kepada GM Sudarta ‘’Oom Pasikom’’, Foundation Jakarta. Dalam rangka Lingkaran Sahabat
Goen ’’Wayang Mbeling’’ Pramono R Pramoedjo ‘’Si Keong’’, dan mencari kartunis potensial Semarang Goen tampaknya tak hirau-hirau
Dwi Koendoro ‘’Panji Koming’’. Namun yang layak diberangkatkan ke Jepang, amat tentang peluang yang belum
K
tar. Merokok atau minum kopi. Atau lain. Bagi saya, ia justru sosok pendo- toon di media bersangkutan. Saya agak diasah. Atmosfer yang dipenuhi
Pranyoto) pertama saya kenal ta karena kekuatan teknis menggam- jalan-jalan keluar rumah beberapa saat. brak fenoma dalam dunia perkartunan berdebat beberapa saat dan suasana kejenakaan dan bahkan cen-
pada kisaran 1982-an. Saat itu, barnya yang unik dan menggelitik, tetapi Kalau di sekitarnya kebetulan ada Indonesia yang membumi. Semangat meyakinkan Kaki Numa bahwa gengesan. Tak heran bila dalam masa
petang hari, bersamaan dengan pamer- juga lelucon-lelucon verbalnya (teks) kawan atau orang lain yang menemani, lokalnya justru memperkuat jati diri Goenawan Pranyoto memiliki kompe- sakitnya, Goen kadang terlihat sering
an kartun yang sedang diseleng- yang kaya plesetan dan konteks maka waktu jeda itu ia gunakan untuk kebangsaannya. Seluruh karyanya, tensi dan senioritas sangat memadai. tertawa sendiri mengenang masa-
garakan di Balai Wartawan, GOR dengan nuansa budaya masyarakat ngobrol ala kadar atau guyon sejenak. nyaris tidak tergiur, tergoda oleh penga- Kaki Numa dapat memahami itu tetapi masa penuh kegembiraan itu. Akhirnya,
Semarang. Yehana SR, pegiat kartun di Semarang pada zamannya. Ia, misal- Bahkan setelah gambar jadi pun, untuk ruh dan kekenesan gaya kartun asing tampaknya ia tak dapat melanggar krite- selamat jalan Mas Goen, semoga kau
Semarang yang memperkenalkan nya, acap ‘’mengeksploitasi’’kata-kata: finalisasi teksnya ia perlu membuat (barat). ria yang telah ada, sehingga di kemudi- berbahagia di tempatmu yang baru!
kami. Goen ditemani istrinya, Endang canggih, akurat, greget secara beru- garis pensil terlebih dulu agar huruf- Pada 1996-an, kartunis Non-O S an hari kartunis Semarang yang dib- (62)
Hima. Pria kalem dan pemalu itu terlihat lang-ulang namun tetap tune in ketika itu huruf atau kata yang tertuang di ilustrasi Purwono, saya, Kaki Numa (direktur erangkatkan awal adalah Prie GS
sangat segar, gagah dan klimis. Bahkan diproyeksikan dengan konteks cerita terlihat rapi dan nyeni. Untuk tebal tipis- Japan Foundation Asia Tenggara) dan (Harian Suara Merdeka) dan Koesnan — Darminto M Sudarmo, sahabat dan
mereka berdua masih tampak seperti dan ilustrasi yang ada. Plesetan ala nya huruf, ia juga perlu melakukan tin- Prof Shimizu (sejarawan kartun Hoesie (Harian Sore Wawasan) pada kawan bergaul Goenawan Pranyoto
pasangan pengantin baru. Goen yang lain, misalnya dia dasan tinta (spidol) berkali-kali. Jepang) duduk semeja di kantor Japan tahun berikutnya.
Jauh waktu sebelum perkenalan itu menggambarkan seorang murid Karya-karya Goen terpenting dan
saya telah melihat karya-karya kartun (dengan seragam kedodoran) yang puncak, baik ilustrasi Wayang Mbeling
Goen yang dimuat di Minggu Ini (Suara sedang diceramahi gurunya dengan maupun komik kartunal lainnya, banyak
Merdeka Edisi Minggu). Melihat karak- ucapan, ‘’Bengtul-bengtul Pak Gulu....’’ terlahir ketika ia dan keluarga menghuni
ter goresannya yang khas dan beda Di rubrik ‘’Wayang Mbeling’’Minggu rumahnya di Tanah Mas, Semarang.
dari kartunis manapun, saya mencoba Ini, dua tokoh personafikasi yang paling Selain pagi hari rajin masuk kantor (PT
mencermati perkembangannya dari sering muncul adalah pria gendut botak Masscom Graphy, Suara Merdeka
waktu ke waktu. Fakta yang kemudian berkumis tebal, berkaca mata hitam Group), malam harinya Goen nyaris tak
saya dapati adalah sesuatu yang men- satu bak bajak laut (karikatur dirinya pernah melewatkan waktu untuk mem-
gagetkan. Ternyata sangat banyak kar- sendiri) dan pria dengan dagu terpiuh buat gambar. Maka ketika akhir tahun
tunis pemula, termasuk Jitet Koestana ekstrem, dada kerempeng, berkumis 2006 Goen dan kartunis Koesnan
(pada awal belajarnya), yang terpenga- tipis bak Patih Sengkuni (karikatur Hoesie berkesempatan singgah ke
ruh (baca: terinspirasi) gaya goresan Yehana SR). Kedua tokoh ini yang men- rumah saya di Meteseh, Tembalang,
maupun sosok penokohan ala Goen. jadi pengacau logika tokoh inti (lakon) saya melihat artikulasi bicara Goen
Seperti bom virus fenomena, penga- yang termuat dalam cerita wayang sudah agak samar dan cara berjalan-
ruh gaya kartun Goen nyaris menjadi mbeling edisi bersangkutan. Sesekali nya agak lain, salah satu kakinya dis-
pembangkit semangat bagi para kartu- muncul tokoh Semar, Gareng, Petruk eret, saya mulai mencemaskan kese-
nis muda yang belum menemukan stil- dan Bagong, namun itu disesuaikan hatannya itu. Terlebih-lebih, mence-
isasi dan karakter dirinya. Ada yang dengan relevansi cerita yang ada. maskan karya-karya barunya yang
mempertanyakan, bukankah gejala itu Menggambar dengan Tangan Kiri mungkin tak maksimal lagi. Ternyata
bisa jadi hanya euforia dan kelatahan Sesekali Goen juga mendapat tugas waktu kemudian mencatat, tahun-tahun
belaka? Dalam proses studi, gejala membuat ilustrasi cerpen di Minggu Ini. sesudahnya Goen bahkan ditaklukkan
demikian lazim saja terjadi. Bukan Ekspresinya bermacam-macam. oleh penyakit stroke yang menderanya,
sesuatu yang perlu dikhawatirkan, kare- Kadang ia menggambar secara realis, sehingga ia tidak dapat berkarya sama
na pada perkembangan berikutnya abstrak, surealis atau mix-media (salah sekali hingga ajal menjemputnya pada
para kartunis muda itu toh akhirnya satu cerpen saya pernah diberi ilustrasi 13 Januari 2014.
menemukan jalannya sendiri. foto saya yang difotokopi, lalu digabung Penghargaan Empu Kartun
Menemukan kearifannya sendiri. dengan coretan-coretan tertentu). Saat Sebenarnya peristiwa penting yang
Plesetan Verbal lain, kalau perasaan jenuh sedang diselenggarakan oleh Semarang Art
Tahap-tahap berikutnya, saya meli- merasuki dirinya, ia lalu menggambar Festival 2010 pada Sabtu (23 Oktober
hat Goen makin mendapatkan tempat total ilustrasi dengan tangan kiri. Maka 2010) malam dengan penganugerahan
di hati penggemarnya ketika ia mulai efek bentuk dan garis yang muncul gelar Empu dan Panglima Kartun
menggarap ilustrasi ‘’Wayang Mbeling’’ dalam gambar itu sangat berbeda dari Indonesia telah memberikan indikasi
di Minggu Ini maupun majalah MOP. karakter Goen umumnya. Ia memberi positif bagi pemulihan semangat Goen.
Tak terkecuali cerita rakyat atau legenda inisial gambar itu dengan nama IAN Ia mendapatkan penghargaan sebagai
yang disentuh secara nakal dan karikat- (anak sulungnya yang saat itu masih Empu Kartun bersama dengan tiga
ural di majalah yang sama. Kekuatan kecil). gelar Panglima Kartun yang diberikan