Di aj ukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Ahli Madya Kebidanan
Jurusan Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
O LEH :
FATMAWATI
NIM:70400117011
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
Nama : Fatmawati
iii
Nim : 70400117011
FATMAWATI
NIM: 70400117011
Jurusan/Prodi : Kebidanan
Tulis Ilmiah (KTI) ini benar adalah hasil karya penyusunan sendiri. Jika kemudian
hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain,
sebagian atau seluruhnya, maka Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan gelar yang
Penulis
iii
iii
iv
iii
KATA PENGANTAR
SWT atas semua limpahan karunia, rahmat, hidayah dan kekuatan yang telah
tugas akhir yang sederhana ini dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Balita dengan Gizi Kurang” penulis menya dari dalam karya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun bagi penulis harapkan demi menyempurnakan hasil kerja Tugas akhir
Shalawat, salam, dan berkah semoga selalu dicurahkan kepada nabi -Nya,
rasul -Nya, kekasih -Nya, dan cahaya - Nya, Muhammad saw, beserta seluruh
syuhada, shiddiqiin, orang -orang saleh, dan para pengikutnya, dari golongan
1. Ibunda dan Bapak tercinta atas segala doa yang tak terhingga. Untuk
diberikan kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan
Bapak Irham Adam yang selalu memberikan semangat dan tidak pernah
mengeluh atas kebutuhan anaknda, dan untuk ibunda Ernida yang paling
pada titik ini. Kepada kaka ku Zainal Arifin Irham S.Pd, dan Usman Irham
semangat dan membantu penulis, Kepada seluruh Keluarga Besar yang
kasih untuk selalu menjadi alasan penulis untuk tetap semangat dala m
mencari Ilmu.
2. Kepada Bapak Prof. Drs. H. Hamdan Juhannis, M.A, Ph.D sebagai Rektor
Makassar.
iiiviv
memberikan
viv
7. Kepada Bapak dr. Andi Tihardimanto Kamaruddin, S.Ked., M.Kes selaku
serta memberikan masukan dan saran yang bersifat islamiah pada Karya
9. Segenap dosen te rkhususnya para dosen Prodi Kebidanan dan para staf
berlangsung .
AVID17AS Kebidanan 2017 dan Semua pihak yang penulis tidak bisa
Tulis Ilmiah.
Akhir kata penulis berharap semoga apa yang penulis susun dalam tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi pemb aca dan berbagai pihak. Aamiin.
Penulis
FATMAWATI
NIM: 70400117011
viivi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
117
viiivivii
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan pada Balita, Gizi Kurang, 7 langkah Varney
xvii
i
ix
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
energi dan proten serta zat -zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan
tubuh. Status gizi adalah kondisi tubuh sebagai akibat penyerapan zat -zat esensial.
Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan zat gizi dengan kebutuhan tubuh,
Prevalensi penderita gizi kurang di dunia mencapai 104 juta anak yang gizi
kurang dan keadaan gizi kurang menjadi penyebab sepertiga dari seluruh
penyebab kem atian anak di seluruh dunia. Asia selatan merupakan daerah yang
memiliki prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%, di susul sub
sahara Afrika 28 %, Amerika latih/Caribbean 7%, dan yang paling rendah terdapat
sebesar 5%. keadaan gizi kurang pada anak balita juga dapat di jumpai di Negara
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat interaksi antara asupan
Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) di Indonesia,
menjadi 17,9% di tahun 2010 kemudian meningkat lagi menjadi 19,6% sedangkan
di tahun 2013 terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Sedangkan data
survei gizi Indonesia pada tahun 2016 menyebutkan persentase gizi kurang di
1
2
Indonesia yang rata-rata 11,1% mengidenfikasi hal itu, Indonesia termasuk Negara
dengan kekurangan gizi (>5%). Sedangkan pada tahun 2017 kasus gizi kurang di
balita pada tahun 2002 disebabkan oleh gizi buruk. Menurut data WHO pada
tahun 2010 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh pneumonia 19%,
diare 18%, malaria 8%, dan campak 4%, HIV/AIDS 3%, kondisi neonatal
termaksud kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi 37%. Dari kematian bayi dan
balita tersebut lebih dari 50% menderita atau disebabkan gizi kurang, oleh karena
itu dengan menurunkan kejadian gizi kurang berarti dapat menurunkan angka
kematian bayi dan balita secara signifikan (WHO dalam Depkes RI,2011).
Berdasarkan hasil Riskedas tahun 2007 dan 2010, bahwa prevalensi gizi
buruk balita secara nasional adalah 5,4% (2007) dan 4,9% (2010). Hasil tersebut
0,5% selang tahun 2007-2010. Untuk prevalensi gizi kurang tidak mengalami
perubahan, yaitu 13,0% tahun 2007 dan tahun 2010 (Litbangkes kemenkes RI,
prevalensi gizi buruk balita tahun 2007 sebesar 5,1% dan mengalami peningkatan
tahun 2010 sebesar 6,4%. Untuk prevalensi gizi kurang juga mengalami
peningkatan, yaitu sebesar 12,5% tahun 2007 dan 18,6% tahun 2010 (Dinas
tigkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius
3
separuh kematian bayi dan balita di sebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko
meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar di bandingkan anak
yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan
(kelebihan gizi) dan under nutrition (kekurangan gizi). Overnutrition adalah suatu
tubuh dalam waktu yang relative lama. Undernutration adalah keaadan tubuh
yang di sebabkan oleh asupan zat gizi sehari-hari yang kurang sehinga tidak bisa
gizi. UNICEF membuat peta zona kekurangan gizi berdasarkan prevalensi gizi
kurang, stunting dan wasting terdiri dari zona biru dengan prevalensi <16%, zona
hijau dengan rentang prevalensi 16-30%, zona merah muda dengan rentang
prevalensi 31-45% dan zona merah hati untuk prevalensi >45%. Zona kurang gizi
dapat dilihat pada beberapa negara Asia terutama South Asia Regions dengan
prevalensi stunting tertinggi (>45%) yaitu tahun 1980 sebesar 49% dan tahun
2000 sebesar 52%, diikuti dengan African Regions dan South East Asia Regions
AS dan Kanada merupakan negara yang prevalensi gizi kurangnya selalu rendah
Masalah gizi kurang pada anak balita masih menjadi masalah mendasar di dunia.
Berdsarkan data WHO tahun 2013. Keadaan kurang gizi menjadi penyebab
sepertiga
pada kelompok
dari seluruh
balita. penyebab kematian anak di seluruh dunia. Badan kesehatan
dunia (WHO)
Datamemperkirakan
yang terdapat dibahwa 54%
P uskesmas
kematian anJ ongaya menunjukan
ak disebanyak
sebabka 221 n oleh
keadaan
balita yang
gizimengalami
yang kurang
gizi kurang
. pada tahun 2018, sementara pada tahun 2019
terdapat Indi
124 balita
k ator dengan
status gizi
giziinikurang.
berdasarkan
Pada pendataan
indeks BB/U
tersebut
yang memberikan
terdapat
informasi mengenai
perubahan jumlah penderita
indik setiap
asi mas
tahunalah tentang
nya
masalah
dan gizi
semuannya
yang mengalami
sifatnyagizi
kronis
ataupun(Rekam
kurang akut kerenan
Medik 2019,
berat badan
Puskesmas
berkojongaya). relasi positif dengan umu r dan tinggi
badan. Indi
Berdasarkan
k ator BB/U
pendahuluan
yang rendah
data
dapat
di atas,
disebabkan
maka penulis
karenatertarik
pendek untuk
(masalah
akut). Masalah
pendekatan manajemen
kesehatanasuhan
masyarakat
kebidana
dianggap serius bila prevalensi
n dengan gizi buruk Asuhan
judul “Manajemen -
kurang a ntara
Kebidanan Pada 20,0
Balita -29
Dengan
,0 persen
Gizi Kurang
dan dianggap
( prevalensi
Literatut
sanggat
Reviewtinggi). bila > 30
persen
B. (WHO, 2010).Masalah
Ru musan
Ruang
Secara lingkup
Nasionalpembahasan
prevalensi
dalam
berat
penulisan
-kurang berdasarkan
karya tulis
hasil
ilmiah
riset kesehatan
ini meliputi
daerah (Riskesdas)
Ma najemen tahun
Asuhan
2013Kebidanan
adalah 19,6 persen,
padaterderi
balita dengan
dari 5,7 gizi
persen
kurang.
gizi
buruk
1.dan
Apa saja
13 ,9tanda
persen gizi
gejala
kurang.
padaJika
balita
di bandingkan
dengan gizi dengan
kurang?angka prevalensi
nasional
2. Apa
tahun
saja
2007
data
(18,4
pendukung
%) dan tahun
anamnesa
2010 balita
(17,9 %)
dengan gizi kurang?
terlih at meningkat. Untuk
Berdasarkan hasil Riskesdas adalah 17,6% (2007) meningkat menjadi 25% (2010)
kurang sebesar 17,1%. Meskipun capaian kinerja ini belum mencapai target yang
khususnya
3. Apa saja komplikasi yang dapat timbul pada balita dengan giz kurzng?
5. Apa saja perencanaan yang dapat dilakukan pada balita gizi kurang?
6. Apa saja implementasi tindakan pada balita dengan gizi kurang?
7. Apa saja evaluasi yang dilakukan pada balita dengan gizi kurang?
C. Tujuan Penulisan
6
1.Tujuan umum
asuhan kebidanan
Sebagai salahpada
sa balita
tu dengan gizi kurang
persyaratan dalam melalui
menyelesiakan pendekatan 7
ujian akhir
langkah
program
Varney.
Diploma kebidanan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
2 .Tujuan khusus
2. Adapun
Manfaat tujuan khusus penulisan li
ilmiah teratur review asuhan kebidanan
a. Didapatkannya data
menambah subjektif dan
pengetehuan data
serta objektif
sebagai dari tanda dan gejala
bahan acuan bagi penulis
dari berbagai
selanj utnya.referensi tentang balita yang mengalami gizi kurang .
b..
3 Manfaat
Didapatkannya
bagi institusi
hasil rumusan diagnosis dari berbagai referensi tentang
c. bagi
Didapatkannya
institusi pendidikan
informasidalam
komplikasi
penyusunan
yang bisa timbul dariliteratur
berbagaireview selanjutnya.
4. referensibagi
Manfaat tentang balita yang mengalami
penulis gizi kurang .
d. Meningkatkan
Didapatkannya pengetehuan
informasi danreferensi
dari berbagai keterampilan bagi
tentang penulis dalam
kondisi
penera
emergency
panyang
asuhan
dapat
kebidanan
terjadi serta
balitapenanganannya
gizi kurang
pada balita
tahunya2020. P enulisan ini ng
mengalami
juga merupakangizi kurang yang
pengalama . berharga karena dapat meningkatkan
implementasi asuhan pada balita mengalami gizi kurang.
D. Manfaat Penulisan
E. Metode penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, metode yang di gunakan adalah
Penulis mempelajari buku - buku, literatu r, jurnal dan media internet yang
F. Sistematika penulisan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KTI
HALAMAN PERSETUJUAN KATYA TULIS ILMIAH
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAF TAR SINGKATAN
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
5. Manfaat bagi pembaca
Gizi Kurang.
8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Matriks Langkah I
B. Matriks Langkah II
C. Matriks Langkah III
D. Matriks Langkah IV
E. Matriks Langkah V
F. Matriks Langkah VI
G. Matriks Langkah VII
BAB IV PEMBAHASAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir, bahkan sejak dalam
kandungan. Apa yang dimakan oleh bayi sejak usia dini merupakan fondasi yang
penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Balita akan sehat
apabila sejak awal kehidupannya sudah diberi makanan sehat dan seimbang
balita. Perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan status gizi merupakan
2019).
plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses
merupakan anak yang usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Anak balita
sebagai masa emas atau golden age yaitu insan manusia yang berusia 0-5 tahun
(UU No.20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah
10
Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut. Antara lain otak mengalami pengaruh sehingga tidak dapat mencapai
Secara psikologis, rentang usia balita dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa
sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan
tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis,
tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan
lingkungannya.
Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan makanan tersebut dapat
di peroleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan otak
a. Adapun kebutuhan zat gizi yang diperlukan bayi dan balita, yaitu:
1) Protein
Terdiri dari dua jenis protein, yaitu protein hewani, yang di dapat
dari daging hewan (telur, susu, daging) dan protein nabati, yang di
2) Karbohidrat
Merupakan sumber tenaga bagi anak dan bayi yang baru dapat
makanan yang mengandung tepung seperti bubur susu, sereal, roti, nasi
3) Lemak
4) Vitamin
penglihatan.
5) Mineral
timbul nya masalah gizi adalah multifak tor, oleh ka rena itu pendekatan
a. Status sosial
berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga ter sebut. Selain itu
dari kekurangan g izi anak balita. Balita dengan gizi bur uk pa da umumnya
b. Pengetahuan
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di jumpai setiap Negara
6) Kalsium
7) Zat besi
Menurut (supariasa IDN & DKK, 2012) masalah gizi pada hakikatnya
terhadap penyakit ter sebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang
sama, balita tersebut tidak akan sakit dan unt uk menghindari penyakit lain
antara lain:
secara intrakutan.
setelah lahir.
3) Polio: imunisasi ini terdiri dari 2 macam yaitu vaksin oral polio
dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas
c. Kelengkapan imunisasi
4) DPT: vaksin yang tediri dari toksoid difleri dan tetanus yang
d. Penyakit infeksi
lebih yang di mulai dari suatu diare cair akt atau berdarah (di sentri).
terhadap infeksi.
masyarakat.
terutama diStatus
paru gizi
atauadalah
di berbagai
keadaan
organ
tubuh
tubuh
sebagai
hid akibat konsumsi makanan
up lainya yang
dan penggunaan
mempunyai zat
tekanan-zat gizioksigen
parsial dalam tubuh (Supariasa,
yang tinggi. 2010) . Sedangkan me nurut
Suhardjo,
3 ) HIV/ dkk
AIDS: (2003) HIV
status gizi adalah keadaan tubuhsingkatan
merupakan sebagai akibat daridari „ human
sel sistem
B. kekebalan
Tinjauan Khusus tubunGizi
manusia (terutama
Kuran g CD4 positive T - sel dan
macrophages
1 . Pengertian
- ko mpone
gizi kurang
- komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan
Adapun pengertian
atau mengaggu
g izi fungsinya.
k urang atau k urang g izi adalah keadaan kurang zat
gizi
4 ) t ASI:
ingkat sedangsifat
beberapa yang disebabkan
pada ASI yaituoleh rendahnya
merupakan asupanalam
makanan energi dan protein
atau
dalam
natu
waktu
ral,cukup
ideal, lama
fisiologis,
yangnutrien
ditandai dengan berat
yangbadan
diberikan
menurut
selaluumur
dalam keadaan (BB/U ) ,
sertasegar
g izi dengan
merupakan
suhubagian dari proses
yang optimal dan kehidupan dan prosestumbuh kembang
mengandung nutrien yang
lengkap
seseorang, denganpemenuhan
sehingga komposisi yang
keb sesuai kebutuhan pertumbuhan
utuhan gizi secara adekuat turut bayi
menentukan .
kualitas
selain
tumbuh
ASI meng
kembang sebagai
andung gizi sumber
yang cukup
manusia
lengkap,
di masa datang ( Soetjiningsih,
ASI juga
2002)mengandung
. antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita
selama 6 bulan pertama kehidupan, bersamaan dengan pemberian
balita(Kartiningrum, 2015).
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya
16
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang dibutukan oleh tubuh
(Alamsyah, 2017).
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan
dengan kwashiorkor atau marasmus sering di dapat dalam taraf yang berbedabeda,
dan jarang di dapat pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan si
penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu
Istilah gizi berasal dari giza (bahasa Arab) yang berarti zat makanan.
Sedangkan dalam bahasa inggris, gizi sering dikenal dengan istilah nutrition.
nutrition sendiri memiliki banyak arti, seperti bahan makanan, zat gizi, atau sering
juga digunakan untuk menyatakan ilmu gizi. secara luas, gizi diartikan sebagai
tenaga(Irianto, 2017).
antara kebutuhan dan masukan nutrisi (Mary, 2011). status gizi (Nutrition status)
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perkembangan anak yang tidak stabil atau terpenuhi karena kekurangan nutrisi
yang akan diolah oleh tubuh melalui makanan yang dikonsumsi sehari -hari dan
nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/
muntah -muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain
lagi.
Secara umum, defisien gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem
kekebalan. Gizi kurang dan infeksi, kedua -duanya dapat bermula dari kemiskinan
dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga di keteh ui
a. pendapatan keluarga
dijamin.
f. jarak kelahiran
terdapat anaknya.
yang cukup lama di sertai dengan kondisi muntah dan diare maka
c. pengetehuan ibu
d. frekuensi ke posyandu
e. jumlah anak
degenerati
Pada tingkat
ve keti
individu
ka memasuki
keadaan gizi
usiadi dewasa.
pengaruhi oleh as upan gizi
b. penyakit
dan Menurunnya
infeksi.
kualitas sumber
Apabila
daya
seseorang
manusia.
tidak mendapat asupan gizi yang
c. Lamanya
cukup akan mengalami
proses pemulihan
kekurangan
darigizi
penyakit. Kurang gizi atau
dangizi
mudah
buruksakit. Dengan
demikian,
adalahseseorang
suatu gangguan
yang sering
multisistem
sakit akan
yang
menyebabkan
mengakibatkan
gangguan
ketidaknafsu
makan
seimbangan
dan selanjutnya
kekebalan
akantubuh
mengakibatkan
dan hambatan
gizi kurang.
penyembuhan luka,
2) Keluarga
se hingga memperburuk pemulihan dari suatu penyakit dan
menghambat
Sedangkan
pertumbuhan
di tingkat
si kecil.
keluarga dan masyarakat, masalah gizi di
d. Gangguan
pengaruhi oleh perilaku.
beberapaAnak
faktor
yang
antara
kurang
lain:gizi
kemampuan
biasanya kurang
keluarga
aktif,
dalam
menyediakan
kurang eksploratif
pangan bagi
dananggotanya,
cenderung apatis
pengetehuan
terhadap
dan
lingkungannya.
sikap serta
e. Penurunan
keterampilan keluarga,
lQ, yangtersediannya
menyebabkanpelayanan
gangguankesehatan
ke yang terjangkau cerdasan (fungsi
da n berualitas,
kognitif) sehingga
dan pengetehuan
membuat rendahnya
keluarga dalam
kemampuan
hal kebersihan
belajar pribadi
yang dan
lingkungan
berisiko
(Depkes
mengakibatkan
RI, 2007).kegagalan pembelajaran.
f.
c. Penyebabnya
Penyakit rawan
terdiri
yangdari
dapat
beberapa
dideritatahap
balitayaitu
yang penyebab
gizi langsung, kurang adalah
tidak
seperti
langsung,
infeksi akar
( Amelia
masalah,
et al.,
dan pokok
2013)
masalah.
.
5. 1Penyebab
) Penyebab lansunggizi
timbulnnya yaitu konsumsi makanan
kurang: anak dan penyakit
1) Individu
21
karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.
Gambar
pengasuha
1 . anak
Faktor
dapat
Penyebab
berpengaruh
Gizi K terhadap konsumsi
urang.
makanan
Perawatan
Persediaan Pelayanan
makanan
anak dan ibu
hamil Kesehatan
di rumah Penyebab tidak
langsung
bawah ini.
kekurangan zat besi (AGB). Penyebab AGB adalah kurangnya daya beli
berfikir dan penurunan ant ibodi sehingga sangat mudah terserang infeksi.
6. Komplikasi
Adapun komplikasi atau masalah yang terjadi pada gizi kurang yang
Terjemahnya:
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah (Kementrian
Agama RI, 2014).
Di sini disebut dua pokok yang terpenting, yaitu halal dan baik yang halal
24
Maka makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
namun tidak setiap daging. Jauhkan diri kalian dari memakan daging yang
dicekik, mati (bangkai) dan daging hewan yang tidak disembelih. Begitu juga
25
kalian haram memakan daging hewan yang disembeli tanpa menyebut nama Allah
SWT.
syarat tentang cara menyembelih dengan menyebutkan beberapa cara yang tidak
26
Binatang yang mati dengan cara -cara dalam Q.S. Al - Ma‟idah di atas dapat
dikategorikan sebag ai makanan yang haram . K arena binatang yang mati karena
tercekik, dip ukul, jatuh, ditanduk, da n diterkam binatang buas , dapat dikatakan
memakan bangkai.
B erbeda halnya dengan bangkai hewan laut atau sungai yang sudah mati
dengan sendirinya, maka bangkai tersebut halal untuk di makan. Hal ini
berdasarkan ayat Al - Quran yang terdapat dalam surat Al - Ma‟idah ayat 96. Yang
di maksud dengan “buruan laut” dalam ayat di atas adalah binatang hidup yang di
tangkap atau di peroleh dengan cara seperti memancing, menjar ing dan
sebagainya, baik itu dari kolam, sungai, danau dan lain -lain. Sedangakan
Terjemahnya:
diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
27
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang(Kementrian Agama RI, 2014:3).
“makanan yang berasal dari laut” adalah bangkai ikan atau hasil tangkapan yang
kemudian digarami dan dikeringkan biasanya juga dijadikan persediaan atau bekal
oleh para musaffir dan orang yang tingal jauh dari pantai(Shihab, 2012).
Dan ada hadis yang dapat menguatkan pendapat tersebut yaitu yang artinya:
“Dihalalkan untuk kita dua macam bangkai: ikan dan belalang, dan dua darah: hati
dan limpa”(H.R.Ahmad).
28
Dari hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa bangkai ikan tidak termaksud
dalam keumuman ayat yang mengharamkan bangkai, sebagai yang terdapat dalam
surat Al - Ma‟idah di atas. Oleh karena itu bangkai ikan tidak diragukan lagi
kehalalanya.
Selain itu, Allah SWT berfirman dalam Al -Quran surat AL -Baqarah ayat
168 agar manusia tidak mengikuti langkah setan yang mengonsumsi makanan
Artinya:
yang diharamkan, sebab Allah tel ah memberikan makanan yang halal dan lagi
baik di bumi.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Rasulullah SAW bersabd a:
"Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Q.S. Al -Baqarah ayat 168 Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kepada kaum
mukminin dengan
sesuatu
yang
Allah
perintahkan
pula
kepada
para
rasul.
Maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Wahai para r asul, makanlah
dari makanan yang baik
-baik dan kerjakanlah
amal shalih."
(Al
- Mu'minun;
51) . Dan Allah SWT berfirman: "Wahai orang -orang yang beriman,
makanlah kalian dari rezeki yang baik -baik yang telah Kami berikan
Terjema hnya:
kepada kalian." ( al - Baqarah: 172) . Kemu dian Rasulullah SAW
Hai sekalian seseorang
menyebutkan manusia, makanlah yang halalperjalanan
yang melakukan lagi baik daripanjang
apa yangdalam
terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah -langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu
keadaan dirinya kusut dan kotor, dia menengadahkan kedua tangannya ke
adalah musuh yang nyata bagimu (Kementrian Agama RI, 2014).
langit seraya berdoa: "Wahai Rabb - ku, wahai Rabb -ku," namun
makanannya haram, minumannya haram dan pakai annya haram dan
kenyang dengan sesuatu yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya
akan dikabulkan?" (HR Muslim).
mengkonsumsi makanan yang tidak halal Salah satunya adalah doa yang tak
dikabulkan.
29
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa gizi dalam islam bukan hanya
mengharamkan makanan yang berbahaya seperti babi, bangkai dan darah tetapi
Artinya:
30
Keluarga yang menyediakan makanan halal dan bergizi berdampak positif bagi
dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebihlebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan(Kementrian Agama RI,
2014).
buahnya bila ia berbuah” hanya Allah SWT yang menciptakan Zaitun dan
dengan usianya yang sangat panjang, makanlah dari buahnya yakni karena zaitun
32
dengan gizi kurang, semua informasi akurat dan lengkap dikumpul dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
yang aman.
diadaptasi. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar
yang telah di uraikan pada langkah 5 dilaks anakan secara efisien dan
sebagian dilakukan oleh bidam dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia t etap
40
an Anak Ganggu kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi dibaca
Ganggu an energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu dan
an Pencern yang cukup lama. dipahami
Pencern aa n
aa n
37
4 Faktor Anita 202 Faktor Hasil penelitian menunjukkan Peneli Sampel Hasil
. bili, 0 ti penelitian
ini
38
resiko Lewi resiko bahwa penyakit infeksi (OR= 2,590), pengetahuan gizi ibu tidak pada sejalan
kejadian jutomo, kejadian (OR=2,615), konsumsi energi menjelask tiap dengan
gizi Daniela gizi (OR = 2,067) dan protein (OR=2,254) merupakan faktor risiko an berapa kelomp penelitia
kurang kurang kejadian gizi kurang pada anak balita. Penyakit infeksi, pengetahuan lama ok n
pada L, A pada gizi ibu, konsumsi energi dan konsumsi protein berperan penting penelitian kasus lutviana,
anak boeky. anak sebagai faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita. ny dan 2017
balita di a kontrol dan
puskesm berjumla Lestari,
as palla h 46 2019.
kabupate orang. Dimana
n sumba dengan
barat konsum
daya si
protein
dan
konsum
si energi
berperan
penting
sebagai
faktor
risiko
kejadian
gizi
kurang
pada
balita
39
6 Faktor Ika 201 Faktor Dari penelitian didapati status Peneliti Data Penelitian
. yang nopa 9 yang gizi yang didasarkan pada indek s tidak dikumpulk ini sejalan
berhubu berhubu berat badan menurut umur menjelas an dengan
ng an ng didapati gizi kurang sebanyak kan penelitian
dengan an 40%. Faktor yang berhubungan bentuk dengan Ratufelan,
status dengan dengan status gizi balita pada tabel pengukura 2018 dan
gizi status n Handayani,
posyandu Cempaka V
balita gizi langsung 2017
Kecamatan Medan Kota adalah
balita riwayat asi eksklusif dengan dan mengatak
nilai p=0.015 dan riwayat infeksi wawancar an
berulang dengan nilai p=0.010 . a dengan riwayat
wali infeksi
balita. berhubun
Data yang gan
telah dengan
dikumpul status gizi
balita.
ka n
dianalisis
secara
univariat
dan
bivariate
dengan
SPSS dan
chi square
sebagai
uji
hipotesis.
7 Hubunga Esra 201 Faktor Hasil analisis pola makan menggunakan uji chi-square diperoleh penelitian Jumlah Penelitian
. n pola ratufela 8 yang nilai ρvalue=0,423 ≤ adalah sampel ini sejalan
41
ekonomi zainudin, ruhi dari α=0,05 sehingga hipot esis observasi yaitu 55 2019
keluarga junaid terjadin nol ditolak dan ada hubungan on al respond Handaya
dan ya gizi antara pola makan dengan gizi dengan en. ni, 2017
riwayat kurang kurang. Hasil uji chi -square pendekat yang
infeksi pada ekonomi keluarga dipe roleh nilai an cross mengatak
dengan balita sectional an
ρvalue=0, 443 ≤ dari α=0,05
kejadian study riwayat
sehingga hipotesis nol ditolak
gizi dan ada hubungan ekonomi penyakit
kurang keluarga dengan kejadian gizi infeksi
pada kurang. Hasil uji chi -square berhubun
balita riwayat infeks i diperoleh nilai gan
diwilaya dengan
ρvalue=0, 003 ≤ dari α=0,05
kerja sehingga hipotesis nol ditolak status gizi
puskesm balita.
dan ada hubungan antara riwayat
as infeksi dengan kejadian gizi
benubenu kurang pada
a
balita .
8 Faktorfak Delima 201 faktor Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat dua variabel yang sampel Analisis Penelitian
. tor Nala 9 yang mempengaruhi kejadian gizi kurang. Kedua variabel tersebut yang data ini sama
yang Ngoma, mempen adalah pendapatan keluarga dengan nilai p-value digunaka dilakuk dengan
43
kurang O. pada pola asuh ibu dengan nilai pvalue 0,01, degan nilai OR mempengar
pada Dodo balita 3,870. uhi
balita di kejadian
kelurah gizi
an kurang.
oesapa
kota
kupang
44
1 Pengaru Nuru 202 Pengaru Hasil penelitian menunjukkan Penelitian Pengamb Penelitia
0. h l 1 h terdapat pengaruh pendapatan ini ila n menjelaska
pendapa Aziz pendapa orang tua pada masa pandemi sampel n terdapat
ta a, ta COVID -19 terhadap status gizi tidak menggun pengaruh
n orangSilvi n oranganak usia 4 -5 tahun dengan nilai menjelask ak an pendapatan
tua e tua signifikansi sebesar 0,000 lebih an cara teknik orang tua
terhada mil. terhada kecil dari 0,05 dan penangan Random yang dapat
α
p p status berdasarkan an gizi sampling, mempengar
uji signifikansi
status gizi kurang. sehingga uhi
dengan rumus thitung
gizi anak. menunjukkan hasil s ebesar 5,359 responden ketersediaan
anak lebih besar dari t abel sebesar penelitian pangan
usia 4- 1,995. Nilai koefisien dua ini dan
5 berjumlah pemenuhan
vari abel menunjukkan nilai
tahun 77 gizi
sebesar 0,277 atau 27,7%
pada responden pada anak
pendapatan orang tua
masa . yang
mempengaruhi status gizi anak
padem berdampak
i pada masa pandemi COVID -19.
terhadap
CIVID Pendapatan orang tua di
status gizi
-19 Kecamatan Koja Jakarta Utara balita.
yang menurun selama pandemi
COVID -19 dapat mempengaruhi
ketersediaan pangan dan
pemenuhan gizi seimbang pada
anak setiap hari yang berdampa k
1 Faktorfak Rona 201 Faktor Berdasarkan analisis bivariat didapatkan pendidikan ibu Jenis jumlah Penelitian
2. tor yang firmana 5 yang (p=0,022), pekerjaan ibu (p=0,007), pendapatan keluarga penelitian sampel ini sama
berhubun putri, berhub (p=0,012), jumlah anak analitik 227 dengan
g Delmi ung an (p=0,008) dan pola asuh ibu observasi orang penelitian
47
dari
1 Faktor Amelin 201 Sosial Penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat pengetahuan gizi Jumlah Pengambil Pada
3. Perbedaa da 6 ekono ibu (p = 0,004) pada balita gizi kurang dan gizi normal. terdapat sampel a penelitian
n sosial calida mi dan perbedaan pendidikan ibu (p = 0,189), pekerjaan ibu (p penelitian n dataini
49
balita kurang = 0,189), dan pengeluaran konsumsi (p = 0,515) antara balita gizi kuesioner ditemuka
gizi kurang dan gizi normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalahn n
kurang terdapat perbedaan tingkat pengetahuan gizi ibu balita gizi perbedaa
dan kurang dan gizi normal dan ditemukan perbedaan sosial ekonomi n
pada kedua kelompok.
gizi sosial
normal. ekonomi
pada
kedua
kelompok
.
50
1 Beberapa Alamsy 201 Faktor Analisis multivariat menemukan Peneliti Sampel Penelitian
5. Faktor ah dedi 7 resiko 2 variabel yang berhubungan hanya sebanyak ini
Risiko gizi bermakna dengan pervalensi gizi menguna 80 orang menjelaska
kurang ka n bahwa
Gizi buruk sedang dan berat pada dengan
n Analisis makanan
Kurang dan balita usia 12 -59 bulan, yaitu penilaian
data yang yang buruk
dan sikap terhadap makanan yang gizi
sudah ada serta
gizi buruk (OR=6,980) dan menggun
buruk ak lingkungan
Gizi kesehatan lingkungan yang
pada an yang buruk
Buruk buruk (OR=5,033), disimpulkan
balita. bisa
pada bahwa faktor resiko yang pengukur
menjadi
Balita berhubungan dengan prevalensi an
resiko gizi
1259 gizi buruk sedang dan berat antropom
kurang dan
adalah sikap ibu yang buruk etr
gizi buruk
Bulan di terhadap makan, kesehatan yang i.
pada balita.
buruk dan lingkungan yang
kota buruk.
Pontianak
1 Faktorfak Berlian 201 Faktor Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden mayoritas Referensi Peneliti Penelitian
6. tor a irianti 8 yang faktor pengetehuan ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang menjelas ini
yang menyeb kurang adalah rendah sebanyak 11 orang (55%), dan mayoritas menjelas kan menjelaska
52
menyeba ab faktor tingkat ekonomi orang tua adalah kan dengan n faktor
b kan penangan baik yang
kan status an faktor menyebaba
status gizi gizi balita penyebab kan status
gizi kurang gizi gizi kurang
kurang pada kurang pada balita
pada balita sehingga yaitu faktor
balita mudah
tingkat
ekonomi
orang tua
53
54
kurang orang tua, kulit keriput, anak cengeng dan rewel, rambut kusam dan dimengerti
merah, rontok.
3 Faktor Anita 202 Faktor Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit infeksi (OR= 2,590), Peneliti Sampel Hasil
. resiko bili, 0 resiko pengetahuan gizi ibu (OR=2,615), konsumsi energi tidak pada tiap
kejadia Lewi kejadian menjelaska kelompok penelitian
n gizi jutomo, gizi n berapa kasus dan ini sejalan
kurang Daniela kurang lama kontrol dengan
pada L, pada penelitianny penelitian
anak anak a lutviana,
balita 2017 dan
di
puskesmas A (OR = 2,067) dan protein (OR=2,254) merupakan faktor risiko berjumlah Lestari,
palla boeky. kejadian gizi kurang pada anak balita. Penyakit infeksi, pengetahuan 46 2019.
kabupaten gizi ibu, konsumsi energi dan konsumsi protein berperan penting orang. Dimana
sumba sebagai faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita. dengan
barat konsumsi
daya protein
dan
konsumsi
energi
berperan
penting
sebagai
faktor
risiko
kejadian
gizi
kurang
pada
balita
56
4 Faktor Ika 201 Faktor Dari penelitian didapati status gizi yang didasarkan pada indeks berat Peneliti Data Penelitian
. yang nopa 9 yang tidak dikumpulka ini sejalan
berhubunga berhubunga menjelaska n dengan
n n n
57
dengan dengan badan menurut umur didapati gizi bentuk tabel dengan penelitian
status gizi status gizi kurang sebanyak 40%. Faktor pengukura Ratufelan,
balita balita yang berhubungan dengan status n 2018 dan
gizi balita pada posyandu langsung Handayani,
Cempaka V Kecamatan Medan dan 2017
Kota adalah riwayat asi eksklusif wawancar mengataka
dengan nilai p=0.015 dan riwayat a dengan n riwayat
infeksi berulang dengan nilai wali infeksi
p=0.0 10. balita. berhubung
Data yang an dengan
telah status gizi
dikumpulk balita.
an
dianalisis
secara
univariat
dan
bivariate
dengan
SPSS dan
chi square
sebagai
uji
hipotesis.
5 Hubunga Esra 201 Faktor Hasil analisis pola makan menggunakan uji chi-square diperoleh penelitian Jumlah Penelitian
. n pola ratufela 8 yang nilai ρvalue=0,423 ≤ dari α=0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan adalah sampel ini sejalan
58
makan, n, asnia mempenga ada hubungan antara pola makan dengan gizi kurang. Hasil uji chi- analitik penelitian dengan
ekonomi zainudi ru square ekonomi keluarga diperoleh nilai ρvalue=0, 443 ≤ dari observasion yaitu 55 penelitian
keluarga n, hi α=0,05 sehingga hipotesis nol ditolak dan ada al dengan responden nopa,
dan junaid terjadinya pendekatan . 2019
riwayat gizi kurang cross Handayani,
infeksi pada balita sectional 2017 yang
dengan study mengataka
kejadian n riwayat
gizi penyakit
kurang infeksi
pada berhubung
balita an dengan
status gizi
diwilaya hubungan ekonomi keluarga dengan kejadian gizi kurang. Hasil uji balita.
kerja chi-square riwayat infeksi diperoleh nilai ρvalue=0, 003 ≤ dari
puskesma α=0,05
s benu- sehingga hipotesis nol ditolak dan ada hubungan antara riwayat
benua infeksi dengan kejadian gizi
kurang pada balita.
59
7 Determin Duma 201 Determin Nilai OR infeksi =5,32, riwayat Peneliti Peneliti Penelitian
. an status jerriyah 9 a status pemberian ASI esklusif = 6,333, tidak menjelaskan ini
gizi harahap pendapatan keluarga = 9,308, dengan baik sama dengan
, menjelask dan penelitian
kurang gizi jumlah anggota keluarga = 4,200,
pada zuraida kurang pengetehuan ibu tantang an berapa mudah Ngoma dkk,
balita di h pada kekurangan gizi = 6,333, dan dipahami 2019
lama
puskesmas nasutio balita dan
kebias aan makan merupakan
n, Aida penelitiann putri, 2019.
belewan factor penentu pada Exp (b)=
fitria ya Yang
kota 11.400 . pendekatan kualitatif
medan mengatakan
menunjukkan bahwa variable pola
pendapatan
asuh makan dan pemeliharaan keluarga
kesehatan pada balita dan mempengaruh
pendapatan keluarga merupakan i status gizi
penentu status gizi kurang pada kurang balita.
balita .
8 Pengaruh Nurul 202 Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pendapatan orang Penelitian Pengambila Penelitia ini
. pendapatan Aziza, 1 pendapat tua pada masa pandemi COVID-19 terhadap status gizi anak usia 4- ini n sampel menjelaskan
orang tuaSilvie an 5 tahun dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α tidak menggunak terdapat
61
terhadap mil. orang 0,05 dan berdasarkan uji signifikansi dengan rumus thitung menjelaska an teknik pengaruh
status gizi terhadap menunjukkan hasil sebesar n cara Random pendapatan
anak usia status penangana sampling, orang tua
4-5 tahun n gizi sehingga yang dapat
pada gizi anak. kurang. responden mempengaru
masa penelitian hi
pademi ini ketersediaan
berjumlah pangan dan
77 pemenuhan
gizi
62
CIVID -19 5,359 lebih besar dari ttabel responden. pada anak status
yang
sebesar 1,995. Nilai koefisien dua berdampak
var iabel menunjukkan nilai terhadap gizi
sebesar 0,277 atau 27,7% balita.
pendapatan orang tua
mempengaruhi status gizi anak
pada masa pandemi COVID - 19 .
Pendapatan orang tua di
Kecamatan Koja Jakarta Utara
yang menurun selama pandemi
COVID -19 dapat mempengaruhi
ketersediaan pangan dan
pemenuhan gizi seimbang pada
anak setiap hari yang berdampa k
terhadap status gizi anak .
9 Faktor- Reska 201 Faktor Penelitian didapatkan (63,8%) anak balita memiliki riwayat Jenis Populasi Penelitian ini
. faktor Handaya 7 yang penyakit infeksi, (55,0%) pola asuh ibu tidak baik, dan (61,3%) penelitia dalam sejalan denga
yang ni berhubung anak balita memiliki status gizi kurang. Setelah dilakukan uji n penelitia penelitian n
n ibu
63
berhubung an dengan statistik Chi-Square terdapat hubungan yang bermakna antara deskripti yang 2019 nopa,
an status riwayat penyakit infeksi (p value f mempun dan
Ratufelan, yang
dengan gizi analitik yai mengatakan 2019
status gizi dengan anak balita riwayat penyakit
pada desain sebanyak infeksi
anak 80 orang. berhubungan
balita. cross
sectional
.
= 0,001) dan pola asuh (p value = 0,003) dengan status gizi pada dengan
anak balita. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel penyakit status gizi
infeksi dan pola asuh memiliki hubungan yang bermakna dengan anak balita.
status gizi pada anak balita.
64
13. Beberapa Alamsyah 2017 Faktor resiko Analisis multivariat menemukan 2 Peneliti hanya Sampel Penelitian i
Faktor Risiko dedi gizi kurang variabel yang berhubungan mengunakan sebanyak 80 menjelaskan
Gizi Kurang dan gizi bermakna dengan pervalensi gizi Analisis data orang dengan bahwa makana
dan Gizi buruk pada buruk sedang dan berat pada yang sudah ada penilaian gizi yang buruk ser
Buruk pada balita. balita usia 12-59 bulan, yaitu menggunakan lingkungan yan
Balita 12-59 sikap terhadap makanan yang pengukuran buruk bi
Bulan di kota buruk (OR=6,980) dan kesehatan antropometri. menjadi resik
Pontianak lingkungan yang buruk gizi kurang da
gizi buruk pad
(OR=5,033), disimpulkan bahwa
balita.
faktor resiko yang berhubungan
dengan prevalensi gizi buruk
sedang dan berat adalah sikap ibu
yang buruk terhadap makan,
kesehatan yang buruk dan
lingkungan yang buruk.
68
69
2. Komplikasi Andira 2016 Kwashiorkor Gizi kurang yang berkepanjangan dan tidak diatasi secara cepat akan Tidak ada
gizi kurang berdampak buruk yang mengakibatkan terjadinya kekurangan protein, perbandingan
(kwashiorkor yang terdiri dari marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.
) - -
5 Perkemban Isnani 201 Perkembang Hasil penelitian ini menunjukkan perkembangan balita sesuai Penelitian Populasi Penelitian
. ga nurhayat 9 an balita dengan umurnya yaitu berjumlah 68,5%. Status gizi balita menggunak penelitian ini
n Balitai, anas dengan menurut BB/U an ini menjelaskan
73
yang
berjumlah
1.132
74
6 Underweig Risky 202 asupan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang Peneliti tidak Peneliti penelitian
. ht, Amelia 0 signifikan antara asupan makanan dengan WAZ mencantumk menjelaska ini sejalan
Stunting, Rhamani makan, (p=0,000), HAZ (P=0,000) dan WHZ (p=0,021), pengetehuan an berapa n dengan dengan
Wasting a, pengetehua ibu tentang MP-ASI dengan lama baik dan penelitian
75
dan Ratno n WAZ (p=0,041), HAZ (p=0,010), dan WHZ penelitiannnya mudah mutika
kaitannya Adrianto, ibu, dipahami 2018 dan
terhadap Reny pemanfaata rahma
asupan Noviasty n pelayanan 2016
makan, kesehatan mengatakan
pengetehua pengetehua
n n ibu
ibu, dan sangat
berpengaru
h
9. Stunting Abdul 2019 Stunting Berdasarkan hasil wawancara peneliti ditemukan bahwa yang Peneliti Stunting pada
Pada Rahman, Pada kurang anak
Anak Usia Anak menjelaskan merupakan
79
10 The Anggun 202 Hubungan Presentase kategori asupan zink kategori kurang yaitu 47,4% - Sampel Peneliti
. correlation Novita 0 asupan baik 37,2%, dan lebih 23,1%. Presentase kategori asupan zat dalam menjelaskan
between Sari, Zink, zat besi dengan kategori kurang yaitu 46,2%, baik 34,6% dan lebih penelitian Terdapat
intake of Sugeng besi dan 19,2%. Presentase kategori asupan vitamin C dengan kategori ini adalah hubungan
80
zinc, iron, Maryanto, vitamin kurang yaitu 43,6%, baik 78 anak yang
and Purbowati C dengan yang signifikan
vitamin kejadian didapatka antara
C with gizi n asupan zink,
incidences kurang melalui zat besi, dan
of pada anak perhitunga vitamin
undernutriti usia 6-24 n rumus C dengan
o n in bulan. Slovin kejadian
children gizi kurang
pada anak.
aged 6-24 33,3% dan lebih 23,1%. Ada hubungan yang bermakna antara
months old asupan zink, zat besi dan vitamin C dengan kejadian gizi kurang
at leyangan pada anak dengan nilai (p=0,03; p=0,002; p=0,045).
village
east
ungaran
semarang
regency
81
1. Konseling Lia Kamila, 2018 pola asuh makan Hasil penelitian menunjukkan peneliti tidak Teknik penelitian
tentang pola Diani sebagai bahwa pada umumnya tingkat mencantumkan sampel yang menjelaskan untuk
asuh makan Aliansy, upaya pengetahuan responden berapa lama digunakan mengetahui
sebagai Rozalia mengubah sebelum diberikan konseling penelitiannya pada gambaran
upaya Febi Cindy pengetehuan ibu cukup dan setelah diberikan penelitian ini pengetahuan ib
mengubah yang memiliki intervensi berupa konseling adalah total tentang pola asu
pengetehua balita Gizi didapatkan hasil bahwa sampling makan pada bali
n ibu yang seluruhnya responden memiliki yaitu status gizi kuran
Kurang
pengetahuan baik. Kesimpulan sebelum dan sesuda
memiliki sebanyak 34
pada penelitian ini terdapat diberikan konseling
balita Gizi responden
perbedaan pengetahuan antara
Kurang
sebelum dan sesudah diberikan
konseling tentang pola asuh
makan pada balita status gizi
83
D. Matriks Langkah IV
Pada langkah ini bidan atau dokter mengindentifikasi perlunya segera melakukan konsultasi atau melakukan
kolaborasi bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya dengan kondisi klien.
84
kurang.
2 Peran Sri Partini, 201 Peran Penelitian Dari Peneliti
Dari penelitian yang telah
. Perawat Sumantri, 6 ini penelitian menjelaska
dilakukan mengenai peran
Terhadap Titis Perawat merupaka yang telah n
perawat terhadap pencegahan
Pencegaha Senssusian Terhadap n dilakukan pentingnya
balita gizi buruk didapatkan
n a Pencegaha penelitian mengenai peran
hasil sebagai beriku t peran
Gizi buruk n Gizi lapangan peran petugas
perawat sebagai pemberi perawat
Pada buruk yang kesehasan
asuhan keperawatan meliputi terhadap
Balita Pada bersifat khususnya
pengkajian, diagnosa pencegaha
Di Balita deskriptif perawat
keperawata n, intervensi, n balita
Kabupaten kualitatif. dengan
Klaten implementasi dan evaluasi, gizi kurang
status gizi
peran perawat sebagai
balita
pendidik, konsultan,
kolaborator , koordinator dan
advokat klien .
85
3 Kolaborasi Maria 201 Kolaborasi Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya dukungan perawat Tehnik Pada
. Perawat Dyah 9 Perawat dalam upaya peningkatan status gizi balita melalui kolaborasi Penelitian pengumpula penelitian
Dan Ahli Kurniasari, Dan Ahli perawat dan ahli gizi untuk meningkatkan layanan kesehatan status ini n data ini
Gizi Di Kristiawan Gizi Di gizi balita. Perawat ikut membantu ahli gizi di lapangan dalam hal merupaka menggunak menjelaskan
Posyandu Nugroho, Posyandu n a Perawat,
Balita Yuni Sofia Balita penelitian n data bidan dan
Puskesmas Ranty survey sekunder kader turut
Jetak, analitik. yang memberika
Kabupaten diperoleh n
dari buku dukungan
KIA kepada
tenaga gizi
dalam
upaya
peningkata
n status
gizi balita
86
dialami balitanya.
89
7 Peran Angela 201 Peran Perawat menyatakan perannya sebagai 1) first line dalam peneliti Peneliti -
. Perawat Dwi 9 tidak menjelaska
dan Pitri, Perawat menjelaskan n
dan Ahli
90
Gizi
nutrisi,
91
10 Studi Riza 201 Pola Balita gizi kurang dengan z- skor BB/U : -2,51 SD diagnosa gizi Penelitian Peneliti Pola asuh
. Kasus Muliana 8 asuhan kurang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu dan pola ini sampel menjelaska yang
Asuhan gizi pada asuh orang tua, yang n dengan kurang baik
Gizi balita digunakan baik dan ditambah
Pada sedikit dengan
Balita mudah pendidikan
Gizi dipahami orang tua
Kurang dan yang
kurang
akan
94
input
dalam kandungan.
98
Program Saw Perbaik pemberian makanan tambahan (PMT balita), pemberian makana tambahan mencant memata akan
Perbaik itri an (PMT) KLB gizi buruk, MP-ASI, umk u balita sarana
an Gizi Gizi an gizi dan
Masyara Masyar berapa buruk prasarana
kat akat lama dan gizi dapat
oleh penlitian kurang menduk
Dinas nya ung
Kesehat kegiata
an Kota n
Pekanba penanga
ru nan gizi
buruk
dam
gizi
hari
3. Pemberian PMT pemulihan pada balita keluarga
miskin yang ditangani di saranan kesehatan
sesuai
tatalaksana gizi kegiatan program gizi bulanan
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan pemeriksaan fisik
2. Evaluasi gizi buruk dan gizi kurang
103
Slamet
Widodo,
Hadi
104
Riyadi,
Ikue
Tanziha
2015
9. Hubungan Lely 201 Hubungan Jenis Penelitian Dalam
status gizi Khulafa‟ 7 status gizi penelitian ini upaya
dengan ur dengan yang bertujuan penatalaksa
perkembang Rosidah, perkemban digunakan untuk an penyakit
an balita Suleni ga Hasil penelitian dari 35 responden adalah mengidentifik dibutuhkan
usia 1-3 Harsiwi n balita observasi asi faktor peran
didapatkan sebagian besar status
tahun analitik risiko dan keluarga
gizi balita adalah gizi baik
masalah untuk
sebanyak 25 responden (71.5 %).
klinis mencapai
Sebagian besar perkembangan
pasien. tujuan
balita adalah sesuai sebanyak 23
terapi yang
responden (65.7%). Berdasarkan maksimal.
hasil uji statistik Spearman Rank
didapatkan t hitung 3,647 dan bila
dibandingkan dengan t tabel (α =
0 ,025) adalah 1,960 maka t hitun g
> t tabel yaitu 3, 647 > 1,960
sehingga H1 diterima artinya ada
hubungan antara status gizi
dengan perkembangan balita.
Dari hasil penelitian ini dapat
dis impulkan bahwa status gizi
akan mempengaruhi
perkembangan balita. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan
105
tempe kedelai terhadap kenaikan berat badan balita gizi kurang dengan
nilai p value=0,005.
sebelum usia
6
(enam)
bulan, sistem
pencernaan
bayi belum
dapat
mencerna
makanan
edukasi) tentang ASI eksklusif, meyakinkan setiap ibu untuk bisa atau
menyusui secara eksklusif sejak masa kehamilan hingga minuman
menyusui untuk memberikan ASI eksklusif dan diteruskan sampai selain ASI
2 tahun yang menjadi tahap awal balita memiliki status gizi yang sehingga jika
baik. dipaksakan
maka
berpotensi
menderita
infeksi
terutama
pada sistem
pencernaan.
110
Hendrawati
2017
4 Pengaruh Cok Iwan201 Pemberian Tidak Pada Penelitian
. Pemberian Jaya 7 taburia dijelaskan penelitian serupa juga
Taburia Mardiawa terhadap berapa ini dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan
Terhadap n, konsumsi lama mengunaka oleh
konsumsi Chandra berat badan bahwa pemberian taburia pada penelitiann n Mursalim
anak balita gizi kurang usia 6 - ya (2009),
Dan Beratdewi. tabel
balita gizi 24 bulan dapat meningkatkan dengan
Badan sehingga
kurang rata-rata konsumsi energi dan pemberian
Anak mudah
protein serta berat badan dipahami multi-
Balita Gizi
secara signifikan (p < 0,05). mikronutri
Kurang
Peningkatan rata-rata en terjadi
Usia 6-24
konsumsi energi pada peningkata
Bulan n status
kelompok yang diberi taburia
Di Desa gizi yang
sebesar 695,5,9±74,9 kalori
Kembang bermakna
dan protein sebesar
Kerang pada balita
19,9±3, 09gram, sedangkan
Daya gizi kurang
rata-rata peningkatan berat -
dengan
badan sebesar 0,659±0,17 kg .
parameter
berat badan
menurut
tinggi
badan pada
usia 6-59
bulan
dengan
asupan zat
gizi makro
yang cukup
112
5 Pengaruh Yohanes 201 Pendidika Hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon menunjukkan nilai Penelitian Peneliti Pedidikan
. pendidikan Dachi 8 n gizi p=0.001<0.05 terlihat adanya perbedaan pengetehuan respondent mengunaka menjelask orang tua
gizi terhadap sebelum dan n desaain an dengan sangat
terhadap pengetehu kuasi baik dan penting
pengetehu an ibu dan eksperimen mudah untuk
an ibu dan berat memperbai
berat badan ki statu
gizi balita
(Yulia &
Indonesia,
2018)
113
6 Determinan Duma 201 status Hasil penelitian Ada hubungan antara Keadaan infeksi (OR 5,320 Tidak Sampel Penelitian
. status gizi Jerriyah 9 gizi CI:1,485-19,064), riwayat pemberian ASI mencantumka penelitia ini sejalan
kurang Harahap, kuran eksklusif (OR 6,333 CI:1,75122,912), pendapatan (OR 9,308 n n dengan
pada balita Zuraidah g pada CI:1,778-48,723), berapa lama adalah Poppy
114
7 Hubungan Yohan 201 Pemberia Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar riwayat pemberian ASI penelitia Jumlah Pola asuh
. Riwayat Yuanta 8 n ASI dan pada balita n ini subjek balita yang
Pemberia , pola asuh hanya sebanya kurang baik
116
ASI Dan Gunawa kejadian adalah ASI eksklusif pada balita yang diambil satunya
Pola n gizi kasus (83,9%) dan kontrol diberikan secara ditunjukkan
Asuh Ibu
Tamtom kurang (97,7 %). Hasil analisis ASI Fixed dengan
Dengan o, menunjukkan bahwa riwayat esklusif Disease masih
Kejadian Diffah pemberian ASI dan pola Sampling, rendahnya
Gizi Hanim (OR=0,123;p<0,05), pola asuh asuh ibu melalui dukungan
Kurang yang baik. wawancar ibu dalam
pemberian makan (p<0, 0 5)
Pada dan pola asuh kesehatan a memonitor
Anak langsung pertumbuhan
(p<0,05) berhubungan secara
Balita dan dan
signifikan dengan kejadian
observasi perkembang
gizi kurang. Terdapat
hubungan antara riwayat an anak
balita.
pemberian ASI dan pola asuh
ibu dengan kejadian gizi
kurang.
8 efektivitas Irwan, 202 pemberian Hasil penelitian Sebelum diberikan PMT modifikasi seluruh balita Penelitian sampel Pemberian
. pemberian Mery 0 PMT berstatus gizi kurang, rata-rata berat badan balita pada kelompok
modif ini sebanyak makan pada
PMT Sunarto berbasis PMT modifikasi 8,438 kg ± 1,1451 dan pada kelompok PMT merupakan 30 balita
118
modif Kadir, kearifan Modif 8,725 kg ± 1,2303. Sesudah diberikan intervensi, penelitian balita bertujuan
berbasis Lia lokal observasion dengan untuk
kearifan Amalia terhadap al dengan rentang memasukkan
lokal peningkata desain cross umur 12- dan
terhadap n status sectional 59 bulan. memperoleh
peningkata gizi balita zat gizi
n status gizi penting yang
gizi kurang diperlukan
balita gizi oleh tubuh
untuk proses
tumbuh
kembang.
Zat gizi
beperan
119
kurang dalam
modifikasi balita dengan status
dan memelihara
gizi kurang sebanyak 1 orang
stunting dan
(12,5 %) dan yang naik status
memulihkan
gizinya menjadi gizi baik
kesehatan
sebanyak 7 orang (87,5%), anak serta
terjadi peningkatan berat berguna
badan rata -rata menjadi 9,088 sebagai
kg ± 1,1740 . sumber
energi untuk
PMT Modifikasi efektif melaksanaka
terhadap peni ngkatan status n aktivitas
gizi balita gizi dimana pada sehari-hari.
kelompok PMT Modif
didapatkan t hitung = 19,858
dan ρ = 0,000 dan pada PMT
Modif didapatkan t hitung =
14,967 dan ρ = 0,000 .
9 Pengaruh Irviani 201 Pemberia Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pemberian Penelitia Jumlah Intervensi
. pemberia Ibrahim, 8 n biskuit biskuit ubi jalar ungu terhadap status gizi kurang pada anak balita n ini sampel PMT
n biskuit Syarfaini ubi usia 12-36 bulan, maka dapat di hanya sebanyak mampu
ubi jalar , jalar dilakuka 36 orang memberikan
120
kesimpulan
peserta. mengurangi
prevalensi
balita gizi
kurang dan
buruk,
mempertahan
k an status
gizi
baik,
mencegah
kekurangan
gizi pada
anak,
merubah
perilaku
dan
kebiasaannya
masyarakat
dalam
mengatasi
masalah gizi
di
lingkunganny
a
.
2 Evaluasi Sri 201 Evaluasi Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah program PMT Penelitian Penelitian Pemberian
. Program wahyuni 7 Pemberia pada balita dalam proses perencanaannya berjalan baik. kualitatif mengevalua makanan
Pemberia n gsih, n dengan si semua tambahan
n mike Makanan mengguna kegiatan merupakan
126
i status gizi.
3 Evaluasi sakina 202 Program Hasil penelitian yang didapatkan masih ada beberapa kendala pada Penelitian Pengevaluasi SDM dalam
. Program h 0 pemberia SDM a program hal
n kader n dalam
128
4 Evaluasi Herma 201 Program Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap dilaksanakannnya Metode Penelitian Pelaksanaan
. Program n dan 6 Communit program CFC, program CFC mendapatkan dukungan positif dari penelitian ini program
Penangana Rahma y masyarakat, ibu balita mendapatkan pengetahuan lebih tentang gizi kualitaitif dilaksanaka CFC dilihat
129
n n Feeding untuk anak balitanya serta ibu balita termotivasi untuk n dengan dari angka
Gizi Center memperbaiki status gizi anak balitanya dengan mengikusertakan baik gizi kurang
Kurang pada anak
Melalui balita
Asuhan setiap
Communit tahunnya
y mengalami
Feeding
Center
(CFC)
Pada
6 Efektifitas Arum 202 pemberia Hasil uji t dua sampel berpasangan referensi Sebanyak Penelitian
. 0 n 38
131
PMT
Pemulih
an
7 Evaluasi Firma 20 Evaluasi Hasil penelitian menunjukan bahwa pelacakan balita gizi kurang hanya mencapai Peneliti Jumlah Masala
. program nsya h 19 program 88% terkendala oleh ibu balita gizi kurang yang tidak membawa balitanya ke tidak sampel h gizi
penangg penanggu Posyandu. Penyuluhan dan konseling gizi belum maksimal karena masih mencan penelitian tidak
ulanga n Kholi langa n tum sebesar terlepas
gizi q gizi kan dari
kurang di Pradan kurang berapa 19 balita masala
wilayah a Putra lama h
Harya peneliti tiap makana
kerja di anny kelompo n
puskesm k yang karena
as poncol masala
dipilih h gizi
kota secara timbul
sebagai
simple
semarang kurangnya pengetahuan ibu mengenai pola asuh balita yang terkena a random akibat
gizi kurang. Capaian pemberian makanan tambahan yang masih sampling. kekuranga
dibawah sasaran 100 % yaitu sebesar 50 %. Pemberian Vitamin dan n atau
mineral yang terdapat salah sasaran karena terkendala data yang kelebihan
kurang lengkap. kandungan
zat gizi
dalam
makanan.
133
PMT Modifikasi efektif terhadap peningkatan status gizi balita gizi kembang.
dimana pada kelompok PMT Modif didapatkan t hitung = 19,858
dan ρ =
0,000 dan pada PMT Modif didapatkan t hitung = 14,967 dan ρ =
0,000.
135
10. Evaluasi Elya 2017 program Bahan PMT-P juga sudah memadai, Peneliti Penelitian Tepat sasaran
Program Sugianti PMTP pada namun untuk petunjuk pelaksanaan tidak ini dalam
Pemberian balita gizi belum terdistribusikan dengan baik, mencantum merupakan pemenuhan
Makanan kurang sarana dan prasarana dan pendanaan kan berapa penelitian gizi dalam
136
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada
balita dengan gizi kurang. Berdasarkan referensi yang telah di temukan. Dalam
hal ini pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan asuhan kebidanan
secara lengkap, riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai
data laboratorium. Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan
Pada langkah pertama ini identifikasi dilakukan segera pada balita dengan
gizi kurang, semua informasi akurat dan lengkap dikumpulkan dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Didalam langkah ini akan diperoleh
108
Penelitian ini mengatakan bahwa Penyakit infeksi, pen getahuan gizi ibu,
konsumsi energi dan konsumsi protein berperan penting sebagai faktor risiko
kejadian gizi kurang pada balita . Gizi kurang terjadi disebabkan oleh bebrapa
dengan status gizi adalah konsumsi energi, konsumsi protein , penyakit infeksi ,
bahan makanan didalam tubuh balita akan berdampak buruk untu k anak ( Lut viana,
201 7 ) .
Dari penelitian didapati status gizi yang didasarkan pada indeks berat
badan menurut umur didapati gizi kurang sebanyak 40%. Faktor yang
berhubungan dengan status gizi balita adalah riw ayat ASI eksklusif dan riwayat
infek si berulang. ASI esk lusif sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak
disimpulkan bahwa definisi, tanda dan gejala dan faktor penyebab balita
139
Masalah gizi pada balita disebakan oleh pola makan yang diberi orang tua
tidak sesuai dengan keadaan anak, dengan kurangnya ekonomi keluarga dapat
mempengaruhi pertumbuhan anak dan dengan riwayat infeksi yang di alami oleh
anak akan berpengaruh pada kondisinya seperti akan lebih sering sakit dan
mencukupi kebutuhan anak untuk pertumbuhannya dan pola asuh ibu yang salah
penentu status gizi kurang pada balita . Pola asuh makanan ialah dengan
Nilai koefisien dua variabel menunjukkan nilai sebesar 0,277 atau 27,7%
pendapatan orang tua mempengaruhi status gizi anak pada masa pandemi
COVID -19 . Pendapatan orang tua di Kecamatan Koja Jakarta Utara yan g
Pada penelitian ini mengatakan pendapatan keluarga dan pola asuh ibu
dan pemenuhan gizi seimbang pada anak setiap hari yang berdampak terhadap
asuh anak seperti pemberian imunisasi dan pola asuh ketika anak sakit memiliki
hubungan yang bermakna dengan status gizi balita dimana akan berdampak untuk
ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan pola asuh ibu dengan
status gizi balita. Faktor pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling
berhubungan dengan statsu gizi anak balita dimana dengan kesibukan ibu
sehingga tidak terlalu memperhatikan makanan yang sehat dan bergizi bagi anak
balita(Putri, n.d.).
balita gizi kurang dan gizi normal dan ditemukan perbedaan sosial ekonomi pada
dengan gizi kurang ialah faktor secara langsung adalah makanan yang tidak
seimbang dan adanya penyakit infeksi. Kurangnya asupan makanan yang tidak
seimbang merupakan slalah satu indikasi terjadinya status gizi kurang pada balita
signifikan, dan faktor secara tidak langsung seperti tingkat pendapatan keluarga,
polah asuh anak juga akan berdampak untuk pertumbuhan dan masa depan anak
Dalam penelitian ini terjadinya status gizi kurang pada anak balita yaitu
141
Jarak kelahiran yang terlalu rapat, sosial ekonomi, penyakit infeksi, tingkat
ekonomi orang tua, dan kurangnya pendidika orang tua yang merupakan salah
satu faktor yang memmpenagaruhi gizi kurang pada balita. dimana dengan jarak
kelahiran yang terlalu rapat ibu tidak fokus untuk melihat perkembangan
tua serta penyakit infeksi balita dan kurannya pengetehuan serta kemauan ibu
kekurangan asupan dalam waktu yang cukup lama berdasarkan dari hasil
pemerikasaan fisik dari pengukurang antropomenti, tinggi badan dan berat badan
pengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi yang tidak
dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang
menjelaskan faktor terjadinya gizi kurang pada anak balita, hal ini tindakan Bidan
lingkungan di sekitar dan bahaya gizi kurang bagi balita, serta pendidikan tetang
gizi pada anak balita untuk mengurangi terjadinya gizi kurang pada anak balita.
referensi yang ditemukan dan disimpulkan perbedaan dan persamaan dari setiap tata
diagnosis dari sumber referensi yang satu dengan referensi yang lainnya.
kurang dapat ditegakkan apabila Berat badan dan tinggi badan anak berada di bawah
kurva pertumbuhan.
konsumsi energi dan konsumsi protein berperan penting sebagai faktor risiko
kejadian gizi kurang pada balita. Gizi kurang terjadi disebabkan oleh bebrapa
dengan status gizi adalah konsumsi energi, konsumsi protein, penyakit infeksi,
anak(Lutviana, 2017).
Dari penelitian didapati status gizi yang didasarkan pada indeks berat
badan menurut umur didapati gizi kurang sebanyak 40%. Faktor yang
berhubungan dengan status gizi balita adalah riwayat ASI eksklusif dan riwayat
Masalah gizi pada balita disebakan oleh pola makan yang diberi orang tua
tidak sesuai dengan keadaan anak, dengan kurangnya ekonomi keluarga dapat
mempengaruhi pertumbuhan anak dan dengan riwayat infeksi yang di alami oleh
anak akan berpengaruh pada kondisinya seperti akan lebih sering sakit dan
Pada penelitian ini mengatakan pendapatan keluarga dan pola asuh ibu
sangat mempengaruhi pertumbuhan anak dimana dengan keluarga yang tidak bisa
mencukupi kebutuhan anak untuk pertumbuhannya dan pola asuh ibu yang salah
penentu status gizi kurang pada balita. Pola asuh makanan ialah dengan
Nilai koefisien dua variabel menunjukkan nilai sebesar 0,277 atau 27,7%
pendapatan orang tua mempengaruhi status gizi anak pada masa pandemi
dan pemenuhan gizi seimbang pada anak setiap hari yang berdampak terhadap
status
serta
gizistatsu
anak gizi( Aziza
balita , 20( Lestari,
21 ). 2019) .
Penelitian
Dari ini menyimp
pembahasan diatas dapatulkan bahwabahwa
disimpulkan variabel penyakit
gizi kurang infeksi
pada bal dan pola ita
asuh berdampak
akan anak seperti pemberian
pada imunisasi
pertumbuhan fisik,dan pola asuh
mental, ketika anak
kecerdasan, sakit kemampuan memiliki
penurunan
hubungan
berfikir danyang bermakna
berbicara, dengan
kurang aktifstatus gizi otot balita dimana
dan jaringan akan berdampak
-otot kurang. untuk
Yang diakibatkan
kesehatan
oleh statusanak
eknomi,(Handayani,
pengetehuan 2017) .
masyarakat, pola asuh, kurangnya makanan
membutuhkan antisipasi,
Penelitian bila terdapat
ini adalah memungkinkan membutuhkan
perbedaan pencegahan.
tingkat pengetahuan gizi ibu Bidan
diharapkan waspada
balita gizi kurang dandan
gizi bersiap mencegah
normal dan diagnosis/masalah
ditemukan pe potensial yangpada
rbedaan sosial ekonomi terjadi.
Langkah ini
kedua kelompok, akan sosial
dimana menguraikan
ekonomibeber apa komplikasi
berperan penting yang dapat terjadi pada
untuk perkembangan
balita dengankebutuhan
anak seperti gizi kurang jika tidak ditangani
untuk terpenuhinya dengan tepat. (Dari
gizi balita bebera
Rahma, n.d , 2016pa) .referensi
dengan gizi kurang ialah faktor secara langsung adalah makanan yang tidak
seimbang dan adanya penyakit infeksi. Kurangnya asupan makanan yang tidak
145
seimbang merupakan slalah satu indikasi terjadinya status gizi kurang pada balita
signifikan, dan faktor secara tidak langsung seperti tingkat pendapatan keluarga,
polah asuh anak juga akan berdampak untuk pertumbuhan dan masa depan anak
matriks langkah II diatas maka didapatkan masalah potensial yang dapat terjadi
Bireuen dengan diperoleh hasil bahwa terdapat kasus gizi buruk sebanyak 3 kasus
pada tahun 2015, 5 kasus pada tahun 2016, 6 kasus pada tahun 2017 dan 8 kasus
menderita penyakit infeksi, baik itu penyakit infeksi yang dibawa sejak dalam
kandungan maupun selama proses tumbuh kembang. Penyakit infeksi yang terjadi
pada balita gizi buruk akan memperparah kondisi balita dan akan menyulitkan dalam
hal penyembuhan dan pemulihan keadaan gizi balita, dimana dalam kasus balita gizi
buruk dengan adanya penyakit infeksi maka terlebih dahulu hal yang perlu
Faktor terjadinya gizi kurang pada balita sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti, faktor sosia ekonomi, faktor pendidikan ibu, faktor penyakit penyerta,
kelengkapan imunisasi, namun didapatkan hasil faktor penyebab kasus gizi buruk
yang paling dominan adalah faktor penyakit penyerta, kurangnnya asupan nutrisi pada
balita akan cepat balita merasakan sakit dan mudah mendapatkan penyakit
infeksi(Sari N D, 2016).
Status gizi kurang yang dialami anak balita dikarenakan faktor riwayat
penyakit infeksi yang merupakan suatu permasalahan yang serius yang harus dihadapi
oleh ibu sendiri, Hal tersebut bahwa adanya riwayat penyakit infeksi yangterdapat
146
padabalita ibu dimana balita pernah mengalami infeksi pada saluran pernafasan yang
disebut dengan penyakit ISPA, selain itu pernahnya terjadi infeksi pada pencernaan
yang memicu penyakit tuberculosis. Semua penyakit yang pernah dialami oleh balita
itu sendiri dikarenakan faktor bakteri yang disebabkan oleh sumber makanan serta
sanitasi lingkungan yang tidak hygienes. Dengan riwayat penyakit infeksi tersebutlah
yang membuat terganggunya status gizi balita yang tidak mendukung terhadap status
gizi yang lebih baik untuk dimiliki oleh balita sendiri(Handayani, 2017).
Kekurangan gizi pada masa balita dapat berpengaruh pada perkembangan otak
balita sehingga jika tidak ditangani akan mempengaruhi perkembangan mental yang
Perkembangan dipengaruhi oleh berbgai faktor, dan status gizi merupakan faktor
pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang (p<0,05; OR 13.75), sementara terdapat
hubungan bermakna pula antara berat badan lahir rendah dengan kejadian gizi kurang
(p<0.05; OR= 16.0). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang
pada balita diantaranya adalah pengetahuan ibu dan berat badan lahir
Gizi kurang pada balita terjadi akibat beberapa faktor sepeti pengetehuan gizi
ibu, sosial ekonomi. Dimana pengetehuan ibu tentang gizi balita tidak dipraktekan
dalam pola asuh dan pemberian makanan yang baik serta sehat untuk balita dan
perlunya adanya peningkatan pengetehuan gizi dan keterampilan ibu dalam pelatiha
147
gizi anak, dan faktor sosial ekonomi yang meliputi pedidikan, pekerjaan, pendapatan
Penyebab terjadinya status gizi kurang pada balita ada hubungan pengetehuan
ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan.
Faktor penyebab gizi kurang yang paling dominan yaitu faktor pendapatan keluarga
Faktor utama penyebab balita menderita gizi buruk dan gizi kurang yaitu
rumah tangga dan ibu berpengaruh secara signifikan terhadap resiko balita menderita
terhadap gizi dan kesehatan. Bila pengetehuan rendah maka pola asuh orang tua
angka kesakitan anak di seluruh dunia, Asupan pada anak dengan kecukupan asupan
zat gizi mikro dalam kategori kurang namun kejadian tidak gizi kurang lebih tinggi,
karena kejadian gizi kurang dominan utamanya adalah berat badan, berat badan faktor
utamanya adalah zat gizi makro, Zat gizi tersebut yang dibutuhkan dalam jumlah
besar oleh tubuh dan sebagian besar berperan dalam penyediaan energi seperti
mengalami malnutrisi akut berat. Penelitian ini menunjukkan setelah program home
148
care, terjadi peningkatan yang signifikan pada status gizi balita(p<0,05%). Pada akhir
interfensi, terjadi penurunan kejadian malnutrisi akut berat dari 100% menjadi 56,7%
(p<0,05)(Huriah, 2015).
Marasmus yaitu komplikasi dari gizi kurang yang diakibatkan oleh kurangnya
protein pada balita ataupun anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan:
Faktor: pola makan protein, kepadatan penduduk, faktor sosial, faktor ekonomi, dan
faktor infeksi. Gejala: hilangnya lemak pada subkutan, wajah lonjong, kulit
dberkeriput, otot-otot lemah dan atropi, thorax dan tulang tampak jelas, dinding perut
hipotonus, dan suhu tubuh yang rendah akibat hilangnya penahan panas pada tubuh.
Pencegahan: pemberian ASI ekslusif yang rutin, pemberian makanan yang tinggi
komplikasi yang berat bagi balita, dan apabila balita tidak menjaga nutrisi dan pola
makannya serta kurangnya pendidikan, ekonomi kedua orang tua yang tidak
mencukupi serta tidak menjaga balitanya seperti akan mengalami gizi buruk dan
kesehatan lainnya dengan kondisi klien. Dari beberapa referensi diatas maka
responden sebelum diberikan konseling cukup dan setelah diberikan intervensi berupa
Kesimpulan pada penelitian ini terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan
sesudah diberikan konseling tentang pola asuh makan pada balita status gizi
pencegahan balita gizi buruk didapatkan hasil sebagai berikut peran perawat sebagai
Penyuluhan dan Pendidikan kesehatan tentang pemberian gizi yang baik dan
pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar tubuh serta pemberian makanan
tambahan seperti biscuit, bubur kacang ijo yang dilakukan oleh para petugas
Pemberian edukasi tentang pola asuh ibu dengan pemberian ASI esklusif
terhadap balita yang menyusui yang akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan,
pola asuh balita merupakan tindakan kolaborasi yang baik untuk ibu agar ibu
Hasil penelitian ini menjelaskan masalah gizi kurang dan gizi buruk. Bidan
dengan penanganan masalah gizi. Bidan meningkatkan mutu pelayanan dan berperan
150
permasalahan gizi, baik itu nutrisi dan pengobatan masalah gizi yang dialami
balitanya(Harahap, 2015).
dengan target MDG‟s adalah dengan menangkap dan mengobati balita normal-kurus,
karena kondisi kurus bersifat akut, sehingga dapat dilakukan dengan pemberian
makanan tambahan hingga berat badannya meningkat menjadi normal sesuai dengan
kurus(Kalsum, n.d.).
asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh.
Melakukan kolaborasi dengan pekerja sosial karena hal ini harus menjadi perhatian
serius, baik perhatian pemerintah maupun semua lapisan masyarakat. Pekerja sosial
Dalam penelitian ini mejelaskan bahwa pemberian ASI yang teratur, pola asuh
yang baik, serta pendidikan orang tua yang akan mempengaruhi status gizi balita
lingkugan. Untuk pemberian ASI yang teratur akan menghasilkan gizi yang baik bagi
151
pertumbuhah balita. Pendidikan orang tua yang baik akan mempengaruhi status gizi
balita serta rentang terjadi gizi kurang pada balita, untuk mengatasi gizi kurang yang
perlu kita lakukan ialah memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua balita
dan memberikan gizi yang seimbang seperti makanan pedamping ASI yang murah
dan bergizi, perlunya pendidikan terhadap ibu mengenai kesehatan dan gizi yang baik
Dalam penelitian ini mengatakan tindakan yang akan dilakukan pada balita
gizi kurang adalah kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan
edukasi dan pendidikan kesehatan. Gizi kurang akan seimbang dengan pengetehuan
ibu merawat balita, pemberian makanan yang seimbang serta vitamin yang sesuai
kebutuhan balita dan pemberian makanan pendamping ASI dan pola asuh yang baik
antara petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, kesehatan masyarakat, ahli
gizi dan farmasi untuk meberikan gizi seimbang untuk balita, tindakan yang harus
langkah -langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kel anjutan terhadap diagnosis
atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau
data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Pada langkah ini akan diuraikan
beberapa referensi yang mencakup penatalaksanaan pada kasus balita dengan gizi
kurang.
beberapa penatalaksanaan pada kasus balita dengan gizi kurang. semua rencana
asuhan yang dilakukan t ersebut berdasarkan pengetahuan , teori yang berkaitan dan
makanan tambahan seperti pemberian vitamin dan mineral, sedangkan program tidak
peningkatan program kesehatan, seluruh prgram ini harus dilaksanakan baik secara
makanan pendamping, pemberian vitamin, edukasi pemberian ASI esklusif, makanan
langsung maupun tidak langsung agar mengurangi terjadinya gizi kurang, pemberian
vitamin merupakan salah satu program di berikan kepada balita dan melakukan
153
pengukuran terhadap balita dan memberikan makanan tambahan pada balita gizi
kurang terdapat perbedaan tingkat pengetahuan gizi ibu balita gizi kurang dan gizi
normal dan ditemukan perbedaan sosial ekonomi pada kedua kelompok (Amelia,
2016).
mempengaruhi status gizi balita yang dimana diperlukan perhatian lebih untuk
hal yang harus diperhatikan untuk mencegah adanya kurangnya pemahaman orang tua
Pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang merupakan salah satu
bentuk intervensi secara langung untuk menyediakan jenis makanan yang sehat,
program pemberian makanan tambahan ini berkolaborasi dengan dokter, bidan, ahli
gizi, dan ibu pasien gizi kurang yang di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
pengetahuan dan teknologi terkini dalam tatalaksana anak gizi buruk. Beberapa studi
kesembuhan hingga >75 persen. Pendekatan baru ini cukup menjanjikan untuk
berhasil dan apabila dilakukan secara bersama sama dengan penanganan rawat inap
Penelitian ini mengatakan bahwa ada hubungan pengetahuan sikap dan praktik
ibu dalam pemberian ASI dan MP-ASI dengan pertumbuhan baduta usia 6-24 bulan.
154
Disarankan agar petugas kesehatan untuk memberikan inovasi baru pada saat
penyuluhan terkait ASI dan MP-ASI kepada ibu baduta (Atikah, 2017).
Exp B=0,041, dan sarana prasarana p=0,022 dengan Exp B=0,036, merupakan
variabel yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi
buruk(Cahyono, 2016).
mengajarkan pada ibu atau pengasuh balita tentang cara pengolahan makanan yang
sehat untuk balita, pengobatan sederhana bagi anak yang sakit dengan metode
balita gizi kurang, cookies kedelai mocaf dapat membantu meningkantkan asupan
energi dan zat gizi balita, perlunya edukasi pendidikan terhadap ibu mengenai pola
asuh yang baik dan pemenuhan gizi yang seimbang(Muslimah dkk, 2019).
155
gizi agar proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan baik( Rosidah,
201 7).
Dalam perkembangan anak, Ibu perlu menguasai makanan kesukaan anak dan
kebiasaan makan anaknya dalam pola asuh anak yang benar , dan Pendidikan ibu
adalah salah satu aspek yang esensial di dalam tumbuh kembang anak, sebab dengan
pendidikan yang bagus para i bu bisa menyambut semua berita dari luar lebih perihal
upaya merawat anak dengan benar, bagaimana cara memelihara kesehatan anaknya ,
terdapat adanya hubungan antara pendidikan dan pola asuh ibu dengan kejadian gizi
dengan baik dan yang dilakukan dalam menangani kekurangan gizi balita adalah
penangulangan gizi kurang baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.
yang dapat diberikan pada klien dengan balita dengan gizi kurang yaitu pemeriksaan
komplikasi.
Mengkunsumsi tempe kedelai terhadap kenaikan berat badan anak balita gizi
kurang sangat baik untuk dikonsumsi, konsumsi nugget tempe kedelai terhadap
kenaikan berat badan balita gizi kurang dengan nilai p value=0,005, kesamaannya
pemenuhan gizi balita sesuai dengan pemberian makanan tambahan terhadap balit a,
Bahwa balita yang mengalami gizi kurang dan buruk dijadikan sebagai
sampel kasus sebanyak 20 (33,33%) balita dan yang mengalami giz i baik dijadikan
tidak diberikan ASI eksklusif. Hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang
bermakna antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita (p -val ue=
dalam memberikan KIE (konseling, informasi dan edukasi) tentang ASI eksklusif,
meyakinkan setiap ibu untuk bisa menyusui secara eksklusif sejak masa kehamilan
157
hingga menyusui untuk memberikan ASI eksklusif dan diteruskan sampai 2 tahun
yang menjadi tahap awal balita memiliki status gizi yang baik(Zulmi , 2019).
Dari hasil penelitian Asupan dan kecukupan energi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi status gizi. Meskipun beberapa penelitian lain mengatakan
2017 . Pengaruh Suplementasi Kapsul Ikan Nila Terhadap Asupan Anak Gizi Buruk
didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara asupan energi dan protein Pre dan
post dalam kelompok intervensi dan antar kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Walau dari data nampak ada kenaikan angka asupan energi dan protein pre
variabel pola asuh dan peran suami merupakan determinan status gizi kurang pada
balita. Kebiasaan makan, pola asuh pemb erian makan, pemeliharaan kesehatan dan
peran suami sebagai determinan status gizi kurang pada balita (H arahap , 201 9).
seperti makanan pendamping seperti biscuit, ubi jalar ungu yang mampu
menin gkatkan status gizi anak, makanan pendamping merupakan makanan pemulih
bagi tubuh balita dan pemenuhan gizi seimbang balita diperlukan bantuan dari
dan sikap ibu balita. Ibu dengan tingkat pendidikan yang baik meningkat dari 16 ibu
(23,9%) naik menjadi 39 ibu (58,2%). Ibu dengan sikap baik meningkat dari 14 ibu
(20,9 %) menjadi 36 orang (53,7%). Sehingga dapat disimp ulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara sikap - sikap ibu balita mengenai gizi balita sebelum
yang kekurangan gizi, dengan makanan pendamping balita bisa memenuhi kebutuhan
tubunnya agar gizinya tetap seimbang, dan dengan polah asuh ibu yang baik,
pendidikan kesehatan, pemeriksaan balita, serta pemberian MP -ASI yang bai k untuk
perkembangan balita.
Pada langkah ini dilakjukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar -benar telah terpenuhi sesuai
Rencana tersebut dapat di anggap efektif juga memang benar efektif dalam
sedangkan sebagian belum efektif.
Pada prinsip tahapan evaluasi berdasarkan hasil telaah literatur yang didapatkan
adalah pengkajian kembali terhadap klien. Untuk menilai ke efektifan tindakan yang
diberikan dan keberhasilan dapat dilihat dari kondisi balita. Evaluasi yang dilakukan
pada kasus balita dengan gizi kurang yaitu antara lain keadaan umum, tanda-tanda
159
vital, tanda-tanda syok, dan tanda-tanda infeksi atau masalah potensial yang
Sebagian besar gizi kurang disebabkan oleh tingkat pengetehuan gizi yang
mempertahankan status gizi baik, mencegah kekurangan gizi pada anak, program
pemberian makanan tambahan dan pola asuh keluarga yang menjadi program bagi
Masalah kurang gizi masih tidak menjadi masalah perioritas setiap tahun, akan
tetapi program PMT tetap dilaksanakan dan berjalan dengan baik dilingkungan
kurang, memberikan motivasi konsling terhadap orang tua balita dan makanan
pelatihan untuk mengoptimalkan dan mengevaluasi untuk tidak ada terjadinya gizi
kurang pada balita, program gizi ini terdapat pengetehuan orang tua balita yang
dimana perlunya bantuan makanan tambahan untuk balita dan pelatihan ini dapat
community feeding center (CFC) pada balita yang ditemukan keberhasilan program
penanggulangan gizi kurang ini kurang berjalan dengan baik dikarnakan petugas
penanganan gizi dapat dilakukan dengan berjalannya program ini dan dengan adanya
diperhatikan dengan baik, dan didaera peneliatian ini sudah berjalan baik, kesiapan
bahan yang cukup, petugas yang memadai hanya saja sasaran yang kurang lengkap
dan tepat, dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam mengevaluasi
inspraktruktur hingga pada sasaran target yang harus tepat sasaran dan kurangnya
sasaran yang tepat untuk pemberian edukasi tentang makanan tambahan dan vitamin
gizi kurang tidak berjalan baik dari segi keuangan dan tenaga pelaksana setelah
ditinjau akan tetapi dari segi kejadian gizi kurang di wilayah ini menurun dari tahun
bulan selesai PMT Pemulihan ada penurunan persentase balita dengan status gizi
normal dari 68,4% menjadi 63,2% dan ditemukan balita dengan status gizi sangat
kurus sebesar 2,6%. Selain itu diketahui ada penurunan rata-rata z-score balita saat
mencapai 88% terkendala oleh ibu balita gizi kurang yang tidak membawa balitanya
kurangnya pengetahuan ibu mengenai pola asuh balita yang terkena gizi kurang.
161
Capaian pemberian makanan tambahan yang masih dibawah sasaran 100 % yaitu
sebesar 50 %. Pemberian Vitamin dan mineral yang terdapat salah sasaran karena
terkendala data yang kurang lengkap Masalah gizi tidak terlepas dari masalah
makanan karena masalah gizi timbul sebagai akibat kekurangan atau kelebihan
zat gizi penting yang diperlukan oleh tubuh untuk proses tumbuh kembang PMT
Modifikasi efektif terhadap peningkatan status gizi balita gizi dimana pada kelompok
PMT Modif didapatkan t hitung = 19,858 dan ρ = 0,000 dan pada PMT Modif
Dalam penelitian ini mengatakan bahwa makanan pendamping ASI sangat baik
dan efektif dalam memperbaiki gizi kurang balita akan tetapi membutuhkan tenaga
yang lebih banyak dan dana yang harus kita siapakan dan lebih teliti agar tidak terjadi
untuk tubuh balita agar kesehatannya tetap simbang dan baiknya suatu gizi tergantug
Dalam melakukan evaluasi pada balita gizi kurang yang perlu di evaluasi adalah
hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama maka terjadilah gizi buruk.
dengan petugas kesehatan lainnya. Gizi kurang dapat teratasi dengan pe mberian
Gizi kurang adalah suatu kondisi yang di manah tidak seimbangnnya makanan
yang diperlukan pada saat masa pertumbuhan dan perkembangan balita dengan
meliputi nutrisi dan protein dari makanan sehari -hari yang terjadi dalam waktu
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah
standar rata -rata atau Zscore< -2.0 s/d Zscore -3.0 , anak dengan gizi kurang
ditandai dengan berat badan yang menurun 10% atau lebih dibawah berat
badan ideal . Nu trisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Ada pun beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi kurang pada balita
sehingga terjadi ketidak seimbangan antara intake dan kebutuhan gizi tubuh . Jika
Adapun masalah potensial yang dapat terjadi pada balita dengan gizi kurang
Kekurangan gizi yang lebih fatal berdampak pada perkembangan otak. Kurang
gizi pada usia balita dapat berpengaruh pada perkembangan mental, yang artinya
163
verbal.
Dari literature yang didapatkan maka rencana asuhan yang diberikan pada
kasus balita dengan gizi kurang berdasarkan diagnosa yaitu mengajurkan untuk
makanan pokok berperan sebagai sumber utama energi berasal dari koarbohidrat,
lauk sebagai sumber protein, sayur dan buah sebagai sumber mineral dan vitamin.
Buah merupakan sumber utama vitamin C karena pada umumnya dimakan dalam
keadaan mentah. Sebagai akibat pemasakan, vitamin C pada sayur sebagian rusak.
Karena menu ini terdiri atas empat macam makanan dan ternyata sehat, dalam
mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat-zat gizi esiensial lain dalam
bentuk yang mudah dicerna dan diserap, maka susu terutama dianjurkan sebagai
unsur kelima bagi golongan manusia yang dibutuhkan relatif lebih banyak
balita gizi kurang ditiap Posyandu. Penyuluhan terkait dengan materi pola
kreatif.
164
Penderita gizi kurang harus dirawat jalan sesuai anjuran dan pedoman WHO yang
Setelah melakukan semua asuhan pada balita dengan gizi kurang , maka perlu
tindakan yang diberikan dan keberhasilan dap at dilihat dari kondisi ba lita .
Evaluasi yang dilakukan pada kasus balita dengan gizi kurang yaitu antara lain
keadaan umum, tanda - tanda vital, tanda - tanda syok, dan tanda -tanda infeksi atau
Setelah melakukan penulisan literatur review pada balita dengan gizi kurang
serta menghubungkan dengan teori dan Avidance Based maka penulis dapat menar ik
A. Kesimpulan
kebidanan didapatkan data subjektif dan objektif gizi kurang yaitu nafsu
makan menurun, anak lebih rewel, anak tampak kurus , berat badan dan tingg i
seimbang dan mencukupi, pengetehuan dan pola asuh orang tua sangat
berperang penting dalam pemenuhan gizi yang seimbang pada b alita karena
sumber gizi, energ i , nutrisi, protein, yang diperoleh bersumber dari pola asuh
orang tua serta ekonomi keluarga sangat berpengaru dalam status gizi balita.
3. Masalah potensial yang bisa terjadi p ada balita dengan gizi kurang
berdasarakan hasil referensi yaitu Kejadian gizi kurang apabila tidak diatasi
akan menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Dampak yang terjadi
Dimana marasmus ini adalah kekurangan energi (kalori) pada makanan yang
137
138
167
dengan gejala: wajah seperti orang tua, cengeng, mata tidak bercahaya, tulang
B. Saran
oleh kekurangan protein dalam tubuh dengan gejala: wajah sembam atau
4 . Tindakan segera dan kolaborasi dengan do kter serta tenaga kesehatan lainnya
5 . Per encana an pada balita dengan gizi kurang yaitu diberikan asupan gizi serta
nutrisi yang dibutuhk an balita dan pendidikan kesehatan pada ibu , pemberian
6 . Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien balita dengan gizi kurang yaitu
dengan pemberian asupan yang bergizi seperti ubi jalar, nugget tempe kedelai,
tepat dalam pemenuhan gizi dalam perbaiakan status gizi pada balita gizi
kurang .
dan diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya
varney.
Maka peneliti menyarankan untuk Penelitian selanjutnya untuk melakukan DAFTAR
PUSTAKA
Alamsyah, D. dkk. (2017). Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada
Balita 12-59 Bulan. 2(1), 1–8.
surveilance yang bersifat sosial dan tidak mengandalkan data dari rekam medik
langsung observasional pasien yang menderita gizi kurang agar hasilnya l ebih
efektif dan benar tentang mendiagnosis, pemberian tind akan dan penatalaksanaan
Amelia. (2011). Kajian penanganan anak gizi buruk dan prospeknya (management of
severe malnutrition and it’s prospect: a review ). 34(1), 1–11.
Amelia, A. R., Syam, A., & Fatimah, S. (2013). Hubungan asupan energi dan zat gizi
dengan status gizi santri putri yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah
Makassar Suawesi Selatan tahun 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat, hal.1-15.
Aziza, N., & Silvie, M. (2021). Pengaruh Pendapatan Orang Tua Terhadap Status
Gizi Anak Usia 4-5 tahun pada Masa Pademi CIVID -19.1-63.
169
Aryani, D, L., & Riyandry, A, M. (2019). vitamin D sebagai terapi potensial anak
gizi buruk. 1 (1), 61-70.
Bili, A., Jutomo, L., & Boeky, D. (2020). Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang pada
Anak Balita di Puskesmas Palla Kabupaten Sumba Barat Daya. Media
Kesehatan Masyarakat ,2 (2), 33-41.
Gibney, M j; Arab, L. (2009). Gizi kesehatan masyarakat. EGC Medical Book Store.
Harahap, J. D. dkk. (2019). Determinan Status Gizi Kurang pada Balita di Puskesmas
140
Belawan Kota Medan.9, (2) 1-14
Huriah, T. dkk. (2008). Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Malnutrisi Akut Berat
Melalui Program Home Care.
Ibrahim, I. A. dkk. (2018). Pengaruh Pemberian Biskuit Ubi Jalar Ungu Terhadap
Status Gizi Kurang Pada Anak Balita Usia 12-36 Bulan. 1, 1–15.
Irianto, D. pekik. (2017). pedoman gizi lengkap keluarga dan olahragawan (Yeskha
(ed.)). CV.ANDI OFFSET.
Janah, M. (n.d.). Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn"B" dengan An"N"
Usia 4 Tahun dengan Status Gizi Kurang di Desa Gayaman Kec Mojoanyar
kabupaten Tenmojokerto.
Junita, D. dan A. wulansari. (2020). Media Pendidikan Gizi dalam Mengenali dan
Mengatur Makanan Cegah Balita Gizi Kurang. 2, 123–128.
Khaeriyah, F. dkk. (n.d.). Hubungan Pendidikan dan Pola Asuh Ibu dengan Kejadian
Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Beruntung Raya Banjarmasin. 173–178.
Kirana, chandra. dkk. (n.d.). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Gizi Buruk Pada
Balita dengan Metode Certainty Factor. 8(2), 141–154.
Kurniasari, maria D. dkk. (2019). Kolaborasi Perawatan dan Ahli Gizi di Posyandu
Balita Puskesmas Jetak, Kabupaten Semarang. 10(1), 123–129.
Miko, A. dan A. H. A.-R. (2017). Hubungan Berat Badan dan Tinggi Badan Orang
Tua dengan Status Gizi Balita di kabupaten Aceh Besar. 40(1), 21–34.
Mutika, Wi. dan D. S. (2018). Analisi Permasalahan Status Gizi Kurang Pada Balita
di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simeluleu. 1(3), 127–136.
Ngoma, D., Adu, A., & Dodo, D. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Kelurahan Oesapa Kota Kupang. Media
Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 76-84.
Nopa, I. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita. 5, 258–262.
Partini, S. ddk. (n.d.). Peran Perawat Terhadap Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita
di Kabupaten Klaten.
Pasek, A. suradana. (2019). Evaluasi Kelas Gizi Terhadap Kejadian Balita Gizi
Kurang di Puskesmas Karang Taliwang Kota Mataram. 89–102.
Putri, R. F. dkk. (n.d.). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. 4(1), 254–261.
172
Rahma, A. C. dan siti R. N. (n.d.). Perbedaan Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi
Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Normal.
Ratufelan, E. dkk. (2018). Hubungan Pola Makan, Ekonomi Keluarga dan Riwayat
infeksi dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita diwilayah Kerja Puskesmas
Benu-Benua. 3(2), 1–13.
Saputra, W. dan R. hida N. (2013). Faktor Demografi dan Resiko Gizi Buruk dan
Gizi Kurang. April 2020. https://doi.org/10.7454/msk.v16i2.1636
Sari, A. N. dkk. (2020). Hubungan Asupan Zink, Zat Besi, dan Vitamin C dengan
Kejadian Gizi Kurang Pada Anak Usia 6-24 Bulan. 12(27).
Tutik, H. L. H. Y. nur edang sary. (2019). Pendamping gizi pada balita. Deppublish
publisher.
Winarsih. (2018). Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Pustaka Baru Press.
A. Identitas
Nama : Fatmawati
Nim : 70400117011
Agama : Islam
Alamat : Bima
B. Riwayat Pendidikan
Yuanta, Y. dkk. (2018). Hubungan Riwayat Pemberian Asi dan Pola Asuh Ibu
dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Anak Balita di Kecamatan Wongsorejo
Banyuwangi.
RIWAYAT HIDUP
174