Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

JUSTIFIKASI TEKNIS
CROSSING SALURAN
PEMBUANG DI GUNTUR KIRI
STA. 18+680
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
2. IDENTIFIKASI LAPANGAN

3. ANALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA


1. PENDAHULUAN
Justifikasi teknis ini dibuat untuk mendukung dan menguraikan kondisi lapangan, analisa
hidrologi dan hidrolika pada STA 18+680 Saluran Pembuang DI Guntur Kiri.
2. IDENTIFIKASI LAPANGAN
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Gambar 1 Peta Situasi Saluran

Gambar 2 Dokumentasi Saluran Arah Hulu

Gambar 3 Dokumentasi Saluran Arah Hilir


Gambar 4 Potongan Melintang Saluran Kondisi Eksisting
3. ANALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

2.2.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana

 Data Hujan
Secara teoritis, pendataan mengikuti kaidah sebagai berikut.

a. Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan (raingauge),


baik yang manual ataupun yang otomatis (automatic raingauge recorder).

Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan adalah


data yang merupakan data hujan lokal (point rainfall), sedangkan untuk

keperluan analisis, yang diperlukan adalah data hujan daerah aliran (areal
rainfall atau catchment rainfall).

b. Pelaksanaan analisis hidrologi memerlukan data yang lengkap dalam arti


kualitas, dan runtut waktu (time series) yang panjang minimal 15 tahun

untuk menghindari deviasi yang terlalu besar.


Dari hasil pengumpulan data sekunder diketahui terdapat 8 stasiun pos

hujan yang terletak di sepanjang jalur yang dilewati jalan tol semarang-demak
seksi 2. Stasiun-stasiun pos hujan tersebut antara lain Sta 94 Karangroto, Sta

96 Brumbung, Sta 97 Plamongan, Sta 98 Pucanggading, Sta 117 Karangsari,


Sta 122 Kalianyar, Sta 124 Guntur dan Sta SE135 Kepoh. Data sekunder curah

hujan pada masing-masing stasiun pos hujan didapatkan data selama 20


tahun, namun banyak terdapat data yang tidak lengkap dikarenakan beberapa

permasalahan diantaranya rusaknya alat pengukur curah hujan. Berikut


merupakan tabel ketersediaan data curah hujan pada 8 stasiun pos hujan.

Tabel 2.8 Ketersediaan Data Hujan


Tahun
No Pos Hujan
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sta 94 Karangroto - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Sta 96 Brumbung √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Sta 97 Plamongan √ √ √ √ √ √ √ √ - - - - - - √ √ √ √ √ √
4 Sta 98 Pucanggading √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Sta 117 Karangsari √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Sta 122 Kalianyar √ √ √ √ √ - - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Sta 124 Guntur √ √ √ √ √ √ - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Sta SE135 Kepoh - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √
Dilihat dari tabel ketersediaan data stasiun pos hujan yang memenuhi
syarat minimal 15 tahun adalah Sta 94 Karangroto, Sta 96 Brumbung, Sta 98

Pucanggading dan Sta 117 Karangsari. Untuk analisa data digunakan Stasiun
pos hujan terdekat yaitu Sta 96 Brumbung dan Sta 117 Karangsari.

Gambar 2.11 Lokasi Stasiun Pos Curah Hujan


No Sta 94 96 97 98 117 122 124 SE 135
Nama Sta Karangroto Brumbung Plamongan Pucanggading Karangsari Kalianyar Guntur Kepoh
Long 6 57' 0.663" LS 7 1' 15" LS 7 1' 32.4" LS 7 2' 37.3" LS 6 56' 31" LS 6 57' 34" LS 6 58' 36" LS 7 4' 56" LS
Lat 110 29' 12.529" BT 110 30' 36" BT 110 28' 15" BT 110 29' 1.9" BT 110 35' 21" BT 110 40' 34" BT 110 35' 57" BT 110 45' 18" BT
Desa Karangroto Brumbung Penggaron Penggaron Karangsari Pangkalan Bakalrejo Kepoh
Kec Genuk Mranggen Pedurungan Tembalang Karang Tengah Dempet Guntur Gubug
Kota/Kab Kota Semarang Kab. Demak Kota Semarang Kota Semarang Kab. Demak Kab. Demak Kab. Demak Kab. Demak
No Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm)
1 1999 0 1999 99 1999 103 1999 97 1999 144 1999 89 1999 121 1999 0
2 2000 90 2000 0 2000 95 2000 56 2000 157 2000 99 2000 82 2000 0
3 2001 128 2001 117 2001 115 2001 100 2001 85 2001 96 2001 100 2001 140
4 2002 156 2002 75 2002 62 2002 75 2002 160 2002 98 2002 145 2002 150
5 2003 80 2003 80 2003 110 2003 75 2003 112 2003 81 2003 90 2003 100
6 2004 160 2004 80 2004 75 2004 100 2004 129 2004 0 2004 87 2004 100
7 2005 73 2005 77 2005 70 2005 75 2005 78 2005 0 2005 0 2005 117
8 2006 173 2006 95 2006 133 2006 150 2006 79 2006 0 2006 0 2006 43
9 2007 100 2007 80 2007 - 2007 120 2007 80 2007 0 2007 0 2007 57
10 2008 173 2008 95 2008 - 2008 100 2008 156 2008 0 2008 0 2008 86
11 2009 130 2009 100 2009 - 2009 150 2009 25 2009 0 2009 0 2009 94
Tabel 2.9 Data Curah Hujan Harian Maksimum

12 2010 125 2010 105 2010 - 2010 87 2010 75 2010 87 2010 87 2010 112
13 2011 100 2011 80 2011 - 2011 150 2011 110 2011 75 2011 76 2011 121
14 2012 182 2012 80 2012 - 2012 100 2012 91 2012 40 2012 92 2012 75
15 2013 135 2013 92 2013 79 2013 90 2013 124 2013 46 2013 95 2013 109
16 2014 135 2014 140 2014 118 2014 106 2014 109 2014 65 2014 125 2014 126
17 2015 130 2015 105 2015 137 2015 105 2015 88 2015 51 2015 76 2015 0
18 2016 110 2016 105 2016 114 2016 104 2016 68 2016 61 2016 125 2016 86
19 2017 100 2017 94 2017 86 2017 82 2017 85 2017 61 2017 111 2017 58
20 2018 98 2018 82 2018 97 2018 88 2018 78 2018 61 2018 100 2018 43
 Koefisien Aliran
Koefisien aliran permukaan merupakan salah satu indikator untuk

menentukan kondisi fisik suatu daerah aliran sungai. Nilai koefisien ini
dipengaruhi kondisi tata guna lahan dan berkisar antara 0–1.

Kartasapoetra dkk (1991) mengemukakan bahwa peranan vegetasi


dalam menahan air lebih besar karena pengaliran lebih kecil. Hal ini

menunjukan bahwa angka koefisien aliran dapat juga dijadikan indikator


gangguan fisik dalam suatu daerah aliran sungai. Nilai C makin besar

menunjukkan bahwa semakin banyak air hujan yang menjadi aliran


permukaan.

Tabel 2.10 Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980)

No Tipe Daerah Tangkapan C


1 Lapangan Berumput
a. Tanah berpasir 0,10 – 0,15
b. Tanah berat 0,25 – 0,35
2 Daerah Usaha di kampung 0,50 – 0,70
3 Daerah Permukiman 0,30 – 0,50
4 Taman, kuburan 0,10 – 0,25
5 Daerah tidak terbangun 0,10 – 0,30
6 Jalan
a. Jalan aspal 0,70 – 0,95
b. Jalan kerikil/paving 0,15 – 0,35
c. Tidak diperkeras 0,10 – 0,30
7 Atap Genteng 0,75 – 0,95
8 Daerah berhutan baik 0,01 – 0,10
9 Tanah Lapang
a. Berpasir, datar 2% 0,05 – 0,10
b. Berpasir, agak datar 2–7% 0,10 – 0,15
c. Berpasir, miring 7% 0,15 – 0,20
d. Tanah berat, datar 2% 0,13 – 0,17
e. Tanah berat, agak datar 2–7% 0,18 – 0,22
f. Tanah berat, miring 7% 0,25 – 0,35
10 Tanah Pertanian
a. Tanah kosong
 Rata 0,30 – 0,60
 Kasar 0,20 – 0,50
b. Ladang garapan
 Tanah berat tanpa vegetasi 0,30 – 0,60
No Tipe Daerah Tangkapan C
 Tanah berat dengan vegetasi 0,20 0,50
 Berpasir tanpa vegetasi 0,20 0,25
 Berpasir dengan vegetasi 0,10 – 0,25
c. Padang rumput
 Tanah berat 0,15 – 0,45
 Berpasir 0,05 – 0,25
d. Hutan/bervegetasi 0,05 – 0,25
11 Tanah Kosong
a. Rata, kedap air 0,70 – 0,90
b. Kasar 0,50 – 0,70
c. Sub urban 0,25 – 0,40
(Sumber : Asdak, 1995 dengan penyesuaian lingkup pekerjaan)

 Uji Oulier

Outlier adalah titik data yang menyimpang cukup jauh dari


kecenderungan kelompoknya. Keberadaan outlier dapat mengganggu proses

pemilihan jenis distribusi suatu sampel data, sehingga outlier ini perlu
dikecualikan dari analisis. Uji untuk outlier menggunakan cara Water Resources

Council, dimana data yang lebih besar dari ambang batas atas outlier atau
lebih kecil dari ambang batas bawah dieliminasi dan dikecualikan dari analisis

selanjutnya.
Ambang batas atas dan ambang batas bawah outlier ditentukan sebagai

berikut.

XH = exp ( x + Kn . S)

XL = exp ( x - Kn . S)
dimana

XH = ambang batas atas outlier


XL = ambang batas bawah outlier

x = nilai rata-rata
S = standar deviasi dari logaritma dari data

Kn = koefisien yang bergantung kepada jumlah sampel data


n = jumlah sampel data

Nilai Kn untuk berbagai jumlah sampel n diberikan dalam Tabel 2.11 dan hasil
uji outlier untuk data disajikan pada Tabel 2.12 dan Tabel 2.13.
Tabel 2.11 Nilai Kn untuk Uji Outlier

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Kn Kn Kn Kn
Data Data Data Data
10 2.036 24 2.467 38 2.661 60 2.837
11 2.088 25 2.486 39 2.671 65 2.866
12 2.134 26 2.502 40 2.682 70 2.893
13 2.175 27 2.519 41 2.692 75 2.917
14 2.213 28 2.534 42 2.700 80 2.940
15 2.247 29 2.549 43 2.710 85 2.961
16 2.279 30 2.563 44 2.719 90 2.981
17 2.309 31 2.577 45 2.727 95 3.000
18 2.335 32 2.591 46 2.736 100 3.017
19 2.361 33 2.604 47 2.744 110 3.049
20 2.385 34 2.616 48 2.753 120 3.078
21 2.408 35 2.628 49 2.760 130 3.104
22 2.429 36 2.639 50 2.768 140 3.129
23 2.448 37 2.650 55 2.804
(Sumber : US Water Resources Council, 1981 dalam Chow, 1986)

Tabel 2.12 Hasil Uji Outlier Sta 96 Brumbung


Data Hujan Asli
No. Tahun Log Data
(mm)
1 2001 117 2.068
2 2002 75 1.875
3 2003 80 1.903
4 2004 80 1.903
5 2005 77 1.886
6 2006 95 1.978
7 2007 80 1.903
8 2008 95 1.978
9 2009 100 2.000
10 2010 105 2.021
11 2011 80 1.903
12 2012 80 1.903
13 2013 92 1.964
14 2014 140 2.146
15 2015 105 2.021
16 2016 105 2.021
17 2017 94 1.973
18 2018 82 1.914

Rt 93.44444444 1.96450
Sd 16.83561429 0.07299
Skew 1.310809614
Xh 1.76026E+57 2.13085 135.16
Xl 8.30305E+23 1.79815 62.83
Tabel 2.13 Hasil Uji Outlier Sta 117 Karangsari
Data Hujan Asli
No. Tahun Log Data
(mm)
1 1999 144 2.1584
2 2000 157 2.1959
3 2001 85 1.9294
4 2002 160 2.2041
5 2003 112 2.0492
6 2004 129 2.1106
7 2005 78 1.8921
8 2006 79 1.8976
9 2007 80 1.9031
10 2008 156 2.1931
11 2009 25 1.3979
12 2010 75 1.8751
13 2011 110 2.0414
14 2012 91 1.9590
15 2013 124 2.0934
16 2014 109 2.0374
17 2015 88 1.9445
18 2016 68 1.8325
19 2017 85 1.9294
20 2018 78 1.8921

Rt 101.65 1.97682
Sd 35.06876703 0.18096
Skew 0.09474908
Xh 7.17127E+78 2.38922 245.03
Xl 2731945793 1.56441 36.68

 Analisa Frekuensi Curah Hujan


Metode perhitungan dalam analisis frekuensi lazim menggunakan

parameter intensintas hujan, frekuensi, dan waktu curah hujan dengan rumus
empiris Normal, Log Normal, EJ. Gumbell, Pearson III dan atau Log Pearson III.

a. Analisis Frekuensi Normal

Xtr = X + k.Sx

k =W–
[ 2,515517+0,802853.W +0,010328 .W 2
1+1,432788+0,189269 .W 2+0,001308 . W 3 ]
W = √ ln
( p1 )
2
1
p= T

dengan
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
X = data hujan rata–rata tahunan (mm)

k = faktor frekuensi
T = kala ulang

b. Analisis Frekuensi Log Normal

Ytr = Y + k.Sy

[ 2,515517+0,802853.W +0,010328 .W 2
k = W – 1+1,432788+0,189269 .W +0,001308 . W
2 3 ]
W = √ ln
( p1 )
2
1
p= T Xtr = 10(Ytr)

dengan
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
Y = log data hujan rata–rata tahunan (mm)
Sy = standar deviasi log rata–rata data hujan

k = faktor frekuensi
T = kala ulang

c. Analisis Frekuensi E.J. Gumbel

Xtr = X + k.Sx

k =
− √6
π [ ]
T
{0,5772 + ln (ln T−1 )}

dengan
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
X = data hujan rata–rata tahunan (mm)
k = faktor frekuensi

Sx = standar deviasi
T = kala ulang

d. Analisis Frekuensi Pearson III


N

∑ log x i
i=1

log Xtr = log X + kTr.(Slog x)log x = N


N
N

∑ ( log x −log x ) 2 ∑ ( log x−log x1 )


2

i i=1
i=1
N−1 ( N −1 ) ( N −2 ) ( S log x )3
Slog x = Cs =
dengan

kTr = faktor penyimpangan k untuk suatu kala ulang tertentu


Cs = koefisien penyimpangan

Analisis frekuensi disajikan pada Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 berdasarkan

persamaan di atas dan hasil hujan rencana disajikan pada Tabel 2.16 dan
Tabel 2.17.
Hujan Hujan Probabilitas (%)
No. Tahun Asli Diurutkan Empiris Normal Log Normal 2 Par. Log Normal 3 Par. Gumbel Pearson III Log Pearson III
(mm) (mm) Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Ln x Teoritis Beda
1 2001 117 75 94.44 89.45 5.00 90.51 3.94 84.57 9.87 88.81 5.64 90.90 3.54 4.32 92.60 1.84
2 2002 75 77 88.89 86.24 2.64 86.86 2.03 80.66 8.23 84.36 4.53 87.10 1.79 4.34 88.40 0.49
3 2003 80 80 61.11 80.30 19.19 80.03 18.91 74.00 12.89 76.47 15.36 79.90 18.79 4.38 80.20 19.09
4 2004 80 80 61.11 80.30 19.19 80.03 18.91 74.00 12.89 76.47 15.36 79.90 18.79 4.38 80.20 19.09
5 2005 77 80 61.11 80.30 19.19 80.03 18.91 74.00 12.89 76.47 15.36 79.90 18.79 4.38 80.20 19.09
6 2006 95 80 61.11 80.30 19.19 80.03 18.91 74.00 12.89 76.47 15.36 79.90 18.79 4.38 80.20 19.09
7 2007 80 80 61.11 80.30 19.19 80.03 18.91 74.00 12.89 76.47 15.36 79.90 18.79 4.38 80.20 19.09
8 2008 95 82 55.56 75.59 20.04 74.64 19.09 69.15 13.59 70.65 15.09 74.30 18.74 4.41 73.80 18.24
9 2009 100 92 50.00 45.90 4.10 43.18 6.82 43.31 6.69 41.44 8.56 42.50 7.50 4.52 40.00 10.00
10 2010 105 94 44.44 39.65 4.79 37.15 7.29 38.47 5.98 36.45 8.00 36.60 7.84 4.54 34.30 10.14
11 2011 80 95 33.33 36.62 3.29 34.29 0.96 36.14 2.81 34.11 0.78 33.80 0.47 4.55 31.60 1.73
12 2012 80 95 33.33 36.62 3.29 34.29 0.96 36.14 2.81 34.11 0.78 33.80 0.47 4.55 31.60 1.73
13 2013 92 100 27.78 22.96 4.81 21.86 5.91 25.70 2.08 24.09 3.68 21.70 6.08 4.61 20.60 7.18
14 2015 105 105 11.11 12.75 1.64 12.91 1.79 17.46 6.35 16.65 5.54 13.00 1.89 4.65 12.90 1.79
15 2016 105 105 11.11 12.75 1.64 12.91 1.79 17.46 6.35 16.65 5.54 13.00 1.89 4.65 12.90 1.79
16 2017 94 105 11.11 12.75 1.64 12.91 1.79 17.46 6.35 16.65 5.54 13.00 1.89 4.65 12.90 1.79
17 2018 82 117 5.56 1.81 3.74 2.77 2.79 5.88 0.33 6.51 0.96 3.00 2.56 4.76 3.90 1.66
Jumlah Data 17 DMaks 20.04 DMaks 19.09 DMaks 13.59 DMaks 15.36 DMaks 18.79 DMaks 19.09
Tabel 2.14 Hasil Analisis Frekuensi Curah Hujan Sta 96 Brumbung
Hujan Hujan Probabilitas (%)
No. Tahun Asli Diurutkan Empiris Normal Log Normal 2 Par. Log Normal 3 Par. Gumbel Pearson III Log Pearson III
(mm) (mm) Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Ln x Teoritis Beda
1 1999 144 68 95.00 88.87 6.13 91.87 3.13 97.55 2.55 88.38 6.62 90.80 4.20 4.22 94.90 0.10
2 2000 157 75 90.00 83.97 6.03 85.42 4.58 93.42 3.42 81.63 8.37 84.60 5.40 4.32 87.20 2.80
3 2001 85 78 80.00 81.49 1.49 82.06 2.06 90.71 10.71 78.33 1.67 81.40 1.40 4.36 82.90 2.90
4 2002 160 78 80.00 81.49 1.49 82.06 2.06 90.71 10.71 78.33 1.67 81.40 1.40 4.36 82.90 2.90
5 2003 112 79 75.00 80.61 5.61 80.87 5.87 89.67 14.67 77.18 2.18 80.30 5.30 4.37 81.40 6.40
6 2004 129 80 70.00 79.71 9.71 79.65 9.65 88.57 18.57 76.02 6.02 79.20 9.20 4.38 79.90 9.90
7 2005 78 85 60.00 74.84 14.84 73.15 13.15 82.08 22.08 69.99 9.99 73.20 13.20 4.44 71.90 11.90
8 2006 79 85 60.00 74.84 14.84 73.15 13.15 82.08 22.08 69.99 9.99 73.20 13.20 4.44 71.90 11.90
9 2007 80 88 55.00 71.65 16.65 69.01 14.01 77.50 22.50 66.25 11.25 69.30 14.30 4.48 66.90 11.90
10 2008 156 91 50.00 68.27 18.27 64.77 14.77 72.49 22.49 62.48 12.48 65.30 15.30 4.51 62.00 12.00
11 2010 75 109 45.00 45.73 0.73 40.09 4.91 40.07 4.93 41.12 3.88 41.50 3.50 4.69 36.40 8.60
12 2011 110 110 40.00 44.45 4.45 38.86 1.14 38.42 1.58 40.07 0.07 40.30 0.30 4.70 35.30 4.70
13 2012 91 112 35.00 41.90 6.90 36.47 1.47 35.22 0.22 38.00 3.00 37.90 2.90 4.72 33.10 1.90
14 2013 124 124 30.00 27.67 2.33 24.16 5.84 19.54 10.46 27.18 2.82 25.30 4.70 4.82 22.30 7.70
15 2014 109 129 25.00 22.52 2.48 20.06 4.94 14.82 10.18 23.46 1.54 21.00 4.00 4.86 18.80 6.20
16 2015 88 144 20.00 10.75 9.25 11.06 8.94 5.92 14.08 14.79 5.21 11.30 8.70 4.97 11.40 8.60
17 2016 68 156 15.00 5.17 9.83 6.64 8.36 2.63 12.37 10.07 4.93 6.60 8.40 5.05 7.70 7.30
18 2017 85 157 10.00 4.84 5.16 6.36 3.64 2.45 7.55 9.75 0.25 6.30 3.70 5.06 7.50 2.50
19 2018 78 160 5.00 3.94 1.06 5.58 0.58 1.98 3.02 8.85 3.85 5.40 0.40 5.08 6.80 1.80
Jumlah Data 19 DMaks 18.27 DMaks 14.77 DMaks 22.50 DMaks 12.48 DMaks 15.30 DMaks 12.00
Tabel 2.15 Hasil Analisis Frekuensi Curah Hujan Sta 117 Karangsari
Tabel 2.16 Hasil Hujan Rencana Sta 96 Brumbung

Distribusi Probabilitas
Kala Ulang T
 Log Normal Log Normal Gumbe Pearson Log Pearson
Normal
(Tahun) 2 Parameter 3 Parameter lI III III
2 0,0000 90.7 89.8 89.6 88.9 89.6 89.2
5 0,8416 101.3 100.9 100.8 102.5 100.8 100.5
10 1,2816 106.8 107.2 107.3 111.6 107.3 107.5
20 1,6449 111.4 112.7 113.0 120.3 113.1 113.9
25 1,7507 112.7 114.4 114.7 123.0 114.8 115.9
50 2,0537 116.5 119.2 119.9 131.5 119.9 121.9
100 2,3263 119.9 123.8 124.8 139.9 124.7 127.8
200 2,5758 123.1 128.1 129.5 148.3 129.3 133.5
500 2,8782 126.9 133.6 135.4 159.4 135.0 141.1
1000 3,0902 129.5 137.5 139.7 167.8 139.2 146.8
Penyimpangan Maksimum 1.33 1.66 1.74 2.75 1.73 1.99
 Kritis
31.8 31.8 31.8 31.8 31.8 31.8
(Significant Level 5 %)
(Sumber : Analisis Data, 2020)

Tabel 2.17 Hasil Hujan Rencana Sta 117 Karangsari

Distribusi Probabilitas
Kala Ulang T
 Norma Log Normal Log Normal Gumbel Pearson Log Pearson
(Tahun) l 2 Parameter 3 Parameter I III III
2 0,0000 105.7 101.4 102.5 101.1 102.4 99.8
5 0,8416 131.7 129.1 130.0 134.3 130.2 128.0
10 1,2816 145.3 146.4 146.5 156.2 146.7 147.3
20 1,6449 156.5 162.5 161.3 177.3 161.5 166.4
25 1,7507 159.8 167.5 165.8 184.0 166.0 172.6
50 2,0537 169.1 182.7 179.4 204.5 179.4 192.2
100 2,3263 177.6 197.5 192.3 224.9 192.1 212.3
200 2,5758 185.3 212.1 204.9 245.3 204.3 233.2
500 2,8782 194.6 231.3 221.0 272.1 219.7 262.3
1000 3,0902 201.2 137.5 139.7 167.8 139.2 146.8
Penyimpangan Maksimum 3.27 5.00 4.53 6.68 4.50 6.20
 Kritis
30.1 30.1 30.1 30.1 30.1 30.1
(Significant Level 5 %)
(Sumber : Analisis Data, 2020)
Perbandingan hasil 4 Metode Analisa Frekuensi Curah hujan
harian maksimum

175

150

125

Curah hujan ( mm )
100

75

50

25

-
- 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

Priode Ulang T (thn)

Pearson III log Pearson III log Normal Gumbel

Gambar 2.13 Grafik Perbandingan Metode Analisa Frekuensi Curah Hujan

Harian Maksimum Pada Sta 96 Brumbung

Perbandingan hasil 4 Metode Analisa Frekuensi Curah hujan


harian maksimum

275
250
225
200
Curah hujan ( mm )

175
150
125
100
75
50
25
-
- 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

Priode Ulang T (thn)

Pearson III log Pearson III log Normal Gumbel

Gambar 2.14 Grafik Perbandingan Metode Analisa Frekuensi Curah Hujan


Harian Maksimum Pada Sta 117 Karangsari

Dalam menentukan hujan rencana yang akan digunakan dalam analisa

debit banjir rencana digunakan metode dengan nilai yang paling besar dalam
hal ini adalah metode Gumbel.
Dikarenakan minimnya data hujan akibat ketersediaan data stasiun pos
hujan maka hasil analisis hujan rancangan kala ulang 100 dan 1000 tahun

akan diperbandingkan dengan peta isohiet sebagaimana Gambar 2.15 dan


2.16.

Gambar 2.15 Peta Isohiet Kala Ulang 100 tahun


(Sumber : Ditjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum, 2012)

Gambar 2.16 Peta Isohiet Kala Ulang 1000 tahun


(Sumber : Ditjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum, 2012)

Berdasarkan peta isohiet di atas, maka kala ulang 100 tahun mencapai

250 mm dan kala ulang 1000 tahun mencapai 350 mm sehingga hujan
rencana dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan peta isohiet
tersebut sebagaimana Tabel 2.18 dan Tabel 2.19.

Tabel 2.18 Hasil Hujan Rencana Sta 96 Brumbung Penyesuaian Peta Isohiet

Kala Ulang Hujan Rencana


(tahun) (mm)
2 88.88
5 102.55
10 111.60
20 120.29
25 123.04
50 131.52
100 250.00
200 261.11
500 294.44
1000 350.00
(Sumber : Analisis Data, 2020)

Tabel 2.19 Hasil Hujan Rencana Sta 117 Karangsari Penyesuaian Peta Isohiet

Kala Ulang Hujan Rencana


(tahun) (mm)
2 101.14
5 134.28
10 156.23
20 177.28
25 183.96
50 204.53
100 250.00
200 261.11
500 294.44
1000 350.00
(Sumber : Analisis Data, 2020)

2.2.2. Data Teknis Saluran


Luas CA=.........
Panjang Saluran=.....

2.2.1. Perhitungan Debit dan Kapasitas saluran

Anda mungkin juga menyukai