Disusun Oleh :
ERIN NURWANTARI, S.Sn, M.Sn.
ETI SUYANTI, M.Pd.
Dra. EMMA INDRAWATI S, Med.Art.
H.MOH. SARBINI,S.Pd., MM.
NURDIN,M.Pd.
DIAN MELIANA KURNIAWATI LAMISRI,S.T.,M.Pd.
IKIN SODIKIN, S.Pd.
LIA ISNANI,S.Sn.
MILASARI, S.Pd.
FAISOL ALIE, S.Pd.
HENDRA PERMANA, S.Sn.
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan begitu banyak limpahan nikmat sehingga kami sebagai penulis dapat
menyelesikan modul Mulok secara maksimal. Modul ini dibuat untuk memperkenalkan
kebudayaan Betawi yang terangkum dalam Muatan Lokal yang akan terintegrasi
dengan mata pelajaran Seni Budaya, PJOK, dan PKK. Modul ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kami mohon saran dan masukan agar modul ini jauh lebih
PENULIS MODUL
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii - iv
A. MUSIK BETAWI
A. 1. GAMBANG KROMONG 1
A. 2. GAMBANG RANCAG 2
A. 3. GAMBANG AJENG 2
A. 4. GAMBANG TOPENG 2
A. 5. KERONCONG TUGU 3
A. 6. TANJIDOR 3
A. 7. ORKES SAMRAH 3
A. 8. REBANA 4
A. 9. MARAWIS 4
A. 10. SAMYONG 5
1. TARI GEGOT 5
6. TARI KOTEBANG 15
iii
12. TARI WAYANG BOTOH 23
C. SILAT BETAWI 25
D. SASTRA 38
D.1 BULENG 38
D.3 RANCAG 39
E. TEATER 39
E.1 ONDEL-ONDEL 39
E.2 GEMBLOKAN 39
E.6 TOPENG 40
E.7 LENONG 41
E.8 JIPENG 41
E.9 JINONG 41
E.10 BLANTEK 41
F. SENI RUPA 42
1. PENGERTIAN BATIK 55
2. CARA MEMBATIK 56
1. ALAT BATIK 68
2. BAHAN BATIK 76
G. BUSANA BETAWI 91
v
MATERI SENI BUDAYA BETAWI
A. MUSIK BETAWI
Kebanyakan musik ( karawitan ) dimainkan dengan berbagai ansambel gamelan
atau pun repertoar lain biasanya bersifat tradisional dan anonimus. Karenanya,
usia sebuah komposisi karawitan sangat sulit untuk ditentukan. Seringkali seorang
pemain/seniman ahli Karawitan Betawi menambah atau mengurangi komposisi
karawitan yang dimainkan, begitu juga beberapa gaya atau dalam gambang
kromong disebut liaw yang tersendiri sangat lazim pada periode tertentu dan
wilayah yang tertentu. Oleh karenanya sebuah komposisi Karawitan Betawi dapat
mengembangkan perbedaan-perbedaan dari sebuah wilayah dengan wilayah
lainnya sepanjang waktu. Inilah yang menyebabkan munculnya gya yang berbeda-
beda. Dalam konteks gaya musikal karawitan standar kompetensi Gamelan Gayaya
(liaw) adalah Bidang Keahlian Karawitan gamelan Liaw Betawi Wetan, dan Kulon.
Nama Gambang Kromong diambil dari nama alat musik yaitu Gambang dan
Kromong . Ia juga paduan yang serasi antara unsur pribumi dan Cina. Unsur Cina
tampak pada instrument seperti Tehyan, Kongahyan, Sukong sementara unsur
pribumi seperti Gendang, Kempul, Gong, Gong enam, Kecrek dan Ningnong.
Gambang Rancag bisa disebut sebagai pertunjukan music sekaligus Teater bahkan
Sastra, dan terdiri dari dua unsure yaitu Gambang dan Rancag.Gambang berarti music
pengiringnya dan Rancag adalah cerita yang dibawakannya dalam bentuk Pantun
berkait.Pergelaran Gambang Rancag selalu terbagi atas tiga bagian. Bagian pembukaan
yang diisi dengan lagu-lagu Phobin yang berfungsi mengumpulkan penonton. Bagian
kedua diisi dengan menampilkan lagu-lagu hiburan atau “Lagu Sayur” yang berfungsi
sebagai selingan sebelum ngerancag dimulai. Bagian ketiga Rancag dan lagu-lagu yang
dibawakan dalam merancag adalah Dendang Surabaya, Gelatik Nguknguk dan lain-lain.
Gamelan Ajeng merupakan music Folklorik Betawi yang mendapat pengaruh dari
music Sunda.Alat music Gamelan Ajeng terdiri dari Kromong sepuluh pencin,
Terompet,Gendang ( dua Gendang Besar, dua Kulanter), dua Saron, Bende, Cemes
(semacam Cecempres), Kecrek. Gamelan Ajeng biasa digunakan untuk memeriahkan
hajatan seperti khitanan atau perkawinan. Pada mulanya tidak biasa ddigunakan
sebagai pengiring tarian tapi pada perkembangannya kemudian digunakan pula sebagai
pengiring tarian yang disebut “Belenggo Ajeng”
A.6. TANJIDOR
Musik tanjidor diduga berasal dari bangsa portugis yang datang ke betawi pada
abad 14 sampai ke 16. Alat music yang mereka mainkan antara lain
piston,trombone,tenor,bass terompet, bass drum, tambur, simbal dan lain-lain. Lagu-
lagu yang dibawakan tanjidor antara lain battalion,kramton,bananas,delsi, was tag-tag,
welmesh dan cakra Negara. Judul lagu itu berbau belanda meski dengan ucapan betawi,
lagu-lagu tanjidor juga diperkaya dengan lagu-lagu gambang kromong,karena itu
gambang kromong instrumennya bisa ditambah dengan
tehyan,rebana,bedug,gendang,kecrek,kempul dan gong.
A.8. REBANA
Rebana terbilang kesenian yang cukup popular di Jakarta, rebana betawi terdiri atas
:
1. REBANA BIANG
2. REBANA KETIMPRING
3. REBANA NGARAK
4. REBANA HADROH
5. REBANA DOR
6. REBANA KHASIDAH
7. REBANA MAUKHID
8. REBANA BURDAH
9. ORKES GAMBUS
A.9. MARAWIS
Marawis adalah salah satu jenis band dengan perkusi sebagai alat music
utamannya. Namun Marawis diambil dari nama alat music yang dipergunakan
kesenian ini.Alat music tersebut ada tiga jenis yaitu pertama : perkusi rebana atau
kendang ukuran kecil yang garis tengahnya 10 cm tinggi 17 cm dan kedua kendangnya
tertutup inilah yang disebut marawis (paling sedikit dipergunakan 4 buah). Kedua :
perkusi besar tinggi 50 cm garis tengah 10 cm yang disebut hadir dengan kedua
kendangnya tertutup. Ketiga adalah papan tepok.
A.10. SAMPYONG
Sebagai orkes tanpa laras sampyong merupakan music rakyat pinggiran yang
paling sederhana daripada music betawi lainnya. Nama music ini berasal dari nama
salah satu alat music yaitu sampyong,semacam kordofan bamboo berdawai 2 utas, alat
music lainnya adalah seperti gambang 4 bilah terbuat dari bamboo kayu.
B. TARI BETAWI
1. TARI GEGOT
PenciptaTari : ENTONG SUKIRMAN dan KARTINI KISAM
Tari Gegot merupakan tari Betawi yang diciptakan oleh Entong Sukirman dan
Kartini Kisam pada tahun 1976. Merupakan tarian yang menggambarkan kehidupan
para remaja putrid Betawi yang sedang bersenda gurau dalam menjalankan masa
remajanya canda dan tawa mewarnai kehidupannya. Ide garapan tarian ini didapat dari
karakter Topeng Panji dan Jingga dimana 2 karakterter tersebut mewakili kehidupan
keseharian manusia dari dua karakter tersebut dapat disimpulkan menjadi bentuk tari
pergaulan dan gerak canda dapat diartikan sebagai kebersamaan.
Kostum dan rias Tari Gegot adalah sebagai berikut.
Tari Ragam Gerak Dasar diciptahan pada tahun 1978 pada loka karya tari Betawi
di PPK Kuningan di lab, ada 7 grup yaitu : Kinang Putra ( Haji Dalih) Ratna
Sari( KisamJuin ), Setia Warga(Bokir Jiun), Marga Sari (Kacrit), Hidup Bersama (Nirin
Kumpul), Topeng Amir (Amir), Topeng Kadut (Pak Kadut). Hasil dari lokakarya
menghasilkan nama-nama gerak tari Topeng Betawi
pembawa makalah pada Loka karya tersebut adalah Rachmat Ruhiyat dan Joko Suko
Sadono.
Pengamat Yulianti Parani dan Singgih Wibisono dengan nara sumber :
1. Kartini
2. Mak Limah
3. Mak Benih
4. Mak Baih
5. Mak Manih.
6. Pak Salim
7. Haji Dalih
8. Pak Radi
Tahun 1979 Wiwiek Widiastuti dan Joko SS sebelum itu mengadakan karya
penyusunan gerak dasar dari Pak Warta dan Bu Wiwik dalam pembuatan karya Cantik
(belum dianggap sebagai tari dasar). Setelah itu diperbaiki pada tahun 1985 oleh Joko
SS dan Kartini dalam pembuatan rekaman tari dasar secara berurutan pada saat itu
gerak transisi tidak ada. Gerak perpindahan gerak selalu mengikuti berasal dari tepak
kendang. Nama- nama gerak dasar pada tari topeng banyak mengambil dari nama-nama
iringan atau bunyi tepak kendang atau nama lagu misalnya : Cendol ijo , Pakblang dari
tepak kendang, Rapat Nindak diambil dari gerak kaki gerak melambai-lambai. Ide dasar
penciptaan dari tari Ragam Gerak Dasar yaitu untuk mempermudah pengajaran di
sekolah-sekolah atau sanggar-sanggar Seni Batawi.
Tata Rias dan Busana Tari Ragam Gerak Dasar
3. TARI NJOT-NJOTAN
Pencipta Tari:
Tari Njot-Njotan adalah tarian yang diciptakan pada tahun 1986- 1987 oleh
Atien Kisam dan pada tahun1985 diciptakan oleh Entong Sukirman. Tari Njot-Njotan
menurut tokoh seniman Betawi Atien Kisam merupakan tari pergaulan didalam
rumpun kesenian topeng Betawi,yang diangkat berdasarkan nama iringan lagu khas
topeng betawi yaitu njot-njotan, sedangkan menurut seniman Betawi Entong Sukirman
merupakan Tari njot-njotan merupakan tari kreasi Betawi yang mengisahkan
kehidupan para remaja yang sedang bercengrama, bercanda, dan tawa mewarnai
kehidupannya. Mengembangkan dan mencari bentuk baru dalam pengembangan
bentuk tari trdisi menjadi bentuk yang enak dilihat. Perubahan fungsi dari seni
pergaulan menadi seni pertunjukan.
Ide atau dasar penciptaan tari Ragam Gerak Dasar yaitu tarian yang ditarikan
oleh para jawaara, yang ingin manari bersama ronggeng topeng, dimana sipenari wanita
nya juga mempunyai seni bela diri/pencak untuk melindungi diri/pembelaan diri.
dengan iringan enjot-enjotan. Sedangkan Entong Sukirman menjelaskan bahwa tari
Njot-Njotan Berawal dari kesenian tradisi topeng Betawi yaitu njot-njotan. Istilah njot-
njotan adalah sebuah nama lagu dari kesenian topeng Betawi, dimana sang penari laki-
laki saling berbalas pantun dengan penari ronggeng topeng secara bergantian dan
merupakan tari pergaulan.
Tata Rias dan Busana tari Njot-Njotan yaitu:
Cerita Beksi muncul sekitar 1800-an, sedangkan Beksi itu sendiri masuk ke
Jakarta sekitar tahun 1900-an. Silat Beksi merupakan Silat yang di peruntukkan untuk
anak-anak Betawi dengan tujuan membela diri dan membela negara serta kaum yang
lemah, karena adanya simbolis “ Berbaktilah engkau kepada setiap insan” yang lebih di
kenal dengan BEKSI. Gerak di lakukan dengan memperhatika pancer atau 4 arah mata
angin dengan maksud bahwa bila ada musuh dari berbagai arah dapat di tangani.
Ide garapan pada tari Silat Beksi adalah Bermula dari bangsawan China yang
melihat seekor monyet dan menggerakkannya sehingga menemukan sebuah jurus.
Bangsawan tersebut Nona Lung. Suami Nona Lung, Cheng Okh memiliki jurus yang
merupakan khas china itu sendiri. Kemudian mereka beradu kemampuan akan jurus
mereka masing-masing, namun akhirnya Cheng Okh kalah. Cheng Okh belajar dengan
Nonan Lung dan mereka memadukan kedua jurus yang mereka miliki (pada saat itu
belum merdeka dan masih banyak garong atau perampok).Berjalannya waktu, banyak
anak Betawi yang belajar silat dengan Cheng Okh untuk tujuan membela diri dan
membela negara di daerah Dadap, Tangerang.
Tari Lenggang Nyai diciptakan pada tahun 2001 oleh seniman Betawi yaitu
Wiwik Widiastuti. Tari Lenggang Nyai merupakan tarian yang berangkat dari kesenian
Gambang Kromong Betawi, yang menceritakan tentang kehidupan seorang putri yang
menceritakan kebebasan dalam menentukan pilihan hidup. Ide atau dasar penciptaan
tari Lenggang Nyai yaitu berangkat dari cerita Nyai Dasima, ketika ia harus memilih
antara Samiun dan William, yang akhirnya dia harus memilih kebebasan dalam
hidupnya.
Kostum dan rias pada tari Lenggang Nyai yaitu
a. Jenis dan Warna Kostum
1. Kebaya terompet hijau
2. Celana gombrang hijau
3. Toka-toka
4. AmprengHijau
5. Ampokdepanbelakang
b. Jenis dan warna asesoris
1. Pending
2. KembangLenggangNyai
3. SumpitLenggangNyai
4. MahkotaLenggangNyai
5. Bunga merah
6. Anting mutiara
c. Tata Rias Wajah
pada tari Lenggan Nyai yaitu Rias Wajah Cantik
d. Iringan music pada tari Lenggang Nyai yaitu
1. Gamelan GambangKromong
2. Bass Gitar, Terompet, jimbe.
6. TARI KOTEBANG
Tari Kotebang merupakan tarian yang diciptakan oleh Abdul Rachem, tarian ini
berangkat dari sebuah kesenian tradisional Betawi yaitu Blenggo Rebana Biang.
Tari Kotebang menggambarkan sikap dan etika dari masyarakat kaum Betawi
Keterbukaan, rendah hati, saling menolong dan selalu tegur sapa bila berpapasan secara
luwes dengan penuh persaudaraan, dan ucapan ASSALAMUALAIKUM merupakan
pembuka dalam berucap.Pencak silat sebagai suatu kewajaran yang harus dimiliki dan
dipelajari dalam rangka menempuh perjalanan hidup, dimana dalam kegunaannya
hanya untuk membela dan mempertahankan diri, bukan diperuntukkan menyerang
dan mematikan kawan. Semata-mata hanya jalinan silaturrahim.
Ide atau dasar penciptaan pada tari Kotebang merupakan gerak dalam karya ini
bukan lagi semata-mata gerak Pencak Silat secara natural, namun secara faktual gerak
tersebut merupakan suatu sterilisasi gerak dalam katagori gerak indah yang dirangsang
atas beberapa gerak dasar Pencak Silat, dan yang paling penting kehadiran dari gerak-
gerak dalam tarian ini merupakan kebutuhan secara utuh dalam suatu tatanan karya
seni yang harmonis
Kostum dan rias tari Kotebang adalah:
a. Jenis dan warna kostum
- Busana jas tutup bedah lima
- Celana panjang
- Sarung setengah lutut
- Ikat kepala batik
- Sepatu pantovel
b. Jenis dan warna asesories
- Kuku macan
- Badik
c. Tata RiasWajah
Hanya mempertegas dari garis-garis wajah penari sebagai
pengejawantahan dari sebuah simbolisasi terhadap sebagian masyarakat Betawi
yang berbudaya seperti luwes, terbuka, bijaksana dan berwibawa. Iringan tari
Kotebang adalah Musik Rebana Biang sebagai sumber inspirasi penggarapan
musick iringan tari.
Tari Lambang Sari diciptakan pada 1999-2000 oleh Wiwiek Widiyastuti, tarian
ini diilhami dari teater tutur bapak jantuk, yang menceritakan konflik rumah tangga.
Setiap pernikahan akan mengalami konflik sebagai kembang dalam percintaan. Tarian
ini mengajak agar setiap perselisihan dapat berakhir dengan perdamaian. Ide atau dasar
penciptaan dari tari Lambang Sari adalah terinspirasi dari pertama kali menarikan
jantuk dan terinspirasi dari kehidupan bapak jantuk ketika bapak jantuk dan mak
jantuk ketika rujuk.
Kostum dan rias tari Lambang Sari adalah:
a. Jenis dan warna kostum
- Baju kebaya saten lambang sari warna pink
- Ampok lambang sari
- Kain sarung bunga
- Ampreng hijau lambang sari
- Selendang hijau dan pink tua
b. Jenis dan warna asesories
- Anting panjang kuning
- Kembang lambang sari
- Bunga karet
- Pending kuning
c. Tata Rias Wajah
- Karakter putri dan nyai
- Jambang (kodek)
- Taksin
Iringan tari pada tari Lambang Sari yaitu musik gamelan topeng Betawi dan musik
Rebana Biang
Tari Nandak Ganjen diciptakan pada Bulan Desember, tahun 2000 oleh Entong
Sukirman. Tari Nandak Ganjen merupakan tari kreasi baru “Nandak” artinya Menari,
sedangkan “Ganjen” berarti Genit dan Lincah. Tari Nandak Ganjen menggambarkan
anak yang baru gede (ABG) yaitu muda mudi yang sedang beranjak dewasa
mengungkapkan perasaannya yang ceria, gembira dan menuntut kebebasan
Ide atau dasar penciptaan tari Nandak Ganjen merupakan Kehidupan keseharian
masyarakat Betawi khususnya remaja Betawi, ketika melihat anak-anak remaja
sehingga tercipta ide untuk menciptakan tarian ini. Awal mulanya dari penggarapan
music lalu dituangkan dalam sebuah gerakan tari.
a. Jenis dan warna kostum
- Kebaya topeng modif (kebaya dengan bahan yang berbeda, brukat) warna
kuning
- Kain motif kipas, dengan cara pakai: kain disarungkan lalu ambil bagian tengah
kemudian direkatkan dengan peniti,sisanya membuat lubang lalu dibuka dan
direkatkan kekanan dan kekiri. Batas kain diatas mata kaki
- Toka-toka
- Ampreng
- Selampe belah
- Selendang 2
9. RONGGENG BLANTEK
Pencipta Tari: Wiwiek Widyastuti
Tari Ronggeng Blantek diciptakan pada tahun 1985 oleh Wiwiek Widyastuti. Tari
Ronggeng Blantek merupakan tari kreasi baru yang diangkat dari teater Betawi yaitu
Topeng Blantek, dimana dalam memulai sebuah pertunjukan topeng biasanya sebagai
pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang disebut RONGGENG BLANTEK.
Dalam perkembangannya tarian ini menjadi tarian lepas dan banyak diminati oleh
masyarakat sebagai tari bentuk dan pertunjukan pada acara dalam penyambutan tamu.
11.TOPENG GONG
Pencipta Tari: Wiwiek Widyastuti
Tari Topeng Gong diciptakan pada tahun 1985 oleh Wiwiek Widyastuti.
Merupakan Sebuah tari kreasi baru yang bertolak dari kesenian tradisional Betawi
ciptaan Wiwiek Widyastuti, yang diangkat dari kesenian Topeng Gong Betawi yang
sudah hampir punah dikawasan Betawi pinggir, dari bentuk kesenian ini kemudian
dikembangkan dengan tetap berpola pada gerak dasar tari topeng Betawi.
Ide atau dasar penciptaan Tari topeng yang menonjolkan kebebasan atau
keberanian yang dimiliki wanita dalam mengungkapkan sesuatu hal. Karena punahnya
kesenian topeng gong maka koregrafer terinsfirasi untuk membangunnya kembali.
Tata rias wajah menampilkan wanita cantik, tata rias membantu menentukan wajah
dan perwatakannya serta dipakai sehari-hari dengan tata rias yang dipakai untuk
pertunjukan tari. Iringan tari Topeng Gong adalah Gamelan gong Betawi
Kostum Tari Topeng Gong
Tari Wayang Botoh diciptakan pada tahun 2006 oleh Abdul Rachem. Merupakan
tarian yang bertitik Tolak dari latar belakang sebagai rangsangan dalam karya ini, yang
tentunya mencoba mengambil salah satu persoalan pada “Wayang Cokek” sebagai
Penari yang memberikan kepuasan dalam konteks negatif dan atau penghormatan
dalam konteks positif. Fenomena dari perjalanan seorang Wayang Cokek, mempunyai
persoalan yang bervariatif, sehingga kadangkala kodrat kewanitaannya sering
memberikan persoalan yang kadangkala sulit diterima oleh masyarakat awam. Posisi
Wayang Cokek selalu dalam pemahaman pada hal yang selalu dipertanyakan. Apa dan
bagaimana mereka menjadi Wayang Cokek, tak pernah difahami sebagai sebuah bagian
dari persoalan perjalanan manusia.
Suka dalam duka,
Kegembiraan dalam tangisan
Harapan dalam kehampaan, sepertinya tak henti-henti menyertahi jalan hidupnya.
Mungkin kalau bisa ……, dan mungkin kalau …… seterusnya, mereka tidak
mengharapkannya.
Ide atau dasar penciptaan pada tari Wayang Botoh yaitu Cokek diartikan sebagai
tarian pergaulan yang diiringi oleh orkes Gambang Kromong, dengan penari-penari
wanita yang disebut “wayang Cokek”, dengan imbalan uang. Para tamu diberi
kesempatan luas untuk ikut menari berpasangan dengan cokek-cokek tersebut. Orang
Betawi menamakannya “ngibing cokek” para cokek itu biasanya pula membantu para
tamu dalam perjamuan, misalnya menuangkan minuman kedalam gelas, menambah
nasi atau lauk pauk dan sebagainya, dengan sikap yang luwes dan cukup terlatih untuk
pekerjaan tersebut.
Kostum dan rias tari Wayang Botoh adalah:
a. Jenis dan warna kostum
- Baju wayang botoh model shanghai
- Warna nya merah jambu
- Kain rempel
b. Jenis dan warna asesories
- Iket juntai
- Gelang
- Bantalan juntai
- Bunga 5
- Konde wayang botoh
c. Tata Rias Wajah
tatarias, yaitu dengan hanya mempertegas dari garis-garis wajah penari sebagai
pengejawantahan dari sebuah simbolisasi karakter halus, lincah, dan keras.
Iringan tari pada tari Wayang Botoh adalah Gambang, Kromong, Gong enem,
Tehya, Kongahyan, Sukong, Kecrek, Kendang dan Gong Kempul.
C. SILAT BETAWI
Silat betawi sebagai ragam budayanya dalam jurus-jurus atau pola gerak silatnya
mempunyai arti tersendiri sebagai aspek kebudayaan. Adapun aspek aspek tersebut
yaitu :
2. Aspek beladiri
a. Berani menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan
b. Tahan uji dan tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan.
c. Tangguh dapat mengembangkan kemampuan didalam usaha yang dilakukan
d. Tanggap, peka, cermat tepat didalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
3. Aspek seni
a. Mengembangkan silat sebagai budaya
b. Mengembangkan silat sebagai nilai kepribadian.
c. Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing.
d. Penuh daya kreasi dan inovasi
e. Gemar menyenangkan hati orang lain
4. Aspek olahraga
a. Berlatih silat dijadikan sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari
b. Selalu menyempurnakan prestasi dalam latihan.
Adalah teknik persiapan untuk menyerang atau menunggu serangan lawan terlebih
dahulu, cara penggunaannya adalah sebagai berikut :
D. Sikap
serangan lawan terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan serangan balasan atau
menunggu tendangan lawan kemudian
menangkap dan membanting.
B. Sangkol / Bandul
Pukulan sangkol / bandul dilakukan dengan posisi tangan ditekuk dengan posisi
tangan ditekuk (60% - 90%) dengan lintasan dari
bawah ke atas
C. Getok / Gedik
Dilakukan dengan posisi tangan ditekuk (60% - 90%) dengan lintasan dari atas
ke bawah sasaran serangan kearah muka atau dapat pula digunakan untuk
menangkis serangan lawan.
-
D. Tebar / Kepret
Serangan tangan yang dilakukan dengan lintasan dari arah dalam keluar dengan
sikap tangan terbuka atau mengepal.
F.
Pukulan totok
Pukulan yang dilakuan dengan lintasan
lurus kedepan,dalam melakukannya sikap
tangan setengah kepalan. Sasaran
umummnya kearah tulang hidung atau
mata lawan
G. Colok
Serangan tangan yang di lakukan dengan menggunakan
kedua jari di rapatkan, lintasan tangan lurus kedepan,
sasaran serangan biasanya kearah mata lawan
H. Bacok
Serangan tangan yang dilakukan dengan
menggunakan sisi tangan dengan lintasan
dari arah samping luar tubuh, menuju
kearah dalam tubuh pesilat, sasaran
serangan umumnya kearah tulang rahang
atau pelipis
I. Dorong / Tebah
Serangan yang dilakukan dengan menggunakan ke 2
(dua) telapak tangan dengan lintasa lurus ke depan.
Dorong dapat pula di lakukan dengan satu tangan ke
depan
J.Sikutan
Serangan yang dilakukan dengan siku
tangan di dorong kearah tubuh lawan
B. Hindaran
Adalah menjauhkan serangan lawan baik pukulan atau tendangan dengan
cara melangkahkan kaki ke samping lawan
1. Gambar hindaran Gambdengan hindaran dengan
dilanjutkan dengan balasan menangkis serangan pukulan
bandul / sangkol kearah
kemaluan lawan
C. Elakan
Adalah menghindari serangan lawan baik pukulan atau tendangan tanpa
memindahkan posisi kaki, biasanya elakan dilakukan hanya dengan
menggerakan leher atau pinggul beputar ke kiri atau kekanan
1. Gambar mengelak dilanjutkan dengan tangkapan dan potes kaki atau sikut
kaki lawan
2. Gambar mengelak dilanjutkan dengan menangkis pukulan getok atas dari
lawan
3. Gambar mengelak dilanjutkan dengan menangkap dan menjatuhkan lawan
BAB IV
Teknik serangan atau belaan dalam silat betawi umumnya lebih banyak menggunakan
tangan, dalam mengikuti perkembangan teknik pencak silat Indonesia yang bermacam
macam ragamnya, saat ini atlit pencak silat betawi dalam mengikuti pertandingan
pencak silat IPSI, atlit-atlitnya sudah banyak menggunakan teknik serangan dengan kaki
,atau teknik menjatuhkan lawan yang bermacam-macam jenisnya seperti :
a. Tendangan lurus kedepan
b. Tendangan sabit atau tendangan lengkung ke depan
c. Tendangan samping
d. Tendangan belakang
e. Teknik jatuhan dengan sapuan atas atau sapuan bawah
f. Teknik guntingan
C. Tendangan samping
Adalah teknik tendangan yang dilakukan dengan
mengangkat tungkai kaki kesamping badan sampai posisi
badan menyamping lintasan tungkai kaki lurus kesamping,
perkenaannya dengan sisi kaki atau tumit kaki
D. Tendangan belakang
Adalah tendangan yang dilakukan dengan memutar badan
kearah belakang dengan mendorong tungkai kaki kebelakang
perkenaannya pada telapak kaki atau tumit
G. Teknik guntingan
Adalah teknik menjatuhkan lawan dengan gerak ke dua
tungkai kaki melompat sampai menyentuh kedua tungkai
lawan atau badan lawan posisi badan beputar kebelakang
KESIMPULAN :
SENI BUDAYA BETAWI Page 36
A. Sehubungan dengan pelestarian dan kemajuan silat betawi dalam mengikuti
perkembangan Pencak Silat Indonesia, menuju dunia internasional, maka pola
pembinaan silat betawi harus dibenahi dan dilaksanakan dengan program yang
baik dengan dukungan penuh dari pakar silat betawi khususnya.
D. SASTRA
Di masa lalu kita mengenal pengarang Hikayat dari Pacenongan yang bernama
Sapirin Bin Usman Al-Fadil dengan karyanya yang berjudul Hikayat Nahkoda Asyik .
Sementara pengarang Betawi yang menulis cerita dalam sastra cetak sekitar masa
kemerdekaan adalah M.Balfas (Lingkaran-lingkaran Retak 1952) , S.M. Ardan (Terang
Bulan Terang di Kali 1955 dan Nyai Dasima 1965), dan Firman Muntaco (Gambang
Jakarta) mereka menulis dengan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa
Betawi, mereka digolongkan ke dalam khasanah Sastra Indonesia Modern.
D.1. BULENG
Dongeng adalah salah satu sastra lisan yang hidup juga di dalam kehidupan
masyarakat Betawi, sebutan sastra lisan seperti ini adalah Buleng , Buleng berisi
dongeng tentang kerajaan, raja atau kaum bangsawan lainnya, bisa juga berisi
tentang cerita kehidupan sehari-hari. Buleng bias juga digunakan bagi sang juru
cerita “Ngebuleng” (bercerita).
Sahibul Hikayat artinya Pemilik Cerita adalah jenis sastra lisan yang masih
bertahan dikalangan masyarakat Betawi, penyampai Sahibul Hikayat biasa disebut
Tukang Cerita atau Juru Cerita. Cerita-ceritanya biasa disampaikan dalam Sahibul
Hikayat berasal dari khasanah sastra lisan Timur Tengah seperti “Seribu Satu Malam”
Juru Hikayat biasanya bercerita sambil duduk bersila, ada yang sesekali memukul
Gendang Kecil untuk memberikan aksentuasi jalan cerita.
D.3. RANCAG
E. TEATER
Teater tradisional Betawi merupakan pertunjukan yang membawakan lakon
atau cerita, baik dengan atau tanpa tutur kata. Ondel-ondel dan Gembokan termasuk
teater tanpa tutur kata. Sementara teater dengan tutur kata bias dibedakan antara
teater atau lakon yang ceritanya dituturkan oleh seorang yang lebih penutur, seperti
Sahibul Hikayat dan teater yang ceritanya dimainkan oleh sejumlah pemain atau
boneka seperti Wayang dan Lenong.
E.1. ONDEL-ONDEL
E.2. GEMBLOKAN
Gemblokan berbentuk boneka yang unik terbuat dari kain diisi bantal dan
kapuk,ijuk serta berukuran besar seperti Ondel-ondel.Musik pengiring Gemblokan
tidak tentu ada yang menggunakan Gendang Kecil, Terompet, Bended an
Kempul.Gemblokan biasa digunakan untuk memeriahkan arak-arakan pada aneka
perayaan, seperti pesta tuju belasan,ulang tahun Jakarta dan lain-lain. Gemblokan
juga biasa digunakan untuk ngamen dari rumah ke rumah terutama pada saat tahun
baru Imlek dan Masehi.
Pergelaran Gambang Rancag dilakukan dua orang atau lebih juru rancag yang
menceritakan dengan atau dinyanyikan diiringi Orkes Gambang Kromong. Cerita
yang dibawakan biasa mengenai peristiwa yang mengesankan bagi warga kota
seperti, Si Pitung,Delep dan lain-lain, Gambang Rancag biasanya memeriahkan pesta-
pesta dan berlangsung tanpa panggung.
Berbeda dari Wayang Kulit yang berkembang di Jawa, Wayang Kulit Betawi
menonjolkan sifat kejelataannya, sederhana, polos, dengan keakraban komunikasi
timbale balik antara penonton dengan dalangnya. Alat music pengiringnya adalah
Gendang, Terompet, Dua buah Saron, Kromong, Kedemung, Kecrek, Kempul dan
Gong.
Wayang Golek Betawi ada dua macam, pertama sama dengan Wayang Golek
Sunda baik bentuk maupun cara pergelarannya hanya saja bahasa pengantarnya
Bahasa Melayu dialek Betawi, kedua jenis Wayang Golek yang agak berbeda yang
terdapat diCireundeu, Ciputat,Tanggerang yang pendukungnya disebut pula “Golek”
atau “Golek Ciputat” yang menceritakan kisah-kisah yang terjadi atau dikarang
sebagaimana terjadi dalam masyarakat pendukungnya.
E.6. TOPENG
Lenong merupakan salah satu bentuk teater peran di Betawi yang mulai
berkembang di akhir abad ke-19, music penggiring lenong adalah Gambang Kromong
yang memperlihatkan pengaruh luar yang dikembangkan oleh masyarakat Cina
peranakan. Terutama dengan adanya instrument rebab berdawai seperti
Tehyan,Kongahyan dan Sukong. Pertunjukan Lenong dibagi atas tiga bagian, bagian
pertama pembukaan dimainkan lagu-lagu berirama Mars (instrument untuk
mengundang penonton datang), bagian kedua memainkan lagu hiburan (lagu Dalem
dan Lagu Sayur) , bagian ketiga memainkan cerita-cerita dari kehidupan sehari-hari.
Lenong terbagi dua Lenong Denes dan Lenong Preman, Lenong denes dianggap
sebagai perkembangan dari beberapa bentuk teater rakyat Betawi yang dewasa ini
sudah punah, Lenong Denes menceritakan cerita-cerita kerajaan. Lenong Preman
membawakan cerita-cerita dari kehidupan sehari-hari.
E.8. JIPENG
Kata “Jipeng” merupakan akronim dari “Tanji” dan “Topeng”, dengan kata lain
Jipeng adalah Topeng dengan iringan Orkes Tanjidor.
E.9. JINONG
Kata “Jinong” merupakan akronim dari “Tanji” dan “Lenong”, Yakni pertunjukan
Lenong Preman dengan iringan music Tanjidor.
E.10. BLANTEK
F. SENI RUPA
Secara umum rumah Betawi memiliki serambi bagian depan yang terbuka.
Serambi bagian depan ini ada yang menyebutnya sebagai 'langkan'. Di serambi, jika
tidak berkolong, terdapat bale, semacam balai-balai yang kakinya dipancangkan di
tanah. Di bagian kanan dan kiri serambi terdapat jendela tanpa daun dan kadang-
kadang di bagian atas jendela melengkung menyerupai kubah masjid. Bahan-bahan
yang dipergunakan untuk membangun rumah adalah kayu sawo, kayu kecapi, bambu,
ijuk, rumbia, genteng, kapur, pasir, semen, ter, plitur, dan batu untuk pondasi tiang. Dan
sebagai pengisi sebagian besar digunakan kayu nangka atau bambu bagi orang-orang
yang tinggal di daerah pesisir. Ada juga orang yang sudah menggunakan dinding
setengah tembok sebagai pengisi. Penggunaan tembok seperti ini adalah pengaruh dari
Belanda.
Rumah tanpa kolong ada yang berlantai tanah, tembok, ubin dan batu pipih atau
semen. Pada rumah yang beralas tanah, pengaruh Belanda dapat dilihat dari
penggunaan Rorag (terbuat dari bata) sebagai penghubung antara struktur tegak (baik
setengah tembok maupun dinding kayu/bambu) dengan lantai. Pada rumah panggung
penggunaan alas untuk lantai adalah papan yang dilapisi anyaman kulit bambu. Pada
rumah panggung penggunaan alas untuk lantai adalah papan yang dilapisi anyaman
kulit bambu. Pada rumah yang bukan panggung dipergunakan tanah sebagai lantai atau
menggunakan ubin tembikar (pada orang kaya setempat), kemudian pada
perkembangannya dipergunakan ubin semen. Penggunaan ubin tembikar dan semen ini
merupakan pengaruh Belanda. Rumah petani yang berkecukupan biasanya terdiri dari
tiga bagian, yaitu bagian inti disebut Paseban atau Belandongan atau dapur.
Bangunan inti berfungsi sebagai tempat tidur keluarga dan letaknya biasanya
berseberangan. Pada rumah tradisional Betawi, di samping jendelanya berdaun biasa,
juga diberi bahan yang kuat seperti batang kelapa atau aren yang sudah tua. Jendela
yang ada di sebelah kanan dan kiri pintu yang menghadap ke paseban atau langkan ada
yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digeser-geser, membuka, dan menutup.
Jendela seperti itu disebut jendela bujang atau jendela intip. Selain berfungsi sebagai
ventilasi dan jalan cahaya, jendela juga berfungsi sebagai tempat pertemuan perawan
yang punya rumah dengan pemuda yang datang pada malam hari. Si gadis ada di
sebelah dalam, sedangkan si pemuda ada di luar, dibatasi jendela berjeruji. Sebelum
Pada rumah tradisional Betawi tidak dikenal adanya pembagian ruang berdasar
jenis kelamin, namun lebih banyak ditentukan berdasar tuntutan praktis. Rumah
tradisional Betawi ditinjau dari tata letak dan fungsinya, cenderung bersifat simetris,
hal ini dapat dilihat dari letak pintu masuk dan pintu belakang yang sejajar dan
membentuk garis lurus.
Arsitektur Rumah Betawi: Bentuk tradisional rumah Betawi dengan sifat lebih
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Hal ini bisa dilihat dari pola tapak, pola
tata ruang dalam, sistem stuktur dan bentuk serta detail dan ragam hiasnya. Rumah
tradisional Betawi tidak memiliki arah mata angin, ke mana rumah harus menghadap
dan juga tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi orientasi/pusat
perkampungan. Pada pemukiman Betawi, orientasi atau arah mata angin rumah dan
pekarangan lebih ditentukan oleh alasan praktis seperti aksesibilitas pekarangan
(kemudahan mencapai jalan) juga tergantung pada kebutuhan pemilik rumah. Di atas
tapak rumah (pekarangan rumah) selain didirikan beberapa rumah tinggal (karena
adanya pewarisan atau dibeli orang untuk dibangun rumah) juga dibangun fungsi-
fungsi lain seperti kuburan, lapangan badminton, dsb. Di daerah pesisir, kelampok-
kelompok rumah umumnya menghadap ke darat dan membelakangi muara sungai.
Namun tidak tampak perencanaan tertentu atau keseragaman dalam mengikuti arah
mata angin atau orientasi tertentu.
Organisasi ruang dan aktivitas dalam rumah tradisional Betawi sebenarnya relatif
sederhana. Tidak ada definisi fungsi ruang berdasarkan jenis kelamin. Kalaupun rumah
dibagi dalam tiga kelompok ruang yang pada rumah Jawa dan Sunda menyimbolkan
sifat laki-laki, netral, dan wanita, pada rumah Betawi hal itu terjadi karena tuntutan-
tuntutan kepraktisan saja. Tata letak ruang rumah tradisional Betawi cenderung
bersifat simetris. Dilihat dari letak pintu masuk ke ruang lain dan letak jendela jendela
depan yang membentuk garis sumbu abstrak dari depan ke belakang. Kesan simetris
bertambah kuat karena ruang depan dan belakang dimulai dari pinggir kiri ke kanan
tanpa pembagian ruang lagi. Selain itu rumah tradisional Betawi juga menganut dua
konsep ruang, yang bersifat abstrak dan kongkrit. Konsep ini diterapkan pada jenis
kamar tidur yang tertutup dan terbuka.
Ragam Hias Rumah Betawi: Ragam hias pada rumah-rumah Betawi berbentuk
sederhana dengan motif-motif geometris seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi
tiga, lengkung, setengah bulatan, bulatan, dsb. Ragam bias biasanya diletakkan pada
lubang angin, kusen, daun pintu danjendela, dan tiang yang tidak tertutup dinding
seperti tiang langkan, dinding ruang depan, listplank, garde (batas ruang tengah dengan
ruang depan), tangan-tangan (skur), dan teras yang dibatasi langkan terbuat dari batu-
batu atau jaro, yaitu pagar yang dibuat dari bambu atau kayu yang dibentuk secara
ornamentik. Merupakan salah satu ungkapan arsitektural yang paling penting pada
arsitektur rumah tinggal Betawi. Ragam hias ditemukan pada unsur-unsur dan
hubungan-hubungan stuktur atau konstruksi seperti sekor, siku penanggap, tiang atau
hubungan antara tiang dengan batu kosta. Konstruksi tou-kung diadaptasi dari
arsitektur Cina dan diterapkan pada siku penanggap. Bukan saja merupakan prinsip
konstruksi tetapi juga merupakan sentuhan dekoratif. Tiang-tiang bangunan jarang
dibiarkan polos bujur sangkar menurut irisannya tetapi diberi sentuhan akhir pada
Dari Belanda dan Eropa dikenalkan skor besi cor yang cenderung mengadaptasi
bentuk-bentuk dari Eropa (art-deeo, art-noveau, dsb). Namun ragam hias lebih banyak
digunakan pada unsur-unsur bangunan yang bersifat non struktural seperti pada
listplank, pintu, langkan (pagar pada rumah), jendela, garde (bentuk relung yang
menghubungkan ruang
depan dengan ruang tengah), sisirgantung (bidang yang terbuat dari papan yang
menggantung di bagian depan rumah), dsb. Pengerjaan ragam hiasnya lebih teliti dan
bervariasi. Khusus pemasangan pada garde dan sisir gantung dilakukan sendiri
sehingga sering disebut elemen estetis yang utuh. Berdasarkan pola visual yang
ditemukan pada rumah Betawi, ragam hias mempunyai nama-nama: Pucuk Rembung,
Cempaka, Swastika, Matahari, Kipas, Jambu Mede, Delima Flora, dan Gigi Balang.
Ada pula pantangan untuk membuat atap rumah dari tanah karena tanah
tempatnya di bawah. Jadi kalau ditempatkan di atas atap berarti penghuni rumah
terkubur tanah. Pemilik rumah juga dilarang untuk menempati bangunan yang belum
dipasangi jendela dan pintu.
Joglo, Rumah
Disebut juga potongan joglo, salah satu model rumah Betawi, berdenah bujur
sangkar. Bagian rumah yang menjadi potongan joglo adalah bagian dari empat persegi
panjang yang garis panjangnya terdapat di kanan kiri ruang depan. Atap bagian depan
merupakan kelanjutan dari atap joglo. Bentuk bangunan ini banyak dipengaruhi oleh
arsitektur rumah Jawa. Perbedaannya pada joglo rumah tradisional Jawa tiang-tiang
utama penopang atap merupakan unsur yang mengarahkan pembagian ruang pada
denah, sedangkan pada joglo Betawi, pembagian itu tidak nampak jelas. Tetapi integrasi
antara denah, tiang penopang struktur atap tidak begitu nyata seperti pada rumah joglo
yang asli. Pada rumah Betawi, tiang utama penopang struktur atap bukan unsur utama
yang mengarahkan pembagian ruang pada denah.
Struktur atap rumah joglo Jawa disusun dengan sistem temu gelang atau payung,
sedangkan pada rumah joglo Betawi, disusun dengan kuda-kuda. Sistemnya
menggunakan kuda-kuda Timur yang tidak mengenal batang-batang diagonal seperti
yang ada pada sistem kuda-kuda barat yang diperkenalkan oleh Belanda. Perbedaan
antara rumah joglo dengan rumah gudang adalah pada rumah potongan joglo pada
umumnya tidak dilengkapi dengan batang-batang diagonal. Rumah joglo Betawi
berbentuk bujur sangkar. Tetapi bagian yang sebenarnya membentuk rumah Joglo
adalah suatu bagian empat persegi panjang yang salah satu garis panjangnya terdapat
dari kiri ke kanan ruang depan. Tetapi ada sepenggal bagian depan dari ruang depan
yang atapnya berupa terusan (Sunda: sorondoy) dari atap Joglo. Sehingga sepenggal
ruang depan yang diatapi sorondoy dan bagian utama rumah yang diatapi Joglo
menghasilkan denah berbentuk bujur sangkar.
Secara umum rumah Betawi memiliki serambi pada bagian depan tanpa dinding alias
terbuka dan mempunyai sebutan langkan. Pada serambi biasanya terdapat bale tempat
santai penghuni rumah, Material kayu yang di gunakan untuk membangun rumah
tradisional Betawi biasanya menggunakan kayu sawo, kayu kecapi, bambu, ijuk, rumbia,
genteng, kapur, pasir, semen, ter, plitur, dan batu untuk pondasi tiang. Dan bagian
dinding mengunakan papan terbuat dari kayu nangka atau anyaman bambu atau biasa
di sebut gedek, Untuk daerah bagian pesisir rumah mereka berdinding tembok ini
terpengaruh oleh bangunan arsitektur Belanda.
Rumah tradisional Betawi ada yang berkolong tinggi (rumah panggung), seperti rumah
Si Pitung di Marunda. Atapnya ada yang berbentuk bapang, joglo, dan lain sebagainya.
Di daerah pinggiran seperti di Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur masih bisa kita
jumpai rumah-rumah berkolong pendek sekitar 20 sampai 30 cm dari permukaan
tanah. Rumah-rumah berkolong rendah ini merupakan peralihan dari rumah panggung
ke rumah biasa / tanpa kolong dapat kita jumpai di daerah Pondok Rangon, Keranggan,
dan Tipar.
Rumah tanpa kolong banyak terpengaruh oleh bangunan arsitektur Belanda rumah ini
berlantai tanah, berdinding tembok (batu bata), berlantai ubin, batu pipih atau semen.
Pada rumah panggung penggunaan material kayu lebih dominan dinding terbuat dari
papan kayu Nangka alas untuk lantai adalah papan yang dilapisi anyaman kulit bambu.
Rumah tradisional Betawi pada umumnya terdiri dari tiga bagian, serambi disebut
langkan tempat bersantai dan menerima tamu ruang tengah atau ruang inti terdapat
kamar tidur penghuni rumah dan ruang makan biasa disebut Paseban berikutnya
ruang belakang atau dapur disebut Belandongan. Rumah tradisional Betawi mempunyai
halaman yang luas mengelilingi rumah dan dikelilingi pagar si sisi terluarnya sebagai pembatas.
Berdasarkan bentuk dan struktur atapnya, rumah tradisional Betawi terbagi menjadi 4
jenis:
1. Rumah Gudang, rumah tradisional betawi ini berdiri di atas tanah yang
berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap
rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah
terdapat atap kecil.
2. Rumah Bapang, ciri khas rumah ini mempunyai serambi yang cukup luas dan
berfungsi sebagai ruang tamu dan bale tempat santai untuk pemilik rumah,
ruang semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya
lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di
3. Rumah Kebaya, ciri khas rumah pada bentuk atapnya mempunyai beberapa
pasang atap, yang apabila dilihat dari samping berlipat-lipat seperti lipatan
kebaya. Mempunyai serambi yang cukup luas sama seperti rumah bapang.
4. Rumah Joglo / Limasan, berdenah bujur sangkar. Bentuk bangunan ini banyak
dipengaruhi oleh arsitektur rumah Jawa. Perbedaannya pada joglo rumah
tradisional Jawa terdapat soko guru / tiang-tiang utama penopang atap
merupakan unsur yang mengarahkan pembagian ruang pada denah, sedangkan
pada joglo Betawi tidak terdapat soko guru dan pembagian ruang tidak nampak
jelas, tiang penopang struktur atap tidak begitu nyata seperti pada rumah joglo
yang asli. Pada rumah Betawi, tiang utama penopang struktur atap bukan unsur
utama yang mengarahkan pembagian ruang pada denah.
Ragam Hias rumah tradisional Betawi berbentuk sederhana berupa ukiran pada kayu
dengan motif-motif geometris seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi tiga,
lengkung, setengah lingkaran, lingkaran dan biasanya diterapkan pada lubang angin,
kusen, daun pintu, jendela, tiang, dinding ruang depan, listplank, garde (pembatas ruang
tengah dengan ruang depan) dan pagar pada serambi yang dibuat dari bambu atau kayu
yang dibentuk secara ornamentik. Dekorasi merupakan salah satu unsur arsitektural
yang paling penting pada arsitektur rumah tinggal Betawi.
Berdasarkan pola visual yang ditemukan pada rumah Betawi, ragam hias tersebut
mempunyai nama sesuai tempat hiasan itu di terapkan seperti Pucuk Rembung,
Cempaka, Swastika, Matahari, Kipas, Jambu Mede, Delima Flora, dan Gigi Balang.
Keunikan dan ciri khas dari rumah betawi terletak pada lisplank rumah tersebut,
terdapat hiasan terbuat dari material kayu papan yang diukir dengan ornamen segitiga
berjajar yang diberi nama gigi balang. Dinding bagian depan dari rumah ini biasanya
bersistem knock down atau bisa di bongkar pasang berguna jika pemilik rumah
menyelenggarakan hajatan dan membutuhkan ruangan yang lebih luas.
C. BAGIAN KEPALA
1. LISPLANK
2. ATAP
Seni batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada
sejak berabad abad hidup dan berkembang sehingga merupakan salah satu bukti
peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia, sehingga menjadi turun temurun
secara tradisi dan berkembang di masyarakat.Asal usul seni batik menurut
pengarang pengarang asing sampai abad ke XX,ada yang berpendapat bahwa
seni batik berasal dari luar Indonesia, yaitu dibawa oleh para pendatang dari
negara India Selatan.Bahkan sebelum datangnya pengaruh kebudayaan Hindu di
Nusantara, bersumber dari kebudayaan Mesir dan Persia Kuno
1. PENGERTIAN BATIK
Batik adalah berupa kain putih yang ragam hiasnya dibuat dengan
mempergunakan malam sebagai bahan perintang warna, sehingga warna tidak
mengenai bagian kain yang tertutup malam pada waktu pewarnaan (pencelupan
warna)
Membuat batik pada dasarnya sama dengan melukis di atas sehelai kain
putih. Sebagai alat melukisnya dipakai canting, dan sebagai bahan melukisnya
dipakai cairan malam atau lilin. Prinsip utama dalam proses membatik, yaitu tutup
celup. Bagian tertentu pada kain ditutup dengan bahan lilin ( malam ) Setelah kain
dibatik dan diberi warna, kemudian lilin dihilangkan ( dilorod ), maka bagian yang
tertutup lilin atau malam akan tetap putih tidak menyerap warna.
Inti cara membatik ialah “cara penutupan”, yaitu menutupi bagian kain
atau bahan dasar yang tidak akan diberi warna dengan bahan penutup,
menggunakan lilin ( malam ). Permulaannya lilin diteteskan pada kain, oleh karena
itu ada faham yang mengembalikan arti kata batik pada suku kata “tik” yang berarti
titik atau tetes.
Bahan utama untuk teknik membatik adalah kain serta putih, baik yang
halus atau pun yang kasar, dan lilin sebagai bahan penutup serta zat warna. Kualitas
kain putih, akan sangat mempengaruhi hasil pada seni batik. Tingkat kehalusan
kain putih yang diimpor dari luar negeri merupakan salah satu hal yang membuat
bertambah tingginya seni batik. Jadi makin halus kain putih yang digunakan, maka
hasil pembatikan akan semakin bagus. Makin jelas terlihat pola-pola serta
pembagian warna-warnanya.
Lilin penutup hanya dapat dituliskan dalam bentuk cair, oleh karena itu
pembatik harus memanaskan lilinnya dalam sebuah wajan kecil yang di taruh di
atas api dalam sebuah alat yang disebut anglo. Suhu lilin haruslah tepat, tidak boleh
terlalu panas atau terlalu dingin. Apabila terlalu panas lilin akan jauh meresap ke
dalam kain, sehingga nanti sukar untuk dibuang, sedangkan kalo tidak cukup
panasnya, akan terlalu kental sehingga sukar keluar dari alat penulis. Oleh karena
itu kita lihat pembatik sering mengangkat wajannya dari api untuk melihat apakah
lilinnya sudah terlalu panas.
Lilin cair dituliskan pada kain putih menggunakan suatu alat yang
menjadi ciri khas seni batik tuls, yaitu canting. Canting terbuat dari bambu dan
tembaga. Gagang atau tempat memegang terbuat dari bambu, sedangkan bagian
kepalanya terbuat dari tembaga, digunakan untuk menyendok mencucurkan lilin.
Mulut canting berupa pembuluh bengkok yang besarnya berbeda-beda dan dari
mulut ini melelehkan cairan lilin, dapat diumpamakan dengan sebuah pulpen. Kain
putih yang dilampirkan pada sebuah gawanganbambuatau kayu dipegang dengan
tangan kiri sebagai tatakan, sedangkan tangan kanan memegang canting.
Pengolahan persiapan kain putih dilakukan agar lilin mudah melekat dan
tidak mudah rusak sewaktu mencelup, dan di samping itu juga zat-zat warna
mudah meresap. Pada zaman dahulu, bahan tumbuh-tumbuhan merupakan satu-
satu nya sumber pengolahan persiapan yang utama, walopun zat-zat tersebut
meresapnya lambat. Pengolahan ini terdiri atas mencuci kain putih yang telah
dipotong-potong dengan air bersih, supaya hilang kanji perekatnya, kemudian
diremas serta direndam dalam minyak jarak ( Ricinus Communis ) atau kacang
( Arachis hypogala ). Ini dinamakan ngetel atau nglyor. Untuk menghilangkan
kelebihan minyak, maka kain direndam dalam air saringan abu merang. Menurut
cara modern, merang ini diganti dengan larutan soda, yang dapat mempercepat
waktu dan lebih mudah dipakai. Pada mulanya diseling-seling dengan
penjemuran di panas matahari, sehingga makan waktu berhari-hari. Kain putih
yang telah mendapat pengolahan ini kemudian dilicinkan dengan menaruhnya di
atas sebilah kayu dan dipukul-pukul menggunakan pemukul kayu ( ngemplong ).
Dengan demikian kain siap untuk menjalani tahap selanjutnya.
Menggambar desain ( nyorek ) atau gambaran pertama dengan lilin cair di atas
kain. Pertama-tama lilin cair disendok dari wajan menggunakan canting lalu
mulai membuat garis-garis atau titik-titik sesuai dengan pola yang dikehendaki,
dengan posisi canting harus tepat, tidak boleh terlalu miring atau terlalu tegak.
Canting mengikuti pola-pola yang telah digambar terlebih dahulu oleh
seorang tukang pola, atau apabila mahir langsung menggambar di luar kepala.
3.3 Nembok
Nembokadalah pekerjaan menutupi bagian-bagian yang tidak
boleh kena warna dasar. Bagian kain yang tidak boleh terkena warna dasar,
dalam hal ini warna biru tua, ditutup dengan lapisan lilin yang seolah-olah
merupakan tembok penahan, itulah sebabnya pekerjaan ini dinamakan
menembok, dan juga dikerjakan pada bagian sebelah dalam kain. Penembokan
adalah tahap penting dalam pembuatan kain batikuntuk, karena apabila lapisan
kurang kuat, warna dapat menembus, dan akan merusak seluruh kain atau
warna yang telah direncanakan. Selesai menembok maka kain siap untuk tahap
yang berikut yaitu tahap pencelupan pertama mendapat warna dasar.
Terlihat jelas bahwa pengaruh Cina pada batik pesisir sangat kuat, apalagi
jika dibandingkan dengan batik yang berasal dari kawasan pedalam Yogyakarta
dan Solo. Penggunaan berbagai macam flora maupun fauna yang umum
digunakan sebagai ragam hias Cina serta warna merah yang memperlihatkan
domonasi Cina. Dalam kebudayaan Cina, warna merah dianggap mempunyai arti
keberuntungan, sedangkan warna biru dan hitam menunjukan pemakainya
sedang berkabung. Demikian pula penggambaran fauna, seperti naga, burung,
singa, harimau, love bird, dan phoenix mengandung arti tertentu, sebagaimana
tampak pada pelukisan flora seperti buah persik, bambu, cemara, teratai, dan
lain sebagainya.
2.Suku/orang Betawi
Suku Betawi adalah hasil pembauran berbagai etnik yang datang dari
seluruh pelosok Indonesia dan bahkan antar bangsa yang prosesnya berbilang
ratusan tahun lalu. Dari proses itulah, lahirlah berbagai unsur budaya yang pada
gilirannya disebut dengan Unsur Budaya Betawi: Misalnya unsur
bahasa,kesenian,budaya, pakaian, makanan dan sebagainya.
kemegahan
6. Buah delima =
Daya tarik banyak orang
yang menyenanginya motif
buah-buahan yang telah
disebutkan di atas
mengartikan bahwa kota
Jakarta merupakan “sentra”
buah dan sayur mayur ada di
Jakarta yaitu pasar induk
Kramat Jati
b. Motif Fauna
1. Burung Hong/merak/phoenix,
3. Elang Bondol
Merupakan salah satu ikon kota Jakarta dimana simbol ini ditujukan untuk
mengenang semangat perjuangan kemerdekaan dan peringatan guna
mennningkatkan patriotisme bangsa Indonesia yang dilambangkan dalam bentuk
“lidah api”.
Merupakan salah satu ikon kota Jakarta yang diambil dari seni budaya tradisional suku
Betawi.
Salah satu contoh motif yang ada pada kain batik betawi
Untuk baju atau busana kemeja batik masih sangat jarang digunakan,
tidak seperti di daerah Jawa pada umumnya.
Bahan utama untuk teknik membatik adalah kain serta putih, baik
yang halus atau pun yang kasar, dan lilin sebagai bahan penutup serta zat
Lilin penutup hanya dapat dituliskan dalam bentuk cair, oleh karena
itu pembatik harus memanaskan lilinnya dalam sebuah wajan kecil yang di
taruh di atas api dalam sebuah alat yang disebut anglo. Suhu lilin haruslah
tepat, tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Apabila terlalu panas lilin
akan jauh meresap ke dalam kain, sehingga nanti sukar untuk dibuang,
sedangkan kalo tidak cukup panasnya, akan terlalu kental sehingga sukar
keluar dari alat penulis. Oleh karena itu kita lihat pembatik sering
mengangkat wajannya dari api untuk melihat apakah lilinnya sudah terlalu
panas.
Lilin cair dituliskan pada kain putih menggunakan suatu alat yang
menjadi ciri khas seni batik tuls, yaitu canting. Canting terbuat dari bambu
dan tembaga. Gagang atau tempat memegang terbuat dari bambu, sedangkan
bagian kepalanya terbuat dari tembaga, digunakan untuk menyendok
mencucurkan lilin. Mulut canting berupa pembuluh bengkok yang besarnya
berbeda-beda dan dari mulut ini melelehkan cairan lilin, dapat diumpamakan
dengan sebuah pulpen. Kain putih yang dilampirkan pada sebuah
gawanganbambuatau kayu dipegang dengan tangan kiri sebagai tatakan,
sedangkan tangan kanan memegang canting.
1. Alat Batik
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk membuat batik, dimana
alat alat tersebut masing masing mempunyai jenis dan fungsinya. Jenis alat
untuk membuat batik diantaranya:
SENI BUDAYA BETAWI Page 68
Canting tulis: untuk membatik di atas kain, terdiri dari
1. Canting cecek
2. Canting klowong
3. Canting blok
2. Bahan Batik
Parafin : Untuk membuat motif pecahan yang diinginkan pada kain batik
Soda Abu : Untuk obat bantu melorod kain yang sudah dibatik
Batik tulis yaitu batik dengan pelekatan lllinnya menggunakan alat canting
tulis yaitu berupa malam cair yang dimasukkan dalam canting kemudian
digoreskan langsung dengan tangan mengikuti pola yang sudah ada pada
kain.Getaran jiwa yang teratur elalui tangan pada saat menggoreskan malam
dengan canting dapat menimbulkan kesan unik pada pola pola yang sudah ada
pada batik tulis. Dalam proses pembuatan batik tulis lebih lama namun hasilnya
lebih halus dibandingkan dengan batik cap. Oleh karena itu kehalusan dan
keunikan batik tulis itulah harganya lebih mahal harga jualnya.
* Memola
adalah memindahkan gambar pola dari kertas pada kain yang akan digunakan
untuk membuat batik.
* Membatik/melekatkan lilin
Membatik yaitu melekatkan lilin pada kain sesuai dengan pola/desain yang
dibuat.Untuk menutup sebagian kain agar tidak klemasukan warna.
Nglowong : melekatkan lilin yang pertama pada pola dasar atau kerangka
dari motif batik tersebut.
Nembok : Menutup kain setelah diklowong dengan menggunakan lilin yang
lebih kuat. Nembok menutup permukaan tertentu dan memberikan isen-isen
pada kain yang sudah diklowong.
Nerusi : Mengulangi membatik dari bagian belakang mengikuti
batikan/klowongan pertama, bila seandainya klowongan pertama kurang
menembus pada kain bagian belakang.
* Mewarna
Pewarnaan batik dari zat warna alam yaitu warna yang dihasilkan
dari alam/tumbuh-tumbuhan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Supaya zat pewarna alam tidak lutur/pudar dan dapat
menempel/menyerap dengan baik pada kain yang diberi warna.
Sebelumnya kain harud di mordanting (perbusan kain dengan
penambahan tawas).
Hampir 150 jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan warna alam yang sudah diteliti
oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Tanaman lain yang dapat diperoleh
untuk pewarna alam adalah:
Cara Fiksasi:
Menimbang tawas 50 gram untuk dilarutkan ke dalam 1 liter air
Letakan larutan ini ke dalam ember plastik. Sama halnya kapur dan tunjung
Kain yang sudah diwarna dan sudah dikeringkan, masukan ke dalam tawas atau
kapur atau tunjung kira2 7,5 menit untuk tawas dan kapur dan 3 menit
Cara pewarnaan
Larutkan zat warna indigo dan natrium nitrit dengan air
panas.
Tambahkan air dingin 2 liter.
Celupkan kain ke dalam larutan TRO terlebih dahulu dan
tiriskan
Angkat kain ke dalam larutan zat warna kira2 30 menit
Angkat kain tersebut dan jemur di bawah sinar
matahari/diangin anginkan
Kemudian dibangkitkan warnanya dengan merendam di
dalam larutan HCL selama 1 menit, sehingga warnanya
timbul, selanjutnya kain dicuci sampai bersih.
Busana Sehari-hari
Busana sehari-hari pria Betawi yaitu berupa baju koko atau sadariah, celana batik,
kain pelekat dan peci atau kopiah. Pakaian seperti itu dapat pula dikenakan pada
pertemuan-pertemuan tidak resmi antar keluarga atau kenalan, bahkan di daerah
pinggiran pakian ini dikenakan sebagai pakain resmi.
Pakaian sehari-hari wanita betawi menggunakan baju kurung berlengan pendek
kadang-kadang besaku di bagian depan dan lengkap dengan kain batik sarung, ada yang
menggunakan kerudung ada yang tidak. Adapun pakaian sehari-hari yang dipakai
masyarakat betawi saat bekerja di sawah, untuk laki-lakinya berupa: celana panjang
kompramg (longgar), kain celana lebar hingga betis, baju biasa dan kadang bersarung di
pinggang. Sedangkan untuk wanitanya berupa: kain hingga ke betis, baju biasa dan
tudung (topi lebar). Sedangkan pakaian yang dipakai saat sembahyang untuk laki-laki
berupa: sarung, baju panjag dan peci hitam, untuk wanitanya: sarung dan mukena.
Busana Resmi
Pakaian resmi pria Betawi berupa jas tutup panjang beberapa senti di atas lutut
dengan kerah model baju cina “Lokcan”, selendang yang dililitkan di pinggang, tutup
kepala batik yang berbentuk khasdisebut liskol, dan piso raut yaitu semacam badik
yang diselipkan di pinggang kiri sebelah depan serta dengan sepatu fantovel. Pakaian
ini lebih dikenal sebagai pakaian Abang Jakarta yang biasa dipakai pemuda atau remaja.
Pakaian resmi wanita Betawi berupa kebaya encim yaitu kebaya panjang di bagian
depan. Menggunakan kutang nenek yang dibordir berlubang-lubang dengan warna
kebaya yang cerah dengan warna bordiran putih. Kain yang digunakan adalah kain batik
jelamprang Pekalongan, dengan motif mata tumbak atau gigi belalang dan digunakan
sampai ke mata kaki. Rambutnya disanggul yang tidak terlalu besar di atas tengkuk dan
dihias dengan tusuk konde dan bunga warna putih. Konde ini bisa disebut dengan
konde cepol. Warna selendang yang sering digunakan dan biasa berfungsi sebagai
GALERI FOTO
Berbagai negara yang kuat mempengaruhi maskan Betawi antara lain, pengaruh
dari Cina, India, Arab dan Belanda. Masakan Betawi juga mempunyai karakter khusus
pada pengolahannya. Misalnya saja masakan Betawi umumnya harus ditumis sampai
wangi, banyak menggunakan bumbu seperti rempah-rempahan dan berbau tajam.