Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Waterpass adalah alat untuk mengukur beda tinggi antara dua titik. Penentuan

selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat

penyipat datar tergantung pada keadaan lapangan. Jika jarak antara dua titik yang

harus ditentukan selisih tingginya mempunyai jarak yang terlalu panjang, sehingga

rambu ukur tidak dapat dilihat dengan jelas maka jarak tersebut dapat dibagi menjadi

jarak antara yang lebih kecil.

Untuk menentukan tinggi permukaan bumi dapat dilihat dari suatu bidang

referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Beda ketinggian diatas

permukaan bumi dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain :

 Sipat datar(Spirit levelling).

 Takhimetrik(tachymetric levelling).

 Trigonometrik( trigonometric levelling)kecil.

 Barometrik(barometric levelling).

Sipat datar(levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara

dua titik di permukaan tanah, yang biasa digunakan dalam pembuatan jalan maupun

pembangunan. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur

terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau

1
ditambah dengan nilai yag ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik

tadi.

Saat digunakan, awalnya alatdidirikan pada suatu titik yang diarahkan pada

dua buah rambu yang berdiri vertical.Beda tinggi antara kedua titik dapat dicari

dengan menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.

2
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Waterpass adalah alat untuk mengukur beda tinggi antara dua titik. Penentuan

selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat

penyipat datar tergantung pada keadaan lapangan. Jikalau jarak antara dua titik yang

harus ditentukan selisih tingginya mempunyai jarak yang terlalu panjang, sehingga

rambu ukur tidak dapat dilihat dengan jelas maka jarak

tersebut dapat dibagi menjadi jarak antara yang lebih

kecil.Waterpass juga merupakan alat survey yang lebih simpel

dibandingkan dengan theodolite. Selain instrument ini lebih

kecil dan ringan. Bagian-bagian di dalamnya pun lebih sedikit

sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga terbatas.

Fungsi waterpass di lapangan di antaranya digunakan untuk mengukur elevasi atau

ketinggian tanah. Biasa digunakan pada proyek perataan tanah, pembuatan lapangan

bola, cross dan long section pada jalan atau sungai, untuk marking elevasi pada

bowplank atau patok, penentuan elevasi bantu pada kolom bangunan dan sebagainya.

Kekurangan dari waterpass ini tidak bisa untuk mengukur dengan sudut horizontal

maupun vertikal. Sehingga alat ini tidak bisa digunakan untuk menentukan koordinat

suatu titik. Hanya elevasi yang mampu dibaca. Sedangkan kelebihan alat ini lebih

simpel, kecil, ringan, dan cepat untuk setting alatnya karena pada instrument ini tidak

terdapat nivo tabung. Hanya ada nivo kotak saja.

3
Waterpassdigunakan untuk menentukan elevasi/ peil untuk lantai, balok, dan

lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang diketahui. Alat

ini digunakan untuk mengecek ketinggian penulangan agar tidak melebihi tinggi

rencana dan mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang

dihasilkan dapat datar. Selain itu juga dapat digunakan untuk pembuatan

tanda/marking pada kolom/dinding sebagai acuan pekerjaan lain, seperti acuan untuk

pekerjaan dinding panel precast, serta dapat digunakan dalam pengecekan settlement

bangunan. Untuk keperluan pekerjaan struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm

pada jarak tidak melebihi 30 meter. Dalam penggunaannya, waterpass didirikan pada

tripod (kaki tiga).

Waterpass. Sumber: image.google.com

Bagian dari alat ini  adalah

1. Sekrup a, b, c adalah sekrup yang digunakan untuk menyetting nivo kotak

agar gelembung tepat ditengah lingkaran

2. Cermin yaitu komponen dari waterpass yang berfungsi untuk melihat

kedudukan gelembung udara pada nivo pada saat bersamaan membidik

rambu.

3. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu sekrup yang digunakan untuk

memutar alat kearah horizontal secara halus.

4
4. Sekrup pengatur focus adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur focus

objek sehingga terlihat dengan jelas. Kurang lebih sama dengan focus pada

kamera dslr

5. Optical alignment index yaitu digunakan untuk acuan pengukuran tinggi alat

ketanah

6. Lensa objektif yaitu lensa yang digunakan untuk menangkap objek.

7. Lensa okuler yaitu lensa yang digunakan untuk melihat objek yang terletak

didepan mata pembidik.

Pada intinya komponen pokok yang terdapat pada waterpass sudah pasti terdapat

pada theodolite. Hanya saja letak komponen yang berbeda. Alat ukur theodolite dan

waterpass mempunyai peranan dan fungsi masing-masing sehingga kita bisa memilih

menggunakan yang mana tergantung dari jenis pekerjaan yang akan kita kerjakan.

Sebenarnya ada alat ukur yang lebih canggih dari kedua instrument ini yaitu total

station. Anda bisa membaca artikel selanjutnya yang berjudul total station untuk

melihat perbedaannya.

Untuk menentukan tinggi permukaan bumi dapat dilihat dari suatu bidang

referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Beda ketinggian diatas

permukaan bumi dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain :

 Sipat datar(Spirit levelling).

 Takhimetrik(tachymetric levelling).

 Trigonometrik( trigonometric levelling)kecil.

5
 Barometrik(barometric levelling).

Sipat datar(levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara

dua titik di permukaan tanah, yang biasa digunakan dalam pembuatan jalan maupun

pembangunan. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur

terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau

ditambah dengan nilai yag ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik

tadi.

Saat digunakan, awalnya alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua

buah rambu yang berdiri vertical.Beda tinggi

antara kedua titik dapat dicari dengan

menggunakan pengurangan antara bacaan

muka dan bacaan belakang.

Rumus beda tinggi antara dua titik :

BT =BTB – BTA

Keterangan : BT = beda tinggi

BTA = bacaan benang tengah A

BTB = bacaan benang tengah B

Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu

pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :

( BA – BB )
BT =
2

6
Keterangan : BT = bacaan benang tengah

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai

berikut :

d=(BA – BB) x 100

Keterangan : d = jarak datar optis

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

100 = konstanta pesawat

Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :

 Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai

garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.

 Merencanakan proyek-proyek konstruksi menurut evaluasi terencana.

 Menghitung volume pekerjaan tanah.

 Menyeli dikiciri-ciri aliran di suatu wilayah.

 Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

Ada beberapa persyaratan pada pemakaian alat penyipat datar/ waterpass antara lain :

a. Syarat dinamis: sumbu I vertikal

b. Syarat statis

1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo

7
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I (sumbu vertikal)

Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.

2.2 Tujuan

1. Mengetahui ketinggian dari titik-titik yang dilewatinya dan biasanya

diperlukan sebagai kerangka vertical bagi suatu daerah pemetaan. Hasil akhir

pekerjaan ini adalah data ketinggian dari titik-titik yang ditempati oleh rambu

ukur sepanjang jalur pengukuran yang bersangkutan.

2. Mengetahui cara mengoperasikan waterpass secara optimal dan dapat

menentukan data dengan baik melalui proses pengukuran dan perhitungan

yang teliti.

2.3. Alat Dan Bahan

1. Waterpass 1 Buah

Sebuah alat optis buatan manusia yang berfungsi untuk mengukur beda tinggi

suatu titik atau suatu daerah.

1 2

8 3
4
8
6
7
5
Gambar 1.2 Waterpass

Keterangan gambar waterpass :

1. Sekrup penggerak lensa teropong

2. Lensa okuler

3. Cermin pemantul bidang nivo tabung

4. Nivo tabung

5. Sekrup penyetel

6. Klem pengunci

7. Penyetel arah sudut

8. Lensa obyektif

2. Statif 1 Buah

Sebagai tempat untuk mendirikan waterpass.

9
3. RambuUkur 2 Buah

Sebagai objek yang dibidik untuk

mendapatkan data-data seperti ketinggian

sudut vertical dan horizontal, benang atas,

benang bawah, dan benang tengah.

4. Meteran 1 Buah

Untuk memberikan tanda dan mengukur jarak langsung pada pengukuran

penyipat datar dan untuk mengukur ketinggian alat.

10
5. Unting-unting

Untuk menempatkan sumbu I tepat diatas patok

2.4. Cara Kerja

1. Pasang alat waterpass pada statif sesuai dengan prosedur asisten (titik A),

kemudian aturlah nivo. Sehingga ala tbenar-benar tegak lurus dengan

permukaan.

2. Setelah nivo diatur ditengah-tengah, ukur tinggi waterpass terhadap tanah.

3. Gantung kanunting-unting pada statif. Setting statif agar unting-unting tepat

vertical diatas titik yang sudah ditentukan.

4. Bidik satu titik yaitu titik I dengan syarat titik I berada dalam satu garis

terhadap titik A

11
5. Kemudian letakkan rambu pada titik I dan baca benang atas, benang

merah( benang tengah ) dan benang bawah.

6. Ukurjarak 14,16 meter kekanan (titik A1) dankiri (titik A2) alat waterpass

dengan menggunakan rambu, tempatkan rambu pada patok kemudian baca

benang atas, benang tengah, dan benang bawahnya.

7. Waterpass dipindahkan ketitik I dan bidik kearah titik II dan titik A, kemudian

baca benang atas, benanng tengah, benang bawahnya dengan menggunakan

rambu ukur

8. Kemudian ulangi percobaan seperti langkah 4 hingga 6

9. Demikian seterusnya hingga di titik akhir.

10. Setelah selesai pada titik akhir/percobaan pertama, ulangi percobaan dengan

melakukan pengukuran seperti percobaan pertama namun arahnya

berlawanan.

12
BAB 3

HASIL PRAKTIKUM

3.1. Pelaksanaan Praktikum

a. Menentukan titik tempat alat waterpass.

b. Mendirikan statif ditempat tersebut dan letakkan waterpass diatasnya

kemudian dikunci.

c. Gantungkan unting-unting pada statif. Setting statif agar unting-unting tepat

vertical diatas titik yang sudah ditentukan.

d. Mengatur sumbu I vertikal( nivo kotak ).

 Secara pendekatan pengaturan sumbu I dapat dilakukan dengan

perantaraan nivo kotak dengan memutar ketiga sekrup penyetel A.B

dan C (lihat gambar).

Gambar 2.1 Nivo Kotak

13
Misalnya nivo mula-mula pada kedudukan I. maka pindahkan ke kedudukan II

dengan memutar sekrup penyetel A dan B secara bersama-sama dengan perputaran

seperti anak panah. Kemudian pindahkan nivo tersebut dari kedudukan II ke

kedudukan III dengan memutar sekrup penyetel C saja. Dengan mengikuti gerakan-

gerakan sebagai cheking putarlah teropong terhadap sumbu I. Lihat kedudukan nivo

kotak tadi bila masih pada kedudukan III berarti upaya agar sumbu I mendekati

verrtikal sudah selesai. Tetapi bila nivo kotak masih berpindah kedudukan. maka

ulangi tindakan-tindakan di atas hingga dicapai kedudukan yang selalu seimbang (III)

bila teropong diputar terhadap sumbu I nya.

e. Membuat garis bidik sejajar garis arah nivo.

Ini dimaksudkan masih ada kah kesalahan pada waterpass melalui pengukuran

∆h. Jika tidak ada kesalahan maka waterpass bisa digunakan untuk pengukuran

selanjudnya.

 Bawalah alat ketanah lapang atau jalan. Setelah itu ukur jalan

sepanjang 30 m. yang masing-masing dibagi tiga bagian.

14
Dari B (tengah-tenga antar A dan C) ukurlah beda tinggi A dan C dengan

membaca benang silang pad baak di A ( bta) dan baak di C (btc). Cek pula benang

silang atas dan bawah. Beda tinggi A dan C adalah = bta – btc = ∆h. Kemudian alat

dipindahkan ke titik D. Baak A (bta’)di baca lagi benang tengah demikian pula di

baak C (btc’). Bila bta’ – btc’ = ∆h berarti waterpas sudah terkoreksi dan dapat

dipakai atau dengan kata lain beda tinggi (∆h) dapat diukur dengan kedudukan di B

dan D dengan hasil yang sama.

3.2. Data Hasil Pengukuran Alat Waterpass

Benang Benang Benang


Tinggi Alat
Posisi Arah ke Atas Tengah Bawah Horizontal
(mm)
(mm) (mm) (mm)

1365 A A-I 1449 1323 1200

1377 I I-A 1516 1390 1267 0

15
1377 I I-II 1413 1290 1164 111,7

1367 II II-I 1551 1430 1305 0

1367 II II-III 1502 1379 1252 163,1

1359 III III-II 1450 1330 1200 0

1359 III III-IV 1450 1320 1195 180,2

1395 IV IV-III 1540 1418 1292 0

1395 IV IV-V 1460 1330 1203 176

1360 V V-IV 1530 1410 1281 0

1360 V V-VI 1595 1470 1344 184,2

1402 VI VI-V 1392 1270 1143 0

1402 VI VI-VII 1590 1464 1340 182

1378 VII VII-VI 1420 1292 1169 0

1378 VII VII-B 1400 1276 1151 176.5

1384 B B-VII 1589 1465 1342 0

3.3. Menentukan Beda Tinggi antara Dua Titik

Dengan rumus : BT=BT ke 2 – BT ke 1

1. Beda Tinggi antara Titik A dengan Titik I

BT=1390−1323

BT=67 mm

2. Beda Tinggi antara Titik I dengan Titik II

16
BT=1430−1290

BT =140 mm

3. Beda Tinggi antara Titik II dengan Titik III

BT=1379−1330

BT=49 mm

4. Beda Tinggi antara Titik III dengan Titik IV

BT=1418−1320

BT=98 mm

5. Beda Tinggi antara Titik IV dengan Titik V

BT=1410−1330

BT=80 mm

6. Beda Tinggi antara Titik V dengan Titik VI

BT=1470−1270

BT=200 mm

7. Beda Tinggi antara Titik VI dengan Titik VII

BT=1464−1292

BT=172 mm

8. Beda Tinggi antara Titik VII dengan Titik B

BT=1465−1276

BT=189 mm

BTtotal = BT1+ BT2+ BT3+ BT4+ BT5+ BT6+ BT7+ BT8

BTtotal = 67+140+49+98+80+200+172+189

17
BTtotal = 995 mm = 0,995 m

3.4. Menentukan Jarak Optis

Dengan rumus : d=(BA – BB) x 100

1. Jarak Optis dari Titik A ke Titik I

d = (1449-1200) x 100

d = 24900 mm = 24,9 m

2. Jarak Optis dari Titik I ke Titik II

d = (1413-1164) x 100

d = 24900 mm = 24,9 m

3. Jarak Optis dari Titik II ke Titik III

d = (1502-1252) x 100

d = 25000 mm = 25 m

4. Jarak Optis dari Titik III ke Titik IV

d = (1450-1195) x 100

d = 25500 mm = 25,5 m

5. Jarak Optis dari Titik IV ke Titik V

d = (1460-1203) x 100

d = 25700 mm = 25,7 m

6. Jarak Optis dari Titik V ke Titik VI

d = (1595-1344) x 100

18
d = 25100 mm =25,1 m

7. Jarak Optis dari Titik VI ke Titik VII

d = (1590-1340) x 100

d = 25000 mm = 25 m

8. Jarak Optis dari Titik VII ke Titik B

d = (1400-1151) x 100

d = 24900 mm = 24,9 m

dtotal = d1+d2+d3+d4+d5+d6+d7+d8

dtotal = 24,9+24,9+25+25,5+25,7+25,1+25+24,9

dtotal = 201 m

3.5. Perhitungan Koreksi ( K )

D
Rumus : K= (−ΣΔBT )
ΣD

24,9
1. K 1= (0,995)
201

K1 = 0,123 m

24,9
2. K 2= (0,995)
201

K2 = 0,123 m

25
3. . K 3= (0,995)
201

K3= 0,124 m

19
25,5
4. K 4= (0,995)
201

K4 = 0,126 m

25,7
5. K 5= (0,995)
201

K5 = 0,127 m

25,1
6. K 5= (0,995)
201

K6 = 0,124 m

25
7. K 5= (0,995)
201

K7 = 0,124 m

24,9
8. K 5= (0,995)
201

K8 = 0,123 m

3.6. Meminimalisasi Kesalahan

Sumber kesalahan waterpassing yang akan dikemukan disini adalah yang

dapat dihindarkan agar ketelitian memenuhi syarat dan toleransi yang diberikan bila

keadaan peralatan yang dipakai memenuhis yarat.

1. Kesalahan titik 0 (Nol) pada rambu ukur

2. Kesalahan karena kurang tegaknya rambu ukur (Baak)

3. Kesalahan karena factor pengamat (human error)

4. Kesalahan karena keadaancuaca (alam)

20
5. Kesalahankarenatidakterduga (accidental error)

6. Kesalahankarenabentukfisikbumi (orthometris)

7. Kesalahankarenarefraksicahaya

Cara meminimalisir kesalahannya adalah sebagai berikut :

1. Pada kesalahan a di atas dihilangkan dengan jalan menempatkan baak bergantian

dari baak belakang menjadi baak muka.

2. Kesalahan dapat dihindari dengan memasang nivo kotak pada baak.

3. Kesalahan dapat dihindari dengan :

a. Pengukur harus sehat fisik dan mental

b. Pengukur harus terlatih dan menguasai penggunaan peralatan yang

dipakai.

4. Kesalahan dapat dihindari dengan menggunakan waktu waktu yang efektif,

misalnya bila cuaca panas sekali dan menyebabkanundulasi (getarancahaya)

pengukurandihentikanmemilihsaat yang baikyaitupadapagiharimulaidaripukul 06.00

– 10.00 atau sore hari 14.00 – 17.00.

5. Kesalahan dihilangkan dengan perataan metode kuadrat terkecil (Least Square

Method).

6. Kesalahan dapat dihilangkan dengan cara meletakkan kedudukan waterpass yang

jaraknya dari baak muka dan baak belakang sama.

21
BAB 4

SIMPULAN

4.1.Simpulan

Praktek waterpassini dilakukan untuk mengetahui perbedaan elevasi tanah,

sehingga dapat dijadikan pedoman perencanaan pembangunan jalan (untuk

mengetahui besar kecilnya galian dan timbunan). Lalu dalam pembacaan rambu ukur

perlu ketelitian yang tinggi agar salahnya pembacaan dapat dihindari. Salahnya

pembacaan diakibatkan beberapa hal, yakni angin, ketelitian dan kesabaran.

22

Anda mungkin juga menyukai