Anda di halaman 1dari 103

REPRESENTASI PEREMPUAN BERHIJAB DALAM IKLAN SHAMPO

REJOICE VERSI “HIJABISA” FATIN SHIDQIA LUBIS


(Analisis Semiotika Roland Barthes pada Iklan Shampo di Televisi)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar


Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I.Kom) Jurusan Jurnalistik
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURWAFIA
NIM: 50500117091

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurwafia

NIM : 50500117091

Tempat/Tgl.Lahir : Sinjai, 09 Maret 1999

Jur/Prodi/Konsentrasi : Jurnalistik

Fakultas/Program : Dakwah dan Komunikasi

Alamat : Perumahan Saumata Indah blok K No. 5, Kec. Somba


Opu, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan

Judul : Representasi Perempuan Berhijab Dalam Iklan Shampo


Rejoice Versi “Hijabisa” Fatin Shidqia Lubis (Analisis
Semiotika Roland Barthes pada Iklan Shampo di
Televisi)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini


benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 31 Mei 2021


Penyusun,

NURWAFIA
NIM: 50500117091

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, kasih sayang, serta izinNya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam kepada junjungan kita Muhammad

SAW yang telah membawa dan menebar kebaikan di muka bumi, sosok pemimpin
yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kepemimpinan, yang berhijrah dari masa

jahiliah menuju berperadaban. Semoga kita selalu dalam lindungannya dan mengikuti

jejak langkah beliau.

Selama penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari banyaknya

kesulitan yang dihadapi penulis dan tidak bisa disebut satu persatu. Adanya Covid-19

tentunya berpengaruh dalam terselesaikannya tulisan ini, namun selama penulisan ini,

penulis juga merasakan kepuasan tersendiri karena mampu menyelesaikan tulisan

meski dengan segala keterbatasan akibat Covid-19.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, ada banyak pihak yang telah terlibat
dalam proses penyelesaian tulisan ini dengan menyalurkan gagasan serta dukungan

yang membuat penulis tetap semangat dan optimis dalam penyelesaian karya tulis

ilmiah ini. Oleh karenanya, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D.,

Wakil Rektor 1 Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II Dr. Wahyuddin,

Wakil Rektor III M.Hum dan Prof. Darussalam, M.Ag., serta Wakil Rektor IV

Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis untuk menimba ilmu di UIN Alauddin Makassar.

iv
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar Dr. Firdaus

Muhammad, MA., Wakil Dekan I Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si., Wakil

Dekan II Dr. Hj. Nurlaelah Abbas, Lc, MA., dan wakil Dekan III Dr. Irwanti

Said, M.Pd.

3. Ketua Jurusan Jurnalistik Drs. Nur Latief, M.Pd dan Sekretaris Jurusan

Jurnalistik Mudzhira Nur Amrullah, S.Soc., M.Si., atas segala ketulusan dan

kerendahan hati telah memberikan nasihat, motivasi, serta bimbingan kepada

penulis selama menempuh proses perkuliahan dan tentunya dalam proses

terselesaikannya skripsi ini.

4. Terima kasih kepada Drs. Iftitah Jafar, MA., dan Andi Muh. Fadli S.Sos.,

M.Pd., masing-masing pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah beritikad

baik dalam mengarahkan penulis, membimbing, serta memberi banyak ilmu,

juga meluangkan banyak waktu selama penyusunan skripsi ini.

5. Dosen Metode Penelitian Jurnalistik, Rahmawati Latief, S.Sos. M.Soc. Sc.,

yang telah mengajarkan penulis tentang teknik dan tata cara penulisan skripsi

sehingga penulis dapat memahami dan mampu memulai pembuatan tulisan ini.

6. Segenap Dosen, staf tata usaha dan administrasi Fakultas Dakwah dan

Komunikasi atas segala ilmu dan pengetahuan serta motivasi yang telah

diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tulisan ini.

7. Orang tua tercinta, Muh. Nasir dan Fatma yang telah memberikan dukungan,

semangat serta kesempatan dan keluangan waktu untuk terus mengerjakan

tulisan, sehingga tulisan ini bisa cepat terselesaikan.

v
8. Nenek terkasih, Rukayah yang terus mengingatkan penulis tentang waktu,

skripsi dan bimbingan sehingga penulis tidak pernah lengah saat proses

penulisan skripsi ini.

9. Saudara-saudariku, Nurul Nasfa, Adnan Darmawan, Nur Afni Annisa,

Nurfainnah dan Nirfana yang terus memberi dukungan dan juga selalu

mengingatkan penulis tentang waktu yang singkat dan target yang harus

dicapai sehingga penulis bisa sampai di titik ini.

10. Kepada senior-senior yang telah membuka pikiran penulis dengan memberi

gambaran apa yang seharusnya penulis lakukan sehingga penulis mampu

membuat keputusan dan menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman tercinta Pute, Indra, Nunu, Esty, Fira, Mute, Wani, Sulastri yang

terus mendukung dan memberi semangat serta memberikan keluangan waktu

untuk menghibur penulis ketika merasa kesulitan dalam proses penyelesaian

tulisan.

Akhir kata, penulis berharap apa yang telah diberikan ini bisa menjadi amal

jariyah untuk kalian semua, serta dengan selesainya tulisan ini penulis berharap bisa

membuat bangga semua pihak yang telah terlibat. Aamiin

Gowa, 29 April 2021


Penulis,

NURWAFIA
NIM: 50500117091

vi
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
ABSTRAK .............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1-11
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Fokus dan Deskripsi Fokus ........................................................................ 6
D. Kajian Pustaka/ Penelitian Terdahulu ....................................................... 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... 12-36
A. Tinjauan Tentang Iklan di Televisi ......................................................... 12
B. Teori Representasi .................................................................................... 16
C. Konstruksi Sosial atas Realitas Media Massa ........................................ 21
D. Hijab dan Media Massa ............................................................................ 25
E. Analisis Semiotika .................................................................................... 27
F. Kedudukan Perempuan Berhijab dalam Islam....................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 38-41
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 38
B. Pendekatan Penelitian............................................................................... 39
C. Sumber Data .............................................................................................. 40
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 41
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 42
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 42

vii
BAB IV REPRESENTASI PEREMPUAN BERHIJAB DALAM IKLAN
SHAMPO REJOICE VERSI “HIJABISA” FATIN SHIDQIA LUBIS .......... 43-83
A. Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 43
B. Simbolisasi tanda dan makna perempuan berhijab dalam Iklan Rejoice
Versi „HijaBisa‟ Fatin Shidqia Lubis ...................................................... 52
C. Representasi makna hijab dalam Iklan Rejoice Versi „HijaBisa‟ Fatin
Shidqia Lubis ............................................................................................. 63
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 87-85
A. Kesimpulan ................................................................................................ 87
B. Implikasi .................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89-88
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 92

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Perbandingan Penelitian Terdahulu


Tabel 4.1 : Simbolisasi tanda dan makna dengan analisis semiotik Roland Barthes

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes


Gambar 4.1 : Logo P&G Lama
Gambar 4.2 : Logo P&G Baru
Gambar 4.3 : Produk Shampo Rejoice 3-in1 Anti Ketombe
Gambar 4.4 : Scene 1, Perempuan Muslimah Berhijab Sarung
Gambar 4.5 : Scene 2, Perempuan Muslimah yang Kehilangan Peniti Jilbab
Gambar 4.6 : Scene 3, Hijab yang Jatuh ke Dalam Kuah Bakso
Gambar 4.7 : Scene 4, Perempuan Muslimah saat Melepas Helm
Gambar 4.8 : Scene 5, Hijab yang Jadi Mainan Anak Kecil
Gambar 4.9 : Scene 6, Fatin Shidqia Lubis Bernyanyi Bahagia

x
ABSTRAK

Nama : Nurwafia
NIM : 50500117091
Judul : Representasi Perempuan Berhijab Dalam Iklan Shampo Rejoice
Versi “Hijabisa” Fatin Shidqia Lubis (Analisis Semiotika Roland
Barthes pada Iklan Shampo di Televisi)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana


simbolisasi tanda dan makna hijab yang terkandung dalam iklan. Makna apa yang
hendak disampaikan pengiklan berdasarkan lima adegan yang menceritakan
kehidupan seorang muslimah yang kerap mendapat masalah karena hijab yang
digunakannya. Lalu, bagaimana iklan kemudian mampu membangun citra produk
yang sedang dipasarkan melalui setiap adegan dalam iklan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan
pendekatan keilmuan jurnalistik yang akan mengkaji sebuah proses komunikasi
secara mendalam tentang makna yang terdapat pada iklan dengan menggunakan
metode analisis semiotika Roland Barthes. Penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis struktur tanda dengan signifikasi dua tahap yakni denotasi dan konotasi
yang kemudian berkembang menjadi mitos. Dari analisis tersebut, kemudian
dikembangkan dengan merepresentasikan makna hijab dalam iklan yang
dikelompokkan menjadi (1) hijab sebagai identias, (2) hijab sebagai objek perhatian,
dan (3) hijab sebagai citra produk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa format tanda yang terkandung dalam
iklan menunjukkan sikap ke lima perempuan berhijab yang mampu menyelesaikan
berbagai masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka dengan cara yang baik
dan menggambarkan kelembutan, ketulusan hati seorang muslimah, serta
menunjukkan bagaimana mereka mampu menjaga hati untuk tetap istiqomah dalam
berhijab. Kemudian, makna hijab yang terkandung dalam iklan menunjukkan
pentingnya hijab dalam kehidupan dan keseharian seorang muslimah. Hijab bukan
sekadar identitas semata sebagai seorang muslimah, tetapi juga menjadi salah satu
objek perhatian dalam berpenampilan, sehingga untuk tetap nyaman dan percaya diri,
perempuan yang menggunkan hijab membutuhkan kesegaran dan kenyamanan rambut
dan kepala agar suasana hati tetap merasa tenang. Hati yang tenang mampu membuat
seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik serta dapat menyelesaikan
sebuah masalah dengan hati yang lembut sesuai hakikatnya sebagai seorang
muslimah.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa dan perempuan adalah dua hal yang hampir selalu berkaitan.

Media massa adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikator
kepada khalayak, sementara perempuan mengambil peran sebagai orang yang mampu

menyampaikan makna dari informasi yang diberikan. Seperti yang diketahui bahwa,

perempuan adalah makhluk yang paling indah yang telah Allah Swt., ciptakan.

Perempuan yang cantik mampu menarik perhatian banyak orang terlebih bagi kaum

laki-laki. Perempuan yang memiliki daya tarik lebih adalah perempuan yang cantik

dan berhati baik serta mampu mengurus diri mereka agar tetap terlihat cantik.

Hasil temuan Tomagola dari sekitar 300-an iklan menghasilkan bahwa iklan

menciptakan beberapa citra baru bagi perempuan yang salah satunya merupakan citra

pigura. Citra pigura ini menunjukkan bagaimana citra seorang perempuan yang harus
tetap terlihat memikat, yaitu memiliki kulit yang putih, tubuh yang langsing, dan

bagaimana mereka terlihat lebih awet muda sehingga mampu menarik perhatian

konsumen dan khalayak.1

Citra perempuan inilah yang kemudian digunakan oleh pengiklan dalam

mengiklankan sebuah produk, mereka menjadikan perempuan sebagai alat untuk

mempromosikan berbagai jenis produk, utamanya pada iklan televisi. Jika

diperhatikan secara teliti, Iklan di televisi memang didominasi oleh iklan seorang

1
Sarah Santi, “Perempuan dalam Iklan: Otonomi atas Tubuh atau Komoditi?” Jurnal
Komunikologi 1, No. 1 (2004): 24-31

1
2

perempuan dibanding dengan laki-laki. Merita Auli dalam jurnal analisis sosial politik

menyebutkan, bahwa dalam iklan televisi, perempuan memang lebih mendominasi

dibandingkan dengan laki-laki. Iklan dengan menggunakan figur perempuan di

televisi mencapai 33% sedangkan laki-laki hanya 17% saja. Dalam persentase yang

dilakukan Merita, keseluruhan iklan di televisi, perempuan memang jauh lebih

mendominasi dibanding laki-laki dengan jumlah perbedaan yang cukup besar.2 Hal ini

membuktikan, bagaimana citra seorang perempuan mampu memengaruhi tingkat

kepuasan dari pengiklan maupun para konsumen. Namun, tidak dapat dipungkiri

bahwa iklan yang didominasi oleh perempuan ini tidak terlepas dari strategi pengiklan

dalam meningkatkan rating penjualan sebuah produk.

Harus diakui bagaimana kemampuan para pemodal iklan mengetahui

kebutuhan konsumen dan mampu mengikuti suatu tren di kalangan masyarakat. Salah

satu tren sekarang yang juga digunakan oleh pengiklan adalah perempuan berhijab.

Perempuan dengan hijab kini menjadi tren di kalangan masyarkat luas. Bukan hanya

di Indonesia, tren hijab kini telah mendunia. Mengetahui hal tersebut, pengiklan

tentunya tidak tinggal diam. Mereka dengan mudahnya menjadikan perempuan

berhijab sebagai objek dalam mengiklankan sebuah produk yang bahkan sebenarnya

tidak cocok jika diperankan oleh seorang perempuan berhijab.

Salah satu iklan yang melibatkan perempuan berhijab tersebut adalah Iklan

produk shampo Rejoice yang tayang di televisi. Jika biasanya iklan shampo

diperankan oleh perempuan dengan rambut indahnya, maka berbeda dengan iklan

shampo Rejoice ini yang menggunakan perempuan berhijab sebagai bintang iklan.

Iklan tersebut menunjukkan citra perempuan yang berbeda dengan iklan shampo pada

2
Merita Auli, Ririn Jamiah, “Dominasi Perempuan dalam Iklan Televisi: Stereotip Gender
dalam Iklan Televisi Pada Sctv” Analisis Sosial Politik 1, No. 2 (2017): 137-148.
3

umumnya karena menampilkan bintang iklan yang menggunakan hijab. Di sisi lain

representasi iklan shampo tentunya tidak lain untuk mencapai kepentingan perusahaan

semata, dengan menempelkan atribut-atribut agama (keIslaman).

Iklan tersebut, yakni shampo Rejoice versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis,

menampilkan adegan yang berbeda-beda dengan gaya hijab yang berbeda-beda pula.

Iklan yang melibatkan beberapa perempuan berhijab dengan paras cantik dan kulit

yang mulus dengan gaya sedemikian rupa ini tentunya menjadi strategi pengiklan

untuk menarik perhatian konsumen. Gaya yang unik dan penampilan yang menarik

adalah salah satu faktor yang menjadi perhatian konsumen, maka jadilah perempuan

berhijab dengan banyak gaya hijab sebagai objek dalam pemasaran produk.

Fatin Shidqia Lubis adalah selebriti yang dipilih sebagai model utama dan

beberapa perempuan lainnya yang menggunakan hijab. Hal ini menunjukkan bahwa

iklan tersebut ditujukan kepada seorang perempuan berhijab yang ingin tetap

memiliki kulit kepala dan rambut yang sehat dan segar sehingga tetap istiqomah

dalam hijabnya. Iklan ini tentunya ingin memberikan kesan yang baru dengan

menampilkan citra baru terhadap produknya. Selain itu, pengiklan tentunya tahu apa

yang dibutuhkan oleh masyarakat luas terlebih bagi perempuan yang menggunakan

hijab.

Fatin Shidqia Lubis yang dipilih menjadi model utama iklan shampo Rejoice

tentunya memiliki pertimbangan dari para pengiklan. Fatin dikenal sebagai penyanyi

muda dengan gaya hijab dan suara yang unik. Usianya yang masih remaja dengan

keunikan hijabnya inilah yang menjadikannya cocok untuk menjadi bintang utama

dalam iklan tersebut. Fatin si remaja cantik dan bersuara indah itu memberikan

motivasi kepada remaja lain agar tetap istiqomah dengan hijab yang mereka kenakan.
4

Berdasarkan pengamatan peneliti, produk shampo Rejoice ini menampilkan

citra baru terkait iklan shampo yang menandakan bahwa perempuan masih bisa

merasakan kondisi rambut yang nyaman dan segar sehingga membuat perempuan

muslimah yang menggunakan hijab mampu untuk tetap istiqomah dengan apa yang

digunakannya.. Citra ini kemudian menumbuhkan rasa percaya dari masyarakat,

utamanya bagi perempuan berhijab bahwa produk shampo Rejoice tersebut memang

cocok digunakan untuk perempuan berhijab agar kulit kepala tetap segar sehingga

mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik karena kesegaran dan

kenyamanan saat berhijab.

Iklan yang menunjukkann manfaat dari produk shampo dengan menggunakan

hijab ini kemudian menjadi masalah, bukankah untuk menunjukkan manfaat secara

langsung dari produk shampo harus terlebih dahulu menunjukkan bagaimana hasil

yang didapat melalui rambut yang ditampilkan, sementara dalam iklan tersebut hanya

menunjukkan berbagai macam jenis hijab dan penggunaannya. Hal inilah yang

kemudian membuat peniliti tertarik untuk meneliti iklan Rejoice Versi HijaBisa

terkait representasi dari hijab itu sendiri.

Representasi adalah proses memproduksi makna dari konsep melalui sebuah

tanda.3 Tanda adalah segala bentuk realitas yang ada dalam kehidupan masyarakat

yang kemudian bisa direpresentasikan dengan menggunanakan bahasa yang lazim

sehingga menciptakan makna yang baru dari tanda tersebut.

Dalam iklan Rejoice yang melibatkan Fatin Shidqia Lubis dan beberapa

perempuan berhijab ini seolah ingin menunjukkan bagaimana manfaat dari shampo

Rejoice terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Namun, berdasarkan pengamatan

3
Ersa Nur Oktavia, dkk, “Representasi Perempuan Berhijab dan Budaya Konsumen dalam
Iklan Wardah Exclusive Series in London”, Audiens 1, No. 2 (2020): 157-166
5

peniliti, manfaat dari produk shampo sendiri tidak terlalu ditunjukkan melalui

berbagai bentuk gaya hijab jika hanya dilihat dari bentuk luarnya saja. Oleh karena

itu, peneliti mengungkap makna yang ada dalam sebuah tanda yang ditunjukkan

melalui beberapa adegan dalam iklan sehingga mampu direpresentasikan

menggunakan bahasa yang lazim sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik.

Representasi dalam iklan Rejoice ini akan dilakukan dengan metode analisis

semiotika Roland Barthes. Penulis memilih penelitian dengan analisis semiotika

Roland Barthes karena Roland Barthes adalah salah seorang pemikir strukturalis yang

getol mempraktikkan model linguistik. Pendekatan Barthes yang mengkaji tentang

petanda dan penanda atau denotasi dan konotatif ini memberikan makna tentang arti

yang sesungguhnya dari tanda itu sendiri, sehingga bisa digunakan untuk

mendapatkan makna apa yang sebenarnya terkandung dalam penggunaan hijab pada

iklan tersebut.4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka pokok

masalah yang diteliti adalah bagaimana representasi hijab dalam iklan Rejoice versi

“Hijabisa” Fatin Shidqia Lubis. Adapun sub masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana simbolisasi tanda perempuan berhijab dalam iklan Rejoice

Versi “HijaBisa” Fatin Shidqia Lubis?.

2. Bagaimana representasi makna hijab yang terkandung dalam iklan Rejoice

Versi “HijaBisa” Fatin Shidqia Lubis?.

4
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 67
6

C. Fokus dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah garis besar dari sebuah penelitian. Adanya fokus

penelitian ini tentunya menjadi penunjang agar penelitian dan analisa data menjadi

lebih terarah. Suatu fokus penelitian harus diungkap secara eksplisit agar

mempermudah peneliti sebelum melakukan riset.

Penelitian yang berjudul “Representasi Hijab dalam Iklan Rejoice Versi

“Hijabisa” Fatin Shidqia Lubis” (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Iklan

Shampo di Televisi” ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Oleh karena itu,

peneliti hanya fokus kepada analisis semiotika Roland Barthes dengan

mengidentifikasi bagaimana simbolisasi tanda dan makna hijab dalam iklan Shampo

Rejoice Versi HijaBisa dengan judul “Tetap Istiqomah, Bersama Rejoice Hijab 3in1

buat kamu” yang dirilis peda tanggal 15 April 2020 dan berdurasi 1 menit 19 detik.

2. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus bertujuan agar lebih mengetahui maksud dari fokus penelitian.

Oleh karena itu, peneliti memberikan deskripsi dari fokus penelitian tersebut sebagai

berikut:

a. Iklan Rejoice Versi “HijaBisa” Fatin Shidqia Lubis.

Iklan merupakan sarana yang digunakan untuk mempromosikan atau

memperkenalkan barang dan jasa dan ditawarkan kepada khalayak melalui berbagai

media baik cetak, media elektronik maupun media online. Sebuah iklan akan selalu

memberikan dan menampilkan sebuah informasi yang belum diketahui khalayak


7

ataupun konsumen. Tetapi, sebuah iklan bukan hanya sekadar informasi semata,

melainkan suatu bentuk usaha membujuk dan memengaruhi persepsi khalayak.

Iklan Rejoice ini adalah iklan tentang produk shampo yang diperankan oleh

perempuan berhijab dengan gaya hijab yang bermacam-macam. Dalam iklan tersebut

terdapat beberapa perempuan berhijab, salah satunya adalah Fatin Shidqia Lubis yang

tampil sebagai model utama iklan.

b. Representasi

Representasi adalah pemaparan atau pemberian makna terhadap konsep atau

tanda yang ada melalui pemikiran peneliti yang kemudian diungkapkan dalam bentuk

bahasa yang lazim. Representasi dianggap sebagai alat bantu bagi seseorang untuk

mengungkapkan pemikiran terhadap suatu masalah sehingga dapat menemukan

sebuah solusi yang baru.

c. Perempuan dan Hijab

Perempuan adalah mahkluk ciptaan Allah SWT. yang paling indah.

Kecantikan dan keindahannya mampu menarik perhatian seseorang sehingga banyak

pengiklan yang menjadikannya sebagai model utama dalam proses pemasaran sebuah

produk termasuk pada produk iklan Shampo Rejoice Versi HijaBisa Fatin Shidqia

Lubis. Perempuan dan hijab adalah sesuatu yang tidak bisa terpisahkan, sebagai

seorang muslimah, perempuan diwajibkan untuk menggunakan hijab. Hijab sendiri

adalah segala sesuatu yang dapat menjadi penutup ataupun melindungi aurat

perempuan. Hijab juga telah menjadi tren di kalangan perempuan terutama di

Indonesia.
8

d. Analisis semiotika

Analisis semiotika adalah metode pemecahan masalah dengan

mengidentifikasi tanda dan makna yang terkandung dalam suatu objek maupun

peristiwa. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Artinya, segala

sesuatu yang bisa diamati dapat disebut sebagai tanda. Dengan analisis semiotika,

peneliti akan merekonstruksi tanda menjadi sebuah makna terhadap realitas yang ada

di dalam iklan.

D. Kajian Pustaka/ Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolok ukur dan referensi

dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah. Penulis tentunya membutuhkan

referensi untuk memudahkan penulisan karya ilmiah ini, sedangkan tolok ukur sendiri

dibutuhkan sebagai perbandingan tulisan orang lain dan tulisan dalam penelitian ini.

Acuan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Skripsi oleh Andi Ferawati yang berjudul “Representasi Citra Wanita Berhijab

dalam Iklan Shampo Sunsilk Clean and Fresh versi Risty Tagor (Analisis

Semiotika Roland Barthes).” Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, pada Agustus

2015. Dalam penelitian tersebut, peneliti (Andi Ferawati) membahas tentang

citra perempuan berhijab dalam sebuah iklan shampo. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa citra perempuan berhijab dalam iklan adalah mereka yang

berhati baik dan selalu nyaman dengan hijab yang dikenakannya. Seperti yang

ditunjukkan oleh Risty Tagor yang tenang dan gembira di bawah teriknya

matahari dengan balutan hijabnya.


9

2. Tesis oleh Mochamad Rosy Ilhamsyah yang berjudul “Representasi Muslimah

Dalam Film „Assalamualaikum Calon Imam‟ (Tinjauan Teori Representasi

Stuart Hall),”. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, pada Juli

2019. Dalam penelitian tersebut, peneliti (Mochamad Rosy Ilhamsyah)

membahas tentang bagaimana representasi perempuan sebagai seorang

muslimah dalam kesehariannya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

perempuan muslimah dalam film menunjukkan sisi perempuan yang patuh

terhadap orang tua, lembut, tekun dan penyayang.

3. Jurnal oleh Ersa Nur Oktavia, Pinto Rizqan Palma Putra, dan Sabrina yang

berjudul “Representasi Perempuan Berhijab dan Budaya Konsumen dalam

Iklan Wardah Exclusive Series in London,”. Penelitian ini dilakukan oleh

Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada

April 2020. Dalam penelitian tersebut, peneliti (Ersa Nur Oktavia, dkk)

membahas tentang perempuan berhijab dan budaya konsumen terhadap salah

satu iklan kecantikan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dalam iklan

tersebut, citra perempuan muslimah terlihat lebih modern dan hidup dengan

mewah. Iklan ini juga membenarkan stereotipe dari masyarakat bahwa

perempuan memang hanya dilihat dari kecantikan wajah dan fisiknya saja.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, dapat dilihat melalui

tabel berikut.
10

Tabel 1.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu

NAMA PENELITI PERBEDAAN PENELITIAN


DAN JUDUL PENELITIAN PERSAMAAN
No SKRIPSI
PENELITIAN
PENELITIAN
TERDAHULU PENELITI
Skripsi oleh Andi 1. Subjek penelitian 1. Subjek dalam 1. Menggunakan
Ferawati yang adalah Iklan penelitian ini metode
berjudul Shampo Sunsilk adalah iklan penelitian
“Representasi Citra Clean and Fresh shampo Rejoice kualitatif
Wanita Berhijab versi Risty Tagor Versi HijaBisa 2. Menggunakan
dalam Iklan Shampo 2. Objek dalam Fatin Shidqia analisis
1 Sunsilk Clean and penelitian adalah Lubis. semiotika
Fresh versi Risty representasi citra 2. Objek dalam Roland
Tagor (Analisis perempuan. penelitian adalah Barthes.
Semiotika Roland representasi hijab
Barthes).” perempuan.

Tesis oleh 1. Subjek penelitian 1. Subjek penelitian 1. Menggunakan


Mochamad Rosy adalah film adalah Iklan metode
Ilhamsyah yang Assalamualaiku Shampo Rejoice penelitian
berjudul m Calon Imam. Versi HijaBisa kualitatif.
“Representasi 2. Objek penelitian Fatin Shidqia 2. Menggunakan
2 Muslimah Dalam adalah Lubis. analisis
Film representasi 2. Objek penelitian semiotika
„Assalamualaikum muslimah. adalah Roland
Calon Imam‟ representasi hijab Barthes.
(Tinjauan Teori dalam iklan.
Representasi Stuart
Hall).”

Jurnal oleh Ersa Nur 1. Subjek 1. Subjek 1. Menggunakan


Oktavia, Pinto Penelitian ini penelitian ini metode
Rizqan Palma Putra, adalah Iklan adalah iklan penelitian
dan Sabrina yang Wardah shampo Rejoice. kualitatif.
berjudul Exclusive Series 2. Objek penelitian 2. Menggunakan
“Representasi in London. adalah analisis
Perempuan Berhijab 2. Objek penelitian representasi hijab semiotika
3 dan Budaya adalah dalam iklan Roland
Konsumen dalam representasi Rejoice Versi Barthes.
Iklan Wardah perempuan dan HijaBisa Fatin
Exclusive Series in budaya Shidqia Lubis.
London,” konsumen.

Sumber: Data Sekunder Peneliti, Desember 2020


11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan kegunaan sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui simbolisasi tanda yang ada dalam iklan Rejoice versi Hijabisa

yang berjudul “Tetap Istiqomah bersama Rejoice Hijab 3in1 Buat Kamu"

menggunakan analisis semiotika Roland Barthes.

b. Untuk mengetahui representasi makna hijab dalam iklan Rejoice versi Hijabisa

yang berjudul “Tetap Istiqomah bersama Rejoice Hijab 3in1 Buat Kamu"

menggunakan analisis semiotika Roland Barthes.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara akademis, memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

terkait dengan cara berkomunikasi yang baik sehingga mampu memberikan

makna dari sebuah tanda atau simbol dengan benar, terutama bagi mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan menjadi

referensi yang dapat membantu penelitian lanjutan yang berhubungan dengan

identifikasi tanda dengan menggunkan analisis semiotika. Penelitian ini juga dapat

menjadi masukan untuk para pengiklan dalam mengonstruksi sebuah realitas

sehingga apa yang ingin disampaikan bisa dimengerti oleh khalayak dan

konsumen.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Iklan di Televisi

Kata iklan atau advertising berasal dari bahasa Yunani yang berarti

„menggiring orang pada gagasan‟. Secara komprehensif, iklan adalah “semua bentuk

aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara
nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu”.1 Iklan juga berfungsi sebagai alat

komersial dalam penggiringan opini publik. Iklan terus berusaha untuk membuat

produknya menjadi terlihat menarik dengan menggunakan cara apapun yang mampu

memengaruhi pandangan pemirsanya.

Menurut PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), periklanan

merupakan segala bentuk pesan atau informasi tentang sebuah produk yang

disampaikan melalui suatu media untuk sebagian atau seluruh masyarakat, di mana

kegiatan tersebut dibiayai oleh pemrakarsa atau siapapun yang bertanggung jawab

atas produk tersebut.2 Namun, agar bisa membedakannya dengan pengumuman biasa,
iklan lebih mengarah pada ajakan yaitu membujuk orang untuk membeli suatu

produk. Iklan terbagi menjadi beberapa jenis iklan yakni, iklan media cetak, iklan

radio, iklan internet, iklan bioskop, dan iklan televisi. Iklan memiliki sifat dan

kecenderungan di setiap tayangan namun tidak disadari. Misalnya, iklan di televisi

yang cenderung memiliki unsur kebohongan dan bahkan melebih-lebihkan sebuah

1
Ambar Lukitaningsih, “Iklan yang Efektif Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran”, Ekonomi
dan Kewirausahaan 13, no 2 (2013): 116-129
2
Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Cet. I; Jakarta:
Rajwali Pers, 2013), h. 96

12
13

realitas yang ada, namun tanpa disadari apa yang dilakukan iklan telah diterima di

masyarakat dan dianggap sebagai hal yang biasa.3

Sunarto dalam bukunya “Televisi, Kekerasan dan Perempuan” mengertikan

televisi sebagai arena strategis negosiasi berbagai kepentingan melalui penciptaan

secara umum.4 Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak yang menggunakan

televisi sebagai wadah untuk promosi atau mengenalkan segala jenis produk. Sesuai

dengan karakteristiknya, iklan televisi memiliki unsur suara, gambar, dan gerak
sehingga pesan yang disampaikan dapat menarik perhatian target audiens atau

khalayak karena setiap gambar dan suara biasanya berisikan ajakan dan persuasi.

Iklan yang ditayangkan di televisi selalu mampu menyampaikan pesan yang mudah

diingat, karena bentuk pesan yang disampaikan singkat dan jelas.

Menurut Asni Djamereng, iklan televisi adalah gabungan antara teks dan

gambar yang mampu menghasilkan sebuah informasi dalam bentuk pengetahuan

tertentu yang disampaikan melalui mediasi elemen-elemen tanda dalam sebuah

iklan.5 Khalayak dipaksa untuk menerima sebuah realitas yang dibuat iklan yang

sebenarnya tidak ada. Iklan terus membuat dan memengaruhi khalayak bahwa realitas
yang mereka buat memang benar adanya. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa iklan

sangat membantu masyarakat luas. Hal ini terbukti dengan banyaknya kebutuhan

masyarakat yang sesuai dengan apa yang diberikan oleh pihak pengiklan. Tanpa

3
Asni Djamereng, “Analisis Semiotika Pada Iklan Di Televisi”, Jurnal Al-Khitabah 4, no. 1
(April 2018): 1-16
4
Sunarto, Televisi, Kekerasan dan Perempuan (Cet. I; Jakarta: Kompas, 2019), h. 8.
5
Asni Djamereng, “Analisis Semiotika Pada Iklan Di Televisi”, Jurnal Al-Khitabah 4, no. 1 (April
2018): 1-16.
14

iklan, masyarakat akan sulit untuk mengetahui segala jenis produk yang mereka

butuhkan.

Saat ini, televisi merupakan meda untuk melakukan aktivitas dakwah, tak

terkecuali iklan. Iklan kini banyak menyajikan iklan yang bersifat dakwah atau

mengajak kepada kebaikan. Salah satunya dengan menggunakan perempuan berhijab

sebagai sebuah subjek maupun objek. Iklan saat ini memang banyak menampilkan

perempuan berhijab, mulai dari iklan kosmetik, iklan shampo, iklan kebutuhan rumah
tangga dan banyak lainnya. Hijab dalam dunia periklanan saat ini memang menjadi

sebuah batu lonjakan untuk para pemodal iklan karena hijab diketahui telah menjadi

tren sehingga mampu menarik perhatian konsumen.

Sebuah iklan yang efektif tentunya tidak hanya mencakup kandungan

informatif atas apa yang ditawarkannya saja, melainkan bagaimana iklan mampu

menarik perhatian khalayak atau konsumen melalui pesan yang disampikannya.6

Menurut Kotler Kotler dan Armstrong yang dikutip dalam buku Dendy, efektivitas

iklan bergantung pada struktur isi pesan. Idealnya sebuah pesan yang disampaikan

harus mencakup beberapa hal berikut:


a. Dapat menimbulkan perhatian.

Perhatian dapat ditujukan secara umum, namun akan lebih baik lagi jika

perhatian itu dapat diarahkan khusus untuk para konsumen dan calon

konsumen yang dituju.

b. Dapat menarik.

6
Luis Nanda Sukmana, dkk, “Pengaruh efektifitas iklan televisi” Jurnal Manajemen 9, no. 2
(2017): 76-84
15

Sebuah iklan akan menarik jika telah memberikan informasi yang tidak biasa

kepada para konsumen.

c. Dapat menimbulkan keinginan.

Untuk dapat menimbulkan rasa ingin terhadap konsumen, maka pengiklan

harus paham motif seseorang untuk membeli. Adapun motif seseorang untuk

membeli adalah motif rasionil dan motif emosionil. Motif rasionil adalah

mempertimbangkan untung rugi saat membeli produk tersebut. Berbeda


dengan motif emosionil yaitu rasa bangga yang muncul ketika telah membeli

sebuah produk dan merasa telah meningkatkan derajatnya. 7

Pada dasarnya, tujuan periklanan adalah mengubah atau memengaruhi sikap

konsumen. Konsumen dipengaruhi oleh pengiklan dengan berbagai keuntungan dan

manfaat produk maupun jasa yang mereka tampilkan. Apa yang ditampilkan iklan ini

tentunya untuk memengaruhi sikap konsumen agar produk yang mereka iklankan bisa

diterima dan dipercaya. Iklan sendiri memiliki tujuan khusus yaitu untuk

memperkenalkan merek baru, memberi informasi tentang fitur dan keunggulan suatu

produk atau merek pada konsumen, membentuk persepsi konsumen akan produk
atau merek, membangun selera akan suatu produk, serta membujuk konsumen untuk

membeli produk atau merek yang diiklankan.8

Periklanan tidak terlepas dari dua aspek kehidupan manusia yakni ekonomi

dan komunikasi, bisa dikatakan bahwa kedua aspek tersebut merupakan aspek

terpenting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, secara tidak langsung

7
Dendy Triadi dan Addy Sukma Bhahara, Ayo Bikin Iklan: Memahami Teori & Praktek Iklan
Media Lini Bawah (Jakarta: Komputindo, 2010), h. 4.
8
Ambar Lukitaningsih, “Iklan yang Efektif Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran”, Ekonomi
dan Kewirausahaan 13, no 2 (2013): 116-129.
16

periklanan menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia.9 Hampir semua

masyarakat modern terlibat dalam kegiatan periklanan. Ibu rumah tangga ingin

mengetahui harga barang kebutuhan rumahnya, begitu pula dengan seorang suami

yang ingin mengetahui perkembangan harga alat transfortasi.

Segala bentuk proses periklanan, pemodal iklan pasti akan memilih model

utama sebuah produk yang bisa memengaruhi tingkat kesuksesan sebuah produk yang

diiklankan. Salah satu strategi yang dilakukan para pemodal iklan dan menjadi
kekuatan komunikasi media massa saat ini adalah penayangan iklan dengan banyak

melibatkan perempuan berhijab sebagai bintang utama. Hal tersebut dilakukan agar

menarik perhatian konsumen. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan

mayoritas muslim, ditambah dengan penggunaan hijab yang menjadi tren di kalangan

perempuan saat ini. Iklan di televisi biasanya memberikan cerita-cerita pendek karena

durasi yang terbatas. Cerita pendek inilah yang dibuat sedemikian rupa agar bisa

memberikan makna dan meyakinkan konsumen terhadap produk yang di iklankan.

B. Teori Representasi

Stuart Hall dalam buku Gita Aprianti E.B “Kajian Media Massa” membagi

pengertian representasi menjadi dua bagian yaitu, pertama, representasi mental yaitu

segala sesuatu yang ada di kepala atau dalam pikiran seseorang atau biasa disebut

sebagai peta konseptual tetapi masih dalam bentuk yang abstrak. Kedua, representasi

bahasa, representasi inilah yang berperan penting dalam proses kontruksi makna.

Representasi bahasa ini yang kemudian membuat sesuatu yang ada dalam pikiran

9
Kustadi Suhadang, Manajemen, Kilat dan Strategi Periklanan (Cet II; Bandung: Nuansa
Cendekia, 2016), h. 14.
17

seseorang yang masih bersifat abstrak diubah ke dalam bentuk bahasa yang lazim dan

kemudian mampu untuk diberi makna. Kedua pengertian ini saling berhubungan

karena proses yang pertama adalah representasi yang memungkinkan seseorang untuk

memaknai segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia dengan mengonstruksi

seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan peta konseptual seseorang.

Selanjutnya, dalam proses kedua yaitu mengonstruksi hasil korespondensi dari peta

konseptual dengan bahasa atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-

konsep tentang segala sesuatu.

Hall menyatakan bahwa representasi berarti sebuah proses sosial dari

representing yang sekaligus produk dari representing itu sendiri. Artinya,

representasi yang melakukan proses pemaknaannya sendiri yang kemudian

menciptakan sebuah makna dari segala sesuatu yang ada di dalam pikiran seseorang.

Representasi ini digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui segala sistem

penandaan yang telah tersedia sepeti dialog, video, film, iklan, teks, fotografi dan

sebagainya yang bisa untuk diberi makna. 10

Representasi dalam proses produksi makna diartikan sebagai hal yang utama

karena menjadi bagian penting dalam mengungkapkan makna dengan budaya.

Representasi berarti menyatakan sesuatu dengan menggambarkan situasi atau semua

kegiatan dunia yang penuh makna dengan menggunakan bahasa. Bahasa sendiri

merupakan media di mana semua pikiran, ide-ide, gagasan maupun perasaan

10
Gita Aprianta E.B, “Kajian Media Massa: Representasi Girl Power Wanita Modern dalam
Media Online”, The Massenger 2, No. 2 (2011): 12-27
18

direpresentasikan dalam sebuah budaya. Artinya, bahasa mampu mengungkapkan

secara lazim semua realitas yang terjadi di tengah masyarakat. Representasi melalui

bahasa ini akan menjadi wadah atau sentral bagi proses-proses ketika suatu makna

diproduksi.11

Representasi dipengaruhi oleh tanda maupun citra yang sudah ada dan

dipahami secara kultural dalam pemahaman sebuah bahasa dan penandaan yang

bermacam-macam atau sistem tekstual. Representasi bahkan dianggap sebagai salah

satu bentuk usaha dalam mengonstruksi sebuah makna ataupun realitas yang ada.12

Studi pertelevisian memberikan pengertian bahwa representasi merupakan

upaya untuk memahami dan mengonstruksi tanda dan makna yang diciptakan oleh

sebuah media untuk audiens atau penonton. Representasi ini mengacu pada sebuah

penggambaran tentang suatu kelompok dan institusi sosial.

Jika dihubungkan dengan teori komunikasi massa, representasi yang berfungsi

mengonstruksi realitas yang ada ini, cocok dengan teori tentang konstruksi sosial

media massa, di mana teori yang dikembangkan oleh Peter L. Berger dan Luckmann

yang dikutip dalam buku Rahmat Edi Irawan ini menyatakan bahwa dalam proses

merekonstruksi realitas sosial, yang paling berperan adalah media massa karena

menjadi variabel yang sangat dominan. Kelebihan media massa yang mampu

menyebarkan informasi secara meluas menjadi peran penting dalam proses

11
Rachmah Ida, Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya (Cet II; Jakarta : Kencana,
2016), h. 50
12
Ganjar Wibowo, “Representasi Perempuan dalam Film Siti”, Nyimak Journal of
Communication 3, No. 1 (2019): 47-59
19

subjektivasi, eksternalisasi, serta internalisasi dari sebuah realitas yang ada di tengah

masyarakat.13

Hall kemudian mendefinisikan bahwa, representasi berarti mengungkapkan

suatu kejadian atau realitas yang memiliki makna dengan menggunakan bahasa.

Representasi menjadi bagian pokok atau bagian terpenting dalam proses produksi

makna yang selanjutnya dipertukarkan dengan anggota-anggota dari sebuah budaya.

Representasi melibatkan penggunaan bahasa, tanda-tanda serta gambar yang

mewakili atau merepresentasikan segala sesuatu. Menurut Hall, sebagaimana dikutip

Rachmah Ida dalam buku berjudul “Studi Media dan Kajian Budaya” budaya adalah

segala bentuk makna yang dibagi. Sebuah budaya bisa memiliki makna hanya ketika

bahasa merepresentasikannya, bahkan pada akhirnya, bahasalah yang memproduksi

makna dan mempertukarkannya dengan agen yang lain. Oleh karena itu, bahasa

menjadi sangat penting dalam proses pemberian dan penyampaian makna dari sebuah

budaya. 14

Representasi dapat terjadi kapan dan di mana saja. Ketika seseorang melihat

foto ataupun video masa lalu yang penuh kenangan, maka untuk menunjukkan makna

yang tersirat dalam foto, orang tersebut harus mengungkapkannya melalui bahasa

atau menceritakan apa yang ada di pikiran dan ingatannya terkait peristiwa tersebut

sehingga orang lain dapat mengetahui makna yang terkandung dalam foto tersebut.

13
Rahmat Edi Irawan, “Representasi Perempuan dalam Industri Sinema”, Humaniora 5, No. 1
(2014): 1-8
14
Rachmah Ida, Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya, h. 51
20

Menurut Moscovici, representasi bertujuan mengubah sesuatu yang unfamiliar

menjadi sesuatu yang familiar, maka proses yang digunakan untuk mencapai hal

tersebut adalah anchoring dan objectification. 15

1. Anchoring

Anchoring diartikan sebagai proses perubahan objek sosial, artinya semua

peristiwa dan tindakan yang awalnya tidak dikenali menjadi bentuk yang lebih

dikenali. Secara detail, Moscovidi menyebut bahwa proses dalam anchoring adalah

ketika seorang individu atau benda telah memiliki karakteristiknya masing-masing,

maka karakteristik inilah yang kemudian membedakannya dengan individu atau

benda dengan individu atau benda lainnya. Individu atau benda inilah yang menjadi

objek dari konvensi antara yang mengadopsi dan yang menyebarkan konvensi yang

sama.

2. Objectification

Proses objectification lebih aktif jika dibandingkan dengan proses anchoring.

Di mana proses objectification ini lebih kepada proses dari sebuah teori ilmiah yang

berubah atau berpindah ke dalam diskursif sehari-hari. Proses ini bertujuan untuk

menseleksi dan mendekontekstualisasi elemen-elemen dari sebuah teori. Implikasi

dari proses ini ada dua yaitu, pertama, segala sesuatu dahulunya bersifat abstrak

dalam sebuah teori ilmiah diubah menjadi sesuatu yang konkrit. Artinya, segala

sesuatu dapat berubah menjadi persepsi ketika hal tersebut dipikirkan dan

15
Lintang Ratri, “Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim”, Forum 39, No. 2 (2012):
29-37
21

dikonsepsikan secara mental. Kedua, jika konsepsi mental tersebut telah memasuki

ranah pengetahuan sehari-hari, maka aplikasi dan konsepsi mental secara tiba-tiba

akan ditemukan dengan mudah.16

C. Konstruksi Sosial atas Realitas Media Massa

Konstruksi sosial atas realitas tidak bisa dipisahkan dalam jajaran teori

komunikasi massa. Gagasan awal Aristoteles tentang komunikasi massa adalah

tentang komunikator, pesan dan penerima, yang kini dikembangkan oleh gagasan

Harold Dwight Lasswell menjadi, who, say what, in with what channel, to whom,

whith effect. Singaktnya, Lasswell dalam buku Puji Santoso menggambarkan bahwa

pada dasarnya proses komunikasi sebenarnya berjalan menurut garis lurus seperti: (a)

Komunikator menciptakan pesan, (b) untuk diteruskan kepada komunikan, (c) yang

akan meluncur lewat saluran, (d) dan akhirnya melahirkan gagasan sesuai dengan

harapan komunikator.17

Media massa bukan sekadar menyediakan informasi untuk memenuhi hak

seseorang mengetahui. Lebih dari itu, media massa memiliki otoritas yang besar

dalam membentuk imaji, mitos, perilaku, pengetahuan, bahkan ideologi masyarakat. 18

Media inilah yang kemudian banyak memengaruhi cara berpikir seseorang dan cara

melihat dunia. Media bahkan menjadi sesuatu yang banyak menciptakan budaya baru

16
Lintang Ratri, “Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim”, Forum 39, No. 2 (2012):
29-37
17
Puji Santoso, “Konstruksi Sosial Media Massa”, Al-Balagh 1, No. 1 (2016): 30-48
18
Iffatin Nur, “Perempuan dan Media Massa”, Musawa 5, No. 4 (2007): 559-577
22

bahkan, berhasil mengonstruksi sebuah realitas baru yang saat ini banyak hadir di

tengah-tengah masyarakat. Saat ini, media telah banyak dipercayai sebagai alat

penyebaran kekuatan dan dominasi di masyarakat serta menjadi alat untuk

penyebaran ideologi dan hegemoni.19

Salah satu media yang banyak mengonstruksi realitas sosial adalah media

iklan. Iklan selalu mampu menciptakan sebuah realitas sosial yang mau tidak mau

harus diterima oleh masyarakat. Konstruksi sosial atas realitas (Social contruction of

reality) diartikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi di mana

seseorang menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami

bersama secara subjektif. Menurut Burgin, yang dikutip oleh Puji Santoso dalam

buku “Konstruksi Sosial Media Massa”, istilah konstruksi sosial atas realitas berawal

sejak pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Kedua

ilmuan sosiologi ini menjelaskan bahwa konstruksi atas realitas terjadi secara

simultan melalui tiga tahap, yakni eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

Ketiga proses tersebut terjadi di tengah masyarakat antara satu orang dengan orang

lainnya, yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dan kehidupan sehari-hari.20

Realitas sosial yang diciptakan atau dikonstruksi oleh iklan banyak

memberikan pengaruh dan dampak terhadap kehidupan masyarakat. Semua yang

telah dikonstruksi media tersebut harus terus diterima karena realitas yang telah

19
Errika Dwi Setya Watie, “Representasi Wanita dalam Media Massa Masa Kini”, The
Massenger 2, No. 2 (2010): 1-10.
20
Puji Santoso, “Konstruksi Sosial Media Massa”, Al-Balagh 1, No. 1 (2016): 30-48.
23

mereka ciptakan. Iklan shampo Rejoice misalnya, dengan menggunakan perempuan

berhijab sebagai pemeran utama, memberikan pemahaman kepada konsumen bahwa,

perempuan berhijab seharusnya tidak lagi merasa cemas dengan rambut mereka yang

terus tertutup oleh hijab karena sebuah merek shampo telah diproduksi khusus untuk

perempuan berhijab. Konstruksi yang terus berkembang inilah yang membuat

masyarakat akan terus memercayai media iklan atas apa yang telah mereka ciptakan

sebagai sebuah realitas sosial.

Teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann yang merupakan teori sosiologi

kontemporer yang berpihak pada sosiologi pengetahuan ini menjelaskan bahwa

konstruksi sosial adalah kenyataan yang dibangun secara sosial. Ada dua istilah kunci

yang mendasari konsturksi sosial, yakni kenyataan dan pengetahuan. Kenyataan

adalah fenomena yang ada dan diakui keberadaannya sehingga tidak bergantung pada

kehendak manusia, sementara pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomena yang

ada atas realitas itu adalah nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik. Bagi

Berger dan Luckmann, semua yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah

sebuah kenyataan yang tertib dan tertata. Setiap kejadian sudah tersusun sejak awal

dalam bentuk pola-pola dan tidak tergantung pada pemahaman seseorang. Kenyataan

hidup yang terjadi seolah telah diobjektivasi, sudah dibentuk oleh suatu tatanan

objek-objek sejak sebelum seseorang hadir. Bahasa misalnya, sesuatu yang digunakan
24

dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus dan dipakai sebagai sarana

objektivasi yang membuat tatanan hidup menjadi bermakna.21

Kehidupan sehari-hari yang dimaksud telah menyimpan dan menyediakan

kenyataan, serta sebagai pengetahuan yang membimbing perilaku seseorang dalam

menjalani kehidupan. Segala sesuatu yang tercipta dalam sebuah kehidupan memiliki

makna-makna subjektif atau realitas objektif yang harus ditafsirkan oleh seorang

individu. Sebuah kehidupan bisa berjalan ketika tercipta pikiran-pikiran dan tindakan-

tindakan seseorang, yang kemudian dipelihara sebagai sesuatu yang nyata. Dasar-

dasar pengetahuan tersebut diperoleh melalui objektivitas dan proses-proses atau

makna subjektif yang dibentuk oleh akal sehat.

Realitas kehidupan adalah taken for granted, artinya diterima begitu saja

walaupun bersifat memaksa. Sebuah realitas yang ada dan bersifat memaksa ini

bukan sebuah masalah dalam kehidupan individu. Selain itu, realitas kehidupan juga

merupakan realitas sosial yang bersifat khas dan totalitas yang teratur, terikat struktur

ruang dan waktu, dan objek-objek yang menyertainya.22 Sebuah realitas sosial adalah

kenyataan yang ada di dalam sebuah kehidupan yang tidak mungkin diabaikan oleh

seorang individu.

21
Putera Manuaba, “Memahami Teori Konstruksi Sosial”, Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik No. 3 (2008): 221-230
22
Aimie Sulaiman, “Memahami Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger”, Society 6, No. 1
(2016): 17-22
25

D. Hijab dan Media Massa

Perempuan dalam pembahasan mengenai gender, mempunyai makna lebih

superior karena berasal dari kata “empu” yang berarti ahli. Hersri mengartikan empu

sebagai ibu, induk dan pangkal. Sebuah posisi yang tidak mencerminkan kesetaraan,

karena sebagai ibu atau induk mengandaikan posisi suplemen pria dan pangkal

mengandaikan sumber segalanya. Padahal, dalam realitasnya perempuan dan laki-laki

memiliki kesetaraan dalam penurunan generasi berikutnya. 23 Pembahasan mengenai

perempuan seringkali dijumpai dalam berbagai bidang kajian, dalam ruang kelas,

dalam forum ilmiah, serta moment-moment lainnya. Namun, dari setiap bahasan

tersebut, perempuan lebih dijadikan sebagai objek pemikiran, bukan menjadi subjek

pemikiran yang terlibat secara langsung dalam kajian ataupun moment lainnya.24

Mary Wollstonecraft, seorang perintis gerakan feminisme Inggris dalam

karyanya A Vindication the Rights of Women (Perlindungan hak-hak Kaum

Perempuan) menyebutkan bahwa kaum perempuan merupakan kelas tertindas yang


harus bangkit dari belenggu rumah tangga terkhusus bagi perempuan di kalangan

menengah ke bawah. Sementara, masyarakat patriarkal menyebut bahwa, perempuan

dimasukkan ke dalam kubu rumah yang terbatas pada lingkungan serta kehidupan di

lingkungan rumah saja, sementara laki-laki menguasai kubu umum, yaitu lingkungan

dan kehidupan di luar rumah. Perempuan seringkali berada dalam situasi keterikatan

atau ketidakmerdekaan dalam menentukan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya

23
Sunarto, Televisi, Kekerasan dan Perempuan, h. 1.
24
Lailatuzz Zuhriyah, “Perempuan, Pendidikan dan Arsitek Peradaban Bangsa” Martabat 2,
no. 2 (2018): 249-268.
26

sendiri sebagai seorang manusia. Situasi seperti ini tentunya muncul karena struktur

budaya yang dibuat oleh manusia yang bukan menjadi sesuatu yang alamiah.25

Namun, di era globalisasi saat ini, penggunaan figur perempuan di media

massa semakin meningkat terutama pada iklan di televisi yang kian banyak

menggunakan figur perempuan dalam sebuah produksi iklan. Namun, mengingat

Indonesia merupakan negara mayoritas muslim, banyak pemodal iklan yang

berlomba-lomba untuk menggunakan jasa perempuan berhijab sebagai bintang iklan


sebuah produk.

Media yang kini menggunakan perempuan berhijab sebagai model utama,

mulai dari pembawa acara, pemeran utama sebuah film atau sinetron, sampai model

utama sebuah iklan ini, tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen

sehingga memberikan nilai tambah bagi produk yang diiklankan. Hijab yang

ditampilkan dalam iklan menunjukkan bahwa meskipun perempuan telah

menggunakan hijab, mereka masih memiliki ruang untuk berkarya dan tampil sebagai

bintang utama. Semakin banyak iklan yang menampilkan perempuan berhijab maka

akan semakin menguntungkan pengguna hijab. Karena dengan demikian, hijab tidak

lagi menjadi pembatas atau penghalang bagi seorang perempuan untuk berkarir.

Bahkan, sudah banyak perempuan yang menggunakan hijab ikut terjung di media

massa. Hal ini bisa saja disebut sebagai pemberdayaan, di mana perempuan berhijab

tidak lagi merasa terpinggirkan dan membuatnya merasa lebih bermanfaat dan

berguna untuk diri sendiri.

25
Nuril Hidayati, “Teori Feminisme: Sejarah, Perkembangan dan Relevansinya dengan Kajian
KeIslaman Kontemporer”, Harkat 14, No. 1 (2018): 21-29
27

Pemberdayaan ini terjadi karena tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan

memang memiliki kemampuan dalam bekerja yang tidak lebih rendah daripada laki-

laki kecuali pekerjaan yang menyangkut fisik. Bahkan ada pekerjaan yang memang

lebih cocok diperankan oleh seorang perempuan dengan sifat kelembutannya.

Kemampuan perempuan pun semakin terlihat karena bisa mengerjakan pekerjaan

sekaligus secara bersamaan yang membuktikan bahwa perempuan memanglah sosok

yang pantas untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tidak harus bergantung pada

laki-laki.

E. Analisis Semiotika

1. Definisi Semiotika

Semiologi atau semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni

logika, retorika, dan poetika. Akar namanya sendiri adalah ‟Semion’ yang berarti

tanda. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya

hal lain, seperti asap menandai adanya api.27 Semiotik diartikan sebagai ilmu yang

mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Segala sesuatu yang dilihat oleh manusia

sebagai sebuah tanda adalah sesuatu yang harus diberi makna. Makna dalam

semiotika adalah sebuah konsep yang abstrak atau sesuatu yang tidak dapat dilihat

secara lansung. Menurut Kincain dan Schramm yang dikutip dalam buku Putu

Krisdiana Nara Kusuma dan Iis Kurnia Nurhayati, makna terkadang berupa suatu

27
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes (Cet. I; Magelang: IndonesiaTera, 2001), h. 49.
28

jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang

diterapkan.28

Pendekatan semiotik merupakan sebuah pendekatan yang memiliki sistem

sendiri, berupa sistem tanda. Studi semiotik tanda-tanda, penggunaan tanda dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda. 29 Alex Sobur dalam bukunya “Semiotika

Komunikasi” mengartikan semiotika sebagai ilmu atau metode yang mengkaji tanda.

Tanda sendiri adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan di dunia
yaitu di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.30 Semiotika atau ilmu

tentang tanda ini, bisa digunakan dalam berbagai bidang terapan yang tidak terbatas,

mulai dari pemberitaan media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal,

film, komik-kartun, sastra, musik, hingga budaya.

Semiotik pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga cabang

penyelidikan, yakni sintaktika, semantika dan pragmatika. Sintaktika adalah cabang

penyelidikan semiotika antara satu tanda dan tanda lainnya dengan yang mengkaji

hubungan formal di antara keduanya. Sintaktis juga bisa dikatakan sebagai bagian

atau cabang dari ilmu bahasa tentang seluk-beluk wacana. Semantik adalah istilah
yang digunakan untuk bidang linguistik. Semantik adalah cabang penyelidikan

semiotika antara tanda-tanda dengan designate atau objek-objek yang diacunya

dengan mempelajari hubungan di antara keduanya. Semantik juga bisa dikatakan

sebagai ilmu tentang makna atau arti dan lambang atau sign. Pragmatika adalah

28
Putu Krisdiana Nara Kusuma, Iis Kurnia Nurhayati, “Analisis Semiotika Roland Barthes pada
Ritual Otonan di Bali”, Manajemen Komunikasi 1, no. 2 (2017): 295-217.
29
Jafar Lantowa, dkk, Semiotika Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 2-3.
30
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15.
29

cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan di antara tanda-tanda

dengan interpreter-interpreter atau para pemakai tanda-tanda. Pragmatik secara

khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi

situasional yang melatari tuturan.31

2. Pendekatan Semiotik Roland Barthes.

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol

mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussuren. 32 Pada 1956, Roland


Barthes melihat adanya kemungkinan menerapkan semiotik ke bidang-bidang lain

setelah membaca karya Saussuren: Cours de linguistique générale. Barthes bahkan

tidak memiliki pandangan atau pemikiran yang sama dengan apa yang dimiliki

Saussure mengenai kedudukan linguistik sebagai bagian dari semiotik. Menurutnya,

kebalikan dari apa yang diungkapkan Saussere adalah yang benar, di mana semiotik

merupakan bagian dari linguistik karena tanda-tanda dalam bidang lain tersebut dapat

dipandang sebagai bahasa, yang mampu mengungkapkan gagasan, arti dan makna

dari segala sesuatu. Oleh karena itu, sejak akhir 1960-an, semiotika sebagai salah satu

kajian media massa telah menjadi pendekatan penting dalam teori media sebagai hasil
pengembangan Roland Barthes.

Menurut Barthes, semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji tanda. Analisis semiotik model Roland Barthes ini fokus pada suatu

gagasan tentang signifikansi dua tahap two order of signification. Signifikasi dua

tahap yang dimaksud adalah hubungan antar penanda (signifier) dan petanda

(signified) dari sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Signifier merupakan persepsi

31
Hamidah, Ahmad Syadzali, “Analisis Semiotika Roland Barthes Tentang Fenomena
Jilboobs” Studia Insania 4, no. 2 (2016): 117-126.
32
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15
30

atas bentuk fisik tanda, yang terdiri dari material, akustik, visual. Signified adalah

konsep mental yang dipelajari atau ditangkap oleh otak atau pikiran dari sebuah

obyek yang dilihat.33

Barthes menyebutkan bahwa signifikasi dua tahap tersebut terdiri atas

denotasi dan konotatif. Denotasi adalah signifikansi pemaknaan tingkat pertama, apa

yang ada di depan mata dan dilihat oleh mata, itulah yang diyakini kebenarannya.

Sementara, konotatif mempunyai makna yang subjektif dan bervariasi, dapat


dikatakan bahwa konotatif bagaimana menggambarkan sesuatu dengan lebih

mendalam. Konotatif atau signifikansi pemaknaan tingkat kedua adalah

mengungkapkan makna yang terkandung dalam tanda-tanda. Konotatif meyakini

bahwa ada makna di balik setiap objek dan tanda yang ada setiap harinya.34 Semiotika

dalam istilah Barthes juga mempelajari bagaimana seseorang dalam hal ini manusia

mampu memaknai hal-hal things yang terjadi setiap harinya. Memaknai berarti bahwa

setiap objek atau tanda yang ada dan muncul dalam hidup ini hendak berkomunikasi

juga mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Artinya, objek atau tanda yang

muncul tidak hanya memberikan informasi semata tetapi ada makna yang hendak
dikomunikasikan. 35.

33
Rachmah Ida, Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya, h. 76
34
Sinta Rizki Haryono, Dedi Kurnia Syah Putra, “Identitas Budaya Indonesia: Analisis
Semiotika Roland Barthes Dalam Iklan Aqua Versi “Temukan Indonesiamu” Acta diurnA 13, no. 2
(2017): 67-88.
35
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, h. 53.
31

1. Signifier 2. Signified

(penanda) (petanda)

3. Denotative sign
(tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER 5. CONNOTATIVE

(PENANDA KONOTATIF) SIGNIFIED

(PETANDA KONOTATIF)

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)


Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes
Sumber: Alex Sobur. 2003. Semiotika Komunikasi.
Remaja Rosdakarya. h.69

Peta Barthes di atas menjelaskan bahwa penanda (1) dan petanda (2)

merupakan bagian dari tanda denotatif (3). Namun, disaat yang bersamaan, tanda

denotatif juga menjadi penanda konotatif (4). Sehingga dapat disimpulkan bahwa,

peta semiotika Barthes ini merupakan unsur material, yaitu hanya jika seseorang

mengenal tanda „singa‟, barulah ia bisa memberikan makna kegarangan dan

keberanian.

Barthes dalam melanjutkan pemikiran Saussere menyebutkan bahwa,

konotatif selalu identik dengan operasi ideologi. Operasi ideologi inilah yang

disebutnya sebagai sebuah mitos dan yang berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran tentang nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan manusia

yang masih berlaku dalam suatu periode tersebut. Barthes menempatkan ideologi
32

dengan mitos karena hubungan antara penanda konotatif dengan petanda konotatif

terjadi secara termotivasi pada keduanya. Barthes memahami bahwa ideologi adalah

sebuah kesadaran palsu dan ideologi ada selama kebudayaan masih ada, dan inilah

salah satu alasan Barthes menyebut ideologi sebagai sebuah mitos. Mitos yang

berakar dari konotatif dan konotatif yang memaknai budaya.36 Mitos yang

dikembangkan oleh Barthes ini adalah bagian dari sistem aturan signifikasi tahap

kedua yaitu saat pemberian makna yang disebutnya sebagai secondary signification
yang berarti makna konotatif dari sebuah gambar atau sign yang diamati. Dari sinilah,

Barthes menjelaskan bahwa apa yang telah dilakukan oleh Saussure yang menyatakan

signifier hanya merupakan makna denotatif. Namun, kini mampu menjadi makna

konotatif yang bermakna romantisme dengan mitos yang dibangun Barthes. 37

Mitos menurut Barthes tidaklah diartikan sebagai mitologi atau cerita-cerita

tradisional yang terjadi di tengah masyarakat. Menurutnya, mitos juga merupakan

sebuah pesan sehingga dapat dikatakan sebagai sistem komunikasi melalui modus

pertandaan, sebuah bentuk, sebuah tipe wacana, yang dibawa melalui wacana. Mitos

tidaklah dapat digambarkan melalui obyek pesannya, melainkan bagaimana pesan


tersebut ditekstualisasikan. Barthes dengan tegas menjelaskan bahwa pada dasarnya

apapun bisa menjadi mitos tergantung caranya ditekstualisasikan. Tetapi, mitos

tersebut tidak akan bertahan lama atau timbul hanya untuk sementara waktu karena

digantikan dan ditenggelamkan oleh mitos baru yang selanjutnya dipercaya dan

menjadi budaya.

36
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69-71.
37
Rachmah Ida, Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya, h. 83
33

Mitos dan ideologi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seperti mitos,

ideologi bahkan tidak selalu berwajah tunggal. Ada banyak mitos, begitupun dengan

ideologi, kehadiran keduanya tidak selalu kontinu di dalam sebuah teks. Nilai

ideologis dari mitos ini terlihat ketika mampu berfungsi mitos untuk mengungkap dan

membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat.

Mitos yang merupakan kelanjutan dari signifikasi tahap dua ini tidak dapat

diartikan sebagai suatu tanda yang tidak berdosa, kendati demikian, mitos juga tidak
dapat dinilai sebagai sesuatu yang salah. Mitos bersifat netral dan berperan sebagai

penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu yang boleh jadi sangat berbeda

dengan makna aslinya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan

yang disebutnya sebagai naturalisasi. Naturalisasi inilah yang kemudian membuat

sebuah tanda yang telah diberi makna yang kemudian mampu diterima apa adanya

pada suatu masa, dan mungkin tidak untuk masa yang lain. 38

F. Kedudukan Perempuan Berhijab dalam Islam

Agama Islam adalah agama yang tidak membatasi sebuah keindahan. Islam
sendiri memandang perempuan sebagai makhluk paling indah yang telah Allah Swt.,

ciptakan. Dengan keindahaan yang dimiliki oleh perempuan, Islam memiliki batasan-

batasan untuk melindungi keistimewaan perempuan tersebut dengan adanya

kewajiban untuk menutup aurat atas segala sesuatu yang wajib untuk ditutup. Tubuh

38
Asrofah, “Semiotika Mitos Roland Barthes dalam Analisis Iklan di Media Massa”, Sasindo 2,
No. 1 (2014): 1-8
34

dari perempuan yang haram untuk ditampakkan adalah dari ujung rambut sampai

dengan ujung kaki kecuali wajah dan telapak tangan. 39

Hijab adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh perempuan untuk

menutup aurat dan menutup aurat adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslimah.

Perempuan yang menggunakan hijab bukan hanya untuk menandakan dirinya sebagai

seorang muslim, tetapi juga sebagai pelindung diri. Oleh karena itu, Allah SWT.,

memerintahkan kaum perempuan untuk menutup aurat dengan menggunakan hijab.


Perintah tersebut terdapat dalam QS Al-Ahzab/33:59:

Artinya:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”40

Dalam Tafsir al-Misbah. Muhammad Quraish Shihab menafsirkan ayat


tersebut, bahwa hendaklah mereka mengulurkan sebagian daripada kain hijabnya

untuk menutupi muka atau aurat mereka, jika mereka hendak keluar karena suatu

keperluan. Demikian itu agar mereka mudah dikenali sebagai seorang wanita

muslimah sehingga tidak ada yang berani mengganggunya. Berbeda halnya dengan

39
Hamidah dan Ahmad Syadzali, “Analisis Semiotika Roland Barthes tentang Fenomena
Jilboobs”, Studia Insania 4, No. 2 (2016): 117-126
40
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Garut: Jumanatul Ali-Art, 2011), h.
426.
35

hamba sahaya wanita, mereka senantiasa diganggu oleh orang-orang munafik karena

tidak diperintahkan untuk menutup auratnya.41

Berdasarkan tafsir di atas, dapat dikatakan bahwa seorang perempuan

muslimah yang ingin melakukan perjalanan keluar rumah, maka dia diperintahkan

untuk menutup aurat mereka dengan menggunakan hijab. Hal tersebut diwajibkan

atas perintah Allah Swt., agar mereka dapat dikenali saat bepergian sebagai seorang

muslim, sehingga tidak ada yang berani mengganggunya karena perempuan


muslimah dianggap sebagai perempuan yang mulia sehingga orang lain akan takut

menganggunya. Berbeda dengan perempuan yang bepergian dengan tidak menutup

aurat, mereka akan dianggap sebagai perempuan hamba sahaya yang akan lebih

mudah untuk diganggu. Oleh karena itu, perempuan yang bepergian dengan tidak

menutup aurat dianggap sebagai seorang hamba sahaya atau perempuan muslimah

yang melanggar perintah Allah Swt.

Perintah menutup aurat dan menggunakan hijab tidak lain adalah untuk

kepentingan diri sendiri agar terhindar dari perbuatan jelek (dosa). Pada firman Allah

Swt. “karena itu mereka tidak diganggu” menjadi isyarat bahwa memperlihatkan dan
mengetahui keindahan tubuh perempuan menjadi sesuatu yang haram dilakukan

karena mampu mendatangkan fitnah dan kejahatan bagi mereka.

Menutup aurat dengan menggunakan hijab adalah salah satu bentuk

perlindungan untuk seorang perempuan. Hijab menjadi perisai bagi seorang

perempuan, karena dengan menggunakan hijab maka kehormatan seorang perempuan

terjaga. Hijab yang menjadi lambang kehormatan seorang perempuan bukan berarti

41
TafsirQ, “Tafsir Al-Qur’an -al-ahzab/ayat-59)Online”, Javanlabs https://tafsirq.com/33-al-
ahzab/ayat-59 (Diakses : 6 Maret 2021)
36

bahwa laki-laki tidak memiliki kehormatan. Hanya saja, kehormatan perempuan lebih

ditekankan karena dalam hal fisik, perempuan memang jauh lebih lemah dari seorang

pria. Pria memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding perempuan (terkadang pria

menzalimi perempuan). Hijab menjadi salah satu kekuatan perempuan untuk bisa

mengimbangi kekuatan laki-laki. Ketika menggunakan hijab, seorang perempuan

juga akan terhidar dari dosa, begitupun dengan laki-laki yang melihatnya (laki-laki

bukan muhrim) juga tidak berdosa karena tidak melihat aurat lawan jenisnya. Begitu
pula sebaliknya, jika seorang perempuan tidak menggunakan hijab, ia dan laki-laki

(bukan muhrim) yang melihat auratnya juga akan berdosa.


Ayat yang disebutkan di atas telah menjelaskan bahwa perempuan diwajibkan

untuk menggunakan hijab sebagai sarana untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali

apa yang yang telah disyariatkan oleh Islam yaitu, wajah dan kedua telapak tangan.

Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa hijab berfungsi sebagai pelindung diri dari

bahaya dan gangguan orang kafir dan menempatkan perempuan sebagai makhluk

paling mulia yang harus dijaga. Allah Swt., menciptakan perempuan bersama dengan

keindahannya dari ujung kepala hingga kaki. Keindahan itu dilihat dan dinilai dari

fisik (penampilan), hati dan pikiran. Layaknya sebuah perhiasan, perempuan

haruslah dijaga dan dirawat. Sebuah hadits menyebutkan tentang kedudukan

perempuan shalihah yang lebih baik dari dunia dan seisinya. Hadist tersebut

diriwayatkan oleh HR Muslim dari Abdullah bin Amr.


37

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang
shalihah.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr).

Hadist di atas menjelaskan bahwa, perhiasan terbaik di dunia adalah

perempuan shalihah. Perempuan shalihah adalah seseorang yang taat kepada Allah

Swt., yang menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Perintah dan

kewajiban seorang perempuan shalihah, salah satunya adalah dengan menutup semua

aurat yang telah ditetapkan oleh Allah Swt., sehingga mereka adalah sebaik-baiknya

perhiasan di dunia.

Sebagaimana dalam QS Al-Ahzab/33:59 yang menegaskan tentang

kewajiban seorang perempuan untuk menutup aurat. Aurat yang dimaksud di sini

adalah seluruh bagian tubuh perempuan kecuali wajah dan kedua telapak tangannya.

Namun, dari semua aurat yang telah ditentukan, salah satu yang paling sering

dilalaikan oleh seorang perempuan muslimah adalah kepala dan rambut.

Aurat pada bagian kepala yaitu rambut memiliki keindahan tersendiri, oleh

karena itu, banyak dari perempuam yang beragama Islam masih belum menutup aurat

pada bagian kepala dan rambutnya. Hal tersebut dibuktikan melalui banyaknya

perempuan muslimah yang menggunakan pakaian tertutup namun tetap

memperlihatkan rambutnya. Menutup aurat sepenuhnya memang bukanlah hal yang

mudah untuk dilakukan, oleh karena itu Allah Swt. menyampaikan bahwa keutamaan

orang yang shalihah dan menutup aurat adalah sebaik-baiknya perempuan shalihah

dan sebaik-baiknya perhiasaan di dunia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model

analisis semiotika Roland Barthes. Strauss dan Corbin dalam Cressweel, J

menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang mengolah


sesuatu untuk menghasilkan sebuah penemuan yang tidak dapat diperoleh jika

menggunakan prosedur-prosedur statistik ataupun cara-cara lain yang ada pada

penelitian kuantitatif (pengukuran). Penelitian kualitatif merupakan penafsiran suatu

fenomena-fenomena yang terjadi dari hasil pengumpulan data pada suatu latar

alamiah.1 Penelitian jenis ini menggunakan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.

Sehingga, untuk menemukan sesuatu dalam sebuah penelitian, peneliti harus

mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi ciri dari penelitian tersebut. 2

Penelitian kualitatif bertujuan menjelaskan suatu fenomena sedalam-dalamnya

dengan cara mengumpulkan data yang sadalam-dalamnya pula. Dalam tulisan ilmiah
ini, tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pesan dan makna melalui tanda

yang terkandung dalam setiap kata, perilaku dan gaya berpakaian yang ditampilkan

perempuan berhijab dalam iklan shampo Rejoice Versi “HijaBisa” Fatin Shidqia

Lubis dengan menggunakan analisis semiotika. Oleh karena itu, untuk mencapai

tujuan tersebut, penulis menggunakan pendekatan keilmuan, yakni ilmu komunikasi

sebagai salah satu unsur yang dapat digunakan untuk menganalisis pesan dan makna

1
Albi Anggito, Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. I; Sukabumi: CV Jejak,
2018), h. 8.
2
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif” Equlibrium 5, no. 9 (2009): 1-8.

38
39

yang terkandung dalam iklan yang masih bersifat abstrak. Kemudian, untuk

menyampaikan pesan yang telah dianalisis tersebut, peneliti menggunakan ilmu

bahasa atau pendekatan linguistik sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian terbagi menjadi dua yakni, pendekatan keilmuan dan

pendekatan metodologi. Pendekatan keilmuan adalah pandangan yang merupakan


kerangka dasar sebuah teori dan sebagai cabang ilmu pengetahuan sosial yang

bersifat multidisipliner karena menyangkut berbagai disiplin ilmu. Penelitian ini lebih

mengarah kepada pendekatan keilmuan jurnalistik, di mana setiap teori yang

digunakan menyangkut dengan kejurnalistikan serta bagaimana cara menjadi

komunikan yang baik.

Sementara untuk pendekatan metodologi, penelitian ini menggukan analisis

teks media dengan menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes. Menurut

Barthes, teks adalah sebuah kenikmatan atas bacaan yang dilihat kemudian dirasakan

oleh seorang individu. Setiap teks yang dilihat akan dibaca kembali dan berulang-
ulang dengan memotong-motongnya dan kemudian disatukan kembali. Kenikmatan

yang dimaksud Barthes bukan hanya dalam lingkup bahasa (teks) saja, tetapi juga

terkait dengan tubuh. Barthes menunjukkan bahwa kenikmatan yang dimaksudnya

adalah menyangkut atau berada dalam lingkup semiologi ataupun analisis tekstual.

Teks dalam arti luas merupakan seperangkat tanda yang muncul dari seorang individu

kepada individu lainnya melalui medium tertentu dengan kode-kode tertentu pula.3

3
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Cet VII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 52
40

Analisis tekstual menjadi penting sebagai metode penelitian jika tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian adalah to explore (menggali lebih dalam), to unpack

(membuka makna tersembunyi), to deconstruct (umembongkar konsep-konsep, nilai-

nilai, ideologi, budaya yang diproduksi oleh pembuat teks atau penguasa media), to

understand (untuk memahami sebuah kultur dan mitos yang terdapat dalam teks).4

Semiotika sendiri menjadi suatu metode yang digunakan untuk menganalisis

dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat dalam


suatu pesan atau teks. Melalui apa yang telah dikembangkan Barthes dari Saussere

yaitu ketika suatu tanda memiliki sebuah makna denotasi dan berkembang menjadi

konotatif, maka makna konotatif yang menjadi dominan tersebut menjadi mitos.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data pokok atau utama. Dalam penelitian ini, data

primer yang dimaksud adalah file video iklan Shampo Rejoice Versi Hijabisa yang

berjudul “Tetap Istiqomah, Bersama Rejoice Hijab 3in1 buat kamu” yang dirilis pada
tanggal 15 April 2020 dan berdurasi 1 menit 19 detik. Proses pengumpulan data

primer tersebut dilakukan dengan cara mendownload file melalui media internet.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap atau data tambahan dari data

primer. Data sekunder yang terdapat dalam penelitian ini adalah informasi menganai

iklan shampo Rejoice Versi HijaBisa, buku, artikel, jurnal maupun skripsi yang

berhubungan dengan representasi, perempuan, iklan dan semiotika Roland Barthes.

4
Rachmah Ida, Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya, h. 66-67
41

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data (subjek maupun sampel

penelitian). Metode pengumpulan data ini menjadi suatu kewajiban, karena akan

digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian

sendiri merupakan seperangkat peralatan yang akan digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian.

Penelitian kualitatif pada dasarnya menggunakan metode observasi, riset

kepustakaan, dokumentasi dan wawancara. Selain beberapa metode tersebut, tidak

dapat dipungkiri adanya kemungkinan menggunakan sumber-sumber non-manusia

non-human source of information, seperti dokumen, dan rekaman record yang

tersedia.

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi menjadi salah satu metode pengumpulan data yang


digunakan jika penelitian yang dilakukan adalah penelitian sosial atau untuk

menelusuri data histories. Dokumentasi pada penelitian ini diperoleh melalui

tayangan iklan di televisi yang telah diarsipkan melalui aplikasi YouTube.

2. Riset Kepustakaan

Riset kepustakan digunakan karena penelitian ini menggunakan analisis

semiotika Barthes yang proses pengumpulan datanya dengan membaca literatur dari

berbagai sumber seperti buku, internet dan sebagainya yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti sehingga dapat mengembangkan riset. Sehigga, melalui riset
42

kepustakaan ini peneliti akan memaknai dan menciptakan suatu keputusan dari

kumpulan data yang telah diperoleh.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan sebuah alat yang telah memenuhi persyaratan akademis

dan dapat digunakan dalam proses pengumpulan data selama proses penyelesaian

karya tulis ilmiah ini. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri, jaringan, dan laptop yang menyimpan file dari Iklan Shampo Rejoice yang

akan diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data dari hasil dokumentasi, peneliti kemudian

menganalisa data berupa teks dan gambar yang terdapat dalam setiap adegan yang

telah didokumentasikan sebelumnya. Teks dan gambar tersebut kemudian dianalisis

menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Metode ini merupakan metode yang

digunakan untuk menganalisis tanda yang terkandung dalam iklan yang tidak bisa

dilihat secara langsung.


Selanjutnya, penulis memaknai sesuatu yang memang seharusnya diketahui,

memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengomunikasikan.

Memaknai berarti bahwa, sebuah objek tidak hanya membawa informasi, tetapi

hendak berkomunikasi serta mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.


BAB IV
REPRESENTASI PEREMPUAN BERHIJAB DALAM IKLAN SHAMPO
REJOICE VERSI “HIJABISA” FATIN SHIDQIA LUBIS

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Profil Perusahaan Procter & Gamble (P&G)

PT P&G merupakan perusahaan internasional yang memproduksi barang

konsumen yang bergerak cepat. Perusahaan ini dirintis oleh Alexander Norris dan

didirikan oleh William Procter dan James Gamble, pada 1837. Procter adalah seorang

pembuat lilin yang berasal dari Inggris dan Gamble adalah seorang pembuat sabun

yang berasal dari Irlandia. Keduanya tidak akan bertemu jika tidak menikahi kakak

beradik Olivia dan Elizabeth Norris yang merupakan putri dari Alexander Norris.

Alexander Norris yang merupakan mertua dari Procter dan Gamble inilah yang

merencanakan pertemuan dan membujuk mereka untuk melakukan dan menjalankan

bisnis bersama pada 27 Agustus 1837. Dari hasil pertemuan tersebut, perusahaan

dengan nama Procter & Gamble (P&G) ini didirikan.

Berjalan kurang lebih 20 tahun, PT P&G memenangkan kontrak untuk

menyuplai sabun dan lilin kepada tentara Union, sehingga penjualan produk PT P&G

pada 24 Agustus 1858-1859 mencapai $1 juta. Selain sebagai sumber penghasilan

terbesar, kontrak ini juga menjadi strategi perusahaan untuk memperkenalkan produk

dan perusahaan mereka kepada tentara di seluruh Amerika Serikat.

43
44

Pada tahun-tahun berikutnya, PT P&G memasarkan produk-produk barunya

dan mengembangkan perusahaan ke negara lain, baik dalam hal manufaktur maupun

penjualan produk. Pada 1880 P&G memasarkan produk baru berupa sabun yang

dapat mengembang di atas air, kemudian pada 1911, P&G memproduksi Crisco,

sejenis minyak yang terbuat dari lemak nabati alih-alih lemak binatang. Perusahaan

ini terus meluncurkan produk-produk baru dan memulai produksi di berbagai area

baru serta memiliki jaringan yang kuat dengan wilayah Barat Daya Inggris setelah

menjadi perusahaan internasional saat mengakuisisi Thomas Hedley Co., sebuah

perusahaan yang berbasis di Newcastle upon Tyne, Inggris.1

a. Procter & Gamble (P&G) di Indonesia

PT P&G di Indonesia berdiri pada 1990 dan menjadi rumah bagi pabrik

manufaktur multi-kategori kelas dunia di Karawang, yang menciptakan produk tidak

hanya untuk pasar lokal tetapi juga untuk konsumen secara global. Saat ini, P&G

mempekerjakan lebih dari 500 orang Indonesia yang sangat terampil, dan ribuan

lainnya melalui rantai distribusi.

PT P&G melayani konsumen Indonesia dengan portofolio terkuat dengan

kualitas terpercaya dan menjadi salah satu pasar global perusahaan tersebut. Produk

yang dipasarkan P&G di Indonesia bahkan menjadi salah satu produk terdepan dan

menjadi produk yang banyak dipercayai masyarakat Indonesia.2

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Procter_%26_Gamble (30 Maret 2021)
2
P&G, “Indonesia”, Situs Resmi P&G. https://www.pgcareers.com/location-Indonesia (31
Maret 2021)
45

Produk P&G telah membangun reputasinya dengan menggabungkan “apa

yang diperlukan” dengan “apa yang mungkin dilakukan”, berikut produk-produk

yang telah diluncurkan PT P&G di Indonesia.

1. Perawatan bayi: Pampers

2. Perawatan kain: Downy

3. Perawatan wanite: Whisper

4. Perawatan tubuh: Gillette, Venus

5. Perawatan rambut: Head & Shoulders, Pantene Pro-V, Rejoice, Herbal

Essences, Vidal Sassoon

6. Perawatan rumah: Ambi pur

7. Perawatan mulut: Oral-B

8. Perawatan kesehatan pribadi: Vicks, Sangobion, Neurobion, Sevenseas, Dolo

Neurobion, Iliadin, Hemobion, Cavit D3

9. Perawatan kulit dan pribadi: Gillette, Olay, SK-II.3

3
P&G, “Merek dan Produk”, Situs Resmi P&G. https://id.pg.com/merek-dan-produk/ (31
Maret 2021)
46

b. Logo Procter & Gamble

Gambar 4.1 : Logo P&G lama


Sumber : https://wikimedia.com (2 April 2021)

Sebelum logo yang digunakan saat ini, PT P&G menggunakan logo yang

menggambarkan sebuah bulan dengan laki-laki yang menghadap ke 13 buah bintang

yang melambangkan 13 koloni awal Amerika Serikat. Pada 1980-an, PT P&G

mendapat publikasi yang buruk terkait makna yang terkandung dalam logo bulan dan

bintang yang diartikan sebagai sebuah simbol satanisme. Logo P&G lama ini

dianggap mengolok-olok nabi Muhammad Saw. Logo ini dianggap seolah-olah ada

nabi setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Abu Lahab, Abu Jahal, dan Musailamah al-

Kazzab.

Interpretasi ini kemudian disanggah oleh pihak perusahaan P&G tetapi hal

tersebut tetap tidak berpengaruh. Sehingga pada 1985 terjadi aksi unjuk rasa yang

dilakukan kepada PT P&G untuk mengganti logonya karena dianggap menghina


47

Islam. Oleh karena itu, logo yang telah dipertahankan PT P&G selama kurang lebih

150 tahun itu digantikan dengan logo baru mulai 1985 sampai saat ini.4

Gambar 4.2 : Logo P&G baru


Sumber : https://.wikimedia.com (2 April 2021)

c. Tujuan dan Asas

PT P&G memiliki tujuan untuk menghadirkan produk berkualitas dan

terpercaya serta nilai yang terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup konsumen di

masa sekarang maupun masa yang akan datang, serta emberikan apa yang dibutuhkan

konsumen sekaligus yang menguntungkan bagi mereka. Sebagai hasilnya, PT P&G

akan mendapatkan penghargaan atas penjualan, laba, dan pembantukan nilai,

sehingga warga P&G, pemegang saham, dan komunitas yang bergabung dalam

perusahaan akan dapat mencapai kesejahteraan bersama.

4
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Procter & Gamble,
https://id.wikipedia.org/wiki/Procter_%26_Gamble#:~:text=Procter%20%26%20Gamble%20Co.,140.
000%20pekerja%20pada%20tahun%202005. (2 April 2021)
48

Prinsip P&G adalah menyamaratakan individu dan perusahaan. Dengan

menunjukkan rasa hormat kepada setiap individu serta tidak mengedepankan

keuntungan perusahaan. PT P&G berusaha berbisnis dengan integritas akan

menghasilkan kesuksesan bersama untuk perusahaan dan tiap individu. Perusahaan

ini hanya akan mengambil pekerjaan yang hasil atau nilainya lebih tinggi dari apa

yang pernah didapatkan sebelumnya. Selain itu, inovasi baru sangat penting bagi

mereka, bagi P&G, inovasi baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen adalah hal

yang tidak kalah penting dalam menjalankan sebuah perusahaan.

d. Visi dan Misi

Visi dan misi perusahaan merupakan dasar budaya dalam perusahaan

P&G di mana perusahaan tersebut telah beroperasi selama 170 tahun dan

telah berkembang dan mendunia, maka dengan ini diharapkan visi dan misi

perusahaan dapat diwarisi untuk generasi penerus P&G.

Visi perusahaan P&G:

Menjadi perusahaan yang mengedepankan kepentingan konsumen,

menjunjung tinggi rasa hormat, dan kejujuran dalam melayani konsumen dengan

produk-produk dan layanan yang berkualiatas sehingga mampu meningkatkann dan

memenangkan pasar.

Misi perusahaan P&G:

1. Mempromosikan ide sederhana untuk untuk meningkatkan kehidupan

sehari-hari konsumen dunia setiap harinya.


49

2. Melampaui produk bermerek lainya dengan produk yang berkualitas tinggi

dan terjamin mampu memuaskan konsumen.

3. Memperluas pangsa pasar dan dapat menjangkau konsumen di lebih

banyak bagian negara dengan melakukan ekspansi pasar. 5

2. Gambaran Umum Produk Shampo Rejoice

Produk P&G yang diteliti adalah produk shampo Rejoice. Produk shampo

Rejoice pertama kali diluncurkan pada 1969 di Amerika Serikat dengan slogan

„Penyemangat disetiap langkahmu!‟. Rejoice menjadi salah satu produk yang

diciptakan P&G dengan tujuan untuk menjaga keindahan rambut yang bisa selalu

dilihat dan dirasakan kelembutan dan keharumannya. Manfaat yang diberikan oleh

Rejoice kemudian menjadikan produk dari P&G ini semakin berkembang hingga ke

berbagai belahan dunia.6

Pada 1988, Rejoice mengembangkan sayapnya ke negara lain yakni

Singapore, Malaysia dan Hongkong. Kemudian pada 1989, Rejoice kembali

berkembang hingga ke Tiongkok, Jepang dan Indonesia. Pada 1990 di Filipina. Pada

1991 di Thailand. Kemudian pada 1992 di Korea dan menjadi produk perawatan

rambut pertama di sana. Pada 1995, Rejoice kembali melebarkan sayapnya hingga ke

Pakistan dan sampai saat ini, Rejoice telah menduduki seluruh negara di Asia

Tenggara.

5
P&G, “Kebijakan dan Praktik”, Situs Resmi P&G. https://id.pg.com/kebijakan-dan-
praktik/tujuan-nilai-nilai-dan-prinsip-prinsip/ (31 Maret 2021)
6
Rejoice, “Perempuan Rejoice”, Situs Resmi Rejoice. https://www.rejoice.co.id/id-id/rejoice-
cerita (7 April 2021)
50

Sejak pertamakali diluncurkan, produk shampo Rejoice telah banyak

memberikan inovasi baru. Inovasi tersebut salah satunya yakni peluncuran produk

“2-in-1” yang memiliki dua manfaat sekaligus dalam satu shampo, yang pada

akhirnya berhasil mendunia.7 Pada 2019, Rejoice kembali menciptakan inovasi baru

yakni Rejoice Hijab Perfection Series, yang khusus diciptakan untuk menjawab

masalah rambut yang dihadapi para hijabers dan memberikan manfaat yang paling

penting untuk mereka. Inovasi ini kemudian berkembang pesat dan terus menciptakan

manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konsumen.8

Berikut produk-produk Shampo Rejoice yang pernah ada:

a. Rejoice Shampo Lembut Ternutrisi

b. Shampo Rejoice 3-in-1 Perfect Cool Shampo

c. Shampo Rejoice 3-in-1 Perfect Perfume

d. Shampo Rejoice Anti Kusut

e. Shampo Rejoice Hitam Berkilau

f. Shampo Rejoice Parfum Lembut

g. Shampo Rejoice Parfum Segar

h. Shampo Rejoice Rich Halus Lembut

i. Shampo Kondisioner Rejoice 3-in-1 Anti Ketombe

7
Rejoice, “Sejarah Kami”, Situs Resmi Rejoice. https://www.rejoice.co.id/id-id/rejoice-cerita
(7 April 2021)
8
Rejoice, “Sejarah Kami”, Situs Resmi Rejoice. https://www.rejoice.co.id/id-id/rejoice-cerita
(13 April 2021)
51

j. Shampo Rejoice Anti Rambut Rontok. 9

Produk Shampo Rejoice yang diformulasikan khusus untuk perempuan

berhijab adalah:

a. Shampo Rejoice 3-in-1 Perfect Cool Shampo

b. Shampo Rejoice 3-in-1 Perfect Perfume

c. Shampo Rejoice 3-in-1 Anti Ketombe.10

3. Gambaran Umum Iklan Shampo Rejoice 3-in-1 Anti Ketombe

Gambar 4.3: Produk Shampo Rejoice 3-in1 Anti Ketombe


Sumber: https://www.rejoice.co.id/ (13 April 2021)

Shampo Rejoice 3-in-1 Anti Ketombe adalah produk yang diformulasikan

khusus untuk perempuan berhijab dengan tiga manfaat sekaligus yakni menyegarkan,

melembutkan dan tentunya sebagai produk anti ketombe. Produk yang satu ini juga

diformulasikan dengan mentol untuk sensasi kesegaran mint sehingga ketika

9
Rejoice, “Kebutuhan Rambut”, Situs Resmi Rejoice, https://www.rejoice.co.id/id-
id/kebutuhan-rambut (13 April 2021)
10
Rejoice, “Perwatan Berhijab”, Situs Resmi Rejoice, https://www.rejoice.co.id/id-
id/kebutuhan-rambut?Need=Hijab (13 April 2021)
52

digunakan oleh perempuan berhijab membuat kepala yang tertutup menjadi lebih

segar dan fresh.

Shampo Rejoice 3-in-1 Anti Ketombe inilah yang kemudian diteliti dengan

fokus kepada satu iklan yakni iklan versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis dengan judul

“Tetap Istiqomah, Bersama Rejoice Hijab 3-in-1 buat kamu” yang tayang di televisi

pada 15 April 2020 dengan durasi 1 menit 19 detik. Iklan ini diperankan oleh Fatin

Shidqia Lubis sebagai bintang utama dan empat perempuan berhijab lainnya.

Iklan yang manampilkan beberapa scene dengan aktivitas dan orang yang

berbeda-beda ini menunjukkan bahwa perempuan berhijab tersebut memiliki masalah

dengan hijab yang mereka gunakan. Tetapi bagi mereka, dengan adanya produk

shampo Rejoice yang diformulasikan khusus untuk perempuan berhijab ini membuat

mereka tetap sabar dan bangga dengan hijab yang mereka gunakan sehingga tetap

istiqomah karena merasakan kesegaran rambut dari produk shampo yang mereka

gunakan.

B. Simbolisasi tanda dan makna perempuan berhijab dalam Iklan Rejoice Versi

‘HijaBisa’ Fatin Shidqia Lubis

Iklan shampo Rejoice versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis dengan judul „Tetap

Istiqomah, Bersama Rejoice Hijab 3-in-1 buat kamu‟ ini menjadi salah satu produk

P&G yang memberikan citra baru dalam lingkup periklanan produk shampo karena

menampilkan model perempuan berhijab. Sejalan dengan perkembangan zaman,

Rejoice melakukan inovasi dengan mengikuti tren-tren hijab di Indonesia. Hal ini
53

tentunya sesuai dengan kebutuhan pasar di Indonesia dengan penduduk mayoritas

muslim dan tentunya dengan jumlah perempuan berhijab yang lebih besar.

Iklan shampo Rejoice versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis ini menampilkan

gambar, suara, model iklan, model hijab dan warna yang lebih mencolok. Hal inilah

yang menjadi tanda dan kemudian akan diberi makna dengan menggunakan analisis

semiotika Roland Barthes. Model analisis semiotika Barthes dengan signifikasi dua

tahap yaitu denotasi dan konotasi inilah yang akan membantu peneliti untuk bisa

melihat makna yang dinyatakan secara eksplisit dan emplisit. Denotasi adalah makna

sesungguhnya, atau apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek. Makna

denotasi ini kemudian akan dianalisis dengan signifikasi tahap kedua yaitu konotasi

yang merupakan makna yang sesungguhnya dalam sebuah tanda. Berikut hasil

penelitian tentang simbolisasi tanda dan makna yang terkandung dalam iklan shampo

Rejoice versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis dengan judul „Tetap Istiqomah, Bersama

Rejoice Hijab 3-in-1 buat kamu‟:


54

Tabel 4.1
Simbolisasi tanda dan makna dengan analisis semiotika Roland Barthes

NO VISUAL AUDIO Type of Shoot

1 Tutup Close Up
rambut pas memperlihatkan
ada tamu. perempuan
menggunakan sarung
untuk menutupi
rambutnya saat
membuka pintu untuk
seorang kurir yang
datang mengantarkan
paket.

Close up II
menunjukkan seorang
laki-laki tua yang
menunjuk ke arah
pahanya.

Makna Denotasi: Menjelaskan bahwa seorang perempuan muslimah


menggunakan sarung milik ayahnya untuk menutupi rambut dan kepalanya saat
membukakan pintu untuk kurir yang sedang mengantarkan paket. Hal ini
ditunjukkan melalui scene saat laki-laki tua yang berdiri persis di belakang
perempuan muslimah itu sambil menunjuk ke arah pahanya yang menandakan
bahwa ia sedang menegur anak perempuannya yang mengambil sarung yang ia
kenakan sebelumnya.

Makna Konotatif: Dalam scene tersebut, muslimah yang menggunakan sarung


sambil tergesa-gesa saat membukakan pintu untuk seorang kurir menunjukkan
bahwa, perempuan tersebut sangat tidak sabar untuk menerima paket miliknya
sehingga ia lebih memilih menggunakan sarung milik ayahnya sebagai penutup
kepala daripada mengambil jilbab miliknya yang tentunya akan membutuhkan
waktu yang lebih lama. Ini menandakan bahwa, perempuan bisa menggunakan
apapun untuk menutupi rambut dan kepalanya selama masih atau tidak melanggar
kaidah atau aturan Islam.
55

Mitos: Perempuan dalam scene ini benar menjalankan kewajibannya sebagai


seorang muslimah dengan menutup aurat. Namun, karena ia lebih memilih sarung
dibanding mengambil hijab miliknya sendiri, menandakan bahwa apa yang ia
lakukan tersebut adalah hal yang wajar dan biasa ia lakukan ataupun dilakukan
banyak perempuan muslimah lainnya. Scene ini kemudian menunjukkan bahwa
sarung bisa digunakan sebagai hijab atau penutup kepala dan rambut meskipun
sebenarnya hijab yang sesungguhnya masih ada. Ekspresi gembira yang tampak
dari wajah perempuan tersebut juga mampu menggambarkan bahwa apa yang ia
lakukan adalah hal yang biasa.

2 Peniti Close up I
hilang menunjukkan
habis perempuan berhijab
wudhu yang resah karena
kehilangan peniti
jilbabnya setelah
mengambil air
wudhu.

Straight Angel
menunjukkan
seorang permpuan
muslimah melihat
seorang perempuan
berhijab kesulitan
saat kehilangan
peniti jilbabnya
sehingga dia
memberikan
penitinya kepada
perempuan tersebut.

Makna Denotasi: Dengan wajah yang terlihat berkerut, menunjukkan bahwa


perempuan berjilbab kuning itu merasa kesal karena jilbabnya yang hampir
terlepas dari kepala saat membungkuk mencari peniti yang hilang setelah
mengambil air wudhu. Kemudian, perempuan berjilbab putih yang juga berada di
tempat wudhu itu melihatnya kasulitan saat mencari peniti, lalu ia memberikan
peniti miliknya kepada perempuan berjilbab kuning sehingga membuatnya terlihat
senang.

Makna Konotatif: Dalam scene kedua ini, menunjukkan bahwa seorang


muslimah akan sulit menggunakan jilbab tanpa sebuah peniti. Jilbab yang
56

digunakan akan sangat mudah terlepas dan tentunya akan membuat seorang
muslimah yang menggunakan hijab merasa tidak nyaman, seperti yang dirasakan
perempuan muslimah berpakaian hijau. Sementara perempuan yang juga berada
dalam tempat yang sama, sebagai seorang muslimah mengerti betul apa yang
dirasakan muslimah berpakaian hijau tesebut sehingga ia memberikan peniti
miliknya dan membuatnya kembali tersenyum. Ini juga menandakan bahwa
perempuan berjilbab putih memiliki hati yang baik dan suka menolong.

Mitos: Makna hijab dalam scene ini menunjukkan bahwa hijab bukan sebatas
pakaian untuk menutup aurat ataupun sebagai bentuk keindahan, melainkan hijab
menandakan seseorang sebagai muslimah dengan akhlak yang baik dan suka
menolong bahkan untuk hal yang terkecil sekali pun. Balasan atas sebuah
perbuatan baik juga ditunjukkan dalam scene ini, yakni ketika seseorang
melakukan kebaikan, maka rasa bahagia tidak hanya muncul dalam diri orang
yang ditolong tetapi juga orang yang menolong bahkan bisa melebihi rasa bahagia
orang yang telah ditolong. Berbuat baik juga bukan sekadar membahagiakan diri
sendiri ataupun orang lain, tetapi mampu meredakan emosi yang ada dalam diri
seseorang yang sedang mangalami masalah. Oleh karena itu Allah Swt
memerintahkan manusia untuk terus berbuat kebaikan dengan saling tolong-
menolong.

3 Makan Close up I
bakso menunjukkan
hijab kena seorang
kuah perempuan
berambut
panjang yang
kaget karena
tertampar oleh
hijab milik
perempuan
berhijab di
sebelahnya.

Close up II
menujukkan
seorang
perempuan
berhijab yang
kaget karena
tidak sengaja
mengenai wajah
teman
57

perempuannya
dengan ujung
hijabnya setelah
terkena air kuah
bakso.

Straight Angle
menunjukkkan
kedua perempuan
itu saling
menertawai.

Makna Denotasi: Scene ketiga dengan caption “makan bakso hijab kena kuah”
menandakan bahwa perempuan berhijab yang sedang menyantap bakso berkuah
tidak sengaja menjatuhkan jilbabnya ke dalam kuah bakso dan dengan sigap ia
menarik jilbabnya sehingga menyentuh pipi perempuan berambut panjang yang
berada di sebelahnya dengan ekspresi terkejut. Perempuan berambut panjang itu
pun kaget sambil memegang pipinya. Setelah itu, mereka saling bertatapan dan
saling menertawakan.

Makna Konotatif: Scene ini menunjukkan bahwa kedua perempuan itu hanya
menganggap kejadian tersebut sebagai sesuatu hal yang lucu dan tidak perlu
dianggap sebagai hal yang serius sehingga keduanya pun saling menertawakan.
Hal ini menandakan bahwa perempuan berhijab memiliki sifat yang sangat ramah
dan si perempuan berambut panjang itu memiliki hati yang baik dan bersifat
pemaaf sehingga tidak berniat untuk membalas ataupun mencaci perempuan
berhijab yang telah mengagetkannya.

Mitos: Saat salah satu dari kedua perempuan dalam scene ini melakukan
kesalahan, ekspresi yang ditampilkan keduanya adalah ekspresi kaget bukan
ekspresi marah. Hal itu terlihat ketika rasa kaget berakhir saling menertawakan.
Scene ini kemudian menunjukkan pentingnya arti saling memafkan meski tak
terucap. Segala kesalahan yang dilakukan seseorang, baik disengaja ataupun tidak
disengaja, akan sangat indah jika diakhiri dengan maaf.

4 Pake helm Close up I


hijab jadi menunjukkan
bubrah seorang perempuan
berhijab yang
sedang melepas
helm dengan
menampilkan
ekspresi wajah
58

kesulitan

Close up II
menunjukkan
perempuan
muslimah berjilbab
pink yang sedang
bercermin di kaca
spion milik tukang
ojek. Perempuan
tersebut terlihat
memperbaiki
jilbabnya yang
berantakan setelah
melepas helm.

Makna Denotasi: Scene ini menunjukkan seorang perempuan berjilbab pink


yang baru saja sampai setelah melakukan perjalanan menggunakan motor tampak
kesulitan saat melepas helmnya, sehingga pada saat helm terlepas, hijab milik
perempuan tersebut bubrah atau berantakan. Hal tersebut dibuktikan melalui
caption yang bertuliskan Pake helm hijab jadi bubrah. Hijab yang berantakan
karena helm inilah yang kemudian membuat perempuan muslimah berjilbab pink
pasminah itu kesal yang dibuktikan melalui ekspresi yang ditunjukkan perempuan
tersebut dengan mengkerutkan alisnya.

Makna Konotatif: Perempuan muslimah dalam scene ini menggambarkan sikap


seorang perempuan yang sedikit emosional jika masalah yang terjadi berkaitan
dengan hijab. Bagi sebagian besar perempuan muslimah, hijab menjadi yang
paling penting dalam berpenampilan, tidak terkecuali perempuan muslimah
berjilbab pink dalam scene ini. Rasa kesal yang muncul setelah jilbabnya
berantakan adalah bukti bahwa hijab menjadi sesuatu hal yang paling berpengaruh
dalam kehidupan seorang perempuan muslimah.

Mitos: Hijab telah menjadi bagian penting dalam kehidupan perempuan


muslimah. Perempuan yang menggunakan hijab tidak akan membiarkannya rusak
apalagi jika sudah memengaruhi penampilan. Hijab menjadi suatu kebanggaan
bagi orang yang menggunakannya. Ada unsur keindahan dalam hijab yang
melekat disetiap penampilan perempuan muslimah. Jadi, kapanpun hijab
bermasalah, maka suasana hatipun akan ikut bermasalah.
59

5 Lagi milih Close up I


beli menunjukkan
takjilan seorang perempuan
berhijab yang
Sama sedang asik dan
anak hijab senang saat sedang
jadi membeli takjil.
mainan
Staright Angel
menunjukkan anak
kecil yang sedang
di gendong ibunya,
tiba-tiba menarik
jilbab yang
digunakan oleh
perempuan berbaju
hijau itu.

Straight Angel II
menunjukkan
perempuan berbaju
hijau dan ibu dari
anak itu tertawa
karena kenakalan
si anak kecil.

Makna Denotasi: Scene keempat dengan caption “lagi milih beli takjilan”
menunjukkan seorang perempuan yang sedang asik belanja dan memilih takjil di
pasar yang kaget karena tiba-tiba jilbabnya ditarik dari belakang oleh seorang
anak kecil. Hal itu dibuktikan dengan caption “sama anak hijab jadi mainan”.
Setelah mengetahui bahwa yang menarik jilbabnya adalah seorang anak kecil,
perempuan itu membalasnya dengan senyuman dan kemudian bersikap ramah
dengan mengelus bahu anak yang telah menarik jilbabnya.

Makna Konotatif: Sikap yang ditunjukkan perempuan berbaju hijau menandakan


bahwa dirinya adalah seorang perempuan muslimah yang tidak mudah marah dan
memiliki sifat penyayang terhadap anak. Adegan yang menampilkan caption
sama anak hijab jadi mainan ini juga menandakan bahwa perempuan berbaju
hijau mengetahui sifat seorang anak kacil yang bisa menganggap apapun termasuk
hijab sebagai sebuah mainan yang menandakan bahwa perempuan muslimah
berbaju hijau itu memiliki sifat keibu-an karena mengerti dengan tingkah laku
seorang anak kecil.
60

Mitos: Perempuan dalam scene ini menunjukkan bahwa seseorang yang telah
memiliki sifat dewasa akan mudah luluh dengan sifat dan sikap yang dimiliki
seorang anak kecil. Meski anak kecil tersebut melakukan kesalahan, sifat dewasa
dari seseorang akan mampu mengalahkan ego yang muncul dari kesalahan yang
merugikan dirinya. Adegan yang ditampilkan dalam scene ini juga kemudian
menandakan bahwa sifat seseorang akan ikut berubah seiring bertambahnya usia.
Semakin bertambah usia, maka sifat juga akan bertambah dewasa. Tidak
terkecuali, dewasa dalam bertindak dan menyikapi segala sesuatu.

6 Dan soal Staright Angel I


rambut menunjukkan
nggak Fatin Shidqia
masalah Lubis yang sedang
asik tertawa
dengan kedua
temannya.

Straight Angel II
menunjukkan
ekspresi bahagia
Ada Rejoice dari wajah Fatin
hijab 3 in 1 Shidqia Lubis dan
keempat
temannya sambil
bernyanyi.

Close up I
menunjukkan
Buat Kamu ekspresi senyum
HIJABISA bahagia dari Fatin
(HIJABISA) Shidqia Lubis.

Makna Denotasi: Scene ini menampilkan beberapa perempuan berhijab dengan


penampilan yang berbeda-beda sedang asik bernyanyi sambil menunjukkan
ekspresi tersenyum bahagia. Fatin Shidqia Lubis yang berperan sebagai bintang
utama ini berada di antara perempuan berhijab lainnya sambil menunjukkan
sebotol produk Shampo Rejoice 3 in 1 buat kamu. Selain bernyanyi, mereka
61

bahkan menampilkan gerakan-gerakan yang seolah ingin menjelaskan bagaimana


manfaat dari merk shampo Rejoice 3 in 1 tersebut.

Makna Konotatif: Caption yang terdapat dalam scene ini menunjukkan bahwa
Fatin Shidqia Lubis sebagai bintang utama terus memberikan semangat kepada
perempuan berhijab lainnya agar tetap istiqomah dengan hijab yang mereka
gunakan. Fatin menyampaikan bahwa ketika seseorang menggunakan shampo
Rejoice hijab 3 in 1 tersebut maka tidak akan terjadi masalah pada rambut dan
kepala seseorang yang menggunakan hijab. Fatin dengan raut wajah gembiranya
berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu untuk tetap istiqomah meskipun
masalah terhadap hijab terus terjadi.

Mitos: Suasana hati tentunya sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari


seseorang. Tidak terkecuali bagi perempuan muslimah dalam scene ini, karena
suasana hati mereka yang baik, mereka akhirnya mampu menyelesaikan berbagai
masalah yang terjadi atas hijab mereka. Suasana hati yang baik itupun muncul
karena rasa nyaman terhadap sesuatu. Rasa nyaman yang ditunjukkan dalam scene
ini adalah ketika perempuan berhijab menggunakan produk shampo Rejoice maka
mereka akan terus merasakan kenyamanan dan tidak perlu gelisah atas rambut dan
kepala mereka sehingga mereka akan terus istiqomah dalam berhijab dan tetap
mejalani kehidupan sehari-hari layaknya seorang muslimah pada umumnya.
Data Primer, Mei 2021

Setiap scene yang ditunjukkan dalam iklan ini menampilkan sifat dan

kepribadian perempuan muslimah yang berbeda-beda. Sifat dan kepribadian tersebut

ditunjukkan melalui semua adegan yang menampilkan berbagai masalah yang

berbeda-beda di kehidupan s ehari-hari beberapa perempuan dalam iklan. Masalah

yang muncul adalah masalah yang selalu berkaitan dengan hijab. Hijab yang

digunakan perempuan muslimah dalam iklan kerap menimbulkan masalah, sehingga

tidak jarang di antara perempuan tersebut merasa tidak nyaman dengan apa yang

terjadi. Namun, mereka tetap menunaikan kewajibannya untuk berjilbab.

Sebagaimana telah diketahui bahwa, hijab adalah salah satu ranah yang digunakan
62

untuk menutup aurat. Oleh karena itu, perempuan tetap diwajibkan untuk menutup

aurat menggunakan hijab meski masalah kerap muncul karenanya.

Perempuan muslimah dalam iklan ini seolah dituntut untuk mampu

menyelesaikan setiap masalah yang berkaitan dengan hijab mereka. Oleh karena itu,

iklan tidak hanya menampilkan masalah saja, tetapi juga menampilkan bagaimana

perempuan muslimah dalam iklan mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Hal

ini kemudian menunjukkan bahwa, sebagai seorang muslimah, mereka harus tetap

menggunakan hijab meski kerap mendapati masalah, karena menggunakan hijab

adalah sebuah kewajiban, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt., dalam QS Al-

Ahzab/33:59:

Artinya:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”11

Dalam Tafsir as-Sa‟di. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di menafsirkan

ayat tersebut, bahwa Allah Swt., telah memerintahkan NabiNya untuk memerintah

kaum wanita secara umum untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubub dan

dimulai dari istri-istri dan putri-putrinya, karena mereka lebih ditekankan. Jilbab yang

11
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Garut: Jumanatul Ali-Art, 2011), h.
426.
63

dimaksudkan adalah kain yang melapisi pakaian, khimar (kerudung), kain sorban atau

serupa dengannya. Maksudnya, hendaklah mereka menutup wajah dan dadanya

dengannya. Dan apabila seorang wanita tidak menggunakannya maka ia akan muda

diduga bukan wanita-wanita terhormat. Dan akibatnya orang-orang yang

menginginkan keburukan meremehkan mereka. Jadi, hijab itu memutus hastrat buruk

orang-orang yang berhastrat buruk terhadap mereka.12

Berdasarkan tafsir di atas, hijab menjadi suatu kewajiban, bukan hanya


berlaku bagi istri-istri dan putri-putri Nabi, melaikan berhijab di perintahkan untuk

kaum wanita secara umum karena hijab banyak memberi manfaat untuk orang-orang

yang menggunakannya. Selain sebagai kewajiban, hijab juga mampu menjadikan

kedudukan perempuan semakin terhormat karena dijauhkan dari hastrat orang-orang

yang ingin meremehkan mereka.

C. Representasi makna hijab dalam Iklan Rejoice Versi ‘HijaBisa’ Fatin


Shidqia Lubis

Pada iklan Rejoice Versi „HijaBisa‟ Fatin Shidqia Lubis telah dipilih lima

scene yang menampilkan beberapa perempuan berbeda dengan kegiatan yang

berbeda-beda pula. Kegiatan dari keempat scene ini menunjukkan masalah hijab yang

terjadi di dalam kehidupan muslimah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal

inilah yang kemudian akan direpresentasikan dengan mengungkapkan makna pesan

yang terkandung dalam iklan menggunakan analisis semiotika Barthes dengan

representasi yang dikembangkan oleh Stuart Hall.

12
TafsirWeb, “Quran Surat Al-Ahzab Ayat 59”, https://tafsirweb.com/7671-quran-surah-al-
ahzab-ayat-59.html (Diakses: 15 Juli 2021)
64

Representasi yang dikembangkan Hall, dalam proses produksi makna

diartikan sebagai hal yang utama karena menjadi bagian penting dalam

mengungkapkan makna dengan budaya. Representasi berarti menyatakan sesuatu

dengan menggambarkan situasi atau semua kegiatan dunia yang penuh makna dengan

menggunakan bahasa.13 Untuk bisa mengungkapkan makna tersebut, maka

digunakanlah analisis semiotika yang dikembangkan Barthes agar makna hijab dalam

iklan Rejoice versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis dapat direpresentasikan dan

dituangkan dalam bahasa yang lazim sehingga pesan pengiklan dapat tersampaikan

dengan baik. Kemudian untuk merepresentasikan makna hijab tersebut, penulis telah

mengelompokkan beberapa faktor dan alasan seseorang untuk menggunakan hijab

serta mengapa seseorang tersebut istiqomah dalam menggunakan hijab. Safitri

Yulikhah dalam jurnal “Jilbab Antara Kesalehan dan Fenomena Sosial” memaparkan

beberapa faktor seseorang menggunakan hijab yaitu: pertama karena alasan teologis

baik itu karena proses perjuangan panjang sampai akhirnya meyakini bahwa jilbab

adalah pakaian yang di wajibkan dalama Islam. Kedua, karena alasan modis atau

lifestyle yang bisa menjadi salah satu objek perhatian. Ketiga, alasan psikologis, yaitu

ketika seseorang merasa nyaman saat menggunakan hijab.14 Artinya, ketiga alasan

tersebut juga menjadi alasan untuk tetap istiqomah dengan hijab yang digunakan.

Sehingga, dalam penelitian ini, ketiga alasan tersebut diidentifikasikan menjadi tiga

13
Ganjar Wibowo, “Representasi Perempuan dalam Film Siti”, Nyimak Journal of
Communication 3, No. 1 (2019): h. 47-59
14
Safitri Yulikhah, “Jilbab Antara Kesalehan dan Fenomena Sosial”, Ilmu Dakwah 36, No. 1
(2006): 96-117
65

poin penting dalam merepresentasikan makna hijab dalam iklan yakni: (1) Hijab

sebagai kewajiban, (2) Hijab sebagai objek perhatian, (3) Hijab sebagai citra produk.

Berikut hasil analisis yang terkandung dalam iklan Rejoice versi HijaBisa

berjudul “Tetap Istiqomah, Bersama Rejoice Hijab 3in1 buat kamu:

1. Analisis makna pada scene 1

Gambar 4.4 : Scene 1, Perempuan Muslimah Berhijab Sarung


Sumber : Capture Screen from Youtube

Hasil analisis dari scene pertama merepresentasikan bahwa perempuan

muslimah yang berada di dalam rumah dengan menggunakan pakaian berwarna putih

sedang membuka pintu dengan tergesa-gesa menggunakan sebuah sarung berwarna

hijau kotak-kotak untuk menutupi rambutnya dengan raut wajah yang gembira. Apa

yang ditampilkan perempuan dalam scene ini dapat menunjukkan beberapa makna

hijab yang telah diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Hijab sebagai kewajiban

Caption yang bertuliskan, Tutup rambut pas ada tamu menunjukkan bahwa

perempuan dalam iklan pada scene ini merupakan perempuan muslimah yang enggan
66

melepas hijabnya meski dalam kondisi apapun, termasuk saat membukakan pintu

untuk seorang tamu. Oleh karena itu, meski hijab milik si perempuan tersebut tidak

ada di sekitarnya, ia lebih memilih menggunakan sarung sebagai pengganti jilbab

ketika hendak bertemu dengan kurir yang mengantarkan sebuah paket miliknya.

Scene ini juga menunjukkan bahwa menutup aurat dengan menggunakan hijab

bukanlah sesuatu hal yang sulit, berbagai jenis kain pun bisa digunakan sebagai

penutup kepala jika dalam kondisi atau keadaan tertentu.

Tindakan yang dilakukan perempuan dalam scene ini juga menunjukkan

bahwa dirinya adalah seorang muslimah yang enggan memerlihatkan auratnya di

depan orang yang bukan mahramnya walaupun dengan penampilan yang sedikit

berbeda karena hijab yang digunakan adalah sarung milik ayahnya. Perempuan dalam

iklan ini mengerti betul tentang hakikatnya sebagai seorang muslimah atas perintah

Allah Swt., untuk menutup aurat dengan menggunakan hijab. Dalam scene ini, hijab

bukanlah sekadar kain jadi saja yang biasa digunakan perempuan muslimah pada

umumnya. Melainkan, semua atau segala bentuk kain yang bisa digunakan untuk

menutup aurat dapat dikatakan sebagai hijab, termasuk sarung yang digunakan

perempuan dalam scene pertama ini. Sarung tidaklah menjadi sebuah masalah ketika

seseorang menggunakannya sebagai penutup aurat. Sarung bahkan memiliki kain

yang lebih tebal daripada jilbab pada umumnya. Namun, sayangnya sarung tidak

dapat digunakan sepenuhnya sebagai hijab karena pada hakikatnya, sarung tidak

berfungsi untuk itu, dan nilai keindahan pada sarung bahkan tidak cocok jika

digunakan sebagai hijab atau penutup kepala dan rambut di zaman sekarang ini.
67

b. Hijab sebagai objek perhatian

Objek utama pada scene ini adalah sarung berwarna hijau kotak-kota milik

laki-laki tua yang digunakan perempuan muslimah saat membuka pintu untuk tamu

yang datang. Sarung yang digunakan perempuan muslimah ini kemudian bisa

dikatakan sebagai sebuah hijab karena dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),

hijab adalah kain yang digunakan untuk menutupi muka dan tubuh wanita muslimah

sehingga bagian tubuhnya tidak terlihat.15 Oleh karena itu, hijab dalam scene ini

menjadi objek perhatian karena menjadi sesuatu hal yang unik. Hijab tersebut

kemudian mampu menarik perhatian orang lain dalam hal ini tamu dan ayah dari

perempuan. Bagaimana tidak, seorang tamu yang mengetuk pintu dikejutkan dengan

perempuan yang membuka pintu dengan menggunakan sarung sebagai hijab.

Sarung yang digunakan sebagai hijab ini semakin menjadi pusat perhatian

ketika perempuan muslimah yang menggunakannya mendapat teguran dari laki-laki

tua si pemilik sarung tersebut. Taguran itu diberikan karena kelakukan si perempuan

muslimah yang tidak meminta izin terlebih dahulu ketika hendak menggunakan

sarung yang bukan miliknya. Scene pertama ini bahkan menunjukkan bagaimana

penampilan laki-laki tua yang hanya menggunakan celana pendek setelah sarungnya

diambil.

15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Hijab”, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Hijab (29 Mei 2021)
68

c. Hijab sebagai citra produk

Perempuan dalam scene ini menunjukkan bagaimana seorang muslimah tetap

mampu bertahan dan istiqomah untuk menutup aurat mereka dengan menggunakan

hijab meskipun yang ia gunakan adalah sarung. Sarung yang digunakan sebagai hijab

ini kemudian menunjukkan bahwa perempuan muslimah yang dalam kehidupan

sehari-harinya menggunakan hijab tidak merasakan kegerahan apapun meski

menggunakan sarung sebagai hijab. Iklan ingin menunjukkan bahwa setiap

perempuan yang menggunakan produk shampo Rejoice ini tidak akan merasa

kegerahan dan tetap nyaman dengan apa yang mereka gunakan, meskipun itu adalah

kain yang lebih tebal seperti sarung. Perempuan dalam scene ini lebih memilih

menunjukkan wajah dengan lilitan sarung sebagai penutup kepala saat bertemu

dengan orang lain, dibanding tidak menggunakan apapun yang akan menampakkan

auratnya.

Apa yang dilakukan perempuan dalam scene ini kemudian mampu

menciptakan citra produk yang baik bagi merek shampo Rejoice. Merek ini kemudian

dipercaya mampu membuat perempuan tetap nyaman dengan apapun yang mereka

gunakan karena kesegaran rambut yang mereka dapatkan dari merek shampo tersebut.

Hal ini juga dibuktikan melalui ekspresi yang ditampilkan perempuan dalam scene

yang menunjukkan dirinya senang dan bahagia dengan apa yang ia lakukan itu.

Ekspresi bahagia tersebut nampak seolah tidak ada yang perlu dipermasalahkan selagi

ia tetap menutup auratnya meski dengan menggunakan sarung sebagai pelindung

kepala.
69

2. Analisis makna pada scene 2

Gambar 4.5 : Scene 2, Perempuan Muslimah yang Kehilangan Peniti Jilbab


Sumber : Capture Screen from Youtube

Hasil analisis pada scene kedua ini menampilkan perempuan muslimah

dengan masalah yang sedang ia alami. Dari masalah tersebut, makna hijab kemudian

dapat di representasikan berdasarkan identifikasi pemaknaan hijab sebagai berikut:

a. Hijab sebagai kewajiban

Scene ini menunjukkan seorang perempuan muslimah berbaju hijau dengan

jilbab hijau kekuning-kuningan yang baru saja mengambil air wudhu ketika hendak

melakukan salat. Perempuan yang berada di tempat wudhu wanita itu telah

menunjukkan keistiqomahannya dalam berhijab ketika ia mengetahui bahwa tempat

tersebut dikhususkan untuk perempuan saja tetapi tidak menggoyahkannya untuk

tetap menggunakan hijab.

Jika biasanya perempuan muslimah melepas hijabnya katika berada di tempat

tertutup apalagi tempat khusus perempuan, maka berbeda dengan apa yang dilakukan

perempuan dalam scene ini, meskipun rambut atau kepalanya baru saja terkena air
70

wudhu dan basah, ia tetap memasang dengan baik jilbab yang ia gunakan

sebelumnya. Bukan hanya itu, di tempat tersebut bahkan hanya terlihat dua orang

perempuan saja, tetapi perempuan muslimah berbaju hijau itu memang baru terlihat

tenang ketika jilbabnya sudah terpasang rapi di kepalanya. Artinya, perempuan dalam

scene ini tidak hanya menganggap hijab sebagai pelindung diri dari yang bukan

mahram saja, tetapi bagi perempuan tersebut, menggunakan hijab memiliki nilai

kenyamanan tersendiri bagi dirinya. Hal ini menunjukkan bagaimana kepatuhan

seorang perempuan muslimah terhadap perintah Allah Swt., dengan tetap menutup

aurat kapan pun dan di mana pun ia berada.

b. Hijab sebagai objek perhatian

Setelah mengambil air wudhu, perempuan muslimah berbaju hijau

memandang ke arah jilbab dengan tatapan yang sedikit heran sambil memegang

jilbab bagian leher sembari mencari sebuah peniti. Hal tersebut dibuktikan melalui

caption dalam scene yakni, peniti hilang abis wudhu yang menandakan bahwa

perempuan muslimah telah kehilangan peniti jilbabnya setelah mengambil air wudhu.

Peniti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah jarum penyemat yaitu

benda kecil yang tajam dan bisa menyemat kerudung sehingga dapat terbentuk.16

Oleh karena itu, peniti menjadi penting bagi seorang perempuan muslimah yang

menggunakan hijab.

16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Peniti”, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Peniti (9 Juni 2021)
71

Peniti bagi seorang perempuan berhijab memang menjadi sesuatu yang paling

utama. Bagaimana tidak, ketika peniti tidak ada, lantas bagaimana seorang

perempuan akan memasang jilbabnya dengan baik. Oleh karena itu, salah satu

masalah yang paling sering terjadi di kehidupan seorang perempuan berhijab adalah

ketika kehilangan peniti. Bentuknya yang kecil dan tipis membuat seseorang yang

menggunakannya selalu kehilangan.

Peniti dan hijab dalam scene ini tentunya saling berpengaruh. Ketika peniti

tidak ada, maka masalah akan tertimpa kepada hijab dan ini tentunya membuat

seseorang yang menggunakannya menjadi kesulitan ataupun merasa tidak nyaman.

Seperti yang telah diketahui bahwa hijab memang menjadi bagian paling penting

dalam kehidupan dan keseharian seorang muslimah, sehingga ketika hijab memiliki

masalah maka orang yang menggunakannya pun akan merasa tidak nyaman. Salah

satu yang membuktikannya adalah ekspresi yang ditunjukkan oleh perempuan

berbaju hijau dalam scene yang menunjukkan bahwa dirinya tidak senang saat

kehilangan peniti.

Setiap orang tentunya ingin memiliki bentuk jilbab yang rapi karena menjadi

salah satu objek yang paling diperhatikan ketika berpenampilan. Oleh karena itu tidak

sedikit yang membutuhkan peniti agar hijab yang digunakan dapat terbentuk dengan

baik. Bagi sebagian orang mungkin berpikir bahwa, bentuk jilbab tidak hanya

memengaruhi penampilan saja, tetapi bentuk hijab juga mampu memengaruhi wajah

seseorang. Ketika hijab nampak berantakan, maka wajah seseorang juga akan terlihat

tidak fresh.
72

c. Hijab sebagai citra produk

Ekspresi tidak senang yang ditunjukkan perempuan dalam scene ini hanya

bersifat sementara ketika perempuan yang berada di tempat yang sama memberikan

peniti miliknya kepada perempuan berbaju hijau tersebut. Hal ini kemudian

menunjukkan bahwa masalah yang terjadi atas hijab seorang perempuan muslimah

bukanlah masalah besar yang tidak bisa terselesaikan. Pengiklan seolah ingin

menyampaikan pesan bahwa perempuan muslimah harus memiliki hati yang sabar

agar bisa tetap istiqomah dengan hijabnya, sehingga ketika sesuatu yang tidak

diinginkan terjadi, maka bisa diselesaikan dengan kepala dingin dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran. Hati yang sabar yang dimaksud di sini adalah bagaimana

perempuan mampu mengurangi rasa kesal yang ada dalam dirinya. Iklan juga ingin

menunjukkan bahwa, rasa kesal yang muncul karena masalah hijab, dapat diatasi

dengan baik karena merek shampo Rejoice yang mampu membuat perempuan yang

menggunakannya merasakan sensasi kesegaran produk sehingga berdampak pada

keseharian orang yang menggunakannya.


73

3. Analisis makna pada scene 3

Gambar 4.6 : Scene 3, Hijab yang Jatuh ke dalam Kuah Bakso


Sumber : Capture Screen from Youtube

Hasil analisis dari scene ketiga ini menunjukkan bagaimana perempuan

berhijab yang berada di antara perempuan yang tidak berhijab tetapi tetap

menunjukkan sikap yang santun dan tenang. Apa yang dilakukan perempuan dalam

scene ini kemudian dapat menunjukkan makna hijab berdasarkan identifikasi

pemaknaan hijab sebagai berikut:

a. Hijab sebagai kewajiban

Hijab menjadi sangat penting bagi seorang perempuan yang benar-benar

menyadari bahwa dirinya adalah seorang muslimah. Meski kerap mendapat masalah

karena hijab, namun hal tersebut tidak akan memengaruhi ketaatan dan

keistiqomahannya dalam berhijab. Seorang muslimah dalam scene ini misalnya,

meski hijab yang ia gunakan sedikit merepotkan dan menimbulkan masalah, namun

hal tersebut tidak membuatnya kesal meski sempat menunjukkan ekspresi terkejut.
74

Pada scene ini ditunjukkan bagaimana situasi warung tempat perempuan

muslimah itu duduk. Situasi tersebut menampilkan beberapa perempuan lain yang

tidak menggunakan hijab. Semua perempuan dalam scene ini menampilkan diri

dengan rambut panjang hitam terurai. Berbeda dengan perempuan berhijab pink yang

tampil berbeda dengan balutan hijab di kepalanya. Namun, keberadaannya yang

berbeda tersebut tidak membuat rasa percaya diri perempuan berhijab itu hilang, ia

meyakinkan dirinya bahwa dia adalah seorang muslimah yang taat akan perintah

Allah Swt., dengan terus menutup aurat kapan dan di mana pun ia berada.

b. Hijab sebagai objek perhatian

Caption yang betuliskan Makan bakso hijab kena kuah menunjukkan bahwa

seorang perempuan muslimah yang baru saja duduk di sebuah warung bakso tidak

sengaja menjatuhkan ujung hijabnya ke dalam mangkuk yang berisikan bakso. Hal

tersebut kemudian membuat perempuan muslimah tersebut dengan sigap

menunjukkan ekspresi terkejut yang terpancar melalui wajahnya.

Ekspresi dan sikap yang ditunjukkan oleh perempuan muslimah tersebut

menandakan pentingnya sebuah hijab dalam kehidupan seorang perempuan

muslimah. Hijab jatuh dan terkena noda kuah bakso yang ditunjukkan pada scene ke

empat ini misalnya, scene yang menunjukkan ekspresi seorang perempuan muslimah

yang terkejut, bertanda bahwa kejadian tersebut adalah kejadian yang tidak pernah ia

sangka akan terjadi sebelumnya. Artinya, hijab dalam scene ini adalah sesuatu yang

sangat dilindungi oleh seorang perempuan karena pada hakikatnya, hijab memang
75

menjadi salah satu faktor yang menentukan keindahan penampilan seorang

perempuan muslimah.

Hijab telah menjadi yang paling penting dalam keseharian seorang muslimah,

maka wajar jika seseorang yang menggunakan hijab menunjukkan ekspresi kaget saat

sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kemudian mengakhiri ekspresi kaget dengan

tertawa menandakan bahwa, ekspresi kaget tersebut hanyalah sebuah tindakan

spontan yang timbul karena sesuatu yang tidak disangka terjadi.

Tindakan spontan yang terjadi dalam scene ini bukanlah sebuah masalah besar

yang harus diakhiri dengan sesuatu yang tidak mengasikkan. Hijab yang kotor karena

kuah bakso memang tidak akan disukai oleh perempuan muslimah yang mencitai

hijabnya. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut adalah sesuatu hal yang

wajar dan tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

c. Hijab sebagai citra produk

Scene dalam iklan ini kemudian menunjukkan bahwa masalah yang terjadi

bukanlah hal yang bisa memengaruhi ke-istiqomahan perempuan muslimah dengan

hijabnya. Meskipun berada di tempat makan yang lebih didominasi oleh seorang

perempuan yang tidak berhijab tidak membuat rasa percaya dirinya hilang. Hal

tersebut dibuktikan melalui tindakan perempuan yang tidak memperdulikan apa yang

ada di sekitarnya. Sebaliknya, perempuan berhijab itu terlihat nyaman dengan apa

yang ia gunakan dan lakukan saat itu.

Kenyamanan yang timbul dalam diri seseorang yang berhijab adalah salah

satu faktor yang membuat mereka tetap istiqomah. Kenyamanan ini lah yang hendak
76

disampaikan oleh pengiklan bahwa merek shampo yang mereka iklankan mampu

membuat konsumen merasa nyaman, mampu mengatasi masalah dengan kepala

dingin dan membuat konsumen tetap istiqomah dengan hijabnya.

4. Analisis makna pada scene 4

Gambar 4.7 : Scene 4, Ekspresi Perempuan Muslimah saat Melepas Helmnya


Sumber : Capture Screen from Youtube

Hasil analisis pada scene ini menunjukkan bagaimana seorang perempuan

berhijab dalam menghadapi masalah hijab yang bisa terjadi kapanpun itu. Sikap

perempuan yang ditunjukkan perempuan dalam scene ini kemudian menandakan

bahwa perempuan sangat memerhatikan hijabnya. Oleh karena itu, makna hijab

dalam scene ini dapat direpresentasikan melalui masalah yang terjadi dengan

identifikasi pemaknaan hijab sebagai berikut:

a. Hijab sebagai kewajiban

Caption dalam scene yakni, pake helm hijab jadi bubrah ini menandakan,

bahwa hijab yang digunakan perempuan tersebut berantakan saat melepas helm
77

setelah melakukan suatu perjalanan. Helm dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah topi pelindung kepala yang dibuat dari bahan yang tahan benturan.

Oleh karena itu, sesuai dengan fungsinya, helm memang wajib digunakan sebagai

salah satu alat pelindung diri agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan saat

melakukan suatu perjalanan.

Perempuan yang melakukan perjalanan dengan menggunakan hijab ini

kemudian menandakan bahwa dirinya adalah seorang muslimah. Ia menyadari dirinya

sebagai perempuan yang harus menutup aurat ketika sedang bepergian, walaupun

perempuan berhijab pink itu tahu bahwa hijabnya akan berantakan saat menggunakan

helm. Hijab yang digunakan perempuan dalam scene ini memang terlihat lebih

simple, di mana kain yang berwarna pink itu hanya dililitkan saja di kepala tanpa

sebuah peniti. Artinya, ketika seorang perempuan menggunakan hijab tanpa peniti,

maka hijab pun akan mudah rusak atau berantakan.

Bagi perempuan dalam scene ini, menggunakan hijab adalah suatu kewajiban,

dan kewajiban inilah yang menjadi kunci dalam hidupnya untuk tetap berhijab kapan

dan di mana pun dia berada, bahkan dalam kondisi apapun. Bagaimana pun bentuk

hijabnya, yang terpenting adalah ketika perempuan berhijab pink itu tetap menutup

aurat dan tidak menggoyahkan ke-istiqomahannya.

b. Hijab sebagai objek perhatian

Caption, Pake helm hijab jadi bubrah ini juga menjelaskan bahwa helm lah

yang jadi penyebab timbulnya masalah terhadap hijab, sehingga menimbulkan rasa

tidak nyaman atau membuat suasana hati perempuan muslimah pada scene ini
78

berubah. Ekspresi tidak nyaman dalam scene ini menunjukkan sikap emosional

seorang perempuan muslimah jika suatu masalah dihubungkan dengan hijab ataupun

penampilan.

Sikap emosional yang ditunjukkan perempuan inilah yang kemudian

menandakan bahwa perempuan muslimah memang sangat memerhatikan penampilan

apalagi hijabnya. Hijab bagi seorang perempuan memang menjadi sebuah identitas

yang menandakan dirinya sebagai seorang muslimah. Namun, di luar dari konteks

identitas, hijab menjadi salah satu faktor yang paling memengaruhi keindahan

penampilan seorang perempuan dan menjadi bagian terpentin g karena menjadi

sorotan utama dalam berpenampilan. Bagaimana tidak, hijab menjadi sesuatu yang

paling nampak dan yang paling sering menjadi perhatian orang lain serta memiliki

nilai keindahannya tersendiri. Oleh karena itu, banyak muslimah yang merasa

terganggu atau tidak nyaman saat terjadi masalah pada hijabnya.

c. Hijab sebagai citra produk

Ekspresi awal yang ditunjukkan perempuan muslimah dalam scene ini

memang menunjukkan rasa tidak nyaman, namun di akhir adegan, perempuan

berjilbab pink itu menujukkan ekspresi senyum saat bercermin di kaca spion milik

ojek online yang ia gunakan sebelumnya. Adegan tersebut kemudian menandakan

bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh pengiklan terhadap produk yang ingin

dipasarkan adalah bagaimana perempuan tetap bisa mengimbangi emosi dengan

tenang karena kenyamanan yang ia rasakan saat menggunakan hijab. Kenyamanan

dalam iklan ini menandakan bahwa perempuan dalam scene telah merawat rambut
79

dan kepalanya dengan baik sehingga terus merasakan kesegaran dan mampu

menyikapi masalah dengan kepala yang dingin. Kenyamanan yang dirasakan oleh

perempuan muslimah dalam scene ini tentunya tidak bisa dipisahkan dengan produk

shampo yang di iklankan.

Meskipun kerap mendapati masalah dengan hijab yang dikenakannya,

perempuan dalam scene ini tidak menyalahkan hijabnya dan tetap istiqomah menurup

aurat dengan hijab tersebut. Ekspresi senyum setelah menunjukkan ekspresi tidak

nyaman saat helm merusak tatanan hijabnya menandakan bahwa perempuan berbaju

pink itu tidak menimpakan masalah yang terjadi atas hijabnya. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa iklan dalam scene ini hendak menyampaikan manfaat produk

shampo Rejoice melalui sikap perempuan yang mampu mengatasi masalah dengan

kepala dingin.

5. Analisis makna pada scene 5

Gambar 4.8 : Scene 5, Hijab yang Jadi Mainan Anak Kecil


Sumber : Capture Screen from Youtube
80

Hasil analisis pada scene ini menunjukkan bagaimana seorang perempuan

berhijab mampu untuk tetap bersikap baik setelah terjadi masalah yang berkaitan

dengan hijabnya. Melalui sikap dan masalah yang ditunjukkan perempuan berbaju

hijau itu, maka makna hijab dapat direpresentasikan sebagai berikut:

a. Hijab sebagai kewajiban

Sebagai seorang perempuan muslimah, Allah Swt., memang memerintahkan

perempuan untuk menggunakan hijab apalagi ketika seseorang tersebut meninggalkan

atau keluar dari rumah. Seperti yang dilakukan perempuan dalam scene ini,

perempuan tersebut sedang berada di pasar untuk belanja dengan menggunakan hijab

berwarna pink dengan pakaian barwarna hijau. Pasar memang menjadi salah satu

tempat yang paling banyak dikunjungi perempuan. Menjadi pusat perbelanjaan untuk

kebutuhan rumah tangga membuat seorang perempuan (ibu rumah tangga) mau tidak

mau harus berkunjung ke tempat yang satu ini.

Bagi perempuan berbaju hijau pada scene ini, pasar sudah menjadi rumah

kedua untuknya, sehingga perempuan tersebut datang ke pasar dengan pakaian

seadanya dan dengan balutan jilbab yang sangat simple. Balutan hijab yang simple

bukanlah masalah untuknya, kewajibannya hanyalah menutup aurat dan tidak ada

aturan bagaimana seharusnya ia berpenampilan. Ibu rumah tangga memang jauh lebih

acuh dengan penampilan dibandingkan dengan anak remaja. Oleh karena itu, apa

yang ditampilkan perempuan dalam scene ini hanya ingin menunjukkan bahwa

perempuan berbaju hijau itu adalah seorang muslimah yang patuh terhadap perintah

Allah Swt.
81

b. Hijab sebagai objek perhatian

Hasil analisis pada scene ini menunjukkan perempuan muslimah yang sedang

asik belanja di pasar dengan menggunakan hijab berwarna pink dan baju berwarna

hijau sedang mengalami masalah saat memilih belanjaan di sebuah pasar. Masalah

tersebut adalah ketika hijab yang ia gunakan menjadi mainan seorang anak kecil yang

dibuktikan melalui caption yang tertulis dalam scene, yakni sama anak hijab jadi

mainan.

Pasar memang menjadi salah satu tempat yang bisa dikunjungi siapa saja dan

tidak ada aturan ketat yang berlaku di sebuah pasar. Selain kegiatan jual beli, banyak

anak kecil yang juga jadikan pasar sebagai tempat bermain. Namun, dalam scene ini

terlihat anak kecil yang digendong oleh orang tuanya sambil mengelilingi pasar

tersebut. Meskipun anak kecil tersebut berada dalam genggaman orang tuanya, tapi

tidak bisa dipungkiri bahwa ia adalah seorang anak kecil yang masih selalu ingin

bermain. Oleh karena itu, si anak kecil yang melihat perempuan berbaju hijau yang

ada di depannya dengan sekejap menarik hijab yang digunakan perempuan tersebut

dan membuatnya terkejut. Apa yang dilakukan anak kecil itu kemudian menunjukkan

bahwa hijab memang menjadi suatu objek perhatian, bahkan anak kecil yang belum

mengerti banyak hal pun menjadikan jilbab sebagai mainan.

c. Hijab sebagai citra produk

Perempuan berbaju hijau yang kemudian menyadari bahwa jilbabnya ditarik

dengan spontan menunjukkan ekspresi kaget dan langsung menahan hijabnya agar

tidak tertarik lagi. Kemudian setelah mengatahui bahwa yang menarik hijabnya
82

adalah seorang anak kecil, perempuan berbaju hijau itu hanya bisa tersenyum dan

kemudian bersikap ramah terhadap anak kecil yang telah menarik hijabnya.

Perempuan berbaju itu terus bersikap santai seolah mengerti dengan tingkah anak

kecil tersebut yang belum paham dengan apa yang telah dilakukannya.

Scene yang menunjukkan perempuan berbaju hijau yang bersikap ramah

terhadap anak kecil tersebut membuktikan bahwa perempuan tersebut memiliki sifat

keibuan. Di luar dari konteks sifat keibuannya, media dalam scene ini seolah ingin

menunjukkan bahwa perempuan berhijab dalam scene ini terlihat biasa mengalami

masalah yang demikian sehingga tidak menunjukkan rasa amarah.

Iklan hijab yang mengutamakan tentang ke-istiqomahan dalam berhijab ini

kemudian dibuktikan melalui scene ini, yaitu ketika seorang perempuan sering

mengalami masalah dengan hijabnya, ia memilih tetap istiqomah karena mereka

memiliki kenyamanan saat berhijab. Kenyamanan yang dirasakan perempuan ini lah

yang hendak disampaikan iklan tersebut. Iklan shampo rejoice ini seolah ingin

menunjukkan bahwa, dengan menggunakan merek shampo tersebut, seorang

perempuan berhijab akan terus istiqomah dan enggan melepas hijabnya meski kerap

mengalami masalah karena sudah terlanjur nyaman dengan apa yang ia kenakan.
83

6. Analisis makna pada scene 6

Gambar 4.9 : Scene 6, Fatin Shidqia Lubis Bernyanyi Bahagia


Sumber : Capture Screen from Youtube

Hasil analisis dari scene ini menunjukkan bagaimana sikap Fatin setelah

berhasil memengaruhi perempuan lainnya untuk tetap istiqomah dengan hijabnya.

Apa yang dilakukan Fatin kemudian mampu menunjukkan bagaimana pentingnya

hijab dalam kehidupan seorang muslimah. Berdasarkan hal tersebut, maka makna

hijab dapat direpresentasikan berdasarkan klasifikasi pemaknaan hijab sebagai

berikut:

a. Hijab sebagai kewajiban

Scene yang menampilkan Fatin Shidqia Lubis sebagai bintang utama dengan

baju dan hijab yang senada berwarna hijau ini menunjukkan ekspresi bahagia sambil

bernyanyi setelah berhasil mengajak perempuan muslimah lainnya untuk tetap


84

istiqomah dalam berhijab. Scene ini juga menampilkan caption yang bertuliskan Buat

kamu HIJABISA yang menandakan bahwa Fatin terus berusaha untuk memberikan

semangat kepada perempuan muslimah lainnya agar tetap istiqomah dalam berhijab

dan meyakinkan mereka bahwa berhijab adalah perintahkan Allah Swt,. dan telah

menjadi suatu kewajiban. Sehingga, meskipun banyak masalah yang terjadi dalam

kehidupan dan berkaitan dengan hijab, mereka harus mampu untuk bertahan seperti

apa yang dilakukan Fatin.

Fatin telah melakukan suatu kebaikan saat mengajak perempuan lainnya untuk

tetap istiqomah. Fatin berani meyakinkan perempuan lainnya untuk tetap

menggunakan hijab karena Fatin sendiri telah berhasil membuktikan kepada semua

orang bahwa dirinya mampu untuk terus istiqomah meski telah melewati berbagai

masalah. Fatin dikenal sebagai sosok remaja yang sangat disibukkan dengan segala

pekerjaan di usianya yang masih muda. Namun, dalam perjalanannya sampai saat ini,

Fatin tealh berhasil membuktikan bahwa ia bisa dan mampu menjalani dan mengatasi

semua yang terjadi dalam kesehariannya. Hal tersebut dilakukan Fatin karena ia telah

meyakini bahwa hijab adalah suatu kewajibannya sebagai seorang muslimah,

sehingga tidak berlaku alasan apapun baginya untuk melepas hijab yang telah ia

gunakan sejak lama. Oleh karena itu, Fatin sebagai seorang muslimah tidak ingin

sendirian dalam menjalankan perintah Allah Swt., dan memilih mengajari perempuan

lainnya tentang bagaimana cara agar seseorang mampu untuk terus istiqomah dalam

berhijab. Dengan demikian, bukan hanya dirinya yang mendapat ridho dari Allh

Swt., karena telah menjalankan perintahNya.


85

b. Hijab sebagai objek perhatian

Hijab memang selalu menjadi hal yang istimewa bagi seorang perempuan

muslimah. Selain sebagai kewajiban, hijab menjadi istimewa karena menjadi hal yang

paling menarik dalam berpenampilan. Oleh karena itu, banyak dari perempuan

berhijab membentuk hijabnya sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian. Bukan

hanya itu, ketika hijab yang digunakan baik, maka rasa percaya diri juga akan muncul

ketika seseorang tersebut bertemu dengan orang lain.

Pada iklan ini misalnya, scene yang menampilkan beberapa perempuan

dengan gaya hijab yang berbeda-beda. Semua perempuan termasuk Fatin

menunjukkan penampilan yang modis dan lebih menarik dengan bentuk dan

perpaduan hijab yang cantik dan stylish. Mereka terlihat bahagia karena penampilan

yang mereka gunakan membuat rasa percaya diri mereka meningkat. Selain itu, rasa

bahagia juga muncul karena mereka telah mampu bertahan untuk berhijab dan

menunjukkannya kepada semua orang bahwa mereka mampu untuk istiqomah. Hal

tersebut dibuktikan melalu ekspresi wajah semua perempuan muslimah dalam scene,

dimana rasa percaya diri terpancar dari wajah mereka, termasuk Fatin yang disertai

rasa bahagia karena telah berhasil membuat perempuan lainnya tetap istiqomah

dengan hijabnya.

Apa yang ditunjukkan perempuan dalam scene ini menandakan bahwa,

meskipun masalah kerap muncul dalam keseharian perempuan berhijab, tetapi itu

bukanlah alasan bagi mereka untuk tidak menampilkan gaya yang modis. Perempuan

dalam scene ini tentunya menyadari bahwa penampilan adalah salah satu yang paling
86

penting dalam kehidupan, terkhusus bagi kehidupan seorang remaja. Oleh karena itu,

tidak sedikit dari perempuan muslimah yang menjadikan hijab sebagai salah satu

sumber percaya diri dalam berpenampilan.

c. Hijab sebagai citra produk

Hijab dalam scene ini berhasil membuktikan bahwa setiap masalah yang

terjadi di kehidupan sehari-hari perempuan muslimah dapat teratasi jika suasana hati

seseorang baik. Suasa hati yang baik bisa muncul ketika seseorang merasa nyaman

dengan sesuatu. Rasa nyaman inilah yang kemudian ingin ditunjukkan dalam iklan,

bahwa untuk mendapatkan kenyamanan atas hijab yang digunakan, seseorang

membutuhkan merek shampo Rejoice 3 in 1. Karena tiga manfaat yang ada dalam

satu merek shampo itu mampu menghasilnya kesegaran yang luar biasa sehingga

orang yang menggunakannya akan selalu merasakan kesegaran dan kenyamanan.

Manfaat dari merek shampo ini kemudian semakin dipercaya oleh konsumen

karena Fatin yang menjadi bintang utama itu telah berhasil membuktikan manfaatnya.

Fatin sebagai seorang selebriti dengan kesibukannya di luar rumah yang bahkan

sangat melelahkan itu tetap merasa nyaman dengan hijab tanpa kepanasan ataupun

kegerahan karena merek shampo yang ia gunakan telah membantunya. Scene ini

kemudian menandakan bahwa iklan ingin menunjukkan bahwa Fatin si gadis remaja

yang sibuk dengan banyak pekerjaannya istiqomah dengan hijabnya, lantas mengapa

perempuan muslimah lainnya tidak bisa. Oleh karena itu, captian “Buat kamu

HIJABISA” menandakan bahwa semua orang pasti bisa bertahan dengan hijab

mereka ketika telah menggunakan merek shampo Rejoice 3 in 1 buat kamu.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, data yang telah

dikumpulkan diolah menggunakan analisis semiotika Roland Barthes sehingga

mampu melahirkan makna yang sebelumnya tidak dapat dilihat secara langsung. Dari

hasil analisis tersebut dapat disimpulkan jawaban dari dua rumusan masalah

penelitian ini, yakni:

1. Format tanda dalam iklan Shampo Rejoice Versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis

berjudul “Tetap Istiqomah dengan Hijab 3in1 buat kamu” ini menunjukkan

bagaimana sikap perempuan muslimah dalam menghadapi setiap masalah

yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya. Meskipun cara yang mereka

gunakan berbeda-beda, tetapi semua perempuan dalam iklan mampu

menunjukkan kodratnya sebagai seorang muslimah, yakni mengatasi masalah

dengan cara yang baik dan dengan kepala yang dingin disertai dengan rasa

ikhlas sehingga tidak ada satupun masalah yang membuat perempuan

muslimah itu goyah dengan keistiqomahannya dalam berhijab.

2. Makna hijab dalam iklan Shampo Rejoice Versi HijaBisa Fatin Shidqia Lubis

berjudul “Tetap Istiqomah dengan Hijab 3in1 buat kamu” ini

direpresentasikan melalui sikap yang ditunjukkan perempuan dalam scene

pada iklan. Semua perempuan dalam scene ini menunjukkan bagaimana hijab

87
88

mampu memengarui suasana hati seseorang. Artinya, hijab adalah sesuatu

yang berharga dan selalu dilindungi oleh setiap orang yang menggunakannya.

B. Implikasi

1. Interpretasi peneliti adalah bukan satu-satunya kebenaran yang sah.

Representasi atas makna atas tanda yang ada dalam iklan sebagian besar

adalah persepsi dari peneliti, sehingga memungkinkan peneliti lain mampu

melahirkan persepsi baru dengan tingkat pemaknaan yang lebih mendalam.

Dengan banyaknya interpretasi yang muncul, maka akan memperluas

pandangan kita tentang makna yang terkandung dalam sebuah tanda.

2. Sebagai khalayak yang mendapat penawaran-penawaran dari sebuah produk

yang di iklankan harus bisa melihat tanda yang ada dalam iklan sehingga

mampu memaknai sesuatu yang tidak bisa dilihat secara langsung. Dengan

demikian, berbagai bentuk salah paham, salah persepsi dan salah membeli

produk dapat dihindari.

3. Hasil analisis ini juga dapat menjadi masukan bagi para produser iklan dalam

memberikan tayangan pemasaran produk agar mampu menampilkan suatu

informasi yang mudah dipahami masyarakat sehingga apa yang hendak

disampaikan mampu diterima dengan baik oleh para konsumen.


DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi Cetak

Agama RI, Kementerian, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Garut: Jumanatul Ali-Art.


2011
Anggito, Albi, dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. I;
Sukabumi: CV Jejak, 2018
Anggito, Albi, dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. I; Sukabumi: CV Jejak,
2018.
Aprianta, Gita E.B, “Kajian Media Massa: Representasi Girl Power Wanita Modern
dalam Media Online”, The Massenger 2, No. 2 (2011): h. 12-27
Asrofah, “Semiotika Mitos Roland Barthes dalam Analisis Iklan di Media Massa”,
Sasindo 2, No. 1 (2014): h. 1-8
Awwan, Qomaruddin. Fiqih wanita: Panduan Hidup Wanita dalam Perspektif Islam.
Cet I; Jakarta : Cerdas Interaktif, 2017
Djamereng, Asni. “Analisis Semiotika Pada Iklan Di Televisi”. Jurnal Al-Khitabah
4, no. 1 (April 2018): 1-16
Edi, Irawan Rahmat, “Representasi Perempuan dalam Industri Sinema”, Humaniora
5, No. 1 (2014): 1-8
Errika Dwi Setya Watie, “Representasi Wanita dalam Media Massa Masa Kini”, The
Massenger 2, No. 2 (2010): 1-10.
Hamidah, dan Ahmad, “Analisis Semiotika Roland Barthes Tentang Fenomena
Jilboobs”. Insania 4, no. 2 (2016): 117-126
Hikmah, Anas Siti. “Eksploitasi Perempuan Di Media Massa”. Yin Yang 8, no. 2
(2018): 32-46
Ida, Rachmah. Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya. Cet II; Jakarta :
Kencana, 2016
Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Cet. I; Magelang: IndonesiaTera, 2001.
Lantowa, Jafar, dkk. Semiotika Teori, Metode, dan Penerapannya Dalam Penelitian
Sastra. Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Lintang Ratri, “Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim”, Forum 39, No. 2
(2012): 29-37

89
90

Lukitaningsih, Ambar. “Iklan yang Efektif Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran”.


Ekonomi dan Kewirausahaan 13, no 2 (2013): 116-129.
Manuaba, Putera “Memahami Teori Konstruksi Sosial”, Masyarakat, Kebudayaan
dan Politik No. 3 (2008): 221-230
Nanda, Sukmana Luis, dkk, “Pengaruh efektifitas iklan televisi” Jurnal Manajemen
9, no. 2 (2017): 76-84.
Nur, Iffatin. “Perempuan dan Media Massa”, Musawa 5, No. 4 (2007): 559-577
Nur, Oktavia Ersa, dkk, “Representasi Perempuan Berhijab dan Budaya Konsumen
dalam Iklan Wardah Exclusive Series in London”, Audiens 1, No. 2 (2020):
157-166
Nuril Hidayati, “Teori Feminisme: Sejarah, Perkembangan dan Relevansinya dengan
Kajian KeIslaman Kontemporer”, Harkat 14, No. 1 (2018): 21-29
Rizki, Haryono Sinta, Dedi Kurnia Syah Putra. “Identitas Budaya Indonesia: Analisis
Semiotika Roland Barthes Dalam Iklan Aqua Versi „Temukan Indonesiamu‟”.
Acta diurnA 13, no. 2 (2017): 67-88
Saiful, Rahmat Pupu. “Penelitian Kualitatif”. Equilibrium 5, no.9 (2018).
Santoso, Puji “Konstruksi Sosial Media Massa”, Al-Balagh 1, No. 1 (2016): 30-48
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Cet. VII; Bandung: Remaja Rosdakarya, (2015).
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, (2003).
Suhadang,Kustadi. Manajemen, Kilat dan Strategi Periklanan. Cet II; Bandung:
Nuansa Cendekia, 2016.
Sulaiman, Aimie “Memahami Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger”, Society 6,
No. 1 (2016): 17-22
Sunarto, Televisi, Kekerasan dan Perempuan. Cet. I; Jakarta: Kompas, 2019.
Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Cet.
I; Jakarta: Rajwali Pers, 2013.
Triadi, Dendy dan Addy Sukma Bhahara. Ayo Bikin Iklan: Memahami Teori &
Praktek Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: Komputindo, 2010.
Wibowo, Ganjar “Representasi Perempuan dalam Film Siti”, Nyimak Journal of
Communication 3, No. 1 (2019): 47-59
Yulikhah, Safitri, “Jilbab Antara Kesalehan dan Fenomena Sosial”, Ilmu Dakwah 36,
No. 1 (2006): 96-117
Zuhriyah, Lailatuzz. “Perempuan, Pendidikan dan Arsitek Peradaban Bangsa”
Martabat 2, no. 2 (2018): 249-268.
91

B. Referensi Online

https://id.wikipedia.org/wiki/Procter_%26_Gamble
P&G, “Indonesia”, Situs Resmi P&G. https://www.pgcareers.com/location-Indonesia.
P&G, “Merek dan Produk”, Situs Resmi P&G. https://id.pg.com/merek-dan-produk/
P&G, “Kebijakan dan Praktik”, Situs Resmi P&G. https://id.pg.com/kebijakan-dan-
praktik/tujuan-nilai-nilai-dan-prinsip-prinsip/
Putera Manuaba, “Memahami Teori Konstruksi Sosial”, Masyarakat, Kebudayaan
dan Politik No. 3 (2008): h. 221-230
Rejoice, “Perempuan Rejoice”, Situs Resmi Rejoice. https://www.rejoice.co.id/id-
id/rejoice-cerita
Rejoice, “Sejarah Kami”, Situs Resmi Rejoice. https://www.rejoice.co.id/id-
id/rejoice-cerita
Rejoice, “Kebutuhan Rambut”, Situs Resmi Rejoice, https://www.rejoice.co.id/id-
id/kebutuhan-rambut
Rejoice, “Perwatan Berhijab”, Situs Resmi Rejoice, https://www.rejoice.co.id/id-
id/kebutuhan-rambut?Need=Hijab
Sunah, Abu Dawud Hadits No. 3580 https://www.hadits.id/hadits/dawud/3580
(diakses pada 10 Maret 2021)
TafsirQ, “TafsirAl-Qur‟an-al-ahzab/ayat-59) Online”, Javanlabs
https://tafsirq.com/33-al-ahzab/ayat-59 (diakses pada 6 Maret 2021)
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Procter & Gamble,
https://id.wikipedia.org/wiki/Procter_%26_Gamble#:~:text=Procter%20%26
%20Gamble%20Co.,140.000%20pekerja%20pada%20tahun%202005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurwafia, lahir di Sinjai pada tanggal 9 Maret 1999, anak dari

pasangan Muh. Nasir dan Fatma. Penulis merupakan putri kedua

dari lima bersaudara. Penulis mulai menempuh pendidikan tahun

2006 di SDN 87 Sinjai Barat. Tahun 2012 melanjutkan pendidikan

di SMPN 1 Sinjai Barat selama 3 tahun. Kemudian tahun 2014 penulis melanjutkan

pendidikan di SMAN 1 Sinjai Barat dan dinyatakan lulus tahun 2017. Setelah

mendaftarkan diri di berbagai Universitas, penulis akhirnya lulus di prodi Jurnalistik

pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar sejak 2017 sampai 2021.

Sebagai salah satu mahasiswa perantau dari kabupaten Sinjai, penulis memilih

untuk mengambil kesibukan sesuai dengan bidang kejurnalistikan. Penulis menjadi

pengurus HMJ Jurnalistik 2 periode sebagai anggota kemudian ketua departemen

humas eksternal. Penulis juga mengambil kesibukan di luar kampus, yaitu menjadi

mahasiswa kontrak di media Harian Fajar sebagai reporter KeKeR Fajar sejak akhir

2019 sampai saat ini.

Terlepas dari semua kesibukan penulis, proses perkuliahan telah dilalui

dengan semaksimal mungkin dan telah menyelasaikan skripsi yang berjudul

“Representasi Perempuan Berhijab Dalam Iklan Shampo Rejoice Versi

„Hijabisa‟ Fatin Shidqia Lubis (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Iklan

Shampo di Televisi)” untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi.

92

Anda mungkin juga menyukai