Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irwan Indra Saputra

Nim : 2002026038

Kelas : HPI C3

Tugas : UTS Hukum Tata Negara

Soal!

1. Meliputi apa saja kekuasaan kepresidenan yg diatur dalam UUD 1945?


2. Ada tiga tugas pokok legislatif dalam penyelenggaraan negar; sebut dan jelaskan
ketiganya?
3. Ada tugas bersama antara eksekutif dan legislatif, jelaska apa saja?

Jawaban :

1. Dalam penyelenggaraan negara di Indonesia dimana presiden sebagai kepala negara


memiliki kekuasaan yang telah diatur sebelumnya dalam undang-undang. Pada sejarahnya
kekuasaan presiden ada perbedaan yang dimuat dalam undang-undang dan berikut adalah
kekuasaan presiden setelah amandemen UUD 1945.
 pasal 4 ayat (1), (2) UUD Tahun 1945.
Kekuasaan di bidang peraturan perundang-undangan yaitu kekuasaan Presiden
mengajukan RUU dan membahasnya dengan DPR, kekuasaan untuk membentuk
peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu). Termuat dalam pasal 5 ayat
(1), (2), dan pasal 22 UUD RI Tahun 1945.
 Kekuasaan di bidang yudisial ialah kekuasaan Presiden memberikan grasi dan amnesti
yang memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung, dan dalam pemberian amnesti
dan abolisi Presiden memperhatikan pertimbangan DPR. Termuat dalam pasal 14 ayat
(1), dan (2) UUD RI Tahun 1945.
 Kekuasaan dalam hubungan luar negeri ialah Presiden mempunyai kekuasaan
mengadakan perjanjian dengan negara lain, kekuasaan menyatakan perang dengan
negara lain, kekuasaan mengadakan perdamaian dengan negara lain, serta kekuasaan
mengangkat dan menerima duta dan konsul. Termuat dalam pasal 11 ayat (1), (2), (3),
dan pasal 13 UUD RI Tahun 1945.
 Kekuasaan menyatakan keadaan bahaya ialah Presiden dapat menyatakan negara
dalam keadaan bahaya tanpa memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari DPR.
Termuat dalam pasal 12 UUD RI Tahun 1945.
 Kekuasaan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi angkatan bersenjata ialah Presiden
memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara. Termuat dalam pasal 10 UUD RI Tahun 1945.

2. Lembaga legislatif merupakan lembaga atau dewan yang mempunyai tugas serta
wewenang membuat atau merumuskan UUD yang ada di sebuah negera. Selain itu,
lembaga legislatif juga diartikan sebagai lembaga legislator, yang mana jika di negara
Indonesia lembaga ini dijalankan oleh DPD (Dewan Perwakilan Daerah) DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat, dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3. Kemitraan antara lembaga eksekutif dengan lembaga legislatif di Indonesia terwujud dalam
tiga bentuk kemitraan yaitu;
 kemitraan dalam membentuk undang-undang
Dalam hal pembuatan undang-undang merupakan kewenangan legislatif, tapi dalam
pelaksanaannya dalam rangka untuk adanya checks and balances, UUD 1945 masih
menganggap perlu adanya keterlibatan kedua lembaga negara tersebut dalam proses
pembuatannya. Untuk melaksanakan undang-undang yang dihasilkan bersama antara
lembaga legislatif dan lembaga eksekutif, maka berdasarkan Pasal 5 (2) UUD 1945,
lembaga eksekutif (Presiden) diberikan kewenangan untuk mengeluarkan peraturan
pemerintah sebagai peraturan pelaksanaannya. Ketentuan tersebut jelas menunjukkan
adanya keterkaitan antara lembaga eksekutif dan lembaga legislatif, karena peraturan
pemerintah meskipun itu dikeluarkan oleh Presiden, tapi ditujukan untuk
melaksanakan sebuah undang-undang yang nota bene adalah merupakan produk DPR.
Dengan demikian, meskipun lembaga eksekutif memiliki hak untuk mengajukan
rancangan undang-undang, hal ini tidak berarti bahwa lembaga eksekutif tetap
berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Hak
lembaga eksekutif tersebut (mengajukan rancangan undang-undang) hanyalah sekedar
memberi landasan hukum untuk mengambil prakarsa dalam mengatur suatu kebijakan
umum yang harus segera dipenuhi, sementara lembaga legislatif sendiri belum siap
dengan usul inisiatifnya.
 kemitraan dalam menyusun rencana anggaran dan pendapatan negara
Pada prinsipnya bahwa fungsi anggaran ini merupakan bagian dari fungsi eksekutif,
sehingga lembaga negara yang berwenang untuk menetapkan anggaran dan belanja
negara setiap tahunnya adalah lembaga eksekutif. Namun demikian, karena anggaran
pendapatan dan belanja negara ini harus ditetapkan dalam bentuk sebuah undang-
undang, maka dalam pembuatan dan pembahasannya harus dibahas bersama-sama
oleh lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal
23 (2) UUD 1945, dengan cara seperti itu maka lembaga legislatif dapat melakukan
kontrol terhadap penentuan sumber pendapatan dan belanja negara.
 kemitraan dalam menyelenggarakan pemerintahan
Undang-undang dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)yang sudah
dibuat bersama-sama antara lembaga eksekutif dan lembaga legislatif tersebut untuk
selanjutnya akan dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan. Namun demikian, dalam pelaksanaan tersebut mungkin saja apa yang
sudah ditetapkan tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya, tapi mungkin juga
terjadi beberapa penyimpangan dari apa yang seharusnya. Sehubungan dengan itu,
UUD 1945 dan UU Nomor 27 Tahun 2009 telah menugaskan kepada lembaga
legislatif (DPR) untuk melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah dalam
menyelengarakan tugasnya agar tidak menyimpang dari ketentuan undang-undang dan
APBN. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 70 (3) UU Nomor 27 Tahun 2009
yang menyebutkan, bahwa fungsi pengawasan DPR tersebut dilaksanakan melalui
pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.

Anda mungkin juga menyukai