Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI


Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa di RSJD Dr. Arif Zainuhdin Surakarta

Oleh:
Erdiana Isnaini Ferlinda (J230215070)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit
perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri, makan, berpakaian,
berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri(toileting)
(Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau
BAK (toileting) (Fitria,2009)
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah,
Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan
memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan. Lalu
faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis, beberapa penyakit kronis
dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
Faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan
gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan
ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri. Selanjutnya
adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan dari lingkungannya,
menyebabkan klienmerasa.
b. FaktorPresipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial ekonomi,
pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka,kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. Personal hygiene
memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi, shampoo dan alat mandi lainnya
yang membutuhkan uang untuk menyediakannya
3. Manifestasiklinis
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai
berikut :
a) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh atau
mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air mandi,mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar pakaian.Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih
pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
c) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
d) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk
toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau
kamar kecil.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen, 2000),
yaitu :
a. Mekanisme KopingAdaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
b. Mekanisme Koping MalAdaptif
Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategori nya adalah :
Tidak mau merawat diri.
5. Patofioslogi
Pohon Masalah

Effect Gangguanpemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan,minum)

Coreproblem Defisit perawatandiri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatandiri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit PerawatanDiri (Sumber : Wilkinson,2012)


Defisit Perawatan diri sering kali disebabkan oleh intoleransi aktifitas, hambatan
mobilitas fisik, nyeri, ansietas, gangguan kognitif atau persepsi (misalnyadefisit perawatan
diri: makan yang berhubungan dengan disorientasi). Sebagai suatu etiologi, defisitperawatan
diri dapat menyebabkan depresi, ketakutan akan ketergantungan, dan ketidakberdayaan
(Wilkinson, 2012).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Copel (2007) yaitu dengan terapi Elektro Convulsif Teraphy (ECT),
kejutan listrik dialirkan ke otak dengan cara menempatkan elektroda–elektroda pada
pelipis.
7. Penatalaksanaan
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013:135), Tindakan keperawatan pada pasien
defisit perawatan dirijuga bisa dilakukan dengan carayaitu:
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
2. Melatih pasienberdandan/berhias.
3. Melatih pasien secaramandiri.
4. Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secaramandiri.

B. ASUHANKEPERAWATAN
1. Masalah Yang KemungkinanMuncul
a. Deficit PerawatanDiri
b. IsolasiSocial
c. Harga Diri Rendah
1. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1 Defisit Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri (I. 11348)
. perawatan diri 1. Kemampuan mandi Observasi
berhubungan 2. Kemampuan mengenakan pakaian 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
dengan 3. Kemampuanmakan perawatan diri sesuai usia
gangguan 4. Kemampuan ke toilet 2. Monitor tingkat
psikologis atau (BAK/BAB) kemandirian
psikotik 5. Verbalisasi keinginan melakukan 3. Identidikasi kebutuhan alat bantu
dibuktikan perawatandiri kebersihan diri : berpakaian,
dengan minat 6. Minat melakukan perawatan diri berhiasan, dan makan
melakukan 7. Mempertahankan kebersihan diri Terapeutik
perawatan diri 8. Mempertahankan kebersihan mulut 1. Sediakan lingkungan yang
kurang terapeutik (misalnya : suasana
Definisi : hangat, rileks, privasi)
Tidak mampu 2. Siapkan keperluanpribadi (misalnya :
melakukan parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
atau
menyesuaikan
aktivitas
perawatan diri
Tanda gejala
mayor
a. Subjektif
Menolak melakukan
perawatan diri
b. Objektif
Tidak mampu mandi /
makan / ketoilet / berias
secara mandiri minat
melakukan perawatan diri
kurang
Tanda gejala
minor
a. Subjektif
(tidak tersedia)
b. Objektif
(tidak tersedia)
122 (D.0121) Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Promosi Sosialisasi (I.13498, SIKI hal
berhubungan dengan perubahan 24 jam diharapkan keterlibatan sosial 385)
status mental (SDKI, hal 268) pasien meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
Gejala dan Tanda Mayor Keterlibatan Sosial (L.13116, SLKI, hal 1. Identifikasi kemampuan melakukan
Subjektif 47) interaksi dengan orang lain
1. Merasa ingin sendirian 1. Minat interaksi meningkat 2. Identifikasi hambatan melakukan
2. Merasa tidak aman di tempat 2. Verbalisasi tujuan yang jelas meningkat interaksi dengan orang lain
umum 3. Minat terhadap aktivitas meningkat Terapeutik
Objektif 4. Verbalisasi isolasi menurun 1. Motivasi meningkatkan keterlibatan
1. Menarik diri 5. Verbalisasi ketidakamanan di tempat dalam suatu hubungan
2. Tidak berminat/menolak umum menurun 2. Motivasi kesabaran dalam
Gejala dan Tanda Minor 6. Perilaku menarik diri menurun mengembangkan suatu hubungan
Subjektif 7. Verbalisasi perasaan berbeda dengan 3. Motivasi berpartisipasi dalam
1. Merasa berbeda dengan orang orang lain menurun aktivitas baru dan kegiatan kelompok
lain 8. Verbalisasi preokupasi dengan pikiran 4. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri dalam berkomunikasi dengan orang
sendiri 9. Afek murung/sedih menurun lain
3. Merasa tidak mempunyai 10. Perilaku bermusuhan menurun 5. Diskusikan perencanaan kegiatan di
tujuan yang jelas 11. Perilaku sesuai dengan harapan orang masa depan
Objektif lain membaik 6. Berikan umpan balik positif dalam
1. Afek datar 12. Perilaku bertujuan membaik perawatan diri
2. Afek sedih 13. Kontak mata membaik 7. Berikan umpan balik positif pada
3. Riwayat ditolak setiap peningkatan kemampuan
4. Menunjukkan permusuhan Edukasi
5. Tidak mampu memenuhi 1. Anjurkan berinteraksi dengan orang
harapan orang lain lain secara bertahap
6. Kondisi difabel 2. Anjurkan berbagi pengalaman dengan
7. Tindakan tidak berarti orang lain
8. Tidak ada kontak mata 3. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri
9. Tidak bergairah/lesu dan menghormati hak orang lain
4. Anjurkan membuat perencanaan
kelompok kecil untuk kegiatan khusus
5. Latih bermain peran untuk
meningkatkan ketrampilan
komunikasi
6. Latih mengekspresikan marah dengan
tepat
12 3 Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Harga Diri
Berisiko mengalami evaluasi atau 3x24 jam terjadi peningkatan terhadap Observasi
perasaan negative terhadap diri perasaan positif terhadap diri sendiri  Monitor verbalisasi merendahkan diri
sendiri atau kemampuan klien dengan kriteria hasil sendiri
sebagai respon terhadap situasi Harga Diri (L.09069)  Monitor tingkat harga diri setiap
saat ini 1. Penilaian diri positif meningkat waktu, sesuai kebutuhan terapeutik
2. Penerimaan Penilaian Positif terhadap Terapeutik
diri sendiri meningkat  Motivasi terlibat dalam vervalisasi
3. Postur Tubuh Menampakkan wajah positif untuk diri sendiri
meningkat  Diskusikan persepsi negatif diri
4. Perasaan Malu menurun Edukasi
5. Perasaan bersalah menurun  Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan positif
diri pasien
 Latih cara berpikir dan berprilaku
positif
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika. Iqbal Wahit,
dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course).Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.Jakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Momedia.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
Keempat. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai