HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan tentang hasil penelitian Analisis Regiment
Terapi Farmakologis Terhadap Perilaku Adaptif Dan Tekanan Darah Pada Pasien
bulan Juni 2021. Hasil penelitian dimulai dari data umum dan data khusus yang
Data umum ini membahas masalah penelitian, data ini disajikan dalam
Pada data khusus merupakan data dari variabel penelitian yang didapatkan
dari hasil kusioner bulan Juni 2021 pada 20 responden di Yayasan Panti
Terapi Farmakologi nya sangat kurang dengan perilaku adaptif kurang sebanyak
didapatkan hasil P Value: 0.010 < α: 0,05 dengan nilai korelasi sebesar 0.655
sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan Regimen Terapi
tekanan darah
Terapi Farmakologis nya sangat kurang dengan tekanan darah diri kurang
Regresi didapatkan hasil P Value: 0.000 < α: 0,05 dengan nilai korelasi sebesar
0.374 sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara
PEMBAHASAN
variabel independen dan dependen, dapat dilakukan suatu analisa hubungan yaitu
Regiment Terapi Farmakologis terhadap Perilaku Adaptif dan Tekanan Darah pada
pada pasien ODGJ Di Yayasan Panti Kesehatan As Shifa Tebbenah Langkap Burneh
samping kekurangan itu pasien ODGJ harus tetap teratur dalam pemebrian terapi
farmakologis.
klinis, hal ini dibutuhkan agar dapat mengurangi dampak buruk yang terjadi.
Penggunaan obat yang kurang dan tidak teratur kemungkinan besar akan berdampak
negatif pada perubahan prilaku yang diterima pasien. Serta ketepatan dosis dapat
ketapatan dan jenis pemberian obat, hal ini seseuai dengan data di lapangan
bahwasanya pasien ODGJ merasa lebih tenang, lebih kondusif, serta nyambung saat
diajak berbicara. Selain itu keterkaitannya dengan terapi farmakolagi yang teratur
karena faktanya pasien jarang untuk dikunjungi atau hanya sekedar memberikan
support bahkan ada yang dikunjungi 1 tahun 1 kali hal ini juga dapat mempengaruhi
terhadap kesembuhan pasien ODGJ itu sendiri, kurangnya interaksi dengan teman dan
wilayah sekitarnya, belum bisa berinteraksi dengan tetangga sekitar, dan masih
banyak pasien yang belom bisa melakukan pekerjaan secara mandiri seperti menyapu
halaman kamarnya.
pada penelitian ini berusia 25-36 tahun sebanyak 11 orang dengan persentase 55.0%.
Dalam penelitian Syamsudin (2011), menyebutkan saat usia kita bertambah tubuh kita
akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap obat-obatan. Usia juga mempengaruhi
metabolisme dan klirens obat akibat perubahan yang terjadi pada hati dan ginjal, saat
tubuh semakin tua maka aliran darah melalui hati berkurang dan klirens beberapa obat
berkurang, semakin tinggi usia maka akan semakin menurun klirens obat pada tubuh,
hal ini akan mengurangi aliran darah yang dapat menghambat interksi obat. Hampir
sebagian besar responden berada di usia 25-36 tahun, yang menyebabkan terapi
farmakologi menjadi lebih mudah dibandingkan dengan usia lansia. Sehingga proses
pemulihan jauh lebih cepat meskipun tidak kembali pada kondisi yang semula.
Bangkalan berjenis kelamin laki-laki yaitu hampir seluruh sebanyak 17 orang dengan
lebih buruk dibandingkan wanita sehingga lebih cepat terlihat. Penyebabnya dapat
karena faktor genetik, limgkungan atau pengaruh dari dalam diri sendiri. Pria lebih
banyak memiliki gejala negatif, sedangkan wanita memiliki gejala afektif, baik dalam
perempuan sehingga dapat dikatakan pemulihan lebih lama dan susah. Diperlukan
terapi obat yang teratur dan sesuai indikasi, agar mencapai pemulihan yang bersifat
kematangan diri dan sosial seseorang individu dalam melakukan kegiatan umum
sehari – hari sesuai dengan keadaan umumnya dan berkaitan dengan budaya
Menurut peneliti Perilaku Adaptif sangat bergantug pada kondisi ODGJ itu
sendiri, perasan putus asa, cemas, dan emosi tidak terkontrol menyabakan ODGJ sulit
dalam menyelesaikan masalah serta mengarah kepada perilaku maladptif. Hal ini akan
memeperburuk keadaan ODGJ dimana pasien tidak lagi kooperatif dan pastinya
membutuhkan lebih banyak obat bahkan dukungan, agar pasien lebih mudah tenang.
Selain itu akan berdampak pada lama proses pemulihan pasien ODGJ.
kelamin laki-laki yaitu hampir seluruh sebanyak 17 orang dengan persentase 85.0%.
perbandingannya 5:1 artinya jumlah laki-laki yang melakukan perilaku agresif 5 kali
brutal untuk melakukan semua yang mereka inginkan, entah itu nantinya dapat
melukainya maupun tidak. Selain itu laki-laki memiliki kekuatan yang lebih besar dari
prempuan, hal ini berimbas pada perilakunya yang cenderung tidak Adaptif, karena
berinteraksi secara efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun non verbal
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, sehingga ini merupakan
perilaku yang dipelajari. Area yang dikembangkan pada aspek sosial yaitu hubungan
antar personal, bermain dan waktu luang, mengikuti aturan, serta kemampuan
mengatasi masalah. Keterampilan sosial sangat dibutuhkan terlebih untuk ODGJ
mampu menciptakan perilaku yang adaptif. Namun kegiatan ini tetap dalam panatuan
pihak panti.
Analisis kuisioner untuk domain terendah yaitu komunikasi dengan nilai 37.
Merupakan penyampaian informasi dan pemahaman informasi dari orang lain. Krik
perasaan da ide dengan syarat tiga hal yakni penerima, pesa, da pengirim. Komunikasi
dapat terjadi jika ada orang yang mengirim dan menerima pesan, yang dapat dilakuka
secara verbal maupun tulisan, ranah komunikasi dalam perilaku adaptif dibagi
menjadi tiga apek yaitu reseptif, ekspresif, dan tertulis. Strategi pembelajaran
namun ada beberapa interaksi yang lansung diterima pasien dan dijawab dengan
informasi Kembali.
Butir kuisioner dengan nilai tertinggi terdapat pada nomer 19 domain sosial
berinteraksi secara efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun non verbal
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, area yang dikembangkan
pada aspek sosial yaitu hubungan antar personal, bermain dan waktu luang, mengikuti
ODGJ mempunyai berbgai kegiatan sosial yang cukup, mampu mengatasi waktu
luang mereka. Mereka mampu melakukan berbagai aktivitas sehari-hari orang normal
sesusi dengan prosedur panti dan tetap dalam lingkup pengelola panti.
Butir kuisioner terendah pada nomer 13 domain keterampilan dengan nilai 32.
kemampuan untuk buang air kecil dan air besar di tempat tertentu (kamar mandi),
Menurut peneliti ODGJ masih perlu bantuan dari pihan panti dalam membereskan
perlatannya sendiri, hal ini membuat pasien kesulitan, sehingga menjadi skor paling
dengan frekuensi (40.0%). Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastis
atau penurunan elastisitas pembuluh darah. (Ronny, dkk., 2008; Maldani, 2015).
tiap waktunya. Karena ini berkaitan dengan perilaku dan pemulihan pasien.
Farmakologi nya sangat kurang dengan perilaku adaptif kurang sebanyak 1 pasien
ODGJ atau (5.0%). Sedangkan berdasarkan uji statistik Regresi didapatkan hasil P
Value: 0.010 < α: 0,05 dengan nilai korelasi sebesar 0.655 sehingga H0 ditolak. Hal ini
adaptif pada pasien ODGJ. Jenis psikofarmakologi utama yang diberikan pada
penderita gangguan jiwa adalah antipsikotik karena penderita gangguan jiwa memiliki
gejala psikotik. Antipsikotik terbagi dalam dua group yaitu tipikal dan atipikal
(Videbeck, 2011). Tipikal antipsikotik berperan dalam menurunkan gejala positif dari
gangguan jiwa, namun sedikit berperan dalam menangani gejala negatifnya (Lieberman
& Tasman, 2006). Beda halnya dengan tipikal antipsikotik, atipikal antipsikotik
memiliki peran yang kuat dalam menurunkan gejala gangguan jiwa baik positif maupun
negatif (Shives, 2012). Selain itu, atipikal antipsikotik tidak memiliki banyak efek
antipsikotik lebih efektif dari pada tipikal antispikotik dalam menangani gejala positif
Farmakologis nya sangat kurang dengan tekanan darah diri kurang sebanyak 9 pasien
ODGJ atau (5.0%). Sedangkan berdasarkan uji statistik Regresi didapatkan hasil P
Value: 0.000 < α: 0,05 dengan nilai korelasi sebesar 0.374 sehingga H0 ditolak. Hal ini
2009) Pemberian jenis obat disesuaikan dengan gejala yang muncul dan berdasarkan
gangguan jiwa sangat dianjurkan untuk mencegah efek samping yang dapat
antagonis dopamine yang bekerja menghambat reseptor dopamine dalam berbagai jaras
Efek samping dari pengunaan obat – obatan anti psikotik yaitu Efek
neurotoksis seperti tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia. Dan Reakasi autonomik
diastolic. biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis
yang sama, Pada keadaan overdosis/ intoksikasi trisiklik dapat timbul atropine toxic
6.1 Keseimpulan
6.2 Saran
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan,
Keperawatan.
6.2.2. Saran Praktis
a. Bagi Puskesmas (Layanan Kesehatan) Sebagai sumber informasi dan evaluasi yang
b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber informasi dan sebagai bahan masukan
d. Bagi Responden Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bahan evaluasi