U-AB Baiti Jannati #01
U-AB Baiti Jannati #01
Disampaikan oleh
Ustadz DR. Muhammad Ari n Badri, M.A.حفظه اهلل
fi
)
▪🗓 _SENIN
| _17 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _22 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-001
📖 *Muqoddimah (Bagian Pertama)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menjadikan hubungan suami dan istri, dan
rumah tangga seorang muslim sebagai satu dari sekian banyak tanda kuasa dan
keagungan Allāh Azza Wa Jalla. Allāh Azza Wa Jalla ber rman
fi
fi
:
Dan di antara tanda kuasa Allāh, di antara tanda keagungan Allāh Azza Wa Jalla
yang tatkala engkau melihatnya, engkau mendapatkannya, engkau akan segera
teringat akan keagungan Allāh.
Di antara tanda keagungan Allāh adalah Allāh menciptakan dari diri kalian,
azwājan ()أَزْ ٰوَ ًجا, istri-istri untuk kalian,
Kemudian Allāh jelaskan, mengapa adanya istri, hadirnya istri menjadi tanda
keagungan Allāh
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam mencontohkan akan hal ini. Betapa Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam dengan segala kesempurnaan seorang lelaki,
dengan ilmu sebagai seorang Rasul, dengan dukungan para Malaikat, wahyu
dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
perkasa, tetapi Beliau menemukan solusi itu pada istrinya yang berusaha
memandang, menilai, dan mengurai problematika dengan kelembutan seorang
wanita dan kasih sayang seorang wanita yang setia
Suatu hari Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam ketika Perang Hudaibiyah. Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam membawa pasukannya, para sahabat yang telah
sekian lama merindukan Kota Mekkah.
Terlebih kaum Muhajirin, yang telah sekian lama terusir dari kampung
halamannya. Telah sekian lama mereka tidak berkesempatan untuk bisa
berthawaf di sekitar Ka'bah. Rasa rindu yang luar biasa. Setelah sekitar 7 tahun,
kesempatan itu terbuka kembali. Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam bersama para
sahabat memutuskan untuk ke Mekkah, pergi ke Mekkah menunaikan umrah.
Namun demikian di tengah jalan, ketika Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam telah
tiba di daerah Hudaibiyah, perbatasan kota Mekkah alias sesaat lagi umroh telah
di depan mata, Ka'bah telah di depan mata. Ternyata Quraisy telah keluar
dengan segala kemampuan yang mereka miliki, pasukan yang mereka miliki.
Namun Quraisy tetap bersikukuh bahwa Nabi beserta para sahabat tidak boleh
menunaikan ibadah umrah pada tahun tersebut, mereka harus kembali. Karena
Quraisy ingin menjaga supremasinya sebagai penguasa Arab, bahwa siapapun
tidak bisa sesuka hatinya berthawaf keliling di sekitar Ka'bah kecuali atas izin
dan restu dari Quraisy.
Maka Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam dengan segala pertimbangan dan juga
atas petunjuk wahyu dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Nabi memerintahkan para
sahabat untuk tahallul, mengurungkan niat menunaikan ibadah umroh. Dengan
konsekuensi para sahabat setelah perjanjian Hudaibiyah tersebut akan diberi
kesempatan menunaikan ibadah umroh.
Kapan? Pada tahun depan, dengan ketentuan ketika para sahabat menunaikan
ibadah umroh, Quraisy akan keluar dari perumahannya, dari rumah masing-
masing, menjauh, tidak ingin menyaksikan, tidak ingin hadir menyaksikan
langsung Nabi dan para sahabat menunaikan ibadah umroh.
Tentu para sahabat yang hari itu berjumlah besar, lebih dari 1.300 pasukan.
Dengan membawa senjata yang lengkap, mereka merasa telah memiliki
kekuatan untuk melawan arogansi Quraisy. Para sahabat kecewa, rindu
terhadap Ka'bah. Arogansi Quraisy tiada henti.
Maka para sahabat ketika membatalkan perintah ini mereka semua tidak
mematuhi perintah Nabi. Dengan harapan Nabi melihat kesungguhan dan jiwa
patriotik para sahabat yang siap berkorban melawan arogansi Quraisy.
Maka rasa kecewa para sahabat menjadikan mereka lupa daratan. Amarah, rasa
kecewa yang begitu besar menjadikan mereka lupa, bahwa mereka berhadapan
dengan Rasul. Mereka mendapatkan perintah dari Rasul yang
Tapi
“Semua itu adalah Wahyu yang Allāh turunkan kepada Beliau.” [QS An-Najm: 4
Ketika Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam menyaksikan para sahabat yang tidak
satupun mereka tunduk dan patuh kepada perintah Beliau, maka Beliau murka
dan kecewa dengan sikap sahabatnya ini. Maka Nabi shallallahu 'alayhi wa
sallam masuk ke salah satu tenda istri Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam yaitu,
Ummu Salamah.
َ ضبَ َك أ َ ْغ
َُّضبَ ُه اهلل َ َم ْن أ َ ْغ
Wahai suamiku, wahai Rasul, siapakah yang telah menjadikan Engkau murka?
Semoga Allāh jadikan dia murka pula. Semoga Allāh balas perbuatan dia yang
telah menjadikan Engkau murka, Allāh jadikan dia murka juga.
فال أطاع
“Tidak satupun yang taat, tidak satupun yang tunduk kepada Ku.”
Maka ummu Salamah naluri seorang istri yang penuh dengan kelembutan,
Beliau bertanya kepada Nabi
بلى:قال
Maka Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam sadar bahwa ternyata solusi seorang
istri yang penuh dengan kelembutan, efektif. Beliau pun mulai sadar bahwa
ternyata solusinya begitu sederhana. Hanya dibutuhkan kelembutan. Ketegasan
perintah, kewibawaan, kecerdasan kadangkala terbukti kurang efektif. Kecuali
bila dibingkai dengan kelembutan seorang perempuan.
Maka Nabi ketika memahami arahan ataupun saran dari Ummu Salamah, Beliau
segera keluar dari tenda. Beliau panggil tukang cukur dan segera mencukur
rambut Beliau.
Ketika para sahabat melihat Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam betul-betul telah
mencukur rambutnya, maka tidak ada lagi tersisa ruang untuk adanya nasakh,
adanya anulir perintah. Tidak mungkin ada Wahyu yang menganulir,
membatalkan perintah untuk tahallul.
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SELASA
| _18 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _23 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-002
📖 *Muqoddimah (Bagian Kedua)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
سن َ ٌة
َ س َوةٌ َح ِ س
ْ ُ ول اهللَِّ أ ُ َّل َق ْد َكا َن َل ُك ْم ِفي َر
[Al-Ahzāb: 21
Sehingga beliau adalah teladan paling istimewa untuk kita ikuti, untuk kita
jadikan panutan adalah nabi. Kenapa? karena beliau telah mendapatkan satu
apresiasi dari Allāh Azza wa jalla bukan dari manusi
ِ خ ُل ٍق َع
ٍ ظيم ُ َٰو إِنَّ َك َل َع َلى
fi
.
Namun dalam segala kondisi beliau senantiasa berada dalam puncak akhlak
yang mulia, selalu sukses memposisikan diri dan berinteraksi dengan cara-cara
yang terbaik.
لتسابقني
fi
لتفعل ّن
Kita harus lomba lari, maka nabi pun berlomba lari dengan Aisyah, dan ternyata
nabi menang, beliau lebih dahulu lebih cepat larinya dibanding Aisyah, kemudian
setelah berhasil membuktikan kemenangannya. Beliau mengatakan
ه َِذ ِه ِب ِت ْل َك
“Wahai Aisyah kemenanganku ini adalah tebusan dari kekalahanku dulu ketika
kita awal nikah.
Subhanallah, Nabi tidak pernah berkata, pernikahan kita sudah berumur puluhan
tahun, Nabi tidak pernah berkata umurku sudah lanjut, datar-datar saja.
Hubungan keharmonisan dalam rumah tangga dibutuhkan siapapun termasuk
oleh orang yang sudah lanjut usia kita butuh kepada keharmonisan
Subhanallah, Nabi tidak pernah melupakan apa yang pernah beliau lalui dari
masa-masa yang indah dengan istri-istrinya. Beliau senantiasa kenang seperti
dalam kasus ini, “kekalahanku dulu, aku tebus hari ini”
Subhanallah, Siapa dari kita yang telah berumur pernikahannya lebih dari 10
tahun, pernikahannya telah berumur 20 tahun, namun masih seharmonis Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Siapa dari kita yang umurnya telah menginjak lebih
atau kepala 5 namun masih bersendau gurau dengan istrinya lomba lari dengan
istrinya.
Nabi tidak merasa sungkan, risih dengan sekian banyak pasukan yang
mengetahui. Subhanallah... Itulah keteladanan
Andai itu ada dalam rumah tangga kita, andai kita bisa melakukan itu dalam
rumah tangga kita. Niscaya betul-betul baiti jannati (rumah tanggaku adalah
surgaku)
Aisyah sebagai seorang istri yang masih muda belia cemburu, ia menduga
bahwa nabi pergi ke rumah istri yang lain maka Aisyah membuntuti kepergian
Nabi. Namun ternyata Nabi tidak pergi ke istri yang lain namun Nabi pergi ke
kuburan Baqi mendoakan, memohonkan ampunan untuk para penghuni kuburan
Baqi'.
Maka segera Aisyah berpaling dan kemudian bergegas pulang ke rumah. Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam dari kejauhan melihat ada sekelebat hitam yang
bergegas lari maka Nabi segera membuntutinya. Setelah Aisyah berhasil masuk
ke rumah dan pura-pura tidur. Namun nafas beliau tidak bisa berdusta, terengah-
engah
Maka Nabi berkata kepada Aisyah, “Wahai Aisyah engkaukah hitam-hitam yang
aku lihat dari kejauhan, sekelebat hitam yang aku lihat dari kejauhan?“
”Betul ya Rasulullah.“
ِ
أغرت يا عائشة ؟
"Wahai Aisyah apakah engkau cemburu, khawatir kalau aku pergi ke istriku yang
lain?
“Ya Rasulullah, bagaimana mungkin istri seperti aku ini tidak cemburu, tidak
khawatir engkau itu pergi ke istri yang lain.
Siapa yang tidak cemburu, memiliki suami yang serba sempurna akhlaknya,
ketampanannya, keimanannya.
Nabi mengatakan, “Bala ()ب ـ ـ ـ ـ ـ ـل ـ ـ ــى, betul, setiap manusia itu ada qorin, ada
pendampingnya yang terus mengikutinya yaitu dari setan, yang satu qarin dari
kalangan para malaikat
Nabi mengatakan, “Ya, aku pun senantiasa dikintil (diikuti) oleh setan, namun
bedanya Allāh telah membantu aku sehingga setan yang senantiasa membuntuti
aku itu telah masuk islam sehingga.
Subhanallah .... cermatilah Nabi ketika mengetahui istrinya mulai terbakar oleh
rasa cemburu, hanyut dalam badai cemburu, Nabi tidak murka, Nabi tidak
marah. Nabi berusaha menyelamatkan istrinya dari badai cemburu tersebut
dengan menjelaskan bahwa cemburu buta itu datangnya dari setan.
Pikiran-pikiran negatif yang terbetik pada pikiran seorang istri atau suami yang
senantiasa berpikir negatif atau kadangkala ber kir negatif su’udhon, curiga
kepada suami ataupun istri itu sejatinya adalah bisikan setan.
"
fi
.
Sehingga sepatutnya kita waspada, kita senantiasa ingat bahwa pikiran negatif
yang tendensinya adalah cemburu itu adalah bisikan setan yang seharusnya
dilawan.
Pertama, kita memohon perlindungan kepada Allāh, agar tidak hanyut dalam
cemburu buta tersebut
Dan yang kedua, ada satu pelajaran penting bahwa tidak ada manusia di dunia
ini yang tidak cemburu. Siapapun dari kita pasti cemburu, kenapa? Karena
cemburu buta itu adalah bisikan setan yang berkepentingan untuk merusak
rumah tangga kita
Karena itu satu-satunya obat untuk mengobati cemburu buta adalah memohon
perlindungan kepada Allā
Kalau engkau mulai digoda oleh setan maka obatnya hanya ada satu, memohon
perlindungan dari Allāh. [QS Fusshilat: 36
Ini pelajaran penting bagi kita bahwa tidak ada satu orangpun dari kita yang tidak
dirundung, tidak terkena badai cemburu buta. Semua kita merasakan cemburu
buta namun hanya orang-orang yang senantiasa berlindung kepada Allāh dari
godaan setan, hanya merekalah yang bisa selamat dari cemburu buta yang
mengancam keutuhan rumah tangga kita
Semoga apa yang disampaikan menjadikan keluarga kita betul-betul baiti jannati
(Rumah tanggaku adalah Surgaku)
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _RABU
| _19 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _24 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-003
📖 *Pengendalian Emosional Rumah Tangga Rasulullah Ketika dalam Kondisi
Bahagia
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
Sebagai seorang muslim kita semua percaya beriman, bahwa panutan kita
hanya ada satu yaitu Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bukan hanya dalam hal
ibadah, tetapi dalam semua urusan muamalah perniagaan, ataupun hal-hal yang
bersifat personal rumah tangga, ataupun dunia urusan kita
Ketika dalam kondisi senang harmonis seiya sekata, maka rumah tangga itu
begitu indah. Andai itu terus abadi, andai suasana itu selalu menjadi kenyataan
fi
.
tetapi fakta tidaklah demikian. Pasang surut kehidupan terus terjadi ada suka
ada duka, ada kesepahaman, ada perseteruan atau perbedaan.
Karenanya meneladani Nabi ketika Anda suka senang sedang harmonis perlu
dilakukan dan wajib dilakukan agar Anda tidak evoria, agar Anda tidak hanyut
dalam suka sehingga Anda lepas kontrol dan lepas kendali akhirnya Anda
terjerembab dalam menuruti nafsu, mengekploitasi hawa nafsu yang akan
mencelakakan Anda.
،ان َّ ب ِم َن
ِ َالشيْط َ إ َّن ا ْلغ
ُ َض
Namun ketika Anda mampu meneladani Nabi di saat Anda menghadapi suasana
masalah yang menyebabkan Anda terpancing untuk marah maka rumah tangga
Anda akan selamat
Pada kesempatan ini saya ingin mengajak Anda untuk sedikit menyelami
bagaimanakah Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam memanage mengendalikan
emosional beliau, baik ketika senang, ataupun ketika sedih, marah, kecewa,
ataupun sedang bahagia. Karena dengan pengendalian diri inilah keberhasilan
dalam mengarungi rumah tangga itu akan terwujud
“Agar kalian tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan dan juga tidak
evoria hanyut lupa daratan ketika mendapatkan keberhasilan, karena Allāh tidak
fi
,
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam suatu hari didapatkan oleh Aisyah, shalat
yang begitu lama. Dan itu bukan sekali atau dua kali ini adalah suatu hal yang
sering dilakukan oleh Nabi Shallallahu alaihi sallam. Sampai-sampai kedua kaki
beliau bengkak-bengkak saking lamanya beliau berdiri ketika shalat.
Maka Aisyah radhiyallahu ta’ala anha mempertanyakan sikap Nabi ini mengapa
beliau beribadah begitu gigih, beribadah begitu lama, padahal kalau dipikir-pikir
dosa beliau telah dijamin akan diampuni. Surga, beliau telah mendapatkan
jaminan kepastian bahwa beliau akan mendapatkannya, bahkan mendapatkan
surga yang paling tinggi
Namun untuk apakah beliau beribadah? dalam kondisi inilah, dalam kondisi
ketika kita menyadari mendapatkan nikmat keberhasilan, kemudahan,
kemuliaan, kedudukan, seorang suami sepatutnya mencontohkan kepada istri
menanamkan kepada keluarganya sikap yang benar
Nabi menanamkan hal ini, mengajarkan hal ini kepada istri beliau Aisyah dengan
sabdanya dalam kondisi tersebut beliau bersabda
Wahai Aisyah, betul apa yang kau katakan, bahwa Allāh telah menjamin akan
dimasukkan surga, diampuni dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang.
Namun demikian itu semua nikmat, tidaklah pantas tidakkah layak kalau aku
menyadari hal itu kemudian aku pandai-pandai bersyukur melipatgandakan
syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla seiring dengan besarnya nikmat maka
semakin besar pula implementasi syukur yang harus kita lakukan
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan
lebihnya mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _KAMIS
| _20 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _25 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-004
📖 *Pengendalian Emosional Rumah Tangga Rasulullah Ketika dalam Kondisi
Sedih Ditimpa Musibah
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Pada kesempatan ini saya ingin mengajak Anda untuk sedikit menyelami
bagaimanakah Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, memanage (mengendalikan)
emosional beliau baik ketika senang ataupun ketika sedih, marah, kecewa
ataupun sedang bahagia.
Kadangkala kita bersedih seakan-akan semua urusan kita telah berakhir, telah
tertutup pintu kasih sayang karunia Allāh, akhirnya kita berputus asa, hanyut
dalam kesedihan, karenanya seorang suami yang telah Allāh pilih sebagai
qowwam, Allāh katakan
ِ س
اء َ ِّ ال َق َّوا ُمو َن َع َلى الن
ُ الر َج
ِّ
[QS An Nisa: 34
fi
.
Perintahkan kepada dia, agar dia sabar agar dia tabah dan (ب ـح ت َـ ِ ـ
ْ ـس ـ ـ ـ ـ ـ )تَـ ْ ـmemohon
pahala kepada Allāh 'Azza wa Jalla
Beliau tanamkan, musibah bukan untuk diratapi, disesali, karena musibah itu
datangnya dari Allāh Azza wa Jalla, semua itu telah berjalan sesuai dengan
takdir, untuk apa kita hanyut dalam kesedihan sampai misalnya memukul-mukul
badan sendiri, merobek baju, menjerit histeris, atau menganggap bahwa dunia
telah kiamat, gelap mata
Tertutupnya pintu rezeki seseorang bukan berarti pintu rezeki kita juga ikut
tertutup, berakhirnya hayat seseorang bukan berarti akhir dari kehidupan kita
pula. Masing-masing akan menjalani takdirnya, suratan takdirnya
Sehingga kita harus tetap berada dalam kendali iman, karena Nabi shallallahu
'alayhi wa sallam mengancam wanita-wanita yang lepas kendali ketika
mendapatkan musibah, bahwa
fi
[HR Muslim 149
Bahwa aku berlepas diri dari wanita-wanita yang menggundul kepalanya ketika
ditimpa musibah, atau الصالِ َق ِة
َّ atau berteriak-teriak menjerit histeris.
Kenapa? karena itu tidak mencerminkan iman kepada Allāh 'Azza wa Jalla. Nabi
mencontohkan ini kepada keluarganya, mencontohkannya kepada putrinya
Dalam lain kesempatan ketika putranya yaitu Ibrahim Alaihissalam, putra Nabi
shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia. Putra beliau dari budak yang beliau
miliki yaitu Mariah al-Qibthiyah, yang diberi nama Ibrahim meninggal dunia. Di
saat sakaratul maut menjemput putranya, Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam
meneteskan air mata sebagai tanda beliau bersedi
Dalam riwayat lain nabi juga mencela wanita-wanita (naihah) yang meratapi
kematian seseorang. Namun ketika putra beliau meninggal nabi menangis,
kemudian beliau berkata
Namun ketika ditanya kenapa harus menangis? Nabi menjawab sikap yang
benar yang dilakukan seorang muslim ketika mengalami kesedihan kesusaha
Wahai tangisan ini adalah implementasi dari kasih sayang seorang ayah.
Namun demikian apapun yang terjadi walaupun mata menangis meneteskan air
mata, hati bersedih tidak menjadikan lisan kita sembrono (gegabah) dalam
bertutur kata menjerit histeris, tidak
Kita tidak bertutur kata kecuali yang diridhai Allāh Subhanahu wa ta'ala, yaitu
mengatakan istirja
Ini yang kami bisa sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan
lebihnya mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _JUM’AT
| _21 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _26 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-005
📖 *Pengendalian Emosional Rumah Tangga Rasulullah Ketika dalam Kondisi
Perselisihan dan lainnya
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Pada kesempatan ini saya ingin mengajak Anda untuk sedikit menyelami
bagaimanakah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memanage, mengendalikan
emosional beliau, baik ketika senang ataupun ketika sedih, marah, kecewa,
ataupun sedang bahagia, karena dengan pengendalian diri inilah keberhasilan
dalam mengarungi rumah tangga itu akan terwujud
Misalnya; suami karena marah dengan istri, memukul, menyiksa, menyakiti hati
ataupun sik istrinya, tentu itu tidak tepat. Sampai-sampai Nabi shallallahu alayhi
wa sallam mengatakan
ال يضرب أحدكم امرأته كما يضرب البعير أول النهار ثم يضاجعها آخر النهار
fi
Itu satu perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan. Bengis, hilang rasa, baru saja
melampiaskan amarah dengan pukulan, kemudian dia mengharapkan layanan.
Dia menggaulinya, dia melampiaskan nafsunya kepada wanita tersebut, tentu ini
mencerminkan perilaku yang sangat buruk, akhlak yang sangat rendah.
Mungkin Anda berkata, "Bukankah Nabi tidak pernah marah kepada istrinya?
Bukankah beliau adalah orang yang paling sabar, orang yang paling baik
akhlaknya?" Iya, betul. Tetapi bukan berarti Nabi tidak pernah marah.
Nabi pernah marah kepada keluarganya, Nabi pun pernah kecewa dengan
keluarganya. Tetapi marahnya, kecewanya, tidak dilampiaskan dengan membabi
buta, memukul, menghina, menyakiti, itulah yang disimpulkan oleh Aisyah
Radhiyallahu Ta'ala 'anha. Beliau mengatakan
ِ خ
اد ًما َ ب وال
َ ض َر ُّ ول اهللَِّ ـ صلى اهلل عليه وسلم ـ ِبيَ ِد ِه َق
َ َط لم ا ْم َرأَةً َوال ُ سُ ب َر َ َما
َ ض َر
Nabi tidak pernah memukul dengan tangannya, Nabi tidak pernah menggunakan
tangannya untuk memukul seseorang sama sekali, tidak istrinya, tidak budaknya
Kecuali bila agama Allāh telah dinodai, maka bila beliau mendapat agama Allāh
dinodai beliau akan segera bangkit menuntut menegakkan hukum Allāh
Subhanahu wa Ta'ala.
Ketika beliau marah, beliau tidak lepas kontrol, sebagaimana ketika beliau
senang beliau juga tidak lepas kontrol. Beliau tetap berada dalam kendali, beliau
tetap berada dalam koridor syari’at.
Ini keteladanan yang seharusnya kita bangun. Sehingga pada saatnya betul-
betul kita akan secara natural (alami) hati kita berawal dari kita, hati kita
kemudian berlanjut dengan lisan kita. Kita akan berikrar Baiti Jannati ()بيتي جنتي.
Apalagi kalau semuanya itu, rumah tangga itu dibangun dengan nuansa ibadah,
apapun yang dilakukan itu tujuannya adalah untuk menegakkan ibadah ihtisab
alallah ()إحتساب علي اهلل.
Ketika suami memberi nafkah, ketika suami bersabar dengan istrinya bukan
karena takut, bukan karena dituntut, bukan karena merasa terhina, atau
terpaksa, tidak. Semuanya itu karena ibadah.
Suatu hari Nabi shallallahu alayhi wa sallam bersabda menggambarkan fakta ini,
dan ini nyata dalam kehidupan beliau. Bahwa apapun yang engkau berikan
kepada istrimu termasuk sesuap makanan yang engkau berikan,
“Sesuap makanan yang engkau berikan kepada istrimu itu adalah bernilai ibadah
yaitu bernilai sedekah.
َ ضعِ أ َ َح ِد ُك ْم
ص َد َق ٌة ْ َو ِفي ُب
“Ketika engkau menggauli istrimu maka itu bernilai ibadah (bernilai sedekah).
Subhanallah. Pola pikir yang dibangun begitu indah, andai kita semua mampu
meneladani sehingga apapun yang kita lakukan
Kita duduk di rumah ataupun kita pergi berakti tas (bekerja), berkarya ataupun
kita meladeni istri kita dalam berbicara, bercengkrama, semuanya kita niatkan
untuk ibadah kepada Allāh. Niscaya rumah tangga kita betul-betul rumah tangga
yang akan harmonis dan aura surga itu akan betul-betul terasa dalam rumah
tangga kita.
fi
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan
lebihnya mohon maaf.
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SENIN
| _24 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _29 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-006
📖 *Visi dan Misi dalam Rumah Tangga (Bagian Pertama)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kehidupan rumah tangga yang dialami atau dijalani oleh masing-masing kita
pasti ada arah dan tujuan. Sebagian kita mungkin memiliki orientasi untuk
mengantarkan keluarga ini menjadi keluarga yang kaya-raya penuh dengan
fasilitas, kesenangan, dan kemewahan
Bisa jadi dari sebagian kita punya orientasi pendidikan, ingin menjadikan
keluarga ini adalah keluarga yang terpelajar, memiliki titel akademik yang tinggi.
Bisa pula ada dari kita yang memiliki orientasi sosial agar suami dan istri memiliki
karier sosial yang tinggi, anak-anak pun kelak agar memiliki status sosial yang
terpandang
Namun saya yakin, masing-masing kita memiliki orientasi yang lebih mulia dari
semua ini. Membangun rumah tangga bukan untuk mengumpulkan harta
kekayaan, karena apalah arti kekayaan, apalah arti harta bagi rumah tangga kita
kalau ternyata harta itu hanya menjadi biang datangnya petaka
fi
.
Allāh Subhanahu wa Ta'ala telah kisahkan dalam Al-Qur'an kisah keluarga yang
dengan hartanya mereka celaka. Allāh ceritakan kisah Qarun seorang yang kaya
raya. Allāh juga kisahkan bagaimana Abu Lahab keluarganya menyeret ke dalam
kekufuran sehingga Allāh katakan
"Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan." [QS Al-Masad:
2]
Apalah artinya harta dan apa yang dia dapatkan semasa hidupnya kalau ternyata
Abu Lahab beserta keluarganya kelak akan masuk dalam neraka yang ـب ٖ َات َلـ َهـ ـ ـ ـ ـ ـ
َ ذ
neraka yang apinya berkobar-kobar.
Dalam Al-Qur'an Allāh juga kisahkan, kisah seorang raja yang memiliki orientasi
kekuasaan, keluarga yang orientasinya membangun kejayaan. Fir’aun, ia
membangun kerajaan, kekuasaan dengan segala cara yang dia punya, harta
yang dia kerahkan, pasukan yang dia miliki, semuanya adalah untuk
membangun kekuasaan.
َ ب ٱ ْب ِن لِى ِعن َد َك َب ْي ۭت ًا ِفى ٱ ْل َجن َّ ِة َونَ ِّج ِنى ِمن ِف ْر َع ْو َن َو َع َملِ ِهۦ َونَ ِّج ِنى ِم َن ٱ ْل َق ْوم ِ ٱلظَّـٰلِ ِم
ني ِّ ت ِف ْر َع ْو َن إِذْ َقا َلتْ َر
َ َ وٱ ْم َرأ
[QS At-Tahrim: 11
Dan ingatlah kisah istri Fir'aun tatkala dia terus menerus berdoa kepada Allāh dia
terjerembab, dia terperangkap dalam rumah tangga yang tidak harmonis, rumah
tangga yang tidak Islami, rumah tangga yang tidak mengantarkan kepada
fi
ketaatan, kepada keimanan, tapi rumah tangga yang mengantarkan kepada
kekufuran, keangkara murkaan kesewenang-wenangan. Karena dia berada di
bawah kepemimpinan seorang suami yang ka r dan angkara murka
Namun itu tidak menghalangi istri Fir'aun untuk menjalankan nilai-nilai keimanan
dia, memperjuangkan eksistensi keimanan dia, sehingga dia terus dengan tulus
berdoa kepada Allāh
Ya Allāh aku akan kehilangan, aku akan segera kehilangan istana di dunia ini
karena aku berseberangan dengan suami yaitu Fir'aun pemilik istana dunia,
maka gantikanlah dengan apa?
Dan lindungi aku, selamatkan aku dari kejahatan Fir'aun dan juga kejahatan
perilaku Fir'aun (ulahnya Fir'aun).
Subhanallah, ini adalah potret istri yang memiliki visi sebagai seorang wanita
muslimah.
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf. Dan sebagai penutup
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
fi
.
▪🗓 _SELASA
| _25 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _30 November 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-007
📖 *Visi dan Misi dalam Rumah Tangga (Bagian Kedua)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Allāh kisahkan sejarah keluarga Nabi Luth, perjalanan hidup keluarga Nabi Luth.
Nabi Luth menyeru, berdakwah, menegakkan Islam, mengajarkan akhlak yang
mulia, mencegah kemungkaran, pergaulan bebas, mencegah terjadinya
homoseksual
Namun ternyata Allāh telah pilihkan untuk Nabi Luth seorang istri yang tidak
shalih, seorang istri yang ka rah, seorang istri yang tidak menjalani perintah
suami, tidak tunduk dan patuh kepada suami, tetapi tunduk dan patuh kepada
nafsunya. Tidak taat kepada Rabb-Nya, tetapi taat kepada bisikan setannya
Sehingga istri nabi Luth menjadi pengkhianat terbesar dalam perjalanan dakwah
nabi Luth. Apa yang dia lakukan
fi
_
fi
*
Ketika adzab Allāh telah tiba, murka Allāh telah datang, Allāh selamatkan nabi
Luth beserta orang yang beriman. Allāh perintahkan agar mereka keluar dari
rumahnya pergi dari kampung halaman di tengah malam
Dan Allāh berpesan agar ketika mereka berjalan bergegas, fokus segera
meninggalkan kampung halamannya.
Jangan sekalipun dari satu orang dari kalian yang menoleh ke belakang, agar
betul-betul fokus melarikan diri dari kampung yang akan segera ditimpa adzab
kecuali istrinya, walaupun istrinya diajak pergi oleh nabi Luth. Tanggung jawab
seorang suami untuk menyelamatkan istri dari adzab.
Tetapi apa yang terjadi? Tetap istrinya nabi Luth telah digariskan bahwa dia akan
termasuk orang yang ditimpa adzab, dia berpaling, dia menoleh ke belakang dan
dia pun terkena adzab Allāh Subhanahu wa Ta'ala.
Namun bejatnya istri, rusaknya istri, ka rnya istri, tidak menggoyahkan keimanan
nabi Luth. Sebagaimana keangkaramurkaan Fir'aun tidak menggoyahkan
kekokohan iman istrinya, sehingga mereka tetap beriman menjalankan ketaatan
kepada Allāh karena mereka dalam membangun rumah tangga memiliki visi
yang jelas.
Suami bukanlah Tuhan, istri bukanlah sembahan, tetapi mereka adalah partner
untuk bisa sampai kepada mardhatillah, keridhaan Allāh Subhanahu wa Ta'ala
untuk bisa menegakkan ibadah kepada Allāh.
Tetapi ketika di tengah jalan terbukti mereka adalah partner yang berkhianat,
pasangan yang berkhianat, pengkhianatan istri, pengkhianatan suami, tidak
menjadikan mereka berubah arah dan kemudian kompromi berhenti di tengah-
tengah. TIDAK.
fi
Sejatinya orang-orang yang telah mengikrarkan َُّ َربُّ ـ ـ ـ ـ ـ ـن َــا ٱهللRabb kita adalah Allāh,
kemudian mereka istiqamah dengan perjalanan tersebut.
Kelak di saat malaikat maut menjemput mereka, mencabut nyawa mereka, orang
yang istiqamah di atas jalan Allāh akan dihampiri oleh para malaikat yang
mengabarkan kepadanya
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf. Dan sebagai penutup
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
fi
▪🗓 _RABU
| _26 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _01 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-008
📖 *Visi dan Misi dalam Rumah Tangga (Bagian Ketiga)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Allāh dalam Al-Qur'an menggambarkan bagaimana visi satu rumah tangga yang
istimewa, yang luar biasa.
Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam. Nabi Ibrahim yang menikah dengan Sarah,
telah sekian lama sekian puluh tahun tidak dikaruniai anak keturunan. Maka
Sarah kemudian mengizinkan suami yaitu Nabi Ibrahim untuk menikahi
budaknya yang bernama Hajar.
Dan segeralah Hajar setelah menikah dengan Nabi Ibrahim, Hajar segera hamil
dan kemudian melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail.
Seorang suami, seorang ayah, seorang suami yang telah merindukan hadirnya
buah hati anak keturunan. Kemudian anak tersebut betul-betul lahir ke dunia
dengan selamat. Seorang anak yang tampan rupawan. Wajar, di dalam hatinya
ada benih-benih cinta, rasa bangga rasa senang bagaikan oase di tengah
fi
*
hamparan padang pasir yang tak bertepi. Penantian panjang akhirnya datang
anak keturunan
Padahal Nabi Ibrahim telah mengikrarkan dalam dirinya bahwa dia hanya cinta
kepada Allāh. Dia telah dipilih oleh Allāh, diberi karunia sebagai khalilurrahman
atau khalilullah (Kekasih Allāh) sehingga tidak pantas, tidak patut di dalam
jiwanya, di dalam hatinya ada rasa cinta kepada selain Allāh. Maka Allāh uji
keluarga tersebut.
Nabi Ibrahim diuji untuk membawa Hajar beserta anaknya yang masih kecil,
masih bayi merah untuk diletakkan di sisi Ka'bah (di lembah Mekkah) atau yang
kala itu dikenal dengan lembah qaran (yang tak bertepi). Yang tidak bertuan,
tidak ada penghuni, tidak ada tanaman, gersang, tandus, tidak ada sumber-
sumber kehidupan.
Namun, Nabi Ibrahim sebagai seorang khalil. Yang hanya cinta dan patuh tunduk
kepada Allāh. Diapun patuh atas perintah Allāh ini. Dia tidak membantah, dia
tidak menunda, menganalisa atau bermusyawarah. Dia segera jalankan
Lembah yang tidak bertuan. Lembah yang tidak ada sumber kehidupan. Nabi
Ibrahim tetap bergegas, berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan istrinya.
Inilah pertanyaan yang benar, yang seharusnya muncul dari keluarga yang
muslim atau muslimah. Memastikan bahwa ini adalah perintah Allāh. Ketika
pertanyaan itu betul, maka Nabi Ibrahim menoleh dan menjawab
بلى
”Betul.“
Kemudian Nabi Ibrahim tidak banyak berkomentar, tidak perlu untuk banyak
menjelaskan. Karena Nabi Ibrahim telah mendidik istrinya dengan pendidikan
yang shalih. Sehingga ia (Hajar) langsung paham dan mengetahui apa
konsekuensi jawaban suaminya bahwa ini adalah perintah Allāh. Sehingga Hajar
segera menimpali jawaban suaminya dengan menunjukkan kepastian iman,
kekokohan, ketangguhan iman. Hajar berkata,
َ ُإِذَ ْن الَ ي
ضيِّ ُعنَا اهلل
“Kalau ini adalah perintah Allāh, Allāh tidak mungkin mencelakakan kita. Allāh
tidak mungkin menyia-nyiakan kita.
Subhanallah. Nabi Ibrahim terus bergegas pergi sampai pada satu tempat yang
dia yakini Hajar tidak lagi bisa melihat dirinya. Dia tidak lupa untuk memohon
kepada Allāh
َٱلص َل ٰوة ُ اد َغيْ ِر ِذى ز َْرع ٍ ِعن َد بَيْ ِت َك ْٱمل ُ َح َّرم ِ َربَّنَا لِيُ ِق
َّ ۟ يموا ٍ س َكنتُ ِمن ذُريَّ ِتى ِب َو
ِّ ْ َ َّربَّنَآ إِنِّىٓ أ
Subhanallah. Doa seorang Nabi, seorang suami, seorang ayah, yang betul-betul
beriman mencerminkan keinginan.
Ya Allāh, Wahai Rabb, Wahai Tuhanku. Aku telah meletakkan anak keturunanku
di satu lembah yang tidak ada tanamannya. Artinya tidak ada sumber kehidupan
di sana. Tapi aku lakukan karena aku yakin sumber kehidupan itu datangnya dari
Engkau.
Walaupun tidak ada tanaman, mereka akan bisa bertahan hidup. Karena
kehidupan itu datangnya dari Engkau. Aku letakkan di sana bukan agar mereka
bercocok tanam, agar mereka memiliki ladang yang luas. Tidak.
Aku letakkan di sana, misiku satu, yaitu agar mereka menjadi orang-orang yang
rajin menunaikan shalat. Beribadah hanya kepadaMu. Bukan karena aku
meyakini Mekkah itu subur, sumber kehidupan, prospek masa depan. Tidak.
Aku letakkan di sana agar mereka menjadi orang yang rajin menegakkan shalat.
Kenapa dengan shalat? Karena diletakkan di sisi puing-puing Ka'bah. Di sanalah
tempat shalat ditegakkan. Di sanalah pusat ibadah shalat itu dijalankan. Di
sanalah semua orang shalat itu menghadap
Maka tatkala anak diletakkan di tempat ibadah, di dekat rumah Allāh. Maka visi
seorang ayah yang shalih mengatakan, visi pertamanya rajin shalat.
Subhanallah. Itu doa Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim tidak berkata, “Ya Allāh aku letakkan anakku di tanah yang subur,
jadikan usahanya sukses, dagangannya lancar, pertaniannya sukses.” Tidak.
Di lembah yang tidak ada tanaman, bahkan tidak cocok untuk bercocok tanam,
tapi tempat tersebut adalah tempat untuk menegakkan shalat. Pusatnya orang
shalat adalah di Ka'bah. Maka aku letakkan di sana agar mereka shalat
Urusan rezeki, aku tidak perlu khawatir, aku tidak perlu risaukan. Karena kalau
Engkau sudah cinta kepada mereka, Ya Allāh, kalau mereka sudah menjalankan
ibadah kepadaMu dengan benar, urusan rezeki tidak usah diminta. Pasti Engkau
beri. Tidak usah di nanti pasti akan disampaikan.
Kenapa? Karena Allāh telah berikrar. Dan ikrar ini telah disampaikan kepada
semua Nabi, kepada semua orang yang shalih.
Sehingga tidak perlu risau, tidak perlu galau, tidak perlu takut. Asalkan apa
Asalkan kita menjalankan fungsi hidup kita. Menjalankan visi hidup kita. Yaitu
apa? Beribadah kepada Allāh. Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menegakkan
ibadah kepada Ku” [QS Adz-Dzariyat: 56
ِ َمآ أ ُ ِري ُد ِمن ْ ُهم ِّمن ِّرزْ ٍق َو َمآ أ ُ ِري ُد أَن ُيطْ ِع ُم
ون
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” [QS Adz-Dzariyat: 57
“Karena sejatinya si pemberi rizki, yang memberi rizki itu adalah Allāh.
ْ ٱلص َل ٰو ِة َو
ٱصطَ ِب ْر َع َليْ َها َّ َوأ ْ ُم ْر أ َ ْه َل َك ِب
ٱصطَ ِب ْر َع َل ْي َها
ْ َو
“Karena Kami tidak akan meminta rezeki kepada kalian.” [QS Thaha: 132
Jangan khawatir dengan shalat, kalian sibuk tidak sempat bekerja, tidak perlu
khawatir. Karena apa
“Karena dengan engkau rajin menegakkan shalat, Kami akan jamin rejeki.
Itu yang terjadi, itu yang tersirat dari doa Nabi Ibrahim. Sehingga, Subhanallah.
Dengan ketulusan dan keimanan Nabi Ibrahim, kekuatan tawakal Nabi Ibrahim.
Allāh tunjukkan, Allāh buktikan bahwa Ismail dan istri Nabi Ibrahim yang secara
logika hitung-hitungan manusia mungkin akan segera binasa, kekeringan,
kehausan, dehidrasi, atau mungkin diterkam oleh binatang buas, tapi tidak terjadi
itu semua.
Maka Allāh pun selamatkan mereka. Allāh melindungi mereka dan bahkan Allāh
tunjukkan kepada dunia bahwa Allāh Kuasa menyelamatkan hambanya yang
taat, hambanya yang patuh.
ب
ُ س ُ ِْم ْن َحي
ِ َ ث َال يَ ْحت
Siapa dari kita yang menduga bahwa dari hentakkan kaki Nabi Ismail yang masih
merah (bayi) mampu menjadikan air zam-zam memancar. Subhanallah. Sampai-
sampai Nabi kita Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda
ِ س َم
اعيْ َل َل ْو َل َها َل َكنَا زَ ْمزَ َم َعيْنًا َم ِعيْنًا ِ ر
ْ ِح َم ُه اهللُ أ ُ َّم إ َ
“Semoga Allāh merahmati ibunya Nabi Ismail. Andai bukan pekerjaan dia, andai
bukan dia, niscaya zam-zam itu akan menjadi sungai yang mengalir.” [HR
Bukhari 3364 dan 3365
Kenapa? Pertama kali zam-zam memancar dari kaki Nabi Ismail, Hajar berkata
“Berkumpullah-berkumpullah.
Maka zam-zam itu, sebesar apapun sumbernya, sederas apapun airnya keluar
dari sumber, dia tidak bisa mengalir, tidak bisa tumpah dan kemudian
menyebabkan banjir.
Subhanallah, Allāh beri rejeki, Allāh beri pertolongan dari jalan yang tidak di
duga-duga. Itu seperti implementasi bahwa
ب
ُ س ُ َْويَ ْرزُ ْق ُه ِم ْن َحي
ِ َ ث َال يَ ْحت
“Dan Allāh beri dia rejeki dari jalur yang dia tidak duga-duga.” [QS At-Talaq: 3
Siapa yang menduga bahwa Ismail mampu menggetarkan bumi dan akhirnya
menjadikan bumi mengeluarkan air yang memancar. Siapa yang menduga
bahwa Hajar dan Ismail mampu bertahan hidup di lembah yang gersang
semacam itu. Subhanallah.
Dan mengapa Nabi Ibrahim tega melakukan semua itu? Itu untuk menjadi
pelajaran bagi kita bahwa dengan tawakkal, kalau kita menjalankan perintah,
seburuk apapun kondisinya, segenting apapun suasananya, Allāh tidak akan
pernah membiarkan, Allāh tidak akan pernah mencelakakan, membiarkan
hambaNya celaka.
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf. Dan sebagai penutup
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _KAMIS
| _27 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _02 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-009
📖 *Visi dan Misi dalam Rumah Tangga (Bagian Keempat)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Sebaik-baik suami adalah suami yang bangun malam. Kemudian apa? Dia
shalat semampunya. Setelah dia shalat semampunya, dia bangunkan istrinya
agar turut shalat di tengah malam
fi
,
فإن أبا
Dirangsang agar dia bangun, agar dia ikut turut bermunajat bersimpuh di
hadapan Allāh di tengah gelapnya malam, di kesunyian malam
Itulah rumah tangga yang shalih, itulah rumah tangga yang ideal. Rumah tangga
yang sukses bukan rumah tangga yang mampu membangun istana, bisa
menjadikan, mengantarkan anak keturunannya sebagai raja, menjadi seorang
ilmuwan, professor, pesohor, tidak.
Tetapi rumah tangga yang sukses adalah rumah tangga yang mampu
mengantarkan anggotanya, suaminya, istrinya, anak keturunannya untuk bisa
mengikrarkan dan selalu sadar,
Kemudian mereka Istiqomah dengan ikrar tersebut hingga akhir ajal. Itu adalah
tujuan hidup, itulah tujuan rumah tangga. Rumah tangga dibangun agar di
tengah rumah tangga ini senantiasa dilantunkan ayat-ayat Allāh. Agar di dalam
rumah tangga ini senantiasa ditunaikan shalat-shalat sunnah di dalam rumah
tangga itu. Agar di dalam rumah tangga ini senantiasa terlahir anak keturunan
yang lisannya itu selalu basah dengan dzikir kepada Allāh.
Suatu hari datang seorang lelaki kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam yang
dia berpikir realistis.
ِ شر
َّت َع َلي
ْ س َالم ِ َق ْد َكث ُ َر ْ َائع
ْ اإل َ َ إِ َّن
Ya Rasulullah sejatinya syarat Islam ini sudah terlalu banyak, aku tidak bisa
menjalankan semuanya
ث ِب ِه َ َأَت
ُ َّشب
Yang dengan satu kebaikan ini aku bisa berpegangan, bisa menjadikannya
sebagai modal, obor dalam hidup ku.
َ َِال ل
ِسانُ َك َرطْبًا ِم ْن ِذ ْك ِر اهلل ُ الَ يَز
Ya, aku ajarkan satu hal. Mudah, ringan, tidak butuh biaya, tidak butuh waktu
yang spesial, tempat yang spesial, sederhana sekali. Yaitu lisanmu senantiasa
engkau basahi dengan dzikir kepada Allāh. Subhanallah
. ال اله اال اهلل، ال حول والقوة إال باهلل، سبحان اهلل، استغفراهلل
Karena rumah tangga yang semacam itu, rumah tangga yang senantiasa
bergemuruh suara dzikir kepada Allāh, bergemuruh suara ayat-ayat Al-Qur'an,
setan akan menjauh
Sejatinya setan itu senantiasa jauh dari rumah yang di dalamnya selalu
dibacakan surat Al-Baqarah. [HR Muslim No. 780
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _JUM’AT
| _28 Rabī'u ats-Tsānī 1443H
| _03 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-010
📖 *Tujuan & Manfaat Pernikahan (Bagian Pertama)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kembali saya hadir ke tengah ruang Anda, untuk bersama-sama menata kembali
rumah tangga kita, agar rumah tangga kita betul-betul menjadi ب ـ ـ ـ ـ ـ ـي ـ ـتـ ــي ج ـ ـ ـ ـ ـ ـن ـ ـتـ ــي
(rumahku adalah surgaku)
Sebelum Anda menikah atau kalaupun Anda telah menikah tidak ada salahnya
untuk Anda duduk sesaat termenung, bertanya kembali, “untuk apa kita
menikah?”
Jangan-jangan kita itu menikah hanya karena tuntutan trend, hanya karena
merasa sudah tua, hanya karena merasa menuruti hawa nafsu saja, atau
mungkin karena didesak-desak oleh orang tua agar kita segera menikah dan
menghadirkan cucu untuk orang tua kita
fi
.
Ada tiga golongan manusia yang pasti Allāh akan menolong mereka, satu dari
ketiga golongan tersebut adalah,
Orang yang menikah karena dia merasa sadar terancam, bahwa dia dalam
bahaya, bisa jadi terjerumus dalam dosa maksiat atau perzinahan, agar dia
selamat dari perzinahan, punya benteng yang membentengi dia dari perbuatan
nista maka dia menikah. Karena niat dia adalah luhur. Allāh berjanji Allāh pasti
tolong mereka
Seperti apa pertolongan Allāh? mungkin Anda akan bertanya, seperti apa wujud
konkretnya Allāh itu akan menolong saya. Allāh gambarkan dalam Al-Quran
ۗ ضلِ ِهۦ
ْ َإِن يَ ُكونُوا ۟ فُ َق َرآ َء يُغ ِْن ِه ُم ٱهللَُّ ِمن ف
[QS An-Nur: 32
Kalau mereka anak-anak muda yang menikah itu di saat mereka menikah
ضلِ ِهۦ
ْ َيُغ ِْن ِه ُم ٱهللَُّ ِمن ف
Dan secara de facto, bukti telah banyak orang-orang yang semula ketika mereka
bujang, alih-alih mereka mendapatkan kecukupan, mereka selalu merasa
kekurangan, tetapi subhanallah setelah mereka menikah Allāh berikan
kemudahan. Allāh lancarkan rezekinya.
Banyak anak-anak muda yang berkata, "untuk biaya hidup sendiri saja susah,
bagaimana harus menafkahi istri". Inilah sebuah slogan dan ini adalah ucapan
yang tidak tepat, tidak mencerminkan akan iman
Apakah Anda menjamin rezeki istri Anda, apakah rezeki Anda itu diambil,
direnggut istri Anda, tidak! Istri Anda Allāh ciptakan terlahir ke dunia ini dengan
membawa jatah rezeki, Anda pun terlahir ke dunia dengan membawa jatah
rezeki. Tidak saling mengambil, tidak saling mengurangi
Para ahli qih, para ulama, telah menjelaskan bahwa pernikahan itu memiliki visi
(tujuan) yang sangat mulia dan banyak, bukan hanya satu. Yang terbesar adalah
menjalankan perintah Allāh, menjalankan syariat Allāh, menjalankan kepatuhan
kepada Allāh, karena Allāh menciptakan dunia ini bukan untuk dipandangi,
bukan untuk kemudian disia-siakan dunia ini, Allāh percayakan kepada Anda.
Allāh ciptakan semua yang ada yang ada di dunia ini, untuk apa
Untuk Anda makmurkan, untuk Anda nikmati, untuk Anda manfaatkan, agar apa?
Agar Anda bisa menjalankan perintah, menegakkan ibadah kepada Allāh, agar
Anda memiliki anak keturunan, yang mereka semua nanti akan menegakkan
ketaatan kepada Allāh, memakmurkan, mengisi dunia ini, dengan ibadah kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla
“Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang kalian suka, yang kalian senangi dua,
tiga, atau empat.
Mak
ِ َفَ ٰو
ًح َدة
Sehingga mereka apa yang mereka lakukan? mereka berikrar untuk tidak
menikah, karena mereka menganggap dengan menikah itu menjadikan kita jauh
dari ibadah.
Padahal faktanya tidak demikian, justru dengan menikah kita semakin dekat
dengan ibadah. Karena ibadah itu bukan hanya shalat, bukan hanya puasa tetapi
menikahpun itu adalah bentuk dari ibadah.
َ ضعِ أ َ َح ِد ُك ْم
ص َد َق ٌة ْ َُو ِفى ب
“Dan ketika kalian melampiaskan nafsu birahi dengan menggauli istrimu, maka
kamu akan mendapatkan pahala sedekah.
“Ya Rasulullah apakah kita melampiaskan syahwat (nafsu) kita kemudian kita
mendapatkan pahala.
Ini suatu yang menakjubkan, suatu yang aneh. Nabi memberikan satu gambara
“Allāh menciptakan kalian sebagai manusia yang normal, lelaki ataupun wanita
diciptakan dalam kondisi punya nafsu.
Coba pikirkan kalau dilampiaskan nafsunya di tempat atau dengan cara yang
haram bukankah dia dapat dosa
“Demikian pula kalau dia melampiaskan nafsu itu dengan cara yang halal,
kenapa dapat pahala.” [HR Muslim No. 1006
Iya, melampiaskan nafsu dengan cara yang halal itu adalah bentuk dari
pengakuan bahwa Anda manusia
Anda punya hajat, punya kebutuhan dengan Anda melampiaskan nafsu, itu Anda
mengaku bahwa Anda hamba dan bukan Tuhan. Anda butuh, Anda punya
hasrat, sehebat apapun Anda, sekuat apapun, Anda butuh pada kehadiran
partner, yaitu seorang wanita yang lemah yang akan menyempurnakan hidup
Anda, yang akan menjadikan hidup Anda berarti, yang menjadikan hidup Anda
bermakna
Kekayaan Anda memiliki arti, ketampanan akan ada artinya, keperkasaan Anda
ada rasanya, dengan menikah. Sehingga itu akan semakin menghantarkan Anda
bahwa ternyata Anda makhluk yang lemah, walaupun Anda punya, Anda tidak
akan bisa merasakan. Anda memiliki, tapi Anda tidak bisa menikmatinya kecuali
dengan hadirnya partner yaitu istri
Anda tidak akan bisa merasakan betapa bahagianya seorang suami yang
memberikan nafkah istrinya, memberikan kecukupan kepada istrinya, sampai
Anda menikah
Dan ketahuilah salah satu surat yang istimewa, bahkan dikatakan oleh Nabi
sebagai sepertiga Al-Quran adalah ayat atau surat yang menggambarkan,
menceritakan akan fakta ini
Anda menikah agar Anda bisa menyadari fakta ini, siapapun Anda, Anda adalah
anak manusia lain, anak wanita lain, anak lelaki lain. Dan siapapun Anda, Anda
memiliki anak dan butuh kepada kehadiran anak.
Dulu Anda butuh kepada orang tua Anda, tanpa mereka Anda binasa, tidak
mungkin hadir di dunia ini, sehingga jangan pernah mengaku sebagai Tuhan,
karena pada suatu saat Anda tidak pernah ada di dunia ini.
َ َل ْم َي ُك ْن
ش ْيـًٔا َّمذْ ُك ْو ًرا
Tidak pernah tersebut tidak pernah ada dan setelah Anda, jangan sombong,
jangan lupa bahwa Anda kemarin tidak ada, hadir karena hubungan lelaki dan
wanita.
Dan kemudian setelah Anda dewasa menginjak umur secara alami, secara
natural, jiwa Anda bersuara, jiwa Anda menjerit untuk apa?
Butuh kepada kehadiran seorang anak untuk menjadikan Anda merasa sebagai
manusia yang sempurna, lelaki yang sempurna, wanita yang sempurna. Apalah
artinya laki-laki ketika dia tidak bisa melahirkan seorang anak, apalah arti
seorang wanita ketika dia tidak bisa hamil dan menghadirkan seorang anak.
Semua orang menyadari ini, sehingga dengan lahirnya anak, dengan proses
pernikahan, Anda betul-betul akhirnya sampai pada satu titik, bahwa Anda bukan
Tuhan
Tetapi Anda adalah hamba Allāh, sehingga ketika Anda mengingat orang tua
Anda, Anda akan teringat saya terlahir dari lelaki dan wanita, berarti saya bukan
Tuhan. Dan saatnya nanti Anda melahirkan seorang anak berarti Anda bukan
Tuhan, karena Tuhan it
Sebagaimana Anda dalam rumah tangga, bisa jadi Anda bukan satu-satunya
anak, tetapi Anda punya saudara. Di kampung itu Anda juga bukan satu-satunya
anak, banyak teman sejawat Anda seumuran dengan Anda, sebaya dengan
Anda yang membuktikan bahwa Anda bukan Tuhan, karena apapun yang bisa
Anda lakukan, bisa dilakukan oleh teman-teman And
Fir'aun lakanatullah alaih lupa akan hal ini, keberhasilan, kekayaan, kekuasaan
dia, menjadikan dia lupa daratan, sehingga dia mengatakan
األ َ ْع َلى
ْ أَنَا َربُّ ُك ُم
“Aku adalah Tuhan kalian yang paling perkasa, paling berkuasa.” [QS An Nazi’at:
24
Tetapi, Subhanallah dia tidak bisa mendustakan, Allāh buktikan kepada Fir’aun,
“Bahwa Tuhan itu tidak pernah diperanakkan dan juga tidak pernah beranak.
Fir'aun lupa sejarah boleh, bisa jadi lupa sejarah bahwa dia adalah anak, dia
terlahir melalui proses kelahiran, tetapi seperkasa apapun, se-digjaya apapun
seorang dia tidak bisa melawan hati nurani, bahwa dia rindu untuk bisa
menimang seorang anak
Dia seorang manusia biasa. Seperti apapun sombongnya, hati nuraninya akan
berkata, kehadiran seorang anak yang dia cium, yang dia timang, yang dia goda,
itu adalah salah satu kunci kebahagiaan hidup di dunia.
Maka Allāh jadikan Fir'aun mandul (tidak punya anak keturunan) sehingga
akhirnya dia tergoda untuk mengangkat anak, maka diambil Nabi Musa
Alaihissalam yang oleh orang tuanya telah diletakkan dalam sebuah peti dan
kemudian dihanjutkan ke sungai Nil
Kemudian diambil oleh Fir'aun secara sembunyi-sembunyi, dia mengira tidak ada
yang mengetahui, dia rawat, dia ingin melampiaskan sebagian dari nalurinya
sebagai manusia biasa, menimang anak. Subhanallah
Karena itu ketika Anda ingat orang tua Anda, ingatlah bahwa Allāh
Ketika Anda ingat kepada anak Anda, katakan bahwa Allāh itu tidak Pernah lahir
dan tidak melahirkan.
Ketika Anda rindu kepada istri Anda, naluri sebagai seorang laki-laki atau naluri
sebagai seorang wanita ingin disayangi, ingin dilindungi, ada rindu kepada
pasangan Anda, maka itu adalah satu petir yang menyambar nalar Anda agar
Anda sadar bahwa Anda bukanlah Tuhan
Allāh tidak punya partner, Allāh tidak punya pesaing, Allāh tidak punya pasangan,
Subhanallah. Tidak ada yang bisa menyaingi Allāh Subhanahu wa taal
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SENIN
| _01 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _06 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-11
📖 *Tujuan & Manfaat Pernikahan (Bagian Kedua)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Di antara tujuan kita menikah bukan karena kita hiperseks, gila, haus, nafsu.
Tidak! Selain ibadah, selain betul dalam pernikahan itu melampiaskan nafsu,
tetapi ingat dalam pernikahan konsep tolong-menolong itu nyata.
Sehingga suami harus berpikir bahwa dia menjadi suami bukan untuk
mengeksploitasi. Tapi dia melayani, menyantuni, melindungi, membimbing maka
itu dalam Al-Qur'an Allāh katakan
fi
.
ُ ٱلر َج
ال َق ٰوَّ ُمو َن ِّ
[QS An-Nisa: 34
ِ لر َج ِ ِ ِ ِ
ال َع َل ْي ِه َّن َد َر َج ٌة ِّ َو َل ُه َّن مث ْ ُل ٱ َّلذى َع َل ْي ِه َّن ِب ْٱمل َ ْع ُروف َول
“Kaum wanita itu punya hak yang harus engkau tunaikan wahai kaum lelaki,
wahai kaum suami. Yang hak wanita itu setimpal dengan kewajiban yang mereka
jalankan.” [QS Al-Baqarah: 228
Sehingga dalam rumah tangga bukan hanya eksploitasi, tapi yang lebih
dilakukan adalah melayani. Karena itu jangan sampai menjadi suami yang hobi
menginventaris hak. Tetapi jadilah suami yang rajin menginventaris kewajiban.
Kewajiban diri Anda kepada istri. Kalau Anda sebagai seorang wanita, kewajiban
sebagai seorang istri apa yang harus Anda lakukan untuk suami. Sehingga
terjadi kesetiaan yang timbal balik karena semangat menikah bukan eksploitasi.
Menikah itu adalah melayani, menikah itu adalah melindungi, menikah itu adalah
untuk memberi, bukan mengemis. Kita menikah bukan untuk mengemis cinta.
Kita menikah bukan untuk mengemis pelayanan, tetapi kita menikah untuk
memberi kedermawanan. Jiwa seorang mukmin telah ditanam oleh Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam dengan sabdanya
Istripun demikian, tidak sepatutnya istri itu hanya mengeksploitasi suami. Apa
yang saya dapat? Apa lagi yang saya harus minta dari suami? Tetapi istri
sepatutnya menjadi istri yang dermawan. Yang terus melayani dan terus
melayani tanpa pamrih.
Kalau wanita itu sudah rajin menunaikan shalat lima waktu, senantiasa berpuasa
Ramadhan dan senantiasa tunduk patuh kepada suaminya. Apa yang terjadi?
“Cukup sebagai dosa besar yang akan menjerumuskan engkau ke dalam neraka
bila engkau itu telah menelantarkan nafkah orang yang wajib engkau nafkahi.”
Dan para ulama sepakat orang pertama yang harus dinafkahi adalah istri dan
anak keturunannya. Karena itu jangan jadi suami yang bermental pengemis,
jangan menjadi istri yang bermental sebagai pengemis. Jadilah suami, jadilah
istri yang bermenta
ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا
Itu yang digambarkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Ta'ala Anhu. Ketika
suatu hari didapatkan beliau berdandan cakep, ganteng, rupawan, tampan
rupawan.
Aku berdandan, aku senang berdandan karena aku pun senang bila istriku
berdandan. Jadi aku berdandan bukan agar engkau puji. Tapi agar istriku
senang. Sebagaimana kalau istriku berdandan tampak cantik jelita aku pun
senang.
Muhammad ibn Ali ibn Ali Husain bin Abi Thalib, atau yang lebih dikenal dengan
Muhammad al-Hana yah. Suatu hari menemui tamu, menemui murid-muridnya
dengan menggunakan kain syal yang berwarna merah kemudian janggutnya
atau jenggotnya meneteskan misk. Sehingga sangat harum sekali beliau
menemui tamu.
Apa katanya? Ini syal yang melekat di punggung ini adalah, itu baru saja
dipakaikan oleh istriku ketika aku hendak keluar. Istriku yang mendandani. Dan
minyak wangi yang menetes dari janggut ku ini adalah istriku yang memberi.
Subhanallah.
Tentu istri ingin suaminya semerbak harum. Penampilannya tampan. Jadi dia
berdandan bukan untuk Anda. Jangan kira saya berdandan karena Anda. Tapi ini
berdandan adalah untuk menuruti hasrat istri. Memuaskan kemauan istri.
Subhanallah
fi
.
Sekali lagi jangan jadi suami yang bermental pengemis, istri yang bermental
pengemis. Tapi jadilah suami yang bermental dermawan, menyantuni,
melindungi, melayani.
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SELASA
| _02 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _07 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-12
📖 *Tujuan & Manfaat Pernikahan (Bagian Ketiga)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Di antara tujuan kita menikah selain menikah itu adalah sebuah ibadah,
pernikahan adalah mengantarkan Anda untuk mengakui tentang keEsaan Allāh.
Di antara tanda keagungan Allāh, adalah Allāh menciptakan dari diri kalian
pasangan-pasangan kalian ـس ُـك ن ُـ ٓوا ۟ إِ َل ـ ـ ـ ـ ـ ـيْـ َـهـا
ِّلـت َـ ْـ- agar kalian mendapatkan kedamaian,
ketika kalian kembali kepada istri-istri kalian atau kepada pasangan kalian
Di antara tujuan kita menikah, tujuan menikah salah satunya adalah Anda
melangsungkan, menjadi bagian dari tongkat estafet kepemimpinan di muka
bumi ini.
fi
.
"Dan ingatlah tatkala Rabb-Mu berkata kepada para malaikat, Aku akan
menciptakan khalifah/pemimpin di muka bumi ini." [QS Al-Baqarah: 30
Dan Allāh dalam ayat lain, Allāh juga dengan tegas mengatakan:
Andai dunia ini tidak dimakmurkan, tidak diramaikan dengan ibadah maka dunia
ini tidak ada artinya dihadapan Allāh.
Kata Nabi: "Dunia ini terkutuk, jauh dari kasih sayang Allāh jauh dari rahmat Allāh
Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana penghuninya, semua jauh dari kasih sayang
Allāh.
Kecuali segala sesuatu yang itu adalah dzikir kepada Allāh atau hal yang
mendukung terlaksananya dzikir ibadah kepada Allāh Subhanahu wa Ta'ala
Dan pernikahan itu menjadi salah satu ketentuan alam yang telah Allāh tentukan
agar di dunia ini terus tercipta, terlahir hamba-hamba Allāh yang akan
mengikrarkan, beribadah kepada Allāh menegakkan dzikir kepada Allāh
Subhanahu wa Ta’ala
Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang penyayang ()ال ـ َو ُد ْو َد, subur ()ا ْل ـ َو ُل ـ ْو َد. Karena
aku nanti dihadapan Allāh akan saling membandingkan (berbanding-bandingan)
umat dengan para nabi
Karena beliau mendapat tugas dari Allāh Subhanahu wa Ta'ala sebagai seorang
Rasul, sebagai seorang Nabi untuk mengajak manusia mengikrarkan,
melantunkan ibadah, mengikrarkan tauhid, ibadah kepada Allāh Subhanahu wa
Ta’ala yang itu merupakan fungsi dari diciptakannya manusia
Di antara tujuan pernikahan yang ini menjadi poin terakhir yang saya sampaikan
pada kesempatan ini, bahwa pernikahan itu adalah suatu benteng yang kokoh,
suatu bata yang harus kita susun untuk menciptakan masyarakat yang muslim
dan muslimah
Kalau rumah tangga itu harmonis maka seluruh masyarakat pun akan segera
harmonis, tapi ketika rumah tangga itu rusak, satu rumah tangga rusak, satu
rumah tangga lagi rusak, maka tatanan masyarakat itu akan rusak semuanya
Untuk itu kita harus sadar bahwa baiknya masyarakat majunya suatu negeri,
jayanya suatu negeri diawali dari rumah tangga. Bagaimana Anda mendidik anak
keturunan Anda. Bagaimana Anda tolong menolong membangun generasi masa
depan
Anda, ketika Anda menikah bukan lagi saatnya untuk berpikir, "Saya mencari
kepuasan seksual, mencari kepuasan ini dan itu", Tidak!
Tetapi Anda harus berorientasi ke depan dari rumah tangga inilah akan terlahir
pemimpin-pemimpin di masa depan. Dari keluarga ini akan terlahir orang-orang
shalih yang akan memimpin dunia ini, memakmurkan dunia ini dengan ibadah
kepada Allāh Subhanahu wa Ta’ala
Oleh karena itu Nabi dulu berpesan kepada kaum suami (calon-calon suami),
beliau mengatakan
"Kalau kalian ingin menikah, menyalurkan nafsu, pilihlah di mana engkau akan
meletakkan benihmu itu, jangan sembarangan engkau menikah yang penting
cantik jelita
Wanita itu dinikahi karena empat alasan (biasanya empat alasan). Karena
kecantikan, harta, jabatan (kedudukan), dan karena agama
ِ فَاظْفَر ِبذ
ِ َات ال ِّد
ين ْ
Karena dari wanita yang shalihah akan terlahir generasi-generasi yang shalih
dan shalihah, sebaliknya demikian pula jangan nikahkan anak Anda dengan
orang yang kaya, tampan tapi tidak mempunyai agama.
ض ْو َن ِدين َ ُه
َ إِذَا أَتَا ُك ْم َم ْن تَ ْر
Kalau datang kepadamu lelaki yang agamanya engkau ridhai, agamanya baik
خ ُل َق ُه
ُ َو
"
Akhlaknya baik,
ِ َ فأ
- نك ُحوا
Nikahkan dia, terima lamarannya karena dari merekalah akan terlahir generasi-
generasi yang shalih
Generasi masa depan pemimpin masa depan terletak pada rumah tangga. Masa
depan negara kita sangat bergantung kepada kesuksesan kita membangun
rumah tangga.
Karena itu jangan lihat rumah tangga itu hanya kesenangan sesaat tetapi itu
adalah kesuksesan masa depan, masa depan negara kita, masa depan bangsa
kita, masa depan masyarakat kita, sangat bergantung bagaimana kita menikah,
bagaimana kita mengarungi bahtera rumah tangga ini
Sebagai penutup, saya berpesan tujuan-tujuan yang mulia tersebut tidak akan
bisa terwujud hanya berbekalkan dengan modal kekuatan kita kehebatan ilmu
kita, keluasan pengalaman kita. Tidak!
Semua itu hanya bisa terlaksana dengan pertolongan dan karunia Allāh
Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu senantiasa lantunkanlah doa kepada Allāh,
agar Allāh membenahi rumah tangga kita, membenahi anak keturunan kita
ني
َ حِ ِٱلصـٰل
َّ َب لِى ِم َن
ْ به
ِّ َر
ني
َ حِ ِٱلصـٰل
َّ َب لِى ِم َن
ْ به
ِّ َر
Dan masih banyak lagi doa-doa yang dicontohkan oleh para ulama, para orang-
orang shalih dan para Nabi tentunya, bagaimana kita terus bersandar kepada
Allāh, memohon kepada Allāh agar rumah tangga kita betul-betul menjadi baitiy
jannatiy ()بيتي جنتي.
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _RABU
| _03 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _08 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-13
📖 *Hukum Pernikahan (Bagian Pertama)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Alhamdulillah kembali saya hadir ke tengah ruang siar Anda untuk bersama-
sama
ِ فَ ِّق ْه ُه ِفي ال ِّد
ين اهلل
Guna mewujudkan mimpi kita semua yaitu, "Baiti Jannati (Rumahku adalah
Surgaku)"
Rumahku adalah Surga duniaku sebelum aku kelak dengan izin Allāh
Subhānahu wa Ta’āla masuk ke dalam Surga di akhirat
Berbicara tentang pernikahan, satu pertanyaan yang sepatutnya Anda jawab dan
kita jawab bersama, sebelum kita melangkah lebih jauh dengan menikah dan
membangun rumah tangga
fi
Dan tentunya sebagaimana itu yang saya alami, ketika kita menikah, atau kita
menghadiri acara-acara semacam itu, seringkali terbetik dalam diri kita ingin
menikah tetapi di saat yang sama pertanyaan lain segera datang dan berkata:
"Apakah hukumnya menikah bagi saya, wajibkah, sunnahkah, mubahkah atau
bahkan bisa jadi haram?".
Karena tentu pernikahan itu bukanlah satu ritual, satu akti tas yang suka-suka
Anda lakukan, karena pernikahan itu adalah menjalankan tuntunan syari'at.
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam suatu hari, ketika mendapatkan satu
fenomena unik di sebagian sahabatnya di mana sebagian pemuda.
Sekali lagi sebagian pemuda dari sahabat beliau bertekad untuk tidak menikah
dengan alasan bahwa menikah itu akan menyibukkan dirinya dari beribadah
kepada Allāh, sedangkan kita diciptakan di dunia ini, kita hadir di dunia ini dalam
rangka menegakkan 'ubudiyyah kepada Allāh.
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menegakkan ibadah
kepada-Ku." (kata Allāh) [QS Adh-Dhariyat: 56]
Sebagian pemuda tersebut berpikir bahwa menikah itu akan menyita banyak
tenaga, waktu, pikiran sehingga konsentrasi kita beribadah kepada Allāh akan
tersita. Maka dia bertekad untuk tidak menikah, apapun risikonya.
Dia sadar bahwa dia butuh, dia punya nafsu, punya syahwat, namun dia
bertekad untuk mengendalikan bahkan mengalahkan nafsu tersebut agar dia
bisa maksimal beribadah kepada Allāh. Itu cara pandang beliau
Tapi Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, beliau diutus dengan ـح ِـن ي ِــف يَّـ ُة
ِديْ ـ ـ ـ ـ ـ ــن ا ْل َـagama
yang moderat, agama yang tengah-tengah, tidak ekstrem kanan ataupun
ekstrem kiri.
Mengetahui gejala yang tidak sehat ini, beliau segera mencari pemuda tersebut
dan berusaha meluruskan cara pandangnya. Bahwa pernikahan itu tidak
sepatutnya diperadukan dengan ibadah kepada Allāh.
fi
.
Kenapa? Karena pernikahan bagian dari perintah Allāh, pernikahan bagian dari
syariat Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam yang bila kita lakukan dengan
benar itu akan menjadi ibadah tersendiri, bukan hanya shalat, puasa, haji atau
berdzikir tapi menikahpun menjadi ibadah
Ingin mengoptimalkan waktunya untuk beribadah puasa di siang hari dan shalat
di malam hari.
Beliau mengatakan:
"Sungguh aku adalah orang yang paling khasyah, paling takut dan paling
bertakwa kepada Allāh dibandingkan kalian semua, walau demikian
kesempurnaan takwa, kesempurnaan khasyah yang aku miliki tidak menjadikan
aku terhalangi dari makan dan minum, tidur, dan juga dari menikahi wanita.
ْس ِمنِّي
َ ْسن َّ ِتيْ فَ َلي َ فَ َم ْن َر ِغ
ُ ب َع ْن
"
"
"
"
Kata Nabi: Dia tidaklah termasuk dari umatku, dia tidak sedang menjalankan
tuntunanku.
Karenanya wajar dan juga seharusnya Anda senantiasa berkata dan bertanya
kepada diri Anda agar Anda tidak salah langkah
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf kepada Anda, di manapun Anda berada dan sebagai penutup
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _KAMIS
| _04 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _09 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-14
📖 *Hukum Pernikahan (Bagian Kedua)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Karena inti dari semua itu hanyalah melampiaskan nafsu, melampiaskan hasrat,
sebagaimana Anda berhasrat untuk makan, Anda juga berhasrat untuk
berhubung badan. Sebagaimana makan dan minum itu mubah, maka
berhubungan badan melalui prosesi pernikahan itu juga mubah. Demikian logika
sebagian ulama
fi
*
fi
Sebagian ulama lagi mengatakan tidak, pernikahan itu sunnah bagi semua
orang, baik pemuda tua yang sudah menikah ataupun yang belum menikah,
semuanya sunnah.
Kenapa? Karena dengan jelas Nabi menyatakan bahwa pernikahan itu adalah
sunnah, itu adalah tuntunan Nabi. Maka berarti menikah itu sunnah hukumnya
Sebagian lagi berkata tidak demikian, pernikahan itu bahkan hukumnya wajib.
Kenapa demikian? Karena, kalau Anda tidak menikah maka sangat
dimungkinkan Anda terjerumus dalam perzinaan, karena melawan kebutuhan
biologis itu sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia
Sebagaimana Anda tidak akan pernah kuasa melawan kantuk, Anda pasti tidur.
Anda juga tidak akan kuasa melawan rasa lapar dan dahaga, cepat atau lambat
kalau Anda paksakan tidak makan dan tidak minum Anda akan binasa
Kalau Anda ingin tetap bertahan hidup, Anda harus makan dan minum,
sebagaimana halnya dengan kebutuhan biologis Anda yang satu ini yaitu
kebutuhan akan melampiaskan nafsu birahi Anda.
Anda tidak akan kuasa menahannya terus menerus. Mungkin sesaat mungkin
dalam satu kondisi Anda mampu, tapi untuk seterusnya tidak. Anda cepat atau
lambat akan terkalahkan dan akan terjerumus dalam perbuatan dosa.
Dengan kata lain untuk Anda bisa terhindar dari perbuatan zina, untuk Anda bisa
terhindar dari perbuatan maksiat melampiaskan nafsu birahi dengan cara-cara
yang tidak dibenarkan, dengan cara-cara yang menyimpang dari aturan syariat.
Tidak ada cara lain kecuali dengan cara menikah, karena Allāh Subhānahu wa
Ta'āla telah ber rman:
Dan orang-orang yang senatiasa menjaga kemaluan mereka, kecuali dari istri-
istri mereka atau pun budak-budak (hamba sahaya) yang mereka miliki. Tatkala
mereka melampiaskan nafsunya kepada istri atau pun kepada budak (hamba
sahayanya) maka mereka tidaklah tercela." [QS Al-Mukminun: 5-6
Alias ketika Anda melampiaskannya dengan cara-cara lain, tidak dengan cara
menikah, tidak dengan cara melampiaskan kepada budak (hamba sahaya) Anda,
sudah bisa dipastikan Anda akan terjerumus dalam perbuatan dosa yaitu zina
Dan karena perbuatan zina tidak mungkin bisa dihindari kecuali dengan cara
menikah maka sebagian ulama menyimpulkan, berarti pernikahan itu wajib
hukumnya. Kenapa demikian? Karena
ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب و ما َال يتم ترك الحرم اال به و هو واجب
Meninggalkan zina itu hukumnya wajib, dan untuk bisa meninggalkan zina, tidak
mungkin bisa Anda lakukan secara continue (terus menerus) kecuali dengan
cara menikah, dengan cara melampiaskan nafsu birahi Anda dengan menikah
Namun demikian tentu kalau kita renungkan dengan baik, kita analisa kembali
berbagai pendapat di atas, berbagai dalil yang mereka utarakan niscaya dalil-
dalil yang mereka utarakan tersebut sejatinya tidak saling beradu, tidak saling
bertentangan bahkan saling melengkapi
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf kepada Anda, di manapun Anda berada
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _JUM’AT
| _05 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _10 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-15
📖 *Hukum Pernikahan (Bagian Ketiga)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Sebagian ulama berpendapat bahwa nikah itu bagi sebagian orang hukumnya
wajib yaitu bagi orang-orang yang tidak bisa terhindar dari perbuatan zina kecuali
dengan cara menikah dan secara nansial dia mampu, secara sik dia mampu
Maka orang yang sudah merasa terancam dalam kondisi bahaya akan
terjerumus dalam perbuatan zina, maka hukumnya wajib bagi dia untuk menikah
Tetapi ada orang-orang yang dia mampu untuk menikah, namun dia belum
berada dalam kondisi yang genting, belum berada dalam kondisi yang gawat.
Dia masih mampu membentangi dirinya dengan berbagai akti tas lain
Dengan bekerja, dengan berpuasa, sehingga dia masih merasa aman dari
ancaman perbuatan zina apalagi dia berada dalam komunitas yang sehat, jauh
fi
d
fi
*
fi
fi
.
dari pergaulan bebas dari pemandangan yang mengumbar aurat. Dia jauh dari
semuanya itu, maka orang semacam ini hukumnya sunnah untuk menikah
Kenapa demikian? Karena sejatinya para ulama telah sepakat pernikahan itu
adalah suatu hal yang dianjurkan, sesuatu yang disyari'atkan dan membawa
banyak maslahat, banyak manfaat.
Sebagaimana istri, dengan menikah terbuka baginya pintu ibadah yang luar
biasa yaitu pintu surga semakin dekat dengannya. Rasulullah shallallahu 'alayhi
wa sallam bersabda
Bila wanita itu telah rajin menunaikan shalat lima waktu, dia juga rajin puasa
Ramadhan, dan dia taat kepada suaminya, maka kelak di hari kiamat wanita
tersebut akan mendapatkan kabar gembira.
Tentunya ini suatu fadhilah (keutamaan) yang tidak mungkin didapat oleh wanita
tanpa menikah. Sehingga tidak diragukan dengan berbagai pertimbangan ini,
pernikahan itu sunnah bagi Anda, walaupun Anda tidak merasa terancam dari
perbuatan zina.
"
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri ada orang-orang yang pernikahan itu kurang
dianjurkan alias makruh baginya
Kenapa? Walaupun dia memiliki hasrat, memiliki nafsu tetapi secara nansial dia
belum mampu menjalankan tanggung jawab sebagai seorang suami ataupun
sebagai seorang istri.
يقوت
ُ َ ُإثما أن ي
ضيِّعَ من ِ
ً باملرء كفى
"Cukuplah sebagai dosa yang besar yang dapat menjerumuskan Anda ke dalam
neraka bila Anda telah mengabaikan (menelantarkan) nafkah orang yang wajib
engkau nafkahi yaitu anak dan istrimu.
Sebagaimana di sisi lain, ketika istri belum mampu untuk menunaikan kewajiban
sebagai seorang istri. Belum memiliki kedewasaan sikap, belum memiliki
kematangan mental, sehingga walaupun mungkin secara sik dia sudah besar,
dewasa, sudah baligh.
"
fi
:
fi
فبات غضبان عليها
Maka para malaikat akan melaknati wanita tersebut sampai pagi hari
Subhanallah, tentu ini ancaman yang berat, wanita yang belum memiliki
kedewasaan sikap, belum memiliki kematangan mental. Berpotensi ketika dia
menikah sebelum memiliki semua itu, berpotensi untuk terjerumus ke dalam
dosa. Bukan mendapatkan pahala (justru mendapatkan dosa)
Apalagi wanita tersebut belum merasa terancam, masih hidup dalam kondisi
rumah tangga yang kondusif. Maka pernikahan bagi mereka bisa jadi hukumnya
makruh karena ada kondisi yang dilematis, ada peluang mendapatkan pahala
besar, tapi juga ada peluang terjatuh dalam dosa yang besar pula
Wahai para pemuda! Siapapun dari kalian yang sudah mampu menanggung
tanggung jawab sebagai suami, membangun rumah tangga, menafkahi istri
Karena tidak diragukan, kalau sudah mampu kemudian menikah tentu lelaki
tersebut akan mendapatkan banyak manfaat, banyak pahala terbuka baginya
pintu kebaikan yang sangat besar
fi
!
Membentengi dirinya agar tidak terjerumus agar tidak terseret dalam perbuatan
dosa agar tidak terus dibanjiri oleh darah muda sehingga nafsunya bergejolak.
Hendaknya dia berpuasa
Bagi pemuda yang belum mampu menjalankan tanggung jawab sebagai suami
atau sebagai istri, bisa jadi pernikahan bagi mereka makruh karena mereka
dalam kondisi dilematis
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf kepada Anda, di manapun Anda berada
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
fi
.
▪🗓 _SENIN
| _08 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _13 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-16
📖 *Hukum Pernikahan (Bagian Keempat)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Sebagian ulama mengatakan bisa jadi pernikahan itu haram hukumnya. Kapan
itu? Kalau ternyata Anda betul-betul yakin bahwa Anda tidak akan bisa
menunaikan hak-hak sebagai seorang suami, hak-hak istri ataupun hak-hak
suami.
Kenapa? Karena pernikahan itu bukan ritual yang hampa. Pernikahan itu adalah
suatu akad yang kemudian diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi berupa
kewajiban menunaikan hak istri ataupun suami. Dan juga pernikahan akan
menjadikan Anda memiliki hak untuk mendapatkan layanan dari pasangan Anda
ِ لر َج ِ ِ ِ ِ
ۗ ال َع َليْ ِه َّن َد َر َج ٌة ِّ َو َل ُه َّن مث ْ ُل ٱ َّلذى َع َليْ ِه َّن ِب ْٱمل َ ْع ُروف ۚ َول
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya.” [QS Al-Baqarah: 228
fi
d
fi
َو َل ُه َّن
Bagi kaum wanita, bagi istri-istri kalian
ِ لر َج
ال َع َليْ ِه َّن َد َر َج ٌة ِ
ِّ َول
Dan bagi kaum lelaki, kaum suami memiliki satu derajat yang lebih tinggi
Karena itu dalam struktur organisasi rumah tangga, walaupun hak istri setimpal
sebanding dengan kewajiban istri, hak suami sebanding dengan kewajiban
suami, walaupun tidak sama bentuk dan macamnya, tetapi ditinjau dari bobotnya
ditinjau dari manfaatnya hak istri sebanding dengan kewajiban istri hak suami
sebanding senilai dengan kewajiban suami
Namun demikian lelaki memiliki satu tingkatan yang lebih tinggi dibanding
wanita. Kenapa? Karena Allāh telah pilih baik secara sik, secara kodrat,
ataupun secara tanggungjawab. Lelaki kedudukannya lebih tinggi dibanding
wanita
ِ س
آء َ ِّ ال َق ٰوَّ ُمو َن َع َلى ٱلن
ُ ٱلر َج
ِّ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” [QS An-Nisa : 34
Sekali lagi, ini adalah satu level yang membuktikan bahwa lelaki lebih tinggi
kedudukannya dibanding wanita. Karena itu tuntutan rumah tangga, tidak
mungkin mereka setingkat. Karena ketika mereka sama tingkatnya pasti terjadi
perseteruan panjang yang tidak ada ujungnya
Karena itu Allāh kondisikan struktur organisasi rumah tangga, suami adalah
pemimpin, wanita adalah yang dipimpin. Bahkan Nabi shallallahu 'alayhi wa
sallam menjelaskan akan tanggungjawab ini
fi
,
fi
.
س ُج َد لِبَ ْع ِها َوذَلِ َك لِيْ ِعظَم ِ َح ِّق ِه َع َليْ َها ُ س ُج َد ِأل َ َح ٍد َأل َ َم ْر
ْ َت ْامل َ ْرأَةَ أ َ ْن ت ِ َُل ْو ُكنْت
ْ َآم ًرا ِأل َ َح ٍد أ َ ْن ي
Atau bagi wanita-wanita yang kalau dia menikah justru akan terjerumus dalam
dosa. Bagaimana contohnya? Contohnya wanita-wanita yang bisa dipastikan dia
tidak akan mampu menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri, misalnya dia
cacat.
Sehingga tidak mungkin dia melayani suaminya dalam hubungan badan. Maka
dalam kondisi semacam ini pernikahan bisa jadi haram atas mereka. Karena
pernikahan tidak membawa manfaat yang besar, justru membawa petaka yang
besar bagi mereka.
Dan, Wallahu Ta'ala A'lam. Pendapat yang keempat ini adalah pendapat yang
lebih realistis dan lebih sejalan dengan fakta di lapangan, serta dalil. Dalil yang
ada, dalil-dalil yang banyak yang kemudian dengan pendapat ini semuanya itu
dapat disinkronkan sehingga saling menyempurnakan, bukan saling
bertentangan
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini. Kurang dan lebihnya saya
mohon maaf kepada Anda dimanapun Anda berada.
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SELASA
| _09 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _14 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-17
📖 *Hukum Poligami (Bagian Pertama)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Pada sesi sebelumnya kita telah menyelami pernyataan Al-Imam Al-Mualif Abu
Syuja' Rahimahullahu Ta'ala dalam Kitabnya Matan Ghayyah Fi al-Ikhtishar
dalam Bab an-Nikah. Yang kalau itu Beliau menyatakan
ويستحب
Nikah itu hukumnya sunnah. Mustahab bagi orang yang merasa perlu untuk
menikah dalam rangka menyalurkan hasrat birahinya, dalam rangka
membentengi dirinya dari perbuatan zina.
Namun telah kita sampaikan telah dijabarkan bahwa banyak para ulama yang
kemudian menyatakan bahwa hukum pernikahan tidak tepat bila
digeneralisasikan bahwa semua orang hukumnya sunnah.
fi
*
Yang lebih tepat adalah dirinci sesuai dengan kondisi masing-masing. Bahwa
ada orang yang wajib menikah, ada orang yang sunnah menikah tetapi di saat
yang berbeda ada orang-orang yang haram atasnya untuk menikah. Karena bila
dia menikah hanya akan mendatangkan dosa tanpa membawa pahala
sedikitpun
Kali ini kita sampai pada pernyataan Al-Mualif Rahimahullahu Ta'ala yang
menyatakan
ويجوز للحر أن يجمع بني أربع حرائر وللعبد أن يجمع بني اثنتني
Beliau mengatakan,
Dan boleh bagi seorang yang merdeka (lelaki yang merdeka) untuk menikahi 4
wanita sekaligus. Untuk memiliki istri sebanyak 4 orang. Dan bagi seorang
budak, baginya boleh untuk memiliki istri dua, itu maksimal.
Sehingga ada perbedaan antara lelaki merdeka dengan lelaki hamba sahaya.
Lelaki merdeka maksimal boleh memiliki 4 istri, sedangkan budak dia maksimal
memiliki 2 istri. Tidak boleh lebih.
Karena itu wajar bila ada perbedaan hak. Karena secara tinjauan hukum lelaki
merdeka bila berzina hukumannya dua kali lipat dibanding hukuman lelaki budak
yang berzina.
Kalau lelaki merdeka yang telah menikah dia berzina hukumannya yaitu dirajam,
sedangkan bila dia dalam kondisi bujang maka hukumannya di cambuk
sebanyak 100 kali.
Adapun budak, baik lelaki ataupun wanita bila mereka berzina walaupun mereka
telah menikah maka hukuman maksimalnya hanya di cambuk sebanyak 50 kali.
fi
ِ ٰت ِم َن ٱ ْل َعذ
ۚ َاب ِ صنَـ
َ ف َما َع َلى ْٱمل ُ ْح ْ ش ٍۢة فَ َع َليْ ِه َّن ِن
ُ ص ِ ني ِبفَـ
َ ٰح َ ْ َفَ ِإ ْن أَت
Dan bila, wanita-wanita budak yang telah menikah mereka berzina padahal telah
menikah maka hukumannya adalah separuh dari hukumannya wanita merdeka
yang berzina (yaitu 50 kali cambukan). [QS An-Nisa: 25
Karena hukumannya separuh dari yang merdeka, maka kemudian para ulama
menggunakan analogi terbalik atau qiyas al-‘aks ()قياس العكس.
Berarti haknya wanita budak demikian pula lelaki yang berstatus sebagai budak
haknya hanya separuh dari lelaki merdeka. Kenapa? Karena kewajiban
sebanding dengan hak. Kewajiban dia sebanding dengan hak dia. Kewajiban dia
atau tanggung jawab, konsekuensi dan resikonya hanya dihukumi cambuk 50
kali. Maka logikanya, hak dan kewenangannya pun juga separuh. Karena hak
dan kewajibannya itu berbanding lurus.
يجوز للحر
Boleh bagi seorang yang merdeka itu untuk berpoligami menikahi 4 wanita
sekaligus.
Sekali lagi redaksi penjelasan Beliau sangat jelas. Beliau mengatakan ي ـ ـ ـ ـ ـ ـجـ ــوز
(boleh, mubah). Sehingga di sini dapat disimpulkan bahwa menikah untuk kedua
kalinya, ketiga dan keempat, menikahi wanita kedua, ketiga dan keempat
menurut penjelasan Al Imam Abu Syuja dan ini adalah Mazhab Al Imam As Sya 'i
berbeda dengan menikah untuk kali pertamanya.
مستحب
ٌ النكاح
fi
Nikah itu hukumnya sunnah
Tetapi ketika beliau berbicara tentang poligami untuk menikah kedua kalinya,
ketiga dan keempat, beliau katakan ( يجوزboleh).
Sehingga dapat kita fahami bahwa, menikah pertama itu lebih mu'akad (lebih
ditekankan, lebih dianjurkan) dibanding menikah untuk kedua, ketiga dan
keempatnya. Alias untuk menikahi wanita kedua, ketiga dan keempat. Istri
kedua, ketiga, dan keempat.
Karena menikahi istri kedua, ketiga, dan keempat itu ternyata hukumnya mubah.
Dan kita semua tahu bahwa mubah itu artinya dilakukan tidak dosa, ditinggalkan
juga tidak dosa. Dilakukan tidak mendatangkan pahala, ditinggalkan juga tidak
mendatangkan pahala. Itu arti dari kata mubah.
Berbeda dengan sunnah. Menikah pertama kali, menikah dengan istri pertama
hukumnya sunnah menurut Mazhab Sya 'i. Kalau dilakukan mendapatkan
pahala, kalau ditinggal tidak dosa.
Walaupun telah disampaikan sebelumnya bahwa yang lebih tepat pernikahan itu
hukumnya sesuai dengan kondisi real yang ada pada masing-masing manusia.
Bisa jadi nikah itu hukumnya wajib, bisa jadi sunnah.
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Kurang dan lebihnya
saya mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
fi
▪🗓 _RABU
| _10 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _15 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-18
📖 *Hukum Poligami (Bagian Kedua)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Bila persepsi secara pandang para ulama ternyata membedakan antara nikah
untuk pertama kali dengan nikah (menikahi) istri kedua, ketiga dan keempat,
maka ini menggambarkan tentang dua kedudukan yang berbeda antara
pernikahan ini. Pernikahan perdana dengan pernikahan kedua, ketiga dan
keempat.
Kenapa demikian? ada satu alasan yang sangat mendalam, yang patut kita
renungkan. Pernikahan itu bukan ritual, bukan aktivitas rutinitas yang tidak
memiliki tujuan, tetapi sebaliknya.
Pernikahan baik menikah untuk pertama kali atau sudah pernikahan yang kedua,
ketiga dan seterusnya itu dilakukan dengan tujuan-tujuan yang jelas, tujuan-
tujuan yang mulia
fi
*
Dan yang paling besar tujuannya adalah selain menunaikan ibadah kepada
Allāh, menjalankan kepatuhan kepada Allāh dan Rasul-Nya adalah dalam rangka
membentangi diri anda dari perbuatan zina karena itu Nabi menyatakan
ِ َالشب
،اب َ يَا َم ْع
َّ ش َر
Wahai para pemuda, siapapun dari kalian yang mampu menikah, mampu
membiayai menikah (pernikahan
ِ َ ست
ْطع ْ ََو َم ْن َل ْم ي
[HR. Al-Bukhari (no. 5066) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1402) kitab an-Nikaah,
dan at-Tirmidzi (no. 1087) kitab an-Nikaah
Kemudian Nabi memberikan alasan kenapa orang yang belum mampu secara
nansial dianjurkan untuk berpuasa?
Kata beliau,
َ َض لِ ْلب
ِ َ َوأ َ ْح،صـ ِر ُّ فَ ِإنَّ ُه أ َ َغ
ْ َص ُن ل ْلف
ِ ـرج
ِ َ َوأ َ ْح
ْ َص ُن ل ْلف
ِ ـرج
fi
]
fi
Ada tiga golongan orang yang pasti Allāh akan tolong mereka, salah satu dari
mereka, ketiga orang itu adala
Orang yang menikah dalam rangka membentengi dirinya dari perbuatan yang
haram.
[HR. At-Tirmidzi (no. 1352) kitab an-Nikaah, Ibnu Majah (no. 1512) dan di-
hasankan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Misykaah (no. 3089), Shahiih an-Nasa-i
(no. 3017), dan Shahiihul Jaami’ (no. 3050)
Adapun orang yang menikah kedua, ketiga dan keempat maka lelaki yang telah
memiliki istri, dia sudah memiliki tempat untuk menyalurkan hasratnya, dia sudah
memiliki benteng yang cukup kokoh untuk membentengi dirinya dari perbuatan
zina walaupun belum tentu itu cukup
Tetapi kondisi dia tentu lebih ringan karena ketika dia terdorong nafsu,
berhadapan dengan badai nafsu, godaan wanita, dia memiliki tempat untuk
melampiaskan dan menyalurkam hasratnya, alias ancaman orang yang telah
bersuami dari perbuatan zina lebih ringan. Dorongan untuk berzina itu lebih
ringan dibanding dorongan yang ada pada diri para bujangan
Sehingga kalau orang yang sudah menikah tetap saja berzina, padahal
dorongannya tidak begitu kuat, sedangkan dia sudah memiliki saluran yang halal
maka hukumannya lebih berat, berbeda dengan bujang.
Orang-orang bujang atau pemuda-pemuda bujang karena badai nafsu itu begitu
menggebu, dorongannya begitu besar sedangkan dia belum memiliki saluran
yang halal, maka kalaupun dia berzina hukumannya lebih ringan karena
memang sangat berat untuk bisa mempertahankan diri dari zina
Apa alasannya? kenapa Nabi tidak katakan segera nikahi dia, segera lamar dia,
segera cari tahu alamatnya, segera temui walinya untuk dilamar, untuk dinikahi?
Tetapi Nabi memberikan arahan agar anda segera kembali menemui istri anda.
Alasannya sungguh indah. Beliau katakan
Karena sejatinya istrimu, apapun kondisi istrimu, bisa jadi dia sudah mulai lanjut
usia, bisa jadi dia sudah memiliki anak, bisa jadi badannya pun sudah mulai
gemuk, tidak lagi semampai seperti dulu, bisa jadi kulitnya pun sudah mulai
kendor.
Sehingga apapun yang engkau inginkan dari wanita itu, bisa engkau lakukan,
bisa engkau salurkan kepada istrimu walaupun dia sudah lanjut usia. Walaupun
dia sudah (mungkin) kulitnya kendor, walaupun dia mungkin sudah gemuk, tidak
lagi secantik dulu
Apapun alasannya, apapun kondisinya, apa yang anda inginkan dari wanita itu
bisa engkau dapatkan, bisa engkau salurkan pada istrimu.
Sehingga bila dalam literasi qih sya 'i menikah yang pertama saja yang
hukumnya sunnah maka tentu untuk berpoligami (menikah yang kedua) tentu
lebih ringan statusnya tidak seurgent pernikahan perdana. Karenanya wajar bila
Al Imam Abu Syuja' kemudian mengatakan, "Poligami itu hukumnya mubah".
fi
.
fi
,
Walaupun tentu ketika kita membuat satu generalisasi hukum, berarti semua
orang pun kondisinya sama, tentu ini kurang tepat pula. Karena bisa jadi ada
laki-laki yang dengan satu wanita, dia belum cukup untuk bisa membentengi
dirinya dari perbuatan zina karena nafsunya begitu menggebu, karena kondisi
kehidupan dia (pergaulannya) yang begitu sarat dengan godaan wanita
Kalau dia hanya dengan satu wanita bisa jadi dia terjerumus, tidak cukup bekal
untuk bisa selamat dari perbuatan zina, untuk bisa selamat dari godaan-godaan
wanita. Maka bila kondisi semacam itu tentu akan lebih tepat bila kita katakan
lelaki yang terancam masih tetap terancam dari perbuatan zina bila beristri
dengan satu orang saja maka sunnah bagi dia atau bisa jadi wajib baginya untuk
menikah dengan wanita kedua, ketiga, dan seterusnya
Sehingga potensi untuk terjatuh dalam zina itu lebih kecil dibanding bila dia
belum menikah sama sekali. Sehingga alasan darurat bagi mayoritas orang
mungkin tidak lagi relevan, yang ada bisa jadi adalah alasan-alasan yang bersifat
sekunder dari pernikahan yaitu ingin memperbanyak anak keturunan, bisa jadi
alasannya adalah karena ingin menolong wanita-wanita yang lemah.
Seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam ketika beliau menikahi
para janda, tujuannya bukan karena Nabi ingin membentengi dirinya dari
perbuatan zina, karena beliau kalaupun tidak menikah, beliau tidak akan pernah
berzina
Bisa jadi menikah kedua kali adalah tujuannya adalah dalam rangka mencari
pahala kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena terobsesi dengan sabda Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam
Orang yang paling mulia di umat ini adalah orang yang paling banyak istrinya,
yaitu siapa? Nabi
Tentu meneladani Nabi dengan memiliki istri yang banyak sehingga banyak
bersedekah, banyak menafkahi, banyak mendidik, banyak membina, banyak
merawat anak, dan seterusnya, tentu itu lebih banyak pahalanya dibanding kalau
kita punya hanya satu orang istri
Apalagi Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam sangat senang, sangat girang bila kita
berhasil memperbanyak (berkontribusi) dalam memperbanyak umat beliau
Nikahilah oleh kalian wanita yang ا ْل ـ ـ ـ ـ ـ ـ َو ُدو َد ا ْل ـ ـ ـ ـ ـ ـ َو ُلـ ـ ـ ـ ـ ــو َد, penyayang dan banyak anak
keturunanya (subur) karena sejatinya aku akan berbangga-bangga dengan
jumlah umatku di hadapan para nabi-nabi sebelumku. (HR. Abu Daud no. 2050
dan An Nasai no. 3229. Al Ha zh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits tersebut
hasan
Tentu karena alasan-alasan yang diutarakan tidak sekuat, tidak seurgent alasan
bila anda menikah karena anda takut terjerumus dalam perbuatan zina. Karena
itu wajar bila Al Muallif rahimallahu taala membedakan hukum poligami dengan
hukum menikah
Walaupun sama-sama nikah tetapi karena latar belakang dan alasan yang
berbeda, tujuannya berbeda, tentu wajar bila hukumnya pun berbeda
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini kurang dan lebihnya
saya mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
fi
.
▪🗓 _KAMIS
| _11 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _16 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-19
📖 *Hukum Poligami (Bagian Ketiga)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Bila anda saat ini terobsesi untuk menikah lebih dari satu, maka anda perlu
pikirkan matang-matang, untuk apa anda menikah? Apakah betul anda mampu?
Apakah betul anda menikah karena dorongan nafsu yang masih menggebu?
Kalau tidak anda lakukan, anda akan terus dalam zina? Maka saya sangat
mendukung anda untuk berpoligami.
Tetapi bila alasan itu hanya karena faktor-faktor yang bersifat sementara, hanya
karena anda tergoda kecantikan wanita tersebut, hanya karena nafsu anda yang
sedang menggebu saja, karena lama tidak berjumpa dengan istri, atau sekilas
anda sedang turun, sedang down iman anda sehingga tergoda dengan wanita
lain
Maka bila alasannya itu bersifat sementara alias ketika itu telah terlampiaskan,
kondisi itu telah berubah, bisa jadi anda menyesal, bisa jadi anda sebetulnya
tidak punya kesiapan mental, tidak punya kesiapan nansial, tidak punya
fi
*
fi
kesiapan sik, bisa jadi anda terperosok dalam satu kondisi yang alih-alih
mendatangkan manfaat bagi anda, bisa jadi anda menyesal di belakang hari
karena ternyata anda memikul satu beban yang tidak kuasa anda lakukan
Mencari solusi (alternatif) lain, sampai betul-betul dia mampu menikah baik
nansial ataupun secara sik dan psikologis
Tentu bila pemuda saja yang belum mampu disarankan untuk berpuasa, apalagi
Anda yang sudah menikah, apalagi anda yang sudah memiliki solusi untuk
melampiaskan, menyalurkan hasrat anda, tentu lebih layak untuk diberikan
arahan ini.
Kalau memang satu belum cukup, tapi ternyata anda belum mampu juga baik
secara nansial, secara psikologis, secara sik untuk menikah lebih dari satu
maka solusi yang diberikan Nabi yaitu dengan berpuasa masih relevan bagi
anda.
Tentu anda lebih layak untuk disarankan memperbanyak puasa, dibanding para
bujang yang belum mampu secara nansial yang mereka ternyata juga
disarankan untuk berpuasa. Anda tentu lebih layak untuk berpuasa agar ketika
anda sedang bernafsu, anda berpuasa maka nafsu anda akan terkendali.
fi
fi
fi
fi
fi
fi
fi
Sehingga dengan cara ini poligami itu bisa disikapi dengan bijak, secara
proposional, bukan dipaksakan sekan-akan itu satu-satunya solusi bagi yang
terdorong nafsu, padahal belum tentu nafsu itu bersifat permanen.
Apalagi wanita tersebut memang membutuhkan uluran tangan anda. Untuk anda
naungi, untuk anda bimbing dan anda juga memiliki kesiapan secara mental,
secara nansial untuk menafkahi lebih dari satu wanita, menafkahi banyak anak
tentu anda lebih mulia dibandingkan anda berpangku tangan saja memaksakan
diri untuk mencukupkan diri dengan satu orang wanita. Tentu kita harus bersikap
proporsional
Karena dahulu dikatakan ini adalah sebuah petuah orang-orang bijak, orang-
orang tua di zaman dahulu dan ini selalu relevan di setiap masa.
fi
fi
.
Ketika tidak mampu ternyata memaksakan diri akhirnya apa? keluarga kita, istri
pertama terabaikan hak-haknya, istri kedua pun juga tidak tertunaikan haknya.
Akhirnya alih-alih memiliki istri dua, kedua-duanya malah minta cerai, kedua
keluarganya malah berantakan, anak keturunannya juga tidak terurus, kenapa?
Karena praktek memaksakan diri. Karena itu sekali lagi sikapilah baik pernikahan
pertama ataupun yang kedua, atau ketiga, keempat secara proporsional.
Bercerminlah, kenalilah potensi anda, ketahuilah kemampuan anda, dengan
demikian anda bisa bersikap dengan bijak tanpa keluar dari tuntunan syariat
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini kurang dan lebihnya
saya mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _JUM’AT
| _12 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _17 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-20
📖 *Seorang Merdeka Menikahi Budak
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Berbicara tentang pernikahan, maka tema yang sering menjadi beban pikiran
Anda, terlebih bagi para bujang, dengan siapa saya menikah
Pada sesi sebelumnya telah disampaikan bahwa hukum pernikahan untuk yang
kedua kalinya, ketiga, dan keempat menurut Mazhab Al Imam Sya 'i itu
hukumnya mubah. Alias Anda lakukan atau Anda tinggalkan tidak ada
pahalanya, tidak tidak dosanya.
Kenapa? Karena menurut penilaian Madzhab al-Imam Sya 'i, pernikahan itu tak
ubahnya makan dan minum. Yaitu upaya ataupun satu tindakan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan biologis. Sebagaimana halnya makan dan minum,
tidur, mandi dan lain sebagainya hukumnya mubah.
fi
*
fi
?
fi
yang lebih tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa hukum pernikahan
baik yang pertama ataupun yang kedua sesuai dengan kondisi masing-masing.
Bisa jadi ada orang yang wajib menikah dua, ada yang sunnah, ada yang
bahkan haram atau makruh sesuai dengan kondisi yang ada pada diri masing-
masing
• وخوف العنت
Namun selama Anda belum sampai pada kondisi tersebut, Anda tetap wajib
bersabar. Dan tidak boleh menikahi budak. Alasannya apa? Alasannya karena
Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan jelas ber rman
ِ ٰ ت فَ ِم ۡن َّما َم َلـ َكتۡ اَي َۡمانُ ُك ۡم ِّم ۡن فَتَيٰ ِـت ُك ُم ۡاملُؤ ِۡمن
ت ِ ٰ ت ۡاملُؤ ِۡمن َ ۡطعۡ ِمن ۡ ُك ۡم طَو ًۡال ا َ ۡن يَّن ِۡكحَ ۡامل ُح
ِ ٰ صن ِ َ ست
ۡ ََو َم ۡن َّل ۡم ي
ِ ص نٰـ
Siapapun dari kalian yang tidak mampu untuk menikahi ـت ـح َ ـ
( ُمـ ۡ ـwanita-wanita
merdeka) yang mereka semuanya adalah mukminah. Maka,
fi
,
fi
Anda boleh menikahi budak-budak wanita kalian yang mukminah pula (yang
beriman). Kemudian pada akhir ayat Allāh mengatakan
Kebolehan mengawini budak itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada
kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu. [QS An-Nisa:
25
Adanya restu, adanya izin menikahi budak tersebut syaratnya adalah bila Anda
sudah pada level darurat (emergency), kalau tidak menikah Anda terjerumus
dalam perbuatan zina.
Sehingga dari ayat ini para fuqoha, para ahli qih dalam Madzhab Sya 'i
menyimpulkan bahwa seorang yang merdeka hanya boleh menikahi budak bila
memenuhi 2 kriteria
Dengan demikian bila Anda mampu menikahi wanita yang merdeka atau Anda
tidak dalam kondisi darurat, maka solusinya adalah Anda bersabar atau Anda
berpuasa.
Dan secara tinjauan maslahah, kaidah maslahat bahwa menikahi wanita budak
itu memiliki implikasi, memiliki resiko, konsekuensi yang sangat berat yaitu anak
yang terlahir dari pernikahan lelaki merdeka dengan budak (wanita budak),
anaknya akan berstatus sebagai budak (akan berstatus sebagai budak).
Tentu ini satu mafsadah (satu kerusakan atau satu kerugian besar) yang tidak
sepatutnya Anda lakukan, Anda ceroboh melanggarnya. Karena Anda akan
sengsara, Anda akan menderita tatkala melihat anak-anak Anda berstatus
sebagai budak yang diperdagangkan (diperjualbelikan) oleh majikannya.
Adapun kalau Anda memiliki seorang budak wanita membeli di pasar (budak)
maka Anda bebas menggaulinya tanpa harus menikahinya
fi
,
fi
Namun karena pembahasan budak ini tidak lagi relevan di zaman sekarang,
tidak lagi ada perbudakan maka tidak perlu kita panjang lebarkan
Ini yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Kurang dan lebihnya
mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SENIN
| _15 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _20 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-21
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Pertama
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
نظره الى أجنبية لغير حاجة فغير جائز: ونظر الرجل الى املرأة على سبعة أضرب أحدها
Kata Beliau, lelaki memandangi wanita itu ada 7 kondisi, ada 7 kemungkinan,
ada 7 keadaan.
Yang pertama lelaki itu memandang wanita yang bukan mahram itu tanpa ada
hajah (tidak ada alasan) untuk memandangnya kecuali hanya faktor syahwat
saja, tertarik, penasaran, simpati atau mungkin merasa kasihan atau yang
lainnya. Selama tidak ada alasan yang dibenarkan maka menurut Al Mualif di sini
dan itu disepakati oleh para ulama
فغير جائز
fi
.
َ ْ فَ ِإنَّ َما َل َك األُو َلى َو َلي,َيَا َعلِيّ ُ! الَتُت ْ ِبعِ النَّظْ َرةَ النَّظْ َرة
ستْ َل َك شنية
“Wahai Ali, janganlah engkau terus memandangi wanita. Kalau tidak sengaja
melihat wanita, maka segera palingkan pandanganmu. Kalau engkau terus
pandang maka engkau berdosa. Tetapi ketika Anda tidak sengaja memandang,
engkau tidak sengaja melihat namun terlihat maka segera palingkan.”
(HR Abu Dawud no 2149 (Kitabun Nikah), At-Tirmidzi no 2777 (Kitabul Adab),
dan berkata At-Tirmidzi, Hasan Gharib. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shohihul Jami’ no 7953
Pandangan seketika yang tidak sengaja tidak direncanakan itu, itu dimaafkan.
Tetapi ketika terus-menerus atau diteruskan atau dinikmati, maka itu telah dicatat
sebagai dosa.
Bahkan lebih tegas Nabi mengatakan, bahwa pandangan yang tidak dibenarkan
itu adalah bentuk dari perzinahan. Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wa Sallam
bersabda
Setiap manusia itu pasti pernah berzina. Itu pasti dia lakukan tidak mungkin
tidak.
Kedua kaki zinanya dengan cara melangkah, mendekat, yang semula jauh
kemudian menjadi dekat dengan wanita non mahram.
Dan hati kalau sudah mulai ada pandangan, ada sentuhan, ada langkah kaki
yang mendekat, hati itu akan tergoda, menginginkan, tumbuh hasrat, tumbuh
godaan dan kemudian eksekutornya tentunya adalah kemaluan.
Karenanya kalau tidak ada perlunya, tidak ada alasan yang dibenarkan maka
tundukkan pandangan Anda. Suatu hari Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam
berusaha mengkondisikan sahabatnya
ِ وس في الطُّر
قات َ إِيَّا ُكم َوا ْل ُج ُل
ُ
Tidak ada tempat lain bagi kami yang bisa kami gunakan untuk duduk-duduk
bersama
Kata Nabi, kalau memang kalian ingin tetap duduk di pinggir jalan
َ َض ا ْلب
صر ُّ َغ
Tundukkan pandangan
Dalam hadits lain ada satu kisah ketika Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam sedang
menunaikan Haji ketika Beliau sedang berada di Mina, di atas untanya Beliau
memboncengkan Al-Fadhl Ibnu Abbas. Saudara sepupu Beliau yang dikenal
sangat tampan rupawan.
Setelah dekat, salah seorang dari wanita Khot'am tersebut, dari kabilah Khot'am
bertanya kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam dan ternyata wanita tersebut
adalah wanita yang cantik jelita pula.
Maka Al Fadhl Ibnu Abbas tergoda sehingga walaupun dia sedang bersama
Nabi, Al Fadhl Ibnu Abbas Beliau pun memandangi wanita itu. Sebagaimana
wanita itu pun memandangi Al Fadhl Ibnu Abbas. Sama-sama tergoda. Maka
Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam segera memalingkan wajah Al Fadhl Ibnu
Abbas ke sisi yang lain.
Namun, sekali lagi tnah tetaplah tnah. Al-Fadhl Ibnu Abbas telanjur tergoda.
Sehingga walaupun telah dipalingkan di sisi yang lain Beliau segera menoleh
dari sisi yang lain melihat lagi wanita tersebut.
Maka Nabi pun palingkan lagi dari sisi yang lain, Al Fadhl kembali lagi melihat
dari sisi yang lain. Sampai-sampai Al-Abbas, paman beliau yang melihat
pemandangan ini, Beliau merasa ada sesuatu yang kontradiktif. Sehingga Beliau
berkata kepada Nabi
عمك
ّ يا رسول اهلل مالك عن الوجه ابن
Maka Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam menjelaskan fakta yang sedang terjadi
itu. Dan apa yang dilakukan
ً رأيت شابا
Aku melihat seorang pemuda dan seorang pemudi wanita yang mereka sedang
tergoda.
fi
,
fi
َ ْض َن ِم ْن أَب
صا ِر ِه َّن ْ ْض ِ َ َو ُق ْل لِ ْل ُمؤ ِْمن
ُ ات يَغ
Jadi hukum ini bukan hanya berlaku pada laki-laki tapi juga berlaku pada kaum
wanita. Wanita pun diperintahkan untuk menundukkan pandangan
Fatimah binti Qais Radhiyallahu Ta'ala Anha, suatu hari diceraikan oleh
suaminya sebanyak 3 kali sehingga dia telah mengalami talak Ba'in. Tidak lagi
bisa rujuk kepada suaminya.
Di lain kisah Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam sedang bersama 2 orang istrinya,
kemudian datanglah Ibnu Ummi Maktum ke majelis Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa
Sallam.
Dua kisah ini menjadi petunjuk bahwa kaum wanita pun disyariatkan untuk
menundukkan pandangan.
Namun demikian pendalilan ini bila dikaji lebih lanjut kurang begitu kuat. Terlebih
kalau kita menggunakan kaidah
Tapi kita semua juga sepakat, walaupun ada perbedaan kita semua sepakat
bahwa ceroboh dalam memandang lawan jenis dapat menjerumuskan, menyeret
Anda dalam perbuatan zina.
س ِ س ُم ْو ٌم ِم ْن
َ ْس َهام ِ إِبْلِي َ ُالنَّظْ َرة
ْ س ْه ٌم َم
Pandangan itu adalah panahnya iblis yang telah dibumbui oleh racun. [HR Al-
Hakim
Karenanya, saya Wallahu Ta'ala A'lam lebih cenderung untuk mengajak Anda
semuanya laki ataupun wanita untuk menjaga pandangan. Jangan ceroboh,
jangan gegabah memandang lawan jenis.
Dan tidak diragukan semua orang sepakat bahwa mengumbar pandangan itu
adalah salah satu biang utama terjadinya perbuatan zina atau munculnya hasrat
untuk berzina
Berawal dari berkirim foto, sekedar foto saja seringkali menyebabkan orang itu
tergoda. Tumbuh hasrat untuk berbuat yang tidak senonoh. Apalagi sampai pada
video call, apalagi sampai ketemu langsung, apalagi sambil bertatap muka
langsung. Tentu itu sangat berbahaya sekali
fi
,
Baik, ini yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Kurang dan
lebihnya mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SELASA
| _16 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _21 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-22
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Kedua
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
نظرة الى زوجته أو أمته فيجوز أن ينظر الى ماعدا الفرج منهما: والثاني
fi
.
Walaupun dia istri, tidak sepatutnya dia melihat. Demikian pernyataan dalam
Madzhab Al Imam Sya 'i. Sampaipun budaknya, majikannya. Dia tidak berhak
untuk melihat kemaluannya.
Dia boleh menggaulinya, suami boleh menggauli istri tetapi tidak boleh
memandang kemaluannya. Apa dasarnya? Dasarnya adalah hadits Aisyah
Radhiyallahu Ta'ala Anha. Beliau menceritakan pengalaman hidup dengan Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam
Aku itu pernah atau bahkan mungkin sering mandi dengan Nabi shallallahu
'alayhi wa sallam, bersamaan mandi berdua dari satu bejana. [HR Bukhari 316,
Muslim 321
Walau demikian aku tidak pernah melihat kemaluan Nabi. Dan Nabi juga tidak
pernah melihat kemaluanku
Berdasarkan riwayat ini Al Imam Sya 'i beserta para fuqaha, para ahli qih dalam
Madzhab Sya 'i menyimpulkan berarti, tidak boleh bagi suami untuk melihat
kemaluan istrinya.
Dan suatu hari seorang sahabat yaitu, Abdullah Ibnu Mas'ud atau yang lainnya
bertanya kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam. YāRasulullah
ول ال َّل ِه َع ْو َراتُنَا َما نَأ ْ ِتي ِمن ْ َها َو َما نَذ َُر
َ سُ َيا َر
fi
fi
.
fi
fi
fi
fi
Berkaitan dengan kemaluan kami, apa yang boleh kami lakukan dan apa yang
tidak
Berdasarkan hadits ini dan juga alasan yang telah dikemukakan di atas, maka
sebagian ulama mengatakan, “Tidak mengapa melihat kemaluan istri, ataupun
kemaluan suami، ataupun kemaluan budaknya, karena menggaulinya saja boleh
apalagi sekadar melihatnya.
Secara tinjauan dalil memang ini yang lebih kuat. Tetapi kalau Anda ingin
selamat, maka jagalah. Jangan ceroboh dan jangan gegabah atau jangan sering-
sering melihat. Karena selain ada kontroversi di kalangan para ulama, juga itu
akan dapat berimplikasi atau berakibat yang negatif yaitu akan mengurangi
keharmonisan di antara Anda.
Ini yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Kurang dan lebihnya
mohon maaf
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _RABU
| _17 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _22 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-23
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Ketiga
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Menurut al-muallif al-Imam Abu Syuja' lelaki memandang kepada lawan jenis itu
ada tujuh kondisi
1) Dia memandang kepada wanita yang non mahram (bukan mahram), maka ini
sepakat para ulama itu haram hukumnya, bila itu dilakukan tanpa alasan yang
dibenarkan
fi
~
fi
.
. نظره إلى ذوات محارمه أومته املزوجة فيجوز النظر فيما عدامابني السرة والركبة:والثالث
أومته املزوجة
Atau kepada budaknya yang telah dia dinikahkan dengan lelaki lain, maka kata
beliau
فيجوز النظر
Maka dia boleh melihat anggota tubuh wanita tersebut selain dari pusar hingga
lutut.
Dia tidak boleh melihat dari batas pusar hingga lututnya. Adapun selebih itu
melihat ke betisnya, punggungnya, lengannya, maka itu boleh. Wajahnya,
rambutnya boleh.
Namun tentu perlu dibedakan, boleh melihat bukan berarti itu adalah restu atau
izin bagi wanita mahram untuk bertelanjang dada, tentu tidak.
Namun ketika itu tersingkap karena suatu alasan, misalnya dia di dalam rumah
maka dia tidak harus mengenakan kerudung, dia boleh mengenakan pakaian
dalam rumah, sehingga nampak lengannya, rambutnya, lehernya, betisnya maka
itu tidak mengapa
Kenapa? karena perlu dibedakan antara boleh melihat, dengan anjuran melihat
atau anjuran membuka diri, tentu beda. Ketika boleh melihat itu artinya ketika
nampak karena satu hal maka itu tidak wajib ditutupi, tidak dosa
Tetapi bukan berarti anda mengumbar aurat anda, mengumbar kecantikan lekak-
lekuk badan anda kepada mahram anda. Karena tentu kalau itu dilakukan dapat
menimbulkan tnah, dapat menjadi pintu masuknya setan untuk menggoda anda
dan mahram anda
Dan semua orang sepakat bahwa di antara penyebab terjadinya perbuatan zina
yang paling banyak ialah dengan seseorang itu mengumbar auratnya, membuka
sesuka hatinya. Karena itu dalam Al-Quran, Allāh Subhānahu wa Ta’āla
memerintahkan kaum wanita dan demikian pula kaum pria untuk senantiasa
menundukkan pandangan dan perintah ini bersifat mutlak.
Walaupun tentu yang paling utama, paling wajib untuk kita menundukkan
pandangan adalah dari wanita-wanita yang bukan mahram. Adapun yang
mahram maka sekali lagi boleh kelihatan tapi bukan berarti boleh
mengumbarnya
Karena ketika mengumbar itu berarti mengundang godaan setan apalagi sampai
mengenakan pakaian yang ketat, menggambarkan lekak-lekuk tubuhnya
walaupun di depan mahramnya itu juga tidak sepatutnya dilakukan karena itu
akan mengundang setan
Dan dari sisi lain para ulama juga menjelaskan bahwa pentingnya kita menjaga
muru’ah (kesantunan), tentu tidak santun ketika anda di depan mertua anda
fi
.
fi
,
Tentu ini tidak sepatutnya dilakukan, dan itu bentuk dari tafashus (perbuatan
yang tidak senonoh), perbuatan keji atau perbuatan yang jorok, tidak sesuai
dengan kesantunan seseorang muslim
Kemudian di antara hal yang juga perlu diingatkan di sini bahwa boleh melihat
bukan berarti sekali lagi mengumbar. Karenanya para ulama membedakan di sini
kata-katanya adalah boleh melihat bukan harus melihat dan juga boleh
mengumbar, bukan
Dan para ahli qih juga lebih jauh menjabarkan, bahwa yang dimaksud dari
kondisi ketiga ini adalah, seorang wanita ketika berada di tengah rumahnya di
antara mahramnya. Dia boleh mengenakan pakaian yang sewajarnya dikenakan
di dalam rumah.
Kalau di konteks masyarakat kita misalnya mengenakan daster, baju tidur atau
baju di dalam rumah yang setengah betis, lengannya terbuka (misalnya) itu tidak
mengapa.
Kenapa? Karena itulah perbedaan antara mahram dan non mahram, sehingga
pakaian yang biasa dikenakan untuk bekerja dalam rumah itu boleh dikenakan di
depan mahram. Allāh Subhānahu wa Ta’āla ber rman, [QS An-Nur: 31
َو َال يُبْ ِدي َن ِزينَت َ ُه َّن إِ َّال لِبُ ُعو َل ِت ِه َّن
Suami-suami mereka
ِ أ َ ْو َءا َب
آئ ِه َّن
fi
fi
]
Ini dalil nyata bahwa menampakkan perhiasan yang biasa dikenakan wanita,
gelang, lengan, kalung (misalnya) itu tidaklah mengapa. Dan tentu ketika
menampakan kalung, gelang akan nampak pula lengan dan lehernya.
Ini yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Semoga
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menambahkan tau k hidayah kepada kita semuanya
dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang senantiasa
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
fi
,
▪🗓 _KAMIS
| _18 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _23 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-24
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Keempat (Bagian
Pertama)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Menurut al-muallif al-imam Abu Syuja' lelaki memandang kepada lawan jenis itu
ada 7 kondisi
4). Kondisi yang keempat, yaitu Anda melihat lawan jenis wanita, dengan tujuan
anda ingin menikahinya
ألجل النكاح
fi
.
Karena memang ada anjuran dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebelum
anda menikahi seorang wanita anda terlebih dahulu melihatnya. Agar ketika
anda menikahi wanita tersebut betul-betul anda telah mengenalnya, anda telah
melihatnya, anda telah mengetahui kondisi tubuhnya, wajahnya, parasnya
Sehingga tidak ada alasan bagi anda untuk mengatakan, "menyesal" karena
anda telah melihatnya
Tapi ketika anda merasa tidak cocok, anda bisa membuat suatu keputusan,
mengakhiri proses tersebut berdasarkan satu data yang valid yaitu anda telah
menyaksikan langsung, bukan hanya cerita.
Karena betapa sering para perantara atau yang sering disebut dengan "mak
comblang" seringkali menggambarkan wanita tersebut dengan cara bombastis
yang mencerminkan atau menggambar wanita itu sangat cantik jelita, atau lawan
jenis yang tampan rupawan, putih seputih kapas, dan seterusnya padahal
sejatinya tidaklah demikian
Namun karena kadang sebagian perantara, sebagai mak comblang itu hasratnya
satu, yang penting mereka segera menikah tanpa peduli adanya kecocokan atau
tidak.
Karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan satu arahan dan
itu kalau kita camkan dengan baik, kita akan bisa memahami fungsi dan tujuan
dari disyariatkannya atau adanya rukshoh, adanya ijin untuk melihat lawan jenis
yang hendak dinikahi
س أ َ ْن يَنْظُ َر إِ َليْ َها إِذَا َكا َن إِنَّ َما يَنْظُ ُر إِ َليْ َها ِ ئ
َ ْ خطْبَ َة إ ْم َرأ َ ٍة فَ َال بَأ ٍ إِذَا أ َ ْل َقى اهللَ ِفى َقلِب ا ْم ِر
(HR Ahmad: 22496)
Bila Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menumbuhkan satu hasrat dalam diri anda
untuk menikahi seorang wanita, maka tidak mengapa baginya untuk melihat
wanita tersebut bila ia melihatnya dengan tujuan untuk menikahinya
Dan pernyataan muallif di sini sungguh jelas dan tegas, beliau mengatakan
ألجل النكاح
Bila dia melihat dalam rangka menjalani proses, setahap demi tahap dari sekian
proses terjadinya pernikahan.
Tentu ini satu catatan yang penting, satu syarat yang harus anda ingat selalu
bahwa anda boleh menadhor (melihat) kepada lawan jenis bila anda memang
punya hasrat untuk menikahi wanita tersebut.
Bukan dalam rangka membandingkan satu wanita dengan wanita yang lain,
mana yang lebih cantik, bisa jadi anda mendapatkan sekian banyak informasi
bahwa Fatimah cantik, Aisyah cantik jelita, Maryam cantik jelita, dan kemudian
(misalnya) Zaenab juga cantik jelita, anda ingin membandingkan mana yang
lebih cantik
Tentu ketika anda nadhor kepada mereka semua dengan tujuan membandingkan
untuk kemudian anda memilih salah satu dari mereka untuk dilanjutkan proses
pada khitbah kemudian pernikahan, tentu ini satu tujuan yang tidak relevan,
karena anda melihat mereka bukan dalam rangka menikahi mereka semua, tapi
dalam rangka membandingkan.
Sehingga bila tujuan dari disyariatkanya nadhor itu telah terwujud, telah tercapai
yaitu anda mengenal wanita tersebut dengan seksama, maka hukum asalnya
kembali seperti sediakala, yaitu haram. Tidak boleh lagi anda melihatnya. Cukup
kalau memang sudah dirasa cukup boleh
Namun kalau memang dirasa belum cukup anda boleh mengulang nadhor dua
kali, tiga kali, sesuai dengan kebutuhan. Bila tujuannya betul-betul, sekali lagi
dalam rangka melangsungkan, melanjutkan proses pernikahan untuk kemudian
sampai pada titik kesepakatan terjadinya akad nikah
Beliau mengatakan
Kalau anda melihat dalam rangka untuk menjalani proses pernikahan maka itu
boleh anda lakukan, anda nadhor, anda melihat kepada wajah dan kedua telapak
tangannya
Kenapa hanya wajah dan kedua telapak tangan? karena wajah itu adala
Kalau anda sudah tidak tertarik dengan wajahnya, anda tidak akan pernah
tertarik dengan betisnya, anda tidak akan tertarik dengan lengannya.
Ketika anda sudah mulai tertarik dengan parasnya yang cantik menurut anda,
kemudian anda melihat telapak tangan, dan anda melihat telapak tangan itu
lembut, putih sesuai dengan yang anda inginkan, maka lembutnya tangan wanita
itu akan mewakili seluruh tubuhnya.
Kalau telapak tangan yang sering terpapar dengan udara bebas, matahari, hujan
dan lainnya debu, ternyata masih bisa dia jaga menjadi tangan yang putih, maka
tentu sekujur tubuh dia lebih putih lagi
Ini pendapat yang pertama dan itu adalah pendapat yang diajarkan oleh
mayoritas ulama, yaitu dalam hal ini Sya 'iyah dan Hanabilah
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Semoga
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menambahkan tau k kepada kita semuanya dan
menjadikan kita termasuk orang-orang yang senantiasa
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
fi
fi
,
▪🗓 _JUM’AT
| _19 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _24 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-25
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Keempat (Bagian
Kedua)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Menurut Al-muallif al-Imam Abu Syuja’, lelaki memandang kepada lawan jenis itu
ada 7 kondisi. Kondisi yang keempat, yaitu Anda melihat lawan jenis wanita
dengan tujuan anda ingin menikahinya.
fi
untuk melihat calon istri mereka kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
memberikan penjelasan bahwa
Boleh melihat kepada calon istri, walaupun wanita tersebut dalam kondisi tidak
menyadari sedang anda perhatikan, sedang anda lihat
Tentu hal itu hanya bisa terjadi ketika wanita itu sedang berada di tengah
mahramnya atau mungkin di tengah-tengah komunitas wanita yang lain,
sehingga dia merasa aman menanggalkan kerudungnya, mengenakan pakaian
yang biasa dikenakan di dalam rumah
Jabir bin Abdillah menceritakan pengalamannya, ketika dia ingin menikahi wanita
dan dia ingin mengetahui seberapa cantikkah wanita tersebut dan apakah dia
cocok atau tidak. Maka sahabat Jabir mengatakan
“Ketika aku hendak menikahi wanita, aku bersembunyi di bawah pohon kurma, di
balik satu batang kurma. Dari sela-sela pelepah kurma tersebutlah aku
mengamati wanita yang hendak aku nikahi tersebut, sampai aku berhasil melihat
wanita tersebut, yang akhirnya menjadikan aku membulatkan tekad untuk
menikahinya.
Dan wallahu taala alam, pendapat inilah pendapat yang secara tinjauan dalil dan
secara de facto, secara fakta pendapat ini lebih realistis, karena pernikahan itu
bukan hanya urusan wajah dan telapak tangan.
Pernikahan itu juga berkaitan dengan rambut, bisa jadi ketika wanita itu
wajahnya mungkin tidak terlalu cantik tapi ketika dia memiliki rambut yang indah,
maka keindahan rambutnya menjadikan wajah yang tadi semula biasa saja
menjadi bertambah cantik
Sehingga ini akan menjadikan lelaki tersebut mampu membulatkan tekad untuk
kemudian menikahinya. Karena memang secara realita, ketika nanti dia menikah
diapun kebanyakan waktunya dia akan berinteraksi dengan wanita tersebut
dalam kondisi seperti ketika dia sedang berada di tengah-tengah mahramnya,
membuka rambutnya, membuka kerudung kepalanya, kemudian mengenakan
pakaian yang biasa dia kenakan ketika dia sedang beraktivitas di dalam
rumahnya.
Dan inilah wallahu ta'ala alam, pendapat yang lebih kuat. Dan para ulama telah
menegaskan bahwa nadhar itu ketika tujuannya adalah untuk menikahi wanita
yang dilihat itu hukumnya sunnah.
Bahkan ketika al-Mughirah ibn Syu'bah telah melamar seorang wanita dan mulai
merencanakan prosesi pernikahan. Dia menceritakan rencana tersebut kepada
nabi Shallallahu alaihi wasallam
ت إِ َليْ َها؟
َ ه َْل نَظَ ْر
Wahai Mughirah, Apakah engkau sudah melihat wanita yang hendak engkau
nikahi tersebut
Beliau mengatakan,
ال
“Belum.”
َ صا ِر
ش ْيئ ًا ِ ُ َب فَانْظُ ْر إِ َل ْي َها فَ ِإ َّن ِفى أ َ ْع
َ ْني األَن ْ ِاذْه
Segera pergilah, dan lihatlah wanita yang hendak engkau nikahi tersebut, karena
sejatinya di mata wanita-wanita itu ada sesuatu
Para ulama berselisih pendapat apa yang dimaksud "ada sesuatu di mata
Anshor"? Ada yang mengatakan banyak wanita anshor itu yang juling, ada yang
mengatakan bahwa banyak wanita anshor itu yang matanya sipit, tapi dari
redaksi tidak ada petunjuk yang mengarahkan ke sana sehingga wallahu ta'ala
alam
Penafsiran yang lebih kuat, menurut hemat saya adalah penafsiran yang
mengatakan bahwa di mata wanita Anshor itu terdapat keindahan, sehingga
ketika engkau melihatnya, engkau akan semakin tergugah, semakin bulat
tekadmu untuk menikahinya
Karena memang tujuan nadhor itu adalah untuk membulatkan tekad bukan untuk
memalingkan, bukan untuk menjadikan kita berpaling dan menghindari
pernikahan. Nadhor tujuannya, syari’atnya adalah untuk menguatkan hasrat
anda, tekad anda menikahi wanita tersebut.
Sehingga penafsiran yang lebih kuat wallahu ta’ala alam adalah perkataan Nabi
bahwa di mata wanita Anshor ada sesuatu, maksudnya wanita mereka itu sangat
cantik, wanita mereka itu sangat indah untuk dipandang.
Sehingga Nabi ingin agar Mughirah ibn Syu'bah sebelum betul-betul menikahi
wanita tersebut, betul-betul ia telah memiliki hasrat yang sangat kuat. Karena
dengan kuatnya hasrat, pernikahan itu akan menjadikan hubungan rumah
tangga mereka semakin harmonis
Dengan lelaki itu terlebih dahulu melihat wanita yang hendak dia nikahi, maka itu
lebih layak, lebih potensi untuk terciptanya wifāq ()وف ـ ـ ــاق, terjadinya keharmonisan,
terjadinya rumah tangga yang harmonis yang bahagia, kenapa?
Karena memang kedua belah pihak betul-betul tekadnya untuk menikah itu
sudah bulat. Lelaki betul-betul tidak ada alasan untuk menyesal, karena ketika
dia melihat betul-betul hatinya telah terpikat dengan wanita tersebut.
Apalagi ketika dalam proses nadhor terjadi kontak mata dan subhanallah kalau
memang hati itu telah Allāh ciptakan, Allāh telah sandingkan maka kontak mata
itu akan menjadikan hati mereka berkomunikasi, ada kesepahaman ada
kecocokan
Dan arwah itu, jiwa manusia yang ternyata terjadi kesenjangan maka mereka
akan (ikhtalaf) saling bersilang, mereka akan saling menjauh
Sehingga mata itu, subhanallah. Itu adalah gerbangnya hati, yang kalau ternyata
ketika anda proses nadhor, anda melakukan kontak mata dengan calon istri anda
dan ternyata jiwa anda yang betul-betul jiwa yang sejenis, jiwa yang memang
telah Allāh sandingkan, telah Allāh takdirkan akan menikah.
Maka jiwa anda akan berkomunikasi melalui pandangan mata tersebut, saling
memberikan kabar melalui pandangan mata tersebut, tatap mata tersebut,
bahwa kita memang jodoh, kita memang cocok
Dengan nadhor yang dilakukan dengan melihat sebelum proses pernikahan itu,
itu lebih layak untuk terciptanya wiām ()وئ ـ ـ ـ ـ ــام, wifāq ()وف ـ ـ ـ ـ ــاق، dan mawaddah antara
kalian berdua
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini semoga
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menambahkan tau k kepada kita semuanya dan
menjadikan kita termasuk orang-orang yang senantias
fi
.
┈┈•⊱✿✿⊰•┈┈•
▪🗓 _SENIN
| _22 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _27 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-26
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Kelima
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
والخامس النظر ألجل للمداواة فيجوز إلى املواضع التي يحتاج إليها
Kalau Anda seorang tenaga medis (dokter atau perawat) yang memang dituntut
untuk melakukan pengobatan tersebut. Apalagi bila tidak ada tenaga medis yang
wanita yang bisa melakukan pengobatan tersebut
fi
Maka dalam kondisi semacam ini Anda boleh melihat pada anggota tubuh yang
hendak diobati, namun bukan berarti Anda memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan. Mumpung Anda mengobati kemudian Anda melihat sesuka Anda.
Tidak
Tetapi pada anggota tubuh yang hendak diobati sebatas itulah yang Anda lihat,
selebihnya tidak! Karena dalam satu kaidah dinyatakan bahwa:
Dengan demikian bila pengobatan itu atau anggota tubuh yang mengalami sakit
dari wanita itu adalah bagian tangan, maka Anda hanya boleh melihat tangannya
saja. Tidak boleh kepada yang lain, kepada wajahnya, atau kakinya atau
perutnya. Tidak!
Demikian pula ketika yang sakit adalah punggungnya, maka yang Anda lihat
adalah bagian punggungnya saja. Tidak boleh Anda melihat bagian yang lain
karena
Karena tatkala Anda melihat bagian dari tubuh itu yang tidak diperlukan dalam
proses pengobatan, maka hukumnya kembali kepada asal yaitu haram. Karena
dalam kaidah ilmu qih juga dinyatakan
"Bila ada satu kondisi dimana Anda betul-betul emergency, terdesak, terjepit,
maka syari’at Islam akan memberikan kelapangan kepada Anda
fi
"
"
Namun ketika kondisi itu telah kembali seperti sediakala (normal) ada
kelapangan lagi, maka hukum-hukum itu kembali seperti sediakala, yang haram
akan kembali menjadi haram, yang wajib akan kembali menjadi wajib
Dengan demikian walaupun ada alasan untuk melihat tetapi ketika tujuan dari
melihat itu telah tercapai yaitu pengobatan-pengobatannya telah selesai, maka
segera Anda menundukkan pandangan dan wanita tersebut juga kembali
menutup auratnya
Namun ada beberapa hal yang perlu dicatat di sini, sebisa mungkin wanita itu
ketika mengalami gangguan kesehatan (sakit), maka sebisa mungkin ia mencari
tenaga medis wanita dan kalau bisa bukan sekedar wanita, tapi wanita muslimah
yang amanah yang tidak akan menceritakan perihal kecantikannya ataupun
aibnya atau bentuk tubuhnya, kepada lelaki lain yang tidak halal untuk
mendengarnya atau memandangnya
Kemudian kalau tidak ada tenaga medis wanita muslimah yang amanah, maka
idealnya Anda mencari tenaga medis wanita walaupun dia bukan muslimah.
Karena walaupun dia seorang non muslim, tetapi karena sesama wanita, dia
boleh melihat kalau memang itu diperlukan
fi
.
Layanan medis khusus untuk wanita khusus, ruang praktik untuk wanita, ruang
ْ ِا
praktik untuk pria yang berbeda tempat, sehingga tidak terjadi خـ ـ ـ ـ ـ ـ ِـتـ ـ ـ ـ ـ ـ الَط
(percampuran lawan jenis) antara lawan jenis di satu tempat, baik itu tempat
praktik dokter ataupun yang lainnya
Karena betapa banyak terjadi tnah, terjadi perbuatan zina berawal dari prosesi
pengobatan. Dan menurut sebagian praktisi tenaga medis baik dokter, terutama
misalnya dokter gigi, dokter mata, dan yang lain. Seringkali mereka
mengeluhkan betapa sulitnya menjaga keimanan di saat, membuka praktik
layanan kesehatan
Ketika seorang tenaga medis (dokter gigi), mengobati gigi seorang wanita,
apalagi wanita yang masih muda belia, cantik jelita. Demikian pula ketika
seorang tenaga medis yang sedang mengobati mata. Mata seorang wanita belia,
yang cantik jelita, tentu ini menjadi satu dilema tersendiri
Ketika dia melayani padahal itu lawan jenis, cantik jelita, di tempat yang tertutup,
dan dalam waktu yang cukup lama. Apalagi dokter gigi biasanya, seringkali
perawatan gigi atau pun pengobatan gigi membutuhkan waktu yang tidak pendek
(lama), sehingga terjadi kontak mata, terjadi tatap muka yang sangat dekat
sekali, sehingga ini sangat berpotensi menimbulkan tnah yang luar biasa
Dan Anda sebagai wali, sebagai suami, sebagai orang tua, sebagai kakak,
sebagai saudara, sepatutnya Anda juga respek dengan masalah ini. Tidak
mudah-mudah mengantarkan istri Anda, putri Anda, saudari Anda kepada tenaga
medis lawan jenis, karena akan menjadi tanggung jawab Anda kelak di hari
kiamat
fi
.
fi
.
Ketika Anda tidak memiliki rasa cemburu atau rasa cemburu Anda menjadi hilang
atau Anda korbankan hanya gara-gara faktor apa? Sakit, hanya faktor gara-gara
(mungkin) tenaga medis wanita jaraknya jauh walaupun itu masih terjangkau tapi
Anda tidak ingin repot.
Anda ceroboh meremehkan masalah ini sehingga sakit. "Oh, tidak apa-apa untuk
pengobatan", padahal di tempat yang tidak terlalu jauh ada tenaga medis lain
yang sejenis, wanita muslimah, misalnya)
Atau karena tenaga medis wanita tersebut (mungkin) biayanya lebih mahal
dibandingkan tenaga medis laki-laki.
Maka Anda sebagai seorang muslim, seorang suami, seorang ayah, seorang
kakak, seorang paman, seorang anak. Tidak sepatutnya Anda meremehkan hal
ini hanya gara-gara faktor (mungkin) beda biaya yang tidak terlalu jauh (masih
terjangkau oleh Anda)
Maka sepatutnya Anda pertahankan harga diri Anda, kehormatan anak istri Anda,
dan juga tanggung jawab Anda sebagai seorang laki-laki (seorang wali). Karena
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam telah memberikan ancaman yang berat
kepada suami-suami atau orang tua ataupun wali-wali yang membiarkan terjadi
perbuatan mungkar.
Terjadinya satu langkah demi langkah terjadinya perbuatan zina yang akan
menjerumuskan istri, atau anak gadis, ataupun saudari Anda ke dalam perbuatan
zina.
Salah satunya adalah ketika menjalani pengobatan dengan tenaga medis yang
non mahram, apalagi dia masih muda. Apalagi penyakit tersebut di tempat-
tempat yang sensitif, maka sepatutnya seorang wali lebih memberatkan ِغـ ـ ـ ـ ـ ـ يْ ـ َـرة
(kecemburuan)nya, tanggung jawab moralnya sebagai seorang wali
Ini yang bisa kami sampaikan kurang lebihnya mohon maaf, sampai jumpa di lain
kesempatan
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈
▪🗓 _SELASA
| _23 Jumādā al-Ūlā 1443H
| _28 Desember 2021M
🎙 *Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Ari n Badri, Lc., M.A. *حفظه اهلل تعالى
📗 *Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 *Audio ke-27
📖 *Hukum Nazhar (Laki-laki Memandang Wanita) - Jenis Keenam
~~~•~~~•~~~•~~~•~~
Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga
senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Karena saksi itu idealnya berdasarkan satu data yang valid yang tidak
terbantahkan, satu pengetahuan yang didasari oleh interaksi langsung baik itu
dengan penglihatan, pendengaran, atau hal yang serupa lainnya.
fi
.
Makanya ketika Anda ingin menjadi saksi, idealnya (paling ideal) adalah Anda
menyaksikan dua orang yang bertransaksi tersebut. Anda mengetahui bahwa itu
adalah Fulanah sedang bertransaksi (jual beli) dengan Fulan atau Fulanah. Atau
Anda diminta untuk menjadi saksi dalam suatu prosesi pernikahan, bahwa Fulan
menikah dengan Fulanah, idealnya Anda melihat
Agar ketika nanti dibutuhkan persaksian Anda di depan hakim, persaksian Anda
dapat diterima, karena Anda betul-betul menyaksikan dan mengetahui wanita
yang menjalin transaksi tersebut atau wanita yang menikah tersebut
Ini dalam konteks persaksian di zaman dahulu, di mana zaman dahulu alat-alat
bukti seperti dokumen-dokumen yang ada zaman sekarang, misalnya KTP,
Buku Nikah, Akta Kelahiran, Paspor, SIM dan yang lainnya belum ada.
Sehingga untuk membuktikan bahwa yang dinikahkan adalah Fulanah binti Fulan
itu sering kali dibutuhkan persaksian yang berdasarkan apa? penglihatan bahwa
betul-betul si Fulanah
Demikian pula ketika bertransaksi jual beli, pada zaman dahulu dibutuhkan untuk
bisa melihat langsung wanita yang bertransaksi tersebut agar tidak salah
persaksian kelak.
Dan secara tradisi peradilan yang ada baik di peradilan Islam ataupun peradilan
positif di negara kita. Ketika Anda betul-betul telah mengetahui dokumen-
dokumen resmi tersebut maka persaksian Anda sudah cukup untuk bisa
dijadikan sebagai dasar hakim untuk menentukan satu keputusan hukum kelak
fi
.
Itu yang lebih dibutuhkan pada zaman sekarang. Dan ini termasuk satu kasus
hukum yang mengalami perubahan perilaku sehingga mengalami pula
perubahan hukumnya. Dahulu dikatakan dalam satu kaidah ilmu qih
Bukan hal yang aneh, bukan hal yang perlu dirisaukan, kalau terjadi perubahan
hukum seiring dengan perubahan budaya dan perubahan tradisi di masyarakat,
terlebih hukum-hukum tersebut ditetapkan berdasarkan kebiasaan dan tradisi
yang berlaku dalam kehidupan pada zaman dahulu di zaman Nabi shallallahu
'alayhi wa sallam dan juga para ulama terdahulu
Maka ketika terjadi perubahan tradisi dan pola hidup ini, syariat Islam
mengakomodir perubahan tersebut sehingga semua hukum yang semula
dikaitkan dengan tradisi-tradisi yang lama, otomatis turut berubah ketika ternyata
tradisi tersebut tidak lagi diterapkan oleh masyarakat
Tradisi itu telah ditinggalkan dan berganti dengan tradisi baru, sehingga otomatis
akan mengalami perubahan hukum pula, karena tradisi yang telah menjadi
acuan dalam menetapkan hukum tersebut telah berganti
Hadits ini dengan jelas, Nabi memerintahkan walimah kepada siapa? Kepada
suami, bukan kepada istri atau walinya wanita yang dinikahkan
"
fi
:
Namun di banyak daerah di negeri kita, walimah itu yang mengadakan adalah
keluarga wanita atau di sebagian daerah walimah itu dilakukan dua kali. Sekali di
keluarga wanita dan sekali di keluarga pria.
Karena perintah Nabi kepada sahabat Jabir untuk membuat walimah itu
berdasarkan budaya dan tradisi yang ada di zaman dahulu (di masyarakat Arab)
bahwa yang mengadakan walimah adalah pihak laki-laki karena walimah itu
bagian dari nafkah. Dengan demikian tanggung jawab mengadakan walimah itu
sejenis dengan tanggung jawab memberikan nafkah, memberikan sandang,
memberikan papan adalah tanggung jawab suami
Tetapi ketika ternyata ada tradisi secara turun temurun di negeri kita misalnya,
bagi banyak masyarakat satu hal yang berat bagi keluarga wanita untuk serta
merta melepaskan putrinya, dibawa ke keluarga pria padahal keluarga suaminya.
Diakadkan kemudian dibawa pergi. Tidak!
Bagi masyarakat itu suatu hal yang berat, karenanya mereka akan merayakan
terlebih dahulu pesta pernikahan di keluarga wanita dan kemudian selang
beberapa hari mereka mengadakan pesta kembali (walimah kedua) di keluarga
pria, sebagai bentuk penyambutan anggota keluarga baru
Walimah pertama sebagai bentuk penyambutan keluarga baru yaitu suami dan
juga pelepasan putri mereka untuk kemudian dipersunting dinikahi dan dijadikan
sebagai bagian dari anggota keluarga pria tersebut.
Ini tradisi yang berlaku di masyarakat, sehingga terjadi perubahan hukum, maka
tidak masalah. Itu semua (kedua-duanya) dianggap sebagai walimah yang
masyruq, sebagai walimah yang dibolehkan sesuai dengan tuntunan syari'at.
Tidak ada yang perlu dirisaukan
Sehingga kalau telah terjadi perubahan semacam ini maka kita bisa simpulkan
tidak harus lagi menyaksikan langsung orang yang mengalami atau menjalani
transaksi atau pernikahan atau yang serupa, cukup bersaksi kepada apa?
Dokumen-dokumen pribadi yang itu autentik. Sehingga ketika bersaksi dengan
melihat langsung dokumen tersebut itu sudah sama saja melihat pemiliknya
Dengan demikian kita bisa simpulkan kalau ingin bersaksi atau kondisi yang oleh
muallif katakan kondisi keenam ini, boleh melihat lawan jenis dalam rangka
bersaksi, kalau boleh dikatakan tidak lagi relevan dalam konteks kehidupan
modern sekarang
Karena tujuan untuk persaksian itu sudah bisa diwujudkan, sudah terakomodir
dengan apa? Menyaksikan dokumen pribadi, karena dokumen pribadi tersebut
bersifat identik betul-betul mewakili, betul-betul membuktikan pemiliknya
Sehingga ketika saksi melihat KTP, melihat akta kelahiran, Ijazah, dan dia tahu
bahwa yang dinikahkan itu misalnya Fatimah binti Muhammad, misalnya, maka
itu tidak akan meleset ketika dipersaksikan di pengadilan kelak.
Maka persaksian itu sudah bisa diterima untuk kemudian seorang hakim (qadhi)
bisa menetapkan keputusan yang benar sesuai dengan fakta, tidak lagi bisa
dipalsukan atau dimanipulasi
Dengan demikian sekali lagi kesimpulannya, kondisi yang keenam ini bisa
dikatakan telah berubah sehingga tidak cukup kuat untuk bisa dijadikan alasan
membuka aurat, menyaksikan lawan jenis, membuka wajah untuk dipersaksikan
oleh lawan jenis
Sehingga kembali kepada hukum asal haram, hanya karena alasan bersaksi.
Kenapa? Karena telah terjadi perubahan tradisi hukum. Wallahu Ta'ala A'lam
Ini yang bisa kami sampaikan kurang dan lebihnya mohon maaf, sampai jumpa
di lain kesempatan
| MANDIRI Syaria
| 777 183 183 9
a/n *Yayasan Pilar Media Komunikasi