Anda di halaman 1dari 2

ISTILAH:

Social engineering = perubahan sosial yang direncanakan


Social problems = masalah masyarakat
Blaming the victims = menyalahkan korban
Gradualitas = keberangsur-angsuran
Radical change = perubahan radikal
Sudden = kemendadakan
Pengacauan intelektual = ditipu mentah-mentah
Intellectual cul-de-sacs = kesalahan-kesalahan berpikir; suatu istilah Perancis utk menunjukkan
kebuntutan pemikiran
Over-generalisation = penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argumen yg bersifat general
atau umum
Spillover = informasi yang meluber
Pancasialis = tidak mudah terpengaruh
Dating = penanggalan
Retrospective = melihat ke belakang
Reification = menganggap real sesuatu yang sebetulnya hanya berada dalam pikiran kita

Adanya Eksistensi masyarakat juga akan menimbulkan eksistensi masalah masyarakat (social
problems), seperti kemiskinan. Memecahkan masalah masyarakat dengan memecahkan
permasalahan individual (menyalahkan kebodohan dan kemalasan orang miskin). Oleh karena itu
dibutuhkan Perubahan sosial, yang bergerak melalui rekayasa sosial, harus dimulai dengan
perubahan cara berpikir.
BAB I KERANCUAN BERPIKIR DAN MITOS

Perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasa sosial harus dimulai dengan perubahan cara
berpikir. Perubahan ke arah yang benar tidak akan terjadi apabila kesalahan berpikir masih
menjebak benak masyarakat. Ada dua macam kesalahan; intellectual cul-de-sacs dan mitos (sesuatu
yang tidak benar, tetapi dipercayai oleh banyak orang, termasuk para ilmuan

a. Kesalahan-Kesalahan Berpikir
Secara umum, intellectual cul-de-sac terbagi menjadi 7, yaitu
1. Fallacy of Dramatic Instance = karena dirinya pribadi tidak mengalami apa-apa, maka
orang lain juga tidak akan mengalami apa-apa
Berdasar dari over-generalisation. Argumen ini sulit dipatahkan karena satu-dua
kasus rujukan seringkali diambil dari pengalaman pribadi seseorang (individual’s
personal experience). Munculnya stereotip pada benak kita juga merupakan salah
satu akibat dari kesalahan berpikir seperti itu. Artinya kita harus memandang
sesuatu dengan seutuhnya dan secara ilmiah serta tidak menilai sesuatu hanya
berdasarkan penglihatan/pengalaman pribadi saja
2. Fallacy of retrospective determinism = kebiasaan orang menganggap masalah sosial
yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak
bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang
Determinisme selalu lebih memperhitungkan masa lalu dibanding masa depan.
Determinisme retrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu yang seakan-akan
sudah ditentukan (determined) di dalam sejarah yang telah lalu. Artinya, kita
seharusnya tidak memandang suatu masalah sebagai sesuatu yang sudah ada sejak
dulu dan tidak bisa dihilangkan, sebaliknya kita harus mengubah pola pikir kita dan
berusaha untuk menuntaskan masalah-masalah tersebut
3. Post hoc ergo propter hoc = post (sesudah), hoc (demikian), ergo (karena itu),
propter (disebabkan), hoc (demikian), jadi apabila ada peristiwa yang terjadi dalam
urutan temporal, maka kita menyatakan bahwa yang pertama adalah sebab dari
yang kedua.
Pada sejumlah kasus, post hoc ergo propter hoc terjadi secara halus alias tidak
kentara. Artinya, jangan menilai sesuatu hanya berdasarkan apa yang terjadi
sebelumnya.
4. Fallacy of misplaced concretness = misplaced (salah letak), concretness
(kekonkretan). Jadi, kesalahan berpikir ini muncul karena kita mengkonkretkan
sesuatu yang pada hakikatnya abstrak. Misalnya ini sudah takdir Tuhan
5. Argumentum ad verecundiam = berargumen dengan menggunakan otoritas,
walaupun otoritas itu tidak relevan atau ambigu.
Otoritas adalah sesuatu atau seseorang yang sudah diterima kebenarannya secara
mutlak, misalnya alquran dan rasullulah saw. Orang biasanya menggunakan otoritas
untuk membela paham dan kepentingannya sendiri.
6. Fallacy of composition = sebuah kondisi dimana keputusan yang dianggap baik
dalam skala mikro belum tentu baik jika diihat dalam skala makro.
7. Circular reasoning = pemikiran yang berputar-putar; menggunakan konklusi
(kesimpulan)untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju konklusi
semula

Secara umum mitos-mitos sosial terbagi menjadi 3

1. Mitos deviant = berawal dari pandangan bahwa masyarakat itu stabil, statis, dan
tidak berubah-ubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka perubahan itu adalah
penyimpangan dari sesuatu yang stabil. Mitos ini berkembang dari teori ilmu sosial
structural functionalism (fungsionalsime
Rekayasa sosial adalah tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial

Anda mungkin juga menyukai