Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH GENERAL CODING

HIPOTYROID

DISUSUN OLEH:
1. FAIZ ROBBANI/G41191130
2. DISKA CANTIKA/ G41191449
3. IKMA PALUPI HARJA/ G41191717
4. LENZA IFATIKHAH/G41191542
5. VONY VONY APRILIA EKA P/G41191633

GOLONGAN B

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan tugas general coding yang
berjudul “Hipotyroid” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak bimbingan dalam proses penyelesaian tugas ini. Rasa
terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
tugas ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan tugas ini, namun saya menyadari bahwa di dalam tugas yang telah saya
susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi penyelesaian tugas yang
lebih lagi. Akhir kata, saya berharap agar tugas yang saya kerjakan dapat memenuhi.

Jember, 05 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2

BAB 1...........................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................3

1.2 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................3

1.3Manfaat Penelitian.............................................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4

2.1 Insiden dan Etiologi Hipotiroid..........................................................................................................4

2.2 Klasifikasi Hipotiroid..........................................................................................................................4

2.4 Manifestasi Klinis Hipotiroid..............................................................................................................5

2.5 Penegakan Diagnosis Hipotiroid........................................................................................................5

2.6 Patofisiologi Hipotiroid......................................................................................................................6

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid
yang dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme
tubuh. Faktor penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang
dapat terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia. Pada kondisi
hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi hormon tiroid
dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating
Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi
hormontiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses
metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat pertambahan
pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang
parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia
dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi
glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan
kulit,yang menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme
pada orang dewasa kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui aspek
patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan pengobatan dari penyakit Hipotiroid

1.3Manfaat Penelitian
Pada penulisan makalah ini penulis berharap dapat memberikan pengetahuan
pada pembaca mengenai Hipotiroid secara lebih mendalam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Insiden dan Etiologi Hipotiroid


Hipotiroid merupakan kelainan endokrin kedua yang paling banyak
dijumpai di Amerika Serikat setelah diabetes mellitus (Hueston, 2001).
Hipotiroid lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dan
insidensinya meningkat dengan pertambahan umur. Hipotiroid primer lebih
sering di jumpai dibanding hipotiroid sekunder dengan perbandingan
1000 : 1 (Roberts & Ladenson, 2004 ). Pada suatu survei komunitas di
Inggris yang dikenal sebagai the Whickham study, tercatat peningkatan
kadar hormon tirotropin (TSH) pada 7,5 % wanita dan 2,8 % pria
(Tunbridge et al,1977). Pada survey NHANES III ( National Health and
Nutritional Examination Survey III) di Amerika Serikat, terdapat
peningkatan kadar tirotropin pada 4,6% responden, 0,3% diantaranya
menderita hipotiroid klinis. Pada mereka yang berumur di atas 65 tahun
hipotiroid klinis dijumpai pada 1,7 % populasi, sedangkan hipotiroid
subklinis dijumpai pada 13,7 % populasi (Hollowell et al , 2002). Pada
penelitian terhadap wanita berusia 60tahun keatas di Birmingham,
hipotiroid klinis ditemukan pada 2,0% kasus sedangkan hipotiroid
subklinis ditemukan pada 9,6% kasus. (Parle et al , 1991).

2.2 Klasifikasi Hipotiroid


Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau
akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka
waktu (transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau
tanpa gejala/ subklinis). Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan
defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang
mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan
lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan (Roberts & Ladenson, 2004). Pada

4
anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis
kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid
berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1
dan 2 (Gillam & Kopp, 2001). Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai
faktor. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang
sering disebut tiroiditas Hashimoto. Peran auto imun pada penyakit ini didukung
adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid dan adanya antibodi
tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi eksternal pada
penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis,
paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar tiroid
pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal: amiodarone,
lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara
mempengaruhi produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar
tiroid (Roberts & Ladenson, 2004). Berdasarkan disfungsi organ yang terkena,
hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid primer dan hipotiroid sentral.. Hipotiroid
primer berhubungan dengan defek pada kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat
penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkanhipotiroid sentral
berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi hormon
thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi
tirotropin(TSH) oleh hipofisis (Roberts & Ladenson, 2004)

Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:

1. TSH < 5,5 µIU/L→ Normal

2. 5,5 µIU/L ≤ TSH < 7 µIU/L →Hipotiroid ringan

3. 7 µIU/L ≤ TSH < 15 µIU/L →Hipotiroid sedang

4. TSH ≥ 15 µIU/L → Hipotiroid Berat

5
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH
(TSH ≥ 5,5 µIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique,peningkatan BB,
ggn.siklus haid,konstipasi,intoleransi dingin,rambut dan kuku rapuh (Wiseman,
2011).

2.4 Manifestasi Klinis Hipotiroid


Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi
pelupa, kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh,
wajah bengkak, konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan
sensitivitas terhadap banyak pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan
frekuensi keguguran pada wanita yang hamil (Wiseman, 2011).

2.5 Penegakan Diagnosis Hipotiroid


Pada tiroiditis Hashimoto, pemeriksaan goiter yang terbentuk dapat diidentifikasi
melalui pemeriksaan fisik, dan keadaan hipotiroid diketahui dengan identifikasi
gejala dan tanda fisik yang khas, serta melalui hasil pemeriksaan laboratorium.
Peningkatan antibodi antitiroid merupakan bukti laboratorik paling spesifik pada
tiroiditis Hashimoto, namun tidak semuanya dijumpai pada kasus. Pemeriksaan
hormon tiroid biasanya diperiksa kadar TSH. Dikatakan hipotiroid apabila terjadi
peningkatan kadar TSH. Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan secara
histopatologis melalui biopsi. Kelainan histopatologisnya dapat bermacam –
macam yaitu antara lain infiltrasi limfosit yang difus, obliterasi folikel tiroid, dan
fibrosis. Aspirasi jarum halus biasanya tidak dibutuhkan pada penderita tiroiditis
ini, namun dapat dijadikan langkah terbaik untuk diagnosis pada kasus yang sulit
dan merupakan prosedur yang dibutuhkan jika nodul tiroid terbentuk . Fungsi
tiroid dinilai secara prospektif dengan mengukur kadar TSH sesuai algoritme
yang telah ditetapkan. Waktu pengukuran kadar TSH untuk mendeteksi dan
memberikan terapi hipotiroid post operasi adalah 1. preoperasi 2. fase awal post
operasi ( 6 minggu) 3. fase lanjut post operasi (12 bln) (Wiseman, 2011).
Hipotiroid merupakan akibat yang sering terjadi setelah lobektomi yang sangat
mempengaruhi hasil akhir operasi dan kualitas hidup pasien. Hampir 100%

6
mengalami peningkatan kadar TSH. Tetapi peningkatan kadar TSH tidak selalu
menjadi patokan untuk memulai terapi hormon. Semakin awal dideteksi dapat
mencegah terjadinya keluhan dan komplikasinya (Wiseman, 2011).

2.6 Patofisiologi Hipotiroid


Pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun Walaupun etiologi pasti respon imun
tersebut masih belum diketahui, berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa
faktor genetik sangat berperan dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya diketahui
pula pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun terjadi kerusakan seluler dan perubahan
fungsi tiroid melalui mekanisme imun humoral dan seluler yang bekerja secara
bersamaan (Tomer Y, Davies TF, 2003 dan Prummel MF et al, 2004).
Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T tersensitisasi (sensitized T-
lymphocyte) dan/atau antibodi antitiroid berikatan dengan membran sel tiroid,
mengakibatkan lisis sel dan reaksi inflamasi. Sedangkan gangguan fungsi terjadi
karena interaksi antara antibodi antitiroid yang bersifat stimulator atau blocking
dengan reseptor di membran sel tiroid yang bertindak sebagai autoantigen
(Tomer Y, Davies TF, 2003 dan Prummel MF et al, 2004).
2.7 Penangan medis Hipotiroid
Pilihan pengobatan termasuk:

1. Obat anti-tiroid. Obat-obat ini termasuk propylthiouracil (PTU) dan


metimazole yang membantu mencegah kelenjar tiroid membuat hormon baru.
Obat ini tidak permanen dalam merusak tiroid, tetapi beberapa orang mungkin
memiliki efek samping yang serius.
2. Yodium radioaktif (RAI) yang diminum. Sel tiroid yang terlalu aktif akan
menyerap yodium dan sel tersebut segera mati. Hal ini digunakan untuk
mencegah pelepasan hormon tiroid berlebih. Setiap yodium radioaktif yang
tersisa menghilang dari tubuh dalam beberapa hari. Ini mungkin memakan
waktu beberapa bulan untuk terapi meringankan gejala hipertiroidisme, dan
dosis kedua mungkin diperlukan. Orang yang memiliki perawatan ini akan

7
mengalami hipotiroidisme, dan akan membutuhkan suplemen hormon tiroid
selama sisa hidup mereka. Terapi ini tidak bisa dilakukan selama kehamilan.
3. Operasi untuk mengambil semua atau sebagian dari tiroid, yang disebut
tiroidektomi. Kebanyakan orang yang memiliki prosedur ini akhirnya
mengalami tiroid yang kurang aktif dan akan perlu untuk mengonsumsi obat
hormon tiroid pengganti (sintetis) selama sisa hidup.
4. Beta-blocker untuk memperlambat detak jantung. Obat-obatan ini tidak
menurunkan kadar hormon tiroid Anda, tetapi membantu meringankan gejala
yang berkaitan dengan detak jantung yang cepat.
2.8 Komplikasi
Jika tidak ditangani, hipotiroidisme bisa menyebabkan beragam komplikasi,
seperti:

 Nyeri sendi

 Obesitas

 Penyakit gondok

 Infertilitas atau gangguan kesuburan

 Kerusakan saraf

 Penyakit jantung

 Koma miksedema

Sedangkan hipotiroid yang terjadi pada wanita hamil dapat menimbulkan


komplikasi berupa:

 Anemia

 Preeklamsia

 Keguguran

 Bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah

 Bayi lahir dalam kondisi cacat

 Bayi mengalami gangguan perkembangan fisik atau mental.

8
BAB III KESIMPULAN
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh.
Faktor penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat
terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia. Gejala secara umum yaitu
kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa, kesulitan belajar, kulit
kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak, konstipasi,
nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan sensitivitas terhadap banyak
pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada
wanita yang hamil. Penangan bisa dilakukan dengan cara berkonsultasi
dengan dokter dan pemakaian obat nya seperti obat anti tiroid, RAI, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai