Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MOH.

HASAN ABDILLAH

KELAS : BSA 3-b

NIM : 12304183041
ANALISIS PUISI “MEMBACA TANDA-TANDA” KARYA TAUFIK ISMAIL

Membaca Tanda-tanda

(Taufik Ismail)

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas

tapi kita kini mulai merindukannya

Kita saksikan udara abu-abu warnanya

Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya

Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari

Hutan kehilangan ranting

Ranting kehilangan daun

Daun kehilangan dahan

Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru

Kita saksikan

Gunung membawa abu

Abu membawa batu

Batu membawa lindu

2
Lindu membawa longsor

Longsor membawa air

Air membawa banjir

Banjir air mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda

Bisakah kita membaca tanda-tanda?

Allah

Kami telah membaca gempa

Kami telah disapu banjir

Kami telah dihalau api dan hama

Kami telah dihujani api dan batu

Allah Ampunilah dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membaca tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

akan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas

tapi kini kami mulai merindukannya

3
Analisis Puisi “Membaca Tanda-tanda” Melalui Aspek Semantik Puisi

Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Dalam menganalisis puisi
melalui aspek semantik, ada empat hal yang perlu dikaji yaitu makna, bahasa kiasan, imaji
(citraan) dan simbol.

a. Makna

Memahami dan mengkaji sebuah puisi tidaklah mudah, terlebih lagi sekarang puisi makin
komlpeks dan aneh. Selain itu, bahasa puisi biasanya menyimpang dari tata bahasa normatif,
sehingga pembaca mengalami kesulitan untuk memahami puisi tersebut.

Puisi adalah sebuah karya sastra yang baru mempunyai makna bila diberi makna oleh
pembacanya. Pemaknaan sering juga disebut interpretasi. Pemberian makna atau interpretasi
sebuah karya sastra, dalam hal ini tergantung pada kemampuan pembacanya di bidang bahasa,
selain itu dibutuhkan kemampuan tentang konvensi sastra dan budaya tertentu. Pemaknaan
sebuah puisi antara satu pembaca dengan pembaca yang lain berbeda-beda karena karya sastra
termasuk puisi memiliki sifat polyinterpretable atau multi tafsir. Begitu pula dalam analisis
penulis mengenai makna dalam puisi Membaca Tanda-tanda karya Taufik Ismail dalam makalah
ini, mungkin akan berbeda dengan pemaknaan yang diberikan orang lain.

Puisi Membaca Tanda-tanda memiliki makna bahwa Taufik Ismail selaku penciptanya
mengajak pembaca untuk dapat membaca gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar kita.
Pembaca diajak untuk peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin
memprihatinkan keadannya. Alam yang dulunya asri, indah dan nyaman, kini terusik dengan
kerusakan akibat tangan-tangan manusia yang banyak merusak lingkungan.

Taufik dalam puisi ini mencurahkan perasaannya yang merindukan lingkungan yang alami dan
murni. Ia sangat menyesalkan apa yang terjadi saat ini. Sudah banyak gejala alam yang
memperingatkan manusia untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Namun dengan
banyaknya gejala alam ini Taufik masih mempertanyakan apakah kita (manusia) bisa membaca
gejala-gejala perubahan pada alam.

4
b. Bahasa Kiasan

Dalam karya sastra seperti puisi, untuk menimbulkan efek estetik atau efek kepuitisannya maka
digunakanlah gaya bahasa. Selain itu tujuan penyair menggunakan gaya bahasa dalam puisinya
antara lain untuk menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, menghasilkan makna
tambahan, agar dapat menambah konkrit sikap dan perasaan penyair dan agar makna yang
diungkapkan lebih padat.

Salah satu gaya bahasa yang sering digunakan dalam menulis puisi adalah bahasa kiasan. Bahasa
kiasan menyebabkan puisi menjadi menarik, menimbulkan kesegaran, hidup dan terutama
menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan
sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik dan hidup. Bahasa
kiasan mencakup: perbandingan atau simile, metafora, perumpamaan epos, personifikasi,
metonimi, sinekdok, alegori dan sebagainya. Namun, secara umum bahasa-bahasa kiasan
tersebut memiliki sifat memepertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu
yang lain.

Puisi Membaca Tanda-tanda tidak memakai banyak ragam bahasa kiasan atau majas. Bahasa
kiasan yang digunakan hanya seperti berikut :

1. Personifikasi

Personifkasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan bendabenda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf. 2008:
140). Personifikasi dalam puisi ini terdapat pada kutipan sebagai berikut :

· Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru (bait kelima)

· Gunung membawa abu

Abu membawa batu

Batu membawa lindu

Lindu membawa longsor

5
Longsor membawa air

Air membawa banjir (bait ke-6, baris 2-7)

2. Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu. Hiperbola dalam puisi ini terdapat
dalam kutipan :

Banjir air mata (bait ke-6, baris ke-8)

c. Imaji (citraan)

Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus,
untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik
perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran), di samping alat
kepuitisan yang lain. Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut citraan (imagery).
Citraan ini ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya (Altenbern
dalam Pradopo. 1997: 79).

Imaji terbagi menjadi imaji penglihatan (visual imagery), imaji pendengaran (audiotory
imagery), imaji raba dan sebagainya. Imaji atau citraan yang terdapat dalam puisi Membaca
Tanda-tanda antara lain :

1. Imaji penglihatan

Imaji penglihatan adalah citraan yang timbul oleh penglihatan. Imaji penglihatan dalam puisi ini
terdapat dalam kutipan :

· Kita saksikan udara abu-abu warnanya

Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya (bait ke-3)

· Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru (bait ke-5)

· Kita sasksikan

6
Gunung membawa abu

………………….. (bait ke-6)

· Kita telah saksikan seribu tanda-tanda

Bisakah kita membaca tanda-tanda (bait ke-7)

2. Imaji Pendengaran

Imaji pendengaran adalah citraan yang timbul oleh pendengaran. Imaji pendengaran dalam puisi
ini terdapat dalam kutipan :

Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari (bait ke-3, baris ke-3)

3. Imaji Raba

Imaji raba adalah citraan yang timbul oleh perabaan. Imaji perabaan dalam puisi ini terdapat
dalam kutipan :

· Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari kita (bait ke-1)

· Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

akan meluncur lewat sela-sela jari (bait ke-10)

d. Simbol

Simbol merupakan bagian dari kajian berdasarkan aspek semiotik (tanda). (Pradopo. 1995: 120)
mengemukakan bahwa simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau-maunya). Arti
tanda itu itu ditentukan oleh konvensi. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan
adalah simbol.

Ada tiga macam simbol yang dikenal, yakni (a) simbol pribadi, misalnya seorang menangis bila
mendengar lagu gembira karena lagu itu telah menjadi lambang pribadi ketika orang yang

7
dicintainya meninggal dunia, (b) simbol pemufakatan, misalnya Jepang=Negara Matahari Terbit,
dan (c) simbol universal, misalnya bunga adalah lambing cinta.

Analisis simbol pada puisi Membaca Tanda-tanda diuraikan sebagai berikut :

· Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan

dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Bait puisi ini menyimbolkan bahwa penyair merasa kehilangan sesuatu yang dekat sekali dengan
dirinya juga orang lain yaitu keasrian alam.

· Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas

tapi kita kini mulai merindukannya

Bait puisi ini menyimbolkan bahwa ia merindukan suasana alam yang masih murni, indah, asri
dan belum terjamah oleh tangan-tangan manusia, karena sekarang suasana itu sudah tidak terasa
lagi (tidak begitu jelas).

· Kita saksikan udara abu-abu warnanya

Maksudnya adalah udara yang terpolusi oleh asap (pencemaran udara) disimbolkan bahwa warna
udaranya menjadi abu-abu.

· Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya

Maksudnya adalah air danau yang tercemar kian lama volumenya kian menyusut sehingga
disimbolkan bahwa air danau semakin surut.

· Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari

Maksudnya (merupakan simbol) bahwa pada pagi hari tidak ada lagi suara kicauan burung-
burung yang bersahut-sahutan karena perburuan liar dan penebangan hutan menyebabkan
mereka kehilangan tempat tinggal (hutan), sehingga mereka pergi mencari tempat baru atau
bahkan hampir punah.

8
· Hutan kehilangan ranting

Ranting kehilangan daun

Daun kehilangan dahan

Dahan kehilangan hutan

Bait puisi di atas menyimbolkan gejala-gejala perubahan alam yang ditandai dengan hilangnya
komponen-komponen alam itu mulai dari yang terkecil (daun) hingga yang terbesar (huta).

· Kita sasksikan zat asam didesak karbon dioksid menggilas paru-paru

Baris puisi ini menyimbolkan adanya zat-zat asam dan karbon akibat polusi yang banyak
terkandung di udara menyebabkan terjadinya berbagai penyakit yang berhubungan dengan
terganggunya alat-alat pernapasan seperti paru-paru.

· Kita saksikan

Gunung membawa abu

Abu membawa batu

Batu membawa lindu (terjadi bencana gunung berapi, tanah longsor dan banjir)

Lindu membawa longsor

Longsor membawa air

Air membawa banjir

Banjir air mata (memakan korban jiwa)

Bait puisi ini menyimbolkan adanya pencemaran udara, penebangan hutan, perburuan liar dan
sebagainya telah mengundang berbagai macam bencana mulai dari gunung berapi, longsor dan
banjir yang memakan korban jiwa.

· Allah

Kami telah membaca gempa

9
Kami telah disapu banjir (bencana-bencana)

Kami telah dihalau api dan hama

Kami telah dihujani api dan batu

Allah

Ampunilah dosa-dosa kami (timbul kesadaran)

Bait puisi di atas menyimbolkan bencana-bencana yang timbul akibat manusia yang lalai akan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai khalifah di muka bumi. Namun semuanya tidak
lepas dari kehendak Sang Pencipta. Dia menguji makhluk-Nya dengan menimpakan musibah
dan bencana. Lalu timbul lah kesadaran pada diri manusia dan rasa ingin kembali, serta meminta
pengampunan kepada-Nya atas semua kesalahan yang diperbuat.

· Beri kami kearifan membaca tanda-tanda

Kearifan membaca tanda-tanda di sini menyimbolkan manusia yang meminta kepada tuhannya
agar dapat peka terhadap lingkungan dan benar-benar menjalankan tugasnya sebagai khalifah di
muka bumi dengan sebaik-baiknya dari melihat tanda-tanda alam yang ada.

10

Anda mungkin juga menyukai