50 Business Idea
50 Business Idea
Karya M. Ma’ruf
Penyunting: H. Sogir
Penyelaras Aksara: Ike Sinta Dewi, Indah N.
Desain Sampul: Ade Fery Riantara
Penata letak: Alia Fazrillah
ISBN: 978-979-3714-64-6
v
wartawan di desk ekonomi Harian Seputar Indonesia.
Terakhir adalah penerbit Hikmah, Iqbal Santosa dan
Hasanah Putri Melati yang sangat menentukan hasil
akhir penulisan buku ini.
M. MA’RUF
vi
Isi Buku
Lion Air
Kalau Bisa Murah, Mengapa Harus Mahal? — 8
Sosro
Belajarlah dari Kesalahan — 19
Multivision Plus
Jangan Dengarkan Kata Orang — 25
Kapal Api
Rasa Bukanlah Segalanya, Dibutuhkan Inovasi — 30
vii
Bagian II: Orang-Orang Spesial; Para
Pionir
Aqua
Sebuah Kejadian Tidak Menyenangkan adalah Ide Bisnis yang
Menggiurkan — 36
Detikcom
Jangan Latah dan Berhati-hatilah — 43
Kem Chicks
Paksalah Orang-orang Membeli Secara Sukarela — 50
National Gobel
Sebuah Ide Besar Perlu Bantuan Orang Besar — 57
4848
Jadilah yang Pertama — 62
C59
Percayalah, Ide Original Akan Lebih Laku — 66
Olympic Furnitures
Terbangkan Imajinasimu Setinggi-tingginya — 70
Es Teler 77
Yang Penting Heboh — 83
Sido Muncul
Orang Gila Sekalipun Tahu Jamu yang Enak — 90
M. MA’RUF
viii
Bagian IV: Gagasan-gagasan Cerdas
Bagteria
Anda Tidak Hanya Membeli Sebuah Tas Tangan Anda Membeli
Sebuah Karya Seni — 110
J.CO
Ini Donat Asli Lokal — 114
NCS
Lihatlah Bagaimana Komputer Mengubah Nasib Anda — 118
Hotline Advertising
Hidup ini Seperti Tumpeng — 121
B&B Inc
Anak Muda Selalu Ingin Bergaya — 126
Mizan
Kombinasi yang Pas: Kualitas, Momentum, dan
Keberuntungan — 130
Kompas
The Dynamic Duo — 142
Ciputra Development
Bangku Kuliah Tetap Bagian Penting dari Sebuah Bisnis
Besar — 152
TEMPO
Bersatu Kita Teguh, Bercerai Tetap Utuh — 159
Isi Buku
ABC
Anak Muda Selalu Bisa Diandalkan — 167
CNI
Empat Sekawan — 172
ix
Bagian VI: Cinta Itu Dampaknya Luar Biasa
Susi Air
Nurani Bisa Menuntun pada Jalan Bisnis Baru — 180
Java Musikindo
Hobi dan Bisnis adalah Kombinasi yang Dahsyat — 185
Maspion
Membeli Produk Lokal Juga Sebuah Sikap Nasionalisme,
Bung! — 188
Mitra Adiperkasa
Siapa Kami, Bukan Urusan Anda — 205
Ceres
Darah Kami Cokelat — 211
Mustika Ratu
Alam adalah Sumber Kesehatan dan Bisnis — 233
Rudy Hadisuwarno
Tandailah Keberhasilan Sejak Awal — 239
x
Sahid Hotel
Menjadi Pegawai Negeri Sipil Tak Akan Membuatmu
Kaya — 244
Martha Tilaar
Ada Hal-hal Positif yang Bisa Dikerjakan — 251
Astra Internasional
Ada yang Lebih Bernilai daripada Angka-angka
Triliunan — 264
MQ Corp
Sebuah Bisnis Berbasis Figur itu Seperti Mode — 273
Alfamart
Tunggulah Saat yang Tepat untuk Lepas dari
Bayang-bayang — 289
Blue Bird
Jangan Remehkan Seorang Janda Sekalipun dalam Sebuah
Kompetisi — 294
Indofood
Selalu Ada Kesempatan untuk Berubah — 300
Catatan-Catatan — 309
Isi Buku
xi
Lihatlah
Bagaimana
Mereka
Melakukannya
bagian 1
Edward Forrer
2
Tidak sulit baginya menghidupkan bakat itu lagi
dengan objek baru yang sudah tidak asing lagi, sepatu.
Edo mengamati model-model sepatu di gudang tempat
dia bekerja tampak begitu membosankan dan kuno.
Dia mereka-reka desain sepatu pertamanya. Bermodal
memodifikasi bertumpuk-tumpuk sepatu yang sehari-
hari dilihatnya dengan sedikit tambahan imajinasi dan
kreasi. Hasil desain sepatunya itu tampak lebih bagus.
Bahkan, sang bos pun sebetulnya suka, tapi lebih memilih
menolak tawaran agar desain itu diproduksi. Penolakan
itu tidak membuat Edo jera. Dia tetap rajin membuat
desain-desain baru untuk disimpan di laci meja.
Pada 1989, dia mengambil keputusan, setelah
melihat tidak adanya peluang mengubah nasib dari
bagian gudang menjadi desainer. Anak muda ini nekat
mengundurkan diri setelah 11 bulan bekerja. Kepada
bosnya, Edo mengaku akan membangun usaha yang
sama, tapi bersumpah tidak akan menjadi pesaing. Ini
keputusan yang cukup gila untuk orang miskin pada
7
Lion Air
8
Rusdi adalah pria yang rendah hati, berkumis tebal
dan suka mengkhayal sejak sekolah dasar, terutama
sebelum tidur. “Mengkhayal tentang sesuatu yang positif
itu sangat berguna,” katanya yang mengaku impian
bisa mendorong seseorang melampaui kemampuannya.
Pria kelahiran 1963 ini mengenal bisnis perjalanan
ketika bekerja di biro perjalanan sembari kuliah di
Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila. Setelah lulus,
dia mempersiapkan bisnis travel agent-nya, Lion Tour.
Sampai dengan 10 tahun kemudian, orang-orang mas
kapai masih mengenal Rusdi sebagai pemesan tiket
pesawat untuk konsumen biro perjalanannya. Orang-
orang mungkin tidak tahu dalam benaknya terpendam
khayalan tingkat tinggi, memiliki sebuah maskapai
yang bisa memberi diskon lebih, plus tarif lebih murah,
sehingga banyak orang bisa bepergian ke Kalimantan
atau Sumatera dalam beberapa jam saja.
Kesempatan itu datang ketika Departemen Perhu
bungan membuat terobosan deregulasi industri pener
13
di film The Incredibles, tetapi dalam bisnis distribution
outlet (distro), restoran dan makanan siap saji yang
menguasai Jalan Tebet Utara Dalam.
Pasangan Kardjono dan FR Siwi dianugerahi anak-
anak berbakat wirausaha sejak kecil dengan kemam
puan yang saling melengkapi. Martin Sunu Susetyo
yang dipanggil Martin, ahli menemukan barang-
barang bagus yang akan disukai orang. Alumni Cabra
College, Adelaide, Australia Selatan ini kreatif serta
pandai bergaul sehingga pintar menemukan orang
yang bisa menciptakan produk bagus, tetapi tidak bisa
menemukan konsumen. Adiknya, Bertolomeus Saksono
Jati—dipanggil Berto—memiliki insting manajer yang
baik. Berto yang lulusan GS Fame Institute of Business,
Jakarta ini paham soal pengembangan bisnis, keuangan,
dan sumber daya manusia. Adapun si bungsu Theresia
Alit Widyasari atau Sari, setelah menimba ilmu fashion
marketing di London, dia bisa memberi tahu mana
saja produk yang akan membosankan dan desain yang
diinginkan konsumen. Tak lupa ibu mereka, Siwi, adalah
koki terbaik yang dimiliki keluarga ini.
Martin pernah berbisnis sapi potong yang dida
tangkan dari Solo dan kemudian distributor rokok.
Keduanya gagal karena ditipu relasi dagang. Prestasi
buruk juga diperoleh saat berbisnis tambak udang dan
bandeng di Rengasdengklok. Sementara Berto pernah
gagal merintis usaha distro di daerah Kelapa Gading,
kedai martabak di kawasan Pulomas, serta lembaga
pendidikan bahasa asing. “Setiap kali memulai bisnis,
kami meminta bantuan Papa. Tapi, karena sudah berkali-
M. MA’RUF
18
Sosro
19
legenda pembotolan Coca-Cola oleh dua pengacara asal
Chattanooga, Tennessee, Amerika Serikat, Benjamin
Thomas dan Josephe Witehead pada 1899. Bedanya,
Coca Cola pada awalnya sudah dijual dalam gelas plastik
siap minum, dan dua pengacara itu sama sekali tidak
memiliki hubungan dengan John Stith Pemberton—
penemu ramuan Coca Cola.
Satu versi bercerita bila gagasan pembotolan itu
diilhami oleh kebiasaan anak sekolah di Slawi yang
kerap membawa minuman teh dalam botol. Namun,
versi yang lebih resmi seperti dipasang dalam situs resmi
Sosro menyebutkan ide pembotolan lahir dari beberapa
kali kegagalan dalam mempromosikan teh itu ketika
melakukan ekspansi penjualan ke Jakarta oleh anak-
anak Sosrodjojo pada 1953. Sosrodjojo mewariskan
perkebunan dan pabrik teh itu kepada empat anaknya;
Soetjipto, Soegiharto, Soemarsono (meninggal dalam
usia muda), dan Surjanto.
Surjanto yang baru pulang dari sekolah di Jerman,
diserahi tugas membantu memasarkan ke pasar-pasar
dan pusat keramaian dengan program Cicip Rasa.
Program itu adalah semacam demo menyeduh teh yang
benar sekaligus memberikan bukti teh wangi adalah
minuman yang enak. Secara rutin tim promosi yang
dipimpin Soetjipto mendatangi tempat-tempat keramaian
membagi-bagikan teh siap minum. Mereka mengendarai
mobil dan memutar lagu-lagu, mengundang dengan
pengeras suara bahwa ada pembagian teh gratis. Setelah
banyak orang terkumpul, para staf mulai mendemokan
cara menyeduh Teh Cap Botol dengan benar. Para
M. MA’RUF
24
Multivision Plus
Jangan Dengarkan
Kata Orang
25
Alfredo, seorang proyeksionis bioskop dari sebuah kota
kecil di Pulau Sisilia. Dari Alfredo-lah, Salvatore kecil
mendekatkan dirinya pertama kali dengan dunia layar
lebar hingga akhirnya menuai sukses menjadi sutradara
film kenamaan di ibukota Roma. Beda halnya dengan
Raam kecil yang tertarik dengan layar film ketika dirinya
dekat dengan seorang penjaga pintu bioskop. Tak jarang
Raam digratiskan masuk dengan imbalan pinjaman
sepedanya. “Pernah sepeda saya dipinjam hingga tengah
malam, sehingga saya terlambat pulang dan dimarahi,”
ungkap Raam.
Ketertarikan itulah yang akhirnya mengikat batin
dan menarik Raam ke dunia perfilman. Perjalanan hi
dup Raam Punjabi, yang sekarang sudah tenar sebagai
saudagar sinetron dan jagad perfilman, memang tak jauh
dari kisah si anak penjaga gedung bioskop.
Langkah pertama Raam di ranah perfilman dimulai
pada 1967, saat bersama Dhammoo Punjabi dan Gobind
Punjabi mendirikan perusahaan importir film, Indako
Film, dengan modal Rp 30 juta. Berselang tiga tahun,
Raam yang tidak puas akhirnya mendirikan Panorama
Film yang hanya bertahan tak lebih dari enam tahun.
Rumah produksi itu bersama Aries Internasional Film,
memelopori film nasional pertama yang menggunakan
seluloid 70 milimeter, yaitu Mama (1972) karya Wim
Umboh. Meski demikian, film itu tidak laku di pasaran
dan mereka rugi jutaan rupiah. Namun, jiwa bisnis
putra Jethmal Tolaram Punjabi dan Dhanibhai Jethmal
Punjabi itu membuatnya tak kehabisan akal.
Kesuksesan baru menjumpai ketika Raam mengon
M. MA’RUF
29
Kapal Api
30
satu sak semen—kemasan kaleng seberat 50 kg—se
hingga untuk membuat secangkir kopi tentu orang akan
berpikir dua kali.
Konsumen betul-betul menyukai kopi Kapal Api
dalam kemasan baru tersebut, tak pelak, Kapal Api
langsung mengungguli merek-merek yang sudah mapan
dan jauh lebih tua, seperti Kopi Kedung Laju, Kopi Cap
Gadis, Kopi Supiah, Kopi Wanita Utama, Kopi Gelatik,
dan Kopi Cap Oto Terbang.
Tetapi bagi Domo, yang kabarnya lebih menyukai
kemeja seharga seratus ribuan, inovasi soal kemasan
adalah satu dari beberapa ide yang membuatnya merajai
sekurang-kurangnya 65% pasar kopi nasional.
Ayah Domo adalah pemain anyar dan harus ber
simbah peluh untuk menjajakan kopi racikannya dari
toko ke toko di Surabaya, Jawa Timur. Kopi merupakan
minuman wajib waktu itu, dan di setiap daerah nyaris
sudah ada orang yang memproduksinya. Tapi bagi
perantau Go Soe Loet yang menyeberang ke Jawa—
34
Orang-Orang
Spesial;
Para Pionir
bagian 2
Aqua
36
perusahaan asing. Pekerjaan itu kerap membuatnya
tidak bisa tidur nyenyak, harap-harap cemas karena
sebuah kontrak penting rupanya ditentukan oleh hal-
hal kecil.
Pada 1971, sebuah negosiasi kontak bagi hasil
minyak Pertamina dengan sebuah perusahaan Amerika
Serikat berantakan gara-gara insiden istri ketua dele
gasinya sakit perut. Kemungkinan diare, karena dokter
yang memeriksanya menemukan istri Reimond Todd itu
mengonsumsi air yang tidak bersih. Negosiasi itu gagal
total, lantaran Tood lebih memilih pulang ke negaranya
untuk mencari pengobatan. Meski beberapa tahun
kemudian kontrak itu berhasil diperoleh Pertamina,
kejadian sangat memalukan itu membuat Tirto semakin
berpikir keras. Ini bukan kali pertama dia mengantarkan
para tamu pergi ke dokter.
Solusi baru muncul setelah diketahui orang-orang
bule itu tidak biasa meminum air sumur yang direbus,
tetapi air yang telah disterilkan. “Saya lalu berpikir,
bagaimana menyediakan air bersih dalam botol yang
praktis,” kata dia.
Dia mengumpulkan saudara-saudaranya untuk
Bagian 2 – Orang-Orang Spesial; Para Pionir
42
Detikcom
43
Ini adalah satu dari sekian banyak kisah lucu
awal mula detikcom berdiri. Terjadi pasca tergulingnya
Soeharto dari kursi kepresidenan pada Mei 1998 yang
menimbulkan kondisi genting, huru-hara dan rumor di
mana-mana. Banyak orang waswas dan menunggu apa
yang akan terjadi dengan negara ini lewat berita-berita
di media esok hari. Koran, majalah, tabloid, selebaran
muncul bak cendawan di musim hujan. Pada saat itu,
kata “internet” bagi kebanyakan orang memang lebih
dekat pengertiannya ke “eternit”—plafon atap rumah!.
Sebaliknya, bagi sedikit orang yang melek teknologi,
berita-berita pendek Detikcom terus dipantau.
Situs berita Detikcom awalnya adalah proyek pri
badi sebuah perusahaan penyedia jasa konsultasi, pe
ngembangan, dan pengelolaan web, Agranet Multicitra
Siberkom—disingkat Agrakom—untuk menghindari ke
bangkrutan saat krisis ekonomi 1997. Agrakom, seperti
banyak perusahaan lain, juga menghadapi persoalan.
Order jasa web site terhenti, sementara proyek-proyek
e-commerce yang sudah di tangan ditunda oleh klien.
Programmer-programmer bergaji mahal menganggur.
Padahal, Agrakom baru berdiri dua tahun dengan investasi
lumayan serius pada Oktober 1995. Dia termasuk salah
satu pelopor industri bermuatan teknologi tinggi yang
menyasar kue internet yang mulai dikenal di Indonesia
pada 1993. Agrakom sempat beberapa kali mengecap
manisnya kue bisnis itu dari beberapa klien besar seperti
Kompas Gramedia yang meluncurkan Kompas Cyber
Media untuk berita koran versi internet, dan sejumlah
situs perusahaan seperti United Tractors, World Bank,
M. MA’RUF
itu.
Banyak cerita yang mengungkapkan betapa sulitnya
para wartawan Detikcom menyajikan berita-berita itu
tepat waktu itu. Belum ada gadget macam blackberry,
atau smarthphone yang bisa mengirimkan email berita
46 dengan sekali pencet. Telepon genggam (handphone),
apalagi PDA dan smartphone 11 tahun yang lalu
amat mahal, dan terbatas. Satu-satunya jalan adalah
memanfaatkan telepon umum dan setiap pagi para kuli
tinta Detikcom terlebih dulu diwajibkan untuk masuk
ke kantor mengambil beberapa kantung uang recehan.
Yang terjadi adalah antrean panjang telepon umum dan
para wartawan itu sering kena omel para pengguna
telepon. Akhirnya, berita yang dikirimkan disiasati lebih
singkat dan pendek.
Detikcom melakukan revolusi cara pandang orang
mengenai jagad maya, dan melecut demam internet di
Tanah Air pada pertengahan 1999—situs forum inter
aksi sepantarannya adalah Kaskus. Ini mengundang
kecemburuan banyak konglomerat media yang me
rasa kecolongan, tidak memanfaatkan kesempatan
emas di waktu yang sulit itu. Lagi pula, membangun
sebuah situs tidak perlu modal yang banyak, seperti
mendirikan pabrik. Beberapa perusahaan internet yang
serius didirikan—tentunya Anda masih ingat—seperti
Satunet, Astaga!com. James Riyadi pemilik Lippo Life
membuat Lippo e-Net dan Lippostar. Adapula Mweb,
Kopitime, dan BolehNet. Bedanya, alumni-alumni
Bagian 2 – Orang-Orang Spesial; Para Pionir
49
Kem Chicks
50
orang-orang bule yang tidak mudah mencari bahan
pangan berkualitas di pasar-pasar Jakarta.
Tetapi, produk fenomenal Bob yang pertama bu
kanlah sayur-mayur, melainkan telur ayam. Mula-mula
adalah ayam telur dalam negeri dan ayam impor. Ide itu
mengalir begitu saja, karena Bob yang pernah melihat
ukuran telur lebih besar dari telur ayam lokal, ketika
tinggal di Amsterdam, merasa telah menemukan ide
yang lebih baik. Tidak ada satu pun telur ayam Indonesia
yang bisa berukuran lebih besar dari telur ayam bule.
Dia berkirim surat kepada temannya di negeri Belanda
untuk dikirimi anak-anak ayam petelor dan beberapa
pekan kemudian anak-anak ayam pedaging. Jadilah Bob
yang tidak pernah memiliki pengetahuan soal ternak itu
menjadi peternak ayam petelur dan pedaging, atau yang
sekarang tenar dengan nama broiler. “Sayalah orang
pertama yang mengenalkan telur kepada bangsa ini,”
kata Bob bangga.
Telur-telur berukuran setengah lebih besar dari telur
lokal itu ada yang berwarna cokelat dan putih sehingga
sudah mengundang selera. Mula-mula memang tidak
laku untuk konsumen lokal, tetapi sangat diminati untuk
Bagian 2 – Orang-Orang Spesial; Para Pionir
56
National Gobel
57
perjalanan Gobel dari Makasar, Jawa Timur dan kemu
dian ke Jakarta. Yang pasti, pada 1954 dia sudah men
dirikan perusahaan Transistor Radio Manufacturing
dengan pabrik pertama di daerah Cawang, Jakarta, dan
menamai radio transistor pertamanya dengan merek
daerah itu, Cawang. Radio itu berbentuk kotak, dengan
tombol frekuensi besar di sudut kanan atas, dan tombol
satu lagi untuk volume. Orang-orang tua saat ini, masih
percaya kejernihan suara radio Cawang tidak pernah
tersaingi.
Dialog yang banyak dikutip sampai saat ini adalah
ketika suatu kali Presiden Soekarno menanyakan kepada
Gobel alasan memilih usaha pembuatan radio. Dia men
jawab, agar rakyat bisa mendengarkan pidato luar biasa
Presiden Soekarno. Jawaban itu menyenangkan hati
Bung Karno. Sekitar 1 juta unit radio transistor Cawang
berhasil diproduksi dan dipasarkan dalam kurun wak
tu 1954-1964. Oleh pemerintah, Gobel diajukan se
bagai penerima beasiswa Colombo Plan—sebuah orga
nisasi bentukan negera maju dan berkembang untuk
menyekolahkan anak-anak muda negara miskin ke
Jepang. Di negeri Sakura itu, mahasiswa dari tanah
bekas jajahan yang berusia 27 tahun itu mendapat ke
sempatan bertemu secara langsung dengan pendiri
dan pemilik Matsushita Electric Industrial Co. Ltd,
Konosuke Matsushita yang kala itu sudah berusia 64
tahun. Anak muda dari bekas negeri jajahan Jepang ini
cukup memberi kesan mendalam kepada Konosuke yang
memulai usahanya pada pada 1927 sebagai produsen
lampu sepeda bermerek National.
M. MA’RUF
61
4848
62
keterlibatannya pada masa perang kemerdekaan dan
pecahnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia
di Madiun pada 1948. Dalam peperangan, mobilisasi
para pejuang rupanya sangat menentukan kemenangan
sebuah pertempuran.
Mobilisasi tentara pada masa perang telah memberi
ide Irawan untuk menawarkan pelayanan premium
antar jemput door-to-door dari rumah penumpang
sampai tempat tujuan. Pada 1958, Irawan mendirikan
perusahaan jasa angkutan bernama 4848 dengan modal
satu unit Chevrolet Apache, bantuan dari komandannya,
Mayor M. Riva’i dan Letkol Imam Sukarto. Ia bertindak
sebagai sopir, dibantu karyawannya yang pertama,
Hamidan. Trayek pertama adalah Bandung-Jakarta
dengan pemesanan tiket di Bandung beralamat di
Padalarang, sementara di Jakarta di Jalan Trunojoyo.
Soal nama, Irawan memakai nomor telepon rumahnya
4848, karena terlanjur familier bagi penumpangnya.
Layanan ini amat disukai, mengingat moda trans
portasi masih sangat minim sementara orang-orang kaya
di Jakarta dan Bandung takut berlama-lama di terminal
atau kemalaman di jalan. Permintaan di segala penjuru
Bagian 2 – Orang-Orang Spesial; Para Pionir
66
itu mulai mengepak mimpi. Anda bisa mengerti, bahwa
nama C59 adalah singkatan gang bernama Caladi 59 itu.
Marius memulai memproduksi kaos C59 dari orderan
sekolah-sekolah dan instansi pemerintah untuk kaos-
kaos olahraga. Desain gambar kaos itu masih disablon
memakai tinta biasa, sehingga kualitasnya masih kurang
bagus, kasar, dan bila dikucek pada waktu mencuci
membuat gambarnya semakin kabur. Tapi, memang
baru teknologi itulah yang tersedia. Baru pada 1985,
teknologi cetak timbul memakai teknik sablon karet
dan separasi warna membuat desain-desain C59 tampak
semakin bagus. Meskipun produksinya masih memakai
sistem order pesanan, bersama Maria, Marius mulai
bergerilya mencari klien.
Sebuah kebetulan membuatnya tersadar. Dia baru
tahu banyak orang yang menyukai desain unik C59, ke
tika melempar stok barang di gudang yang tidak diambil
oleh pemesan dan sisa kaos bekas sortiran ke toko-toko
eceran. Barang-barang itu rupanya laku keras dan memicu
serangkaian pemesanan dari distro (distribution outlet)
yang menjamur di Bandung. Dia lantas memindahkan
pabriknya dari Gang Caladi ke jalan Tikukur No. 10
Bagian 2 – Orang-Orang Spesial; Para Pionir
Terbangkan Imajinasimu
Setinggi-tingginya
70
sulit berkembang. Soalnya, mana mungkin melayani
konsumen yang berada jauh di luar daerah. Pandangan
kritis ini memutar keras otaknya agar bisa menemukan
meja belajar yang lebih praktis, ringan, dan bisa diangkut
dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu truk.
Sebuah visi masa depan menghampiri Au bahwa
orang-orang modern adalah manusia pragmatis dan
tidak mau repot. Dia menemukan ide sebuah meja
belajar bongkar pasang yang mudah dirangkai sendiri
oleh konsumen setibanya di rumah. Idenya itu malah
beberapa langkah lebih maju, karena akan memudahkan
pemiliknya ketika pindah rumah.
Namun, Au yang sejak 1975 lebih dikenal sebagai
pembuat box speaker masih memerlukan perenungan
panjang untuk mewujudkan meja belajar versi bongkar
pasangnya itu. Ini lantaran pemakaian kayu sebagai
bahan meja rupanya tetap tidak efisien, karena bobot
meja itu tidak akan bisa lebih ringan sehingga ditemui
kesulitan membuat pasak-pasak yang cukup kuat untuk
merekatkan bagian-bagian meja.
Solusinya tidak jauh dari tempat dia berpijak.
Suatu ketika, dia tidak bisa lagi menemukan alternatif
Bagian 2 – Orang-Orang Spesial; Para Pionir
76
Biarkanlah
Otak Anda
Bekerja
bagian 3
Primagama
78
memulai sebuah bimbingan belajar yang memberi
garansi para siswa, 100% uang kembali bila tidak lulus
ujian masuk. Ini terdengar sangat menjanjikan dan pasti.
Pada 10 Maret 1982, bersama teman-temannya, Purdi
membuka lapak les di rumah petakan sewaan yang kecil
dan disekat menjadi dua, bernama Lembaga Bimbingan
Tes Primagama. Dia memodali usahanya ini dengan
melego sepeda motor. Murid pertama adalah dua anak
tetangga sebelah rumah indekos.
Janji uang kembali bila tidak lulus sangat manjur
sebagai iklan. Untuk mengatasi kerugian-kerugian atas
promo itu, Purdi lebih dulu merekrut mahasiswa-maha
siswa UGM yang paling cerdas sebagai tutor paruh
waktu. Hasilnya, 90% peserta bimbingannya lulus ujian
masuk. Berita ini dengan cepat menyebar dari mulut
ke mulut lewat selebaran di majalah dinding (mading)
sekolah. Lima tahun kemudian, Purdi membuka cabang
di Bandung, Jakarta, dan kota besar lain di Indonesia.
Dia juga mewaralabakan merek bimbingan belajar
(bimbel) Primagama untuk kota yang jauh, seperti
Pekanbaru, Sampit, dan Tangerang. Cara ini dilakukan
dengan agresif, sampai-sampai dalam waktu singkat
Primagama masuk catatan Museum Rekor Indonesia
Bagian 3 – Biarkanlah Otak Anda Bekerja
82
Es Teler 77
83
beberapa tahun kemudian dia masih menjual Es Teler
77—angka itu disebut sebagai angka keberuntungan—
dengan berpindah-pindah tempat, karena kerap ada
razia penertiban pedagang kali lima.
Bermodal nekat, pada 1987 Sukyatno membuka
waralaba (franchise) Es Teler 77 di Solo dan Semarang,
Jawa Tengah, sampai sekitar seratus buah. “Penghasilan
tidak cukup, baru tujuh cabang, tiap hari tekor, tidak
punya deposito, orang edan enggak?” katanya—bela
kangan dia mengakui penjualan hak pemasaran itu
gara-gara kebutuhan mendesak untuk membiayai se
kolah anak-anaknya. Tetapi, kenekatannya itu justru
membuatnya tercatat dalam sejarah sebagai pembuka
jaringan waralaba makanan di Indonesia, karena fast
food seperti Kentucky Fried Chicken dan McDonald’s
dari Amerika Serikat baru masuk ke Indonesia pada
1979 dan 1991. Sukyatno sebenarnya tidak mengerti
sama sekali apa dan bagaimana sistem waralaba, seperti
masalah pembagian hak atas keuntungan dan posisi
nya sebagai pemilik. Dia mengetahuinya sepenggal-
sepenggal dari literatur franchise yang kala itu masih
berbahasa Inggris. Untungnya, Sukyatno yang hanya
berkemampuan bahasa Inggris lulusan SMP masih bisa
mengerti dari bagan dan skema di lembaran buku-buku
itu.
Tetapi, bagaimana kemudian dia bisa menaikkan
derajat dagangan es campur kelas emperan menjadi
minuman elite konsumen perlente adalah keyakinannya
yang amat kuat terhadap kekuatan imej. Sukyatno
amat yakin apa pun produknya bisa sangat dahsyat bila
M. MA’RUF
89
Sido Muncul
90
tahun ke depan. Dengan pabrik yang hanya menampung
100 pekerja, tanpa satu pun mesin, Sido Muncul benar-
benar kritis. Situasi ini di luar kemampuan Irawan yang
sejak membantu ibunya, tidak pernah bekerja dengan
serius. Lulusan SMA berambut gondrong itu tampak
lebih cuek, tidak menghiraukan seluk beluk jejamuan,
dan bekerja seenaknya sendiri. Mentang-mentang anak
bos, dia bisa masuk kerja pukul 10.00, lalu main catur
di kantor dan pukul 13.00 pulang, sore hingga malam
hari berkumpul dengan teman-temannya. “Itu masa
lalu yang membuat geli bila mengingatnya,” kenang
Irawan.
Banyak kesalahan-kesalahan yang tidak perlu akibat
ketidakpedulian pada waktu muda itu membuat usaha
itu sulit berkembang. Irawan masih meneruskan resep
warisan jamu bubuk, seperti Jamu Tolak Angin yang pahit
dan tidak enak. Berpuluh-puluh tahun dia dan empat
saudaranya bertahan dari persaingan produsen jamu
yang semakin banyak, seperti Nyonya Item dan Nyonya
Kembar keluaran Ambarawa, atau Nyonya Meneer
dari Semarang. Pada mulanya, berbagai modifikasi
jamu dan upaya Irawan belajar kepada banyak orang
untuk memperbaiki volume penjualan tidak kunjung
Bagian 3 – Biarkanlah Otak Anda Bekerja
94
Jawa Pos Group
95
Dahlan adalah orang yang tidak suka mengumbar
bagaimana manajemen ala maverick style-nya mampu
mendongkrak oplah Jawa Pos. Maverick style adalah
gaya mengelola bisnis yang suka mendobrak aturan
tradisional dan umum dalam bisnis. Orang ini penuh
kejutan, dan nyeleneh dalam penampilan—dia lebih
sering terlihat memakai kemeja lengan panjang yang
tampak kedodoran, dan membiarkan ujung baju di
luar celana panjang. Pernah, suatu ketika Dahlan me
nyampaikan tugas penting dari bangku penonton saat
menyaksikan pertandingan sepak bola kesebelasan
Persebaya di Balikpapan. Pada mulanya, anak buahnya
itu hanya diajak untuk menemaninya menonton, tetapi
di situlah dia menyerahkan tugas akuisisi koran lokal di
Kalimatan. Hasilnya adalah Grup Kaltim Post (GKP),
yang kemudian beranak pinak menjadi Samarinda Pos,
Pos Metro Balikpapan, Radar Banjarmasin, Radar
Tarakan, Radar Sulteng, dan Kalteng Pos dan beromzet
Rp 30 miliar pada 2003.
Tidak jarang pula dia menempatkan orang tanpa
tengok kanan-tengok kiri. Dahlan sempat menggeser
seorang redaktur senior, yang lulusan SMA ke bagian
keuangan. “Yang penting tertib, rapi, pelit, cerewet, dan
peduli terhadap masalah-masalah sepele,” kata Dahlan.
Dahlan memperlakukan orang-orang kepercayaan
nya itu seperti anak ayam yang disapih. Tanpa job
description yang jelas, tetapi memberi limit-limit ter
tentu, seperti sampai batas kapan subsidi dari pusat
akan dihentikan. Prinsip ini diberlakukan dengan
ketat, sampai-sampai menimbulkan efek tidak sedap—
M. MA’RUF
101
Ayam Bakar Wong Solo
102
suatu bisnis bisa sukses dengan banyak istri. Dia adalah
bukti nyata bahwa polemik adalah promosi yang luar
biasa. “Saya harus menciptakan konflik terus-menerus
di benak orang supaya orang membicarakan saya. Ini
positif dan paling efektif. Karena ada kebenaran, tapi tak
semua orang berani mengungkapkannya,” ujar Puspo.
Pada akhirnya, teori ini terbukti dan setiap orang yang
membicarakan poligami, Puspo beserta Ayam Bakar
Wong Solo turut menjadi buah bibir, hingga keluar
negeri.
Sejak kecil Puspo yang anak pedagang daging
ayam di pasar pagi Kota Solo sudah terbiasa menentang
kelaziman. Puspo sendiri heran mengapa ayahnya yang
hanya pedagang tetapi mampu menyekolahkan delapan
anak sampai SMA—dengan empat di antaranya tamat
perguruan tinggi, termasuk Puspo—justru berpikir
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah profesi yang hebat.
Padahal, Puspo sebetulnya mengagumi profesi ayahnya
yang menjual daging ayam ke pasar pada pagi hari,
dan siang hingga malam membuka warung ayam di
dekat kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Warung makan itu menyediakan menu siap saji seperti
ayam goreng, ayam bakar, garang asem ayam, dan
Bagian 3 – Biarkanlah Otak Anda Bekerja
107
Gagasan-
Gagasan
Cerdas
bagian 4
Bagteria
110
bahwa tas-tas itu dibuat di sebuah rumah di Jakarta
Barat. Pun, Bagteria sebetulnya sudah dijual di dua
gerai; Plaza Indonesia dan SEIBU Departement Store.
Mungkin karena harga tas itu cukup mahal, dijual paling
murah Rp 2,5 juta dan bisa sampai Rp 10 juta. Nancy
mengisahkan bagaimana seorang pemilik butik asal
Korea Selatan terkejut mengetahui Bagteria adalah tas
buatan Indonesia, bukan dari negeri pizza sebagaimana
awalnya dia kira. Tetapi gara-gara ini, pemilik butik
itu menawar harga tas Bagteria separuh dari harga
yang dibandrol di luar negeri—tetapi Nancy menolak
penawaran itu. Bagi Nancy ini wajar karena Bagteria
memang lebih banyak dijual di luar negeri, melalui 30
butik yang tersebar di Amerika, Prancis, Jerman, Swiss,
Kuwait, Inggris, Spanyol, Jepang, dan negara-negara
maju lainnya, di mana harga Bagteria bisa lebih mahal
tiga kali dari harga di Indonesia.
Ada banyak alasan yang menurut Nancy membuat
Bagteria begitu disukai oleh para penggila mode. Ciri
tas-tas itu tampak berkesan vintage sehingga tidak akan
pernah lekang di makan waktu. “Anda tidak hanya
membeli sebuah tas tangan. Anda membeli sebuah karya
seni,” kata dia. Sebuah tas bagi seorang perempuan bukan
hanya sebagai wadah untuk meletakkan berbagai barang,
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
113
J.CO
114
Johnny menciptakan
waralaba donat dan kopi
lokal berskala internasional,
J.Co Donuts and Coffee
pada 26 Juli 2005. Mulanya,
pemilihan gerai pertama di
Supermal Karawaci untuk
menjalankan konsep awal
yang telah dipersiapkan
sejak beberapa tahun, yaitu
menyasar pembeli ber
kantong tebal dari kalangan
anak muda usia sekolah dan
universitas, serta ekspatriat.
Pusat perbelanjaan itu dekat
dengan Sekolah Pelita Harap
an—sekolah elite milik Lippo Group. Beberapa bulan
kemudian, donat itu justru menjadi tren yang meluas,
dan kelembutannya memikat ibu-ibu muda. Perkiraan
awal bahwa donat itu hanya akan dibeli sekelompok
orang tertentu telah meleset. Semua kalangan tampak
antusias dengan sensasi donat-donat J.Co. Pada tahun
yang sama, J.Co sudah membuka dua gerai di Kuala
Lumpur dan satu di Singapura. Di Tanah Air, gerai J.Co
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
menjaga kualitas.
Entah dari mana kepiawaian memasak donat yang
lebih enak itu datang. Tetapi Johnny akhirnya lebih
memilih mengambil beberapa konsep penjualan donat di
luar negeri dan memodifikasi proses pembuatan donat di
116 negeri itu. Sepulangnya ke Indonesia, dikembangkanlah
toko donat dengan konsep, bentuk, dan rasa yang mirip
dengan toko-toko donat di Negeri Paman Sam. Donat-
donat itu dibuat dengan menggunakan mesin modern,
mulai dari adonan, memasak hingga pengglasuran
dan menutup permukaan donat dengan bahan-bahan
yang menjadi ciri-ciri setiap jenis donatnya. Hampir
separuh bahan baku diimpor, cokelat dari Belgia dan
susu didatangkan dari Selandia Baru. Biji kopi untuk
minuman didatangkan dari Italia dan Kosta Rika.
Gerai J.Co adalah gabungan dari berbagai konsep
yang dipelajarinya dari berbagai belahan dunia, Eropa
untuk memelajari urusan penyajiannya, serta Jepang
untuk urusan display.
Untuk menu-menu baru, Johnny memiliki bebe
rapa spesialis donat dan kopi. Para spesialis yang di
tampung dalam pusat pengembangan dan riset ini se
macam ilmuwan yang bertugas menemukan donat dan
minuman baru. Usaha ini juga banyak dijalani oleh
anak-anak muda. Fase manusia yang menurut Johnny
tidak merepotkan karena tidak mudah berpolitik.
“Kalau sudah senior, biasanya dia akan berpolitik. Ini
mengganggu pekerjaan,” kata dia. Untuk memasar
kannya, Johnny lebih percaya kekuatan public rela
tions daripada iklan-iklan mahal di televisi dan koran.
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
118
jumlahnya sudah melampaui 11 juta). Waktu itu,
jasa kurir pengiriman surat-surat sudah ada, namun
Budiyanto menemukan cara tepat untuk bisa memberi
fitur pelayanan yang lebih baik dan berbeda.
Desember 1994, dia mendirikan NCS, singkatan
dari Nusantara Card Semesta dengan modal pinjaman
sebesar Rp 24 juta. Dia mengontrak rumah di Jalan Tali,
Jakarta Barat, untuk dijadikan kantor. Awal 1995, kantor
NCS mulai beroperasi dan dikelola oleh istrinya, Reni
Sitawati Siregar dengan beberapa staf, sementara tugas
mencari klien dikerjakan Budiyanto dari kantor—dia
menjadi sering berdalih sakit untuk mendapatkan izin
tidak masuk. Tahun-tahun itu, kinerja Budiyanto sangat
buruk dengan banyaknya absen, tetapi bosnya tidak
mengetahui itu. Pada 1996 dia memutuskan keluar dari
pekerjaannya, meskipun istrinya khawatir keputusan
itu salah, karena omzet pengiriman surat masih kecil.
Budiyanto lebih serius dan memperbaiki proses kerja
pengiriman surat dengan mengoptimalkan komputer.
Mungkin terinspirasi sistem kerja perusahaan ekspedisi
besar, macam DHL dan TNT yang sudah lama memiliki
fasilitas online tracking—untuk mengecek status barang
kiriman klien.
Gagasan briliannya itu mengandalkan dua komputer
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
121
dua nama ini dia permak menjadi lebih singkat; SBY-JK
yang masih dikenal publik sampai keduanya pisah pada
Pilpres 2009. Subiakto disodori daftar tim kampanye
dan setelah riset diketahui, keduanya kurang piawai
dalam hal politik, namun memiliki keahlian di bidang
masing-masing. Kekurangan itu rupanya bisa ditutupi
dengan slogan yang dia ciptakan, Bersama Kita Bisa.
Rumus serupa dipakai saat disewa Fauzi Bowo dan
Prijanto memenangi Pilkada DKI Jakarta.
Untuk menggarap segmen politic marketing,
Subiakto membentuk divisi khusus, Brand In Action
(BIA). Pilpres 2004 adalah pengalaman pertama Subiakto
menangani klien untuk urusan “memasarkan orang”,
dan meskipun sudah berpengalaman 25 tahun di dunia
kreatif, dia banyak menemukan kesulitan. Ada pameo
di dunia periklanan bahwa iklan tak bisa membuat
produk jelek menjadi baik, sebaliknya produk baik bisa
jadi jelek karena iklan yang salah strategi. Dia bekerja
siang malam untuk itu. Setelah mengamati spesifikasi
kliennya dan mendapati bahwa Foke sudah bertahun-
tahun bekerja di pemerintah daerah dengan jabatan
terakhir wakil Sutiyoso, sebuah hadis Nabi memberinya
ide besar. “Apabila engkau menyerahkan urusan bukan
kepada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”
Maka jadilah slogan Serahkan Pada Ahlinya untuk men
dampingi slogan resmi Jakarta untuk Semua. Iklan ini
cukup telak menohok saingannya, Adang Daradjatun.
Sehari menjelang hari pencoblosan, Subiakto mengatur
Foke makan siang di warung makan Soto Pak Kumis di
Jalan Blora, Jakarta. Kliennya ini akhirnya menang.
M. MA’RUF
125
B&B Inc
126
melego barang-barang pribadi, seperti radio tape, untuk
membeli dua mesin jahit guna membuat tas. Kekurangan
modalnya ditambal dari arisan dengan rekan-rekannya,
sehingga terkumpul dana Rp 300.000.
Ronny menggagas ide pembuatan tas setelah meng
amati model tas anak-anak sekolah tampak membosan
kan, jadul. Bagi anak-anak perempuan berseragam putih
abu-abu, ini adalah persoalan serius karena tanpa tas-tas
yang modis akan sangat kesulitan untuk tampil berbeda.
Nah, tas mungkin satu-satunya aksesori yang bisa tampil
beda tanpa sensor para guru. Maka lahirlah kemudian
sebuah tas model baru yang tidak lazim dari Ronny.
Tas itu aneh karena tidak biasanya berada di samping,
melainkan di punggung. Tas desain Ronny adalah tas
punggung dengan desain yang unik dengan kesan sangat
sporty—anak-anak muda sangat menyukai sebutan ini.
Tas itu memiliki desain yang simpel, pilihan warna yang
tidak norak dan jahitan yang rapi tetapi kuat. Material
kain juga lebih bagus dari yang ada di pasaran.
Tiba-tiba saja, tas itu menjadi tren yang meluas dari
hanya di lingkungan pelajar SMA ke bangku kuliah,
tempat sebagaimana impian Ronny setelah STM. Di
awal-awal, penggunaan label tas dengan kata Exxon
(perusahaan minyak dan gas asal Amerika Serikat, Exxon
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
130
bila menyebutnya sebagai keberuntungan, Haidar Bagir
lah yang tampak sebagai pemilik pintu yang bersedia
membukakan gemboknya. “Ketika ke Yogya, saya ditun
jukkan naskah buku itu. Saya langsung bilang, terbitkan.
Sudah dengan judul Laskar Pelangi,” kenangnya.
Haidar sekarang adalah CEO Mizan Group, induk
usaha yang menaungi Penerbit Bentang. Dia berkata,
keberhasilan buku Andrea itu adalah gabungan antara
buku yang berkualitas, hadir di saat yang tepat, dan faktor
keberuntungan yang jelas-jelas tidak bisa dimungkiri.
Lepas dari segala gemerlap kesuksesan buku ter
bitannya itu, tampaknya ketiga kombinasi sukses itu
adalah dejavu Mizan ketika didirikannya bersama Ali
Abdullah, dan Zaenal Abidin pada 1983 di Bandung.
Ketiganya adalah anak-anak muda, aktivis Islam masjid
yang tengah menikmati arus besar perubahan paradigma
Islam di Indonesia, dan lebih memilih menyisihkan uang
bulanan untuk membeli buku-buku. Bedanya mereka
dengan cepat menangkap bahwa kegemaran mencari
referensi baru untuk berdiskusi mengenai Islam adalah
peluang bisnis masa depan.
Tahun 1982, saat masih kuliah di Jurusan Teknik
Industri Institut Teknologi Bandung, Haidar, Ali, dan
Zaenal merintis Mizan—dengan dukungan modal dan
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
132
kunjung padam. Pun, depolitisasi kampus dan Islam
oleh kebijakan Orde Baru justru membuat mereka ke
ranjingan mencari pelampiasan aktualisasi nilai-nilai
di luar dunia politik. Lebih-lebih keberhasilan revolusi
Islam di Iran 1979 menggulingkan rezim Syah Pahlevi
dukungan Amerika Serikat telah membakar semangat
revolusioner kaum muda Islam Indonesia. Alhasil
buku-buku impor intelektual dan ulama Timur Tengah
laris manis—antara 1984 sampai 1987 ribuan buku-
buku Islam beredar di pasaran—dan itulah momentum
kejayaan pertama yang tidak pernah mereka lupakan.
Tetapi bisnis penerbitan tidak pernah bisa dijalan
kan dengan mudah, terutama untuk bangsa dengan
rerata minat baca rendah. Lebih-lebih menemukan pe
nulis bermutu yang sudah seperti mencari jarum dalam
tumpukan jerami. Mizan misalnya harus berburu pe
nulis, jemput bola dan memesan sebuah naskah untuk
diterbitkan—belum lagi, porsi keuntungan yang lebih
besar justru diperoleh agen penjual.
Ini misalnya dilakukan Haidar ketika harus berburu
penulis lokal di Yogyakarta saat merintis usahanya—
ini masih dilakukan sampai sekarang oleh anak-anak
usaha Mizan. Seperti dituturkan Hernowo—staf redaksi
pertama Mizan—yang mengenang bagaimana pada ta
Bagian 4 – Gagasan-Gagasan Cerdas
136
Duet-duet
Maut ala
Semar dan
Petruk
bagian 5
Purwacaraka Music Studio
138
Maret 1960—adik bungsunya adalah penyanyi Trie
Utami. Sejak berusia empat tahun, Purwa sudah memiliki
ritual wajib sebelum makan. Dia akan terlebih dulu
menuju tempat di mana gramofon berada, dan meminta
sebuah piringan hitam koleksi ayahnya ketika bertugas
di Amerika Serikat diputar. Ketika berusia tujuh tahun,
ayahnya memberikan kejutan dengan sebuah piano,
dan membayar Alfons Becalef, seorang guru piano
berkebangsaan Hongaria yang tinggal di Bandung untuk
mengajari piano klasik.
Kepiawaian Purwa bermain piano sebetulnya sudah
terdengar oleh kolega bapaknya dari Amerika ketika
suatu kali bertandang ke rumah. Bule itu kagum oleh
bunyi piano yang dimainkan Purwa dan menyarankan
agar meneruskan sekolah di luar negeri, tetapi hal ini
ditentang ibunya. Purwa mengembangkan sendiri bakat
nya dan sukses dengan Big Band. Pada masa keemasan
nya, Big Band berulang kali mengiringi penyanyi-
penyanyi top di Indonesia. Dia, Elfa Secioria Hasbullah,
dan Addie Muljadi Sumaatmadja adalah musisi-musisi
kondang ketika televisi masih didominasi TVRI. Bila Bagian 5 – Duet-duet Maut ala Semar dan Petruk
dicatat, bersama Big Band, rata-rata Purwa manggung
15 kali dalam sebulan dengan tarif Rp 25-50 juta per
jam.
Ide untuk mendirikan Purwacaraka Music Studio
(PMS) itu tidak datang tiba-tiba. Sebelumnya, Purwa
pernah bekerja di sekolah musik Lori Organ selama
tujuh tahun dengan posisi terakhir sebagai Direktur
Musik. Tetapi dia memutuskan untuk mendirikan seko
lahnya sendiri, yang disebutnya sebagai sumbangan
bagi pengembangan musik di Tanah Air. Berbekal ta
bungan sebesar Rp 12 juta untuk biaya sewa rumah di
Jalan Mangga, Bandung. Namanya yang sudah tenar
membantu PMS cepat mendapatkan murid. Dengan
permintaan murid sampai 300 orang per tahun, Purwa
mampu membuka gerai kedua di Bandung. 139
Walaupun begitu, sekolahnya masih kalah tenar
dengan Sekolah Musik Yamaha yang jauh lebih tua.
Ini memaksanya menanggalkan ketenaran sebagai mu
sisi dengan memasang iklan dan biaya kursus yang
lebih murah untuk kursus sepanjang 6 atau 12 bulan.
Biaya kursus setiap siswa antara Rp 200.000-300.000
per bulan dengan pilihan olah vokal dan instrumen,
seperti piano, kibor, biola, dan drum. Bisnis sekolah
musik Purwa terbilang seret, untuk musisi sekelas dia.
Hingga 2002, baru memiliki tiga cabang—dua milik
pribadi di Bandung, dan satu cabang di Jakarta yang
dibangun pertengahan 1990-an hasil kerja sama dengan
rekan musisi. Tahun 1994 sekolah itu malah menjadi
beban keuangan Purwa dan sudah ditutup bila dia tidak
ingat tujuan awal membukanya. “Sebab, tak pernah
mendatangkan untung,” kata dia.
Di masa sulit itu, di tempat dan situasi yang sama
sekali bertolak belakang, mantan manajer Bursa Efek
Jakarta Koma Untoro sedang meniti karier barunya. Dia
adalah salah satu murid terbaik Entrepreneur University
di bawah asuhan langsung Purdi E. Chandra. Koma se
dang diminta melaksanakan salah satu dari tiga ramuan
magic Purdi, yakni Bobol alias Berani Optimis Bisnis
Orang Lain. Ini jurus memulai usaha bagi orang nekad
yang tak memiliki modal besar. Koma sama sekali tidak
mengenal dunia musik, ketika Purdi mempertemukan
nya dengan Purwa yang sedang dirundung persoalan.
Koma adalah orang yang ahli di bidang keuangan, dan
sedang ingin memiliki bisnis sendiri. “Ketika saya datang
tahun 2002 dengan mengusung konsep waralaba, gayung
M. MA’RUF
141
Kompas
142
sensor Orde Lama dan tekanan Orde Baru, serta yang
lebih penting kisah dua sahabat yang secara kebetulan
mendapatkan berkah dari ide Jenderal Ahmad Yani
membendung propaganda Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 25
Juli 1920, Peng Koen Auw Jong adalah anak seorang
perantau dari Pulau Quemoy—kini Taiwan—yang ber
nama Jong Pauw. Meski hidup berkecukupan sebagai
anak juragan tembakau, Auw Jong dan 11 saudaranya
dididik untuk hemat. Dikisahkan, mereka tidak boleh
menyisakan sebiji nasi dalam piring setelah makan.
Ketertarikan Auw Jong pada dunia jurnalis muncul saat
merantau ke Jakarta untuk bersekolah di Hollandsche
Chineesche Kweekschool Meester Cornelis, yang ter
letak di Jalan Bekasi Timur, Jakarta. Di Asrama Auw
Jong tidak hanya melahap habis berita-berita koran dan
majalah, melainkan dengan saksama memperhatikan
isi tajuk rencana, dan gagasan-gagasan tulisan kolom.
Penampilannya yang kurus, dengan kacamata tebal
semakin membuatnya identik dengan pelesetan nama Bagian 5 – Duet-duet Maut ala Semar dan Petruk
nya Auw Jong, yang bila diucapkannya dengan aksen
Padang akan berbunyi ouwe jongen alias perjaka tua.
“Ia sering terlalu serius menanggapi segala hal. Kalau
melucu, leluconnya kering,” kata Oei Tjoe Tat, teman
kuliah Auw Jong yang kemudian menjadi politisi di era
Soekarno.
Guru jurnalis Auw Jong—dan sekaligus guru spi
ritualnya—adalah seorang tawanan Jepang yang dibe
baskan Sekutu pada 1945 dari Penjara Cimahi, bernama
Khoe Woen Sioe. Selepas dari terali besi, Khoe yang
sudah berumur 40-an beserta staf redaksi, kembali
menghidupkan Harian Keng Po yang dibredel Jepang,
sekaligus mendirikan majalah mingguan Star Weekly.
Pria berpostur tubuh kecil dengan wajah agak masam—
yang digambarkan Aw Jong berhati emas ini—merekrut 143
Auw Jong untuk bekerja di Star Weekly. Karier Auw
Jong berjalan dengan cepat. Meniti sebagai penulis
lepas dia kemudian diberi kepercayaan sebagai redaktur
pelaksana Star Weekly, dan setelah lulus dari Fakultas
Hukum—yang diambilnya ketika menjadi wartawan—
diangkat menjadi pemimpin redaksi. Posisinya sebagai
pimpinan media membuatnya memiliki kolega yang luas,
mulai dari pejabat negara, politisi, ekonom, serta mulai
aktif di pelbagai organisasi sosial warga Tionghoa.
Di luar kewartawanan, Auw Jong lebih dikenali seba
gai aktivis asimilasi, terutama pascarencana pemerintah
membuat undang-undang yang akan menganggap per
anakan Tionghoa memiliki kewarganegaraan rangkap.
Pemerintah memberi pilihan, kalau mau menjadi WNI,
harus aktif menolak kewarganegaraan China. Dia sen
diri kemudian mengubah namanya menjadi terdengar
lebih Indonesia; Petrus Kanisius Ojong, disingkat PK
Ojong—perubahan huruf Auw menjadi O kabarnya ka
rena kesalahan penulisan sewaktu di sekolah. Aktivitas
ini mempertemukannya dengan Jakob Oetama yang
memiliki riwayat hidup hampir mirip dengannya. Pria
kelahiran Borobudur, 27 September 1931, itu selepas
menamatkan SMA Seminari di Yogyakarta, menekuni
profesi sebagai guru di Jawa Barat dan kemudian di
SMP Van Lith Jakarta. Jakob yang anak pensiunan guru
di Sleman adalah alumni Perguruan Tinggi Publisistik
Jakarta tahun 1959 dan Fakultas Ilmu Sosial Politik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1960. Di
sela-sela mengajar, Jakob juga bekerja sebagai redaktur
mingguan Penabur.
M. MA’RUF
151
Ciputra Development
Bangku Kuliah
Tetap Bagian Penting dari
Sebuah Bisnis Besar
152
150 kilometer sebelah barat Kota Gorontalo. Sampai
1990-an kota itu masih cukup dikenal, namun setelah
pemekaran Gorontalo, kota Bumbulan seperti hilang
ditelan bumi. Dulu di situ ada objek wisata Pantai
Bumbulan Indah. Ciputra kecil hidup dengan keindahan
pantai itu.
Sebuah peristiwa menyedihkan terjadi pada ke
luarganya saat Ciputra menginjak 12 tahun. Orang-
orang pribumi suruhan tentara Jepang tanpa penjelasan
menyeret ayahnya dari rumah ke pantai, atas tuduhan
sebagai mata-mata Belanda. Anak kecil itu ketakutan
dan terguncang, ibunya histeris mengejar laju para
penculik, tetapi gagal. “Ketika ayah akhirnya diseret ke
kapal dia tidak melihat ke laut, tetapi ke arah kami. Itu
lambaian tangan terakhir,” kenang Ciputra. Delapan
bulan kemudian, beberapa orang yang juga diciduk
kembali dan mengabarkan. Tjie Sim Poe telah meninggal
beberapa bulan sebelumnya. Kisah ini membekas dan
memengaruhi hidup Ciputra.
Ciputra kecil sempat diasuh oleh tantenya dan
mencatatkan kisah hidupnya seperti dongeng “bawah Bagian 5 – Duet-duet Maut ala Semar dan Petruk
putih dan bawang merah”. Dia selalu kebagian pekerjaan
yang berat atau menjijikkan, seperti membersihkan
tempat ludah. Tetapi, ketika tiba menikmati es gundul—
hancuran es diberi sirop—dia harus mengantre keluar
ga tantenya kenyang. Kisah getir itu tidak membuat
Ciputra kehilangan semangat menimba ilmu, dan malah
keranjingan sekolah meski harus melewati dua kali du
duk di kelas dua sekolah setingkat SD. Pertama pada za
man Belanda, Ciputra yang nakal tidak naik kelas tiga,
dan kedua saat Jepang menguasai Indonesia dirinya
hanya boleh belajar di sekolah khusus untuk anak ke
turunan Tionghoa mulai kelas dua. Ciputra satu-satunya
murid berumur 12 tahun di kelas dua kala itu.
Ciputra menempuh puluhan kilometer berjalan
dengan telanjang kaki ke sekolah. Pagi buta memper 153
siapkan makanan untuk semua ternaknya, dan tiba di
rumah pukul 14.00. Bila langit menangis, bertambah
pula kesialan Ciputra. Agar baju sekolah itu tidak basah,
dia menepi, melepas dan membungkusnya dengan daun
woku—semacam daun palem yang besar. Kira-kira re
maja, Ciputra sudah biasa berlomba lari dengan 17 ekor
anjing miliknya untuk berburu babi dan rusa di hutan.
Otot-ototnya kekar, dan tubuh itu menjadi atletis oleh
didikan alam. Alhasil ketika SMA dengan mudahnya dia
terpilih menjadi pelari 800 dan 1.500 meter, mewakili
Sulawesi Utara dalam ajang Pekan Olah Raga Nasional
ke II di Jakarta, Oktober 1951.
Sementara, ratusan kilometer dari pantai Bumbul
an yang indah. Pada masa pergolakan kemerdekaan,
sekitar tahun 1940-an, Budi Brasali yang lahir dengan
nama Lie Toan Hong dan seisi rumahnya di sebuah desa
daerah Purwokerto, Jawa Tengah, lolos dari jemputan
malaikat maut. Sebuah bom meledak hebat tidak jauh
dari rumahnya dan memanggang beberapa rumah te
tangga beserta isinya. “Saya merasa, jiwa saya adalah
hasil saringan yang diselamatkan Tuhan,’’ tutur Budi.
Mungkin kesamaan nasib itulah yang menjebol se
kat identitas daerah ketiga pria rantau ini; Ciputra, Budi,
dan Ismail Sofyan yang kelahiran Sigli, Aceh, menjadi
teman karib di bangku kuliah. Keterbatasan dana mem
buat ketiga mahasiswa ITB tingkat empat itu memutar
otak untuk mengais rezeki di zaman kelangkaan uang.
Mereka lalu menggagas sebuah perusahaan konsultan
perencanaan bernama PT Perentjana Djaja pada 1959—
berkantor di sebuah garasi. Pak Ci—panggilan Ciputra
M. MA’RUF
158
TEMPO
159
kerusuhan yang membakar Jakarta pada Mei 1998.
Sampul depan menampilkan close-up gambar “mata
yang menangis”—mata itu sengaja dibikin agak sipit
untuk menggambarkan kaum perempuan dari etnis
China di Indonesia. Edisi perdana itu laku 100.000
eksemplar, serta memicu empati atas etnis Tionghoa
yang banyak menjadi korban kerusuhan Mei dan men
dorong munculnya tim-tim pencari fakta. Pada edisi
kedua, Tempo tampak bersemangat membalaskan den
dam dengan mengangkat kembali liputan panjang soal
skandal 39 kapal perang eks Jerman Timur. Ini terbit di
saat BJ Habibie menjadi Presiden—satu versi menyebut
pembredelan Tempo karena Habibie yang anak emas
Soeharto itu marah besar dengan judul Tempo edisi
11 Juni 1994, yang menulis di sampul depan kalimat;
Habibie dan Kapal itu.
Majalah Tempo edisi sekarang masih memper
tahankan jurnalisme investigasi yang dalam sejarah
mereka harus dibayar mahal. Bahkan, sampai sekarang,
ada lelucon; mengapa produk liputan yang bagus-
bagus itu tidak kunjung membuat Tempo kaya? Tidak
lain karena habis dipakai untuk membayar pengacara.
Prospek kinerja keuangan Tempo dengan berbagai ka
sus itu, menjadi lebih sulit ditebak—bisa saja mereka
mendapat beban tambahan akibat kalah di pengadilan.
Pengusaha Tommy Winata, Sukanto Tanoto, dan Menteri
Aburizal Bakrie pernah menggugat ke pengadilan, karena
kecewa dan marah dengan pemberitaan Tempo.
Tempo sendiri lahir dari orang-orang yang kecewa
pada zamannya. Mulanya, Gunawan Muhammad yang
M. MA’RUF
166
ABC
167
Chandra masih tampak sibuk mengurusi bisnis
anggur (wine) merek Orang Tua miliknya dan mem
biarkan Husain melayani permintaan baterai yang terus
melonjak. Pada waktu itu, dia masih menikmati sukses
penjualan anggur tradisional yang dikemas dalam botol-
botol. Dia mendirikan bisnis ini pada pada 14 Februari
1950 bersama tiga orang keturunan Tionghoa asal
Semarang.
Baru pada 1968, Chandra merasakan bisnis anak
nya lebih menggiurkan dan mulai ikut-ikutan terjun
dengan memodali pendirian usaha pemasok bahan-
M. MA’RUF
171
CNI
Empat Sekawan
172
baru, memiliki rumah dan berpendapatan Rp 55 juta
sebulan. Atau, kisah Pek Keng Leong salah satu top
agen distributor CNI di Malaysia yang menikmati hari
tua dengan Baby Benz dan Mitsubishi Pajero setelah
bergabung kurang dari tiga tahun.
Tiga cerita itu satu dari sekian banyak sukses bisnis
MLM yang mengubah orang dari “bukan siapa-siapa”
menjadi “siapa-siapa”, yang selalu menarik disimak—
meski kadang dilebih-lebihkan dan pastinya lebih ba
nyak yang gagal daripada berhasil. Kisah agen-agen
mendapatkan kekayaan dari CNI justru lebih menarik
dibandingkan bagaimana empat sekawan di Bandung
bersepakat meniru cara-cara Sun chlorella dari Jepang
menjual healty food-nya di Malaysia.
Adalah S. Abrian Natan, pebisnis otodidak sejak
SMA dengan menjadi makelar mobil bekas untuk
membiayai sekolah dan melanjutkan kuliah di Kota
Kembang. Ketika mahasiswa, pria kelahiran Bandung,
Oktober 1962 ini sudah memiliki show room mobil dan
memulai bisnis sampingan menjual minuman ringan dan
makanan kecil. “Boleh jadi saya pencetus pertama jual Bagian 5 – Duet-duet Maut ala Semar dan Petruk
minuman ringan pakai gerobak saat itu. Saya menjadi
agen untuk ritel tradisional dan agen es jolly,” kata dia.
Sementara itu, Ginawan Chondro sedang terheran-
heran dan takjub dengan bisnis baru yang diperkenal
kan teman asal Malaysia-nya, Yanky Regan. Ginawan
ditawari untuk menjual produk-produk makanan
kesehatan atau healthy food merek Sun chlorella dari
Jepang secara langsung di Indonesia. Ginawan tertarik
dengan model penjualan langsung yang belum pernah
dijumpainya di Bandung, apalagi pada target-target
penjualan tertentu akan disertai bonus-bonus menarik,
dan tentu saja janji-janji pensiun dini—meskipun dia
yakin ada orang lain yang bakal lebih antusias dan bisa
menjual produk itu ketimbang dirinya. Setelah masuk
pada 1985, Ginawan merekrut Abrian, yang tidak lain 173
adalah adik iparnya. Dia juga menawarkan kepada
kakak kandungnya, Wirawan Chondro yang rupanya
berminat. Tiga bersaudara dan satu kawan dari Malaysia
itu memilih untuk mendirikan Nusantara Sun Chlorella
Tama di Bandung sebagai agen untuk memasarkan
produk-produk asal Jepang itu. Modal didapat dari
Chondro bersaudara, yang menyediakan beberapa
ruangan di tokonya sebagai kantor dan Regan yang pada
akhirnya menikah dengan gadis setempat mengurusi
bagian keuangan, dan mentor MLM. Sementara ope
rasional secara penuh dilimpahkan kepada Abrian,
yang diberi enam karyawan, bagian administrasi, dan
gudang.
Menjual Sun chlorella tidak lebih mudah daripada
menjual mobil bekas atau es jolly. Tidak ada yang
mengenali produk itu, lagi pula kenapa ada makanan
kesehatan, bukankah selama ini orang-orang sudah tahu
makanan yang sehat? Produk ini adalah hasil makanan
kesehatan alami berasal dari ganggang hijau yang dapat
dikonsumsi untuk segala umur, membantu memperkuat
daya tahan tubuh. Ini sesuatu yang baru bagi konsumen,
termasuk Departemen Kesehatan yang kebingungan
mengeluarkan izin, karena tidak ada kategori untuk Sun
Chlorella sebagai healthy food. Ada juga kategori obat
atau vitamin. “Saya harus berargumentasi lebih dulu
dengan pihak Badan POM,” kenang Abrian.
Lima tahun Abrian dicurigai oleh konsumennya
sendiri. Sangat aneh misalnya menawarkan bisnis
baru dengan harus membeli dulu barang sebagai tanda
mendaftar. Lebih lagi orang baru akan memandang dari
M. MA’RUF
177
Cinta Itu
Dampaknya
Luar Biasa
bagian 6
Susi Air
180
dengan cepat ke dunia maya dan menjadi inspirasi ba
nyak orang. Keberhasilannya mengilhami pesawat ber
badan kecil milik Polri dan TNI-AL untuk melakukan
hal sama. Bahkan, Mike dan Joe, warga Amerika Serikat
juga menerbangkan pesawat mereka dari Guam, AS
ke Meulaboh untuk mengirimkan bantuan. Karyawan
pesawat Cessna di AS juga menitipkan bantuan dana
USD 50.000 untuk disalurkan ke korban lewat Susi.
“Saya katakan bahwa kami jauh-jauh datang
tidak mau bunuh diri, apalagi mengorbankan pesawat
seharga Rp20 miliar, kami mau membantu orang,” kata
Susi saat mencoba meyakinkan Dirjen Perhubungan
Udara yang semula tak memberikan izin mendarat. Susi
dan suaminya akhirnya nekat dan berhasil mendarat di
landasan sepanjang 550 meter dan lebar 10 meter, dengan
sisi kanan-kiri yang retak akibat gempa. Kisah berani
ini kemudian membuat banyak pihak mempercayakan
penerbangan ke Aceh lewat pesawat Susi.
Susi sama sekali tidak bermaksud menjadikan pe
nerbangan Tsunami di Aceh sebagai operasi bisnisnya.
Meskipun, ASI Pudjiastuti Aviation, sebuah perusahaan
pesawat carteran yang menaungi dua pesawat Cessna
Bagian 6 – Cinta Itu Dampaknya Luar Biasa
184
Java Musikindo
185
Hasrat ini terpendam sekian lama sampai pada
1994, seorang teman dari radio Prambors mengajaknya
untuk mendatangkan band rock asal Amerika Serikat
yang sedang naik daun, Saigon Kick. Tanpa pikir pan
jang Adrie bergabung untuk konser yang langsung di
selenggarakan di empat kota itu, Jakarta, Bandung,
Surabaya dan Bali. Konser itu dapat dibilang tidak gagal,
tetapi Adrie merugi dalam jumlah besar. Banyak hal yang
masih belum diketahuinya, mulai pemilihan gedung yang
salah, penjualan tiket, dan lemahnya promosi. Dia tidak
kapok dan berselang setahun kemudian mendatangkan
Supergroove. Dia kembali merugi namun justru nekat
menanggalkan bisnis perkapalan yang sudah 23 tahun
dilakoni untuk mendirikan Java Musikindo.
Bagi Adrie profesi ini lebih menjanjikan dan menye
nangkan. Kerugian di awal-awal dianggapnya sebagai
ongkos belajar karena dia memang tidak pernah belajar
dan memiliki guru kecuali pengetahuan secara otodidak.
Lagi pula, dengan menjadi promotor pertunjukan dia
bisa melepas jas dan dasi untuk berganti dengan sera
gam yang lebih membuatnya nyaman; jins, kaos oblong,
dan topi yang kesemuanya berwarna hitam. Style-nya
ini entah kapan akan berubah.
Selepas Supergroove yang digelar di M Club, di
lantai paling atas Blok M Plaza, Adrie sempat menggelar
konser musisi lokal, Pas Band dan Nugie. Tetapi sejak
Foo Fighter pada Januari 1996, dan menyusul lima
bulan kemudian Mr Big, Java makin sering mengundang
artis asing ke Tanah Air. Sejak saat itu hingga sekarang
hampir tidak ada artis beken luar negeri yang tidak
M. MA’RUF
187
Maspion
188
Pada 1971, Alim mulai mengalihkan usahanya
untuk memproduksi perabotan dapur seperti ember,
baskom, dan loyang berbahan plastik. Produk itu laris
dengan merek Maspioneer. Namun, sekitar 1966, ada
produk lain yang juga memakai merek Pioneer se
hingga mengajukan komplain. Maspioneer kemudian
dipotong ekornya menjadi hanya Maspion. “Sekarang
nama Maspion malah jadi hoki. Oleh karena buntutnya
dipotong, malah jadi manusia sempurna ... hahaha,”
kata si sulung, Alim Markus yang panjang akal kemu
dian sangat bangga menemukan makna yang pas untuk
Maspion. M=Mengajak A=Anda S=Selalu P=Percaya
I=Industri O=Olahan N=Nasional.
Hoki keluarga Alim tampak dimulai dari tangan
Markus yang pada 1971 diberi jabatan sebagai Direktur
Utama sampai sekarang. Pria tidak tamat SMP ini me
mang sudah terlibat sejak remaja, mulai dari cleaning
services, administrasi, bagian keuangan, hingga menjual
lampu-lampu itu. Di angannya, Maspion Group ber
ekspansi ke segala lini, beranak pinak menjadi lusinan
perusahaan yang terbagi atas lima hingga tujuh bisnis
andalan. Mulai dari bisnis utama produk kebutuhan
Bagian 6 – Cinta Itu Dampaknya Luar Biasa
191
Log Zhelebour Production
192
Dengan penampilan seperti itu, Log tetaplah tipe
orang yang bisa meyakinkan orang lain. Termasuk
sponsor, tentang usahanya mementaskan musik rock
yang digandrungi anak muda tetapi rawan kerusuhan.
Promosi berbagai produk yang waktu itu dilakukan
hanya sebatas melalui radio dan spanduk. Tetapi ide-
ide segar bisa menyulap keterbatasan media promosi—
waktu itu TVRI tidak memiliki jam tayang iklan—dengan
pelbagai desain iklan dan cara berpromosi yang heboh
dan gila. Di belakang gemerlap panggung, dia memiliki
ide-ide brilian menyusun konsep pagelaran, menguasai
seluk-beluk pertunjukan mulai dari tata panggung,
sound system, lighting, hingga keluwesan melobi semua
lapisan, mulai dari pejabat untuk izin keamanan sampai
perusahaan besar sebagai sponsor. Pengamat musik
Remy Soetansyah yang pernah diundang Log sebagai
juri Festival Rock Indonesia, menyebut Log adalah pria
yang bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan
promotor musik rock lain. Dia single fighter yang punya
kemampuannya komplet dan karenanya tidak terlalu
bergantung kepada orang lain, pun tidak memedulikan
apa kata orang. Bakat Log adalah intuisinya yang sangat
Bagian 6 – Cinta Itu Dampaknya Luar Biasa
tajam mengenai calon-calon rocker yang bisa diterima
penggila musik cadas.
Awal sukses karier profesional Log dimulai ketika
menjadi promotor festival rock bertajuk Rock Power
pada 1979 yang menampilkan grup rock papan atas
waktu itu, seperti SAS asal Surabaya dan Super Kid
dari Bandung. Sesekali dia menyeponsori penyanyi
rock wanita seperti Euis Darliah, Sylvia Saartje, dan
melambungkan nama Farid Harja. Cara-cara sporadis
ini kurang greget, karena hanya memberi peluang pada
calon-calon rocker potensial yang dia kenal.
Log kemudian menemukan gagasan yang lebih besar,
setelah mengetahui banyak suara emas dan band-band
tanggung di daerah-daerah yang tidak terangkat sebab 193
tidak diketahui orang. Diusunglah Festival Music Rock,
yang bisa menyatukan bisnis pertunjukan sekaligus
idealisme musik rock. Konsep itu sangat matang dan
bervisi panjang. Ajang itu didesain bagi grup rock pe
mula yang belum sempat mendapat kesempatan tampil
ke permukaan dalam skala nasional. Mereka itulah
nanti yang menjadi pendatang baru, dan lalu menjadi
objek bisnis yang lebih besar. Semacam kawah candra
dimuka.
Festival perdana itu cukup megah, dengan dukung
an sound-system Lasika—waktu itu sudah paling keren.
Log berhasil menggaet sponsor utama produsen rokok
Djarum. Meyakinkan bahwa produk rokok itu sangat
cocok dengan imej pagelaran. Sebagai kompromi, panitia
mewajibkan peserta membawa sebuah lagu pilihan dan
lagu wajib jingle Djarum Super. Perhelatan ini sukses
besar dan berlanjut dengan seri festival berikutnya di lo
kasi yang berbeda. Ini mengundang berbagai promotor
baru menyelenggarakan festival serupa, entah itu rock,
dangdut atau pop. Tetapi, Log tampak paling konsis
ten di jalur rock dan secara berkala menggelar konser
itu, sementara yang lain, timbul tenggelam. Berbagai
penghargaan disematkan sejak pertama kali diadakan,
seperti durasi 15 jam konser nonstop, dan panggung
terbesar sepanjang sejarah pertunjukan musik rock di
Indonesia waktu itu, 50 x 12 meter.
Festival itu amat menjanjikan dengan iming-iming
hadiah, kontrak album rekaman dan album kom
pilasi 12 finalis, serta kontrak tur 20 kota dan masuk
dalam manajemen Log selama lima tahun. Pada penye
M. MA’RUF
195
Sedikit
Rahasia itu
Perlu
bagian 7
Wings
198
terlilit utang segunung BLBI (Bantuan Likuditas Bank
Indonesia). Yang diketahui adalah informasi sangat
standar bahwa brangkas uang Katuari itu mulai diisi
dengan susah payah pada 1984. Usaha patungan Katuari
dan Harjo itu adalah pabrik skala rumahan yang tidak
diketahui banyak orang memproduksi sabun colek yang
dipakai warga Surabaya waktu itu. Tidak heran, karena
memang lokasi pabrik FA Wings itu begitu terpencil, di
daerah pinggiran kota Surabaya.
Kisah yang masih menjadi misteri sampai sekarang
adalah cara kedua orang itu mengetahui proses ilmu
mengolah sodium carbonate atau soda abu itu menjadi
barang berharga lebih mahal. Tampaknya, mereka ber
sepakat konsumen hanya perlu tahu bahwa sabun cuci
baru itu diproduksi oleh FA Wings, titik. Mula-mula
sabun colek itu dijual dari pintu rumah satu ke pintu
yang lain, warung-warung kecil di pinggir jalan dan
kemudian diterima oleh agen-agen pasar. Sabun cuci
itu laku keras dan segera diterima oleh konsumen Kota
Pahlawan. Kesuksesan ini membuat Katuari dan Harjo
bersemangat membuat jenis-jenis sabun baru.
Tiba-tiba, pada 1950, Wings mengagetkan raksasa
di bidang produk konsumen, Unilever, setelah merilis
sabun mandi merek GIV. Sabun itu langsung populer
Bagian 7 – Sedikit Rahasia itu Perlu
204
Mitra Adiperkasa
Siapa Kami,
Bukan Urusan Anda
205
gedung. Plaza Indonesia itu terhubung dengan Hotel
Grand Hyatt Jakarta. Sejak dibuka, pusat perbelanjaan
ini mempunyai dagangan dari berbagai label fesyen
internasional, dan restoran kelas atas. Penyewa pertama
adalah ritel waralaba kelas premium dari Jepang, Sogo
Department Store, yang lisensinya tidak lain dimiliki
pamannya sendiri, Sjamsul Nursalim, si konglomerat
pemilik pabrik ban Gajah Tunggal.
Mula-mula ini sebenarnya adalah usaha menyi
nergikan bisnis antara keponakan yang menyewakan
tempat untuk bisnis ritel milik pamannya. Sjamsul dan
istrinya, Itjih Nursalim waktu itu sudah menggenggam
lisensi Sogo ketika Boyke mulai merintis bisnisnya. Sogo
adalah gerai belanja paling dicari karena menyediakan
pelbagai sandang merek-merek premium, pembawa tren
baru. Separuh dagangannya adalah pakaian-pakaian
jadi orisinal bermerek yang didatangkan langsung dari
luar negeri. Gerai-gerai eksklusif dengan interior modern
menjadi tempat wanita-wanita shopaholic memuaskan
nafsu belanja. Lebih dari 500.000 orang wira-wiri setiap
bulan di setiap gerai Sogo yang membuatnya mampu
menjadi anchor tenant di sejumlah mal dan pusat
perbelanjaan yang ditempati.
Sementara itu, keluarga Gozali diketahui mendirikan
perusahaan ritel baru yang dinamai Mitra Adiperkasa
(MAP) pada 23 Januari 1995. Perusahaan ini adalah
kendaraan yang dipakai Boyke yang tampak meniru
kesuksesan pamannya membesut Sogo, tetapi lebih
mengkhususkan diri sebagai pembeli hak distribusi
merek-merek premiun dari luar negeri. Awalnya barang-
M. MA’RUF
210
Ceres
211
pasti kapan dia meninggal kecuali disebut-sebut tahun
1990-an—Chuang nyaris tidak tampil di depan media.
Para karyawan hanya bisa mengenang Cuang dengan
menatap patungnya yang terpaku menghadap tangga
di lobi gedung kantor Ceres di Bandung. Tetapi, bagi
orang-orang lama, sosok Chuang adalah bos besar yang
paling ramah dan bersedia menganggap buruh lapangan
sekalipun sebagai keluarga. Orang ini low profile dan
dikenang selalu lebih dulu menegur sapa ketika ber
papasan dengan karyawannya.
Setelah perang kemerdekaan usai, Chuang mengganti
nama NV Ceres menjadi Perusahaan Industri Ceres.
Saat Konferensi Asia-Afrika 1955, dia mendapat order
cokelat cukup banyak untuk dihidangkan dalam acara
akbar itu dan kemudian memindahkan pabriknya dari
Garut ke Bandung. Konon, saking lezatnya, Presiden
Soekarno hanya mau memakan cokelat buatan Chuang.
Cokelat racikan itu sebenarnya sederhana, berbahan
kakao, gula, dan susu yang diaduk-aduk. Tidak ada
yang istimewa dari cara Chuang membuat cokelat yang
lezat, kecuali memainkan temperatur pada alat-alat pe
manas cokelat. Hanya saja, konon dia memiliki indra
perasa pada lidah yang sangat istimewa sehingga tahu
betul meracik sebuah cokelat yang lezat.
Bagaimana kecerdikan Chuang sudah terlihat ke
tika menemukan oplosan bahan untuk membuat cokelat
batangan pertamanya, Silver Queen, yang dipasarkan
sejak 1950-an. Gagasan menjual cokelat dalam bentuk
batangan sebetulnya mustahil waktu itu. Sebab, belum
ada teknologi untuk membuatnya tidak meleleh ketika
M. MA’RUF
216
Selalu
Ada Jalan
untuk
Berubah
bagian 8
Harvest
218
Tanpa pekerjaan dan status artis gagal membuat
hari-hari pendekar itu terasa berat dan dia kembali me
nekuni pekerjaan serabutannya seperti ketika pertama
kali menginjak Jakarta pada 1976. Untungnya Andrie
punya satu resep untuk memompa semangat diri me
lewati hari-hari penuh tekanan itu dengan membaca
berulang-ulang kata-kata mutiara di buku hariannya.
Kalimat mutiara itu adalah intisari perjalanan kehidup
an Andrie yang dirangkum dalam kalimat-kalimat pen
dek dan berbobot. Tetapi, di balik sebuah kalimat yang
pendek, ada pengalaman jatuh bangun kehidupannya
yang cukup luar biasa.
Unik memang, seorang pendekar kung fu dengan
sebuah buku diary tentang kehidupan. Kata-kata mu
tiara itu sudah dikumpulkan dan ditulis sejak dia belum
menjadi artis. Ini pada mulanya adalah salah satu ke
gemaran yang tidak diketahui orang lain, dan banyak
dipakai untuk bahan ceramah-ceramah filosofi kung
fu kepada para murid padepokan Hap Kun Do. Kata-
kata mutiara itu cukup banyak karena setiap penemuan
baru lekas ditulis, baik soal kegagalan, kesedihan,
hingga refleksi sebuah kejadian. Terkadang itu muncul
Bagian 8 – Selalu Ada Jalan untuk Berubah
224
Tung Desem Waringin
Belajarlah dari
yang Terbaik
225
tahun kemudian di Kantor Cabang Utama Malang, Jawa
Timur. Pada 1998, BCA kolaps akibat penarikan dana
besar-besaran (rush) dan diambil alih pemerintah. Tetapi,
krisis tidak terjadi di wilayahnya, karena berbeda dengan
cabang lain yang kehabisan dana, cabang Malang justru
surplus. Karena prestasi itu, dia memperoleh bonus tiga
kali dalam setahun—hal yang tidak lazim di BCA yang
biasa memberi bonus sekali setahun. Namanya mulai
populer di kalangan bankir, dan ada sekurangnya 12
perusahaan menginginkannya dengan berbagai iming-
iming gaji besar. Tapi, Tung belum menginginkannya.
Dia masih merasa di atas awan sampai kemudian
peristiwa menyedihkan mengubah drastis hidupnya.
Ayahnya, Tatang Sutikno, jatuh sakit oleh liver dan di
diagnosis terkena virus meticillin resistant stapelococus
aerus yang menurut dokter belum ada obatnya. Tung
bertambah depresi setelah menyadari gajinya selama
setahun sebagai manajer bank tidak cukup membayar
biaya rumah sakit ayahnya di bangsal kelas III Rumah
Sakit Mount Elizabeth selama sehari. Nilai tukar rupiah
yang jebol membuat puluhan juta rupiah simpanannya
tidak berarti. “Bayangkan, saya memiliki karier sangat
bagus di bank terbesar di Indonesia. Saya anak paling
pintar di keluarga kami dan lulus dari univesitas negeri
dengan predikat terbaik,” kata Tung.
Secara tidak sengaja, di ruang tunggu rumah sakit,
Tung membaca selembar pamflet pelatihan Anthony
Robbins, motivator bertarif termahal sedunia—USD
1 juta per seminar—asal Amerika Serikat, yang akan
menggelar seminar di sana. Entah karena apa, Tung
M. MA’RUF
232
Mustika Ratu
233
anggota Palang Merah Indonesia. Suster cantik itu
bertugas di Rumah Sakit Keraton Kadipolo. Di situ
dia mengeluarkan segenap ilmu pengetahuan tentang
reramuan jamu yang dipakai sebagai pengganti ke
tiadaan obat-obatan dan perangkat medis. Air kunyit
rupanya manjur mengobati luka pejuang yang ter
kena peluru, dan daun pisang muda bisa menggantikan
M. MA’RUF
238
Rudy Hadisuwarno
Tandailah Keberhasilan
Sejak Awal
239
yang masih hidup sekarang mengenangnya dengan pahit,
tidak ada lagi beras dan orang miskin harus memakan
bulgur—seperti gandum tapi agak merah dan kasar yang
setelah dimasak akan mengembang seperti balon. Di
negeri asalnya Amerika Serikat, konon bulgur ini adalah
makanan ternak, khususnya babi, yang didatangkan ke
Indonesia untuk bantuan kemanusiaan.
Situasi serba sulit dirasakan seisi rumah, terutama si
sulung Rudy yang sudah beranjak remaja. Siswa Sekolah
menengah kejuruan ini melamar ke beberapa salon ber
bekal keahlian menata rambut hasil membantu ibunya
saat masih di Pekalongan. “Saya lihat tangan Rudy begitu
luwes mengerjakan rambut,” kata ayah Rudy. Selain
untuk membantu keuangan keluarga, ini adalah bekal
untuk mengejar cita-cita menjadi arsitek. Rudy berpikir
bagaimana dia dapat memperoleh uang untuk biaya
kuliah, sekaligus mengurangi beban keluarga. Setelah
menamatkan Remaja Hairdress School di Jakarta tahun
1967, dan magang di salah satu salon di kawasan Blok
M, Jakarta Selatan, Rudy membuka salonnya sendiri di
rumah pada 1978. Dimulai dengan satu meja dan satu
kursi, lalu iklan dari mulut ke mulut.
Salonnya semakin menyita waktu, dan Rudy harus
memilih antara kuliah semester tiga di Jurusan Arsitek
tur, Universitas Trisakti, atau keluar mengurusi pelang
gan. Sampai sekarang, dia mengatakan alasan ekonomi
keluarga membuatnya mengambil pilihan kedua, meski
dia memiliki keyakinan di masa mendatang profesi penata
rambut tidak bisa dikerjakan sekadar sambilan (waktu
itu, penata rambut dianggap pekerjaan sampingan untuk
M. MA’RUF
243
Sahid Hotel
244
XII sebelum meninggal pada 2004. Kamar itu adalah
satu dari tiga tempat yang disegel sepeninggalnya,
selain Dalem Brotodiningrat, dan Nganjras—kabarnya
termasuk batu bekas renovasi yang tidak dibuang karena
belum selesai tetapi ditinggal wafat Sinuhun.
Dari Solo, jaringan hotel Sahid meluas ke daerah-
daerah seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Manado, dan Jakarta. Dia belajar mengelola manaje
men perusahaan modern hingga ke Amerika Serikat.
Lima tahun kemudian, Sukamdani membangun hotel
pertamanya di Jakarta di atas tanah bekas rumah
kontrakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di
ibu kota. “Dulu, rumah saya di sini,” kata dia.
Jaringan hotel Sahid berkembang di tengah gem
puran hotel-hotel asing dan sempat mengalami pukul
an telak pada saat krisis ekonomi 1997, yang membuat
Sahid Group terpuruk oleh utang. Bagaimana tidak,
krisis itu datang di saat sejumlah megaproyek tengah
dikembangkan, seperti proyek Apartemen Istana Sahid,
Hotel Sahid Makassar, Hotel Sahid Raya Solo, dan Me
nara Sahid sehingga menanggung utang macet hingga
USD 40 juta dari bank investasi Schroder. “Kami saat itu
Bagian 8 – Selalu Ada Jalan untuk Berubah
250
Martha Tilaar
251
gugur, ketika usaha keras dan telaten selama lima tahun
meminum jamu penyubur peranakan yang diberikan
neneknya membuahkan hasil. Pada mulanya, dokter
yang memeriksa kandungan Martha menganggap mens
truasinya yang terhenti justru sinyal dia telah memasuki
masa menopause, sebab usianya sudah memasuki kepala
empat. “Sesampainya di rumah saya langsung katakan
pada suami bahwa saya sudah mandul, kalau mau kawin
lagi silakan, tapi dengan hati hancur,” kenang Martha.
Tetapi Martha yang tidak kunjung haid, memeriksakan
diri ke laboratorium, dan hasilnya diketahui positif ha
mil. Istri Prof. Dr. Henry A. Rudolf Tilaar, yang lahir di
Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937 ini dikaruniai
empat orang anak: Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar,
Wulan Tilaar, Kilala Tilaar.
Martha remaja adalah gadis yang tomboy dan nakal.
Di usia tujuh tahun, Martha yang sering sakit-sakitan
divonis dokter akan tumbuh sebagai gadis slow learner
alias telmi—ini mungkin perbedaan kontras Martha
dengan para penemu teknologi yang cerdas-cerdas
itu. Vonis itu mendorong ibunya memberi stimulan-
stimulan mengembangkan otak sebelah kanan Martha.
Kerajinan pertama yang dikuasai Martha kecil adalah
membuat kalung dan gelang dari jali-jali dan soko telik.
“Tindakan ibu itu merupakan bentuk pendidikan untuk
membuat saya kreatif, meskipun saya bukan anak yang
pinter,” jelas Martha.
Nasib baik membawa Martha yang tumbuh men
jadi gadis cantik ke Negeri Paman Sam, setelah menikah
dengan Henry A. Rudolf Tilaar. Martha menemani tugas
M. MA’RUF
bagian 9
Matahari
258
tahun, memiliki tokonya secara mencicil seharga Rp 1
juta. Sebagaimana umumnya anak keluarga keturunan
China yang pedagang, sejak kecil hingga SMA Hari
sudah terbiasa naik turun truk mengangkut barang
dagangan. Hari adalah anak Tan A Siong pemilik toko
bahan makanan, seperti, beras, gula, ikan asin, dan hasil
bumi lainnya di Jakarta.
Penjualan Mickey Mouse tidak buruk, karena baju-
baju MM Fashion itu memiliki konsumen tersendiri.
Tapi, semenjak toko itu dibuka, hingga Hari berumur
28 tahun, dia tidak pernah bisa menghilangkan perasa
an iri dengan toko yang terletak di sebelah Mickey
Mouse. Selama satu dasawarsa tak henti-hentinya Hari
memikirkan bagaimana caranya memiliki toko yang
namanya lebih keren itu, De Zion. Setiap hari, Hari
melirik toko itu dan tampak kesulitan menemukan cara
De Zion memiliki pelanggan-pelanggan fanatik, yang
rata-rata pejabat dan orang kaya.
Pucuk di cinta ulam tiba. Pada 1968 datang kabar
dari mulut ke mulut yang sampai ke telinga Hari. Pemilik
De Zion mengalami kesulitan keuangan dan hendak
menjual tokonya. Tak lama, De Zion berpindah tangan
dan segera diubah namanya menjadi Toko Matahari.
Bagian 9 – Tidak Ada Pemenang Abadi
263
Astra Internasional
264
merugi jutaan Deutsche Mark karena ditipu rekannya.
Baru enam tahun kemudian William bisa bangkit dan
bersama adiknya, Benjamin Soeryadjaya, Tjia Kian
Tie dan kawannya, Lim Peng Hong mendirikan Astra
International Incorporated sebagai usaha yang lebih
mirip seperti toko kelontong. Mula-mula memasarkan
minuman ringan, merk Prem Club, dan kembali berke
cimpung dengan mengekspor hasil bumi, dan memasok
konstruksi baja untuk proyek Jatiluhur. Selama sepuluh
tahun pertama, Astra bertahan sebagai perusahaan
limun, dan berdagang hasil bumi.
Karakter William yang progresif dan Benjamin
yang konservatif berperan sebagai rem di perusahaan
membuat Astra dapat berjalan seimbang. Bisnis me
laju kencang dan kesemapatan emas datang setelah
Soeharto melengserkan Soekarno dan diangkat menjadi
pejabat presiden pada 1968. Gebrakan pembangunan
infrastruktur Orde Baru membuat kebutuhan alat ang
kutan meningkat. Pemerintah membutuhkan ratusan
traktor dan ribuan mobil truk untuk mengangkut mate
rial bahan bangunan jembatan dan jalan.
Sebuah kesalahan pencatatan kredit ekspor mence
burkan Astra pada bisnis automotif. Setahun sebelum
Bagian 9 – Tidak Ada Pemenang Abadi
272
MQ Corp
273
Aa Gym mulai tampil berdakwah di layar televisi
nasional dalam program Hikmah Fajar di RCTI sekitar
tahun 2000. Tahun berikutnya, rumah produksi MQ
Corp membuat program mandiri berjudul “Manajemen
Qolbu”. Magnet pemirsa yang luar biasa membuat
para pemilik televisi seperti antre meminta waktu untuk
menyiarkan ceramah-ceramah yang menyejukkan se
mua pihak—SCTV tampak paling sering—lepas dari
pendengarnya muslim, dan non-muslim. Aa Gym mem
bawa angin segar dalam syiar islam yang lebih santun
dan bersahabat. Pada tabligh akbar yang diikuti lebih
10.000 jemaah—termasuk warga Kristiani—di Masjid
Agung Darussalam Palu, saat kerusuhan antara agama
terjadi, Aa Gym mungkin satu-satunya da’i Islam yang
mampu menyejukkan suasana daerah timur Indonesia
yang sedang tercabik-cabik kerusuhan antar etnis.
Pandangan toleran dan bersahabat ini membuat
Aa Gym tampil di sejumlah acara televisi di Amerika
Serikat. Orang-orang barat terheran-heran Aa Gym
bisa menghadirkan sebuah nuansa Islam yang sejuk dan
damai, dalam situasi yang carut-marut di Maluku. Bagi
dunia, dan Indonesia khususnya, Aa Gym membawa
obat jiwa bagi banyak orang yang sedang merasakan
dahaga spiritual. Sudah tidak terhitung lagi berapa
kali media lokal mengangkat profil da’i muda ini, dari
semua sisi kehidupannya. Koran New York Times dan
majalah Time—menghabiskan empat halaman, dengan
tulisan berjudul “Holy Man”, edisi November 2002—
khusus menyajikan profil Aa Gym, dan pandangan-
pandangannya.
M. MA’RUF
teka-teki itu.
Dia berguru kepada Ajengan Junaedi di Garut, Jawa
Barat. Hanya dalam tempo tiga hari, sang ajengan me
nyatakan anak muda ini telah dikaruniai ilmu laduni—
ilmu yang langsung diperoleh dari Allah yang membuat
seseorang mampu memahami sesuatu tanpa melalui
proses belajar. Aa Gym yang masih belum begitu yakin
kemudian mengikuti nasihat Ajengan untuk berguru
kepada KH. Choer Affandi, ulama karismatik pemim
pin Pondok Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya,
Tasikmalaya. Kesimpulannya sama, anak muda ini telah
dikarunia ma’rifatullah, suatu ilmu yang tidak bisa di
turunkan kepada sembarang orang. “Berkat ilmu itu, 275
saya bisa tiba-tiba tanpa sengaja mengetahui hal-hal
baru saat berceramah,” kata Aa Gym.
Dakwah itu diawali dari diri sendiri. Aa Gym
menikahi Ninih Muthmainnah, cucu KH. Mohamad
Tasdiqin, pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari,
Cijulang, Ciamis Selatan, Jawa Barat, pada 1987. Pesta
pernikahan digelar dengan jamuan ala kadar, kabarnya
untuk menghemat, dipakai nampan lebar berisi penganan
untuk setiap delapan orang tamu. Aa Gym memboyong
istrinya tinggal bersama orangtuanya di Kompleks
Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong,
Bandung. Pernikahan ini menjadi titik balik bagi kehi
dupan da’i muda itu. Aa Gym yang sejak kuliah lebih
dikenal sebagai pedagang daripada mahasiswa mula-
mula bekerja serabutan. Dia berjualan buku-buku
agama di Masjid Al-Furqon, menjual kerajinan tangan
buah tangan murid-muridnya di madrasah KPAD,
dan bermitra dengan pamannya menjual bakso di Pe
rumnas Sarijadi. Aa Gym juga merangkul anak-anak
muda dengan organisasi Keluarga Mahasiswa Islam
Wiraswasta (KMIW). Organisasi yang diisi para rekan
kuliahnya ini membuat dan menjajakan stiker, kaos
oblong, gantungan kunci, dan alat tulis-menulis yang
dibubuhi slogan-slogan religius.
Usaha-usaha itu terus berkembang dan mampu
menopang biaya dakwah Aa Gym yang semakin sibuk
dengan sejumlah undangan ceramah. Dia mendirikan
Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT) pada
1990, terinspirasi oleh organisasi dakwah Al-Arqam
di Malaysia, yang berhasil secara mandiri memenuhi
M. MA’RUF
280
Bakrie & Brothers
281
Sumatera, yang memiliki hamparan lahan pertanian
kering di sela-sela bukit-bukit menjulang tinggi. Setelah
tamat dari Hollandsche Inlandsche School (HIS), Atuk—
panggilan akrabnya—langsung bekerja sebagai penjaja
keliling di NV Van Gorkom, sebuah perusahaan dagang
Belanda. Meski hanya dua tahun di sana, dia dengan
cepat menyerap ilmu orang-orang modern itu dan mampu
menjual barang-barang pertanian jauh lebih mahal pada
orang yang membutuhkan. Dia mengundurkan diri
setelah mengetahui jalur-jalur sutra bagi komoditas dan
mendirikan Bakrie & Brothers General Merchant and
Commission Agent di Teluk Betung, Lampung.
Semasa pendudukan Jepang, Bakrie memindahkan
usahanya ke Jakarta dan memulai ekspansi merintis
ekspor karet, lada, dan kopi ke Singapura yang kemudi
an memberinya gelar pionir untuk eksportir komodi
tas. Usaha ini dengan cepat memupuk modal lantaran
Bakrie tampak mewarisi bisnis VOC yang ratusan ta
hun memonopoli perdagangan hasil bumi nusantara.
Miliaran uang terkumpul sedemikian cepat mendorong
ekspansi usaha secara masif seperti pembelian sebuah
pabrik kawat yang disulap menjadi pabrik pipa baja,
pabrik cor logam, dan pabrik karet remah. Dari sini
bisnisnya meluas hingga proyek-proyek infrastruktur.
Namun, komoditas yang kembali booming seiring lon
jakan harga minyak dunia membuatnya kembali berpa
ling ke agribisnis dan tambang. Pada 1986, Bakrie de
ngan bangga membeli Uniroyal Sumatera Plantations—
perusahaan perkebunan milik imperialis Amerika
Serikat, Uniroyal Inc. lalu mengubahnya menjadi Bakrie
M. MA’RUF
Sumatera Plantations.
Bakrie meninggal pada 15 Februari 1988 di Tokyo
dan mewariskan usahanya kepada empat anaknya,
Aburizal Bakrie, Roosmania Kusmulyono, Nirwan D.
Bakrie, dan Indra Usmansyah Bakrie. Istrinya, Roosniah
282 Bakrie, adalah wanita berdarah Batak dengan marga
Nasution. Ketika Bakrie meninggal, usahanya sudah
menggurita, mulai dari agribisnis, pertambangan, indus
tri baja, hingga konstruksi. Usaha keluarga itu kemu
dian dikelola si sulung, Aburizal Bakrie—sebagaimana
kebiasaan adat Lampung. Lahir di Jakarta, November
1946, Aburizal sebenarnya adalah insinyur lulusan
Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, yang
diwisuda pada 1973.
Ical—panggilannya—tampak lebih agresif diban
dingkan ayahnya. Mulai 1989, dia memasuki bisnis
perbankan, telekomunikasi dan lima tahun kemudian
mendirikan stasiun televisi Andalas Televisi (ANTV).
Tapi, generasi kedua memiliki cara berbeda membesar
kan bisnis keluarga ini. Ical, orang yang jarang berbasa-
basi ini membesarkan usahanya dengan utang. Dia
berani membayar mahal manajer seperti Tanri Abeng
yang dibajak satu miliar dari Multi Bintang Indonesia—
produsen bir Bintang. Bekas Menteri Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) itu bercerita, bagaimana Ical sangat
pintar dan berani bermain dengan uang orang. “Jadi,
kalau dia awalnya punya aset 100, dijadikan jaminan
untuk meminjam 400. Tapi, hasil dari 400 itu untungnya
sangat besar. Itu yang digunakan untuk membayar,” ujar
Bagian 9 – Tidak Ada Pemenang Abadi
Tanri.
Tak lebih dari sepuluh tahun Ical berjaya. Tetapi,
hanya dalam semalam, krisis ekonomi yang menghantam
pada 1997 menempatkannya sebagai salah satu pesakitan
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Kurs
rupiah menggelembung, utang-utang perusahaan dalam
bentuk dolar membengkak hingga Rp 9,7 triliun. Sejum
lah perusahaan di sektor perbankan, asuransi, tambang,
dan properti satu per satu tumbang untuk melunasi
utang Bank Nusa Nasional yang menikmati dana ta
langan dari pemerintah sebesar Rp 3,6 triliun—bank
itu kemudian dilikuidasi dengan sisa utang Rp 3 triliun.
Saham-saham Bakrie Sumatera Plantations, Bakrie 283
Electronics Company,
Bakrie Kasei Corp,
Arutmin Indonesia, dan
Iridium LLC tergadai.
Saham-saham keluarga
Bakrie & Brothers susut
tinggal 2,5%. Hari-
hari itu, Ical tampak
kesulitan mencari kata
dan waktu yang paling
tepat untuk mengatakan
kepada ibundanya bah
wa warisan itu di tubir
jurang kebangkrutan.
“Kalau kepada sauda
ra saya gampang men
jelaskan. Namun, ke
pada ibu, itu cukup sulit.
Bayangkan, barang yang semula begitu besar tiba-tiba
habis,” kenang Ical.
Kebangkrutan Bakrie Group membuat negara
ikut pusing. Serangkaian lobi-lobi tingkat tinggi nan
melelahkan melibatkan Menteri Keuangan Marie
Muhammad dilaksanakan di Amerika Serikat. Pada
akhirnya, mau tidak mau, Bakrie kehilangan warisan
karena penyelesaiannya adalah menukar utang menjadi
saham, di mana pemberi utang sepakat membentuk
sebuah perusahaan khusus atau master special purpose
vehicle (MSPV) yang mengambil alih 80% aset lima
bisnis andalan Bakrie. Bisnis Bakrie tenggelam bersama
M. MA’RUF
288
Alfamart
289
rilis. Grosir itu adalah hypermarket yang pada masa
keemasannya memiliki 32 gerai. Pendirian hypermarket
ini juga merupakan sumbangsih ide Poetra Sampoerna, di
mana Djoko diberi kesempatan menanam kepemilikan.
Bisnis supermarket itu tidak bertahan lama, dan mulai
menampakkan tanda-tanda kejatuhan setelah peritel
asing berbondong-bondong masuk Indonesia. Terutama
oleh kehadiran peritel asal Prancis, Carrefour pada 1998
yang langsung menghajar Alfa hingga babak belur. Satu
per satu gerai ditutup dan secara dramatis bertekuk lutut
kepada Carrefour lewat akuisisi pada 2008.
Kejatuhan itu seolah sudah disadari sejak Carrefour
masuk. Djoko mengaku Carrefour adalah raksasa de
ngan modal tak terbatas sehingga sangat tidak mungkin
dikalahkan dengan sekadar strategi-strategi manajemen
standar. Dia lantas memikirkan sebuah toko ritel modern
yang berukuran lebih mini, seperti warung kelontong te
tapi lebih kinclong. Toko mini pertamanya itu didirikan
pada 18 Oktober 1999 dengan nama Alfa Minimart, di
sebuah sisi Jalan Beringin Raya, Karawaci, Tangerang.
Dari sini, satu per satu gerai dibuka menggunakan dana
ekspansi kas perusahaan. Tetapi, langkah ini bisa dibi
lang terlambat karena bisnis minimarket sejak 1988 telah
dikuasai Indomaret, milik konglomerat Sudono Salim
pemilik Indofood. Beberapa peritel lokal seperti Hero
juga sudah mendirikan minimarket. Tetapi, dukungan
besar Poetra menjadikan Djoko yang sudah paham jalur
distribusi dan ritel tidak gentar. Minimarketnya memang
berhasil dan berkembang cukup pesat.
Hubungan bisnis antara Djoko dan gurunya—begitu
M. MA’RUF
293
Blue Bird
Jangan Remehkan
Seorang Janda Sekalipun
dalam Sebuah Kompetisi
294
3.000 per kilometer. Hasilnya, kenaikan tidak membuat
penurunan drastis penumpang-penumpang, dan orang-
orang tetap merekomendasikan Blue Bird pada kenalan
dan saudaranya bila pertama kali datang ke Jakarta.
Bagaimana dua bersaudara Chandra Suharto dan
Purnomo Prawiro bersaudara memberikan pengertian
sopir-sopir taksinya untuk lebih sopan tidak terpisahkan
dari masa lalunya sebagai sopir. “Itu membuat saya tahu
cara berpikir dan kesulitan mereka,” kata Purnomo yang
menjabat sebagai Presiden Direktur Blue Bird Group.
Orang-orang, demikian Purnomo menyesalkan, sering
salah memandang sopir sebagai warga negara kelas
dua, sehingga sangat wajar mereka bertingkah polah se
maunya. Keduanya menemukan sistem kerja operator
taksi yang lebih modern, dan efektif mengerem perilaku-
perilaku nakal para sopir. Berkat sistem baru itu pula,
Blue Bird yang pada 1970-an dianggap anak bawang
oleh operator taksi mapan, mampu memberi kejutan-
kejutan.
Itu semua berkat kegigihan Mutiara Siti Fatimah,
ibunda Chandra dan Purnomo yang tampak antusias
ketika Gubernur Ali Sadikin mengutarakan rencananya
agar Jakarta memiliki armada taksi yang tidak memalu
Bagian 9 – Tidak Ada Pemenang Abadi
296
Blue Bird muda cengan cepat mengalahkan taksi
yang lain, dan lebih buruk lagi, membuat mereka bang
krut. Sejumlah inovasi baru dilahirkan, seperti mema
sang taximeter, membekali kontak radio dan mema
sang mesin pendingin untuk Jakarta yang mulai panas.
Inovasi-inovasi itu pada mulanya langsung menimbul
kan kesan kuno pada taksi yang lain. Belakangan, Blue
Bird menjadi operator taksi pertama yang memasang
alat global positioning system (GPS) untuk melacak
keberadaan taksi. Alat seharga Rp 15 juta per unit ini
dipasang agar penumpang bisa menemukan taksinya
bila lupa meninggalkan barang.
Blue Bird memperkenalkan layanan baru Big Bird
sebagai bus sewaan pada 1979 dan Silver Bird untuk
konsumen premium pada 1993. Merek Golden Bird juga
dipakai untuk kendaraan taksi mahal, limousine, dan
merek mobil rentalan. Dari 24 armada taksi, kini Blue
Bird Group mengelola lebih dari 17.000 unit kendaraan
dan 24.000 karyawan. Bisnis-bisnis lain bermunculan,
seperti logistik kargo dengan 300 armada truk Volvo,
serta bisnis pengapalan. Pada 1982, Mutiara mendirikan
PT Restu Ibu Pusaka, yang memiliki pabrik karoseri bus,
dan bekerja sama dengan Albert Ziegler GmbH & Co
Bagian 9 – Tidak Ada Pemenang Abadi
299
Indofood
300
paknya lulusan paling sukses, dengan ratusan perusaha
an yang disatukan dalam “kapal induk” Salim Economic
Development Corporation (SEDC) yang didirikan awal
1970-an. Untuk basis bisnisnya di luar negeri, Liem
mengontrolnya dengan Liem Investors di Hong Kong.
Bagaimana restu-restu Cendana itu bekerja tampak
pada saat Salim kemudian bisa memenangkan per
saingan bisnis mi instan. Sejarahnya, mi instan itu di
ciptakan Momofuku Ando—pendiri Nissin—pada 1958
di Jepang. Pembuatan mi instan di Indonesia dimulai
oleh investor asal Jepang yang mendirikan perusahaan
patungan dengan pengusaha lokal untuk memproduk
si Supermie. Mungkin sentimen anti-Jepang membuat
gambar kemasan yang terpampang adalah Aladin di
atas karpet terbang, seperti ingin menunjukkan produk
ini dari Timur Tengah. Produk itu laris luar biasa ka
rena praktis, cepat, lezat, dan murah. Ini menarik bagi
pebisnis lain dan muncullah Indomie, yang diproduksi
Sanmaru Food Manufacturing, anak usaha Grup Jang
kar Jati. Liem sendiri adalah pemain terakhir yang
memperkenalkan Sarimi, dengan mendirikan Sarimi Asli
Jaya yang mengolahnya di Tangerang tahun 1982.
Cikal bakal Indofood adalah ketika Salim meng
Bagian 9 – Tidak Ada Pemenang Abadi
306
Penulis
307
(Hikmah, Januari 2009), dan anggota tim penyunting
buku Etos Kita: Moralitas Kaum Intelektual (Teknokra-
Gamma Media 2002). Alamat email dia: muhruf@gmail.
com[]
M. MA’RUF
308
Catatan-Catatan
Edward Forrer
Henni T Soelaeman. “Dari Bandung, Mengepak Sampai ke
Negeri Kanguru”, Majalah SWA, Edisi Januari 2007.
Lion Air
, “Memulai Bisnis dari Khayalan”, Sinar
Harapan, 2002.
Teguh S Pambudi dan Darandono. “Singa Belia Bernama
Lion Air”, Majalah SWA, Agustus 2004.
309
Sosro
Anwar Khumaini. “Mampu Saingi Coca Cola, Sosro Cetak
Pendapatan Rp 1,8 Triliun”, detikFinance, www.detik.
com, 5 Februari 2009.
Apa dan Siapa, “Surjanto SosroDjojo”, Pusat Data dan
Analisa Tempo, www.pdat.co.id, 2004.
Multivision Plus
Frans Sartono dan Bre Redana. “Panggung Hidup Raam
Punjabi”, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
Apa & Siapa, “Raam Punjabi Bantah Buat Sinetron Perusak
Moral”, Majalah GATRA, Juni 2005.
Rusman Widodo. “Raam Jethmal Punjabi: Juragan Sinetron
Prime Time”, figurpublik.com.
Kapal Api
Yuyun Manopol, Firdanianty, dan Henni T Soelaeman.
“Beginilah Jago-jago Daerah Merajut Sukses”, Majalah
SWA, April 2004.
Eva Martha Rahayu/Suhariyanto. “Soedomo Mergonoto:
Menahkodai Kapal Api Hingga ke Mancanegara” ,
Majalah SWA, Juni 2003.
Aqua
Apa dan Siapa, “Tirto Utomo”, Pusat Data dan Analisa
M. MA’RUF
310
Detikcom
“Membidik Pasar Sempit”, Koran Tempo, Jum’at, 1 Februari
2008.
Budiono Darsono. “Pemahaman Akan Konteks Indonesia”,
Kompas, 25 Agustus 2003.
Kem Chicks
Nyurian Barasa. “Bambang Mustari ‘Bob’ Sadino”, nyurian.
wordpress.com, April 2009.
, “Bob Sadino: Hidup Tidak Linier”, wawancara
dengan Bob Sadino di Kolom Enterpreneur cyberMQ,
29 Mei 2007
, “Bob Sadino: Pengusaha Berdinas Celana
Pendek”, TokohIndonesia. com (Ensiklopedi Tokoh
Indonesia), 31 Oktober 2004
National Gobel
, “Suksesnya Sinergi” Majalah Mitra Panasonic,
Edisi Juli-September 2006.
, “Bukan Gobel Biasa: Sebuah Romantika
Bermarga Beken”, Blog, http://www.daengbattala.com.
Sigit Wibowo dan Danang JM. “Ichiro Suganuma: Kami
Akan Bermain di Semua Produk Elektronik,” Rubrik
CEO, Sinar Harapan, 9 Desember 2005.
Catatan-Catatan
4848
, “Mungkin Ini Saat Kami Melihat ke Luar”,
Harian Republika, 23 Februari 2009.
311
C59
, “Kreativitas Jangan Pernah Mati”, Harian
Sriwijaya Post, 1 November 2008.
Ema Nur Arifah. “Wisata ke Pabrik Kaos C59”, detikBandung,
www.detik.com, 24 Februari 2009.
Dyah Hasto Palupi. “Menjadi Entrepreneur Kreatif”, Majalah
SWA, November 2008.
Olympic Furniture
, “25 Tahun Perjalanan Olympic Furniture”,
www.imjakarta.com
Muhammad Ridwan. “Kisah Sukses Au Bintoro, Pencetus
Furnitur Olympic (2-Habis): Semakin Eksis, Berkibar
Bersama 20 Anak Perusahaan Grup Olympic,” Radar
Bogor, 19 Desember 2008.
Rani Badrie Kalianda. “Au Bintoro Merentang Masa: Jejak
Langkah Sang Heartpreneur”, www.sumbawanews.
com, 7 Desember 2008.
Primagama
Edy Zaqeus dan David S Simatupang. “Kalau Ingin Ka
ya, Ngapain Sekolah!?”, wawancara dalam Majalah
Berwirausaha, September 2004.
, “Tentang Purdi”, www.purdiechandra.net.
, “Transformasi Zikir Seorang Pengusaha”,
Harian Lampung Post, 19 Agustus 2005.
M. MA’RUF
Es Teler 77
Mega Christina. “Presiden Komisaris PT Top Food Indonesia
Sukyatno Nugroho; Mengangkat Makanan Jalanan
Sejajar Waralaba Asing”, Sinar Harapan.
312
Bondan Winarno. “Jurus Sukses Juragan Es Teler”, Kompas,
28 Mei 2007.
Sido Muncul
Erfandi Putra. “Melanggenggkan Usaha Leluhur,” Surabaya
Post, 6 Juli 2009.
, “Irwan Hidayat, Membangun Kepercayaan
terhadap Jamu,” TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi
Tokoh Indonesia), 4 Oktober 2004.
Konflik, http://www.ukafahrurosid.blogspot.com,
Februari 2009.
Buletin Wongsolo. “Sekilas Perjalanan Hidup dan Usaha
Puspo Wardoyo”, www.wongsolo.com, 2 Juni 2003.
313
Bagteria
Yuyun Manopol & Rias Andriati. “Nancy Go: Go Global
dengan Bagteria”, Majalah SWA, April 2008.
Dian Kuswandini. “V is For Vintage”, The Jakarta Post, 6
Juni 2009.
J.CO
Rustika Herlambang. “Harumnya Aroma Kesuksesan”,
Majalah Dewi, Edisi September 2007.
Henni T Soelaeman. “Di Balik Digdaya Merek-merek Lokal”,
Majalah SWA, Mei 2009.
NCS
Yuyun Manopol dan Dedi Humaedi Budiyanto Darmas
tono. “Mantan Profesional Kartu Kredit Sukses di Bisnis
Kurir”, Majalah SWA, Juni 2006.
Andy F. Noya. “From Zero to Hero”, talk show Metro TV,
Maret 2008.
Hotline Advertising
Oktamandjaya. “Kuncinya: Mudah Diingat dan Awet”,
Koran Tempo, 2 November 2008.
Rikando Somba.”Perselingkuhan yang Membawa Sukses”,
Harian Sinar Harapan, 21 Januari 2008.
Henni T Soelaeman. “Lebih Intens Membangun Keber
M. MA’RUF
314
B&B Inc
Dwi Wiyana. “Mental Baja Wajah Stainless”, Majalah Tempo,
April 2004.
Mizan
“Ketika ke Yogya, saya ditunjukkan....” Ninuk Mardiana
Pambudy & Bre Redana, “Haidar Bagir: Diperlukan
Perubahan Paradigma” Kompas, 12 Oktober 2008.
“Kami tidak tertarik menerbitkan buku....” Ninuk Mardiana
Pambudy & Bre Redana, “Haidar Bagir: Diperlukan
Perubahan Paradigma” Kompas, 12 Oktober 2008.
“Akhirnya, hampir-hampir tak perlu ditegaskan,” Haidar
Bagir dalam “20 Tahun Mazhab Mizan” Mizan Pustaka,
2003.
Kompas
, “Kompas” di Mata Para Pembacanya”
Kompas, 28 Juni 2009.
Catatan-Catatan
Ciputra Development
Universitas Negeri Bangka Belitung. “Ciputra, Pengusaha
asal Sulawesi Tengah,” http://www.ubb.ac.id.
Talk show Kick Andy, Metro TV, Jumat, 24 Oktober 2008.
, Apa dan Siapa. “Budi Brasali (Lie Toan Hong),”
www.pdat.co.id, 2004.
, “Janji-Janji Kosong Ciputra”, Majalah Tempo
Edisi 05/XXXI, 1 April 2002.
, “Keputusan 7: GOD has more in STORE!”,
http://www.ciputra.org.
TEMPO
Coen Husain Pontoh, “Konflik Nan Tak Kunjung Padam,
dalam Andreas Harsono Dkk. Jurnalisme Sastrawi:
Antologi Liputan Mendalam dan Memikat”. Temprint,
2005
CNI
M. MA’RUF
316
Susi Air
Elly Roosita. “Perempuan Pemberani Itu Susi Namanya”,
Harian Kompas, 14 Januari 2005.
Yuyun Manopol & Sigit A Nugroho. “Susi Pudjiastuti Terbang
Makin Tinggi”, Majalah SWA, Maret 2009.
, “Susi Pudjiastuti, Pengusaha Tangguh dari
Pangandaran” , Indofamily.net, 3 Juni 2008.
Andi F Noya. “From Zero to Hero”, Talk Show Kick Andy,
Metro TV, 30 Maret 2008.
“Danang J. Murdono dan Layana Susapto. “Susi Pudjiastutri:
Hanya Akan Berinvestasi di Daerah dengan Perda Ramah
Lingkungan”, Sinar Harapan, 3 Juni 2006.
Maspion
, “Saya Satu-Satunya Konglomerat yang Kembali
Saat Kerusuhan Mei 1998” Warta Ekonomi, September
2007.
, “Ada Kerisauan yang Mendalam di Hati
Pengusaha Terkemuka di Jawa Timur Ini”, Sinar
Harapan, 4 April 2002.
Ceres
Teguh S Pambudi. “Tiga Menguak Cokelat”, Majalah SWA,
Oktober 2008.
317
Harvest
Firdanianty dan Rias Andriati. “Geliat King di Pasar Baru”,
Majalah SWA, Desember 2007.
Hilda Sabri Sulistyo. “Sukses Bangun ‘Pabrik’ Kata Mutiara,”
Wawancara dalam rubrik entrepreneur CBN, www.cbn.
co.id, 20 November 2002.
Rudy Hadisuwarno
Dudi Rahman dan Dudun Parwanto. “Dari Garasi Mematut
Rambut,” Majalah GATRA, Desember 2002.
, “Pria-Pria Sukses berkat Rambut”, Harian
Radar Jogja, 29 Juni 2009.
, “Rahasia Sukses Rudy Hadisuwarno: Pe
rencanaan, Inovasi, Konsistensi, & Team Work”,
vibizlife.com.
Sahid Hotel
M. MA’RUF
Martha Tilaar
Wiratmadinata dan Jayani. Suplemen GATRA, Nomor 23,
21 April 2003.
, “Apa dan Siapa. Martha Tilaar”, Pusat Data
dan Analisa Tempo, www.pdat.co.id, 2004
Haposan Tampubolon. “Sariayu Bermula dari Garasi”,
Ensiklopedi Tokoh Indonesia, www.tokohindonesia.
com
Nieke Indrietta. “Martha Tilaar Kesal Produk Nasional
Ditolak di Negeri Sendiri,” tempointeraktif.com, 16 Juni
2009.
Hadi Suprapto, Elly Setyo Rini. “Martha Tilaar Hampir
Kolaps Saat Krisis 1997”, www.vivanews.com, 17 Juni
2009.
Matahari
Audrey G. Tangkudung. “Bisnis Ritel Nasional Tetap Penuh
Harapan”, Sinar Harapan, 21 Februari 2002.
Setri Yasra dan Metta Dharmasaputra. “Tidak Pernah
Menyesal Melepas Matahari”, Wawancara, Majalah
Tempo, Oktober 2004.
, “Kesaksian Juragan Ritel Indonesia: Bertobat
Catatan-Catatan
Astra Internasional
, “Apa dan Siapa, William Soeryadjaya”, Pusat
Data dan Analisa Tempo, www.pdat.co.id, 2004 319
Arif Zulkifli Dkk. “Malam yang Menenggelamkan
Soeryadjaya”, Majalah Tempo, Edisi 26/XXXI, Agustus
2002.
Unggul Wirawan dan Willy Hangguman. “William
Soerjadjaja: Andalkan Resep Saling Memberi”, Suara
Pembaruan, Edisi 15 Januari 2007.
AM Lilik Agung. ”Karakter Moral Pemimpin”, Bisnis
Indonesia, 19 Desember 2008.
Sen Tjiauw. ”Imperium Soeryadjaya Masih Berjaya”, Majalah
Trust, Desember 2002.
MQ Corp
, “K.H. Abdullah Gymnastiar: Sosok Kyai-nya
Kawula Muda,” dudung.net, 22 Maret 2005.
Hidayat Gunadi dan Ida Farida. “Abdullah Gymnastiar:
Meracik LimaMu Menuai Sukses,” Gatra, Desember
2002.
Alfamart
S. Ruslina dan Dede Suryadi, “Kembalinya Djoko Susanto ke
Bisnis Rokok”, Majalah SWA, Februari 2009.
320
Blue Bird
, “Apa dan Siapa, Mutiara Siti Fatimah
Djokosoetono”. Pusat Data dan Analisa Tempo, www.
pdat.co.id, 2004.
Darmawan Sepriyossa Dkk. “Kami Punya Pilot, Bukan
Sekadar Sopir” Harian Republika, 10 Juni 2007.
Indofood
, “Membangun Kerajaan Dagang”, Blog, http://
ukafahrurosid.blogspot.com.
, “Apa dan Siapa, Sudono Salim”, Pusat Data
dan Analisa Tempo, www.pdat.co.id, 2004.
Bayu Asmara. “A Giant Integrated Food Company. Riset
MarkPlus Consulting” www.kompas.com, 15 Mei
2009.
Catatan-Catatan
321
Indeks
322
Auw Jong, Peng Koen, 143 cumi, 182
ayam, 23, 51, 52, 56, 103, 105, customized, 4
106
D
B D’Massive, 17
babi, 154, 240 Dahlan Iskan, 95, 97, 150, 191
Bahtiar Effendi, 134 Deliar Noer, 134
Bakar, Abu, 275 demand created own supply,
Bali, 6, 67, 107, 126, 149, 186 132
Balikpapan, 67, 96, 241 Dhammoo Punjabi, 26
Bambang Mustari “Bob” distribution outlet, 5, 14, 67
Sadino, 50 Djoko Susanto, 289
Bandara Adi Sucipto, 234 Djuhar Sutanto, 300
Bandara Soekarno Hatta, 10, door to door, 3, 27, 40, 175,
64 220, 235, 253
Bandara Supadio, 10
Bandara Tjut Nyak Dien, 180 E
bandeng, 14
Bandung, 2, 4, 5, 7, 14, 15, 33, e-commerce, 44
62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, EasyJet, 8
79, 81, 126, 128, 131, Edy Zaqeus, 55
139, 140, 149, 173, 174, Elfa Secioria Hasbullah, 139
175, 186, 212, 241, 264, Elizabeth, 200
270, 273, 276, 277 Elma Theana, 123
Belanda, 51, 52, 55, 146, 213, Emha Ainun Nadjib, 133
251, 264, 282, 298 enterpreneurship, 81
Bertolomeus Saksono Jati, 14 Eric Samola, 95, 161
BJ Habibie, 160, 185 Eropa, 8, 32, 52, 53, 58, 61, 69,
Bob Hasan, 164, 268 74, 112, 117, 184, 185,
Bondan Winarno, 86 215, 254, 285
box speaker, 71, 72, 75
Boyke Gozali, 205, 208 F
Budiono Darsono, 43, 44
Budiyanto Darmastono, 118 Fachry Ali, 134
Buya Hamka, 273 fashion marketing, 14
Fatmawati Soekarno, 59
Fauzi Bowo, 122
C Fernandes, Tony, 8
Cabra College, 14 Fikri Jufri, 95, 160, 161, 162,
Carey, Mariah, 187 164, 165
Indeks
ikan, 112, 182, 183, 184, 259 185, 254, 269, 297
ilmu laduni, 275 Jhonny Andrean, 114
Imam Prasodjo, 229 Jimmy Gideon, 27
Imam Sukarto, 63 Johannes Ferdinand Katuari,
Imelda Fransisca, 75 198
Incredibles, The, 14 Jusuf Kalla, 65, 121, 191, 285
Inggris, 18, 52, 111, 146, 200, Juwono Sudarsono, 271
324 207, 229, 241, 254
K McCutcheon, Martine, 110
Medan, 11, 33, 67, 104, 105,
Kalimantan Timur,, 100 106, 107, 141, 167, 244
Kelleher, Herb, 8 meeting point, 18
Khattab, Umar bin, 275 meticillin resistant stapelococus
Kiyosaki, Robert T., 227 aerus, 226
Koma Untoro, 140 Microsoft, 251
Korea, 61 Mohamad Rizal Chatib, 102
Kotler, Philip, 86 Monroe, Marilyn, 201
kuda, 62, 126, 229, 305 Moore, Demi, 201
Kuok, Robert, 287 Mooryati Soedibyo, 233
Kusnan Kirana, 8 Morris, Phillips, 292, 293
mountainering, 129
L multi-level marketing, 172
Murtadha Muthahari, 131
Lampung, 52, 67, 78, 281, 282, Murdoch, Rupert, 100
307 Murniati Widjaja, 83
Lee, Bruce, 221
Lever, Zeepfabrieken N.V,. 200
Liem Sioe Liong, 249, 300, 303 N
lobster, 180, 182, 183, 184 Naif, 17
London, 14, 241, 254 Natalie Sarah, 17
low cost carrier, 8, 11, 12 Nidji, 17
Lukman Setiawan, 161, 162 Ninih Muthmainnah, 276
Luna Maya, 175 Nipkow, Paul, 57
Lydia Kandou, 27 Nirina Zubir, 17
Nurcholish Madjid, 101, 133
M
M. Riva’i, 63 O
Makassar, 33, 57, 58, 60, 141, Okky Lukman, 17
245 on line, 6, 46
Maladi, 59 Onni Syahrial, 27
Malaysia, 6, 16, 33, 40, 62, 65,
69, 87, 138, 173, 176, 187,
215, 216, 276, 287 P
Mamay S. Salim, 129 Padang, 67
Maria Goreti Murniati, 66 Pahlevi, Syah, 133
Marie Muhammad, 284 Paku Buwono X, 233
Marius Widyarto, 66 Palang Merah Indonesia, 234
Martin Sunu Susetyo, 14 Pattiasina, 36
Indeks
U
udang, 14, 182, 183, 184
Ujung Pandang, 67
Indeks
Apabila Anda menemukan cacat produksi—berupa halaman terbalik, halaman tak berurut, halaman
tidak lengkap, halaman terlepas-lepas, tulisan tidak terbaca, atau kombinasi dari hal-hal di atas—
silakan kirimkan buku tersebut beserta alamat lengkap Anda kepada:
* Selain buku yang cacat, sertakan juga bukti pembelian, fotokopi biaya kirim buku, dan buku
yang dibeli adalah yang terbit tidak lebih dari 6 bulan. Penerbit Hikmah akan mengganti buku
Anda dengan buku baru (dengan judul yang sama) plus bonus buku lain sebagai hadiah serta
mengganti ongkos kirimnya.