Anda di halaman 1dari 12

Program Pendidikan Guru Penggerak

Materi 3

UMPAN BALIK
Pengenalan Model EPIK

PENYUSUN
Purnama Sari Pelupessy
I. Umpan Balik

Dalam proses belajar, seseorang membutuhkan empat aspek dukungan sosial, yaitu emotional support,
instrumental support, informational support, dan appraisal support. Di antara keempat dukungan tersebut,
appraisal support, yaitu dukungan yang bertujuan untuk membantu evaluasi diri (self-evaluation), sangat
berkaitan dengan pemberian umpan balik.

Umpan balik adalah setiap informasi lisan atau tertulis yang diberikan dan diterima tentang apa yang telah
dilakukan sebelumnya, yang berfokus pada pengembangan orang lain untuk masa depan. Umpan balik
memungkinkan seseorang melihat zona buta (blind spot) sehingga dapat memperluas pemahaman di luar
sudut pandang diri sendiri. Hal ini akan memberi wawasan tentang diri sendiri yang mungkin tidak disadari
sebelumnya, karena seseorang tidak selalu bisa melihat dirinya seperti yang orang lain lihat. Umpan balik
bertujuan untuk membantu seseorang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan
dengan tujuannya, untuk perbaikan dan meningkatkan kualitas diri yang bertahan lama.

Secara garis besar, ada dua bentuk umpan balik yang dikenal selama ini, yaitu:

1. Umpan Balik Non Formal


Biasanya, seseorang memberikan umpan balik informal ketika memfasilitasi pertemuan, melakukan
presentasi, menjawab pertanyaan tentang pekerjaan, atau saat terjadi diskusi. Umpan balik ini
mungkin tidak direncanakan, mungkin tidak diberikan secara konsisten, dan dapat disesuaikan
dengan situasi yang muncul. Jika tidak siap, lebih baik tidak memberi atau menerima umpan balik.

Umpan balik tidak hanya terjadi saat seseorang membutuhkan perbaikan, tetapi juga peningkatan.
Umpan balik paling baik diterima ketika seseorang memintanya, baik secara langsung seperti
“Saya ingin mendapatkan umpan balik dari Anda”, atau secara tidak langsung seperti “bagaimana
penampilan Saya saat memberikan presentasi tadi?”. Namun, ketika Anda ingin memberikan

1
umpan balik ketika orang lain tidak meminta, Anda dapat menawarkan diri untuk memberikan
umpan balik.

2. Umpan Balik Formal


Umpan balik formal, dibuat secara konsisten untuk penerima. Sering kali umpan balik formal sudah
terjadwal sebelumnya dan memiliki rubrik. Siap-tidak siap atau suka-tidak suka, umpan balik harus
terjadi. Misalnya saat supervisi akademik.

Kita sering mengabaikan pentingnya umpan balik, agar seseorang dapat melangkah ke masa depan.
Karena, pada dasarnya seseorang bisa mengubah diri menjadi lebih baik di masa depan. Hanya memberi
umpan balik dengan kalimat “Anda hebat”, “penampilan Anda bagus sekali” atau “Anda keren”, juga tidak
akan mengubah apapun. Ketika umpan balik hanya memberitahukan tentang kesalahan tidak membantu
seseorang menjadi lebih baik. Sebaliknya, akan membuat seseorang merasa tidak nyaman, tidak berdaya,
bersalah atau bahkan malu dan merasa bahwa tidak ada lagi yang dapat dilakukan. Ia menjadi lupa
tentang komitmen dan melihat ke depan. Seseorang yang mendapatkan umpan balik seperti ini akan
melepaskan kortisol (hormon stres), yang memicu reaksi ancaman dan memblokade kerja bagian otak
luhur (lobus frontal) yang berpikir, rasional, dan membuat keputusan. Amigdala - bagian dari sistem limbik
di otak manusia - akan menyala, bagian otak bawah sadar bekerja untuk reaktif dan akan berlanjut pada
sikap defensif.

Umpan balik bukanlah untuk menjatuhkan tetapi memberdayakan orang lain. Umpan balik yang
memberdayakan akan mendorong orang lain terus mengasah keterampilannya, mengembangkan area
peningkatan dan secara umum menciptakan hubungan yang positif di tempat kerja. Umpan balik yang
memberdayakan juga dapat telihat dari cara seseorang mendorong orang lain mengenali kelemahan dan
kekuatan, kebutuhan, pencapaian, atau keberhasilan, dan menindaklanjutinya. Dengan cara ini, penerima
umpan balik dapat berefleksi, melakukan perbaikan dan peningkatan terus-menerus.

Memberi umpan balik adalah salah satu keterampilan penting dalam pekerjaan dan kehidupan. Umpan
balik menjadi aspek kunci dari setiap pekerjaan kolaboratif untuk memberdayakan pemberi dan penerima
umpan balik itu sendiri. Umpan balik adalah alat pembelajaran yang bermanfaat, dan memberikan umpan
balik adalah praktik instruksional yang direkomendasikan. Untuk itu, Pengajar Praktik perlu memanfaatkan
umpan balik sebagai salah satu bagian untuk mendukung proses belajar Calon Guru Penggerak yang
didampingi dan untuk membantu Calon Guru Penggerak memberdayakan diri.

II. Umpan Balik Model EPIK

Untuk membantu Anda dalam memberikan umpan balik yang baik dan memberdayakan Calon Guru
Penggerak saat pendampingan, Anda akan diperkenalkan dengan alat bantu model EPIK (Empati, Posisi,
Intensi dan Kualitas). Model EPIK merupakan terjemahan dari model aslinya EPIQ (Empathy, Position,
Intention, Quality) yang dirancang oleh Victor Cessan.

Gambar 1. Umpan Balik EPIQ

2
Model EPIK digunakan sebagai pondasi untuk melihat kebutuhan penerima umpan balik dan akan
membantu Anda untuk menemukan dimensi yang akan Anda gunakan ketika memberi umpan balik.
Model ini terdiri dari empat dimensi yang akan diturunkan ke dalam komponen dan pertanyaan panduan
sebagai titik awal dalam memberikan umpan balik. Keempat dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dimensi Intensi
Intensi merupakan niat, maksud atau tujuan Anda sebelum memberikan umpan balik. Anda perlu
memahami maksud dan tujuan umpan balik Anda dan kemudian dapat mengomunikasikannya
kepada penerima umpan balik. Anda perlu tahu mengapa dan untuk apa Anda memberikan umpan
balik. Kemampuan untuk mengomunikasikan niat Anda dengan jelas akan memiliki dampak besar
pada diri orang lain.

Gambar 2. Dimensi Intensi

3
Intensi terdiri dari empat komponen yaitu

a. Meningkatkan Kinerja.
Niat untuk membantu seseorang meningkatkan kinerja atas keahlian atau profesi
seseorang. Fokusnya pada kinerja dan pencapaian bagi orang lain. Umpan balik jenis ini
merupakan komunikasi yang mendorong seseorang mengidentifikasi, menganalisis dan
mengevaluasi poin baik dan poin yang membutuhkan perbaikan atau peningkatan, sambil
menjaga hubungan dan menjaga diri agar tetap bijaksana. Jika Anda mempunyai niat ini,
maka Anda perlu menyiapkan terlebih dahulu siapa dan apa yang akan Anda observasi,
lalu mengobservasi, mengevaluasi, dengan menggunakan pendekatan coaching dan
menyampaikan kritik setelahnya.

Ketika Anda mengkritik sesuatu, Anda dapat mengatakan hal-hal positif dan negatif
terhadap penampilan (performance) seseorang. Kritik biasanya dijumpai saat seorang ahli
mengkritik buku, seni, film, atau pada ajang pencarian bakat seperti acara memasak,
komedi, atau menyanyi, juri akan mengkritik penampilan juru masak, komedian atau
penyanyi. Umumnya, kritik model ini berlangsung satu arah. Kritik tanpa
mempertimbangkan semua dimensi EPIK dapat berubah menjadi kritisisme yang merusak
merusak kinerja, memicu stres dan dan memperburuk hubungan. Jika Anda bukan seorang
ahli, sebaiknya Anda menghindari kritik karena cenderung tidak setara dan tidak
memberdayakan.

Umpan balik ini tercermin ketika Anda mengucapkan/menuliskan kalimat seperti:

“Apa yang ingin Anda tingkatkan…”


“Coba identifikasi kebutuhan Anda agar….”

Catatan: umpan balik yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja, lebih sering muncul saat
umpan balik formal seperti supervisi akademik. Umpan balik untuk meningkatkan kinerja
akan lebih efektif jika menggunakan pendekatan Coaching, yang akan Anda pelajari
melalui modul Coaching.

b. Meningkatkan kesadaran diri.


Niat untuk membantu seseorang belajar dan berefleksi tentang dirinya sendiri dari
kemampuan kognitif, karakter, perilaku dan kepribadian diri seperti pola pikir, cara terhadap
stres, kebiasaan, dan sebagainya. Niat ini juga berkaitan dengan hubungan sebab akibat
dari suatu tindakan. Umpan balik ini tercermin ketika Anda mengucapkan/menuliskan
kalimat seperti:

“Ceritakan mengapa hal itu terjadi?”


“Apa yang Anda rasakan ketika…?”
“Sepertinya ada hal yang keliru/kurang dari…”
“Tindakan tersebut…,akan mengakibatkan….”

4
Anda perlu berhati-hati ketika memberikan umpan balik karena Anda sendiri tidak tahu apa
yang mungkin ditemukan seseorang tentang dirinya dan Anda mungkin dapat menyakiti
perasaan orang lain.

c. Mengembangkan Hubungan.
Niat untuk mengembangkan kolaborasi dan membangun hubungan interpersonal yang
lebih positif. Fokusnya pada bagaimana perilaku seseorang dapat memengaruhi hubungan
Anda dengan orang tersebut. Umpan balik ini tercermin ketika Anda
mengucapkan/menuliskan kalimat seperti:

“Ketika Anda mengatakan…, Saya merasa…, Saya berharap Anda akan….”


“Saya mengharagai upaya Anda….”

d. Memberi energi.
Niat untuk membantu seseorang membangun kepercayaan diri, harga diri, inspirasi,
semangat, motivasi. Fokusnya adalah menunjukkan apresiasi. Umpan balik ini digunakan
benar-benar untuk menunjukkan bahwa Anda menghargai dan memotivasi orang lain.
Umpan balik jenis ini tercermin ketika Anda mengucapkan/menuliskan kalimat seperti:

“Terima kasih atas…”,


“Kembangkan/Tingkatkan lagi cara Anda….”

Anda mungkin mempunyai niat lebih dari satu ketika akan memberi umpan balik. Anda bisa
mengurutkan niat Anda mulai dari niat yang paling penting, lalu fokus untuk membahas
masing-masing niat secara berurutan. Untuk merefleksikan niat Anda, jawablah pertanyaan berikut
ini:
a. Manakah dari Empat Niat yang merupakan niat Anda?
b. Mengapa Anda ingin memberikan umpan balik?
c. Apa yang ingin Anda capai dengan umpan balik Anda?
d. Jika umpan balik Anda berhasil diberikan dan diterima, apa yang ingin Anda lihat terjadi?
e. Untuk kepentingan siapa Anda mempertimbangkan untuk menawarkan umpan balik?

Jika niat memberi umpan balik adalah untuk mendapatkan pengakuan (superior) dari orang lain,
maka sebaiknya Anda berhenti karena itu bukanlah maksud dari umpan balik.

2. Dimensi Posisi
Posisi akan menentukan bagaimana Anda memberi umpan balik dan bagaimana penerima umpan
balik merespons umpan balik yang Anda berikan.

Gambar 3. Dimensi Posisi

5
Dimensi Posisi terdiri dari 3 komponen yaitu:

a. Dinamika Kekuasaan
Kekuasaan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Latar belakang, budaya, dan
motivasi dapat mempengaruhi seseorang untuk memiliki kebutuhan merasa superior,
inferior, atau setara dalam lingkungan profesionalnya. Jadi penting untuk menyadari
kekuasaan mana yang berperan saat Anda memberikan umpan balik. Jika Anda adalah
seorang ahli atau mempunyai jabatan lebih tinggi, maka kemungkinan besar Anda akan
merasa lebih superior, begitupun sebaliknya.

Anda perlu mempertimbangkan bagaimana dinamika kekuasaan memengaruhi umpan


balik yang Anda berikan. Ketika umpan balik yang Anda berikan membuat seseorang
merasa inferior, ia lebih cenderung masuk ke mode defensif. Ketika umpan balik yang
Anda berikan membuat seseorang merasa lebih superior, ia lebih cenderung masuk ke
mode ofensif atau penolakan.

Ketika Anda memberi umpan balik hanya untuk menunjukkan superioritas, dapat
mengarahkan Anda pada subyektivitas, penghakiman dan ketidaksetaraan. Umpan balik
seperti ini dapat membangun hubungan emosional yang keliru, yang akhirnya menjadi
proses yang menakutkan atau memprovokasi ketakutan.

Dalam setiap pekerjaan kolaboratif, kesetaraan sangat penting. Dengan menempatkan diri
Anda pada posisi yang setara, seseorang akan merasa diberdayakan. Kesetaraan akan
membuat peluang umpan balik yang Anda berikan, akan berhasil diterima dengan baik
oleh seseorang.

b. Izin/Persetujuan
Meminta izin adalah cara untuk menciptakan kesetaraan, kepercayaan, keamanan,
kenyamanan dan keterbukaan dalam umpan balik. Meminta izin secara eksplisit sebelum
memberikan umpan balik merupakan titik awal menuju umpan balik yang efektif. Umpan

6
balik yang efektif mempertimbangkan keterbukaan terhadap informasi baru dan bagaimana
informasi itu diberikan, agar tidak membuat seseorang menjadi defensif.

Jika Anda berniat membantu seseorang meningkatkan kinerjanya, Anda dapat bertanya:

“Bolehkah saya membagikan hasil pengamatan Saya kepada Anda?”


“Bolehkah saya memberi beberapa masukan kepada Anda?"

Jika Anda ingin meningkatkan kinerja sekaligus mengembangkan hubungan, Anda dapat
bertanya:

“'Saya ingin memberikan umpan balik tentang cara Anda melakukan


presentasi yang saya rasa akan bermanfaat. Bagaimana menurut Anda?”

c. Hubungan
Hubungan yang positif terjalin atas harapan dan kepercayaan. Jika Anda mendapatkan izin
untuk memberikan umpan balik, sampaikan harapan Anda terhadap umpan balik yang
akan anda berikan. Begitupun jika Anda diminta untuk memberikan umpan balik, tanyakan
harapan penerima terhadap umpan balik yang akan Anda berikan.

Ketika harapan pemberi dan penerima umpan balik tidak sesuai, kesalahpahaman dan
perilaku defensif akan muncul. Misalnya, Jika Anda terus memberi saran tetapi harapan
seseorang justru ingin mendapatkan dorongan atau motivasi, maka umpan balik yang Anda
berikan menjadi tidak efektif dan kemungkinan besar akan gagal.

Pertimbangkan, apakah Anda memiliki kepercayaan yang diperlukan untuk memberi


umpan balik. Jika seseorang memercayai Anda, ia cenderung mendengarkan, berdialog
dan menindaklanjuti hasilnya. Jika seseorang tidak memercayai Anda, maka umpan balik
tidak akan efektif.

Anda dapat menjawab pertanyaan berikut agar memahami lebih baik mengenai posisi Anda dalam
umpan balik:
a. Seperti apa hubungan Anda dengan penerima umpan balik?
b. Apakah orang lain mengharapkan umpan balik dari Anda? Jika ya, apa jenis umpan
baliknya?
c. Bagaimana Anda berencana mendapatkan izin untuk memberikan umpan balik?
d. Bagaimana Anda berencana memulai diskusi umpan balik?
e. Bagaimana posisi Anda dalam umpan balik dapat memengaruhi dinamika kekuasaan?

3. Dimensi Kualitas
Kualitas dalam pernyataan atau pertanyaan yang anda sampaikan saat memberi umpan balik
memengaruhi keberhasilan umpan balik itu sendiri.

7
Gambar 4. Dimensi Kualitas

Dimensi kualitas terdiri dari 3 komponen yaitu:

a. Kejelasan
​Kejelasan adalah memastikan seseorang memahami sepenuhnya pesan dan makna dari
umpan balik yang Anda berikan. Tanpa kejelasan, Anda melemahkan pesan Anda dan
maknanya bisa berubah. Fokuslah pada area yang dibutuhkan dari seseorang yang
meminta umpan balik. Deskripsikan umpan balik dengan jelas serta pastikan umpan balik
juga didukung dengan contoh spesifik dari hasil pengamatan dan bukan pernyataan yang
tidak jelas atau ambigu. Lebih baik menggunakan kata sambung “dan”, daripada
menggunakan “tetapi”. Jika Anda menggunakan istilah, singkatan, atau akronim, pastikan
Anda juga menjelaskannya kepada penerima umpan balik. Untuk umpan balik tidak
langsung, cermati setiap bagian dari dokumen, seperti Anda mencermati penerima umpan
balik mendeskripsikan peristiwa atau fakta yang terjadi.

b. Format
Format merupakan kesesuaian antara niat Anda dengan pemberian umpan balik. Misalnya,
jika Anda ingin meningkatkan hubungan Anda dengan seseorang, maka gunakan umpan
balik mengembangkan hubungan.

c. Kejernihan/kemurnian
Kejernihan/kemurnian mengacu pada kemampuan Anda untuk membedakan antara fakta
dan interpretasi dari sebuah situasi, untuk memastikan bahwa umpan balik yang Anda
berikan adalah umpan balik yang kontekstual dan realistis. Misalnya, jika Calon Guru
Penggerak terlambat hadir 15 menit saat lokakarya, faktanya adalah ia terlambat 15 menit.
Tetapi keterlambatan 10 menit bisa diartikan berbeda oleh setiap orang yang hadir di rapat.
Beberapa orang mungkin menganggap ia malas, beberapa lainnya mungkin menganggap
ia tidak bersunggu-sungguh. Ketika semua orang kemudian mengetahui bahwa Calon Guru

8
Penggerak ternyata mengantarkan tetangganya ke Rumah Sakit, maka semua orang
mengubah interpretasinya. Untuk mencegah interpretasi, tanyakan selalu alasan atau
penyebab dari perilaku seseorang sehingga Anda memiliki pandangan yang jernih dalam
memberikan umpan balik.

Pertanyaan untuk ditanyakan kepada diri sendiri mengenai kualitas:


a. Bayangkan situasi yang akan Anda jadikan dasar umpan balik Anda. Apa fakta yang apa
yang terlihat oleh orang lain, dan apa interpretasi Anda?
b. Jika orang lain mengamati situasinya, apa yang akan mereka lihat?
c. Bagaimana Anda memastikan umpan balik yang anda berikan benar-benar kontekstual dan
realistis?
d. Format apa yang paling sesuai dengan niat Anda?

4. Dimensi Empati
Untuk memberikan umpan balik yang berkualitas, Anda harus memiliki empati terhadap orang
akan menerima umpan balik Anda.

Gambar 5. Dimensi Empati

Dimensi Empati terdiri dari 3 komponen yaitu:

a. Empati emosional
Empati tentang menunjukkan kepedulian. Ketika seseorang memberi tahu Anda tentang
apa yang mereka rasakan, Anda memahami apa yang mereka rasakan. Umpan balik jenis
ini tercermin ketika Anda mengucapkan/menuliskan kalimat seperti:

“Saya turut berduka terhadap ….”

9
b. Empati kognitif
Empati tentang memahami bagaimana ketika seseorang berpikir atau menalar sebuah
situasi, dan Anda memahami situasi yang menyebabkan ia berpikir dan merasakan hal
tersebut. Umpan balik jenis ini tercermin ketika Anda mengucapkan/menuliskan kalimat
seperti:

“Saya memahami bahwa Anda mengalami situasi dilematis sehingga Anda terlambat
hadir.”

c. Empati perspektif
Empati tentang memahami bagaimana perasaan itu milik seseorang dan bukan Anda,
bahkan jika Anda mengalami perasaan yang sama. Penting untuk menilai diri sendiri
apakah Anda berempati atau tidak. Pikirkan jika Anda berada pada situasi tersebut, apa
yang Anda lakukan? Jika Anda tidak empati, maka seseorang akan merasa tidak aman dan
masuk ke mode defensif, sehingga mencegah Anda menyampaikan umpan balik yang
efektif.

Pertanyaan reflektif kepada diri sendiri mengenai empati:

Tempatkan diri Anda pada posisi orang lain: apa yang ada di pikiran dan yang dirasakan orang
tersebut pada saat itu.
a. Apa tujuan orang tersebut?
a. Mengapa orang tersebut berperilaku/mengambil tindakan seperti itu?
b. Menurut Anda bagaimana perasaan orang lain?

Pikirkan kembali saat perasaan Anda saat berada di posisi orang lain.
a. Apa yang ada di pikiran Anda saat itu?
b. Apa yang Anda rasakan dalam situasi itu?
c. Apa tipe empati (emosional, kognitif, perspektif) yang Anda miliki terhadap orang tersebut?
d. Jenis atau tipe empati apa (emosional, kognitif, perspektif) yang belum Anda
pertimbangkan terhadap orang tersebut?

Memberi dan menerima umpan balik adalah proses yang seimbang dan dialektis. Keterbukaan dalam
memberi atau menerima umpan balik sangat penting. Tanpa keterbukaan, praktik yang berjalan baik tidak
diperkuat, kinerja yang kurang tidak diperbaiki, dan jalan menuju peningkatan tidak akan teridentifikasi.
Hadirkan diri sepenuhnya sebagai manusia yang reflektif dan ingin belajar. Dengan memberikan serta
mengelola umpan balik dalam lingkungan diskusi yang sehat, seseorang akan berdaya sehingga mampu
berkembang dengan lebih cepat dan lebih proaktif.

Memberi umpan balik adalah keterampilan yang perlu diasah terus menerus. Semakin banyak kita berlatih
memberikan umpan balik, maka semakin mudah dan semakin baik kita melakukannya. Ketika umpan balik
dilakukan dengan baik, akan mendorong terjadinya pembelajaran, pengembangan, kepercayaan diri,

10
meningkatkan keterlibatan, hubungan yang positif, memberi seseorang kepemilikan terhadap tujuan dan
melihat ke masa depan. Jika kita dapat menerapkan kebiasaan meminta, menawarkan, memberi dan
menerima umpan balik yang efektif, akan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk bekerja dan
berkolaborasi, dan semua orang akan mendorong terjadinya perubahan.

Referensi

Cessan, V. (2021, February 4). The EPIQ feedback model workbook.


https://www.viktorcessan.com/epiq-feedback-model/

London, M. (2014). The power of feedback: Giving, seeking, and using feedback for performance
improvement. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315813875

McGregor, D., & Cartwright, L. (2011). Developing reflective practice: A guide for beginning teachers: A
guide for beginning teachers. McGraw-Hill Education (UK).

Seager, T. P. (2019, September 17). Critique vs. criticism. Medium.


https://medium.com/storygarden/critique-vs-criticism-36ddf0d191ff

Watts, G., & Watts, N. (2021). CPD in the built environment. Routledge.

Wong, T. K., Tao, X., & Konishi, C. (2018). Teacher support in learning: Instrumental and appraisal support in
relation to math achievement. Issues in Educational Research, 28(1), 202-219.
http://www.iier.org.au/iier28/wong.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai