Khutbah Jumat:
Tiga Pelajaran Penting Bencana Alam bagi Tiap Muslim
Dr. H. Ali Masrur, M.Ag.
Khutbah I
ُعبْدهُ َو َرس ْوله ُْ ََل للاُ َو ْحدَهُ ََلش َِريْكَُ َلهُ َوأَ ْش َهدُ أ
َ ن م َح َّمدًُا ُ َّ َل ِإ َلهَُ ِإ ُْ َ أَ ْش َهدُ أ.
َُ ن
َّ ص ْح ِب ُِه ا
َُُلطاه ِِريْن َ ع َلى آ ِل ُِه َو َ ع َلى
َ س ِي ِدنَا م َح َّمدُ َو ُْ ار
َ ك ِ َس ِل ُْم َوب
َ ل َو
ُِ ص
َ الُلهم.
َ َّ يَا أَي َها َّالذِينَُ آ َمنوُا اتَّقوُا. َُعتِ ُِه َل َع َّلك ُْم ت ْف ِلح ْون
ُّللا َ طا ُ َّاي ِبتَ ْق َوى
َ للاِ َو َُ صيْك ُْم َو ِإي ِ فَيَا آي َها ال َح،أَ َّما بَ ْعد
ِ اضر ْونَُ أ ْو
الزا ُِد التَّ ْق َوُى َُّ ِ َوتَزَ َّودوُا فَإ، ََل َوأَ ْنت ُْم م ْس ِلمون
َّ ن َخي َُْر ُ َّ ن ِإ ُ َ ق تقَاتِ ُِه َو
َُّ َل تَموت َُّ َح
Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi beberapa musibah yang melanda negeri kita.
Mulai dari gempa bumi dan meletusnya gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur.
Kejadian tersebut membuat kita semua prihatin dan sedih atas musibah yang
menimpa terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana alam.
Saudara-saudara kita yang meninggal akibat bencana tersebut cuckup banyak.
Rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum juga mengalami kehancuran.
2
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan
kembali.
Allahُ menjanjikanُ bagiُ orangُ yangُ mengucapkanُ kalimatُ tarji’ُ ketikaُ terjadiُ
musibah, akan mendapatkan rahmat dan anugerah dari Allah ﷻ, Allah akan
memberikannya pahala dan pengganti yang lebih baik. Amin.
Secara lebih mendalam, sejatinya bencana alam bersifat relatif: bisa bermakna
musibah, bisa juga justru merupakan anugerah dari Allah. Hal itu sangat tergantung
kepada diri seseorang dalam menyikapi bencana. Karena relatif, bencana alam bagi
tiap orang memiliki sudut pandang berbeda-beda: bisa jadi adalah musibah bagi satu
orang, namun anugerah bagi orang lainnya—tergantung cara dia merespons
peristiwa itu. Dengan kata lain, bencana adalah kiriman yang mengandung pelajaran,
bukan hanya bagi yang tertimpa bencana, tetapi juga bagi yang tidak terkena
bencana.
Kapan bencana alam itu menjadi musibah dan kapan ia merupakan anugerah?
Jawabannya sangat tergantung seberapa jauh pelajaran dari bencana alam itu
terserap dan berpengaruh positif pada diri seseorang, baik yang tertimpa bencana itu
atau yang sekadar menyaksikannya. Dalam kesempatan kali ini, setidaknya ada tiga
pelajaran penting dalam peristiwa bencana alam.
3
Muhasabah ini penting dilakukan baik oleh mereka yang menjadi korban maupun
bukan korban. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkutbah:
Artinya:ُ“Hisablahُdirimuُsebelumُengkauُdihisab.ُKarenaُsesunguhnyaُhalُituُ
akanُmeringankanُhisabmuُ(diُhariُkiamat).”ُ
Pesan dari Sayyidina Umar sangat jelas bahwa kita dianjurkan untuk mengevaluasi
diri sendiri, bukan mengevaluasi orang lain. Bagi korban, bencana adalah fase
penting memeriksa dosa-dosa sendiri, tingkat penghambaan kepada Allah,
pergaulan sosial, dan sikap terhadap lingkungan alam selama ini. Bagi mereka yang
bukan korban dan di luar lokasi bencana, hal ini adalah peringatan bagi diri sendiri
untuk kian menjaga perilaku dan sifatnya baik kepada Allah, sesama manusia, dan
juga alam sekitar.
Sangat disesalkan bila ada orang yang kebetulan tak menjadi korban menuding
bahwa bencana alam yang menimpa saudara-saudaranya di lokasi tertentu
merupakan azab atas dosa-dosanya. Apalagi jika tuduhan itu dikaitkan dengan
4
kepentingan politik tertentu. Sikap yang demikian tak hanya bertentangan dengan
prinsip muhâsabatun nafsi (evaluasi diri sendiri, bukan orang lain), tapi juga dapat
mendorong madarat baru karena bisa menyinggung perasaan para korban dan
menunjukkan tidak adanya empati kepada korban.
Terkait hal ini, Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkâr pernah membolehkan orang
yang selamat dari bencana untuk mengucap syukur tetapi sembari memberi catatan:
harus dengan suara sangat pelan (sirr) agar tidak melukai perasaan mereka yang
sedang mengalami penderitaan.
Pelajaran kedua adalah rasa syukur dan optimisme. Sikap ini berdasar pada
hadits Rasulullah
Dalam konteks ini, bersyukur bagi para korban adalah ridha atas bencana yang
menimpanya dan menilai penderitaan saat ini adalah cara Allah melebur dosa-
dosanya dan menaikkan kualitas kepribadiannya. Seperti ujian akhir semester bagi
siswa sekolah untuk naik ke semester berikutnya, bencana merupakan ujian bagi
para korban untuk bisa mendaki pada derajat yang lebih tinggi dan lebiih mulia.
sampai putus asa. Dalam penderitaan, kita mesti husnuzh zhan (berprasangka baik)
bahwa ada maksud khusus dari Allah untuk meningkatkan mutu diri kita, baik dalam
ibadah (menghamba kepada Allah) maupun muamalah (hubungan sosial).
Bagi mereka yang tak terdampak bencana, syukur dalam konteks ini mengacu pada
karunia keamanan dari Allah kepada dirinya, sehingga tidak hanya bisa muhâsabah
atas peristiwa yang disaksikannya tapi juga bisa beribadah dalam situasi yang lebih
nyaman dibanding saudara-saudaranya yang tertimpa musibah. Mereka juga harus
belajar dari kesalahan-kesalahan dan optimis menatap perjalanan ke depan.
Pelajaran ketiga adalah tentang ladang amal ibadah pasca bencana. Jika bencana
adalah ujian kenaikan derajat, maka kenaikan tersebut hanya terjadi bila yang
bersangkutan benar-benar lulus dari ujian. Bencana alam merupakan wasilah bagi
para korban yang isinya menuntut manusia untuk sabar, ikhtiar, tawakal, dan
semakin mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.ُ Innâُ lillâhiُ waُ innâُ ilaihiُ râji‘ûn,ُ
sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya kita
akan kembali.
donatur bantuan, atau keterlibatan lainnya yang dapat meringankan beban para
korban.
ُن أَ ِخ ْي ِه
ُِ ع ْو ُْ ِن ا ْلعَ ْب ُِد َما كَانَُ ا ْلعَبْدُ ف
َ ي ُِ ع ْو
َ للا فِي
ُ َو
Apabila kita mendengar kata hikmah di balik bencana, maka itu artinya terkait
dengan sikap-sikap bijak kita dalam menyikapi bencana. Karena kata hikmah
bermakna kebijaksanaan. Semoga bencana alam yang merupakan bagian dari
fenomena alamiah tak menimbulkan bencana baru dalam kehidupan spiritual kita.
Khutbah II
َلَّ للاُ َوللاُ َوُحْ دَُه َلَُ ش َِريْكَُ َل ُه .وأَ ْش َهدُ أَ ُْ
ن َلَُ ِا َلهَُ ِإ ُ لى ت َْوفِ ْي ِق ُِه َو ِا ْمتِنَانِ ُِه َ سانِ ُِه َوالش ْكرُ َلهُ َ
ع َُ لى ِإحْ َ اَ ْل َح ْمدُ للُِ َ
ع َُ
ع َلى اَ ِل ِهُ ع َلى َ
سيِ ِدنَا م َح َّم ُد ِو َ ل َ
ص ُِ
إلى ِرض َْوانِ ُِه .الله َُّم َ
عبْدهُ َو َرس ْولهُ الدَّا ِعى َُ سيِدَنَا م َح َّمدًُا َ ن ََوأَ ْش َهدُ أ َُّ
س ِل ُْم تَ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًُْرُا َوأَ ْ
ص َحابِ ُِه َو َ
ع َلى اَ ْن ِبيآئِكَُ َورس ِلكَُ َو َمآلئِ َك ِةُ س ِيدِنُا َ م َح َّم ُد َو َ ع َلى آ ُِ
ل َ س ِل ُْم َو َ ص َّلى للاُ َ
ع َل ْي ُِه َو َ ع َلى َ
س ِي ِدنَا م َح َّم ُد َ ل َص ُِ
الله َُّم َ
ص َحابَ ُِة َوالتَّا ِب ِعيْنَُ ع ُْ
ن بَ ِقيَّ ُِة ال َّ ع ِلى َو َ
ن َو َ الرا ِش ِديْنَُ أَ ِبى بَ ْكرُ َوعُ َم ُر َوعثْ َما ُ ن ْالخ َلف ُِ
َاء َّ ع ُِ ض الله َُّم َار َُْالمقَ َّر ِبيْنَُ َو ْ
اح ِميْنَُ عنَّا َم َعه ُْم ِب َر ْح َمتِكَُ يَُا أَ ْر َح َُم َّ
الر ِ ض َ
ار َُ
ْن َو ْ سانُ ِا َلىيَ ْو ُِم ِ
الدي ُِ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِعيْنَُ َله ُْم ِب ِا ْح َ
ن َب َل ِدنَا
ع ُْ
طنَُ َ ل َو ْال ِم َحنَُ َوس ْو َُء ْال ِفتْنَ ُِة َو ْا ِلم َحنَُ َما َ
ظ َه َُر ُِم ْن َها َو َما َب َ عنَّا ْال َبالَ َُء َو ْا َلو َبا َُء َو َّ
الزَلَ ِز َُ الله َُّم ادْفَ ُْع َ
سا ِئ ُِر ْالب ْلدَ ُِ
ان ْالم ْس ِل ِميْنَُ عآ َّمةًُ َيا َربَُّ ْال َعا َل ِميْنَُ صةًُ َو َ
ِ .ا ْندو ِن ْي ِسيَّا خآ َّ