Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ardhia Khrisna Ramadhan

NIM : 41032121200003
Kelas/ Semester : A/ IV (Empat)
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Kajian Puisi
Dosen Pengampu : Dr. Etti R.S, M.Hum.

Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin pada Puisi Mukjizat Sebuah Sajak
dan Pada Sepi Mulanya

1.

Unsur Fisik

Kata-kata yang berjatuhan (kias dan lambang) adalah hujan


yang turun ke bumi (lambang), membasahi rekah-rekah tanah
menyejukkan kemarau panjang
(kias)
Penjelasan: Pada 'Kata-kata yang berjatuhan' ini ada semacam kiasan bahwa kata-kata
diandaikan menjadi sebuah benda yang berjatuhan. Berjatuhan adalah sifat yang tentu tidak
dimiliki oleh kata-kata adapun juga kita mengenal kata-kata adalah pada lisan dan tulisan.
'Kata-kata yang berjatuhan' ini jika dikaitkan dengan judul maka merujuk kepada 'Sajak'
yang ada pada judul. Maka 'Kata-kata yang berjatuhan' ini adalah simbol dari sajak.
Sajak diandaikan seperti 'adalah hujan yang turun ke bumi, membasahi rekah-rekah tanah
menyejukkan kemarau panjang'. Hujan tersebut adalah simbol bahwa puisi itu bermanfaat
dan dapat menumbuhkan sesuatu, menyegarkan, menyucikan, membasuh. Kemarau
panjang adalah simbol dari jiwa yang gersang atau jiwa yang dalam waktu lama--selama
kemarau panjang merasa hampa.

kata-kata yang berjatuhan (lambang)


adalah air mata yang turun dari muara hatinya (lambang),
muara hati penyair (kias)
(kias)

Penjelasan: 'air mata yang turun dari muara hatinya' adalah lambang dari kemurnian dan
kejujuran hati penyair. Hati, dalam sajak tersebut diandaikan memiliki muara, muara dalam
frasa tersebut lambang dari kemurnian, kejujuran.

Jujurkanlah wahai orang yang haus (lambang), dan


yang tak pernah dahaga lidah jiwamu! (kias)
(kias)

Penjelasan: Arti dari 'haus' dan 'dahaga' di atas merujuk kepada jiwa yang bagai kehausan
artinya jiwa yang membutuhkan penyegaran, tapi dalam bait tersebut diberitahuan kepada
jiwa-jiwa itu untuk jujur, seakan mereka sulit untuk jujur.

adalah air bening kedamaian (lambang), yang mengalir menjernihkan beragam hati. (kias)

Penjelasan: Di atas, diandaikan bahwa sajak adalah air bening kedamaian. Analogi sajak
yang adalah 'air bening kedamaian' bermakna bahwa dalam sajak kita bisa menemukan
kedamaian. kemudian pada 'yang mengalir menjernihkan beragam hati' memiliki makna
bahwa sajak dapat menjernihkan hati.
Unsur Batin
 Tema: Menceritakan tentang manfaat dari sajak.
 Feeling: Mengharukan karena sajak ini mencoba memberirahu keindahan sajak pada
pembaca.
 Nada dan suasana: Terasa menggurui seperti pada 'Jujurkanlah wahai orang yang haus,
dan yang tak pernah dahaga lidah jiwamu!'.
 Amanat: Sajak dapat menjernihkan beragam hati maka kita harus mencintai sajak.

2.

Unsur Fisik
Sajak Pada Sepi Mulanya adalah serangkaian kejadian yang berawal dari 'Tuhan' kemudian
tuhan menciptakan 'sepi' hingga kemudian menciptakan Adam dan Eva. Hingga sampai
pada saat si 'aku' merasa sepi 'kau' yang bermakna tuhan dan 'aku' bertemu membagi sepi.
Artinya si Aku dan Tuhan bertemu secara batin atau dalam ibadah.
Pada bagian yang mengerucut ke bawah itu di awali dengan 'sepi tak bertemu' berarti si
Aku tersebut sepi jika tidak bertemu tuhan tapi di bagian yang lebih mengerucut lagi ia
menyadari bahwa sepi milikku ini adalah juga sepi milik tuhan. Maka dalam sepi si aku
mengingat tuhan dan dengan mengingat tuhan ia tidak lagi merasa kesepian karena
kesepian dari si aku adalah ketika tidak mengingat tuhan.
Tipografi yang mengerucut ke bawah itu seperti corong. Semakin mengerucutnya bagian
itu, semakin mengerucut juga makna yang ada hingga sampai pada 'aku'. Maka 'aku' di
akhir itu adalah kesimpulan dari semuanya. Berarti segalanya adalah tergantung pada aku
bagaimana kita memaknai kesepian.
Unsur Batin
 Tema: Menceritakan tentang sepi.
 Feeling: Tenang (mindfullness), kebijaksanaan dalam memaknai sepi.
 Nada dan suasana: Tenang (mindfullness)
 Amanat: 'Sebaiknya kita mengingat tuhan ketika kita merasa kesepian', 'Dengan
mengingat tuhan, kita tidak akan kesepian.'

Anda mungkin juga menyukai