Di susun Oleh :
Nama : DIAN SETIYAWAN
Nim : 210020083
Kelas : C
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar.
Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat
diamati, diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang
dikembangkan melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal,
strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk menyediakan
kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu
yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam
kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan pembelajaran menunjuk
pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal dan lambang yang
dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan
belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum
mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individuuntuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus menguasai prinsip –
prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang
peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud
perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior).
Perilaku yang tampak misalnya menulis, memukul, menendang sedangkan
perilaku yang tidak tampak misalnya berfikir, bernalar dan berkhayal.Untuk itu, agar
aktivitas belajar dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses
belajar untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik
sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi yang diberikan.
Meskipun pengajar sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta
didik dalam mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh karena itu pengajar
harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami apa
yang sudah diberikan oleh pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan
keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6),
Berbeda dengan Sanjaya (2010:112), beliau berpendapat bahwa “Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan
tingkah laku.” Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.” Berdasarkan definisi diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
setelah berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini adalah lingkungan kelas pada
saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. (Syaiful,
2003:61).
Menurut Hamalik (2007:77) pembelajaran adalah suatu system artinya suatu
keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponenyang berinteraksi antara satu dengan
lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi tujuan
pendidikan dan pengajaran, peserta didik dan siswa, tenaga kependidikan khususnya
guru, perencanaan pengajaran, strategi pengajaran, media pengajaran, dan evaluasi
pengajaran.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:17) adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruk-sional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan Coney
(dalam Sagala, 2005:61) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.
Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka
membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai
dengan petunjuk kurikulum yang berlaku.
Kekurangan :
1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah
kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalu
gejalanya.
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin
atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang bersifat
kognitif, sehingga, dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak kebiasaan
yang tidak sesuai dengan dirinya.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima,
mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.
a. Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategori ini berbeda.
b. Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama.
c. Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda.
a. Nama.
b. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif.
c. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak.
b. Rentangan karakteristik
c. Kaidah.
Kelebihan :
1. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan
pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang
dimiliki pada setiap individu.
2. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasardasar
dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan
pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
3. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan
yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang
diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya
ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
4. Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal
baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam
metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru
yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
Kelemahan :
1. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan
yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2. Dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi
atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam
mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang
berbeda-beda.
3. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek
kegiatan atau materi.
5. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya
C. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah integrasi pnnsip yang diekplorasi melalui
teori chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar
adalah proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari
peningkatan elemen-elemen inti tidak seluruhnya dikontrol oleh individu.. Belajar
didefinisikan sebagai pengetahuan yang dapat ditindak) dapat terletak di luar
diri kita ( dalam organisasi atau suatu database), terfokus pada hubungan
serangkaian informasi yang khusus, dan hubungan tersebut memungkinkan kita
belajar lebih banyak dan lebih penting dari pada keadaan yang kita tahu sekarang.
Konstrnktivisme diarahkan oleh pemahaman bahwa keputusan
didasarkan pada pernbahan yang cepat. Informasi barn diperoleh secara kontinu,
yang penting adalah kemampuan untuk menentukan antara informasi yang
penting dan tidak pen ting. Yang juga penting adalah kemampuan
mengetahui kapan informasi berganti (barn). Prinsip-prinsip konstrnktivisme
sebagaimana yang diungkapkan Siemens (2005) adalah:
1. Belajar dan pengetahuan terletak pada keberagaman opini.
2. Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting) sumber-sumber
informasi tertentu.. Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia.
3. Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak mernpakan hal yang lebih
penting dari pada apa yang diketahui sekarang.
4. Memelihara dan menjaga hubungan-hubungan (connections) diperlukan
untuk memfasilitasi belajar berkelanjutan.
5. Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide, dan
konsep mernpakan inti keterampilan.
6. Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up-to-date) adalah maksud dari
semua aktivitas belajar konektivistik.
Penentu adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa
yang dipelajari dan makna dari informasi yang masuk nampak melalui realita
yang ada. Konstruktivisme juga menyatakan tantangan yang dihadapi
dalam pengelolaan aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan
(to be connected) dengan orang yang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat
diklasifikasikan sebagai belajar. Behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme tidak
menyatakan tantangan-tantangan dari pengetahuan organisasional dan pergantian
(transference).
Aliran informasi dalam suatu organisasi merupakan elemen penting dalam
hal efektifitas secara organisasi. Aliran informasi dianalogikan sama dengan pipa
minyak dalam sebuah indusri. Menciptakan, menjaga, dan memanfaatkan aliran
informasi hendaknya menjadi kunci aktivitas organisasional. Aliran pengetahuan dapat
diumpamakan sebagai sebuah sungai yang berliku-liku melalui ekologi suatu
organisasi. Di daerah tertentu meluap dan di tempat lain aimya surut. Sehatnya ekologi
belajar dari suatu organisasi tergantung pada efektifnya pemeliharan aliran informasi.
Analisis jaringan sosial merupakan unsur-unsur tambahan dalam
memahami model-model belajar di era digital. Art Kleiner (2002) menguraikan
quantum theory of trust milik Karen Stephenson yang menjelaskan tidak hanya
sekadar bagaimana mengenal kapabelitas kognitif kolektif dari suatu organisasi, tetapi
bagaimana mengolah dan meningkatkannya.
Starting point konstruktivisme adalah individu. Pengetahuan personal
terdiri dari jaringan, yang hidup dalam organisasi atau institusi, yang pada
gilirannya memberi umpan balik pada jaringan itu, dan kemudian terus menerus
member pengalaman belajar kepada individu. Gerak perkembangan pengetahuan
(personal ke jaringan ke organisasi) memungkinkan pebelajar tetap
mutakhir dalam bidangnya melalui hubungan (connections) yang mereka bentuk.
2. Carl Rogers
Lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois, Chicago. Rogers membedakan 2
tipe belajar yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiential (pengalaman atau
signifikansi). pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan & pembelajaran,
yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal- hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal- hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan & ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.belajar yang bermakna dalam
masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dalam buku Freedom To Learn, menunjukkan prinsip- prinsip humanistic sebagai
berikut:
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud – maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri
dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah,pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa melibatkan dalam proses belajar dan ikut
tanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya baik
perasaan maupun intelek,merupakan cara yang memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri
dan penilaian dari orang lain merupakan cara ke dua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial didalam dunia modern adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuaanya terhadap diri sendiri mengenai proses perubahan
itu
k. Belajar dibawah oleh guru yang fasilitatif yang mempunyai ciri-ciri antara lain
Merespon perasaan siswa.
3. Howard Gardner
Kecerdasan tidak hanya dilihat dari segi linguistik dan logika, ada
bermacam-macam kecerdasan lain dan cara-cara mengajar yang berbeda, sehingga
potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal. Teori multiple Intelligence yang
dapat menjawab semua itu. Teori tersebut ditemukan dan dikembangkan oleh Howard
Gardner, seorang profesor pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat (Gardner,
1983). Teori dasarnya adalah ia tidak memandang bahwa kecerdasan manusia
berdasarkan skor standar semata, melainkan dengan ukuran kemampuan yang diuraikan
sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan- persoalan baru untuk
diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan
penghargaan dalam budaya seseorang.
Teori Multiple Intelligences dikembangkan oleh Gardner berdasarkan
pandangannya bahwa teori kecerdasan sebelumnya hanya dilihat dari segi linguistik dan
logika (Gardner, 1993). Padahal ada banyak orang yang mempunyai kecerdasan selain
kedua kecerdasan tersebut. Multiple Intelligences adalah sebuah penilaian yang melihat
secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat melihat bagaimana
pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda yang kongktit maupun
yang abstrak
Kekurangan :
1. Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran Guru biasanya
tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga peserta didik yang kurang
referensi akan kesulitan untuk belajar.
2. Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan. Misal saja guru
menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai kelompok, pasti ada beberapa
peserta didik yang mengandalkan teman atau tidak mau bekerja sama.
3. Pemusatan pikiran akan berkurang Dalam hal ini guru tidak sepenuhnya mengawasi
karena sistem belajar yang seperti ini adalah siswa yang berperan aktif menggali
potensi, sehingga peserta didik akan memanfaatkan keadaan yang ada.
4. Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi Dalam pembuatan tugas
peserta didik yang malas akan berinisiatif mengcopy pekerjaan temannya. Ini akan
mengurangi kepercayaan guru maupun temannya
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.”Kecerdasan ganda”.
http://digilib.uinsby.ac.id/teori belajar