulang = 2400 kg/m3
3
Berat/volume beton = 2200 kg/m
Berat beban bergerak lantai = 200 kg/m2
Berat Tegel (1 cm) = 24 kg/m2
2
Berat plafond+penggantung = 18 kg/m

b. Pembebanan Plat Atap

Beban Mati (WD)
Berat sendiri plat Tebal plat atap x volume beton bertulang = 240 kg/m2
2
Berat lapisan kedap air 2 x 21 kg/m = 42 kg/m2
Berat plafond+penggantung (11+7) kg/m2 = 18 kg/m2
TOTAL = 300 kg/m2
Beban Hidup (WL)
2
Beban atap menurut SNI (sesuai kegunaan bangunan) = 100 kg/m
2
Berat air hujan 30 mm 0,03 m x volume air hujan = 30 kg/m
2
TOTAL = 130 kg/m

c. Pembebanan Plat Lantai

Beban Mati (WD)
Berat sendiri plat Tebal plat lantai x volume beton bertulang = 288 kg/m2
Berat finishing plat 30mm 0,030 x volume beton = 66 kg/m2
Berat plafond+penggantung (11+7) kg/m2 = 18 kg/m2
Berat Tegel (1 cm) = 24 kg/m2
TOTAL = 396 kg/m2
Beban Hidup (WL)
2
Beban lantai menurut PPIUG 1983 (sesuai = 200 kg/m
kegunaan bangunan) TOTAL = 200 kg/m
2

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 4
3. Perencanaan Tulangan Pelat Atap

a. Pembebanan Pelat Atap

Data
2
Beban Mati WDAtap = 300 kg/m
Tebal Pelat = 0,1 m
2
Beban Hidup WLAtap = 130 kg/m
2
Beban Ultimit Wu (1,2WD + 1,6WL) = 568 kg/m
0,568 T/m2
Direncanakan
a. Selimut Beton : P= 20 mm
b. Diameter Tulangan : ØD = 10 mm
Syarat – syarat Bentang
ly = Bentang terpanjang.
lx = Bentang terpendek.
Tinggi Efektif :
dx (arah X) dx = h - P - ½ Ø Dx = 75 mm
0,075 m
dy (arah Y) dy = h - P - Ø Dx - ½ Ø Dy = 65 mm
0,065 m
Rasio Tulangan (ρ)
ρ minimum ρmin (Koefisien CUR pelat) = 0,0018
ρ maksimum β1 = 0,85
0,85 × 𝑓 𝑐 600
𝜌 𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × 𝛽1 × = 0,02032
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦

Kasus 1 Kasus 1
Pelat 1 Pelat 1
Arah Kasus 5 Pelat 2 Kasus 4 Pelat 2 Arah
5.00
Arah Arah

Kasus 1 Kasus 1
Pelat 1 Pelat 1
Arah Kasus 3 Pelat 2 Kasus 2 Pelat 2 Arah
5.00
Arah Arah

Kasus 1 Kasus 6 Pelat 2 Kasus 3 Pelat 2 Kasus 1

Pelat 1 Pelat 1 4.00
Arah Arah Arah Arah

Kasus 1 Kasus 7 Pelat 2 Kasus 5 Pelat 2 Kasus 1

Pelat 1 Pelat 1 4.00
Arah Arah Arah Arah

1.00 4.00 5.00 1.00

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 5
b. Perhitungan Tulangan Pelat Atap (Kasus 1 Pelat 1 Arah)
Ly/Lx > 2 Ly/Lx = 4
2
Beban Ultimit Wu (1,2WD + 1,6WL) = 568 kg/m
2
0,568 T/m
2
Momen Mu = 1/8 Wu Lx = 0,071 Tm
Rasio Tulangan :
ρ minimum (Koefisien CUR pelat) ρmin = 0,0018
ρ maksimum ρmaks = 0,02032
ρ analisa
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅ × 𝜌 × 𝑓𝑦 1 − 0,588 × 𝜌 ×
𝑏𝑑 𝑓𝑐
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅. 𝜌. 𝑓𝑦 − ∅. 𝜌. 𝑓𝑦. 0,588. 𝜌.
𝑏𝑑 𝑓𝑐
Mu/bd2 = 16,805
ρ x Ø x fy = 34000 ρ
2
∅ x ρ x fy x 0,588 x ρ x fy/f'c = 319872 ρ

16,805 = 34000ρ - 319872ρ2

319872ρ2 - 34000ρ + 16,805 = 0
a b c
Rumus ABC
−𝑏 ± 𝑏 − 4𝑎𝑐 ρ1 = 0,1058
𝜌 1,2 =
2𝑎 ρ2 = 0,0005
Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu ρ2 = 0,0005
ρ pakai adalah ρmin = 0,0018 .Karena, ρ analisa < ρ min
2
Luas Tulangan As total = ρ x b x d = 0,000117 m
2
117 mm
2
Tulangan yang dipasang ulir Ø 10 mm A= 78,5 mm
Digunakan Ø10-250

c. Perhitungan Tulangan Pelat Atap (Kasus 2 Skema II Pelat 2 Arah)

Ly/Lx ≤ 2 Ly/Lx = 1
Beban Ultimit Wu x Lx2 = 14,2 T
Momen (Mu = (koef tabel metode amplop berdasarkan Ly/Lx) . (Wu Lx2))
Mlx = koef x Wu x Lx2 = 0,355 Tm
Mly = koef x Wu x Lx2 = 0,355 Tm
Mu/bd2 = (momen arah x atau y) (bd2 arah x atau y)
2 2
Mu/bd = (Mlx) / (b.dx ) = 63,111
Mu/bd2 = (Mly) / (b.dy2) = 84,024
Rasio Tulangan di Mly
ρ minimum (Koefisien CUR pelat) ρmin = 0,0018
ρ maksimum ρmaks = 0,02032
ρ analisa
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅ × 𝜌 × 𝑓𝑦 1 − 0,588 × 𝜌 ×
𝑏𝑑 𝑓𝑐
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅. 𝜌. 𝑓𝑦 − ∅. 𝜌. 𝑓𝑦. 0,588. 𝜌.
𝑏𝑑 𝑓𝑐
Mu/bd2 = 84,024
ρ x Ø x fy = 34000 ρ
2
∅ x ρ x fy x 0,588 x ρ x fy/f'c = 319872 ρ

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 6
 84,024 = 34000ρ - 319872ρ2
319872ρ2 - 34000ρ + 84,024 = 0
a b c
Rumus ABC
−𝑏 ± 𝑏 − 4𝑎𝑐 ρ1 = 0,1038
𝜌 1,2 =
2𝑎 ρ2 = 0,0025
Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu ρ2 = 0,0025
ρ pakai adalah ρ2 = 0,0025 .Karena, ρ analisa > ρ min
2
Luas Tulangan As total = ρ x b x d = 0,0001625 m
2
162,5 mm
2
Tulangan yang dipasang ulir Ø 10 mm A= 78,5 mm
Digunakan Ø10-250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 7
4. Perencanaan Tulangan Pelat Lantai

a. Pembebanan Pelat Lantai

Data
2
Beban Mati WDLantai = 396 kg/m
Tebal Pelat = 0,12 m
2
Beban Hidup WLLantai = 200 kg/m
2
Beban Ultimit Wu (1,2WD + 1,6WL) = 795,2 kg/m
2
0,7952 T/m
Direncanakan
a. Selimut Beton : P= 20 mm
b. Diameter Tulangan : ØD = 10 mm
Syarat – syarat Bentang
ly = Bentang terpanjang.
lx = Bentang terpendek.
Tinggi Efektif :
dx (arah X) dx = h - P - ½ Ø Dx = 95 mm
0,095 m
dy (arah Y) dy = h - P - Ø Dx - ½ Ø Dy = 85 mm
0,085 m
Rasio Tulangan (ρ)
ρ minimum ρmin (Koefisien CUR pelat) = 0,0018
ρ maksimum β1 = 0,85
0,85 × 𝑓 𝑐 600
𝜌 𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × 𝛽1 × = 0,02032
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦

Kasus 1 Kasus 1
Pelat 1 Pelat 1
Arah Kasus 5 Pelat 2 Kasus 4 Pelat 2 Arah
5.00
Arah Arah

Kasus 1 Kasus 1
Pelat 1 Pelat 1
Arah Kasus 3 Pelat 2 Kasus 2 Pelat 2 Arah
5.00
Arah Arah

Kasus 1 Kasus 6 Pelat 2 Kasus 3 Pelat 2 Kasus 1

Pelat 1 Pelat 1 4.00
Arah Arah Arah Arah

Kasus 1 Kasus 7 Pelat 2 Kasus 5 Pelat 2 Kasus 1

Pelat 1 Pelat 1 4.00
Arah Arah Arah Arah

1.00 4.00 5.00 1.00

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 8
b. Perhitungan Tulangan Pelat Lantai (Kasus 1 Pelat 1 Arah)
Ly/Lx > 2 Ly/Lx = 4
2
Beban Ultimit Wu (1,2WD + 1,6WL) = 795,2 kg/m
2
0,7952 T/m
2
Momen Mu = 1/8 Wu Lx = 0,0994 Tm
Rasio Tulangan :
ρ minimum (Koefisien CUR pelat) ρmin = 0,0018
ρ maksimum ρmaks = 0,02032
ρ analisa
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅ × 𝜌 × 𝑓𝑦 1 − 0,588 × 𝜌 ×
𝑏𝑑 𝑓𝑐
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅. 𝜌. 𝑓𝑦 − ∅. 𝜌. 𝑓𝑦. 0,588. 𝜌.
𝑏𝑑 𝑓𝑐
Mu/bd2 = 13,758
ρ x Ø x fy = 34000 ρ
2
∅ x ρ x fy x 0,588 x ρ x fy/f'c = 319872 ρ

13,758 = 34000ρ - 319872ρ2

319872ρ2 - 34000ρ + 13,758 = 0
a b c
Rumus ABC
−𝑏 ± 𝑏 − 4𝑎𝑐 ρ1 = 0,1059
𝜌 1,2 =
2𝑎 ρ2 = 0,0004
Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu ρ2 = 0,0004
ρ pakai adalah ρmin = 0,0018 .Karena, ρ analisa < ρ min
2
Luas Tulangan As total = ρ x b x d = 0,000153 m
2
153 mm
2
Tulangan yang dipasang ulir Ø 10 mm A= 78,5 mm
Digunakan Ø10-250

c. Perhitungan Tulangan Pelat Lantai (Kasus 2 Skema II Pelat 2 Arah)

Ly/Lx ≤ 2 Ly/Lx = 1
Beban Ultimit Wu x Lx2 = 19,88 T
Momen (Mu = (koef tabel metode amplop berdasarkan Ly/Lx) . (Wu Lx2))
Mlx = koef x Wu x Lx2 = 0,497 Tm
Mly = koef x Wu x Lx2 = 0,497 Tm
2 2
Mu/bd = (momen arah x atau y) (bd arah x atau y)
Mu/bd2 = (Mlx) / (b.dx2) = 55,069
Mu/bd2 = (Mly) / (b.dy2) = 68,789
Rasio Tulangan di Mly
ρ minimum (Koefisien CUR pelat) ρmin = 0,0018
ρ maksimum ρmaks = 0,02032
ρ analisa
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅ × 𝜌 × 𝑓𝑦 1 − 0,588 × 𝜌 ×
𝑏𝑑 𝑓𝑐
𝑀𝑢 𝑓𝑦
𝜌 𝑎𝑛𝑙 = = ∅. 𝜌. 𝑓𝑦 − ∅. 𝜌. 𝑓𝑦. 0,588. 𝜌.
𝑏𝑑 𝑓𝑐
Mu/bd2 = 68,789
ρ x Ø x fy = 34000 ρ
2
∅ x ρ x fy x 0,588 x ρ x fy/f'c = 319872 ρ

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 9
 68,789 = 34000ρ - 319872ρ2
319872ρ2 - 34000ρ + 68,789 = 0
a b c
Rumus ABC
−𝑏 ± 𝑏 − 4𝑎𝑐 ρ1 = 0,1042
𝜌 1,2 =
2𝑎 ρ2 = 0,0021
Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu ρ2 = 0,0021
ρ pakai adalah ρ2 = 0,0021 .Karena, ρ analisa > ρ min
2
Luas Tulangan As total = ρ x b x d = 0,0001785 m
2
178,5 mm
2
Tulangan yang dipasang ulir Ø 10 mm A= 78,5 mm
Digunakan Ø10-250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 10
 PERHITUNGAN SERTA TULANGAN MOMEN PELAT ATAP (TABEL)
2
Tulangan yang dipasang 10 mm, A= 78,5 mm
Jarak tulangan = b/(n-1)
Jarak maksimum antar tulangan = 250 mm (SK SNI T-15 1991-03 pasal 3.16.6)
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 1 Pelat 1 Arah
ρ anl As Jlh Jrk Tulangan
Mu Mu/bd2 2 (mm) Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max (mm ) Tulangan
Tumpuan dan
Lapangan 1/8 Wu Lx2 0,071 16,805 319872 -34000 16,805 0,1058 0,0005 0,0018 0,0203 117 2 1000 Ø10-250
Jepit 1/24 Wu Lx2 0,071 16,805 319872 -34000 16,805 0,1058 0,0005 0,0018 0,0203 117 2 1000 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 2 Pelat 2 Arah Skema II
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 14,2 0,075 0,355 63,111 319872 -34000 63,111 0,1044 0,0019 0,0018 0,02032 141,7 2 1000 Ø10-250
Mly 1,0 0,025 14,2 0,065 0,355 84,024 319872 -34000 84,024 0,1038 0,0025 0,0018 0,02032 164,6 3 500 Ø10-250
Mtx 1,0 0,051 14,2 0,075 0,724 128,711 319872 -34000 128,71 0,1024 0,0039 0,0018 0,02032 294,8 4 333,33 Ø10-250
Mty 1,0 0,051 14,2 0,065 0,724 171,361 319872 -34000 171,36 0,101 0,0053 0,0018 0,02032 344,8 5 250 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 3 Pelat 2 Arah Skema II
Jrk
ρ anl Jlh
Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 2
M Ly/Lx Koef As (mm ) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,3 0,038 9,088 0,075 0,345 61,333 319872 -34000 61,333 0,1045 0,0018 0,0018 0,02032 137,7 2 1000 Ø10-250
Mly 1,3 0,02 9,088 0,065 0,182 43,077 319872 -34000 43,077 0,105 0,0013 0,0018 0,02032 117,0 2 1000 Ø10-250
Mtx 1,3 0,0675 9,088 0,075 0,613 108,978 319872 -34000 108,98 0,103 0,0033 0,0018 0,02032 248,1 4 333,33 Ø10-250
Mty 1,3 0,0545 9,088 0,065 0,495 117,16 319872 -34000 117,16 0,1027 0,0036 0,0018 0,02032 231,8 3 500 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 6 Pelat 2 Arah Skema II
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 9,088 0,075 0,227 40,356 319872 -34000 40,356 0,1051 0,0012 0,0018 0,02032 135,0 2 1000 Ø10-250
Mly 1,0 0,025 9,088 0,065 0,227 53,728 319872 -34000 53,728 0,1047 0,0016 0,0018 0,02032 117,0 2 1000 Ø10-250
Mtx 1,0 0,051 9,088 0,075 0,463 82,311 319872 -34000 82,311 0,1038 0,0025 0,0018 0,02032 185,9 3 500 Ø10-250
Mty 1,0 0,051 9,088 0,065 0,463 109,586 319872 -34000 109,59 0,103 0,0033 0,0018 0,02032 216,3 3 500 Ø10-250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 11
 Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 4 Pelat 2 Arah Skema VIa
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 14,2 0,075 0,355 63,111 319872 -34000 63,111 0,1044 0,0019 0,0018 0,02032 141,7 2 1000 Ø10-250
Mly 1,0 0,028 14,2 0,065 0,398 94,201 319872 -34000 94,201 0,1034 0,0028 0,0018 0,02032 185,0 3 500 Ø10-250
Mtx 1,0 0,054 14,2 0,075 0,767 136,356 319872 -34000 136,36 0,1021 0,0042 0,0018 0,02032 313,1 4 333,33 Ø10-250
Mty 1,0 0,060 14,2 0,065 0,852 201,657 319872 -34000 201,66 0,1 0,0063 0,0018 0,02032 409,8 6 200 Ø10-200
Mtix 1,0 0,0125 14,2 0,075 0,178 31,644 319872 -34000 31,644 0,1054 0,0009 0,0018 0,02032 135,0 2 1000 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 7 Pelat 2 Arah Skema VIa
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 9,088 0,075 0,227 40,356 319872 -34000 40,356 0,1051 0,0012 0,0018 0,02032 135,0 2 1000 Ø10-250
Mly 1,0 0,028 9,088 0,065 0,254 60,118 319872 -34000 60,118 0,1045 0,0018 0,0018 0,02032 117,0 2 1000 Ø10-250
Mtx 1,0 0,054 9,088 0,075 0,491 87,289 319872 -34000 87,289 0,1037 0,0026 0,0018 0,02032 197,4 3 500 Ø10-250
Mty 1,0 0,060 9,088 0,065 0,545 128,994 319872 -34000 128,99 0,1024 0,0039 0,0018 0,02032 256,1 4 333,33 Ø10-250
Mtix 1,0 0,0125 9,088 0,075 0,114 20,267 319872 -34000 20,267 0,1057 0,0006 0,0018 0,02032 135,0 2 1000 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 5 Pelat 2 Arah Skema Via
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,3 0,083 9,088 0,075 0,754 134,044 319872 -34000 134,04 0,1022 0,0041 0,0018 0,02032 307,6 4 333,33 Ø10-250
Mly 1,3 0,05 9,088 0,065 0,454 107,456 319872 -34000 107,46 0,103 0,0033 0,0018 0,02032 211,9 3 500 Ø10-250
Mtx 1,3 0,16 9,088 0,075 1,454 258,489 319872 -34000 258,49 0,0981 0,0082 0,0018 0,02032 618,1 8 142,86 Ø10-125
Mty 1,3 0,116 9,088 0,065 1,054 249,467 319872 -34000 249,47 0,0984 0,0079 0,0018 0,02032 515,4 7 166,67 Ø10-150
Mtix 1,3 0,0415 9,088 0,075 0,377 67,022 319872 -34000 67,022 0,1043 0,002 0,0018 0,02032 150,7 2 1000 Ø10-250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 12
 PERHITUNGAN SERTA TULANGAN MOMEN PELAT LANTAI (TABEL)
2
Tulangan yang dipasang 10 mm, A= 78,5 mm
Jarak tulangan = b/(n-1)
Jarak maksimum antar tulangan = 250 mm (SK SNI T-15 1991-03 pasal 3.16.6)
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 1 Pelat 1 Arah
2 ρ anl As Jlh Jrk Tulangan
Mu Mu/bd Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max (mm2) Tulangan (mm)

Tumpuan dan
Lapangan 1/8 Wu Lx2 0,7952 13,758 319872 -34000 13,758 0,1059 0,0004 0,0018 0,0203 153 2 1000 Ø10-250
Jepit 1/24 Wu Lx2 0,7952 13,758 319872
-34000 13,758 0,1059 0,0004 0,0018 0,0203 153 2 1000 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 2 Pelat 2 Arah Skema II
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 19,88 0,095 0,497 55,069 319872 -34000 55,069 0,1046 0,0016 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Mly 1,0 0,025 19,88 0,085 0,497 68,789 319872 -34000 68,789 0,1042 0,0021 0,0018 0,02032 175,4 3 500 Ø10-250
Mtx 1,0 0,051 19,88 0,095 1,014 112,355 319872 -34000 112,36 0,1029 0,0034 0,0018 0,02032 324,4 5 250 Ø10-250
Mty 1,0 0,051 19,88 0,085 1,014 140,346 319872 -34000 140,35 0,102 0,0043 0,0018 0,02032 365,7 5 250 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 3 Pelat 2 Arah Skema II
Jrk
ρ anl Jlh
Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 2
M Ly/Lx Koef As (mm ) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,3 0,038 12,7232 0,095 0,483 53,518 319872 -34000 53,518 0,1047 0,0016 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Mly 1,3 0,02 12,7232 0,085 0,254 35,156 319872 -34000 35,156 0,1052 0,001 0,0018 0,02032 153,0 2 1000 Ø10-250
Mtx 1,3 0,0675 12,7232 0,095 0,859 95,18 319872 -34000 95,18 0,1034 0,0029 0,0018 0,02032 273,3 4 333,33 Ø10-250
Mty 1,3 0,0545 12,7232 0,085 0,693 95,917 319872 -34000 95,917 0,1034 0,0029 0,0018 0,02032 246,5 4 333,33 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 6 Pelat 2 Arah Skema II
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 12,7232 0,095 0,318 35,235 319872 -34000 35,235 0,1052 0,001 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Mly 1,0 0,025 12,7232 0,085 0,318 44,014 319872 -34000 44,014 0,105 0,0013 0,0018 0,02032 153,0 2 1000 Ø10-250
Mtx 1,0 0,051 12,7232 0,095 0,649 71,911 319872 -34000 71,911 0,1041 0,0022 0,0018 0,02032 205,1 3 500 Ø10-250
Mty 1,0 0,051 12,7232 0,085 0,649 89,827 319872 -34000 89,827 0,1036 0,0027 0,0018 0,02032 230,4 3 500 Ø10-250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 13
 Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 4 Pelat 2 Arah Skema VIa
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 19,88 0,095 0,497 55,069 319872 -34000 55,069 0,1046 0,0016 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Mly 1,0 0,028 19,88 0,085 0,557 77,093 319872 -34000 77,093 0,104 0,0023 0,0018 0,02032 197,0 3 500 Ø10-250
Mtx 1,0 0,054 19,88 0,095 1,074 119,003 319872 -34000 119 0,1027 0,0036 0,0018 0,02032 344,2 5 250 Ø10-250
Mty 1,0 0,060 19,88 0,085 1,193 165,121 319872 -34000 165,12 0,1012 0,0051 0,0018 0,02032 433,6 6 200 Ø10-200
Mtix 1,0 0,0125 19,88 0,095 0,249 27,59 319872 -34000 27,59 0,1055 0,0008 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 7 Pelat 2 Arah Skema VIa
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,0 0,025 12,7232 0,095 0,318 35,235 319872 -34000 35,235 0,1052 0,001 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Mly 1,0 0,028 12,7232 0,085 0,356 49,273 319872 -34000 49,273 0,1048 0,0015 0,0018 0,02032 153,0 2 1000 Ø10-250
Mtx 1,0 0,054 12,7232 0,095 0,687 76,122 319872 -34000 76,122 0,104 0,0023 0,0018 0,02032 217,4 3 500 Ø10-250
Mty 1,0 0,060 12,7232 0,085 0,763 105,606 319872 -34000 105,61 0,1031 0,0032 0,0018 0,02032 272,2 4 333,33 Ø10-250
Mtix 1,0 0,0125 12,7232 0,095 0,159 17,618 319872 -34000 17,618 0,1058 0,0005 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250
Hasil analisis tulangan akhir pada Kasus 5 Pelat 2 Arah Skema Via
Jrk
ρ anl Jlh
M Ly/Lx Koef Wu.Lx2 d (m) Mu (.Tm) Mu/bd2 As (mm2) Tulangan Tulangan
a b c ρ1 ρ2 ρ min ρ max Tulangan (mm)
Mlx 1,3 0,083 12,7232 0,095 1,056 117,008 319872 -34000 117,01 0,1027 0,0036 0,0018 0,02032 338,3 5 250 Ø10-250
Mly 1,3 0,05 12,7232 0,085 0,636 88,028 319872 -34000 88,028 0,1036 0,0027 0,0018 0,02032 225,7 3 500 Ø10-250
Mtx 1,3 0,16 12,7232 0,095 2,036 225,596 319872 -34000 225,6 0,0992 0,0071 0,0018 0,02032 675,5 9 125 Ø10-125
Mty 1,3 0,116 12,7232 0,085 1,476 204,291 319872 -34000 204,29 0,0999 0,0064 0,0018 0,02032 543,4 7 166,67 Ø10-150
Mtix 1,3 0,0415 12,7232 0,095 0,528 58,504 319872 -34000 58,504 0,1045 0,0017 0,0018 0,02032 171,0 3 500 Ø10-250

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 14
B. Penyaluran Pembebanan Pelat Ke Balok

1.00 2.00 2.00 2.50 2.50 1.00

1.00

3.00 5.00

1.00
D a b c d
1.00

3.00 5.00

1.00 C
1.00

2.00 4.00

1.00
B
1.00

2.00 4.00

1.00
A
1 2 3 4 5
1.00 4.00 5.00 1.00

Sketsa Penyebaran Beban Pada Balok Atap dan Lantai

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 15
1. Penyaluran Beban Mati (WD)

a. Balok Atap
Balok D1-D2 = D4-D5

2
Q = 1 x 1,00 x qd atap = 300 kg/m
1.00 a
1.00
Balok D2 = D3

2
Q = 2 x 2,00 x qd atap = 1200 kg/m
2.00

b
2.00 2.00

Balok D3 = D4

2
Q = 2 x 2,50 x qd atap = 1500 kg/m
2.50

c
2.50 2.50

b. Balok Lantai
Balok D1-D2 = D4-D5

2
Q = 1 x 1,00 x qd lantai = 396 kg/m
1.00 a
1.00
Balok D2 = D3

2
Q = 2 x 2,00 x qd lantai = 1584 kg/m
2.00

b
2.00 2.00
Balok D3 = D4

2
Q = 2 x 2,50 x qd lantai = 1980 kg/m

2.50

c
2.50 2.50

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 16
2. Penyaluran Beban Hidup (WL)

a. Balok Atap
Balok D1-D2 = D4-D5

2
Q = 1 x 1,00 x ql atap = 130 kg/m
1.00 a
1.00
Balok D2 = D3

2
Q = 2 x 2,00 x ql atap = 520 kg/m
2.00

b
2.00 2.00
Balok D3 = D4

2
Q = 2 x 2,50 x ql atap = 650 kg/m

2.50

c
2.50 2.50

b. Balok Lantai
Balok D1-D2 = D4-D5

2
Q = 1 x 1,00 x ql lantai = 200 kg/m
1.00 a
1.00
Balok D2 = D3

2
Q = 2 x 2,00 x ql lantai = 800 kg/m
2.00

b
2.00 2.00
Balok D3 = D4

2
Q = 2 x 2,50 x ql lantai = 1000 kg/m

2.50

c
2.50 2.50

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 17
4. Konversi Beban Merata Segitiga ke Beban Merata Persegi pada Portal (Q x 0,667)

a. Total Beban Mati Merata persegi dan Total Beban Hidup Merata persegi pada Pelat Atap
Balok D1-D2 = D4-D5 DL = 0,2001 T/m
LL = 0,0867 T/m
Balok D2-D3 DL = 0,8004 T/m
LL = 0,3468 T/m
Balok D3-D4 DL = 1,0005 T/m
LL = 0,4336 T/m

b. Total Beban Mati Merata persegi dan Total Beban Hidup Merata persegi pada Pelat lantai
Balok D1-D2 = D4-D5 DL = 0,2641 T/m
LL = 0,1334 T/m
Balok D2-D3 DL = 1,0565 T/m
LL = 0,5336 T/m
Balok D3-D4 DL = 1,3207 T/m
LL = 0,6670 T/m

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 18
5. Perhitungan Beban Terpusat

a. Beban Pada Daerah D1 = D5

1.00 a Pada plat atap: balok 1

D1 = 1/2 x 1,00 x 1,00 = 0,5 m
2

1.00 Pada plat lantai: balok 1

2
D1 = 1/2 x 1,00 x 1,00 = 0,5 m
1.00
Beban Balok 1: Atap dan Lantai
W Balok Atap = (0,250 m x 0,400 m) x 1 m x 2400 kg/m3 = 0,24 Ton
W Balok Lantai = (0,250 m x 0,380 m) x 1 m x 2400 kg/m3 = 0,228 Ton

b. Beban Pada Daerah D2

3.00
Pada plat atap: balok 2
1.00 2
2.00 D2 = 1/2 x 1,00 x 1,00 + 1/2 x 2,00 x 2,00 = 2,5 m
1.00 a b Pada plat lantai: balok 2
2
1.00 D2 = 1/2 x 1,00 x 1,00 + 1/2 x 2,00 x 2,00 = 2,5 m
2.00
1.00

1.00 2.00
Beban Balok 2: Atap dan Lantai
W Balok Atap = (0,250 m x 0,400 m) x 3 m x 2400 kg/m3 = 0,72 Ton
W Balok Lantai = (0,250 m x 0,380 m) x 3 m x 2400 kg/m3 = 0,684 Ton

c. Beban Pada Daerah D3

4.50

0.50 Pada plat atap: balok 3

2
2.00
2.50 D3 = 1/2 x 2,00 x 2,00 + 1/2 x 2,50 x 2,50 = 5,125 m
b c Pada plat lantai: balok 3
2
D3 = 1/2 x 2,00 x 2,00 + 1/2 x 2,50 x 2,50 = 5,125 m
2.00
2.50

0.50

2.00 2.50

Beban Balok 3: Atap dan Lantai

W Balok Atap = (0,250 m x 0,400 m) x 4,5 m x 2400 kg/m3 = 1,08 Ton
W Balok Lantai = (0,250 m x 0,380 m) x 4,5 m x 2400 kg/m3 = 1,026 Ton

d. Beban Pada Daerah D4

3.50

Pada plat atap: balok 4

1.50
2
2.50 D4 = 1/2 x 2,50 x 2,50 + 1/2 x 1,00 x 1,00 = 3,625 m
c d 1.00
Pada plat lantai: balok 4
2
1.00
D4 = 1/2 x 2,50 x 2,50 + 1/2 x 1,00 x 1,00 = 3,625 m
2.50
1.50

2.50 1.00

Beban Balok 4: Atap dan Lantai

W Balok Atap = (0,250 m x 0,400 m) x 3,5 m x 2400 kg/m3 = 0,84 Ton
W Balok Lantai = (0,250 m x 0,380 m) x 3,5 m x 2400 kg/m3 = 0,798 Ton

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 19
6. Total Beban Terpusat

a. Beban Eqivalent Dari Atap (Balok 1,2,3,4,5) + Berat Balok Pada Plat
2 3
P1 = P5 [2 x (0,5m ) x 0,100m x 2,400T/m ] + 0,24Ton = 0,48 Ton
P2 [2 x (2,5m2) x 0,100m x 2,400T/m3 ] + 0,72Ton = 1,92 Ton
P3 [2 x (5,125m2) x 0,100m x 2,400T/m3 ] + 1,08Ton = 3,54 Ton
P4 [2 x (3,625m2) x 0,100m x 2,400T/m3 ] + 0,84Ton = 2,58 Ton

b. Beban Eqivalent Dari Lantai (Balok 1,2,3,4,5) + Berat Balok Pada Plat
P1 = P5 [2 x (0,5m2) x 0,100m x 2,400T/m3 ] + 0,228Ton = 0,468 Ton
P2 [2 x (2,5m2) x 0,100m x 2,400T/m3 ] + 0,684Ton = 1,884 Ton
2 3
P3 [2 x (5,125m ) x 0,100m x 2,400T/m ] + 1,026Ton = 3,486 Ton
P4 [2 x (3,625m2) x 0,100m x 2,400T/m3 ] + 0,798Ton = 2,538 Ton

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 20
C. Perencanaan Gempa

1. Data
Tinggi lantai dasar = 4,5 m
Tinggi tipikal lantai diatasnya = 4 m
Dimensi kolom untuk semua lantai sama (40 x 40) = 1600 cm2
2
Dimensi balok untuk semua lantai sama (20 x 40) = 800 cm
Tebal pelat atap = 0,1 m
Tebal pelat lantai = 0,12 m
Kuat tekan beton f'c = 25 MPa
Kuat tarik baja fy = 400 MPa
Beban mati pada pelat atap DLAtap = 300 kg/m2
2
Beban hidup pada pelat atap LLAtap = 0,8671 kg/m
2
Beban mati pada pelat lantai DLLantai = 2,6413 kg/m
2
Beban hidup pada pelat lantai LLLantai = 1,334 kg/m

2. Seismic design data:

a. Data (SNI 1726-2002)

Lokasi gedung di Batam. Zona gempa 2
Kondisi tanah di lokasi proyek termasuk ke dalam kategori tanah sedang. Untuk tanah sedang,
Percepatan puncak batuan dasar = 0,10
Percepatan puncak muka tanah Ao = 0,15 g
(Tabel 5. Pasal 4.7.2 SNI 1726-2002). g
Waktu getar alami sudut Tc = 0,6
(Tabel 6. Pasal 4.7.6 SNI 1726 -2002). Am = 0,25 x Ao = 0,375 detik
Ar = 0,225 g
Gedung umum seperti untuk penghunian
Faktor Keutamaan Struktur I= 1,0
(Tabel 1. Pasal 4.1.2 SNI 1726 -2002).
Untuk sistem rangka pemikul momen khusus arah Barat-Timur R= 8,5
(Tabel 3. Pasal 4.3.6 SNI 1726 -2002).

3. Berat struktur

a. Berat struktur pada lantai 1

Berat sendiri struktur:
Berat kolom( ,lantai
, 1 , ) ( , , , )
24 = 585,216 kN
59,68 T
Berat balok lantai 1
(0,2 x 0,4 x 5,0)m3 x 24 kN/m3 x 20 + (0,2 x 0,4 x 4,0)m 3 x 24 kN/m3 x 18 = 330,24 kN
33,68 T
Berat pelat lantai 1
(30 x 15)m2 x 0,12 m x 24 kN/m3 = 1296 kN
132,16 T

b. Berat struktur Lantai 2 & 3

Berat sendiri struktur:
Berat kolom lantai (0,4 x 0,4 x 4,0)m3 x 24 kN/m3 x 24 = 368,64 kN

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 21
 37,59 T
Berat balok lantai berat balok lantai 1 = 330,24 kN
33,68 T
Berat pelat lantai berat pelat lantai 1 = 1296 kN
132,16 T

c. Berat struktur Atap

Berat sendiri struktur:
Berat kolom lantai (0,4 x 0,4 x 4,0)m3 x 24 kN/m3 x 24 = 368,64 kN
37,59 T
Berat balok lantai berat balok lantai 1 = 330,24 kN
33,68 T
Berat pelat lantai berat pelat lantai 1 = 1296 kN
132,16 T

d. Berat Struktur per Lantai

Lantai Tinggi Hx (m) Berat Wx (T) Wx . Hx (Ton.m)
4 16,5 203,43 3356,595
3 12,5 203,43 2542,875
2 8,5 203,43 1729,155
1 4,5 225,52 1014,84
Σ 835,81 8643,465

4. Periode Normal

a. Arah Barat-Timur (merupakan SRPM Beton)

𝑇 = 0,0731𝐻

TB-T 0,0731 16,5 = 0,598 detik

T > Tc, sehigga Faktor Respons Gempa,
Ar Am x Tc = 0,225
Ct Ar/T = 0,376

b. Base Shear

Arah Barat-timur VB = C x I x Wt / R = 36,972 T

c. Gaya Lateral Equivalent,

Fx Fx = (VB.Wx.Hx)/(ΣWiHi) = 14,358 T

F lateral V Story Ada 5 portal, gaya yang bekerja

Lantai Hx (m) Wx.Hx (Ton.m) pada masing-masing joint (T)
fx (T) Vx (T)
4 16,5 3356,595 14,358 14,358 2,872
3 12,5 2542,875 10,877 25,235 5,047
2 8,5 1729,155 7,396 32,631 6,526
1 4,5 1014,84 4,341 36,972 7,394

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 22
D. Penyebaran beban merata, terpusat, dan beban gempa

P1 = 0,48 T P2 = 1,92 T P3 = 3,54 T P4 = 2,58 T P5 = 0,48 T

DL = 0,2001 T/m DL = 0,8004 T/m DL = 1,0005 T/m DL = 0,2001 T/m

E = 2,872 T

LL = 0,0867 T/m LL = 0,3468 T/m DL = 0,4336 T/m LL = 0,0867 T/m

4.00
P1 = 0,468 T P2 = 1,884 T P3 = 3,486 T P4 = 2,538 T P5 = 0,468 T

DL = 0,2641 T/m DL = 1,0565 T/m DL = 1,3207 T/m DL = 0,2641 T/m

E = 5,047 T

LL = 0,1334 T/m LL = 0,5336 T/m DL = 0,6670 T/m LL = 0,1334 T/m

4.00
P1 = 0,468 T P2 = 1,884 T P3 = 3,486 T P4 = 2,538 T P5 = 0,468 T

DL = 0,2641 T/m DL = 1,0565 T/m DL = 1,3207 T/m DL = 0,2641 T/m

E = 6,526 T

LL = 0,1334 T/m LL = 0,5336 T/m DL = 0,6670 T/m LL = 0,1334 T/m

4.00
P1 = 0,468 T P2 = 1,884 T P3 = 3,486 T P4 = 2,538 T P5 = 0,468 T

DL = 0,2641 T/m DL = 1,0565 T/m DL = 1,3207 T/m DL = 0,2641 T/m

E = 7,394 T

LL = 0,1334 T/m LL = 0,5336 T/m DL = 0,6670 T/m LL = 0,1334 T/m

4.50

1 MT

1.50
A B C D E

1.00 4.00 5.00 1.00

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 23
E. Momen

-0-6.7.374
-4.79
-1.25 -2.93 -5.57
-0.77

1.73

2.61

-0-.1813.35
-9.11
-0.83

-5.36 0.-684.08 2.-383.18

3.76

3.79
-14.52

-0.-8135.91
9.-03.83

1.-383.53 4.7-113.67 4.0-111.07

5.59
-18.53

-0.8-139.28
13.6-06.83

5.1-89.31 11.55-13.73 7.7-810.67

7.35

20.63 22.74 21.19

X

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 24
F. Geser

-4.342.73

.11
-21..095

65
-1.0
4.258E-03 0.89 1.98

-4.927.73

-1.19 .3
-1..5139

1.67 3.2 3.05

-1.1191.06
-3.1610.52
1.19

3.43 6.3 4.71

-1.912.68

-1.1912.32
1.19

6.65 8.1 7.08

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 25
G. Analisa Struktur Gaya Momen, Lintang (TABEL) (Tm,m)

Momen Ultimit Lintang

No Balok
Momen Nilai Gaya Nilai
Lantai 2
1 A2-B2 MA 0 DA 0,47
2 MAB -0,32
3 MBKiri -0,83 DBKiri 1,19
4 B2-C2 MBKanan 13,66 DBKanan 3,42
5 MBC 2,19
6 MCKiri -18,53 DCKiri 12,68
7 C2-D2 MCKanan 6,75 DCKanan -1,9
8 MCD 2,62
9 MDKiri -19,28 DDKiri 12,32
10 D2-E2 MDKanan -0,83 DDKanan -1,19
11 MDE -0,32
12 ME 0 DE -0,47
Lantai 3
1 A3-B3 MA 0 DA 0,47
2 MAB -0,32
3 MBKiri -0,83 DBKiri 1,19
4 B3-C3 MBKanan 9,03 DBKanan 1,26
5 MBC 1,88
6 MCKiri -14,52 DCKiri 10,52
7 C3-D3 MCKanan 3,85 DCKanan -3,16
8 MCD 2,86
9 MDKiri -15,91 DDKiri 11,06
10 D3-E3 MDKanan -0,83 DDKanan -1,19
11 MDE -0,32
12 ME 0 DE -0,47
Lantai 4
1 A4-B4 MA FALSE DA 0,47
2 MAB -0,32
3 MBKiri -0,83 DBKiri 1,19
4 B4-C4 MBKanan 3,29 DBKanan -1,53
5 MBC 1,72
6 MCKiri -9,11 DCKiri 7,73
7 C4-D4 MCKanan -0,39 DCKanan -4,92
8 MCD 3,02
9 MDKiri -11,35 DDKiri 9,3
10 D4-E4 MDKanan -0,83 DDKanan -1,19
11 MDE -0,32
12 ME 0 DE -0,47
Lantai Atap
1 A5-B5 MA -0,77 DA -1,05
2 MAB -0,31
3 MBKiri 0 DBKiri -0,48
4 B5-C5 MBKanan 0,49 DBKanan -2,09
5 MBC 1,26
6 MCKiri -4,79 DCKiri 4,73
7 C5-D5 MCKanan -1,86 DCKanan -4,32
8 MCD 2,42
9 MDKiri -6,34 DDKiri 6,11
10 D5-E5 MDKanan -0,77 DDKanan -1,05
11 MDE -0,31
12 ME 0 DE -0,48

ARNOLD HAMONANGAN SITUMORANG

5173550013 26