Anda di halaman 1dari 113

PEMAHAMAN NELAYAN LOBSTER DI KECAMATAN SIMEULUE

CUT PANTAI TELUK KABUPATEN SIMEULUE TERHADAP


ETIKA PRODUKSI ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Oleh

NURIL AQLIMA
NIM. 161209341

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2021 M/ 1440 H
KATA PENGANTAR

    

Puji syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT. Dialah Tuhan yang

telah menurunkan agama melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasul

pilihannya, Nabi Muhammad SAW. Melalui agama ini terbentang luas jalan lurus

yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan

akhirat.

Selanjutnya shalawat beserta salam selalu kita sampaikan kepada baginda

Rasulullah SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan

hingga ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini

yang kita rasakan, dan beliau selalu mengembang tugasnya dalam menjaga dan

menyampaikan ilmu-ilmu Allah.

Skripsi ini berjudul “Pemahaman Nelayan Lobster di Kecamatan

Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue terhadap Etika Produksi

Islam. Alhamdulillah telah dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah ikut terlibat dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Dr. H. Hafifuddin, M.Ag, selaku rektor IAIN Lhokseumawe.

2. Bapak Dr. Mukhtasar, S. Ag., MA, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam IAIN Lhokseumawe.

i
3. Ibu Ismaulina, SE, M. Si sebagai pembimbing I yang telah memberikan

motivasi kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ainum Mardhiah, M. Si sebagai pembimbing II yang selalu memberikan

arahan dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Dosen Wali dan seluruh dosen IAIN Lhokseumawe yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada peneliti selama di bangku kuliah.

6. Ayahanda, ibunda dan keluarga yang dicintai, terimaksih dengan dukunganmu

saya bisa menjadi seperti ini.

7. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam

penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mendo’akan semoga piha-pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini mendapat balasan yang setimpal dari

Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat kiranya..

Lhokseumawe, 15 Januari 2020


Penulis,

( NURIL AQLIMA)
Nim: 161209341

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Defenisi Operasional ................................................................ 7
F. Kajian Terdahulu ...................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORITIS............................................................... 17
A. Budidaya Lobster...................................................................... 17
1. Pengertian Budidaya ............................................................ 17
2. Cara Budidaya Lobster ........................................................ 17
3. Pengertian Lonster ............................................................... 18
4. Cara menangkap Lobster ..................................................... 19
5. Jenis-Jenis Lobster............................................................... 23
B. Etika Produksi Islam................................................................. 25
1. Pengertian Etika ................................................................ 25
2. Pengertian Produksi dalam Islam ..................................... 30
3. Prinsip Produksi dalam Islam ........................................... 31
4. Prinsip-Prinsip Etika Produksi dalam Islam...................... 34
5. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam ........................... 40
6. Etika Jual Beli dalam Produksi Islam................................ 40

BAB III :METODE PENELITIAN ............................................................ 46


A. Lokasi Penelitian ...................................................................... 46
B. Jenis dan Pendekatan Peneliti................................................... 46
C. Sumber Data ............................................................................. 47
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 48
E. Teknik Analisis data ................................................................. 49
F. Teknik Penulisa ....................................................................... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 54


A. Gambaran Umum Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk
Kabupaten Semeulue ................................................................ 54

iii
B. Pemahaman Nelayan Lobster di Gampong Simeulue Cut
Pantai Teluk Kabupaten Simeulue Terhadap Etika Produksi
Islam ...................................................................................... 55
C. Produksi Para Nelayan Lobster Di Gampong Simeulue Cut
Pantai Teluk Kabupaten Simeulue Ditinjau dari Etika
Produksi Islam .......................................................................... 66
D. Kendala Bagi Nelayan Lobster Di Kecamatan Simeulue Cut
Pantai Teluk Kabupaten Simeulue Untuk Menjalankan Etika
Produksi Islam .......................................................................... 77

BAB V : PENUTUP.................................................................................. 81
A. Kesimpulan............................................................................... 81
B. Saran-Saran............................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 data Statistik Pengeksporan dan Budidaya Lobster di Indonesia ....... 2

4.1 Jumlah Penduduk Gampong Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk


Kabupaten Semeulue .......................................................................... 55

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Kurva Permintaan dan Penawaran .............................................. 60

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Pedoman Wawancara
2. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian
5. Dokumentasi Hasil Penelitian
6. Lembaran Bimbingan Skripsi
7. Daftar Riwayat Hidup

vii
ABSTRAK

Etika dalam produksi Islam sangatlah perlu untuk diterapkan sebagaimana dengan
etika produksi Islam yang dilakukan oleh nelayan lobster di Kecamatan Simeulue
Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue yang memenuhi lima prinsip yaitu prinsip
tauhid, kemanusiaan, keadilan, kebajikan, kebebasan dna tanggung jawab.
Dengan demikian tujuan penelitian yaitu: 1) Untuk Mengetahui pemahaman
nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue
terhadap etika produksi Islam, 2) Untuk Mengetahui produksi para nelayan lobster
di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue ditinjau dari etika
produksi islam, 3) Untuk mengetahui kendala bagi nelayan lobster di Kecamatan
Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue untuk menjalankan etika
produksi islam. Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan di sini adalah jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi lapangan (field study), serta teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Pemahaman
nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue
terhadap etika produksi Islam bahwa dari kelima etika produksi Islami, yaitu
hanya dua etika yang kurang dipahami oleh nelayan lobster yaitu prinsip tauhid
dikarenakan banyak nelayan lebih leluarsa meninggalkan shalat dengan alasan
malas atau pakaian dan tempat yang ada saat itu tidak suci, sedangkan prinsip
keadilan juga kurang dipahami dikarenakan adanya kenaikan harga lobster antara
yang dikenal dengan tidak dikenal atau dengan penduduk setempat dan penduduk
diluar daerah. 2) Etika produksi para nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut
Pantai Teluk Kabupaten Simeulue ditinjau dari etika produksi islam, maka
berdasarkan hasil penelitian nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai
Teluk ditemukan bahwa para nelayan menerapkan prinsip kemanusiaan, prinsip
kehendak bebas dan tanggung jawab, serta prinsip kebajikan namun tidak
menerapkan prinsip tauhid, dan prinsip keadilan. 3) Kendala bagi nelayan lobster
di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue untuk
menjalankan etika produksi islam karena: a) Kurangnya iman seseorang sehingga
malas dalam melakukan segala anjuran dalam agama, dan b) Peluang keuntungan
yang tidak stabil.

Kata kunci : Nelayan Lobster, Etika Produksi Islam,

vii
ABSTRACT

Ethics in Islamic production is very necessary to be applied as with the ethics of


Islamic production carried out by lobster fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk
District, Simeulue Regency which fulfills five principles, namely the principles of
tauhid, humanity, justice, virtue, freedom and responsibility. Thus the research
objectives are: 1) To know the understanding of lobster fishermen in Simeulue Cut
Pantai Teluk District, Simeulue Regency towards Islamic production ethics, 2) To
find out the production of lobster fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk District,
Simeulue Regency in terms of Islamic production ethics, 3) To find out the
obstacles for lobster fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk District, Simeulue
Regency to carry out Islamic production ethics. The type of research that the
author uses here is a type of qualitative research with a field study approach
(field study), as well as data collection techniques using observation, interviews
and documentation. Based on the results of the research, it can be concluded that:
1) The understanding of lobster fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk District,
Simeulue Regency towards Islamic production ethics is that of the five Islamic
production ethics, there are only two ethics that are poorly understood by lobster
fishermen, namely the principle of tauhid because many fishermen are more freely
leaving prayer by reason of laziness or clothing and the place at that time is not
holy, while the principle of justice is also poorly understood due to the increase in
the price of lobsters between those who are known and are not known or with
local residents and residents outside the area. 2) The production ethics of lobster
fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk District, Simeulue Regency are reviewed
from Islamic production ethics, so based on the research results of lobster
fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk District it was found that fishermen apply
humanitarian principles, principles of free will and responsibility, and principles
virtue but does not apply the principle of tauhid, and the principle of justice. 3)
Constraints for lobster fishermen in Simeulue Cut Pantai Teluk District, Simeulue
Regency in implementing Islamic production ethics are due to: a) Lack of faith in
a person so they are lazy to carry out all suggestions in religion, and b) Unstable
profit opportunities.

Keywords: Lobster Fishermen, Islamic Production Ethics,

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyaknya pengeksporan benih lobster dari negara Indonesia

mengakibatkan kerugian dalam jumlah besar bagi hasil kelautan yang dilakukan

oleh beberapa perusahaan benih lobster demi mendapat keuntungan secara cepat,

sehingga pada tahun 2016 negara Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri

Kelautan dan perikanan RI tentang larangan penangkapan atau pengeluaran

lobster, kepiting, dan ranjungan dari negara indonesia. Alasan yang kuat dari

adanya Permen tersebut disebabkan semaraknya para nelayan yang mengekspor

benih atau telur dalam upaya pembudidayaan kembali di luar negeri, sehingga

hasil budidaya mampu di ekspor ke negara-negara lain tanpa terkecuali di ekspor

kembali ke negara Indonesia. Dalam hal ini keuntungan yang didapatkan bukan

untuk negara Indonesia, melainkan negara yang menjadi sasaran ekspor Indonesia

sebelumnya dalam pengeksporan benih lobser, kepiting, dan ranjungan.1

Pada tahun 2016 Menteri kelautan ikut membantu para nelayan dalam budi

daya lobster baik dari segi pelatihan maupun dari segi modal usaha sehingga para

nelayan tidak harus mengekspor benih lobster, namun cukup membudidayakan di

negeri sendiri dan mendapat keuntungan dalam jumlah besar dengan mengekspor

ke negeri lain. Selama adanya larangan pengekspor benih total ekspor lobster

Indonesia meningkat. Bahkan, Indonesia menduduki posisi 12 sebagai negara

1
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan RI Tentang Larangan Penangkapan Atau
Pengeluaran Lobster, Kepiting, Dan Ranjungan Dari Negara Indonesia, Tahun 2016. Nomor
12/Permen-KP.
2

pengekspor lobster terbesar dunia pada 2018. Pada 2015, Indonesia masih berada

di posisi 20. Selanjutnya di tahun 2020 Indonesia menjadi peringkat ketujuh

dengan jumlah 7.490/ton2 Peningkatan tersebut dapat dilihat pada data Badan

Statistik di bawah ini yaitu:

Tabel 1.1. Data Statistik Pengeksporan dan Budidaya Lobster di Indonesia

No Tahun Jumlah (%) Budi Daya (Ton)


1 2014 11.66 18,08
2 2015 11.73 20,50
3 2016 13.22 20,50
4 2017 9.42 27,33
5 2018 14.10 28,47
6 2019 18.46 18,08
7 2020 75,2 7.490
3
Sumber data: Badan Statistik Indonesia 2020.

Tingkat pengeksporan lobster di Indonesia semakin meningkat karena

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan sumberdaya alam yang

dimilikinya baik laut maupun darat. Salah satunya yaitu Kabupaten Simeulue

merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi cukup besar pada subtansi

sektor perikanan, terutama perikanan laut. Letak wilayah yang berada di

Samudera Hindia. Untuk sekarang ini potensi yang dapat ditonjolkan adalah hasil

laut dalam bidang lobster. Di dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue

yang sangat terkenal adalah Lobster (udang laut) yang cukup besar ukurannya dan

2
Ruslam Gilmashin, Benih dilarang Ekspor Lobster Benderang, Online. Dipublikasikan 04
Januari 2020. https://katadata.co.id/0/analisisdata/5e9a57af96532/benih-dilarang-ekspor-lobster-
benderang. dikases pada 15 Desember 2020.
3
Suhana, Lobsternomics (2): Kinerja Ekspor Lobster Triwulan 1 2019. Dipublikasikan 07
Mei 2019. https://suhana.web.id/2019/05/07/lobsternomics-2-kinerja-ekspor-lobster-triwulan-1-
2019/. Diakses pada 15 Desember 2020.
3

telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri

hingga Singapura dan Malaysia.4

Lobster laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang terbilang

potensial dan masuk dalam kategori ekonomis tinggi. Lobster terkenal dengan

dagingnya yang halus serta rasanya yang gurih dan lezat. Jika dibandingkan

dengan udang jenis lainnya, lobster memang jauh lebih enak. Tidak salah jika

makanan ini merupakan makanan yang bergengsi yang hanya disajikan di

restoran-restoran besar dan hotel-hotel berbintang. Karena harganya yang mahal,

lobster biasanya hanya dikonsumsi oleh kalangan ekonomi atas.

Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Simeulue yaitu 2.310 KM²,

terletak antara 02° 02’ 03’’- 03° 02’ 04’’ Lintang Utara dan 95° 22’ 15’’ – 96° 42’

45’’ Bujur Timur. Merupakan daerah kepulauan terdiri dari ± 57 buah pulau besar

dan kecil, Panjang pulau Simeulue ± 100,2 km dan lebar antara 8 – 28 km.

Dengan luas wilayah daratan pulau besar dan pulau-pulau kecil adalah 212.512

ha. Cakupan wilayah Kabupaten Simeulue, memiliki 138 jumlah desa yang

meliputi 10 (sepuluh) kecamatan yang terdiri dari : Simeulue Timur, Simeulue

Cut, Simeulue Tengah, Simeulue Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan, Teupah

Barat, Salang, Alafan dan Teluk Dalam. Data Jumlah Penduduk Kabupaten

Simeulue sebanyak 88.963 jiwa.5

Kecamatan Simeulue Cut merupakan salah satu Kecamatan yang

melakukan budidaya lobster cukup besar dan berada di dalam Kabupaten

4
Kabupaten Simeulue, https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simeulue, diakses pada 10
Juli 2020.
5
http://www.simeuluekab.go.id/index.php/page/5/letak-geografis, diakses pada 2 Oktober
2019
4

Simeulue. Sebagaimana ungkapan dari bapak Firdaus selaku panglima laut di

Kecamatan Seumeulu Cut bahwa budidaya lobster yang paling banyak terdapat di

kalangan masyarakat di Kecamatan Simeulue Cut khususnya di Gampong

Simeulue Cut di Pantai Teluk yang hasil budidayanya mencapai 20 ton setiap

bulannya.6

Berdasarkan wawancara dengan bapak Firdaus selaku panglima laut di

Kecamatan Simeulu Cut mengungkapkan bahwa budidaya lobster yang dilakukan

selama ini terdapat dalam dua bentuk yaitu dengan budidaya secara tambak dan

secara manual. Budidaya secara tambak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang

memiliki modal tercukupi baik modal pinjaman maupun modal pribadi,

sedangkan budidaya lobster secara manual dilakukan oleh masyarakat kalangan

bawah yang pengharapannya hanya pada kondisi laut untuk dapat ditemukannya

potensi lobster yang berlimpah.7

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh pemilik tambak lobster yaitu

Bapak Zainal bahwa budidaya lobster dengan cara yang berbeda tergantung dari

jenis lobsternya dan cara penaburan lobster. Disamping itu diperlukan juga

keahlian dari penjaga tambak dalam menjaga lobster. Apabila budidaya lobster

sudah tepat maka hasilnya juga akan meningkat. Begitu juga dengan nelayan yang

pecari lobster langsung ke laut, tergantung dari kondisi pasang surut air laut, jika

kondisi laut stabil atau dalam keadaan yang baik untuk melakukan penangkapan

lobster maka nelayan yang mencari lobster mampu mendapatkan lobster yang

6
Firdaus, Panglima Laut di Simeulue Cut Kabupaten Simeulue, (Wawancara: 27 Oktober
2020)
7
Ibid
5

melimpah, namun begitu juga sebaiknya jika kondisi laut sedang pasang, maka

akan mengalami penurunan jumlah pendapatan lonster tersebut.8

Menyikapi akan keadaan tersebut, maka berdasarkan hasil wawancara

dengan masyarakat setempat peneliti menemukan bahwa para nelayan yang

merupakan masyarakat setempat merasa akan kurangnya bantuan pemerintah

dalam memfasilitasi masyarakat dalam melakukan budidaya lobster ataupun dari

segi pelatiha bagi para budidaya lobster berbasis tambak, baik dari segi alat dan

fasilitas pendukung yang lainnya, sehingga masyarakat cenderung melakukan

penangkapan langsung ke laut dibandingkan melakukan budidaya lobster,

mengingat jumlah modal yang ada tidak mampu untuk membagun sebuah

bendungan untuk melakukan budidaya lobster, sehingga hanya kalangan tertentu

saja yang mampu melakukannya, maka perekonomian yang ada di Simeulue Cut

Pantai teluk belum merata dengan maksimal.

Risiko yang tinggi selalu di dapatkan oleh pencari lobster tangkap seperti

tersengat ubur-ubur, banyak batu karang yang terjang dan berbahaya, bahkan

adanya ikan hiu dan binatang laut lainnya. Hal ini disebabkan minimnya peralatan

yang dimiliki para nelayan lobster dan mahalnya nelayan untuk membayar sewa

perahu agar mampu ketengah laut.

Di awal tahun 2020 potensi budidaya lobster semakin terpuruk karena

keadaan dimasa pandemi yang berdampak kepada perekonomian masyarakat.

Terpuruknya keadaan ekonomi masyarakat dikarenakan proses jual beli berhenti

baik dari dalam maupun luar negeri. Pemberhentian ini karena pemesan lobster

8
Zainal, Pembudidaya Lobster di Simeulue Cut Kabupaten Simeulue, (Wawancara: 27
Oktober 2020)
6

dari kalangan restoran, hotel maupun rumah makan lainnya ikut terhenti akibat

banyaknya konsumen yang harus berdiam diri dirumah saja. Akibatnya para

nelayan lobster melakukan tindakan kriminal kembali yaitu dengan mengekspor

benih lobster secara ilegal. Adanya pengeksporan benih lobster secara ilegal

sangat merugikan negara triliun rupiah/ tahun ekspor benih lobster dengan kode

HS 03063120 pada Januari-September 2020 mencapai 945,38 ton dengan nilai

US$19,49 juta.9

Kondisi tersebut seharusnya tidak dilakukan para nelayan lobter walaupun

dari pihak nelayan dalam kesulitan, karena secara produksi Islam seseorang harus

melakukan produksi dengan tidak melanggar etika dalam produksi yang

semestinya dilaksanakan walaupun secara hakikat aturan tersebut tidak bersifat

aturan dalam Islam. Namun mematuhi aturan dari pemimpin negara menjadi salah

satu kewajiban bagi setiap muslim yang ada di bawah pemerintahannya. Etika

produksi tersebut yaitu: tauhid, keadilan, kebajikan, kebebasan dan tanggung

jawab.10

Berdasarkan hasil pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul; “Pemahaman Nelayan

Lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue

terhadap Etika Produksi Islam”.

9
Eko Wahyuni, Naik Hampir Dua Kali Lipat, Ekspor Bneih Lobster Agustus 2020 capai
USS 6,4 Juta. Dipublikasikan pada 21 Sesptember 2020.
https://bisnis.tempo.co/read/1388665/naik-hampir-dua-kali-lipat-ekspor-benih-lobster-agustus-
2020-capai-us-64-juta/full&view=ok. Diakses pada 12 Sesptember 2020.
10
Fahrudin Sukarno, Etika produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam. (Jakarta: AlAzhar
Pres, 2010), h. 154.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut

Pantai Teluk Kabupaten Simeulue terhadap etika produksi Islam?

2. Bagaimana etika produksi para nelayan lobster di Kecamatan Simeulue

Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue ditinjau dari etika produksi Islam?

3. Apa saja kendala bagi nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai

Teluk Kabupaten Simeulue untuk menjalankan etika produksi Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk Mengetahui pemahaman nelayan lobster di Kecamatan Simeulue

Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue terhadap etika produksi Islam.

2. Untuk Mengetahui etika produksi para nelayan lobster di Kecamatan

Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue ditinjau dari etika

produksi Islam.

3. Untuk mengetahui kendala bagi nelayan lobster di Kecamatan Simeulue

Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue untuk menjalankan etika produksi

Islam.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini yaitu:


8

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan tentang kajian budidaya lobster sebagai salah

satu bagian dari ekonomi Islam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat Pesisir adalah untuk memberikan masukan dan sebagai

wadah sosialisasi antara Dinas Kelautan dan Perikanan dengan masyarakat

pesisir dalam memperoleh bantuan dari segi material maupun non materi

untuk memajukan tingkat pendapatan masyarakat pesisir khususnya

masyarakat di Teluk Pantai.

b. Bagi Pemerintah, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Simeulue

adalah sebagai sumbangan pemikiran masyarakat mengenai pemberdayaan

hasil perikanan terhadap peningkatan pendapatan. Informasi tersebut

diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemerintah dan instansi lainnya

dalam merumuskan, menerapkan kebijakan serta kepedulian terhadap

masyarakat pesisir dalam pola pemberdayaan perikanan mereka

c. Bagi Pihak Lain. Dapat dijadikan bahan referensi dalam membuat karya

Ilmiah atau penelitian selanjutnya dan sebagai sumber informasi bagi

pihak yang berkepentingan.

E. Definisi Operasional

Mengingat judul penelitian ini menimbulkan polemik atau penafsiran yang

bermacam-macam, berikut peneliti mendefinisikan judul sesuai dengan variabel

judul.
9

1. Etika Produksi Islam

Etika produksi Islam yang peneliti maksud dalam penelitian ini yaitu

mematuhi setiap etika yang ada dalam sebuah produksi antara lain yaitu prinsip

tauhid, keadilan, kebajikan, kebebasan dan tanggung jawab dalam produksi

budiaya lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue.

2. Kegiatan Budidaya Lobster

Kegiatan budidaya lobster yang peneliti maksud dalam penelitian ini

adalah pengelolaan dengan cara mengatur setiap aspek yang berpengaruh di

dalamnya khususnya dlam melakukan budidaya lobster yaitu perkembang biakan

lobster dalam bentuk perikanan, sehingga masyarakat tidak lagi menghabiskan

waktu mereka untuk menangkapnya di laut, namun lebih memudahkan jika

melakukan budidaya lobster di bagian pesisir pantai.

F. Kajian Terdahulu

Sejauh pencaharian peneliti melalui database, melalui digital, dan secara

manual serta dilanjutkan penelusuran keperpustakaan, dan internet peneliti

menemukan beberapa kajian terdahulu yang bisa penulis kaji, antara lain:

1. Jurnal dari Anita Ramadhani (2017), dengan judul “Pemberdayaan hasil

Perikanan masyarakat pesisir Pantai Jakat Dalam meningkatkan

pendapatan perspektif Ekonomi Islam”. Tujuan penelitian untuk

mengetahui pola pemberdayaan masyarakat pesisir Pantai Jakat dalam

perspektif Ekonomi Islam. Jenis pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Informan terdiri dari nelayan pada Kelompok Usaha Bersama

(KUB) dan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan kota Bengkulu. Teknik
10

analisis data meliputi reduksi data, display data dan verifikasi data. Hasil

kesimpulan penelitian, Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir (PEMP) di Pantai Jakat melalui dana PUMP dalam fiqih ekonomi

Islam merupakan bentuk kerjasama mudharabah mutlaqah. Penerapan

pemberdayaan tergolong efektif dan sesuai prinsip ekonomi Islam yaitu

kepemilikan, keseimbangan dan keadilan. Pemberdayaan tersebut juga

sesuai dengan tiga kompleks pemberdayaan umat yaitu kompleks

ruhaniah, intelektual dan ekonomi.11

2. Selanjutnya hasil penelitian Taufik Hidayat (2019) dengan judul “ Analisis

Konstribusi Budidaya kerang Hijau terhadap Pendapatan Masyarakat

Perspektif Ekonomi Islam (studi di Pulau Pasaran Kelurahan Kota

Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung”. Jenis

dari penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field research)

dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunkan

metode kualitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 responden

yaitu petani kerang hijau di Pulau Pasaran. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan

untuk menganalisis data dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas

dalam analisis data yaitu mereduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya

kontribusi budidaya kerang hijau adalah sebesar 32% dan termasuk dalam
11
Ramadhani, Pemberdayaan hasil Perikanan masyarakat pesisir Pantai Jakat Dalam
meningkatkan pendapatan perspektif Ekonomi Islam. Prodi Syariah, Fakultas ekonomi dan Bisnis
islam IAIN Bnegkulu, 2017.
11

kategori kontribusi yang rendah. Berdasarkan temuan dilapangan, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: rendahnya tingkat pendidikan

petani, budidaya yang masih tradisional, lokasi kerangka budidaya dan

dalam menjalankan budidaya kerang hijau ini, petani masih sendiri-sendiri

belum berkelompok. Ditinjau dari perspektif Ekonomi Islami, masyarakat

Pulau Pasaran dalam hal menjalankan pekerjaannya yaitu budidaya kerang

hijau di pulau Pasaran ini tetap taat pada aturan-aturan yang ada menurut

Islam serta memenuhi kebutuhannya menurut Islam dan tetap mengikuti

syariat- syariat Islam.12

3. Skripsi Yana Lestari, dengan judul “Analisis Pendapatan masyarakat

Pesisir Melalui Budidaya Lobster (Penulirus sp) pada fase pembesaran di

Desa Tanjung Luar kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan masyarakat pesisir

melalui budidaya lobster (Panulirus sp.) pada fase pembesaran di Desa

Tanjung Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2019 di Desa

Tanjung Luar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

melibatkan sampel sebanyak 30 responden. Hasil penelitian menunjukan

bahwa pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan

bersih yang diperoleh dari pengurangan nilai produksi/pendapatan kotor

yang diterima oleh pengusaha budidaya lobster dengan total biaya

12
Taufik Hidayat, Analisis Konstribusi Budidaya kerang Hijau terhadap Pendapatan
Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam (studi di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang
Kecamatan Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lmapung, 2019.
12

produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya lobster. Pendapatan

usaha budidaya lobster di Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak per

periode adalah rata-rata sebesar Rp 46.699.667.13

4. Hasil penelitian Armen Zulham dan Zahri Nasution (2016) dengan judul

“Bisnis Lobster di Simeulue: Keragaan Perdagangaan dan Kabijakan

Inovasi Budidaya”. Lobster merupakan salah satu komoditas penopang

ekonomi rumah tangga perikanan di Simeulue. Disparitas harga Lobster

antara Simeulue dan Jakarta mendorong dinamika eksploitasi populasi

Lobster di Simeulue. Manfaat ekonomi dari dinamika itu yang diperoleh

Nelayan dan Pedagang Pengumpul di Simeulue masing-masing sekitar

19% dari total nilai transaksi Rp. 914,1 Juta setiap bulan. Oleh sebab itu,

keberlanjutan usaha dan inovasi budidaya Lobster menjadi fokus dari

tulisan ini. Informasi bisnis Lobster diperoleh dari hasil survey pada bulan

April 2016. Survey dilakukan pada 15 Pedagang Pengumpul di Teupah

Selatan dan 3 Pedagang Besar (antar pulau) di Sinabang dan Teluk Dalam.

Informasi tambahan diperoleh melalui diskusi dengan para pemangku

kepentingan sampai bulan Oktober 2016. Hasil penelitian ini

menunjukkan: penangkapan Lobster ukuran karapas < 8 Cm (< 2 gram)

dan bertelur masih tetap ditemukan. Suplai Lobster asal Simeulue ke pasar

tujuan sekitar 2,4 Ton per Bulan dan kemampuan suplai itu terus menurun

13
Yana Lestari, Analisis Pendapatan masyarakat Pesisir Melalui Budidaya Lobster
(Penulirus sp) pada fase pembesaran di Desa Tanjung Luar kecamatan Keruak Kabupaten
Lombok Timur. Prodi Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas
Gunung Rinjani Selong, 2019.
13

dari Januari 2016 sampai Juli 2016. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan

untuk memacu produksi Lobster tersebut.14

5. Hasil penelitian Martahadi (2017) dengan judul “ Potensi Ekonomi

Perikanan dan Kontribusinya Terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Simeulue”. Kabupaten Simeulue merupakan salah satu

kabupaten kepulauan di Provinsi Aceh. Kabupaten yang beradadi Pulau

Simeulue tersebutdiapit oleh Samudera Indonesia. Artikel ini bertujuan

untuk memaparkan potensi ekonomi perikanan dan kontribusinya terhadap

Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simeulu.Berdasarkan

hasil kajian, di Kabupaten Simeulueterdapat banyak potensi perikanan

tangkap laut dan budidaya.Selama kurun waktu 2010-2016, Sub kategori

Perikanan telah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap

perekonomian Kabupaten Simeulu15.

6. Hasil penelitian Riesti Triyanti dan Risna Yusuf (2015) dengan judul “

Analisis Manajemen Rantai Pasok Lobster (Studi Kasus di Kabupaten

Simeulue, Aceh)”. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode

kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rantai pasok lobster di

Kabupaten Simeulue yang meliputi interaksi sosial ekonomi dan

kontribusi antar pelaku usaha yang terlibat. Permasalahan yang terjadi

adalah makin menurunnya volume lobster yang di pasok, adanya monopoli

14
Armen Zulham dan Zahri Nasution, Bisnis Lobster di Simeulue: Keragaan
Perdagangaan dan Kabijakan Inovasi Budidaya. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, 2016.
15
Martahadi, Potensi Ekonomi Perikanan dan Kontribusinya Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Simeulue. Prodi Ekonomi Pembagunan, Fakultas Ekonomi Universitas
Samudera, 2017, vol. 1.
14

harga oleh eksportir, aksesilibitas pasar yang terbatas pada produsen,

penerapan teknologi (penyimpanan dan pengiriman) hanya pada eksportir,

dan belum adanya kelembagaan keuangan formal yang menjamin harga

lobster lebih tinggi. Manajemen rantai pasok lobster dapat menjadi bahan

kebijakan untuk pemerintah daerah Kabupaten Simeulue dalam

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan maupun pembudidaya

lobster.16

7. Jurnal dari T. Amarullah, dkk (2020) dengan judul “strategi Peningkatan

Pendpatan Nelayan Skala Kecil Berkelanjutan Mlelaui Pemanfaatan

Potensi Gurita di Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh)”. Kepulauan

Simeulue merupakan kawasan terjauh di Indonesia Barat yang memiliki

potensi perikanan dan perikanan bidang ilmu kelautan. Salah satu sumber

daya laut dari Pulau Simeulue adalah Gurita. Harga gurita di pasaran

cukup prospektif dibandingkan komoditas perikanan lainnya. Namun,

kami tidak memiliki strategi untuk meningkatkan keberlanjutan Octopus.

Demikianlah penelitian tentang sosial ekonomi sangat penting. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui meningkatkan strategi

keberlanjutan nelayan skala kecil melalui pemanfaatan Potensi Gurita di

Pulau Simeulue. Metode penelitian dengan menggunakan metode

deskriptif dengan Metode pengambilan sampel yang digunakan accidental

sampling. Selanjutnya sampel tersebut adalah dianalisis dengan

menggunakan Analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


16
Riesti Triyanti dan Risna Yusuf, Analisis Manajemen Rantai Pasok Lobster (Studi Kasus
di Kabupaten Simeulue, Aceh), Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
2015.
15

faktor internal dalam penelitian kami adalah keteguhan dalam sistem

operasional penangkapan dengan nilai sebesar 0,58. Apalagi kelemahan

tersebut menimbulkan kurangnya perhatian dari kelembagaan sebesar

0,31. Di luar Faktor peluang sumber daya perikanan sangat melimpah

sebesar 0,61.17

Berdasarkan kajian terdahulu maka terdapat perbedaan yang jelas akan

penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu dalam budidaya lobster yang

dikaji sesuai dengan ekonomi syariah, dalam hal ini budidaya yang dilakukan

selama ini apakah sesuai dengan etika produksi islam sehingga hasil produksi

halal dimakan maupun dikonsumsi oleh masyarakat secara luas, walaupun

memiliki persamaan dalam objek penelitian yaitu budidaya lobster.

17
T. Amarullah, dkk, strategi Peningkatan Pendpatan Nelayan Skala Kecil Berkelanjutan
Mlelaui Pemanfaatan Potensi Gurita di Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh). Prodi Perikanan dan
Ilmu Kleautan, Jurnal Volume 7, 2020.
BAB II

LANDASAN TEORITI S

A. Budidaya Lobster

1. Pengertian Budidaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budidaya adalah usaha yang

bermanfaat dan memberi hasil. Suatu sistem yang digunakan untuk memproduksi

sesuatu dibawah kondisi buatan.1 Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan

dan pengembangbiakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan

disebut juga sebagai budidaya Perairan atau akuakultur mengingat organisme air

yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain

seperti tumbuhan air, udang maupun kerang.2

Berdasarkan beberapa pengertian budidaya di atas dapat disimpulkan

bahwa budidaya adalah suatu usaha atau tindakan terencana dimana menjaga,

memelihara dan mengembangakan sesuatu sumberdaya hayati yang dilakukan

pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat atau hasilnya mulai dari

pembenihan sampai pemungutan/pemanenan dibawah kondisi buatan.

2. Cara Budidaya Lobster

Kegiatan budidaya lobster pada dasarnya terdiri atas: penangkapan benih

lobster, produksi tokolan lobster, dan pembesaran lobster yang masing-masing

merupakan segmen usaha tersendiri. Penangkapan benih lobster dilakukan dengan

metode seperti: jaring yang dilengkapi dengan lampu; perangkap dari karang dan
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002).h,121
2
Indonesia, Undang-Undang tentang Perikanan,UU No. 31 Tahun 2004. LN 25

16
17

karet; serta menyelam dan menangkap. Produksi tokolan lobster dilakukan dalam

keramba jaring apung dan keramba jaring tancap. Pembesaran lobster dapat

dilakukan dalam keramba jaring apung, keramba jaring tancap, dan bak beton

Pakan yang digunakan dalam produksi tokolan dan pembesaran lobster

adalah berupa udang, kerang, tiram, cumi-cumi, dan ikan rucah, di mana sebagian

besar dari pakan tersebut digunakan ikan rucah terutama pada pembesaran lobster.

Sebagai akibat penggunaan pakan tersebut dan peningkatan jumlah keramba

jaring apung yang cukup signifikan berdampak pada penurunan kualitas perairan

yang memicu berkembangngya penyakit susu sehingga terjadi penurunan

produksi. Hal ini juga memengaruhi kuantitas dan kualitas benih lobster yang juga

cenderung mulai menurun.

3. Pengertian Lobster

Lobster (Panulirus sp.) adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea

atau udang –udangan memiliki kulit keras dan tergolong dalam kelompok

arthropoda. Memiliki lima fase hidup mulai dari proses produksi sperma telur,

kemudian fase atau larva, post larva, juvenil dan dewasa. Lobster termasuk hewan

nokturnal yang aktif pada malam hari, pada waktu siang hari lebih suka berdiam

pada lubang-lubang karang dan nanti pada malam hari keluar dari

persembunyiannya untuk mencari makan di sekitar karang yang lebih dangkal

pada waktu air pasang. Lobster laut tinggal di daerah perairan yang berbatu,
18

berkarang dan berpasir. Banyaknya batu karang akan membantu lobster untuk

bersembunyi.3

Tempat tinggal yang strategis bagi kelangsungan hidup mereka adalah

batu karang yang banyak lubangnya dimana mereka bisa bersembunyi di

dalamnya. Hampir semua perairan di dunia menjadi habitat penyebaran hewan

crustacea ini. Lobster di alam liar termasuk hewan yang memiliki pola makan

omnivora atau pemakan segalanya, memakan ikan kecil, berbagai jenis moluska

kecil dan udang- udang kecil lain serta makan ganggang serta tanaman laut.

Dalam mencari makanan ia berjalan di dasar perairan laut dengan menggunakan

kaki-kakinya serta berburu dengan menggunakan capit yang juga berfungsi

sebagai tangan juga.

4. Cara Menangkap Lobster

Umumnya alat tangkap yang biasa dipakai untuk menangkap lobster

adalah alat tangkap yang bersifat aktif seperti jerat atau menangkap langsung

dengan sambil menyelam. Ada juga alat tangkap yang bersifat pasif seperti:

krendet, bubu dan trammel net (jaring tiga lapis). Masing-maisng alat tangkap

lobster mmepuntai kelebihan dan kekurangan sendiri.4

a. Bubu Lipat (Badong)

Prinsip penangkapan dengan cara memancing lobster untuk ke

dalam bubu yang diberi umpan daN lobster terjebak di dalamnya. Bubu

lipat yang bisa digunakan berbentuk persegi panjang atau oval. Bubu

3
Yana Lestari, Analsiis Pendapatan Masyarakat Pesisir Melalui Budidaya Lobster
(penulirus sp) pada Fase Pembesaran di Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak Kabupaten
Lombok Timur. Prodi Pemnafaata Sumber Daya perikanan, Fakultas Perikan Universitas Gunung
Rinjani Selong, 2019, h. 6.
4
Ibid…, h. 15
19

lipat merupakan jenis bubu yang mudah ditemukan dipasaran, sehingg

desai bubu lipat sudah cenderung seragam, namun bisa juga dibuat

sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan.

Kelebihan bubu yaitu dapat menangkap lobster dengan jumlah

lebih dari krendet karena mempunyai ruang perangkap yang lebih besar

dark rendet. Sedangkan kekurangannya membutuhkan tempat yang

lebih besar saat berada di perahu, biaya pembuatannya lebih mahal dari

krendet. Apabila bubu tersangkut atau tali pelampuangnya putus dapat

mengakibatkan ghost fishing dan sampah.

Kelebihan jerat atau menangkap pakai tangan dengan menyelam

yaitu lebih selektif dari segi hasil tangkapan, sedangkan kelemahan

dapat mengancam kesehatan penangkap saat menyelam bila tidak

dilakukan dengan standar penyelaman yang baik. Contohnya menyelam

dengan kompresor tanpa saingan udara.

Bubu lipat menggunakan umpan berupa ikan demersa ukuran

kecil atau ikan jenis lainnya yang telah dipotong-potong kecil. Dalam

satu armada terdapat 20-25 bubu lipat. Setiap bubu dilengkapi dengan

pelampung tanda agar memudahkan proses pencairan dan dioperasikan

di wilayah sekitar terumbu karang.5

Pemasangan bubu lipat dilakukan saat sore hari mengingat sifat

lobster yang aktif pada malam hari dan penarikan bubu dilakukan pada

pagi hari atau sekitar 14-15 jam setelah pemasangan. Metode

5
Ibid…, h. 17.
20

pengoperasian pemasangan umpan dipasang pada alat tangkap bubu,

meletakkan bubu di lokasi penangkapan, kemudian keesekoan harinya

mengangkat bubu satu demi satu, mengeluarkan lobster dari dalm bubu,

hasil tangkap diletakkan pada wadah khusus yang diberi serbuk gergaji

atau pasir di atas, kapal yang tidak terkena sinar matahari.

b. Krendet

Prinsip penangkapan dengan krendet adalah dengan cara lobster

masuk ke dalam kernet menggunakan umpan llau membelit tubuh

lobster sehingga tidak bisa bergerak bebas. Badan krendet berbentuk

jaring dan terbuat dari monofilamen dengan ukuran mata jaring 5,5 inci,

berfungsi untuk menjerat lobster dan tempat pemasangan umpan.

Rangka krendet terbuat dari besi berbentuk lingkaran dengan diameter 1

meter, berfungsi untuk membentuk alat tangkap. Tali pelampung

tersebut dari tali polysthilen diameter 6 mm dengan panjang sekitar 15

meter atau disesuaikan dengan kedalam parairan. Pelampung terbuat

dari bahan yang mudah mengampung dna berfungsi sebagai penandaan

lokasi krendet dan membantu mempertahankan posisi krendet.

Kelebihan krendet yaitu biaya pembuatannya lebih murah tidak

terlalu susah untuk dibawa, sedangkan kelemahan lobster yang

ditangkap lebih sedikit daripada bubu karena bentuknya yang lebih

kecil, dapat merusak habitat bila tertinggal atau tersangkut dan diangkat

dari perairan, karena berakibat ghost fishing dan sampah.

c. Handpicking (Caduk dan Jerat)


21

Nelayan menangkap lobster dengan cara memacing lobster

keluar dari karang, yaitu dengan cara menyinari lobster dengan cahaya

senter lalu ditangkap menggunakan tangan langsung atau dengan

bantuan caduk atau jerat.

Penangkapan dapat dilakukan sepanjang hari, namun

penangkapan terbaik pada saat malam hari, karen alobster bersifat

nokturnal. Menggunakan alat bantu pernafasan (tidak disarankan untuk

menggunakan kompresor ban), jika masih menggunakan kompresor ban

sebaiknya ditambahkan alat penyaring udara yang dapat memfilet udara

yang dihirup oleh nelayan dari dalam kompresor, sesuai standar

penyelaman yang sehat.

d. Trammel net (Jaring Tiga Lapis)

Umumnya alat tangkap yang digunakan nelayan penangkap

lobster di daerah pengandaraan adalah alat tangkap gillnet

monofilamen, gillnet atau jaring sirang ini dapat digunakan untuk

menangkap ikan maupun lobster. Ukuran mata jaringnya yang

digunakan untuk mennagkap lobster adalah 2-5 inci.

Metode pengoperasiannya yaitu:

1) Penurunan jaring dilakukan segera setelahs ampai dilokasi

penangkapan yang dipilih.

2) Urutan setting dimulai dengan penurunan pelampung tanda, tali

selambar, batu pemberat, badan jaring bautu pemberat 2, selambar,

batu pemberat 2, selambar belakang dan terakhir pelampung tanda.


22

3) Penurunan jaring dapat dilakukan oleh dua orang nelayan. Nelayan

biasanya akan kembali ke fishing base setelah setting dan akan

kembali keesokan barinya untuk mengangkat jaring.

4) Pengangkatan jaring dilakukan dengan cara menarik jaring melalui

tali ris atas dan tali ris bawah. Hasil tangkapan dilepaskan dari

jaring bersamaan dengan penarikan jaring ke atas perahu.

Kelebihan trammel net yaitu dapat menangkap lobster dengan

jumlah yang lumayan besar karena jaring yang digunakan panjang

membentang, sedangkan kekurangannya yaitu kurang selektif dalam

menangkap karena bukan hanya lobster yang tertangkap tetapi biota

lainnya juga, seperti ikan karang, udang dll. Juga berakibat buruk bagi

habitat apabila tertinggal di perairan karena menyebbakan ghost fishing.

5. Jenis-Jenis Lobster

Lobster yang berada di perairan sekitar kabupaten Simeulue merupakan

salah satu bagian dari empat family lobster yang tersebar di berbagai belahan

dunia yaitu famili Paniluridae yang diseluruh dunia terdapat 49 spesies.

Dikabupaten Simeulue sendiri terdapat enam spesies yakni p.versicolor

P.longipes, P. ornatus, P. homarus, P. panixilatus dan P. femoritiga. Taksonomi

dan gambaran morfologi jenis lobster di Perairan Simeulue adalah sebagai

berikut:

Filum : Arthrophoda

Subfiilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca
23

Bangsa : Decaphoda

Suku : Palinuridae

Genus : Panulirus

Species : P. versicolor, P.logipes, P. homarus.6

Lobster yang secara dominan menghuni Samudera Pasifik ada tiga jenis

yaitu p.versicolor P. ornatus, P. panixilatus. Sedangkan lobster yang menyebar di

perairan Simeulue di kenal dengan nama lokas “lahok” atau “Lahuak” yang setiap

spesiesnya berbeda-beda berdasarkan informasi yang diperoleh dari nelayan

setempat. Penyebutan p.versicolor adalah lobster bambu/lahok bulu, P.logipes

disebut lobster batik/lahok bintang bintik. P. ornatus disebut lobater

mutiara/lahok maradona, P. homarus disebut lobster pasih/lahok lumut, P.

panixilatus disebut lobster batu/lahok batu.

Habiat hidup masing-amsing spesies lobster adalah sebagai berikut:7

a. P. Homarus mendiami perairan dangkal sampai kedalam belasan meter

dan tinggal dilubang-lubang bantuan granit dan vulkanik. Lobster muda

mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kekeruhan sedangkan

yang dewasa lebih menyukai perairan yang cerah.

b. P. Penicillatus mendiami perairan dangkal disebelah luar terumbu karang

yaitu bagian yang selalu terkena hampasan ombak. Spesies ini suka

berlindung di bebatuan dna tidak menyukai perairan yang mempunyai

gangguan dan kekeruhan akibat pasir laut.

6
Ibid…, h. 11.
7
Ibid…, h. 13-14.
24

c. P longipes terdapat di perairan jernih di daerah karang dengan

kedalaman lebih 18 meter sampai perairan dangkal (1m) di pangkalan

Durbor, Australia. Sedangkan di perairan selatan Jawa spesies ini

mendiami tempat yang sedikit terlindungi dan menyukai perairan

oseanik. Spesies ini tinggal di lubang-lubang batu atau karang dan naik

pada malam hari ke tubir untuk mencari makan.

d. P. Polyphagus mendiami perairan yang keruh dimana sering ditemukan

pada dasar laut yang berlumpur dan hidup di perairan agak dalam.

e. P. Versicolor tidak mendiami daerah perairan yang keruh dna menyukai

daerah pasang surut yang kuat. Spesies ini juga ditemykan di terumbu

karang sampai kedalaman beberapa meter dan mendiami tempat-tempat

terlindung diantara bebatuan karang. Spesies ini jarang terlihat dalam

kelompok yang banyak.

f. P. Ornatus terdapat di dasar perairan yang berlumpur dan keruh. Spesies

ini terdapat di perairan terumbu karang yang agak dangkal dan juga

ditemukan pada perairan yang sedikit keruh sedangkan di daerah

berkarang tidak dapat tumbuh dengan baik.

B. Etika Produksi Islam

1. Pengertian Etika

Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani “ethikos” mempunya

beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus
25

mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-

lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral.8

Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak

adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang

seharusnya dilakukan oleh manusia kepada manusia yang lainnya, menyatakan

tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan

jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.9 Bisnis adalah pertukaran

barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat

kepada seluruh pelaku bisnis yang ada didunia. Menurut arti dasarnya, bisnis

memiliki makna sebagai “ the buying and selling of goods and service”, bisnis

berlangsung karena adanya kebergantungan antaran individual, adanya peluang

internasional, usaha untuk meningkatkan standar hidup dan sebagainya. Bisnis

dilakukan dengan bertujuan mendapatkan keuntungan (profit), mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan sosial, dan tanggung jawab

sosial.10

Tujuan etika adalah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun

kelompok. Tujuan etika yang dimaksud merupakan tujuan akhir dari setiap

aktivitas manusia dalam hidup dan kehidupannya yaitu untuk mewujudkan

kebahagiaan. Tujuan utama etika yaitu untuk menemukan, menentukan,

membatasi, dan membenarkan kewajiban, hak, cita-cita moral dari individu dan

masyarakat, baik masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat profesi.

8
Sofyan s. Harahap, Etika Bisnis dalam perspektif Islam, (Jakarta: Salemba, 2011), h. 58.
9
Ahmad Mustaq, Etika Binis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,2011), h.15.
10
Ika yunia Fauziah, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kecana, 2013), h. 3
26

Al-Ghazali menyebutkan ketinggian akhlak (etika) merupakan kebaikan

tertinggi. Kebaikan-kebaikan dalam kehidupan semuanya bersumber pada empat

hal: 11

a. Kebaikan jiwa, yaitu ilmu, bijaksana, suci diri, berani dan adil.

b. Kebaikan dan keutamaan badan. Ada empat macam, yakni, sehat, kuat,

tampan, dan usia panjang.

c. Kebaikan eksternal, juga ada empat macam, yaitu harta, keluarga,

pangkat, dan nama baik.

d. Kebaikan bimbingan, juga ada empat macam, petunjuk Allah,

bimbingan Allah, pelurusan dan penguatan.

Jadi menurut Al-Ghazali tujuan etika diharapkan untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya.

Mohammad Muslih di dalam bukunya Pengantar Ilmu Filsafat. Tujuan

etika menghendaki supaya manusia melakukan tindakan baik itu dengan

kesadaran dan kepahamannya. Sadar dan paham atas apa yang dilakukannya, dan

atas apa konsekuensi perbuatan itu jika benar-benar dilakukannya.12

Berbeda dangan ajaran moral, etika tidak dimaksudkan untuk secara

langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran

kritis sistemasit tentang moralita. Ada empat alasan mengapa di zaman ini kita

samakin memerkulan etika

11
Istigfarotul Rahmaniyah, Pendidikan Etika, (Malang: UIN-Maliki Press, 2017), h. 62.
12
Mohammad Muslih, Pengantar Ilmu Filsafat, (Ponorogo: Darussalam University Press,
2018), h. 74.
27

a. Kita hidup dalam masyarakat yang samakin pluralistik, juga dalam

bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang dari suku,

agama, daerah yang berbeda-beda.

b. Kita hidup dalam masa trasformasi masyarakat yang tanpa tanding.

Perubahan itu terjadi dibawah hantaman kekuatan yang mengenai

semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi.

c. Tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral

yang kita alami ini dipergunakan oleh berbagai pihak untuk

memancing dalam air keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi

mereka sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup

untuk menghadapi ideologi-ideologi itu dengan kritis dan objektif dan

untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita terlalu muda terpancing.

d. Etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu pihak menemukan

dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka dilain

pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak

menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang

berubah itu.13

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diketahui bahwa etika berfungsi

untuk membantu manusia mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan

dengan moralitas yang membingungkan. Sehingga dengan etika yang baik akan

terbentuk kepribadian yang baik pula dengan sama manusia, makhluk lain dan

juga dengan sang pencipta.

13
Franz Magniz, Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,
(Yogyakarta: Kanisius, 2017) h. 15
28

Jika pengertian etika dan moral dihubungkan satu sama lain kita dapat

mengatakan bahwa etika dan moral memiliki objek yang sama. Namun demikian

dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki suatu perbedaan. 14 Pertama,

etika, untuk menentukan suatu nilai perbuatan manusia baik dan buruk

menggunakan tolak ukur akal fikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukur yang

digunakan adalah norma-norma yang ada. Dengan demikian dapat kita pahami

bahwa etika lebih bersifat filosofis dan berada di dalam dataran konsep-konsep,

sedangkan moral berada didalam suatu dataran realitas yang muncul dalam

tingkah luku masyarakat. Dengan demikian, tolak ukur yang digunakan moral

untuk mengukur tingkah laku baik buruk seseorang adalah adat istiadat, kebiasaan

dan lainnya yang berlaku di masyarakat.15

Kedua, kesadaran moral berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu

perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang

objektif dan dapat diperlakukan secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku

pada setiap waktu dan tempat bagi setaip orang yang berada dalam siatusi yang

sejenis.

Ketiga, Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Atas

kesadaran moralnya seseorang bebas untuk menaatinya. Seseorang bebas

menentukan suatu perilaku dan dalam penentuan itu sekaligus terpampang nilai

manusia itu sendiri.

14
Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016). h. 263
15
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h.
78.
29

Dalam dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh

perlakuan tidak jujur dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika

dilandasi dengan moral tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan

menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri.16

Allah berfirman dalam surat An- Nisa’ ayat 29, yaitu:

          

              

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. 17

Manusia mengerti apa yang baik dan apa yang buruk dan ia dapat

membedakan antara kedua pengertian itu, dan selanjutnya, mengamalkannya

adalah suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Pengertian itu tidak dicapai

melalui pengalaman, tetapi telah ada padanya sebelum ia mengalami, yaitu sejak

ia berada dalam kandungan ibu. Ketika itu, Tuhan memberikan pengertian

tersebut kepadanya.18 Jadi, pengertian baik-buruk merupakan tanggapan

pembawaan manusia. Ia telah ada secara apriori pada diri manusia.

Hal ini dengan firman Allah dalam surat Al-maidah (5) ayat 1 seperti

tertera diatas,selain itu terdapat pula dalam surat QS. Al-Isra (17) ayat 34:

16
Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis islam, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 64
17
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-syifa, 1998 ), cet.
ke-1, h.67
18
Muhammad Alfan, pengantar Filsafat Nilai, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h. 45.
30

               

   


Artinya : “dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;
Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.
Al-Isra (17):34). 19
Dalam Islam konsep dan perdagangan harus di landasi oleh nilai-nilai dan

etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang menjunjung tinggi tentang

kejujuran dan keadilan. Fakta menunjukkan bahwa Rasullullah SAW telah banyak

memberikan contoh dalam melakukan perdagangan secara adil dan jujur. Prinsip

dasar yang di terapkan Rasullullah SAW adalah berkaitan dengan mekanisme

pasar dalam perdagangan, kedua belah pihak dapat saling menjual dan membeli

barang secara ikhlas artinya tidak ada campur tangan serta intervensi pihak lain

dalam menentukan harga barang.

2. Pengertian Produksi dalam Islam

Produksi dalam persepektif islam adalah sebagai usaha manusia untuk

memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai

sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam,

yaitu kebahagiaan dunia akhirat. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan

dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan

mashlahah bagi manusia. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek tujuan

19
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-syifa, 1998 ), cet.
ke-1, h.156
31

kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses

dan hasilnya.20

Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang

dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara

mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga

menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas

produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.

3. Prinsip Produksi dalam Islam

Secara teknis, produksi adalah proses mentransformasikan input menjadi

output. M.N Siddiqi berpendapat, bahwa produksi merupakan penyediaan barang

dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan bagi

masyarakat.21 Pada dasarnya prinsip kegiatan produksi seluruhnya terkait dengan

Syari’at Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari

konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari fallah

(kebahagian) dengan demikian pula produksi dilakukan untuk menyediakan

barang dan jasa guna memperoleh fallah tersebut.22

Islam memberikan ajaran mengenai prinsip-prinsip produksi, sebagai

berikut:

a. Tugas manusia dibumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan

bumi dengan ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit

20
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali, 2013), h. 230-231
21
Ibid…, h. 230.
22
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.
102.
32

beserta segala apa yang ada diantara keduanya karena sifat Rahmaan

dan Rahiim-Nya kepada manusia, akan tetapi tuhan tidak

membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan

dalam arti melepaskan dirinya dari Al-Qur’an dan Hadist. Produksi

dalam ekonomi Islam adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan

manusia untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan

cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah

SWT sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Hal ini dapat dijelaskan dalam semua aktifitas produksi

barang dan jasa yang dilakukan seorang muslim untuk memperbaiki

apa yang dimilikinya, baik berupa sumber daya alam dan harta dan

dipersiapkan untuk bisa dimanfaatkan oleh pelakunya atau oleh umat

Islam.

b. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Islam membuka

lebar penggunaan metode ilmiah yang di dasarkan pada penelitian,

eksperimen, dan perhitungan.

c. Teknik produksi di serahkan kepada keinginan dan kemampuan

manusia.

d. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama islam

menyukai kemudahan, menghindari mudharat dan menghasilkan

manfaat.
33

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi, antara lain:23

a. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan

produksi. Islam dengan tugas mengklaifikasikan barang-barang atau

komuditas ke dalam kategori.

b. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi,

memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.

c. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan

masyarakat serta mencapai kemakmuran kebutuhan yang dipenuhi

harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait

dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah atau agama, terpiliharanya

nyawa, akal dan keturunan atau kehormatan, serta untuk kemakmuran

material.

d. Tujuan produksi dalam islam dilakukan untuk kemandirian umat,

untuk itu hendaknya umat memiliki kemampuan, keahlian, dan

prasarana yang memungkinkan terpenuhnya kebutuhan

pengembangan peradaban.

e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual

maupun mental dan fisik. Dengan demikian kualitas spiritual terkait

dengan kesadaran rohaninya, kualitas mental terkait dengan etos kerja,

intelektual, kreaktifitasnya, serta fisik menyangkut kekuatan fisik,

kesehatan efisiensi, dan sebagainya.

23
Mustofa Edwin Nasution, Analisis Teori Produksi Dalam Ekonomi Islam dan
Konvensional, (Skripsi Program Sarjana Ekonomi Islam IAIN, Lampung, 2011), h. 14.
34

4. Prinsip-Prinsip Etika Produksi dalam Islam

Adapun prinsip etika produksi dalam Islam antara lain yaitu:

a. Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid adalah ajaran fundamental Islam. Prinsip ini mengatakan

bahwa produsen melangsungkan kegiatannya karena ketundukannya pada Allah

SWT dan termotivasi beribadah kepada-Nya. Berdasarkan prinsip ini Allah SWT

menetapkan batasan, aturan dan hukum atas aktivitas produksi yang dilakukan

manusia, menegaskan kewajiban mereka pada Allah SWT. Implementasi dari

prinsip tauhid dalam kegiatan produksi terwujud dari produksi yang dihasilkan

berupa produk produk yang halalan toyiban dan terhindar dari unsur ribawi,

gharar, maisir atau riswah.24

Implementasi prinsip tauhid ini dapat dilakukan melalui:

1) Produsen tidak hanya mencari keuntungan semata melainkan juga

memperoleh profit ibadah, memberikan manfaat bagi orang lain, dan

mengaktualisasikan kemampuannya sebagai hamba Allah SWT\

2) Motivasi beribadah memberikan sebanyak mungkin manfaat kepada

konsumen.

3) Memproduksi barang dan jasa yang halal dan baik.

4) Menyusun tata kelola perusahaan yang baik agar menghasilkan

pertumbuhan dan kesinambungan usaha secara sehat.

24
Fahrudin Sukarno, Etika produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam. (Jakarta: AlAzhar
Pres, 2010), h. 158.
35

5) Menjalankan mekanisme produksi dengan asas efektif dan efisien, melalui

analisis kelayakan usaha, manajemen risiko, analisis bisnis dan lain

sebagainya.

6) Membayar zakat, sedekah, dan infak baik oleh produsen maupun

karyawan dalam berbagai jenjang.

7) Melaksanakan program CSR dan program kemanusiaan lainnya yang

berguna stakeholder perusahaan termasuk masyarakat sekitar

8) Memperlakukan karyawan dan stakeholder lainnya secara adil dan

proporsional.25

b. Prinsip Kemanusiaan

Prinsip kemanusiaan merujuk pada urgensi pembahasan eksistensi

manusia dalam islam sebagai hamba Allah dan wakil-Nya di muka bumi. .

identitas manusia ini menjadi penting karena kehidupan dunia diperuntukkan bagi

manusia sebagai ajang untuk menguji coba tingkat keimanan dan ketakwaannya

kepada sang khalik.

Prinsip kemanusiannya adalah (a) kewajiban manusia untuk menyembah

Allah SWT dan memakmurkan bumi adanya perbedaan kapasitas dan kemampuan

di antara manusia dimana perbedaan itu menjadi ujian untuk meningkatkan

kemakmuran masyarakat. Dengan prinsip ini maka kegiatan produksi tidak

semata-mata berkaitan dengan kegiatan ekonomi tapi juga bentuk pengabdian atau

penyembahan manusia kepada Allah SWT serta relasi antar manusia dengan alam.

25
Fahrudin Sukarno, Etika Produksi Perspektif Agama Islam, di edit dalam Dewan
Pengurus Nasional Fordeby dan Adesy, Ekonomi Dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi
Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2016), h. 267.
36

Di samping itu ada tugas kolektif manusia untuk saling membantu atau bekerja

sama berlandaskan perbedaan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing.

Implementasi kegiatan produksi pada prinsip ini, dimana semua manusia

mempunyai hak untuk mengaktualisasikan kemampuan produktifnya untuk

meningkatkan kapasitas kesejahteraannya.26 Adapun implementasi pada prinsip

ini adalah:

1) Memberi kesempatan yang luas bagi setiap manusia untuk

mengaktualisasikan kemampuan ekonominya.

2) Seorang produsen memproduksi barang dan jasa berdasarkan kategori

kebutuhan manusia untuk memudahkan kehidupan di dunia.

3) Memaksimalkan keuntungan harus disertai upaya memaksimalkan

social return terutama bagi kelompok yang membutuhkan.

4) Larangan memproduksi barang dan jasa yang menimbulkan mudharat,

haram dan menghancurkan keluruhan martabat manusia.

5) Menjaga persaudaraan sesama manusia.

6) Prinsip kemanusiaan menjadi tujuan kegiatan produksi yaitu

memuliakan harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah SWT.

c. Prinsip Keadilan

Implementasi dalam bidang produksi dilakukan dengan distribusi

kekayaan (atau keuntungan perusahaan) pada pihak yang berhak menerimanya,

mengoptimalkan penyediaan tenaga kerja untuk mengatasi kemiskinan dan

pengangguran, memperhatikan hak-ahak pekerja dan stakeholder perusahaan,

26
Fahrudin Sukarno, Etika Produksi Perspektif Agama Islam, di edit dalam Dewan
Pengurus Nasional Fordeby dan Adesy, h. 258.
37

menetapkan harga produksi yang sesuai dengan kemampuan konsumen dan

kapitalisasi produsen, serta mendukung sustainable economic development bagi

generasi yang akan datang.

Prinsip keadilan merupakan implementasi hubungan sesama manusia

berdasarkan keyakinan pada Allah. Prinsip keadilan mengajarkan bahwa kualitas

hidup manusia akan tercapai jika disertai upaya menegakkan keadilan dalam

semua bidnag kehidupan. Alasannya manusia dicipta berdasarkan hak, kewajiban

dan tanggung jawab dan berkewajiban menjalankan semua aspek itu. Di samping

itu keadilan atau keseimbangan adalah karakter alam semesta dan karakter

manusia yang diimplementasikan dalam kehidupannya.

Prinsip ini menegaskan bahwa berlaku adil dengan siapa punakan

meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas hidup manusia. Dengan tujuan

memperbesar volume kesejahteraan manusia secara umum. Dalam konsep

produksi Islam, bentuk keadilan adalah distributif yang memiliki dua pengertian.

Pertama, pihak-pihak yang terlibat mendapatkan porsi kesejahteraan sesuai

dengan input yang diberikannya secara proposional. Kedua, hak-hak masyarakat

dan konsumen sebagai stakeholder produksi harus dipenuhi produsen.27

Implementasi pada prinsip keadilan Adalah

1) Memenuhi hak pekerja sesuai dengan kapasitasnya dengan tetap

memerhatikan keluruhan martabat manusia.

2) Membayar zakat, infak, sedekah dan CSR bagi kelompok kurang

beruntung.

27
Ibid…, h. 259
38

3) Menerapkan mekanisme bagi hasil (mudharabah dan musyarakah)

dalam sistem transaksi permodalan dan pendanaan.

4) Melakukan kegiatan konservasi dan pelestarian sumber daya alam.

5) Merekayasa sektor produksi yang full-employment (padat karya) untuk

mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.28

d. Prinsip Kebajikan

Prinsip ini menegaskan pemahaman bahwa manusia harus melakukan

sebanyak mungkin kebajikan dalam hidupnya. Prinsip ini adalah landasan

kegiatan produksi dalam Islam yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia secara

kolektif. Dalam pemberlakuan prinsip ini, produsen tidak bisa semena-mena

mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam kecuali disertai tindakan

pemeliharaan dan pelestarian.29

Adapun implementasi pada prinsip ini adalah:

1) Seorang manajer dapat menyusun kebijakan strategis dalam

meningkatkan kualitas SDM di perusahaannya melalui kegiatan

pelatihan, membuka perpustakaan atau tranformasi ilmu pengetahuan

sesuai dengan bidangnya.

2) Produsen mewarnai kegiatan produksinya dengan kebajikan mulai dari

pengelolaan modal, proses, serta hasil produksi.

3) Dari sisi proses, penghargaan terhadap kinerja, karyawan, manajemen

dan transparan dan rapi, cara mengambil keputusan, strategis

28
Ibid…, h. 169.
29
Ibid…, h. 261-262
39

mengembangkan usaha, cara menyikapi kompetitor, dan eksporasi

sumber daya dilakukan dengan skema efektif dan efisien.

e. Prinsip kebebasan dan Tanggung Jawab

Prinsip kebebasan dan tanggung jawab bersifat inheren. Kegiatan roduksi

mengambil manfaat, mengeksplorasi dan mengelola sumber daya ekonomi

disertai larangan merusak dan bertanggung jawab untuk melestarikannya. Hal ini

menandakan bahwa prinsip kebebasan dan tanggung jawab bermakna untuk

menjadi manusia yang berkualitas maka setiap perbuatan bebas manusia harus

mengandung implikasi moral dan psikologis yaitu tanggung jawab kepada diri,

masyarakat dan tuhannya.

Adapun implementasi pada prinsip ini adalah:

1) Produsen bebas memiliki harta kekayaan dengan meningkatkan

kapasitas produksinya disertai tanggung jawab untuk membayar zakat,

infak, serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.

2) Produsen bebas mengupayakan pertambahan nilai kekayaannya disertai

tanggung jawab untuk mendayagunakan serta menginestasikan hartanya

itu pada mekaniseme transaksi yang halal.

3) Produsen bebas mengembangkan bisnisnya disertai dengan kewajiban

untuk memerhatikan kesejahteraan karyawan, meningkatkan

kemampuannya secara bertahap, dan memberdayakan masyarakat

sekitar dengan program-program strategis ekonomi.

4) Produsen bebas mengaplikasikan kemampuan bisnisnya disertai

tanggung jawab untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,


40

pemerataan kekayaan, pengentasan kemiskinan serta menyediakan

lapangan kerja bagi masyarakat.

5. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam

Produksi memiliki tujuan untuk orang memenuhi kebutuhan bagi orang

banyak yang diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:

a. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat

b. Menemukan kebutuhan masyrakat dan pemenuhannya

c. Menyiapkan persediaan barang atau jasa dimasa depan

d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan so sial dan ibadah kepada Allah.30

6. Etika Jual Beli dalam Produksi Islam

Adapun etika penjual secara Islam dalam usaha antara lain:

a. Shidiq (Jujur)

Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli.

Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta,

tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Dalam jual

beli kejujuran adalah hal yang sangat mutlak, karena berbagai tindakan tidak jujur

selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam

berdagang juga akan mewarnai dan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi

dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan

yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. 31

30
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam,.., h. 130.
31
Izuddin Khatib At-Tamimi, Bisnis Islami, (Jakarta: Fikahati Aneska, 2004), h. 89
41

Dalam Al-Quran , keharusan bersikap jujur dalam berdagang, berniaga dan atau

berjual beli, sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas yang antara lain

kejujuran tersebut di beberapa ayat dihubungkan dengan pelaksanaan timbangan,

sebagai Firman Allah SWT berfirman dalam surat Al-an’am 6: 152

             

              

           
Artinya: “dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila
kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia
adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.(QS: Al-An’am (6):
152). 32

Ayat diatas dapat kita pahami bahwa sesungguhnya Allah telah

menganjurkan kepada seluruh umat manusia pada umumnya kepada pelaku

muamalah pada khususnya untuk berlaku jujur dalam menimbang, menakar dan

mengukur dalam dunia muamalah. Jika demikian maka merupakan perbuatan

yamg sangat keji dan culas lantaran tindak kejahatan tersebut tersembunyi pada

hukum dagang yang telah disahkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat atau

mengatasnamakan jual beli atas dasar suka sama suka atau juga disahkan oleh

agama. Selain ancaman azab atau siksa yang di akhirat kelak. Dalam menimbang,

menakar, dan mengukur barang dagangan, sama sekali tidak memberikan

32
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-syifa, 1998 ), cet.
ke-1, h.89
42

keuntungan, kebahagian para pelakunya bahkan hanya menimbulkan murka

Allah.33

Pelaku bisnis wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Dalam

arti tidak berbohong dan tidak mengada-ngada berdasarkan fakta tidak berkhianat,

serta tidak pernah ingkar janji. Pelaku bisnis yang curang dan bersikap tidak jujur

tentu dapat merugikan orang lain. Sifat jujur adalah salah satu sifat pada

Rasulullah SAW yang patut ditiru. Rasulullah dalam berbisnis selalu

mengedepankan sifat jujur.

b. Menjual barang yang halal

Al-quran dengan tegas meletakkan konsep dasar halal dan haram yang

berhubungan dengan transaksi dalam perdagangan. Semua yang berhubungan

dengan harta hendaknya dilihat dan dihukumi dengan kedua kriteria halal dan

haram. Al-Quran membangun konsep halal dan haram dengan penegasan bahwa

jual beli adalah dihalalkan, sedangkan riba diharamkan. Pengharaman riba apapun

bentuk dan namanya merupakan kedzaliman terhadap orang lain sehingga

mencederai rasa keadilan. Sebab semua bentuk transaksi yang dilakukan dengan

praktik jahat dilarang oleh Islam. Semua larangan itu berdasarkan prinsip “jangan

ada ketidakadilan dan jangan ada penipuan dalam segala aktivitas jual beli yang

dilakukan oleh siapapun, esensi dari bisnis dari bisnis yang tidak dihalalkan

adalah suatu bisnis yang mengandung cara konsumsi yang tidak halal atau

melanggar dan merampas hak dan kekayaan orang lain.34

33
Yusuf Qaradhawi, Norma Dan Etika Ekonomi, (Jakarta: Rabbani Press,2001), h. 285
34
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,2003), h. 125
43

Jual beli yang objeknya yang dilarang dalam syariah atau mengandung

unsur menyeleweng dari Islam yaitu, Khamar, narkoba, daging babi dan hewan

yang disembelih tanpa menyebut nama Allah merupakan hal yang dilarang oleh

Allah.

c. Menepati Janji

Pelaku bisnis juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada

pembeli maupun pedagang, dan lebih utama lagi menepati janji kepada Allah Swt.

Janji yang harus dilakukan oleh pedagang kepada pembeli dalam bisnis yaitu tepat

waktu dalam pengiriman barang, barang yang berkualitas, warna ukuran dan

spesifikasi sesuai dengan perjanjian yang disepakatkan bersama dan memberi

garansi dan sebagainnya.

Sedangkan janji dengan sesama pedagang misalnya pembayaran dengan

jumlah waktu yang tepat. Sementara itu janji kepada Allah yang ditepati oleh

pedagang muslim misalnya adalah shalatnya. Dengan demikian sesibuk-sibuk

urusan dagang, urusan bisnis jual beli yang sedang ditangani sebagai pedagang

muslim jangan pernah sekali-kali meninggalkan shalat. Lantaran Allah Swt, masih

memberi kesempatan luas untuk mencari dan mendapatkan rezeki setelah shalat,

yakni yang tercermin melalui perintahNya. Bertebaran dimuka bumi ini dengan

mengingat Allah Swt sebanyak-banyak supaya beruntung.35

d. Tidak Menyembunyikan Cacat Barang

Mendapat keuntungan besar dalam berdagang merupakan suatu motivasi

bagi penjual, tetapi keberkahan harta dari jual beli harus dijadikan prioritas utama

35
Yusuf Qaradhawi, Norma Dan Etika Ekonomi, (Jakarta: Rabbani Press,2001), h. 289
44

oleh penjual. Salah satu dengan menyembunyikan cacat barang yang diperjual

belikan. Cacat dapat berupa segala sesuatu yang terdapat pada barang atau jual

yang menyebabkan nilai, mutu dan harganya berkurang baik dalam jumlah besar

maupun kecil.36 Sebagai penjual harus berkewajiban untuk menjelaskan kepada

pembeli tentang barang yang dibeli tidak adanya cacat. Jika penjual tidak

menjelaskannya barang tersebut maka penjual terhitung sebagai tindak penipuan.

e. Tidak melakukan jual beli mengandung Gharar

Gharar merupakan sesuatu yang tidak diketahui dengan pasti. Jual beli

gharar ialah jual beli yang tidak pasti hasilnya, kerena tergantung kepada sesuatu

yang belum diketahui yang kadang terjadi, kadang-kadang tidak. Jual beli yang

dilarang dalam Islam sebagai usaha menutup pintu perbuatan maksiat, karena ini

merupakan lubang yang membawa pertentangan apabila barang yang dijual itu

tidak diketahui atau karena ada unsur penipuan, yang memungkinkan salah satu

pihak untuk menipu.37

f. Bersikap Amanah

Amanah dalam Bahasa Indonesia adalah dapat dipercaya. Kepercayaan

adalah aset yang sangat berharga di dunia bisnis. Amanah memiliki makna

tanggung jawab melaksanakan setiap dan tugas kewajiban moral yang dibebankan

kepada setiap orang. Baik dalam melaksanakan tugas penghambaan kepada Allah

maupun tugas kemanusiaan antara sesamanya. Dalam prinsip manajemen amanah

menjadi kata kunci yang sangat penting, sampai dimana sebuah proses usaha

36
Ibid..., h. 288
37
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,2003), h. 130.
45

ditangani dengan jujur, transparan dan akuantabel. Seorang yang amanah akan

senantiasa menjaga hak-hak orang lain.38

Amanah merupakan salah satu sifat nabi yang membentuk kredibilitas

yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu muslim.

Kumpulan individu dengan kredibilitas dan tanggung jawab yang tinggi akan

melahirkan masyarakat yang kuat. Sifat amanah memainkan peranan yang

fundamental dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung

jawab, kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur

Pedagang yang Islami harus bertanggung jawab atas setiap usaha, perkerja,

dan jabatan sebagai pedagang atau profesinya. Setiap amanah yang dibebankan

kepada pundak seseorang akan diminta pertanggung jawaban di sisi Allah, oleh

karenanya apapun bentuknya amanah jangan disepelekan. Rasulullah sendiri

sudah memberikan teladanya dengan sikap-sikapnya yang terpercaya (al-amin),

menjadikan sosok yang disegani dalam berbagai kalangan, baik muslim maupun

non muslim, termasuk dalam urusan bisnis. Dengan sifat amanah, para pihak

terkait seperti penjual, pembeli, dan kurir akan memiliki sifat tidak saling

mencurigai bahkan tidak khawatir walaupun barangnya ditangan orang. Memulai

bisnis biasanya atas dasar kepercayaan. Oleh karena itu, amanah adalah

komponen penting dalam transaksi jual beli.

38
Ibid..., h. 131.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Seumeulue Cut Pantai

telukKabupaten seumeulue. Alasan penulis mengambil lokasi penelitian ini karena

banyaknya masyarakat yang melakukan budidaya lobster.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Adapun yang menjadi jenis penelitian ini, adalah studi lapangan (field

study). Jenis penelitian ini bermakna penelitian yang dilakukan melalui

pengumpulan data pada lokasi penelitian tertentu, dimana lokasi penelitian yang

dimaksud adalah pada Seumeulue Cut Pantai teluk.

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan disini adalah pendekatan

penelitian kualitatif yaitu teknik pemgumpulan dengan trianggulasi, analisis data

dan bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.1 Tujuan penelitian kualitatif adalah

untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok-kelompok.2

1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 15.
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 60.

46
47

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Adapun dalam penelitian ini

populasi yang digunakan adalah seluruh nelayan Lobster yang ada di Gampong

Simeulue Cut Pantai Teluk yang berjumlah 68 nelayan.4

Berdasarkan jumlah populasi yang ada, maka pengambilan sampel

dilakukan dengan pertimbangan bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya,

sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada, sehingga

dibentuk sebuah perwakilan populasi. Sedangkan teknik pengambilan sampel

peneliti menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan. Adapun pertimbangan yang digunakan yaitu:

1. Menjadi nelayan lobster selama 10 tahun.

2. Penduduk asli Gampong Simeulue Cut Pantai Teluk.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang terpilih berjumlah 10

nelayan lobster yang terdiri dari 5 nelayan lobster tambak yaitu Jul, Baim, Robin,

Hairul, Juan, dan 5 orang nelayan penangkap lobster yaitu Faizal, Lalan, Febri, Jul

dan Sandi.

3
Ibid., 80.
4
Hasil Wawancara dengan Geuchiek Gampong Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten
Semeulue, pada tanggal 3 Januari 2020.
48

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data tersebut dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini dibedakan menjadi

dua, yaitu:5

1. Data Primer

Merupakan data dasar (primary data/basic data) yang diperoleh langsung

dari sumber pertama. Yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan

panglima laot Seumeulu Cut dan 10 nelayan lobster.

2. Data Sekunder

Merupakan data-data yang mendukung data utama (secondary data). Yaitu

data yang bersumber dari literatur-literatur yang mendukung operasionalisasi

penulisan hasil penelitian atau bersumber dari media-media baik media masa atau

media lain yang mendukung data utama, seperti: jurnal, artikel, dan lain-lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:6

1. Observasi

Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fakta-fakta yang diselidiki. Menurut

Sutrisno Hadi, observasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki,7 sedangkan

5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ( Jakarta: Rineka
Cipta,2012), h. 107.
6
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 63.
7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Jakarta : Andi Offset, 2011), h. 136.
49

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa observasi atau penamatan meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan segala

indra.8 Observasi dalam penelitian ini melalui observasi non partisipan.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Persakapan ini

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln

dan Guba antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian.9

Peneliti menggunakan wawancara guna mendapatkan data primer dari

informan, disinilah letak yang utama dari penelitian, yakni mengetahui secara

langsung dari objek yang sedang diteliti. Pedoman wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, yaitu pedoman

wawancara yang hanya memuat garis besar hal-hal yang akan ditanyakan.

Sedangkan sumber data dalam pengumpulan datanya disebut informan, yaitu

orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik

pertanyaan tertulis maupun lisan.

8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek … h. 158.
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif …h. 186.
50

F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan menghimpun data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

teknik analisis data menggunakan Content Analisis.10

Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahapan yang sangat

penting. Karena pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa

sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang diinginkan dalam

penelitian. Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, dimana tekni ini penulis gunakan untuk mengambarkan,

menuturkan, melukiskan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif yang

telah penulis peroleh dari hasil metode pengumpulan data. Menurut Seiddel proses

analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Mencatat sesuatu yang dihasilkan dari catatan lapangan, kemudian diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat

temuan-temuan umum.11

Adapun langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisa data yang

telah diperoleh dari berbagai sumber tidak jauh beda dengan langkah-langkah

analisa data diatas, yaitu: 1) mencatat dan menelaah seluruh hasil data yang

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 103


10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 248.


11
51

diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, observasi dan

dokumentasi; 2) mengumpulkan, memilah-milah, mengsistesiskan, membuat

ikhtisar dan mengklasifikasikan data sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk

menjawab rumusan masalah; 3) Dari data yang telah dikataegorikan tersebut,

kemudian peneliti mengnafsirkan sesuatu dengan temuan-temuan dan terkait

dengan rumusan masalah.

G. Teknik Penulisan

Dalam hal ini penulis mengambil teknik penulisan pada buku panduan

penulisan skripsi STAIN Malikussaleh Lhokseumawe tahun 2012.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten

Semeulue

1. Sejarah Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Semeulue

Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Simeulue yaitu 2.310 KM²,

terletak antara 02° 02’ 03’’- 03° 02’ 04’’ Lintang Utara dan 95° 22’ 15’’ – 96° 42’

45’’ Bujur Timur. Merupakan daerah kepulauan terdiri dari ± 57 buah pulau besar

dan kecil, Panjang pulau Simeulue ± 100,2 km dan lebar antara 8 – 28 km.

Dengan luas wilayah daratan pulau besar dan pulau-pulau kecil adalah 212.512

ha. Cakupan wilayah Kabupaten Simeulue, memiliki 138 jumlah desa yang

meliputi 10 (sepuluh) kecamatan yang terdiri dari : Simeulue Timur, Simeulue

Cut, Simeulue Tengah, Simeulue Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan, Teupah

Barat, Salang, Alafan dan Teluk Dalam. Data Jumlah Penduduk Kabupaten

Simeulue sebanyak 88.963 jiwa.1

Simeulue Cut merupakan salah satu kecamatan yang ada dengan luas

35,40 Km2 yang terdiri atas 2 kemukiman yaitu:

a. Kemukiman Bano terdiri 5 desa yaitu Kuala Bakti, Lugu Sebahak,

Gunung Putih, Bbaussalam dan Muara Aman.

b. Tala Bano terdiri 5 desa yaitu Luas Balu, Sambay, Kuala Baru,

Tanjung Raya dan Bulu Hadek.

1
http://www.simeuluekab.go.id/index.php/page/5/letak-geografis, diakses pada 2 Januari
2021.

54
55

2. Keadaan Penduduk Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk

Kabupaten Semeulue

Berdasarkan pemutakhiran data pada bulan Desember 2017, jumlah

penduduk Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Semeulue Dengan

rincian sebagai berikut:2

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Gampong Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk
Kabupaten Semeulue
Jumlah Penduduk
No. Kecamatan
L P L+P
1 Simeulue Cut 1.666 1.535 3.201
Sumber: Statistik Kabupaten Simeulue Tahun 2020

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Semeulue untuk laki-laki

berjumlah 1.666 dan untuk perempuan berjumlah 1.535 dengan jumlah

keseluruhan 3.201.

B. Pemahaman Nelayan Lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai


Teluk Kabupaten Simeulue Terhadap Etika Produksi Islam

Setiap melakukan usaha maka tidak luput dari etika produksi yang harus

dilakukan, dalam hal ini memahami akan etika produksi secara Islam sangatlah

diperlukan, seperti halnya dengan etika produksi nelayan lobster di Kecamatan

Simeulue Cut Pantai Teluk Kabupaten Simeulue dalam menangkap lobster dilaut

lepas maupun membudidayakannya, antara lain prinsip yang harus dipahami

yaitu:

2
Ibid.
56

1. Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid merupakan salah satu bentuk prinsip yang ada dalam

produksi Islam, prinsip ini meliputi kewajiban seorang manusia dalam

hubungannya dengan Allah SWT dalam termotiv asi beribadah, maka menyikapi

akan prinsip tauhid setiap nelayan menyikapi dengan pandangan yang berbeda

dalam memahaminya yaitu:

Sebagai nelayan yang sudah hampir 12 tahun, maka waktu sebagian besar
dihabiskan di dalam laut untuk mencari lobster, terkadang bagi nelayan
berangkat disaat subuh dan kembali menjelang magrib, maka dalam hal ini
sebagai nelayan kurang mampu mengerjakan apa yang diperintahkan dalam
agama karena banyaknya shalat yang ditinggalkan lantaran malas dilakukan
ketika berada di tengah laut, terlebih lagi perahu yang dimiliki tidaklah suci
dari bau amis atau bagus untuk melaksanakan shalat.3

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemahaman

nelayan tersebut terhadap prinsip tauhid belum sempurna dikarenakan shalat bisa

dilakukan di tengah laut, sedangkan perahu yang terkena darah ikan dapat

disucikan dengan air laut. Semestinya para nelayan harus memahami prinsip

tauhid jauh lebih luas yang bukan hanya dengan melakukan ibadah shalat saja,

namun memenuhi setiap perintah Allah SWT juga menjadi inti dari prinsip

ketauhidan.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak

lobster yaitu:

Keseharian yang dilakukan di tambak lobster adalah merawat lobster dan


pekerjaan ini sudah dilakukan hampir 15 tahun yang sebelumnya pekerjaan
hanya menjadi nelayan penangkap lobster di laut lepas, maka menurut
prinsip tauhid saya sendiri masih kurang memahaminya dan itu bukan hanya
saya sendiri tapi juga sebagian besar nelayan yang ada, termasuk saya,

3
Hasil Wawancara dengan bapak Faizal, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 5 Januari 2021.
57

karena melakukan shalat maka harus mengantikan pakaian yang saya miliki
lantaran bau amis yang sangat menyengat, oleh sebab itu saya malas
mengerjakannya .4

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak mengakui dan memahami bahwa beribadah kepada Allah SWT wajib

dilakukan, namun dengan alasan repot mengganti pakaian setiap masuk waktu

shalat.

Secara hakikat, baju yang dikenakan oleh para penambak lobster bisa

dijaga dengan baik, dengan cara membawa ganti ke lokasi tambak, pemilik

tambak seharusnya menyediakan ruang khusus untuk shalat dilengkapi dengan

kamar ganti, dengan demikian pemilik tambak dapat membuat peraturan tentang

pelaksanaan shalat di hari kerja, sehingga dapat memotivasi karyawannya untuk

selalu mengingat Allah SWT.

2. Prinsip Kemanusiaan

Prinsip kemanusiaan merupakan salah satu prinsip yang diterapkan dalam

produksi islam karena produksi yang dilakukan adalah hubungan manusia dengan

manusia serta hubungan sesama manusia dengan alam sekitarnya, sebagaimana

pemahaman salah satu nelayan penangkap lobster terhadap prinsip kemanusiaan

yang mengungkapkan bahwa:

Sesama manusia kita harus saling membantu jika ingin menerapkan prinsip
kemanusiaan, seperti saya membantu nelayan lainnya yang kekurangan alat
dalam menangkap lobster atau memberikan bantuan jika adanya nelayan
yang membutuhkan perahu motor, selama nelayan tersebut juga menjaga
setiap barang yang diminta, mengingat sayapun bukan seorang nelayan yang
memiliki penghasilan lebih banyak hanya saja terkadang ada penghasilan
lebih saya sisihkan hingga mampu saya sediakan setiap alat-alat yang

4
Hasil Wawancara dengan bapak Jul, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 6 Januari 2021.
58

dibutuhkan dalam penangkapan lobster, bahkan saya sendiri dulunya


sebelum memiliki alat sendiri sering meminjam atau meminta bantua
kepada nelayan yang lainnya, sehingga hubungan yang terjalin di antara
kami harus saling menjaga.5

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa nelayan

lobster memahami bahwa prinsip kemanusiaan merupakan salah satu bentuk

prinsip yang dijalan dengan tidak saling merugikan antara satu nelayan dengan

nelayan lainnya, namun adanya kerjasama atau saling membantu dalam mencari

rezeki, sehingga kesenjangan atau kerusakan hubungan sesama nelayan bisa

teratasi dan terminimalisir.

Hubungan dengan sesama manusia mupun dengan alam merupakan salah

satu kunci kesuksesan dalam mengais rezeki, karena dengan silaturrahmi yang

tinggi berdampak kepada hubungan yang saling membantu ketika ada saudara

yang mengalami kesusahan dan membutuhkan bantuan, karena namanya manusia

tidak luput dari suka maupun duka, oleh karena itu bantuan sesama manusia

menjadi salah satu bentuk amal yang terkandung dalam prinsip kemanusiaan.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak

lobster yaitu:

Pemahaman saya sendiri terhadap prinsip kemanusiaan bukan hanya


hubungan dengan sesama manusia, karena prinsip kemanusiaan juga harus
dilihat dari aspek hubungan manusia dengan alam, dalam hal ini prinsip
kemanusiaan dilihat dari keinginan seorang manusia dalam menjaga alam
agar alam tersebut dapat digunakan oleh habitat manusia di kemudian hari,
dalam hal ini bisa saja keluarganya, kerabatnya atau manusia yang lainnya,
untuk itu menjaga alam sekitar disaat melakukan penanggkapan maupun
penambakan lobster hal yang utama adalah menjaga kelestarian alam,
sehingga dapat dirasakan oleh anak cucuk kita dikemudian hari, salah

5
Hasil Wawancara dengan bapak Faizal, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
59

satunya ya dengan melakukan budidaya tambak lobster bukan menjual


benih lobster keluar negeri.6

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak memahami akan prinsip kemanusia dan dapat dilihat bapak Baim

berusaha menjaga habitat laut agar dapat dirasakan oleh generasi manusia

dikemudian hari.

Setiap nelayan memiliki kemampuan yang berbeda, seperti nelayan

penagkap lobster memiliki kemampuan di bidang penangkapan lobster, namun

tidak paham cara melakukan tambak, sedangkan nelayan tambak memahaminya

cara melakukan budidaya namun tidak paham cara menangkap lobster ke laut,

walaupun demikian nelayan lobster tambak maupun nelayan penangkap lobster

saling berdampingan dan bekerja sama untuk menjaga kelestarian laut, meskipun

mereka memiliki kemampuan yang berbeda namun sesuai dengan kapasitasnya.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan merupakan salah satu bentuk prinsip yang harus

diterapkan dalam dunia produksi, karena prinsip keadilan dalam sebuah produksi

meliputi penetapan harga yang sesuai dengan keadaan pasar sehingga tidak

mmeberatkan konsumen, sebagaimana pemahaman salah satu nelayan penangkap

lobster yang mengungkapkan bahwa:

Harga lobster yang selama ini ada di pasaran merupakan harga menurut
tingkat permintaan dan jumlah barang yang tersedia, seperti di masa covid
jumlah lobter melimpah lantaran minimnya konsumen yang meminta
kiriman lobster baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga harga

6
Hasil Wawancara dengan bapak Baim, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
60

sangat murah, namun jika jumlah lobter dipasar sangat minim, maka harga
lobster akan meninggi.7

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa bapak

Lalan memahami tentang keseimbangan harga. Pada masa covid-19 harga lobster

menurun karena rendahnya permintaan. Sedangkan sebelum covid-19 harga

lobster tinggi karena tingginya permintaan. Dia memahami bahwa covid-19 ini

kehendak Allah SWT, sehingga harga lobster yang terjadi sesuai dengan keadaan.

Secara kurva permintaan dan penawaran, maka harga jual lobster dapat

digambarkan pada kurva berikut ini jika dalam keadaan seimbang:

Gambar 4.1 Kurva Permintaan dan Penawaran

P S

(P,Q)

P E

P1 E
1

D1

Q1 Q Q

Keterangan :

P = Harga

Q = Jumlah Barang

7
Hasil Wawancara dengan bapak Lalan, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 9 Januari 2021.
61

Berdasarkan kurva di atas, maka dapat dijabarkan bahwa keseimbangan

(Equilibrium) harga lobster sebelum covid 19 terjadi pada saat supplay dan

demand berpotongan pada titik (P,Q). Setelah adanya covid-19, maka jumlah

permintaan menurun sehingga demand shitfting ke bawah menjadi D1. Setelah itu

terbentuklah keseimbangan yang baru yaitu E1 dititik (P1, Q1)

Pemahaman yang sama juga diungkapkan oleh nelayan yang memiliki

tambak lobster yaitu:

Menurut saya keadilan itu bisa dilihat dari pemberian harga lobster yang
serupa antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya, namun
harga tersebut akan sedikit dinaikkan jika pembeli dalam jumlah besar yang
berasal dari luar daerah, supaya hasil lobster dapat dirasakan oleh
masyarakat setempat dengan harga yang murah, bukan memperbanyak
pemasokan keluar daerah.8

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak mengetahui bahwa pemahaman terhadap keadilan itu bisa dilihat dari

harga yang diberikan antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya

itu sama, sehingga tidak ada perbedaan dalam perdagangan.

Keseimbangan harga jual dalam sebuah pasar sangat diharapkan oleh

setiap konsumen, karena harga jual ikut serta dalam meningkatkan kemakmuran

dari setiap nelayan jika harga dapat ditingkatkan akan memberikan kemudahan

bagi nelayan dalam memenuhi setiap permintaan yang diajukan, namun jika harga

jual dalam ukuran minim, nelayan harus melakukan peminjaman modal yang

dikemudian hari belum dapat diketahui akan tingkat pengembaliannya dapat

dilakukan secara rutin maupun maksimal.

8
Hasil Wawancara dengan bapak Robin, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 6 Januari 2021.
62

4. Prinsip Kebajikan

Prinsip kebajikan merupakan salah satu bentuk prinsip yang harus

diterapkan dalam dunia produksi, karena prinsip kebajikan adalah salah satu

prinsip agar tidak melakukan eksploitasi akan sumber daya lobster yang ada di

kepulauan Simeulue, sebagaimana pemahaman salah satu nelayan penangkap

lobster yang mengungkapkan bahwa:

Prinsip kebjikan itu bisa dilakukan dengan tindak memberikan bahan


pengawet kepada lobster, jika pengawet itu diberikan, maka akan
berdampak kepada konsumen yang memakannya, terlebih lagi jika yang
memakannya nanti adalah keluarga atau kerabat yang akan berdampak
kepada kesehatan jika dikonsumsi secara tersu menerus, maka dalam hal ini
kebajikan sangat perlu diterapkan dalam produksi Islam.9

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa nelayan

memahami kalau prinsip kebajikan itu bisa dilakukan melalui penjualan lobster

tanpa harus mengandung bahan pengawet, karena bahan tersebut jika dikonsumsi

secara terus menerus akan berakibat kepada kesehatan manusia. Hal yang serupa

juga diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak lobster yaitu:

Menurut saya prinsip kebajikan dalam hal ini yaitu dengan memelihara
lobster dengan menggunakan bahan makanan yang tidak berdampak buruk
kepada para konsumsi ketika hendak dijual, seperti formalin atau bahan
lainnya yang sangat besar dampak buruk kepada para konsumen yang
mengkonsumsinya.10

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak memahami prinsip kebajikan dengan tidak menjual lobter dengan

diberikan formalin, sehingga lobster tetap terjaga kualitasnya dna tidak

dikonsumsi oleh konsumen yang berdampak kepada kesehatan konsumen.

9
Hasil Wawancara dengan bapak Febri, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 13 Januari 2021.
10
Hasil Wawancara dengan bapak Hairul, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 6 Januari 2021.
63

Begitu halnya dengan ungkapan nelayan yang lainnya, bahwa:

Saya sebagai nelayan selalu berusaha untuk menangkap lobster dengan cara
ramah lingkungan, karena jika menangkap lobster menggunakan bahan
peledak kemungkinan besar terumbu karang rusah dan mengakibatkan
populasi berkurang, namun ada juga para nelayan yang melakukan dengan
cara peledak, namun akan ditangkap oleh pihak kelautan jika ketahuan.11

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa nelayan

memahami jika menangkap lobster yang baik harus dengan ramah lingkungan

agar terjaga hingga anak cucuk dimasa mendatang. Hal yang serupa juga

diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak lobster yaitu:

Saya melakukan budidaya lobster karena menjaga kelestarian lobter untuk


bisa berkembak biak melalui penetasan benih-benih lobter yang bukan
hanya berdasarkan dari populasi yang ada di laut lepas, oleh karena itu
budidaya lobter sangatlah perlu dilakukan agar terjaga habitatnya hingga
dikemudian hari generasi penerus dapat menemukan dan merasakan lobter
yang melimpah di Simeulue.12

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak memahami akan prinsip kebajikan itu patut dilakukan karena dengan

membudidaya lobster, maka perkembangbiakan lobster semakin meningkat tanpa

harus mengkonsumsinya secara terus-menerus tanpa adanya penangkaran untuk

perkembangbiakan yang lebih banyak.

5. Prinsip Kebebasan dan Tanggung Jawab

Prinsip kebebasan dan tanggung jawab merupakan salah satu bentuk

prinsip yang harus ada di dalam produksi Islam, sebagaimana pemahaman salah

satu nelayan penangkap lobster yang mengungkapkan bahwa:

11
Hasil Wawancara dengan bapak Baim, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
12
Hasil Wawancara dengan bapak Jul, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
64

Menurut saya pahami prinsip kebebasan itu dilakukan dengan tidak


membatasi produksi atau larangan kepada nelayan lain untuk melakukan
pekerjaan yang sama, sehingga tidak ada kebencian diantara sesama
nelayan, karena rezeki sudah diatur oleh yang maha kuasa, sedangkan
tanggung jawab itu dilakukan dengan tidak luput dari membayar zakat,
infak dan menjaga kelestarian alam agar tidak rusak dan kesejahteraan dapat
dirasakan oleh masyarakat sekitar.13

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa nelayan

lobster memahami akan prinsip kebebasan itu salah satunya dengan tidak

membatasi nelayan lain melakukan pekerjaan yang sama, karena menurutnya

rezeki itu sudah di atur.

Kehendak bebas seseorang dalam melakukan penangkapan lobster sangat

besar akibat yang dirasakan, dalam hal ini kebebasan tetap dalam batas kewajaran

selama tidak merugikan alam maupun manusia yang lainnya, karena bebas

bersifat umum yang dapat dikaitkan dengan berbagai aspek, begitu halnya dengan

kebebasan dalam melakukan penangkapan tanpa ada sifat percaloan, atau sifat

area dan wilayah tertentu yang dikuasai oleh kelompok tertentu sangatlah

memberikan kemakmuran dalam sebuah usaha.

Usaha yang baik adalah usaha yang dilakukan atas bentuk kerjasama tanpa

harus berpikir negatif akan tingkat kemakmuran seseorang, karena rezeki

seseorang tidak ada yang dapat diketahui kapan ada dan tiada, begitu halnya

rezeki seorang nelayan lobster tidak bisa ditebak mengingat musim, dan keadaan

laut yang berubah-rubah maka tidak diherankan jika sehari dapat menghasilkan

lebih banyak ketika nelayan yang satu melakukan penangkapan, namun akan jauh

13
Hasil Wawancara dengan bapak Sandi, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 10 Januari 2021.
65

berbeda dihari kemudian ketikan nelayan lain yang ikut menangkapnya secara

bersama-sama dilaut dan dilokasi yang sama.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak

lobster yaitu:

Menurut saya pemahaman terhadap kebebasan itu dilakukan dengan


membebaskan masyarakat sekitar bekerja di tambak milik saya, dalam hal
ini saya membantu masyarakat sekitar dalam urusan perekonomian
keluarga, tidak hanya itu saya membebaskan karyawan untuk bekerja
dengan saya atau memilih tambak lain, karena saya akan memperkerjakan
karyawan yang bekerja sesuai dengan harapan saya selain itu saya juga
memiliki tanggung jawab dengan melakukan transaksi jual beli yang halal
melalui barang lobster yang saya miliki.14

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak memahami kalau prinsip kehendak bebas itu dilakukan dengan

memberikan pekerjaan sebagai karyawannya melalui pemberdayaan masyarakat

setempat, tidak hanya itu pemilik tambah memahami kalau prinsip kehendak

bebas itu dilakukan dengan tidak mengekang para pekerja jika hendak keluar dari

tempat pekerjaannya, selain itu tanggung jawab yang harus dimilikinya yaitu

jangan menjual hasil lobster yang tidak berkualitas atau mengandung bahan yang

berbahaya.

Kehendak bebas dalam menjalankan usaha di sekitar lingkungan

masyarakat akan indah dirasakan jika masyarakat di sekitar juga ikut merasakan

kesejahteraannya, karena saling berbagi itu sangat indah dibandingkan

kemelaratan yang diberikan bagi lingkungan sekitar, maka dalam hal ini pihak

tambak dengan memperkerjakan masyarakat serta memenuhi tanggung jawabnya

14
Hasil Wawancara dengan bapak Juanl, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
66

dengan memberikan zakat kepada masyarakat yang berhak mendapatkannya,

maka secara hakikat prinsip tersebut sudah dipenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas melalui wawancara dengan nelayan

penangkap lobster dan penambak lobster, maka peneliti mengetahui bahwa para

nelayan lobster paham akan etikan produksi Islam, hanya saja dari seluruh etika

yang ada masih terdapat nelayan lobster yang tidak memahami secara sempurna

prinsip tauhid dan prinsip keadilan, ditambah dengan dorongan sifat pemalas yang

ada pada diri nelayan lobster mengakibatkan kewajibannya untuk beribadah

kepada Allah SWT dianggap tidak terlalu penting, begitu halnya dengan prinsip

keadilan yang sebagian besar nelayan lobster memberikan harga yang bervariasi

menurut konsumen yang ditemuinya.

C. Produksi Para Nelayan Lobster Di Kecamatan Simeulue Cut Pantai

Teluk Kabupaten Simeulue Ditinjau dari Etika Produksi Islam

Etika produksi seorang nelayan tidak terlepas dari ketentuan dalam agama,

seperti halnya dengan etika produksi yang harus dimiliki oleh setiap nelayan

lobser antara lain yaitu:

1. Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip yang sebagian besar para

nelayan melakukannya dengan sepenuh hati, karena nelayan merasa kalau

pekerjaan sehari-hari merupakan kewajiban sebagai manusia untuk menafkahkan

keluarga, namun ibadah kepada Allah merupakan kewajiban seorang manusia

kepada sang maha pecipta, sebagaimana ungkapan dari salah satu nelayan bahwa:
67

Sebagai nelayan lobster sesekali pernah melakukan shalat tepat waktu,


namun mengingat lokasi dan tempat terkadang yang tidak memungkinkan
maka keseringan melakukan shalat jamak, misalnya shalat dhuhur di jama’
keashar karena lokasi untuk menangkap lobster sangatlah jauh dari daratan
jadi ketika menjelang sore hari baru pulang walaupun lobster yang
didapatkan masih kurang, mengingat shalat dhuhur maupun ashar yang
belum dilakukan. 15

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bapak Baim

berusaha untuk tetap melaksanakan shalat, dengan cara yang dibolehkan di dalam

Islam, sehinga tidak ada waktu shalat yang terlewatkan atau terlupakan. Hal yang

berbeda diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak lobster yaitu:

Setiap keinginan ada dalam berusaha untuk melakukan shalat, namun hal ini
tidak terwujud, karena sifat malas yang saya miliki, namun untuk sekarang
ini saya akan berusaha untuk dapat menjalankan perintah agama karena
selama bekerja perintah tersebut terabaikan, dan saya mengakui akan hal
tersebut.16

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak belum mampu untuk dilakukan secara maksimal karena sifat malas yang

dimilikinya belum mampu untuk dirubah atau belum mampu untuk menjadi

muslim yang lebih baik.

Nelayan Simeulue umumnya melakukan penangkapan satu hari atau

kurang (one day fishing), jika turun melaut di waktu subuh/pagi atau sore/malam

hari mereka akan kernbali lagi di waktu pagi hari besoknya, begitu juga nelayan

lobster umumnya rnelakukan penangkapan di waktu malam hari sehingga

biasanya rnereka turun di atas jam tujuh malam dan akan kernbali lagi di waktu

pagi hari untuk langsung menjual hasil tangkapan lobster dalam kondisi hidup.

15
Hasil Wawancara dengan bapak Baim, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
16
Hasil Wawancara dengan bapak Jul, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 6 Januari 2021.
68

Rata-rata nelayan hanya dapat melakukan penangkapan lobster antara 10 hingga

20 hari dalam sebulan dengan empat hingga enam bulan musim penangkapan

lobster, namun ada juga beberapa nelayan melakukan penangkapan kurang dari

waktu tersebut tapi ada juga nelayan yang melakukan penangkapan sepanjang

waktu sejauh cuaca mendukung. 17

Tindakan seperti itu yang dilakukan oleh para nelayan lobster bisa

dikatakan hampir seluruhnya dan alasan yang sama ketika peneliti menanyakan

kenapa melalaikann shalat. Seharusnya yang dilakukan adalah bersegera

menunaikan kewajiban shalat karena keuntungan akhirat pasti lebih utama

ketimbang keuntungan dunia. Seperti firman Allah SWT dalam surat An- Nur: 37

sebagai berikut:

              

     


Artinya: laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual

beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan

(dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari

itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Q.S. An-Nuur:37). 18

Sebagai seorang muslim sekali-kali tidak boleh menyibukkan dirinya

semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan

akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka harus menghentikan aktivitas

bisnisnya, begitu pula dengan kewajiban-kewajiban yang lain. Sekali-kali seorang


17
Hasil Observasi, Nelayan Lobster di Kecamatan Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu,
pada tanggal 7 Januari 2021.
18
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-syifa, 1998 ), cet.
ke-1, h.82
69

muslim hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya dengan alasan

kesibukan dalam mencari nafkah.

Berdasarkan jumlah nelayan lobster yang peneliti wawancarai, maka

hanya satu nelayan yang berusaha untuk melakukan shalat walaupun dalam

bentuk jamak sedangkan yang lain masih dalam berusaha atau masih belum

mampu untuk melakukan shalat tepat waktu.

Motivasi nabi Muhammad SAW dalam menjalankan usaha semata-mata

demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, bukan untuk menjadi jutawan. Beliau

tidak pernah memperlihatkan kecintaan yang sangat besar terhadap harta

kekayaan. Hal itu membuktikan bahwa beliau mencukupi kebutuhan duniawi

secukupnya saja, dan tidak pernah melupakan akan pentingnya mempersiapkan

bekal untuk hidup di akhirat kelak.19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para nelayan lobster yang ada

di Kecamatan Seumeulu Cut sebagian besar tidak sesuai dengan prinsip tauhid,

karena shalat tidak tepat waktu lantaran sibuk mencari lobter di tengah laut

dengan fasilitas yang dimiliki tidak memungkinkan untuk melakukannya,

seharusnya para nelayan bersegera menunaikan kewajiban shalat atau mencari

cara agar tidak meninggalkan shalat karena keuntungan akhirat pasti lebih utama

ketimbang keuntungan dunia. Seperti yang dilakukan orang-orang di masa

Rasulullah begitu cinta kepada perdagangan yang cenderung melebihi kecintaan

19
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 162.
70

kepada Allah dan rasulnya sehingga mereka tega meninggalkan Rasulullah yang

sedang berkhotbah karena menyambut kafilah pedagang yang baru datang.20

2. Prinsip Kemanusiaan

Prinsip kemanusiaan yang dilakukan dan dipahami oleh para nelayan

adalah menjaga sumber daya alam agar tetap terjaga dengan baik hingga dapat

dirasakan oleh generasi berikutnya, sehingga berdasarkan hasil observasi peneliti

melihat kalau para nelayan yang ada di Kecamatan Pantai Cut melakukan

penangkapan melakukan alat tradisonal yaitu armada yang digunakan nelayan

lobster sangat bervariasi dari tanpa armada (berenang secara manual dengan

bantuan alat apung ban), perahu dayung, parahu motor dan kapal motor (boat).

Armada nelayan dalam menangkap lobster di Kabupaten Simeulue dari

hasil penelitian umumnya dengan menggunakan perahu motor atau dalam bahasa

daerah lebih dikenal dengan robin, armada lainnya seperti dengan bantuan ban

dalam mobil atau berenang manual serta yang menggunakan perahu dayung dan

sangat minim yang menggunakan perahu motor.21

Gambaran penggunaan armada dalam penangkapan lobster didominasi

armada perahu benmotor berbobot kurang dua gross tonase ini sesuai dengan

habitat dari lobster itu sendiri yang umumnya berada pada daerah terumbu karang

di sekitaran pantai pulau-pulau di Kabupaten Simeulue sehingga daerah

tangkapan tidak terlalu jauh bahkan di daerah tertentu nelayan dapat melakukan

penangkapan tanpa armada yakni hanya berang snorkling di sekitaran pantai

20
Veithzal Rivai, Islamic Marketing, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 96.
21
Hasil Observasi, Nelayan Lobster di Kecamatan Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu,
pada tanggal 8 Januari 2021.
71

tempat mereka tinggal. Dengan kondisi armada sebagaimana digambarkail di atas

maka sudah sepatutnya nelayan lobster harus menjaga kondisi ekosistem terumbu

karang sebagai fishing ground area mereka sehingga keberlanjutan usaha meraka

tetap dapat berlangsung. Nelayan lobster melakukan penangkapan dengan

penyelaman langsung untuk mengambil langsung lobster di dasar perairan,

sedangkan alat tangkap lainnya sangat jarang digunakan, dimana untuk jaring,

serok, krendet dan bubu.22

Hasil wawancara terhadap panglima laot yang juga mengetahui

penggunaan alat tangkap lobster jenis-jenis alat tangkap sama dengan jawaban

nelayan, sedangkan peran dari penampung/pembeli lobster terhadap anjuran

penggunaan alat tangkap tertentu sifatnya tidak mengikat.23

Domininasi nelayan lobster melakukan penangkapan langsung dengan

menyelam kondisi ini telah dilakukan nelayan semenjak komoditi lobster laku

diperjualbelikan hal ini selain faktor kebiasaan juga menurut nelayan dengan

metode ini lebih pasti untuk memperoleh hasil tangkapan lobster yang terutama

dilakukan di daerah terumbu karang. Metode penangkapan lobster dengan

menyelam secara kesehatan sangat beresiko apalagi menyelam dengan alat bantu

kompresor angin yang secara peraturan telah dilarang .clan serin mengakibatkan

penyakit dekompresi bahkan menyebabkan kematian bagi nelayan tersebut,

bahaya penggunaan metode penangkapan dengan menyelam dapat diminimalisir

dengan memberikan pelatihan penyelaman yang sehat dan benar untuk itu

22
Ibid
23
Firdaus, Panglima Laut di Simeulue Cut Kabupaten Simeulue, (Wawancara: 27 Oktober
2020)
72

diperlukan peran dari pemerintah agar melaksanakan pelatihan tersebut kepada

nelayan lobster.24

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, maka dapat diketahui

bahwa para nelayan lobster yang ada di Kecamatan Seumeulue Cut melakukan

prinsip kemanusiaan, karena alat yang digunakan dan teknik penangkapan masih

sangat tradisional, sehingga lobster dan terumbung karan dapat terjaga dengan

baik.

3. Prinsip Keadilan

Penerapan prinsip keadilan yang dilakukan oleh nelayan lobster dapat

dikatakan kurang adil. Hal ini di sebbakan adanya perbedaan harga antara

pelanggan sekitar daerah dengan pelanggan yang berasal dari luar daerah, karena

ketidak adilan harga yang akan dikurangi jika pembelinya adalah kerabat, maka

dalam hal ini keadilan tidaklah dilakukan. 25

Harga lobster semestinya itu harus adil dilakukan, baik bagi warga di

daerah sendiri maupun warga yang berasal dari luar daerah, karena keadilan harga

sangat besar pemicu keinginan pembeli untuk membelinya kembali, begitu halnya

dengan timbangan maka alangkah baiknya timbangan itu diberitahukan kepada

konsumen akan tingkat kelebihan dan kekurangannya, tanpa harus membohongi

konsumen jika kedapatan timbangan yang kurang pas, namun alangkah baiknya

jika dilebihkan dan dianggap sebagai sedekah. 26

24
Ibid
25
Hasil Observasi, Nelayan Lobster di Kecamatan Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu,
pada tanggal 9 Januari 2021.
26
Firdaus, Panglima Laut di Simeulue Cut Kabupaten Simeulue, (Wawancara: 27 Oktober
2020)
73

Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan

dalam konteks perbendaharaan bisnis (klasik) agar pengusaha muslim

menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang

benar, karena hal itu merupakan perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang

terbaik pula. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

           


Artinya: dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah

dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih

baik akibatnya. (Q.S. al-Israa’:35).27

Menurut peneliti perilaku nelayan lobster belum sesuai dengan prinsip

keseimbangan atau keadilan dalam menjalankan transaksi jual beli, karena harga

yang diberikan dipasaran sesuai dengan keinginan nelayan dan orang yang

dikenalnya.

4. Prinsip Kebajikan

Prinsip ini menegaskan pemahaman bahwa manusia harus melakukan

sebanyak mungkin kebajikan dalam hidupnya. Prinsip ini adalah landasan

kegiatan produksi dalam Islam yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia secara

kolektif. Prinsip kebajikan yang semestinya diterapkan oleh nelayan lobster

adalah menjaga kualitas lobster yang diperjual belikan dan juga tidak

menggunakan alat yang dapat merusak terumbu karang yang ada di laut.

27
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-syifa, 1998 ), cet.
ke-1, h. 94
74

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa para nelayan

lobster selalu menjaga kesegaran lobster dengan tidak memberikan bahan yang

berbahaya kedalam lobster, hanya dengan memberikan es batu atau sejenis garam

yang dapat mempertahankan kualitas lobter hingga sampai ke tanggan

konsumen.28

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka dapat diketahui bahwa

para nelayan lobster telah melaksanakan prinsip kebajikan, dengan tidak

memberikan bahan berbahaya kedalam lobster dan hal-hal yang membahayakan

konsumen

5. Prinsip Kebebasan dan Tanggung Jawab

Dalam Islam kehendak bebas mempunyai tempat sendiri, karena potensi

kebebasan itu sudah ada sejak manusia dilahirkan dimuka bumi ini. Namun, sekali

lagi perlu ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam diri manusia bersifat

terbatas, sedangkan kebebasan yang tak terbatas hanyalah milik Allah SWT

semata.

Prinsip kehendak bebas yang diwujudkan oleh pihak nelayan lobster yang

ada di Seumeulu Cut dengan memberikan kebebasan penjual lain untuk berjualan

di dekatnya serta tidak memberikan harga dibawah harga standar untuk menarik

pembeli dan jika pembeli hendak membeli di tempat lain, maka tidak ada unsur

paksaan bagi konsumen tersebut. Selain itu masyarakat dapat bekerja di tempat

budidaya lobster itu dilakukan, dan tidak ada paksaan jika hendak menjadi

28
Hasil Observasi, Nelayan Lobster di Kecamatan Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu,
pada tanggal 7 Januari 2021.
75

karyawan atau berhenti bekerja di tambak tersebut. Sebagaimana hasil wawancara

dengan salah satu nelayan lobster dalam bentuk tambak yaitu:

Banyak karyawan yang bekerja di tempat saya adalah masyarakat setempat


yang meminta pekerjaan kepada saya, dan saya sendiri tidak memaksa
mereka untuk bekerja atau berhenti jika kemudian hari tidak lagi bekerja
disini.29

Perilaku memaksa pembeli sangat dilarang, hal tersebut dijelaskan dalam

UU N0.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pada Pasal 15, menyatakan

bahwa “pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang dilarang

melakukan pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik

fisik maupun psikis terhadap konsumen.

Perlu disadari oleh setiap muslim, bahwa dalam situasi apa pun, ia di

bimbing oleh aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang didasari pada ketentuan-

ketentuan Tuhan dalam syariat-Nya yang dicontohkan melalui Rasul-Nya. Oleh

karena itu ” kebebasan memilih” dalam hal apa pun, termasuk dalam bisnis.30

Selanjutnya memiliki tanggung jawab yaitu dengan manusia diciptakan di

dunia mempunyai satu peran untuk mengelola kehidupannya sebaik mungkin.

Dan semua aspek kehidupannya bukan suatu aspek kehidupannya bukan suatu

yang terbebas dari sebuah tanggungjawab. Rasa tanggung jawab itu tentunya

bukan sekedar omongan belaka, melainkan harus benar-benar diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari melalui perbuatan. Dalam dunia bisnis hal semacam itu

juga sangat berlaku. Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbagai

bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki

29
Hasil Wawancara dengan bapak Juanl, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
30
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalm Perspektif islam, (Malang:UIN Malang Press,
2007), h. 16
76

tercapai, atau ketika sudah mendapatkan keuntungan. Semua itu perlu adanya

pertanggungjawaban atas apa yang telah pebisnis lakukan, baik itu

pertanggungjawaban ketika ia bertransaksi, memproduksi barang, menjual barang,

melakukan jual-beli, melakukan perjanjian dan lain sebagainya.

Prinsip tanggung jawab yang sangat jelas harus dimiliki adalah dengan

tidak merusak lingkungan laut dan habitat di dalamnya. Potensi lingkungan yang

rusak di akibatkan dari tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Sering

terjadi bencana-bencana yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang mencari

keuntungan jangka pendek tanpa memikirkan kelestarian lingkungan. Penjelasaan

mengenai pemeliharaan lingkungan dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut:

            

          

  


Artinya: dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia
ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-
gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari
panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam
peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu
agar kamu berserah diri (kepada-Nya). (Q.S. an-Nahl, 16:81). 31

Makna yang terkandung dari ayat tersebut adalah dari semua nikmat dan

karunia yang telah Allah berikan kepada manusia untuk dapat dikelola menjadi

sumber penghidupannya agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, serta

harus memerhatikan pemeliharaannya.

31
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-syifa, 1998 ), cet.
ke-1, h.69
77

D. Kendala Bagi Nelayan Lobster Di Kecamatan Simeulue Cut Pantai

Teluk Kabupaten Simeulue Untuk Menjalankan Etika Produksi Islam

Berdasarkan hasil peneliti diketahui dari lima prinsip yaitu prinsip tauhid,

prinsip kemanusiaan, prinsip keadilan, prinsip kebajikan, prinsip kebebasan dan

tanggung jawab, maka nelayan penagkap lobster maupun pemilik tambak di

Kecamatan Seumeulue Cut diketahui belum melaksanakan secara maksimal yaitu

prinsip keadilan dan juga prinsip tauhid, maka oleh sebab itu peneliti menkaji

kembali kendala yang didapatkan sehingga sangat sulit untuk menerapkan kedua

prinsip tersebut.

1. Kurangnya iman seseorang sehingga malas dalam melakukan segala

anjuran dalam agama

Kurangnya iman seseorang dalam melaksanakan setiap aturan dan

ketentuan yang ada dalam agama, sangatlah besar dampak atas keinginan dan

motivasi untuk melakukannya, karena iman menjadi motor pergerak seseorang

dalam memenuhi setiap aturan yang semestinya dilakukan, oleh karena itu peneliti

melakukan hasil wawancara lanjutan dengan nelayan penangkap lobster mengenai

ketidak mampuan mereka dalam memenuhi prinsip tauhid, yaitu:

Melakukan shalat merupakan hal kewajiban, namun namanya manusia yang


kurang iman sangat sulit untuk menuruti akan anjuran agama, padahal di
dalam Islam sangat memudhakan umat nya untuk dalam segala usuran
begitu halnya dalam urusan shalat hanya saja sebagian besar para nelayan
tidak mmapu melakukannya dengan alasan karena lokasi yang jauh dari
pemukiman, lupa membawa baju ganti, tempat yang kurang bersih dan
kurangnya iman dalam hati.32

32
Hasil Wawancara dengan bapak Faizal, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 5 Januari 2021.
78

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa

kendala yang utama dalam ketidak mampuan nelayan lobster dalam menjalani

prinsip tauhid yaitu kurangnya iman dalam hati, akibatnya kewajiban yang

semestinya dilakukan tidak dirasakan akan hukum yang ada di dalamnya,

sehingga berani melalaikannya dengan berbagai alasan, seperti baju yang

dikenakan tidak layak, lokasi yang jauh dari pemukiman di saat berada di tengah

laut, tempat yang kurang bersih dan alasan yang lainnya, namun pada intinya sifat

malas yang kurang iman dalam hati seseorang menjadi pemicu ketidak mampuan

mereka dalam menjalaninya sesuai dengan anjuran agama.

Selain dari ibadah shalat, peneliti juga mengali kembali tentang prinsip

tauhid yang lainnya dan itu jelas terlihat dilakukan dengan tidaknya ketika waktu

tiba yaitu ibadah puasa. Maka kendala yang sama juga diungkapkan oleh nelayan

lobster yang lainnya yaitu:

Dibulan Ramadhan, saya mengakui banyak puasa yang saya tinggalkan,


karena terlalu capek melakukan penangkapan lobster di laut lepas, ditambah
lagi ketidakmampuan saya menjaganya ketika berada di dalam air, sehingga
banyak hal yang terlupakan, padahal itu merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh umat Islam, mengingat puasa hanya ada dalam setahun satu
bulan, maka dalam hal ini bukan hanya saya saja, namun sebagian besar
masyarakat melupakan hal tersebut, dan perlu adanya pembinaan lebih
lanjut dari diri sendiri untuk dapat mengubah setiap hal yang buruk menjadi
lebih baik.33

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui kendala yang

didapatkan dalam setiap nelayan untuk memenuhinya karena kurangnya iman

dalam hati dan sifat malas yang dibudidayakan sehingga prinsip tauhid tidak bisa

dilakukan secara maksimal.

33
Hasil Wawancara dengan bapak Sandi, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 10 Januari 2021.
79

2. Peluang keuntungan yang tidak stabil

Peluang keuntungan yang tidak stabil dimasa pandemi covid-19

berdampak kepada kurangnya keadilan dari pihak nelayan dalam memberikan

harga lobster kepada setiap konsumen yang membelinya, ketika konsumen yang

datang merupakan penduduk luar, maka harag lobster akan dinaikkan, berbeda

dengan konsumen setempat yang akan diberikan harga yang miring, sehingga

prinsip keadilan tidak dilakukan secara maksimal.

Begitu halnya dengan ungkapan nelayan penangkap lobster, bahwa:

Harga lobster untuk sekarang ini tidak stabil mengingat minimnya


permintaan baik di dalam daerah maupun luar daerah, sehingga ketika ada
peluang besar yang datang dari luar dearah dengan permintaan yang tinggi,
maka harga yang semestinya diberikan sedikit harus ditambahkan lantaran
peluang tersebut tidak akan datang kedua kalinya .34

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh nelayan yang memiliki tambak

lobster yaitu:

Saya penambak lobster harus mengunrangi karyawan selama pandemi


covid-19, mengingat budidaya lobster yang saya lakukan selama ini
kurangnya peminat, sehingga para karyawan menjadi akibat dari minimnya
penjualan maka pengurangan karyawan juga harus dilakukan dalam
menutupi kerugian yang besar, maka karyawan yang biasanya saya
keluarkan diluar dari kerabat yang dekat, maka dalm hal ini keadilan kurang
diterapkan.35

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui pemilik

tambak mengakui akan prinsip keadilan kurang diterapkan lantaran karyawan

yang dimilikinya harus mengalami pemecatan mengingat kerugian yang dirasakan

selama pandemi covid-19.

34
Hasil Wawancara dengan bapak Jul, Nelayan Penangkap Lobster di Kecamatan
Seumeulu Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
35
Hasil Wawancara dengan bapak Baim, Pemilik Tambak Lobster di Kecamatan Seumeulu
Cut Kabupaten Seumeulu, pada tanggal 7 Januari 2021.
80

Keuntungan yang datang serta masa yang tidak memungkinkan bagi

nelayan lobster untuk menerapkan prinsip keadilan, sehingga prinsip tersebut

tidak secara maksimal diterapkan yang semestinya harus ada mengingat sesama

manusia sangatlah perlu diterapkannya prinsip tersebut untuk memiliki

lingkungan hidup yang lebih baik.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pemahaman nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk

Kabupaten Simeulue terhadap etika produksi Islam bahwa dari kelima

etika produksi Islami, yaitu tauhid, keadilan, kebajikan, kemanusiaan,

kebebasan dan tanggung jawab hanya dua etika yang kurang dipahami

oleh nelayan lobster yaitu prinsip tauhid dikarenakan banyak nelayan lebih

leluarsa meninggalkan shalat dengan alasan malas atau pakaian dan tempat

yang ada saat itu tidak suci, sedangkan prinsip keadilan juga kurang

dipahami dikarenakan adanya kenaikan harga lobster antara yang dikenal

dengan tidak dikenal atau dengan penduduk setempat dan penduduk diluar

daerah, sedangkan untuk prinsip kebajikan dilakukan dengan tidak

memberikan bahan berbahaya ke dalam lobster, selanjutnya untuk prinsip

kemanusiaan itu dilakukan dengan menjaga kelestarian laut dan sesama

nelayan saling membantu, begitu juga prinsip kebebasan yang tiada

larangan sesama nelayan untuk pekerjaan yang sama serta selalu berusaha

untuk menangkap lobster tanpa merusak terumbu karang.

2. Etika produksi para nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai

Teluk Kabupaten Simeulue ditinjau dari etika produksi islam, maka

berdasarkan hasil penelitian nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut

81
82

Pantai Teluk ditemukan bahwa para nelayan menerapkan prinsip

kemanusiaan, prinsip kehendak bebas dan tanggung jawab, serta prinsip

kebajikan namun tidak menerapkan prinsip tauhid, dan prinsip keadilan.

3. Kendala bagi nelayan lobster di Kecamatan Simeulue Cut Pantai Teluk

Kabupaten Simeulue untuk menjalankan etika produksi islam karena: 1)

Kurangnya iman seseorang sehingga malas dalam melakukan segala

anjuran dalam agama, dan 2) Peluang keuntungan yang tidak stabil.

B. Saran-saran

Setelah mengadakan penelitian, maka peneliti dapat mengemukakan

beberapa saran, yaitu:

1. Untuk Nelayan

Diharapkan lebih mengutama etika dalam produksi Islam, karena setiap

perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban, begitu juga dengan

ibadah kepada Allah SWT yang dengan santainya ditinggalkan, padahal

hidup di dunia hanyalah sementara.

2. Untuk Geuchiek dan Ulama Setempat

Diharapkan kepada geuchiek dan ulama setempat untuk sellau menegur

masyarakat setempat khususnya nelayan agar tidak mudha meninggalkan

perintah Allah SWT demi kekayaan dari meraut rezeki dari Allah SWT.

3. Untuk penelitian lain

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan awal bagi

penelitian lainnya dalam melakukan penelitian selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Al-Kaaf, Abdullah Zaky, Ekonomi dalm Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia
Pertama, 2002.
Alfan, Muhammad, Pengantar Filsafat Nilai, Bandung: Pustaka Setia, 2016.
Alma, Buchari, Dasar-Dasar Etika Bisnis islam, Bandung: Alfabeta, 2003.

Arifin, Johan, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009.


Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet,
2003.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta,2012.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ketiga,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Asy-syifa, 1998.
Djakfar, Muhammad, Etika Bisnis dalm Perspektif islam, Malang:UIN Malang
Press, 2007.
Fauziah,Ika Yunia, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kecana, 2013.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II, Jakarta : Andi Offset, 2011.
Harahap, Sofyan s., Etika Bisnis dalam perspektif Islam, Jakarta: Salemba, 2011.
Hutomo, Mardi Yatmo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi,
Yogyakarta: Adiyana Press, 2000.
Kara, Muslimin H, Bank Syariah Di Indonesia Analisis Terhadap
Pemerintah Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII
Press, 2005.
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: III T Indonesia, 2002.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya, 2010.

Mustaq, Ahmad, Etika Binis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,2011.


Muslih, Muslih, Pengantar Ilmu Filsafat, Ponorogo: Darussalam University Press,
2018.
Nasution, Mustafa Edwin dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
Kencana, 2006.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: Rajawali Pers, 2017.

Nasution, Mustafa Edwin, Analisis Teori Produksi Dalam Ekonomi Islam dan
Konvensional, Skripsi Program Sarjana Ekonomi Islam IAIN, Lampung,
2011.
Naqvi, Syed Nawab Haider, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, terj. M. Saiful
Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Putong, Iskandar, Economics Pengantar mikro dan Makro, Jakarta,Mitra Wacana
Media, 2010.
Qaradhawi, Yusuf, Norma Dan Etika Ekonomi, Jakarta: Rabbani Press,2001.
Rahmaniyah, Istigfarotul, Pendidikan Etika, Malang: UIN-Maliki Press, 2017.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula,
Bandung: Alfabeta, 2013.
Rivai, Veithzal, Islamic Marketing, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.
Sukarno, Fahrudin, Etika produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta:
AlAzhar Pres, 2010.
Sukarno, Fahrudin, Etika Produksi Perspektif Agama Islam, di edit dalam Dewan
Pengurus Nasional Fordeby dan Adesy, Ekonomi Dan Bisnis Islam Seri
Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, Jakarta: Raja Grafindo,
2016.
Sukmadinata, Nana Syaodi, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2013.
Suseno, Franz Magniz, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,
Yogyakarta: Kanisius, 2017.
Tadjoedin, Achmad Ramzy , dkk, Berbagai Aspek Ekonomi Islam,
Yogyakarta: Tiara Waca, 2012.

Website
Eko Wahyuni, Naik Hampir Dua Kali Lipat, Ekspor Bneih Lobster Agustus 2020
capai USS 6,4 Juta. Dipublikasikan pada 21 Sesptember 2020.
https://bisnis.tempo.co/read/1388665/naik-hampir-dua-kali-lipat-ekspor-
benih-lobster-agustus-2020-capai-us-64-juta/full&view=ok. Diakses pada
12 Sesptember 2020.
http://www.simeuluekab.go.id/index.php/page/5/letak-geografis, diakses pada 2
Oktober 2019
Kabupaten Simeulue, https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simeulue, diakses
pada 10 Juli 2020.
Ruslam Gilmashin, Benih dilarang Ekspor Lobster Benderang, Online.
Dipublikasikan 04 Januari 2020.
https://katadata.co.id/0/analisisdata/5e9a57af96532/benih-dilarang-
ekspor-lobster-benderang. dikases pada 15 Desember 2020.
Suhana, Lobsternomics (2): Kinerja Ekspor Lobster Triwulan 1 2019.
Dipublikasikan 07 Mei 2019.
https://suhana.web.id/2019/05/07/lobsternomics-2-kinerja-ekspor-
lobster-triwulan-1-2019/. Diakses pada 15 Desember 2020.
Surya Pos, Pengertiaan Ekonomi Islam, Artikel di akses pada tanggal 10 Mei
2018 dari http://www.suryapost.com/2010/12/pengertian-ekonomi-islam-
html.

Jurnal
Armen Zulham dan Zahri Nasution, Bisnis Lobster di Simeulue: Keragaan
Perdagangaan dan Kabijakan Inovasi Budidaya. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 2016.
Indonesia, Undang-Undang tentang Perikanan,UU No. 31 Tahun 2004. LN 25.
Martahadi, Potensi Ekonomi Perikanan dan Kontribusinya Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Simeulue. Prodi Ekonomi
Pembagunan, Fakultas Ekonomi Universitas Samudera, 2017, vol. 1.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007.
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan RI Tentang Larangan Penangkapan
Atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, Dan Ranjungan Dari Negara
Indonesia, Tahun 2016. Nomor 12/Permen-KP.
Ramadhani, Pemberdayaan hasil Perikanan masyarakat pesisir Pantai Jakat
Dalam meningkatkan pendapatan perspektif Ekonomi Islam. Prodi
Syariah, Fakultas ekonomi dan Bisnis islam IAIN Bnegkulu, 2017.
Riesti Triyanti dan Risna Yusuf, Analisis Manajemen Rantai Pasok Lobster (Studi
Kasus di Kabupaten Simeulue, Aceh), Balai Besar Penelitian Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 2015.
Taufik Hidayat, Analisis Konstribusi Budidaya kerang Hijau terhadap
Pendapatan Masyarakat Perspektif Ekonomi Islam (studi di Pulau
Pasaran Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota
Bandar Lampung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lmapung, 2019.
T. Amarullah, dkk, strategi Peningkatan Pendpatan Nelayan Skala Kecil
Berkelanjutan Mlelaui Pemanfaatan Potensi Gurita di Kabupaten
Simeulue Provinsi Aceh). Prodi Perikanan dan Ilmu Kleautan, Jurnal
Volume 7, 2020.
Yana Lestari, Analsiis Pendapatan Masyarakat Pesisir Melalui Budidaya Lobster
(penulirus sp) pada Fase Pembesaran di Desa Tanjung Luar Kecamatan
Keruak Kabupaten Lombok Timur. Prodi Pemnafaata Sumber Daya
perikanan, Fakultas Perikan Universitas Gunung Rinjani Selong, 2019.
PEDOMAN WAWANCARA

No Rumusan Masalah Pertanyaan


1 Bagaimana pemahaman 1. Sejak kapan anda menjadi nelayan lobster?
nelayan lobster di Gampong 2. Apakah anda menangkap lobster setiap
Simeulue Cut Pantai Teluk hari?
Kabupaten Simeulue terhadap 3. Selain menangkap lobster di laut lepas,
etika produksi Islam? apakah anda juga melakukan budidaya
lobster?
4. Apakah anda memahami tentang prinsip
tauhid dalam produksi secara islam?
5. Apakah anda memahami tentang prinsip
kemanusiaan dalam produksi secara islam?
6. Apakah anda memahami tentang prinsip
keadilan dalam produksi secara islam?
7. Apakah anda memahami tentang prinsip
kebajikan dalam produksi secara islam?
8. Apakah anda memahami tentang prinsip
kehendak bebas dan tanggung jawab dalam
produksi secara islam?

2 Bagaimana etika produksi 1. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip


para nelayan lobster di tauhid pada saat budidaya dan menangkap
Gampong Simeulue Cut lobster?
Pantai Teluk Kabupaten 2. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip
Simeulue ditinjau dari etika kemanusiaan pada saat budidaya dan
produksi islam? menangkap lobster?
3. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip
keadilan pada saat budidaya dan menangkap
lobster?
4. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip
kebajikan pada saat budidaya dan
menangkap lobster?
5. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip
kehendak bebas pada saat budidaya dan
menangkap lobster?

3 Apa saja kendala bagi nelayan 1. Apa saja yang kendala bapak dapatkan
lobster di Gampong Simeulue dalam menerapkan etika produksi islam?
Cut Pantai Teluk Kabupaten 2. Apa terasa sulit untuk bapak menerapkan
Simeulue untuk menjalankan etika produksi islam seperti prinsip tauhid
etika produksi islam? dan keadilan?
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Tangkap:

1. Bapak : Faizal
Pertanyaan :
1. Sejak kapan anda menjadi nelayan lobster?
2. Apakah anda menangkap lobster setiap hari?
3. Selain menangkap lobster di laut lepas, apakah anda
juga melakukan budidaya lobster?
4. Apakah anda memahami tentang prinsip tauhid dalam
produksi secara islam?
5. Apakah anda memahami tentang prinsip kemanusiaan
dalam produksi secara islam?
6. Apa saja yang kendala bapak dapatkan dalam
menerapkan etika produksi islam?
7. Apa terasa sulit untuk bapak menerapkan etika
produksi islam seperti prinsip tauhid dan keadilan?
Jawaban :
a. Keseharian yang dilakukan di tambak lobster adalah merawat lobster dan
pekerjaan ini sudah dilakukan hampir 15 tahun yang sebelumnya
pekerjaan hanya menjadi nelayan penangkap lobster di laut lepas, maka
menurut prinsip tauhid saya sendiri masih kurang memahaminya dan itu
bukan hanya saya sendiri tapi juga sebagian besar nelayan yang ada,
termasuk saya, karena melakukan shalat maka harus mengantikan pakaian
yang saya miliki lantaran bau amis yang sangat menyengat, oleh sebab itu
saya malas mengerjakannya.
b. Sesama manusia kita harus saling membantu jika ingin menerapkan
prinsip kemanusiaan, seperti saya membantu nelayan lainnya yang
kekurangan alat dalam menangkap lobster atau memberikan bantuan jika
adanya nelayan yang membutuhkan perahu motor, selama nelayan
tersebut juga menjaga setiap barang yang diminta, mengingat sayapun
bukan seorang nelayan yang memiliki penghasilan lebih banyak hanya
saja terkadang ada penghasilan lebih saya sisihkan hingga mampu saya
sediakan setiap alat-alat yang dibutuhkan dalam penangkapan lobster,
bahkan saya sendiri dulunya sebelum memiliki alat sendiri sering
meminjam atau meminta bantua kepada nelayan yang lainnya, sehingga
hubungan yang terjalin di antara kami harus saling menjaga.
c. Melakukan shalat merupakan hal kewajiban, namun namanya manusia
yang kurang iman sangat sulit untuk menuruti akan anjuran agama,
padahal di dalam Islam sangat memudhakan umat nya untuk dalam segala
usuran begitu halnya dalam urusan shalat hanya saja sebagian besar para
nelayan tidak mmapu melakukannya dengan alasan karena lokasi yang
jauh dari pemukiman, lupa membawa baju ganti, tempat yang kurang
bersih dan kurangnya iman dalam hati

Tanda Tangan

Faizal
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Tangkap:

2. Bapak : Lalan
Pertanyaan :
1. Apakah anda memahami tentang prinsip keadilan
dalam produksi secara islam?
Jawaban : Harga lobster yang selama ini ada di pasaran
merupakan harga menurut tingkat permintaan dan
jumlah barang yang tersedia, seperti di masa covid
jumlah lobster melimpah lantaran minimnya konsumen
yang meminta kiriman lobster baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, sehingga harga sangat murah,
namun jika jumlah lobtser dipasar sangat minim, maka
harga lobster akan meninggi

Tanda Tangan

Lalan
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Tangkap:

3. Bapak : Febri
Pertanyaan :
1. Apakah anda memahami tentang prinsip kebajikan
dalam produksi secara islam?
Jawaban : Harga lobster yang selama ini ada di pasaran
merupakan harga menurut tingkat permintaan dan
jumlah barang yang tersedia, seperti di masa covid
jumlah lobster melimpah lantaran minimnya konsumen
yang meminta kiriman lobster baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, sehingga harga sangat murah,
namun jika jumlah lobtser dipasar sangat minim, maka
harga lobster akan meninggi

Tanda Tangan

Febri
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Tangkap:

4. Bapak : Baim
Pertanyaan :
1. Apakah anda memahami tentang prinsip kebajikan
dalam produksi secara islam?
2. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip tauhid pada
saat budidaya dan menangkap lobster?
3. Apa saja yang kendala bapak dapatkan dalam
menerapkan etika produksi islam?
4. Apa terasa sulit untuk bapak menerapkan etika
produksi islam seperti prinsip tauhid dan keadilan?
Jawaban :
a. Saya sebagai nelayan selalu berusaha untuk menangkap lobster dengan
cara ramah lingkungan, karena jika menangkap lobster menggunakan
bahan peledak kemungkinan besar terumbu karang rusah dan
mengakibatkan populasi berkurang, namun ada juga para nelayan yang
melakukan dengan cara peledak, namun akan ditangkap oleh pihak
kelautan jika ketahuan.
b. Sebagai nelayan lobster sesekali pernah melakukan shalat tepat waktu,
namun mengingat lokasi dan tempat terkadang yang tidak memungkinkan
maka keseringan melakukan shalat jamak, misalnya shalat dhuhur di jama’
keashar karena lokasi untuk menangkap lobster sangatlah jauh dari daratan
jadi ketika menjelang sore hari baru pulang walaupun lobster yang
didapatkan masih kurang, mengingat shalat dhuhur maupun ashar yang
belum dilakukan.
c. Saya penambak lobster harus mengunrangi karyawan selama pandemi
covid-19, mengingat budidaya lobster yang saya lakukan selama ini
kurangnya peminat, sehingga para karyawan menjadi akibat dari
minimnya penjualan maka pengurangan karyawan juga harus dilakukan
dalam menutupi kerugian yang besar, maka karyawan yang biasanya saya
keluarkan diluar dari kerabat yang dekat, maka dalm hal ini keadilan
kurang diterapkan.

Tanda Tangan

Baim
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Tangkap:

5. Bapak : Sandi
Pertanyaan :
1. Apakah anda memahami tentang prinsip kehendak
bebas dna tanggung jawab dalam produksi secara
islam?
2. Apa saja yang kendala bapak dapatkan dalam
menerapkan etika produksi islam?
3. Apa terasa sulit untuk bapak menerapkan etika
produksi islam seperti prinsip tauhid dan keadilan?
Jawaban :
a. Menurut saya pahami prinsip kebebasan itu dilakukan dengan tidak
membatasi produksi atau larangan kepada nelayan lain untuk melakukan
pekerjaan yang sama, sehingga tidak ada kebencian diantara sesama
nelayan, karena rezeki sudah diatur oleh yang maha kuasa, sedangkan
tanggung jawab itu dilakukan dengan tidak luput dari membayar zakat,
infak dan menjaga kelestarian alam agar tidak rusak dan kesejahteraan
dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
b. Dibulan Ramadhan, saya mengakui banyak puasa yang saya tinggalkan,
karena terlalu capek melakukan penangkapan lobster di laut lepas,
ditambah lagi ketidakmampuan saya menjaganya ketika berada di dalam
air, sehingga banyak hal yang terlupakan, padahal itu merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh umat Islam, mengingat puasa hanya ada dalam
setahun satu bulan, maka dalam hal ini bukan hanya saya saja, namun
sebagian besar masyarakat melupakan hal tersebut, dan perlu adanya
pembinaan lebih lanjut dari diri sendiri untuk dapat mengubah setiap hal
yang buruk menjadi lebih baik.

Tanda Tangan

Sandi
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Pemilik Tambak dan nelayan Tangkap:

1. Bapak : Jul
Pertanyaan :
1. Sejak kapan anda menjadi nelayan lobster?
2. Apakah anda menangkap lobster setiap hari?
3. Selain menangkap lobster di laut lepas, apakah anda
juga melakukan budidaya lobster?
4. Apakah anda memahami tentang prinsip tauhid dalam
produksi secara islam?
5. Apakah anda memahami tentang prinsip kebajikan
dalam produksi secara islam?
6. Bagaimana cara bapak menerapkan prinsip tauhid pada
saat budidaya dan menangkap lobster?
7. Apa saja yang kendala bapak dapatkan dalam
menerapkan etika produksi islam?
8. Apa terasa sulit untuk bapak menerapkan etika
produksi islam seperti prinsip tauhid dan keadilan?

Jawaban :
a. Keseharian yang dilakukan di tambak lobster adalah merawat lobster dan
pekerjaan ini sudah dilakukan hampir 15 tahun yang sebelumnya
pekerjaan hanya menjadi nelayan penangkap lobster di laut lepas, maka
menurut prinsip tauhid saya sendiri masih kurang memahaminya dan itu
bukan hanya saya sendiri tapi juga sebagian besar nelayan yang ada,
termasuk saya, karena melakukan shalat maka harus mengantikan pakaian
yang saya miliki lantaran bau amis yang sangat menyengat, oleh sebab itu
saya malas mengerjakannya
b. Saya melakukan budidaya lobster karena menjaga kelestarian lobter untuk
bisa berkembak biak melalui penetasan benih-benih lobter yang bukan
hanya berdasarkan dari populasi yang ada di laut lepas, oleh karena itu
budidaya lobter sangatlah perlu dilakukan agar terjaga habitatnya hingga
dikemudian hari generasi penerus dapat menemukan dan merasakan lobter
yang melimpah di Simeulue
c. Setiap keinginan ada dalam berusaha untuk melakukan shalat, namun hal
ini tidak terwujud, karena sifat malas yang saya miliki, namun untuk
sekarang ini saya akan berusaha untuk dapat menjalankan perintah agama
karena selama bekerja perintah tersebut terabaikan, dan saya mengakui
akan hal tersebut.
d. Harga lobster untuk sekarang ini tidak stabil mengingat minimnya
permintaan baik di dalam daerah maupun luar daerah, sehingga ketika ada
peluang besar yang datang dari luar dearah dengan permintaan yang tinggi,
maka harga yang semestinya diberikan sedikit harus ditambahkan lantaran
peluang tersebut tidak akan datang kedua kalinya.

Tanda Tangan

Jul
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Pemilik Tambak:

2. Bapak : Robin
Pertanyaan :
1. Apakah anda memahami tentang prinsip keadilan
dalam produksi secara islam?

Jawaban :
a. Menurut saya keadilan itu bisa dilihat dari pemberian harga lobster yang
serupa antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya, namun
harga tersebut akan sedikit dinaikkan jika pembeli dalam jumlah besar
yang berasal dari luar daerah, supaya hasil lobster dapat dirasakan oleh
masyarakat setempat dengan harga yang murah, bukan memperbanyak
pemasokan keluar daerah

Tanda Tangan

Robin
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Pemilik Tambak:

3. Bapak : Hairul
Pertanyaan :
2. Apakah anda memahami tentang prinsip kebajikan
dalam produksi secara islam?

Jawaban :
a. Menurut saya prinsip kebajikan dalam hal ini yaitu dengan memelihara
lobster dengan menggunakan bahan makanan yang tidak berdampak buruk
kepada para konsumsi ketika hendak dijual, seperti formalin atau bahan
lainnya yang sangat besar dampak buruk kepada para konsumen yang
mengkonsumsinya

Tanda Tangan

Hairul
TRANSKRIP PEDOMAN WAWANCARA

Nelayan Lobster Pemilik Tambak:

4. Bapak : Juan
Pertanyaan :
1. Apakah anda memahami tentang prinsip kehendak
bebas dna tanggung jawab dalam produksi secara
islam?

Jawaban :
a. Menurut saya pemahaman terhadap kebebasan itu dilakukan dengan
membebaskan masyarakat sekitar bekerja di tambak milik saya, dalam
hal ini saya membantu masyarakat sekitar dalam urusan perekonomian
keluarga, tidak hanya itu saya membebaskan karyawan untuk bekerja
dengan saya atau memilih tambak lain, karena saya akan
memperkerjakan karyawan yang bekerja sesuai dengan harapan saya
selain itu saya juga memiliki tanggung jawab dengan melakukan
transaksi jual beli yang halal melalui barang lobster yang saya miliki

Tanda Tangan

Juan
LEMBAR OBSERVASI

No Tanggal Hasil Observasi


1 7 Januari 2021 1. Nelayan Simeulue umumnya melakukan
penangkapan satu hari atau kurang (one day fishing),
jika turun melaut di waktu subuh/pagi atau
sore/malam hari mereka akan kernbali lagi di waktu
pagi hari besoknya, begitu juga nelayan lobster
umumnya rnelakukan penangkapan di waktu malam
hari sehingga biasanya rnereka turun di atas jam
tujuh malam dan akan kernbali lagi di waktu pagi
hari untuk langsung menjual hasil tangkapan lobster
dalam kondisi hidup. Rata-rata nelayan hanya dapat
melakukan penangkapan lobster antara 10 hingga 20
hari dalam sebulan dengan empat hingga enam bulan
musim penangkapan lobster, namun ada juga
beberapa nelayan melakukan penangkapan kurang
dari waktu tersebut tapi ada juga nelayan yang
melakukan penangkapan sepanjang waktu sejauh
cuaca mendukung.

2 7 Januari 2021 2. Armada nelayan dalam menangkap lobster di


Kabupaten Simeulue dari hasil penelitian umumnya
dengan menggunakan perahu motor atau dalam
bahasa daerah lebih dikenal dengan robin, armada
lainnya seperti dengan bantuan ban dalam mobil atau
berenang manual serta yang menggunakan perahu
dayung dan sangat minim yang menggunakan perahu
motor
3 8 Januari 2021 3. Gambaran penggunaan armada dalam penangkapan
lobster didominasi armada perahu benmotor berbobot
kurang dua gross tonase ini sesuai dengan habitat
dari lobster itu sendiri yang umumnya berada pada
daerah terumbu karang di sekitaran pantai pulau-
pulau di Kabupaten Simeulue sehingga daerah
tangkapan tidak terlalu jauh bahkan di daerah tertentu
nelayan dapat melakukan penangkapan tanpa armada
yakni hanya berang snorkling di sekitaran pantai
tempat mereka tinggal. Dengan kondisi armada
sebagaimana digambarkail di atas maka sudah
sepatutnya nelayan lobster harus menjaga kondisi
ekosistem terumbu karang sebagai fishing ground
area mereka sehingga keberlanjutan usaha meraka
tetap dapat berlangsung. Nelayan lobster melakukan
penangkapan dengan penyelaman langsung untuk
mengambil langsung lobster di dasar perairan,
sedangkan alat tangkap lainnya sangat jarang
digunakan, dimana untuk jaring, serok, krendet dan
bubu
4 9 Januari 20214. Penerapan prinsip keadilan yang dilakukan oleh
nelayan lobster dapat dikatakan kurang adil. Hal ini
di sebbakan adanya perbedaan harga antara
pelanggan sekitar daerah dengan pelanggan yang
berasal dari luar daerah, karena ketidak adilan harga
yang akan dikurangi jika pembelinya adalah kerabat,
maka dalam hal ini keadilan tidaklah dilakukan
5 9 Januari 20215. para nelayan lobster selalu menjaga kesegaran lobster
dengan tidak memberikan bahan yang berbahaya
kedalam lobster, hanya dengan memberikan es batu
atau sejenis garam yang dapat mempertahankan
kualitas lobter hingga sampai ke tanggan konsumen
DOKUMENTASI

PENELITI
MEWAWANCARAI
NARA SUMBER

PENELITI
MEWAWANCARAI
NARA SUMBER
Loaksi Budidaya
Lobster

PENELITI
MEWAWANCARAI
NARA SUMBER

PENELITI
MEWAWANCARAI
NARA SUMBER
PENELITI
MEWAWANCARAI
NARA SUMBER

PENELITI
MEWAWANCARAI
NARASUMBER

Anda mungkin juga menyukai