Anda di halaman 1dari 27

JUST PERHAPS

HEIMWEH ZU
HOFFEN

A story by
Ummha yuth

Just Perhaps
Page 1
Just Perhaps
Page 2
Prolog

...rasanya sulit tuk berkata cukup sudah pada khayalanku tentangmu......


aku slalu ingin menghapus segala sesuatunya tentangmu, tapi sayang aku terlalu
menyukaimu tuk melakukan itu...

aku juga tidak ingin menyakitimu, jika seandainya kau tahu rasa ini...
apakah sesulit itu untuk melihat hatimu...
hatimu yang tidak benar-benar sempurna...
hatimu yang mungkin kecil...
hatimu yang mungkin tidak mempunyai ruang penuh untuk menyimpan bayangku..
tapi aku sungguh ingin melihatnya...
meski ternyata aku akan kecewa karena melihat sesosok lain yang lebih
dahulu menempatinya......
yang mungkin menawarkan kebahagiaan lebih melebihi yang kutawarkan...

Just Perhaps
Page 3
BAB 1

@@@@@@@@@@@@
hari ini aku melihatmu tersenyum...
Entah karena apa dan untuk siapa senyuman itu...
tapi dengan melihatmu tersenyum seperti ini setiap saat itu sudah lebih
dari cukup untukku. Makanya sekarang aku kedengaran lebih romantis dan puitis. Aku
selalu bingung sendiri jika merasakan hal ini. Bisa melihatmu tersenyum saja, aku sudah
seperti ini. Aneh yah…

@@@@@@@@@@

detik ini aku kembali memikirkanmu...


mengapa sesering aku ingin menjauh darimu, sesering itu pula bayanganmu
muncul mewarnai hari-hariku...
jawab aku...apa aku benar-benar menyukaimu????????? dan aku merasakan ini tanpa
persetujuan darimu............uhh...uhh...
Suka…… apa pantas aku menyebut apa yang kurasa dengan kata itu. Padahal aku seperti
merasakan sesuatu yang lebih, tapi aku juga tak tahu apa namanya. Yang pastinya sesuatu
yang rumit, bahkan lebih rumit dari pelajaran Kimia yang minta ampun.

@@@@@@@@@@@

kau terlihat lucu kalau sedang konsentrasi!!!!!!!! aku melihatmu sedang terpaku membaca
buku yang ada digenggamanmu...apa yang sedang kau baca?????
sampai-sampai aku bisa melihat ekspresi wajahmu berubah setiap menitnya...lucu.

setelah cukup lama, kau beranjak dan keluar dari perpus. kau tersenyum
sejenak kearah penjaga perpus yang mungkin sudah sangat akrab denganmu...

kau berjlan dengan merentankan kedua tanganmu, seperti menikmati hembusan


angin yang menerpa tubuhmu.... aku suka jika kau begini. karena itulah dirimu, apa
adanya.seperti ombak di lautan.

@@@@@@@@@@

kau sedang bermain sepak bola!!!!!! aku melihat kau terengah-engah mengejar
bola yang di bawa lawan... aku berteriak dalam hati "...istrahatlah dlu,

Just Perhaps
Page 4
seka keringatmu dulu, kau akan tetap menang," dan entah mungkin kau mendengar
teriakan dari dasar hatiku, kau keluar sebentar dari lapangan sambil menyeka
setiap cucuran keringat yang mengalir deras dari pelipismu...aku ingin
menyekanya, memberimu sebotol minuman...tapi apa aku bisa?????????
huuu...huuuu...
sadarrrrrr, pikiranku berteriak keras. jangan menatapnya seperti itu, karena
semakin kau menyukainya semakin besar kenyataan yang mesti kau hadapi. Aku
melangkah menjauh dari tempat ini, setidaknya ke suatu tempat dimana aku tidak bisa
memandangmu lagi. Setidaknya dengan hal ini tidak akan membuatku berkhayal lebih.

@@@@@@@@@@@@

hari ini, aku melihatmu duduk termenung di bangku taman sekolah. ada apa??
mengapa kau terlihat kurang sehat? kau sakit? ada masalah?
kau sedih dan tak ada yang bisa menenangkanmu..
maaf ya, aku tidak punya cukup keberanian untuk itu...

@@@@@@@@@@

hari ini, kau sedang asyik mendengarkan musik lewat ipod yang ada dalam
genggamanmu,
aku bisa menebak kalau musik yang sedang kau dengarkan adalah lagu sahabat jadi cinta
dari Zigaz (aku tau dari lantunan beberapa syairnya yg kau nyanikan)...kau terlihat
enjoy...
apa masalhmu yang kemarin sudah selesai?????? I hope so cause aku lebih menyukai
dirimu yang selalu tersenyum dibandingkan yang kemarin............

@@@@@@@@@@@

saat ini aku sedang sendiri dan entah mengapa jika suasananya seperti ini aku slalu ingin
berkhayal tentangmu...
tentangmu yang kukenal disaat aku pertama kali menapakkan kaki di sekolah ini...
tentangmu yang tak pernah dapat aku sentuh wujudnya... tentangmu dan senyumanmu
yang selalu mampu memikatku........atau apa saja tentangmu... ah....
dan jika sudah keasyikkan bermain-main bersama khayalanmu rasanya aku tidak pernah
ingin kembali ke kenyataan.........aku egois ya????????????

@@@@@@@@@@@

Just Perhaps
Page 5
Saat jam pelajaran kosong, aku berniat menuju perpustakaan. Dan tanpa sengaja ketika
lewat didepan kelasmu, aku melihatmu. Kau terlihat lucu saat dihukum berdiri didepan
kelas........ternyata kau tidak mengerjakan PRmu ya??????? kasian kamu!!!!!!!! jika
seandainya bisa, aku ingin menggantikan posisimu yang di hukum dengan ku, agar
kakimu tak merasa kelelahan.....tapi aku tahu itu
takkan pernah bisa......

@@@@@@@@@@@

hmmmmmmmm.......
hari ini aku tak melihatmu di sekolah, ternyata setelah butuh penyelidikan sedikit aku
baru tahu kalau kamu sedang sakit...kamu sakit apa??? parah???? atau jangan-jangan tifus
yang menyerangmu beberapa waktu lalu kembali lagi?????? cepat sembuh ya!!!!!! karena
hadir di sekolah ini tanpa melihat wujudmu bagaikan perbuatan sia-sia.......karena jujur
only yourself yang membuatku betah untuk tetap disini...
i hope God always with you...GODBLESS TO YOU.....

@@@@@@@@@@

huuu....huuu....sudah 2 hari kau tidak mengisi pandanganku dengan segala


keindahanmu...sepertinya sakit yang kamu derita cukup parah!!!!! aku ingin skali
menjengukmu, tapi... apa kau tidak akan mengerutkan keningmu jika aku datang........
mungkin.....

@@@@@@@@@@@@

welcome back to school....


hari ini adalah hari pertama kamu hadir kembali ke sekolah stelah 5 hari sakit. Kamu
masih terlihat pucat dan langkahmu terlihat gontai menyusuri setiap koridor kelas,
spertinya kamu masih butuh banyak istrahat. Apalagi suasana hari ini sangat mendung
untung saja kamu memakai jaket putih kesukaanmu (aku tahu karena kau hampir
memakainya tiap hari) jadi itu sedikit bisa menyelimuti tubuhmu yang terlihat smakin
kurus setelah sakit. Ingin rasanya aku menghampirimu dan menemanimu menuju kelas,
tapi lagi-lagi langkahku terhenti karena teriakan keras dari pikiranku "...apa kau sadar
jika kau benar-benar ingin melakukan itu? Dia akan menganggapmu aneh? atau malah
menganggapmu stres? sayko? ingat dia tidak mengenalmu dan mungkin tidak ingin
mengenalmu..." terpaksa aku membalikkan tubuhku dan menelan pil pahit bahwa aku
harus mengubur keinginanku tuk menghampirimu....

@@@@@@@@@@@@@
Just Perhaps
Page 6
hari ini aku belum pernah melihatmu di sekolah. Aku tahu kau sedang sibuk mengurusi
persiapan semester. jadi untuk menghilangkan kebosananku, aku melangkahkan kaki
menuju perpustakaan. Dalam perjalanan menyusuri setiap koridor kelas tak ada yang
mampu menarik perhatianku. Namun, di depan kelas 2 exact 4 O M G!!!!!!! apa
yang kulihat ini kamu berjalan menuju kearahku... apa aku terlalu merindukanmu
sehingga rinduku ini menghasilkan fatamorgana???? aku mengucek mataku, berharap itu
mimpi.. tapi aku salah kamu nyata..dan memang sedang berjalan
ke arahku...entah darimana datangnya rasa gugup ini, tiba-tiba saja kakiku merasa
gemetar dan ketika ingin kubalikkan tubuhku agar tidak berpapasan denganmu, hatiku
tiba-tiba saja berbisik "...mengapa menghindar??? bukankah dengan
seperti ini dia akan curiga dengan perasaanmu???? sudahlah, jalan saja !!!!!!!"
akhirnya aku lanjutkan langkahku. dan benar saja kau memang tak memperdulikanku
bahkan tak melirikku...meski saat kau ayungkan tanganmu sempat menyentuh lenganku...
( jujur saat itu aku sangat senang, meski bagimu itu tidak penting bahkan tak pernah
ada)...

@@@@@@@@@@@@@

detik ini, memori otakku ingin sekali mengahadirkan sosokmu dipikiranku… entah
mengapa?????? lalu rasanya hatiku ingin mengucapkan sebuah puisi manis...
" jika ada satu rasa yang sulit tuk ku ungkapkan keberadaanya, inilah
yang kurasakan....
tak bisa kutebak kapan, mengapa dan kenapa mesti kau untuk
khayalanku...
jika ada yang mengatakan aku suka, aku cinta, aku sayang atau
apapun itu....tapi sekali lagi, aku benar bodoh untuk hal ini
namun, jika ada satu pinta dari langit ke-7 untukku, aku berharap kau
adalah takdir yang digoreskan Tuhan
di pelangi di langit ke-7 untukku..." (ku beri judul puisi ini dengan perhaps
love karena itu yang kurasakan)
sekarang lihatlah, aku menjadi puitis ketika memikirkanmu. kadang aku benar-benar
bingun jika mencoba menguraikan apa yang kurasa ini. Bahkan semakin aku ingin
mencari jawaban atas pertanyaanku, semakin dalam apa yang kurasakan. Aku tak ingin
seperti ini karena...akan banyak rasa sakit yang kurasakan jika aku benar-benar
menyukaimu...
tidak!!!! aku tidak menyukaimu...aku sangat menyukaimu...aku tidak yakin kalau aku
sangat menyukaimu...aku lebih menyukaimu dari apa yang kurasa. Bahkan mungkin aku
Just Perhaps
Page 7
telah mencintaimu....atau sangat mencintaimu???????? jangan Tuhan...jangan biarkan aku
merasakan ini....

@@@@@@@@@@@
hari ini aku termenung sendiri menatap sosokmu dari kejauhan. Tiba-tiba saja terlintas di
pikiranku untuk menyapamu, " Hai, lagi ngapain?" ( ahhh...sok kenal banget sih!!!!!!!!),
atau " hai, kenalin aku Luna. aku adek kelas kamu lho, aku anak exacta"( penting yach
dia tauuuuu!), aha..." lagi ngapain kak?? aku cuman mo kasih tau aja, kita pernah lho
berpapasan, trus kamu nyentuh lenganku gitu. ingat gak??????? (ini lagi norak plus
ngarep banget)...hu..hu..kenapa sih susah banget tuk dekat sama kamu????????
Saat itu sedang asyik-asyiknya khayalin tentang kamu, tiba-tiba Eren mengangetkanku.
Dia teman baikku dan satu-satunya orang yang tahu tentang
pacar khayalanku ( hee...hee...aku ngarep banget ya??). "khayalin kak rivat lagi????" dia
slalu tahu apapun tentangku, jadi percuma kalo aku mau bohong ma dia. "knapa gak
samperin dia aja sih? kamu gak mungkin nyimpan rasa itu terus khan?????? " hmm...
pertanyaannya selalu membuatku goyah akan perasaanku sendiri. Bukan. Bukan aku ragu
kalau aku suka sama kamu. tapi, ragu apa aku sanggup melihatmu ketika kau berkata
tidak untuk rasaku ini. Aku menundukkan kepalaku, melihat wujudku sendiri. apa aku
yang diciptakan Tuhan untuk membuatmu tersenyum setiap harinya? apa aku yg slalu
hadir disaat kau pejamkan matamu? apa kau berharap tuk aku menjadi takdirmu?...aku
terdiam menjawab pertanyaan Eren. " Lun, beberapa bulan lagi dia gak bakalan dsini lagi.
Kamu tahu kan, dia bakal lulus. Dan itu berarti kamu tidak bakal ngeliat dia lagi seperti
biasanya, memandangi dia sesuka hatimu. Terus kamu pengen semua yang kamu rasakan
selama 2 tahun terakhir ini hanya berakhr dengan khayaln doang?? setidaknya kamu bisa
kenal dekat lha ma dia atau jadi teman atau adek kelas yang dia kenal baik. Atau apapun
yang penting kalian pernah punya hubungan yang bisa dia kenang...bukan cuma jadi
pacar khayalan doang!!!!!!!" kali ini kata-katanya Eren mampu membuatku sedikit
terusik. Aku menelisik jauh kedalam dasar hatiku. Apa rasaku selama ini menuntut
sesuatu balasan yang lebih??? apa aku ingin kamu tahu tentang kelangcanganku
selama ini bermimpi tentangmu tanpa ijin darimu??????? apa aku berhrap menempati
sperti yg dikatakan Eren dalam hidupmu?? Atau bahkan aku menginginkan yang lebih
dari itu semua???? mengapa tiba-tiba saja aku merasa menjadi orang paling egois di
dunia ini??
Tuhan, mengapa serumit ini menyukainya??????
aku tak menjawab pertanyaan Eren, aku yakin dia selalu tahu apa yang ingin kukatakan....

@@@@@@@@@@@@@
hari ini aku memulai hari dengan senyuman terindah yang pernah kuberikan. jika ada
yang tahu mengapa aku seperti ini, pasti mereka juga ikut tersenyum sepertiku. kalian
tahu kenapa aku senyum-senyum sendirian?????????
Just Perhaps
Page 8
semalam Rivat nyamperin aku!!!!!!!!!! Bukan. Bukan di rumah. Tapi dalam mimpiku.
Kebayang gak sih, gimana senang plus girangnya aku???????? aku bisa kenal bahkan
ngobrol dekat banget ma kecengan sepanjang hariku........
meski semua itu just dream, but itu sudah cukup meyakinkanku atas perasaanku sendiri.
kalau sebenarnya aku benar-benar suka sama dia.
cihuyyyyyy...aku masih senyum-senyum sendiri saat Eren berada disampingku.
" hayoooo, lagi ngayalin apa sih????? Sampe-sampe senyum sendirian gitu,"
" Tau gak Ren, semalam kak Rivat nyamperin aku lho!"
" Serius????????? kok bisa??????????????"
" ya bisalah namanya juga dunia mimpi!!!!!!! apa aja bisa"
" MImpi?????????? OMG Luna, jadi itu hanya mimpi!"
aku menganggukkan kepala. aku tahu ada sedikit perasaan kecewa dan merasa dibohongi
dari nada suara Eren tadi.
" Okey, aku gak bakal komentar apa-apa................."
" Entahlah Ren, bisa memimpikannya saja aku sudah sebahagia ini. aku tahu kamu pasti
nganggep aku sudah terlalu posesif sama dia, tapi...aku suka seperti ini, hanya kamu,dan
aku yang tahu tentang dia..."
Eren menatapku nanar, lalu mengalihkan pandangannya. Aku bisa mendengarkan
desahan nafasnya, sepertinya dia bsa mengerti...

@@@@@@@@@@@@@@@@@

hari ini, ketika pelajaran Kimia aku keluar kelas karena bosan. aku menghempaskan
tubuhku di bangku depan kelas. bersantai dsini
sejenak kupikir ide yang bagus. kualihkan pandanganku ke segala arah...dan kau sekarang
menjadi pusat perhataianku.Kau terlihat
duduk dengan kaki yang kau dekatkan ke dadamu, menutup wajah malaikatmu dengan
kedua telapak tanganmu. Ada apa????????
mengapa kau terlihat lesu... do you have a problem????? aku terus menatapmu, lalu
beberapa saat kemudian kau mendongakkan
kepalamu dan kulihat ada butiran air mata yang jatuh dari kedua mata indahmu......
apa aku tak salah lihat??????? kau menangis???????? kau kenapa???? apa beban yang
kau tanggung begitu berat, sampai-sampai kau harus
menangis???????? ku mohon jangan menangis.........
tapi aku yakin kau tak mendengar perkataanku atau lebih tepat desahanku. kau masih
terus menatap lurus kedepan tapi kosong, tak
ada yang menjadi perhatianmu...lalu kau kembali menundukkan kepalamu...( jujur baru
kali ini aku melihatmu dalam keadaan seRAPUH ini...)
aku tak bisa menebak apa yang sedang kau rasakan, tapi aku yakin itu begitu berat
bagimu.Tenanglah aku yakin semuanya akan baik-baik saja...
Just Perhaps
Page 9
Aku melihat ada butiran air mata yang keluar dari kelopak matamu....
jadi aku tahu hidup ini sangat berat bagimu....
aku tidak akan menyuruhmu berhenti menangis, karena bagiku itu tidak buruk..........
teruslah menangis jika itu bisa membuatmu jauh lebih baik....
aku akan ada disini menemanimu meski aku tak bisa membantumu menghapus air
matamu.....

Aku kembali masuk kelas, namun entah mengapa melihatmu menangis aku merasa ada
sebagian dari diriku yang ikut memilih untuk
menemanimu menangis. Aku terus terdiam sampai Eren mengagetkanku,
" Kok bengong aja sih non,"
" Aku melihatnya Ren,"
" Siapa? Kak Rivat lagi? Bagus dong..."
" Tapi dia berbeda Ren, dia tampak sangat rapuh"
" Rapuh????????? Maksudnya???????"
" Aku belum pernah melihatnya dalam keadaan seburuk itu. Aku melihatnya menangis
dan aku baru melihat itu pertama kali setelah sekian lama aku mengenalnya. Menurutku
dia sedang punya masalah,"
" Ohhh..." Eren hanya menanggapi ucapanku dengan oh. Namun, sekilas kemudian dia
menatapku.
" Kau tak tahu apa yang sedang terjadi padanya?"
" Memang apa yang terjadi?" Aku yang balik menatapnya.
" Aku dengar ayahnya sedang sakit keras. Kemarin beliau kena serangan jantung dan
sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Aku rasa wajar jika dia tampak sedih, apalagi
setahuku dia memang sangat dekat dengan ayahnya,"
" jadi itu yang membuatnya sangat bersedih,..." pikiranku kembali mengingatkanku akan
sosokmu yang sedang sangat rapuh.
" Kurasa begitu..."
Dan seperti bebanmu menjadi bebanku juga, aku tidak bisa konsentrasi dalam pelajaran
sepanjang hari ini. Tapi aku tak punya ide untuk membuatmu berhenti bersedih. Aku
hanya bisa membantumu menyampaikan segala keinginanmu pada Tuhan. Tuhan berikan
segala yang terbaik untuknya...

@@@@@@@@@@@@@@@

Pagi ini aku sengaja hadir di sekolah lebih cepat dari biasanya. Bukan karena ada
tugas yang belum aku kerjakan tapi karena ada sesuatu yang ingin aku lihat. Yup, aku
ingin memastikan Rivat tidak seburuk yang kemarin aku lihat. Setelah kuletakkan tas dan

Just Perhaps
Page 10
brief bag-ku, segera kulangkahkan kaki keluar kelas. Berdiri sambil terus menatap ruang
kelas Rivat itu yang kulakukan sekarang.
“ Tumben datangnya pagian?” sapa Eren.
“ Ada yang pengen aku liat,” jawabku tanpa menengok ke arahnya.
“ Apa sih? Serius gitu,” katanya dan mulai mengikuti arah pandanganku. Dan ketika Eren
mulai sadar apa yang menjadi arah pandanganku, dia berbalik arah dan masuk menuju
kelas.
“ Rivat!!! Dia gak bakalan hadir,” katanya sambil berlalu.
“ Kok kamu bisa tahu?????” aku mengikuti langkah Eren
“ Tadi pagi sewaktu berangkat ke sekolah aku ngeliat dia naik motor boncengan dengan
kakaknya dan dia gak pake seragam. Jadi aku pikir dia pergi jenguk ayahnya,”
“ ohhh… emang gimana keadaan ayahnya??”
“ Aku dengar sih udah lumayan mendingan. Dia sudah sadarkan diri,”
“ Syukurlah, aku ikut senang,”

@@@@@@@@@@@@@@@

hari ini anak-anak OSIS sedang sibuk-sibuknya. yup, bakal ada kegiatan pensi gitu di
sekolah. dan sebagai anggota OSIS aku juga ikutan sibuk dong. dan hari ini bakal
pembagian tugas sebagai panitia. aku sedang berbincang dengan Eren sampai namaku
disebutkan,
"Luna Pradipta bagian dekorasi berpartneran dengan Rivat Mahendra," ujar Ka' Alifa,
Ketua OSIS.
Aku tersontak mendengar nama Rivat disebut setelah namaku. dan pastinya Eren juga.
kami saling menatap satu sama lain. Lalu bersama-sama mencari sosok Rivat. dan entah
mengapa ( aku berharap ini adalah jodoh..) kau juga menatap ke arahku, sambil
menaikkan kedua alismu, seolah berkata " iya, kita partner!!!!"
aku berkata dalam hati " apa yang ingin kau rencanakan Tuhan???? apa ini jalan yang kau
tunjukkan padaku untuk rasaku ini??"
aku tidak berkata banyak selama rapat pembagian tugas panitia ini, sampai akhir rapat
pun aku hanya diam. lalu aku berjalan menuju
keluar ruang rapat, tapi suara dari seorang yang sangat tidak asing bagiku
menghentikanku.
" Hei, kita partner kan?????????"
" haa??? oh... iya!!!!" jawabku agak bingung.
" Ya udah,"
" hmmm......." aku tidak tahu meski jawab apa. dan setelah melihat kau melangkah pergi
dari hadapanku, aku baru bisa mengendalikan
perasaanku lagi. OMG!!! kalian tahu yang tadi ngobrol sama aku?????? you're right. he is
Rivat!!!!!!!!
Just Perhaps
Page 11
Jantungku masih berdetak seribu kali lebih cepat, meski Rivat sendiri sudah tidak berada
disini. Tapi, mengingat kalau tadi dia mengajakku ngobrol, aku masih belum percaya.
Sekian lama aku mengenalmu, menyukaimu, dan memimpikanmu...akhirnya kita bisa
ngobrol( yaaa meski cuman sepatah kata doang), tapi percaya gak aku seperti ngerasa
dapet hadiah 1 M. senenggggggggggg banget........
dan aku rasa ini adalah awal cerita ku dan kamu.... (meski sebenarnya sudah lama aku
menyukaimu)

@@@@@@@@@@@@@@@@@

hari ini di sekolah sibuk banget. YUP... namanya juga PENSI. aku juga semakin sibuk.
dan kamu??????????
Tidak seperti apa yang kubayangkan, kamu sama sekali tidak pernah ikut membantuku
mengurusi pensi ini. Apa yang kuharapkan kalau dengan pensi kita bisa dekat, ternyata
gak sepenuhnya bisa. Bahkan kau tidak pernah berusaha menemuiku. Aku duduk sendiri
di depan kantor sekolah untuk sedikit bersantai setelah seharian berkutak dengan
namanya kerja, saat kamu berjalan menuju ke arahku. Aku mulai merasa bersalah telah
menuduhmu tidak ingin mencariku. Aku rasa saat ini kau ingin meminta maaf padaku
dan menjelaskan segala sesuatu yang membuatmu terhalang membantuku.
Aku mulai merancang-rancang apa saja yang akan kuucapkan padamu ( tidak lupa juga
menata jilbabku agar terlihat lebih rapih di hadapanmu, secara gitu tidak ada yang mau
terlihat jelek di hadapan kecengannya). Dalam pikiranku, nanti jika kau minta maaf aku
akan berpura-pura marah. Dan bisa ditebak kamu, orang yang paling gak bisa lihat orang
marah sama kamu bakal minta
maaf sambil memelas padaku. lalu aku dengan muka yang pura-pura cuek akan
menatapmu sekilas dan akhirnya...aku memaafkanmu. dan
melihatku memaafkanmu, kau terlihat senang sambil terus berterima kasih. kemudian,
kita ngobrol banyak.....dan aku yakin dalam
pikiranmu kau akan berpikir aku cewek manis berhati lembut....(uhhh....so sweet.........)
kau semakin mendekat dan entah darimana perasaan ini. Jantungku tiba-tiba saja
mengalami kecepatan detak 1000X lebih cepat.
"Oh Tuhan tenangkan aku. Luna kendalikan dirimu, kau tidak ingin bukan Rivat akan
menatapmu aneh.Pokoknya kali ini kau harus bisa ngobrol dengannya" kataku dalam
hati. Beberapa langkah lagi bisa dipastikan Rivat sampai di hadapanku, dag..dig..dug..
dan...lho kok? kenapa? Dia? Kenapa dia malah masuk ke dalam kantor? Bukannya dia
ingin menemuiku?? Aku mencoba berpikiran positif,
mungkin kau tegang ingin berbicara padaku makanya kau butuh ke toilet sebentar
(gilaaaa ni cewek narsis tingkat tinggi).
Aku tersenyum sendiri memikirkan dugaanku. Aku semakin semangat ingin menemuimu.
Lima menit telah berlalu.
Just Perhaps
Page 12
Akhirnya kau selesai juga. Kau keluar dari kantor dan memperbaiki penampilanmu, aku
hanya berpura-pura tidak melihatmu.Lalu,
lho kok malah pergi? kenapa tidak kearahku?? uhh...uhhh.... aku cuma berkhayal. Aku
pikir kamu akan menghampiriku untuk minta
maaf, tapi....

@@@@@@@

Aku dan Eren berjalan beriringan ke kantin, sambil sedikit berdiskusi tentang banyak hal.
Lalu tiba-tiba kurasakan Eren menyikut lenganku, aku melirik kearahnya. tapi dia malah
menatap lurus ke depan, aku mengikuti arah pandangannya. Dan.... ya Itu Kau RIVAT.
Kau sedang berjalan dari arah yang berlawanan sambil menenteng beberapa lembar
kertas.Eren terlihat tersenyum sendirian, aku tahu apa yang ada dalam pikirannya. Dan di
depan kelas X index 9 adalah titik pertemuan kita. Aku hanya menundukkan kepala, jujur
aku tidak pernah punya keberanian untuk menatap wajahmu. Tapi aku tahu kau
tersenyum pada eren. Senyuman yang selalu ku harapkan ada untukku.
" Liat nggak tadi Rivat senyum ama kamu??????" Eren memainkan telunjuknya
dihadapanku.
" Sama kamu Ren," Aku menepis telunjuk Eren dan berjalan mendahuluinya.
" Kok ngomong kayak gitu, jelas-jelas tadi dia senyum ama kamu" Eren mengejarku dari
belakang.
" Dia gak bakal pernah tersenyum sama aku, tapi kalau kamu ada dia pasti senyum."
" Mugkin karena aku memang lebih dulu mengenalnya, jangan pesimis gitu dong."
" Mungkin..." Aku kembali mengingat kalau Eren memang lebih dahulu mengenal Rivat.
Mereka pernah satu sekolah di SMP.
Bahkan setahuku mereka pernah satu kelompok pengajian.Dan aku juga mengenal Rivat
secara lebih jelas dari cerita-cerita Eren.
" Lho kok malah bengong????"
" Nggak, oia aku belum cerita masalah PENSI ya????" Tiba-tiba saja aku ingin
menceritakan Eren tentang khayalan tingkat tinggiku.
" Belum tuh. Oia aku hampir lupa, gimana acara PENSI kemarin? seru gak? trus kamu
bisa dekat terus dong ama Rivat?"
" Acaranya sih seru, tapi kalau about Rivat mengenaskan,"
" Maksudnya???? jangan sok mendramatisir deh,"
" Siapa sih yang mendramatisir, orang emang mengenaskan," sambil kulirik sejenak Eren
yang berada disampingku seakan menunggu lanjutan dari kalimatku.Aku berhenti sejenak
di bangku di depan kantor. Bangku dimana aku menunggu Rivat menghampiriku.
" Aku yang berharap semoga PENSI ini bisa buat aku dan dia akrab ternyata cuman
mimpi doang. Tau gak, selama acara dia gak pernah sekalipun ikut berpartisipasi atau
membantuku secara gitu kita partneran. Tapi apa??? Nihil. Dan pas acara selesai aku pikir
Just Perhaps
Page 13
dia bakalan nyamperin aku ke kantor untuk minta maaf atau apa lah, tapi dia sama sekali
tidak melirikku. kebayang kan Ren gimana sakit plus kecewanya aku,"
" Trus gimana??????"
" Gimana apanya????? Ya nggak ada apa-apa. Untung aja ada Esa yang bantuin aku jadi
bisa tertolong dikitlah. Sedangkan dia, batang hidungnya aja gak muncul. Apa mungkin
aku punya salah ama dia. Apa mungkin aku pernah nyakitin hatinya dia, sampe-sampe
ngeliat aku aja dia gak mau?" jawabku dengan sedikit nada pesimis.
" Kok ngomong kayak gitu, jangan menduga-duga sembarangan. Mungkin dia hanya
malu kali!!!!!"
" Malu kenapa REn?????? " Aku bertanya karena kupikir tak ada alasan yang jelas untuk
mendukung pernyataan Eren.
" Karena dia suka ama partnernya. Makanya dia malu," Eren menatapku dengan nada
mengejek. Aku tersenyum ketika mendengar ucapan Eren. Mana ada sih orang yang tidak
senang ketika mendengar kalau orang yang dia sukai juga menyukainya. Meskipun begitu
aku masih belum percaya, meski seluruh orang meneriakkan di telingaku bahwa Rivat
Mahendra menyukaiku tapi aku ingin mendengar hal tersebut dari mulutnya sendiri. Aku
lalu menanggapi pernyataanku sendiri dalam hatiku,
" Rasa suka bukan hanya dilontarkan lewat pengakuan saja Luna, perilakunya
yang selalu merasa malu jika bertemu dengan kita juga menunjukkan rasa sukanya pada
kita".
" Tapi aku ingin mendengar pengakuannya sendiri. Apa aku egois???????" Kataku yang
terdengar seperti desahan, tapi terdengar juga oleh Eren
" Apa???????" tanggapan Eren.
" Nggak. nggak ada apa-apa!". Beberapa detik berlalu begitu saja, aku dan Eren sibuk
denagn pikiran masing-masing.
" Atau..." kata Eren yang memecah keheningan sambil mengalihkan pandangannya. Aku
menanti lanjutan kata-kata Eren yang menurutku sangat tersirat.
" Dia mulai mengetahui perasaanmu padanya,"
" Ha?????????" Aku tersentak kaget mendengar pernyataan terakhirnya. Seperti
mendapat tamparan keras, aku mulai memikirkan kata Eren. Aku mengingat semua
kejadian yang menghubungkan aku dengan Rivat dan harus kuakui semuanya mampu
mendukung pernyataan Eren. Dia yang tak pernah senyum ketika berjumpa denganku,
tidak ikut berpartisipasi dalam PENSI dan ucapannya yang hanya seadanya ketika rapat
panitia memang jauh lebih mendukung pernyataan Eren yang kedua dibandingkan yang
pertama. Oh Tuhan.....apa mungkin keanehan sikapnya padaku bukan karena dia
menyukaiku, tapi karena dia sudah tahu apa yang kurasakan.
" Kamu tahu khan Lun, tidak ada seorang pun yang bisa bersikap biasa saja jika bertemu
seseorang kamu tahu betul menyimpan rasa padamu?"
Aku tidak menjawab pertannyaan Eren. Tapi pikiranku membenarkannya. Tak ada yang
bisa bersikap biasa saja jika bertemu seseorang yang kamu ketahui menyukaimu. Apalagi
Just Perhaps
Page 14
selama ini jika bertemu dengannya, Eren selalu menunjukkan sikap aneh dan dengan
nada mengejek kearahku. Jadi, hal itu yang membuatnya mulai merasakan apa yang
kurasakan padanya.
" Tapi itu hanya kemungkinan. Perhaps. Sudahlah, positive thingkin aja!!!!!" Eren
menepuk pundakku. Positive thingkin. Mana mungkin kau bisa
berpikiran baik jika kau tahu orang yang kau sukai telah mengetahui perasaanmu, dan
sekarang kau mulai berpikir ternyata tingkah yang super aneh padamu selama ini ternyata
karena dia ingin menjaga jarak denganmu, teriakku dalam hati.

@@@@@@@@@@@@@@@

Aku duduk sendiri di beranda rumahku. Dari sini terlihat jelas banyak kendaraan yang
lalu lalang, ini karena letak rumahku yang berada di jalan poros dan hanya berjarak
beberapa meter dengan tepi jalanan. Aku duduk sendirian sambil membaca tabloid gaul
kesukaanku ( secara gitu ada berita about LEE SEUNG KI). Entah kenapa rasanya aku
ingin sekali memikirkanmu. Dan ketika ku mencoba untuk itu, kalimat Eren secara
otomatis terulang kembali yang selalu mendengung di gendang telingaku.
" Atau dia mulai mengetahui perasaanmu padanya," Aku masih ingat bagaimana
ekspresiku saat itu. Aku dan Eren biasanya punya cara pandang yang sama, bahkan
terkadang kami memikirkan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan pula.
Tapi,....kalimatnya tadi betul-betul tidak pernah terlintas dalam pikiranku. Dan sekarang
kata-katanya telah mengsentilku dan harus membangunkan ku atas berbagai
kemungkinan yang kubangun bersama bayangmu di hatiku.
AkU benar-benar tak pernah punya pikiran kalau akhirnya kau akan mengetahui
firasatku padamu. Aku mulai ingin mempersalahkan Eren. Seandainya saja Eren tidak
bertingkah aneh setiap melihatmu, semua ini pasti tidak akan serumit ini. Aku pasti
setidaknya bisa akrab dengamu. Dan mungkin saja.....
Mungkin.....kata itu yang selama ini membuatku hidup. Tidak. Eren tidak pantas
dipersalahkan. Bukankah tingkah anehnya di depan Rivat karena ingin aku bisa melihat
Rivat lebih dekat. Dan tak bisa dipungkiri Eren-lah yang selama ini mengingatkanku
kalau aku harus jujur dengan perasaanku sendri. Aku lalu mengingat bagaimana untuk
pertama kalinya aku bisa berbicara dengan Rivat. Saat itu di depan toilet aku bersama
Eren memberanikan diri, dan aku masih ingat bagaimana tatapan anehmu melihat kami.
" Weitzzzzzz, ni WC cowok kalau cewek ada disana," katamu pertama kali sambil
tersenyum.
" Hee...nggak kok Kak, Kita mau ketemu ama kakak," jawab Eren yang cukup mampu
mengendalikan dirinya. Sedangkan aku, hanya bisa berada disamping Eren dan tak punya
cukup keberanian untuk mengeluarkan suara.
Just Perhaps
Page 15
" Kenapa????????" katamu lalu menatap kami serius.
" Gini, ee.... kita mo minjam buku kakak. Soalnya kan ini tahun ajaran baru trus karena
blom ada buku baru jadi masih pake buku lama," Ungkap Eren agak terbata-bata.
" Oh.....ntar deh aku cariin. Emangnya buku apa saja?"
" Buku Bahasa Indonesia, Matematika dan Sosiologi,"
" Oh iya, nanti ya,"
" Kalau gitu makasih deh kak,"
" Sama-sama. Jangan sungkan, santai aja nggak perlu formal gini," katamu sedikit
bercanda.
" Hehe...." Aku dan Eren tertawa sejenak lalu mulai melangkahkan kaki. Tapi langkahku
tiba-tiba terhenti karena mengingat sesuatu.
" Eren, Kimia gimana?????"
" Oh iya," Eren membalikkan badannya dan kembali ke hadapan Rivat.
" Ini kak, ada lagi. Ayo mo minjam buku apa??" Eren menatap kearahku.
" Ehh...Kimianya ada kak??????" Aku menggigit bibirku.
" Ntar ya, sekalian aku cariin,"
" OH...Kalau gitu makasih ya kak. Permisi," Aku lalu menarik tangan Eren agar
melangkah cepat pergi karena jika tidak aku bisa lompat-lompat ala marsupilami .

Hee…heeee…
Rasanya selalu ingin tertawa sendiri jika mengingat hal itu. Apa aku masih
Pantas menyalahkan ERen. Bukankah dia hanya ingin membantuku menggapainya.
Huuuuu…aku menghembuskan nafas. Lalu kupejamkan mataku sejenak, mencoba untuk
berpikiran jernih. Semenit kemudian ku buka kelopak mataku. Rasanya sudah lebih
tenang. Setidaknya untuk saat ini aku bisa berpikir jernih. Aku lalu melanjutkan
membaca tabloid gaul tentang profil LEE SEUNG KI.
“ Luna…” seseorang memanggilku dengan nada agak sedikit kencang. Aku mencoba
mencari sumber suara, sampai akhirnya aku mendapati Kak Alifa berlalu yang
melambaikan tangannya dari dalam angkot lewat jendela. Aku tersenyum sesaat. Oia, aku
hampir lupa kalau akhir-akhir ini anak kelas 3 lagi pada sibuk bimbel. Maklumlah
beberapa minggu lagi UAN akan dilaksanakan. Weitzzzz.. berarti Rivat juga lagi bimbel
dong. Hehe…lumayan dapat ngeliat wajah salah satu malaikat Tuhan sore ini. Aku lalu
mengatur cara dudukku, agar bisa melihat Rivat lebih jelas.
5 menit…
10 menit…
20 menit…( aku mulai gelisah menunggumu).
Aku mulai berpikir, apa mungkin kamu sudah pulang. Hmm…belum rejeki kamu
Lun ngeliat dia, hiburku. Aku mengalihkan pandanganku dan bersiap untuk beranjak
masuk kedalam rumah. Tapi, langkahku terhenti. Sebuah motor Shogun XP berwarna
merah corak hitam melaju dengan mulus dari arah utara. Aku yakin itu kamu. Aku
Just Perhaps
Page 16
kembali duduk dan menanti sampai kamu berada di depan rumahku. Dan sedetik
kemudian kamu sudah berada tepat dihadapanku. Aku terdiam sesaat. Bukan karena
melihatmu yang terlihat sangat cool mengendarai motor itu. Tapi, karena melihat sosok
seorang gadis yang tepat berada di belakangmu. Aku tidak begitu melihat wajah gadis itu
karena dia menutupinya dengan telapak tangan kanannya. Aku hanya melihat gelang
yang sepertinya terbuat dari batu granit ada ditangannya. Apa hubunganmu dengan gadis
itu? Apa dia begitu penting bagimu, sehingga kau takut jika dia pulang sendiri? Berbagai
pertanyaan kini berkecamuk dalam pikiranku. Sampai aku tak menyadari kehadiran Eren.
“ Sore…” sapa Eren yang sekarang berada tepat dihadapanku.
“ ehh…Eren, kapan datangnya?”
“ Baru aja. Lagi mikirin apa sih? Sampai gak nyadar aku datang,”
“ Tadi aku ngeliat Rivat,”
“ ohh… anak kelas 3 lagi pada bimbel kan?”
“ Iya, tapi bukan itu”
“ Trus apa dong?”
“ Dia boncengan ama cewek,”
“ Oh ya? Kamu ngeliat cewek itu sapa?” kata Eren dengan sedikit rasa kaget.
“ Nggak sih, cuman ngeliat gelangnya aja. Tapi, aku yakin cewek itu punya arti lebih
buat Rivat sampai-sampai dia ngantarin pulang,”
“ Ya ampun Lun, emangnya kalau diantarain pulang udah pasti yah pacaran. Mungkin
cewek itu yang kecentilan minta nebeng ama Rivat, trus Rivat gak tega jadi dia terima.
Bukan karena ada apa-apa,”
“ Menurut kamu gitu?”
“ Ya iyalah. Udah gak usah mikirin itu,” Aku mengiyakan ucapan Eren. Mungkin Eren
benar mereka cuman temenan.

@@@@@@@@@@@@

Hmmmm.......hmmmm
jam digital ditangan Eren menunjukkan pukul 13.10, waktunya balik nih. Jam pelajaran
terakhir adalah Kimia, susahhhhhhhh banget. Untung saja sudah selesai, mana keluarga
cacing di perutku mulai konser besar-besaran. Aku dan Eren melangkah beriringan
sambil menenteng beberapa buku keluar dari kelas. Sepertinya tinggal kami berdua yang
ada di sekolah. Setelah menutup pintu kelas dengan rapat aku menhampiri Eren yang
menungguku di tiang depan kelas XI IPA 3. Aku melihatnya terpaku seperti memusatkan
pandangannya, bahkan ketika aku berada di sampingnya dia tak juga bereaksi.
" Liat apaan sih?????" Aku mengayung-ayungkan tanganku diwajahnya.
" Liat tuh," dia membalikkan badanku mengikuti arah pandangannya. Dan....
sekarang aku tahu apa yang membuat Eren begitu terpaku. Di bangku depan kelas XII
Bahasa 1, seseorang sedang bernyanyi dengan sebuah gitar
Just Perhaps
Page 17
di genggamannya. Ya. Itu Rivat. Tapi pandanganku bukan terpaku padanya, tapi...pada
seorang gadis yang berada di hadapannya yang sedang
menatap Rivat dalam. Aku mengamati wajah gadis itu. dan seper sekian detik Aku mulai
mengenalinya. Dia adalah ka'Adila, teman sekelas Rivat juga.

Just Perhaps
Page 18
KUINGIN SELAMANYA MENCINTAI DIRIMU
SAMPAI SAAT KU AKAN MENUTUP MATA DAN HIDUPKU
KUINGIN SELAMANYA ADA DI SAMPINGMU MENYAYANGI DIRIMU
SAMPAI WAKTU KAN MEMANGGILKU...
sebuah lagu dari ungu mengalun lembut dari mulut Rivat. Sedetik dia terdiam, lalu
kembali membuka suaranya, tapi entah kenapa suara hembusan angin terdengar jauh
lebih jelas di telingaku. Aku hanya mendengar kalimat terakhirnya"… karena kuingin
kamu, itu saja" sambil menatap Ka'Adila dalam-dalam. Dan seakan menyambut tatapan
Rivat, Ka’ Adila mengajukan tangannya hendak membelai tangan Rivat. Itu? Gelang itu
adalah gelang yang dipakai gadis di boncengan Rivat kemarin. Aku memejamkan mataku
perlahan, kurasakan sekujur tubuhku tiba-tiba terasa dingin. Aku membalikkan badanku
meninggalkan Eren yang masih asyik menyaksikan Rivat dan Ka’ Adila. Aku lalu
merasakan ada butiran air yang menetes tanpa seijinku. Tidak Tuhan jangan sekarang.
“ Luna, tunggu!” kudengar Eren memanggilku dari belakang, secepat mungkin kuhapus
air mataku. Aku tidak ingin Eren melihatku menangis saat ini. Aku memang sakit, tapi
tidak untuk detik ini, tidak disini dan bukan didepan Eren. Bukan karena aku tidak
percaya padanya, aku hanya tidak ingin dia melihatku telihat begitu menyedihkan.
Kini Eren sudah ada di sampingku. Rasa hening menghampiri kami. Aku tidak mungkin
mengeluarkan suara, aku takut tidak akan bisa menahan perasaanku. Sedangkan Eren, dia
hanya menggenggam tanganku lembut. Dia bisa sangat mengerti aku. Setidaknya bukan
tempat ini yang menjadi saksi aku menjatuhkan air mata untuknya.

@@@@@@@@@@@@@

Aku menyandarkan tubuhku di dinding kamar mandi, rasanya kedua kakiku sudah
tak mampu menahan tubuhku yang sangat lemah. Kupegangi bibir kolam bak mandi dan
mencengkramnya kuat. Lalu perlahan tangisku pun pecah. Air mataku keluar dan tak ada
yang bisa menahannya lagi. Air mata yang sedari tadi mendesak untuk keluar. Aku
menutup mulutku dengan telapak tangan kiriku. Tidak mungkin kubiarkan seisi rumah
mendengarku menangis gila-gilaan di dalam kamar mandi. Dan secara otomatis bayang
Rivat dan cewek itu terputar dalam memori otakku, bahkan kata-kata terakhirnya.
“ karena kuingin kamu, itu saja,”
Oh…Tuhanku kenapa? Kenapa mesti kata-kata itu? Kenapa mesti lagu itu? Kenapa mesti
saat ini? Dan…kenapa mesti Ka’ Adila? Kenapa bukan aku?...
Kali ini tanganku mencengkram dadaku kuat. Ada rasa sakit yang teramat sangat dalam
sini. Apa yang terjadi? Apa karena rasaku padamu sangat dalam, sehingga sakit ini juga
mampu menyakitiku separah ini. Apa aku telah teramat menyukaimu? Hiks…hikss… dan
ini baru kusadari ketika aku melihatmu dengannya. Bukankah selama ini aku
mengingkarinya. Aku hanya menyukaimu. Iya kan? Aku hanya suka dan tidak lebih.

Just Perhaps
Page 19
Aku menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku. Aku berusaha menghirup nafas
dengan baik. Menghiru naafas dengan baik? Bagaimana mungkin kau bisa bernafas
dengan baik sedang sumber nafasmu perlahan pergi meninggalkanmu? Lun, cukup. Aku
kembali menetralkan pikiranku. Kuambil gayung yang berisi air penuh dan membasuh
wajahku. Ada sedikit perasaan lega, meski sekarang aku harus menghadapi masalah baru.
Apa yang akan dikatakan orang rumah jika melihat mataku yang sudah sebesar bola
pimpong ini.

@@@@@@@@@@@@@

Jam weker disamping meja tempat tidurku menunjukkan pukul 21.00. Aku sudah
berada di pembaringanku. Dengan alasan kepalaku sakit, ayah dan ibu tidak curiga kalau
aku baru menangis gila-gilaan. Kupadamkan lampu agar aku bisa lebih cepat terbang ke
alam mimpi. Tapi sepertinya bola mataku sulit untuk diajak kompromi. Dia masih ingin
terbuka dan pikiranku kembali mengingatkan ku akan segala kejadian. Huuu...huuu…ku
hembuskan nafasku keras-keras. Kembali hatiku ingin mengucapkan puisi manis.
Aku tak tahu kapan engkau mulai memasuki hatiku…
Menggunakannya dengan sesuka hatimu…
Dan mengisinya segala hal tentangmu, senyummu dan duniamu…
Engkau menjadi candu untukku…
Tapi aku suka itu… karena itulah yang mampu membuatku
Hidup jauh lebih bermakna…
Lalu… mengapa sekarang kau ingin melangkah pergi…
Meninggalkan luka disini…didalam sini…

Aku memejamkan mataku, dan tak terasa kembali buliran air mata membasahi
pipiku. Aku mengambil handphone yang kuletakkan di meja rias. Kubuka menu MY
MUSIC, lalu jari-jariku menekan tombol mencari lagu favoritku. Detik kemudian,
lantunan lirik LOVE PUNISHMENTnya LEE SEUNG KI menemaniku dalam gelapnya
malam.

Seandainya aku tidak akan pernah bisa melihatmu…


Bila aku akan hidup dikehidupan lain…
Bila aku menjalani kehidupan sebagai orang lain…
Segala kesedihan begini aku tidak akan mengetahuinya…
Setiap hari aku melupakanmu…
Setiap hari aku meninggalkanmu…
Dalam hati aku sungguh telah merahasiakanmu…
Tidak akan melepasmu untuk, mengatakan kata cinta…
Aku percaya bahwa cinta membuat bahagia…
Just Perhaps
Page 20
Namun ketidak mampuan mengatakan cinta…
Adalah surga yang hanya,
Memberikan hukumannya…because love is punishment
Aku hanya mencintaimu…
Bila aku mencintaimu, hatiku sangat sakit…
Hidup ini hanya air mata yang membuat luka…
Akankah aku mencintaimu dalam mimpi?????
Menangis dan menangis lagi
Hingga lelah sekali…
Hingga tidur…bangun…
Dan kapanpun hari kembali….
Seperti ini aku mencintamu…
Bila kau tidak ada…
Aku mencoba tuk katakan cinta
Mungkin saja engkau akan mendengar…
Dan kau akan berlari dari ku…
Apapun membodohkanku bahwa aku mencintaimu…
(amudo moreugo sarngha janha)

Aku memejamkan mataku. Dan tak kurasa aku sudah berjalan dalam jembatan
mimpi.

@@@@@@@@@@@

“ Mengapa kau terus membuatku menjatuhkan air mata untukmu?” aku berkata keras
dihadapan Rivat. Entah kenapa saat melihatnya sedang duduk dibangku taman sekolah
sendirian, aku memberanikan diri menghampirinya. Mungkin karena aku sudah tidak
sanggup menahan sesak ini.
“ Apa maksud kamu?” Rivat terlihat bingung sendiri.
“ Apa kamu masih butuh penjelasan? Apa sikap aneh Eren selama ini belum
menyadarkanmu? Atau sikapku yang selalu terlihat malu dihadapanmu, belum cukup
untukmu?” kataku dengan nada tinggi.
“ Aku…” Rivat tidak menjawabku jelas.
“ Apa aku punya salah padamu? Aku pernah menyakiti hatimu, Vat? Aku pernah buat
kamu kecewa?” emosiku mulai mereda.
“ Tidak, sama sekali tidak,” jawab Rivat dengan wajah menunduk.
“ Lalu kenapa kau menjaga jarak denganku? Kenapa tak memperlakukanku seperti
perlakuanmu pada Eren?”
“ Aku tidak tahu,”

Just Perhaps
Page 21
“ Kau tidak tahu? Jelas-jelas kau tahu jawabannya. Jelas-jelas kau menyadari ini semua,”
Rivat tidak menjawabku.
“ Kau bukan tidak tahu, Vat. Kau yang selalu membuat dirimu tidak tau apapun. Kau
selalu melewatkan kesempatan dimana kau bisa tahu sedikit, acara pensi dan pertemuan
kita yang tanpa sengaja mestinya kau sadar. Tapi apa? Kau melewatkan semuanya,
sehingga ketidaktahuanmu tentang rasaku bertumpuk-tumpuk. Sampai aku sadar, kau
memang tak pernah menginginkanku…” Rivat masih terdiam.
“ Baiklah…” aku menghirup nafasku sejenak,” Jika kau memang menutup dirimu
untukku, biarlah aku sendiri yang memahaminya. Dan saat ini aku sudah cukup paham,
kau bukan tujuanku lagi,” Aku berdiri dan melangkah pergi dari hadapan Rivat. Aku
sudah cukup mengajarinya, batinku.

Aku tersontak kaget di tempat tidurku. Astaga, jadi tadi hanya mimpi. Aku
mengungkapkan perasaanku pada Rivat hanyalah mimpi. Aku menghapus keringat yang
mulai bercucuran di pelipisku. Lalu kurasakan seprayku telah basah oleh air mataku.
Hmm…aku seperti hidup kembali.

@@@@@@@@@@@

Semua kelas sedang melaksanakan PBM ketika aku menyusuri koridor setiap
kelas. Sambil menenteng brief bag-ku, aku berjalan menuju kelas. Sekarang aku sudah
berada dimejaku. Untung saja Pak Malik, guru kimiaku mengizinkanku untuk masuk.
Aku melihat Eren yang menatap khawatir padaku. Aku tersenyum sejenak padanya
sambil membuka catatanku.
“ Are you okey, sis?” Bisiknya.
“ I’m fine, Ren” kataku tidak melirik kearahnya. Fine? Apa karena cuaca diluar sedang
cerah, sehingga aku bisa berkata baik. Padahal semalam aku menangis seperti orang
bodoh. Aku mencatat dengan bermuka serius, supaya Eren bisa mengalihkan
pembicaraannya.
“ Tadi, aku ngeliat Rivat ngeboncengin Kak Adila lagi,” ujar Eren pelan. Aku tak
menanggapinya. Aku terus mencatat, sampai pensilku patah ( mungkin karena aku terlalu
keras menekannya). Eren yang melihat hal itu tidak berkata apa-apa, dia hanya
mengambil pensilku dan merautnya. Aku berusaha menyembunyikan kegelisahanku, tapi
tetap saja Eren mengetahuinya.

@@@@@@@@@@@

Hari ini di sekolah aku tak berbuat banyak. Mungkin karena masih kecapean
setelah menangisi sesuatu yang tidak penting semalaman. Eren juga begitu membantuku,
seharian ini dia tidak banyak komentar. Setidaknya aku bisa jauh lebih rileks.
Just Perhaps
Page 22
Kesendirian selalu membuatku terpaksa mengingatmu dan…sulit mengatakan
namanya tapi, yaa ka’ Adila. Semuanya seperti terputar secara otomatis dalam pikiranku,
seperti melakukan penayangan kembali. Tapi kali ini aku tidak ingin menjatuhkan air
mata lagi. Cukup hari itu saja. Lalu aku tersenyum sendiri mengingat mimpiku. Mimpi
tentang betapa kecewanya aku padamu. Mimpi bahwa semestinya aku tidak perlu
berharap satu rasa pun darimu. Tidak perlu berharap??????? Aku tahu apa yang harus
kulakukan.

@@@@@@@@@@@@@

Aku bersama Eren berjalan menyusuri koridor kelas 3. Hari ini kami kebagian
tugas untuk membagikan piagam hasil porseni kepada para juara. Dan salah satunya
adalah Rivat. Eren sudah meyakinkanku untuk tidak usah ikut, tapi aku tidak
mengindahkannya. Inilah saatnya aku harus menunjukkan bahwa aku masih baik-baik
saja.

Kami sudah sampai di depan kelas 3 bahasa 1. Hmm… suhu tubuhku tiba-tiba
saja mendingin. “ Luna, tenang! Jangan buat dia semakin merasa penting dalam
hidupmu,” kataku dalam hatiku. Aku menghirup nafas dalam-dalam. Dan,
“ Maaf kak ganggu!” kata Eren memasuki kelas yang sedang terlihat bebas dari guru
tersebut. Aku mengalihkan pandanganku ke seluruh ruang kelas mencari seseorang,
sampai akhirnya mataku tertuju pada seorang lelaki yang dihadapannya tepat berada
seorang gadis. Ya itu kau, Rivat dan girlfriend mu itu. Sadar akan kehadiranku dan Eren
kau beranjak dari kursimu dan menghampiri kami.
“ Kenapa dek?” kau berjalan dengan santainya kearah kami sambil diikuti Ka’ Adila yang
pikiranku seperti anak anjing mengikuti majikannya. Aku memegang tangan Eren, seakan
memberinya isyarat bahwa aku saja yang menjawabnya.
“ Oh, ini kak mau ngasih piagam porseni,” aku lalu terdiam sejenak mencari piagam
untukmu sambil memikirkan kata-kataku tadi, tidak terdengar gemetar dan cukup rileks
ini permulaan yang baik.
“ oh…makasih ya,” katamu sambil mengamatinya baik-baik. Sesaat suasana hening, tak
ada suara dariku, Eren maupun kamu.
“ Apaan sih Rivat?” Ka’ Adila datang memecah kesunyian. Dia muncul dari belakang
Rivat sambil memegangi pundak Rivat dan mengintip dari sampingnya. Aku hanya
terdiam sambil mengalihkan pandanganku ke Eren meminta persetujuan untuk segera
pergi.
“ Udahkan kak, kalau gitu kita permisi dulu. Makasih,” kataku sambil di iyakan Eren.
Rivat hanya mengangguk mendengar ucapan kami. Sdangkan setelah menjauh dari
hadapannya, aku menghembuskan nafasku kuat-kuat. Akhirnya, semuanya telah berakhir.

Just Perhaps
Page 23
@@@@@@@@@@2@

“ Liat gak tadi ka’ Adila? Kayaknya sengaja banget gitu sok mesra ama Rivat. Kayaknya
dia pengen teriak sekencang-kencangnya, RIVAT ITU PACARKU” ujar Eren setelah
sampai di kelas. Aku tak menjawab, aku tidak punya jawaban yang tepat tuk
menanggapinya.
“ Aku curiga…” kata Eren menggantung. Temanku ini emang selalu ngebuat orang
penasaran karena katanya yang menggantung.
“ Curiga kenapa?”
“ Hmm…mungkin karena dia takut Rivat mulai ngelirik kamu. Atau karena Rivat emang
suka sama kamu,” aku hanya tersenyum mendengar kata Eren. Tidak seperti biasanya,
jika mendengar kata-kata seperti itu dari Eren aku akan kembali berkhayal dan harapanku
akan kembali muncul. Tapi sekarang, aku sudah cukup mengerti kalau ternyata selama ini
aku hidup dari kata MUNGKIN. Aku selalu berharap apa yang Eren katakan akan jadi
kenyataan, tapi sampai sekarang semuanya kembali pada wujudnya yaitu MUNGKIN.
Dan memang hanya mungkin.
“ Bengong lagi?” Eren memainkan telunjuknya dihadapanku.
“ Nggak, aku cuman mulai nyadar tentang sesuatu,”
“ Tentang apa?”
“ Kalau ternyata aku sudah tak menjadikannya tujuanku lagi,”
“ Benar? Nanti mulai nyari-nyari dia lagi,” kata Eren dengan nada menggoda padaku.
“ Kemarin aku memang sakit ngeliat dia. Tapi aku sadar ternyata dia bukan Rivat yang
dulu aku suka. Rivat yang aku suka tidak seperti itu, dia telah berubah. Selain itu, sampai
kapan pun aku tidak mungkin memaksakan pikiranku padanya, bukan. Di dunia ini setiap
orang diberi satu kesempatan untuk menentukan hak dan kewajibannya sendiri. Kemarin
aku telah memilih hakku untuk menyukainya. Dan sekarang Rivat telah memilih hak dan
kewajibannya. Mungkin saja dia memilih hak untuk mengabaikan rasaku dan
mewajibkan dirinya membahagiakan Ka’ Adila saat ini. Itu adalah pilihannya dan
sekarang, aku harus mewajibkan diriku menerima putusan haknya yang menolakku,” aku
tersenyum sambil melihat Eren yang terdiam disampingku. Dia menatapku sejenak lalu
mengulurkan tangannya hendak menjabatku.
“ Apaan nih?” tanyaku yang tidak mengerti dengan uluran tangannya.
“ Selamat datang kembali sobat ke dunia nyata!” aku mengerutkan keningku.
“ Yaa…bukannya tadi kau mengatakan selama ini kau seperti hidup di alam ‘PERHAPS’
jadi sekarang aku ingin menyambut temanku kembali,” aku kembali tersenyum sambil
menerima uluran tangannya. Eren memang benar aku seakan memasuki dunia lain. Dunia
yang kuyakini akan memberiku banyak arti yang berharga pula. Aku dan Eren lalu
berjalan beriringan menuju perpus,
“ Jadi kisah Luna dan Rivat berakhir nih?”

Just Perhaps
Page 24
“ Berakhir? Aku tak pernah berawal dengannya dan sekarang aku juga tidak pernah
berakhir dengannya. Semuanya akan kembali pada satu kenangan yang tak pernah bisa
kubuang dari memoryku,” aku menjawab Eren dengan perasaan tanpa beban. Aku
melihatnya hanya tersenyum tanpa arti. Aku seakan mendengar lantunan lagu “ Apalah
arti cinta” dari she, yang membuat senyumku mengambang. So…bye..bye…perhaps…

Bila… aku… tak berujung denganmu


Biarakan kisah ini kukenang selamanya…
Tuhan tolong…buang rasa cintaku
Jka tak Kau izinkan aku bersamanya………

#####TO BE CONTINUED#####

A MESSAGE FROM UMMHA YUTH……………

Just Perhaps
Page 25
Aku menulis cerpan ini terinspirasi dan untuk sahabatku, UTHYE. Setidaknya selama ini
aku selalu menyalahkan rasanya. Kalian tahu Eren itu siapa? Tebak aja ndiri. Tapi yang
pasti cerita ini kisah nyata loh, dan bukan plagiat. Kalau kalian mau tahu Rivat itu siapa,
konfir aja langsung ama Luna atau Uthye. Kupersembahkan juga untuk semua sahabatku
Vhya, Kikan, Kiko, Chim-chim, Dian si Litle Ghost n para cliquers sejati dan afganisme.
Serta the big family X1 EXACT 2, kita salut puji dia. Pesanku dalam kisah ini adalah
hidup ini memang sebuah kenyataan tapi bukan berarti kita tak boleh bermimpi bukan,
teruslah bermimpi meski ternyata itu bukan mimpi yang sempurna….

Jika kau berada pada 2 pilihan, yaitu ketika kau menyukai seseorang kau memilih untuk
dibenci olehnya atau tidak disadari kehadirannya???????? Kau memilih yang mana??????
Jika aku diberi pilihan seperti itu, aku akan memilih pilihan yang pertama. Okey,
memang berat bahkan sulit jika kau menyukai seseorang ternyata dia membencimu. Tapi
setidaknya dia menyadari kehadiranmu dalam hidupnya. Setidaknya dia merasa pernah
mengetahuimu. Toh, benci bisa kita ubah menjadi cinta. Tapi, tidak menyadari kehadiran
kita, adalah hal yang sungguh menyakitkan.

Hmmm…..
Kalian pernah dengar, dalam sebuah kisah pasti ada akhir. Entah itu happy ending or sad
ending. Tapi, dalam hidup akhir adalah sebuah awal dari kehidupan yang baru. Dan
kalian tahu, jika tak ada seorang pun yang bisa menebak ending kehidupan. So, jika pada
Just Perhaps
Page 26
kehidupan ini kita hanya bisa menyentuh bayangnya, mungkin saja Tuhan merencanakan
di kehidupan lain kita bisa menggandeng jemarinya dalam sebuah dekapan keabadian.
Percayalah……..

Jika kau telah menyatakan perasaanmu padanya sekali, dan dia menolaknya. Jangan
kecewa, sebab masih ada kesempatan kedua. Jika pada kesempatan kedua dia masih
menolakmu, jangan kecewa. Sebab waktu akan melahirkan kesempatan berikutnya.
Namun, pada kesempatan berikutnya dia masih berkata tidak, jawablah dengan
“ Aku berjanji kalau aku tidak akan mengungkapkan rasaku lagi padamu. Tapi, aku tidak
akan pernah bisa menghapus rasa ini dari dalam sini. Jika ternyata kau menolakku, aku
tidak akan pergi. Aku akan ada disini menunggu sampai angin pikiranmu berhembus
padaku. Asal kau tidak mendorongku untuk pergi, aku akan tetap disini. Karena batinku
telah memilihmu. Jadi percuma jika aku ingin melangkah pergi dan mencari hati yang
lain, sebab semuanya akan kembali kesini. Bersama bayangmu………..”

Just Perhaps
Page 27

Anda mungkin juga menyukai