Anda di halaman 1dari 5

1.

Histologi
Histologi Faring
Rongga nasal terbuka ke arah posterior ke dalam nasofaring, bagian pertama
faring. Nasofaring menyatu di bagian kaudal dengan orofaring (kerongkongan),
bagian posterior rongga mulut yang mengarah ke laring dan esofagus. Berbeda
dengan epitel berlapis gepeng orofaring, nasofaring dilapisi epitel respirasi, dan
mukosanya mengandung tonsil faringea medial dan muara dari kedua tuba auditorius
yang berhubungan dengan rongga telinga tengah.

Epitel respirasi ini mempunyai lima jenis sel utama yang semuanya berhubungan
dengan membran basalis yang sangat tebal:
 Sel silindris bersilia adalah sel yang paling banyak ditemukan, masing-masing
memiliki 250-300 silia pada permukaan apikalnya.
 Sel goblet juga banyak ditemukan dan terutama mendominasi daerah tertentu
dan mengandung inti basal dan apikal berisi granul glikoprotein musin.
 Sel sikat (brush cell) tidak begitu banyak ditemukan, tipe sel silindris yang
permukaan apikalnya mempunyai mikrovili. Sel sikat adalah reseptor
kemosensoris mirip sel gustatori, memiliki komponen transduksi sinyal serupa
dan bersinaps dengan ujung saraf aferen pada permukaan basalnya.
 Sel granul kecil (atau sel Kulchitsky) sukar dibedakan pada sediaan rutin,
tetapi mempunyai banyak granul pusat padat berdiameter 100-300 nm. Seperti
sel enteroendokrin usus, sel-sel ini merupakan bagian dari sistem
neuroendokrin difus (diffuse neuroendocrine system, DNES; lihat Bab 20).
Seperti sel sikat, sel ini hanya berjumlah sekitar 3% dari sel epitel respirasi.
 Sel basal adalah sel punca yang aktif bermitosis dan sel progenitor yang
menghasilkan jenis sel epitel lainnya.
Histologi kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid, terletak anterior dan inferior terhadap laring, terdiri atas dua lobus
yang dipersatukan oleh sebuah ismus Di awal kehidupan embrio, tiroid berkembang
dari endoderm foregut dekat dasar lidah yang berkembang. Kelenjar ini menyintesis
hormon tiroid, yaitu tiroksin (tetra iodotironin atau T4) dan tri-iodotironin (T3), yang
membantu mengendalikan laju metabolisme basal pada sel-sel di seluruh tubuh, serta
hormon polipeptida kalsitonin.

Kelenjar tiroid dibungkus kapsul fibrosa, tempat septa meluas ke dalam


parenkima, membaginya dalam lobulus yang membawa pembuluh darah, saraf, dan
limfatik. Folikel berhimpit padat, dipisahkan satu sama lain oleh sedikit jaringan ikat
retikular. Walaupun begitu, stroma ini banyak mengandung kapiler berfenestra untuk
mengangkut hormon yang dilepaskan ke darah.
Sel-sel folikel, atau tirosit, mempunyai bentuk gepeng hingga silindris rendah,
aktivitas dari ukuran dan ciri lainnya bervariasi tergantung nya yang dikendalikan
hormon perangsang tiroid (thy roid-stimulating hormone, TSH) dari hipofisis anterior.
Kelenjar aktif mempunyai lebih banyak folikel dengan epitel silindris rendah; kelenjar
yang sebagian besar selnya gepeng adalah hipoaktif.
Tirosit mempunyai kompleks tautan apikal dan terletak pada lamina basal. Sel-sel
me miliki organel yang menunjukkan sintesis dan sekresi protein yang aktif, selain
fagositosis dan pencernaan. Inti biasanya bulat dan di tengah. Bagian basal sel banyak
mengandung RER dan bagian apikal, yang menghadap lumen folikel, mengandung
kompleks Golgi, granul sekresi, banyak fagosom dan lisosom, dan mikrovili.
Jenis sel endokrin lainnya, sel parafolikular, atau sel C, juga terdapat di bagian
dalam lamina basal epitel folikel atau sebagai kelompok terpisah di antara folikel.
Berasal dari krista neuralis, sel parafolikular biasanya sedikit lebih besar dari sel
folikel dan terpulas lebih pucat. Sel ini memiliki lebih sedikit RER, kompleks Golgi
besar, dan banyak granul halus (diameter 100-180 nm) yang mengandung kalsitonin.
Sekresi kalsitonin dipicu oleh pening katan kadar Ca²+ darah dan menghambat
aktivitas osteoklas, tetapi fungsi ini pada manusia kurang pen ting dibanding peran
hormon paratiroid dan vitamin D pada pengaturan homeostasis kalsium normal.

Histologi kelenjar paratiroid

Sel-sel endokrin kelenjar paratiroid, disebut sel prinsipal (chief cell), adalah sel-
sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma agak asidofilik yang terpulas
pucat. Granul sitoplasma ber bentuk tidak teratur dan mengandung polipeptida para
thyroid hormone (PTH), sebuah regulator penting kadar kalsium darah. PTH
mempunyai tiga sasaran utama:
 Osteoblas merespons terhadap PTH dengan menghasilkan sebuah faktor
perangsang osteoklas yang meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas.
Resorpsi matriks tulang terkalsifikasi terjadi dan pelepasan ion Ca²
meningkatkan konsentrasi Ca²+ beredar yang menekan produksi PTH. Jadi,
efek PTH pada kadar Ca² darah adalah berlawanan dengan efek kalsitonin.
 Pada tubulus kontortus distal korteks ginjal, PTH merangsang reabsorpsi Ca²
(dan menghambat reabsorpsi fosfat pada tubulus proksimal).
 Secara tidak langsung PTH juga meningkatkan absorpsi Ca²+ pada usus halus
dengan merangsang aktivasi vitamin D.
Dengan bertambahnya usia, banyak sel sekretori digantikan dengan adiposit, yang
dapat mencapai lebih dari 50% kelenjar pada lansia.
Dalam jumlah yang jauh lebih kecil dapat ditemukan sel-sel oksifil pada kelenjar
paratiroid, yang sering berkelompok, terutama pada lansia. Sel ini jauh lebih besar
dari sel prinsipal dan dicirikan dengan sitoplasmanya yang asidofilik, berisi
mitokondria berbentuk abnormal. Beberapa sel oksifil menun jukkan sintesis PTH
kadar rendah yang memberi kesan bahwa sel-sel ini adalah peralihan turunan sel-sel
prinsipal.

Histologi limfatik

Selain vaskulatur darah, tubuh mempunyai sistem saluran berdinding sangat tipis,
kapiler limfatik, yang mengumpulkan kelebihan cairan interstisial dari celah jaringan
sebagai limfe dan dikembalikan ke dalam darah. Seperti cairan jaringan, limfe
biasanya kaya akan protein yang terpulas sangat ringan, tetapi biasanya tidak
mengandung sel darah merah, meskipun limfosit dan sel darah putih lain mungkin
ada. Dengan pengecualian seperti pada sumsum tulang dan sebagian besar SSP,
kebanyakan jaringan dengan vaskulatur mikro darah juga mengandung kapiler limfe
(atau limfatik).
Kapiler limfatik secara setempat berawal sebagai saluran sel endotel sangat tipis,
yang tidak memiliki taut kedap dan berada di atas lamina basal diskontinu. Filamen
penambat halus kolagen meluas dari lamina basal ke jaringan ikat sekitar, mencegah
kolapsnya pembuluh. Cairan interstisial memasuki kapiler limfatik dengan ngalir di
antara sel endotel dan dengan transitosis. Daerah khusus sel endotel ber dekatan juga
tidak memiliki hubungan hemidesmosom terhadap lamina basal dan meluas ke dalam
lumen membentuk daun katup yang memudahkan masuknya cairan dan mencegah
aliran balik limfe.
Kapiler limfatik mengumpul ke dalam pembuluh limfe yang lebih besar dengan
dinding tipis dan peningkatan jumlah jaringan ikat dan otot polos yang tidak pernah
membentuk tunika luar yang jelas (Gam bar 11-25). Seperti vena, pembuluh limfatik
memiliki katup yang terdiri atas lipatan intima seutuhnya. Pada jalur pembuluh
limfatik yang lebih besar terdapat limfonodus, tempat limfe diolah oleh sel sistem
imun (dibahas dalam Bab 14). Pada sediaan histologis limfatik, pembuluh limfatik
sering melebar dengan limfe. Seperti dalam vena, sirkulasi limfatik dibantu oleh
kekuatan dari luar (misalnya, kontraksi otot rangka sekitarnya) dengan katup limfe
mempertahan kan aliran limfe satu arah.
Pembuluh limfatik akhirnya mengumpul ke dalam dua trunkus besar: duktus
torasikus dan duktus limfatikus dekstra, yang mencurahkan limfe kembali ke dalam
darah. Duktus torasikus berhubungan dengan sistem sirkulasi darah dekat pertemuan
vena jugularis interna kiri dengan vena subklavia kiri, sedangkan duktus limfatikus
kanan masuk dekat pertemuan vena subklavia kanan dan vena jugularis interna kanan.
Struktur pembuluh limfatik besar ini serupa dengan vena kecil. Adventisianya relatif
kurang berkembang, tetapi memiliki vasa vasorum dan jalinan neural.
Selain mengumpulkan cairan interstisial sebagai limfe dan mengembalikannya ke
dalam darah, sistem vaskular limfatik adalah penyumbang utama limfosit, antibodi,
dan komponen imun lain yang dibawa melalui banyak organ ke dan dari limfonodus
serta jaringan limfoid lain.

Sumber:
Mescher, Anthony L.. Histologi Dasar Junquiera: Teks dan Atlas Edisi 14. Penerjemah:
Tambayong Jan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2016

Anda mungkin juga menyukai