Anda di halaman 1dari 106

SASARAN KESELAMATAN

PASIEN

(SKP)
MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR

Standar SKP 1
Rumah sakit menetapkan regulasi un
menjamin ketepatan (akurasi) identi
pasien
Maksud dan Tujuan SKP 1
• Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi di semua
tindakan. Keadaan yang dapat membuat identifikasi tida
dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak se
keadaan koma, saat pasien berpindah tempat tidur, berpi
lokasi di dalam lingkungan rumah sakit, terjadi disfun
atau mengalami situasi lainnya.

• Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini: pertama, m


yang akan menerima layanan atau tindakan dan kedua, un
atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.
Maksud dan Tujuan SKP 1
• Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit men
sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) bentuk identifikasi, yaitu n
nomor rekam medik, nomor induk kependudukan atau b
barcode/QR code). Nomor kamar pasien tidak dapat digun
Dua (2) bentuk identifikasi ini digunakan di semua area
rawat jalan, rawat inap, unit darurat, kamar operasi, unit
lainnya.

• Dua (2) bentuk identifikasi harus dilakukan dalam se


kepada pasien. Misalnya, identifikasi pasien dilakukan se
menerima cairan intravena, hemodialisis, pengambilan da
lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedu
identifikasi terhadap pasien koma.

Elemen penilaian SKP 1 Telusur

1. Ada regulasi yang mengatur R Regulasi tentang


identifikasi pasie
R Regulasi tentang
pelaksanaan identifikasi pasien. (R) identifikasi pasie

2. Identifikasi pasien dilakukan D Bukti pelaksanaan tent


dengan menggunakan minimal 2 (dua) semua berkas rekam m
identitas dan tidak boleh menggunakan
4 (empat) identitas:
nomor kamar pasien atau lokasi pasien
dirawat sesuai dengan regulasi rumah sakit. 1) nama pasien sesuai
2) tanggal lahir
(D,O,W) 3) nomor rekam medi
4) nomor induk kepen

O Lihat pelaksanaan iden


medis, resep, makanan
laboratorium/radiologi

W  Staf unit pelayan


 Staf klinis
 Pasien/keluarga

tercetak dengan minimal menggunakan 2 (dua) dari

Elemen penilaian SKP 1 Telusur

3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum O Lihat pelaksanaan id


dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, tindakan, prosedur d
dan terapeutik. (O,W,S) Identifikasi minimal
identitas dari 4 (emp
dilakukan secara ver

W  Staf klinis

 Pasien/keluarg

S Peragaan pelaksanaa

4. Pasien diidentifikasi sebelum O Lihat pelaksanaan id


pemberian obat, darah, produk darah, pemberian obat, dar
pengambilan spesimen, dan pemberian diet
(lihat juga PKPO 6.1; PAP 3.3 EP 2; AP 5.7; pengambilan spesim
PAP 4 EP 5;). (O,W,S) W  Staf Klinis

 Pasien/Keluarg

S Peragaan pelaksanaa

Elemen penilaian SKP 1 Telusur

5. Pasien diidentifikasi sebelum O Lihat pelaksan


pemberian radioterapi, sebelum pemb
menerima cairan intravena, menerima cair
hemodialisis, pengambilan hemodialisis, p
darah atau pengambilan atau pengambi
spesimen lain untuk katerisasi jantu
pemeriksaan klinis, katerisasi radiologi diagn
jantung, prosedur radiologi koma
diagnostik, dan identifikasi
terhadap pasien koma. (O,W,S) W  Staf klinis
 Pasien/kelu

S Peragaan pelak

identifikasi pas

MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Standar SKP 2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
melaksanakan proses meningkatkan efek
komunikasi verbal dan atau komunikasi
telpon antar profesional pemberi asuhan

Maksud dan Tujuan SKP 2


• Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, l
(ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang
kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasie

• Komunikasi dapat berbentuk verbal, elektronik, atau ter


dapat membahayakan pasien. Komunikasi yang rentan te
perintah lisan atau perintah melalui telepon, komunikasi
hasil pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat te
disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek. Peng
menyulitkan penerima perintah untuk memahami perinta
nama-nama obat yang rupa dan ucapannya mirip (look ali
phenobarbital dan phentobarbital, serta lainnya.
disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek. Peng
menyulitkan penerima perintah untuk memahami perinta
nama-nama obat yang rupa dan ucapannya mirip (look ali
phenobarbital dan phentobarbital, serta lainnya.

Maksud dan Tujuan SKP 2


Pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis juga merup
keselamatan pasien. Pemeriksaan diagnostik kritis term
pada

a) pemeriksaaan laboratorium;

b) pemeriksaan radiologi;

c) pemeriksaan kedokteran nuklir;

d) prosedur ultrasonografi;

e) magnetic resonance imaging;

f) diagnostik jantung;

g) pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan di tempat tid


tanda vital, portable radiographs, bedside ultrasound, atau
echocardiograms.
e) magnetic resonance imaging;

f) diagnostik jantung;

g) pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan di tempat tid


tanda vital, portable radiographs, bedside ultrasound, atau
echocardiograms.

Maksud dan Tujuan SKP 2


• Hasil yang diperoleh dan berada di luar
normal secara mencolok akan menunjukkan
tinggi atau mengancam jiwa. Sistem pela
dapat menunjukkan dengan jelas bagaiman
pemeriksaaan diagnostik dikomunikasikan k
informasi tersebut terdokumentasi untuk me
pasien. Tiap-tiap unit menetapkan nilai kritis
diagnostiknya.
Maksud dan Tujuan SKP 2
Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telpon den
berikut:

1) pemesanaan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya

2) dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau


mungkin dilakukan maka harus ditetapkan panduannya meliputi pe
hasil pemeriksaaan dalam keadaan darurat, identifikasi dan peneta
diagnostik, serta kepada siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaaan kr

3) prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi pe


atau hasil pemeriksaaan oleh penerima informasi, penerima memba
pemeriksaaan, dan pengirim memberi konfirmasi atas apa yang tela

Penggunaan singkatan-singkatan yang tidak ditetapkan oleh rumah


kesalahan komunikasi dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, ru
singkatan yang diperkenankan dan dilarang (lihat juga MIRM 12 E
1).
Maksud dan Tujuan SKP 2
Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah s

a) antar-PPA seperti antara staf medis dan staf medis, an


keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara
saat pertukaran shift;

b) antarberbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yan


dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari un

c) dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau u


atau unit terapi fisik.

Gangguan komunikasi dapat terjadi saat dilakukan serah t


dapat berakibatl kejadian yang tidak diharapkan (adverse
Komunikasi yang baik dan terstandar baik dengan pasien
pemberi layanan dapat memperbaiki secara signifikan pr

Elemen penilaian SKP 2 Telusur


1. Ada regulasi tentang R Regulasi tent
komunikasi efektif antar efektif antar
asuhan, sesua
profesional pemberi asuhan 1 EP 1
(lihat juga TKRS 3.2 EP 2).
(R)
2. Ada bukti pelatihan D Bukti pelaksa
komunikasi efektif antar tentang kom
profesional pemberi
asuhan. (D,W) W  DPJP
 PPA lainn
 Staf klinis
Elemen penilaian SKP 2 Telusur

3. Pesan secara verbal atau verbal D Bukti pelaksana


lewat telpon ditulis lengkap, dibaca penyampaian pe
ulang oleh penerima pesan, dan lewat telpon.
dikonfirmasi oleh pemberi pesan (lihat Lihat dengan ce
juga AP 5.3.2 EP 1, 2 dan 3). (D,W,S) penyampaian ve
dari sisi pember

W  DPJP

 PPJA/Staf
 Staf klinis

S Peragaan proses
verbal atau verb

Elemen penilaian SKP 2 Telusur

4. Penyampaian hasil D Bukti hasil pe


pemeriksaaan diagnostik secara diagnostik sec
verbal ditulis lengkap, dibaca lengkap.
ulang, dan dikonfirmasi oleh Lihat dengan
pemberi pesan secara lengkap. dokumen pen
(D,W,S) lewat telepon
dan dari sisi p

W  DPJP

 PPJA/Staf
 Staf klinis

S Peragaan pen

pemeriksaan d

Standar SKP 2.1


Rumah sakit menetapkan regulasi un
proses pelaporan hasil pemeriksaaan
diagnostik kritis.
Elemen penilaian SKP 2.1 Telusur

1. Rumah sakit R Regulasi ten


menetapkan besaran 1) penetapa
nilai kritis nilai kritis
laboratorium/tanda vital laboratorium
dan hasil pemeriksaan dan hasil pe
diagnostik kritis (lihat diagnostik k
juga AP 5.3.2 EP 1). (R) 2) penetapa
harus melap
yang harus
Elemen penilaian SKP 2.1 Telusur

2. Pelaksanaan pelaporan D Bukti pelaksan


dilaksanakan sesuai regulasi dilaksanakan s
(lihat juga AP 5.3.2). (D,W,S) termasuk staf y
dan menerima

W  DPJP

 PPJA/Staf
 Staf klinis

S Peragaan prose
kritis laborator
hasil pemeriks
Standar SKP 2.2
Rumah sakit menetapkan dan melaksan
proses komunikasi “Serah Terima” (han
Elemen penilaian SKP 2.2 Telusur

1. Ada bukti catatan tentang hal-hal D Bukti catatan pela


kritikal dikomunikasikan di antara terima, ditandatang
profesional pemberi asuhan pada menyerahkan dan
waktu dilakukan serah terima pasien
(hand over) (lihat juga MKE 5 EP 6). W  DPJP
(D,W)  PPJA dan sta
 Staf klinis lai

2. Proses serah terima pasien D Bukti formulir ser


(operan/hand over) menggunakan alat, metode serah
formulir dan metode sesuai regulasi, (operan/hand over
bila mungkin melibatkan melibatkan pasien
pasien/keluarga. (D,W)
W  Dokter
 PPJA dan sta
 Staf klinis lai

Elemen penilaian SKP 2.2 Telusur

3. Ada bukti dilakukan D Bukti tentan


evaluasi tentang catatan catatan kom
komunikasi yang terjadi terjadi saat
waktu serah terima over) untuk
pasien (operan/hand proses
over) untuk
memperbaiki proses. W  Dokter
(D,W)  PPJA da
 Staf klin
MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)

Standar SKP 3
Standar SKP 3
Rumah sakit menetapkan regulasi un
melaksanakan proses meningkatkan
terhadap obat-obat yang perlu diwasp

Maksud dan Tujuan SKP 3


•Setiap obat jika salah penggunaanny
membahayakan pasien, bahkan baha
menyebabkan kematian atau kecaca
terutama obat-obat yang perlu diwas
perlu diwaspadai adalah obat yang m
yang meningkat bila kita salah meng
menimbulkan kerugian besar pada pa
Maksud dan Tujuan SKP 3
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
• obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila
menimbulkan kematian atau kecacatan
kemoterapeutik;

• obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis ta


alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax da
hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mir

• elektrolit konsentrat: potasium fosfat dengan konsentr


mmol/ml dan natrium klorida dengan konsentrasi lebih da
dengan konsentrasi 50% atau lebih

• elektrolit dengan konsentrasi tertentu: potasium klorida


atau lebih dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%
Maksud dan Tujuan SKP 3
Ada banyak obat yang termasuk dalam kel
Nama-nama yang membingungkan ini um
terjadi medication error di seluruh dunia. Pen

1) pengetahuan tentang nama obat yang tidak

2) ada produk baru;

3) kemasan dan label sama;

4) indikasi klinis sama;

5) bentuk, dosis, dan aturan pakai sama;

6) terjadi salah pengertian waktu memberika


Maksud dan Tujuan SKP 3
• Daftar obat yang perlu diwaspadai (high alert medicatio
organisasi kesehatan seperti the World Health Organi
for Safe Medication Practices (ISMP), di berbagai kepust
rumah sakit dalam hal KTD atau kejadian sentinel.

• Kesalahan dapat terjadi jika petugas tidak memperoleh o


perawatan pasien dan apabila perawat tidak memperoleh
keadaan darurat. Cara paling efektif untuk mengurangi ata
ini adalah dengan menetapkan proses untuk menge
diwaspadai (high alert medication) dan memindahkan ele
layanan perawatan pasien ke unit farmasi (lihat juga PK
Maksud dan Tujuan SKP 3
• Rumah sakit membuat daftar semua obat
menggunakan informasi atau data yang terkait pen
dalam rumah sakit, data tentang “kejadian yang t
event) atau “kejadian nyaris cedera” (near miss) te
risiko terjadi salah pengertian tentang Nama Ob
Mirip (NORUM). Informasi dari kepustakaan sepe
Safe Medication Practices (ISMP), Kementerian
Obat-obat ini dikelola sedemikian rupa untuk men
kekuranghati-hatian dalam menyimpan,
menggunakannya termasuk administrasinya,
memberi label atau petunjuk tentang cara men
benar pada obat-obat high alert.

Maksud dan Tujuan SKP 3


• Untuk meningkatkan keamanan
diwaspadai, rumah sakit perlu
spesifik dari setiap obat dengan tetap m
aspek peresepan, menyimpan, menyiapk
menggunakan, serta monitoringnya. O
harus disimpan di instalasi farmasi. B
ingin menyimpan di luar lokasi tersebu
disimpan di unit/depo farmasi yang bera
tanggung jawab apoteker.

Elemen penilaian SKP 3 Telusur

1. Ada regulasi tentang R Regulasi ten


penyediaan, penyimpanan, perlu di was
penataan, penyiapan, dan
penggunaan obat yang perlu di
waspadai (R)
2. Rumah sakit D Bukti pelaks
mengimplementasikan regulasi penyediaan,
yang telah dibuat (D,W) penataan, pe
penggunaan
diwaspadai

W  Apoteke

 PPJA da
 Staf klin
Elemen penilaian SKP 3 Telusur

3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat D Bukti tentang da


yang perlu diwaspadai, yang disusun berdasar diwaspadai.
data spesifik sesuai kebijakan dan prosedur
(D,O,W) O Lihat pelaksanaa
di unit terkait

W  PPA

 Staf unit pe
 Staf klinis
4. Tempat penyimpanan, pelabelan, D Bukti tentang da
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai, diwaspadai di tem
termasuk obat “look-alike/sound-alike” semua
diatur di tempat aman (D,O,W) O Lihat pelaksanaa
obat yang perlu d

W  PPA

 Staf unit pe

Standar SKP 3.1


Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
melaksanakan proses mengelola penggu
elektrolit konsentrat dan elektrolit denga
konsetrasi tertentu.
Elemen penilaian SKP 3.1 Telusur

1. Rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang pengel


regulasi untuk melaksanakan konsentrat dan elektrolit
proses mencegah kekurang
hati-hatian dalam mengelola
elektrolit konsentrat dan
elektrolit dengan konsetrasi
tertentu. (R)

2. Elektrolit konsentrat dan D Bukti tentang daftar elek


elektrolit dengan konsetrasi elektrolit dengan konsetr
tertentu hanya tersedia di semua tempat penyimpan
instalasi farmasi/depo farmasi. diperbolehkan
(D,O,W)
O Lihat pelaksanaan tempa

W  PPA

 Staf unit pelayanan


TERLAKSANANYA PROSES TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN DAN PROSEDUR

Standar SKP 4
Rumah sakit menetapkan regul
melaksanakan proses memastikan
Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-Pa
menjalani tindakan dan prosedur.
Maksud dan Tujuan SKP 4

Salah-Lokasi, Salah-Prosedur, dan Salah-Pasien yang me


merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat t
antara lain akibat

1) komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antara

2) tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan ket


ada prosedur untuk verifikasi;

3) asesmen pasien tidak lengkap;

4) catatan rekam medik tidak lengkap;

5) budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka ant

6) masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca

7) penggunaan singkatan yang tidak terstandardisasi dan d


Maksud dan Tujuan SKP 4

• Tindakan bedah dan prosedur invasif memuat semua pro


memeriksa penyakit serta kelainan dari tubuh manusia me
memindahkan, mengubah atau memasukkan alat laparask
untuk keperluan diagnostik dan terapeutik.

• Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam


melakukan tindakan bedah dan prosedur invasif. Sebagai
radiologi intervensi, laparaskopi, endoskopi, pemeriksaan
Ketentuan rumah sakit tentang Tepat-Lokasi, Tepat- Pros
berlaku di semua area rumah sakit di lokasi tindakan
Maksud dan Tujuan SKP 4

Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur y

1. beri tanda di tempat operasi;

2. dilakukan verifikasi praoperasi;

3. melakukan Time Out sebelum insisi kulit dimulai.

Pemberian tanda di tempat dilakukan operasi atau prosed


dan dilakukan dengan tanda yang tepat serta dapat dikena
konsisten digunakan di semua tempat di rumah sakit, h
yang melakukan prosedur operasi, saat melakukan pas
mungkin, serta harus masih terlihat jelas setelah pasien sa
tempat operasi harus diberi tanda, termasuk pada sisi
struktur multipel (multiple structure), jari tangan, jari ka
Maksud dan Tujuan SKP 4
Tujuan proses verifikasi praoperasi adalah

1) memastikan ketepatan tempat, prosedur, dan pasien;

2) memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto


pemeriksaan yang relevan diberi label dengan benar dan t

3) memastikan tersedia peralatan medik khusus dan


dibutuhkan.

Beberapa elemen proses verifikasi praoperasi dapat dilak


tempat praoperasi, seperti memastikan dokumen, imajing
lain diberi label yang benar, dan memberi tanda di temp
Maksud dan Tujuan SKP 4
• Time-Out yang dilakukan sebelum dimulainya insisi kulit dengan
memberi kesempatan untuk menyelesaikan pertanyaan yang belum
meragukan yang perlu diselesaikan. Time-Out dilakukan di lokasi t
sebelum prosedur dimulai dan melibatkan semua anggota tim
menetapkan prosedur bagaimana proses Time-Out berlangsung.

• Salah-lokasi, salah-prosedur, dan salah-pasien operasi


mengkhawatirkan dan dapat terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini a
efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur unt
samping itu, juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan u
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antaranggota t
berhubungan dengan penulisan di instruksi pengobatan/resep yang
handwriting), serta pemakaian singkatan yang tidak terstandarisasi
faktor-faktor yang sering terjadi.
Maksud dan Tujuan SKP 4

• Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif


kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di
risiko ini. Kebijakan ini termasuk definisi tin
lengkap sesuai dengan cakupan

pelayanan rumah sakit (lihat juga PA


berlaku di setiap lokasi rumah sakit dim
dijalankan.

• Praktik berbasis bukti ini diuraikan


Elemen penilaian SKP 4 Telusur
dala
Checklist dariuntuk
1. Ada regulasi WHO Patient Safety terkini.
R Regulasi tenta
melakukan penandaan lokasi penandaan lok
tindakan
R Regulasi tenta
penandaan lok
tindakan
operasi atau tindakan invasif
(site marking). (R)
2. Ada bukti rumah sakit D Bukti pelaksan
menggunakan satu tanda di penandaan sat
tempat sayatan operasi seragam dan m
pertama atau tindakan invasif
yang segera dapat dikenali O Lihat form dan
dengan cepat sesuai kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan
rumah sakit. (D,O)

Elemen penilaian SKP 4 Telusur

3. Ada bukti bahwa D Bukti pelaksa


penandaan lokasi operasi penandaan di
atau tindakan invasif (site staf medis ya
marking) dilakukan oleh operasi atau
staf medis yang melakukan dengan melib
operasi atau tindakan bila mungkin
invasif dengan melibatkan
pasien bila mungkin. O Lihat pelaksa
(D,O,W) penandaan si

W  DPJP

 Pasien/ke

Standar SKP 4.1


Rumah sakit melaksanakan prosedur bedah y
dengan menggunakan “surgical safety check
Safety Checklist terkini) serta memastikan
proses Time-out di kamar operasi sebelu
dimulai, untuk memastikan Tepat-
Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien yang m
tindakan dan prosedur.

Elemen penilaian SKP 4.1 Telusur

1. Ada regulasi tentang pengunaan R Regulasi tentang


“surgical safety check list” (WHO safety check list u
Safety Checklist terkini) untuk
prosedur bedah aman. (R)
2. Sebelum operasi atau tindakan D Bukti pelaksanaa
invasif dilakukan, rumah sakit surgical safety ch
menyediakan “check list“ atau proses
lain untuk mencatat, apakah O Lihat form surgic
informed consent sudah benar dan untuk mencatat
lengkap, apakah tepat lokasi, tepat
prosedur dan tepat pasien sudah
terindentifikasi, apakah semua
dokumen dan peralatan yang
dibutuhkan sudah siap tersedia
dengan lengkap dan berfungsi
dengan baik. (D,O)
Elemen penilaian SKP 4.1 Telusur

3. Rumah sakit menggunakan D Bukti tentang ha


Komponen Time-Out terdiri dari Out
identifikasi Tepat-Pasien,Tepat
Prosedur dan tepat Lokasi, O Lihat pelaksanaa
persetujuan atas operasi dan
konfirmasi bahwa proses verifikasi W  DPJP
sudah lengkap dilakukan. (D,O,W,S)  Tim operasi

S Peragaan proses

4. Rumah sakit menggunakan D Bukti pelaksanaa


ketentuan yang sama tentang Tepat- kamar operasi
Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien,
Jika operasi dilakukan, termasuk O Lihat form terkai
prosedur tindakan medis dan gigi, di Prosedur, Tepat-P
luar kamar operasi. (D,O,W)
W DPJP

DIKURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Standar SKP 5
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
menggunakan dan melaksanakan “evide
based hand hygiene guidelines” untuk m
risiko infeksi terkait layanan
kesehatan.

Maksud dan Tujuan SKP 5


• Pencegahan dan pengendalian
sebuah tantangan di lingkungan
Kenaikan angka infeksi terkait pelaya
menjadi keprihatinan bagi pasien
kesehatan. Secara umum, infeksi terk
kesehatan terjadi di semua unit layan
termasuk infeksi saluran kencing dis
infeksi pembuluh/aliran darah
pemasangan infus baik perifer maupun
infeksi paru-paru terkait penggunaan ven
Maksud dan Tujuan SKP 5

• Upaya terpenting menghilangkan mas


infeksi lainnya adalah dengan menjaga k
melalui cuci tangan. Pedoman keber
hygiene) tersedia dari World Health Org
Rumah sakit mengadopsi pedoman keb
hygiene) dari WHO ini untuk dipublika
rumah sakit. Staf diberi pelatihan bagaim
tangan dengan benar dan prosedur meng
disinfektan, serta handuk sekali pakai (t
lokasi sesuai dengan pedoman (lihat juga

Elemen penilaian SKP 5 Telusur


1. Ada regulasi tentang R Regulasi tentan
pedoman kebersihan tangan tangan (hand h
(hand hygiene) yang mengacu
pada standar WHO terkini (lihat
juga PPI 9 EP 1). (R)

2. Rumah sakit melaksanakan D Bukti pelaksan


program kebersihan tangan kebersihan tan
(hand hygiene) di seluruh hygiene) di sel
rumah sakit sesuai regulasi
(lihat juga PPI 9 EP 3). (D,W) W Staf RS

Elemen penilaian SKP 5 Telusur

3. Staf rumah sakit dapat O Lihat pelaksan


melakukan cuci tangan sesuai seluruh rumah
dengan prosedur. (lihat juga PPI
9 EP 3). (W,O,S) W Staf RS

S Peragaan cuci

4. Ada bukti staf melaksanakan W Staf RS


lima saat cuci tangan. (W,O,S)
O Lihat pelaksan
cuci tangan (1
handrub), lihat
lima saat cuci t

S Peragaan cuci
Elemen penilaian SKP 5 Telusur

5. Prosedur disinfeksi di rumah W Staf RS


sakit dilakukan sesuai dengan
regulasi. (lihat juga PPI 9 EP 1 O Lihat pelaksan
dan EP 3). (W,O) disinfeksi dan
disinfeksi

6. Ada bukti rumah sakit D Bukti pelaksan


melaksanakan evaluasi evaluasi upaya
terhadap upaya menurunkan angka infeksi
angka infeksi terkait pelayanan
kesehatan (lihat juga PMKP 7 EP W  Komite/Tim
3).(D,W)  Komite/Tim
 IPCN
 IPCLN

MENGURANGI RISIKO CEDERA KARENA PASIEN JATUH

Standar SKP 6
Rumah sakit menetapkan regulasi un
melaksanakan proses mengurangi ris
pasien jatuh.

Maksud dan Tujuan SKP 6

Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan


jatuh. Berbagai faktor yang meningkatkan risiko p

a) kondisi pasien;

b) gangguan fungsional pasien (contoh ganggua


gangguan penglihatan, atau perubahan status kogn

c) lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit;

d) riwayat jatuh pasien;

e) konsumsi obat tertentu;


c) lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit;

d) riwayat jatuh pasien;

e) konsumsi obat tertentu;

f) konsumsi alkohol.
Maksud dan Tujuan SKP 6

• Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko re


mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal ini diseb
anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta peny
Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat in
sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien
tinggi jatuh.

• Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang


ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriks
berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja per
berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat peri
• Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang
ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriks
berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja per
berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat peri

Maksud dan Tujuan SKP 6

• Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh b


layanan yang diberikan. Misalnya, terapi fisik (
inap) memiliki banyak peralatan spesifik digunaka
menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bar
dan peralatan lain untuk latihan.

• Rumah sakit melakukan evaluasi tentang p


melakukan upaya mengurangi risiko pasien jatuh
program untuk mengurangi pasien jatuh yang meli
dan asesmen ulang secara berkala di populasi pasi
tempat pelayanan dan asuhan itu diberikan.
• Rumah sakit melakukan evaluasi tentang p
melakukan upaya mengurangi risiko pasien jatuh
program untuk mengurangi pasien jatuh yang meli
dan asesmen ulang secara berkala di populasi pasi
tempat pelayanan dan asuhan itu diberikan.

Maksud dan Tujuan SKP 6

• Rumah sakit harus bertanggung jawab untuk


(seperti unit terapi fisik), situasi (pasien datang den
pasien dari kursi roda atau cart), tipe pasien,
fungsional pasien yang mungkin berisiko tinggi un

• Rumah sakit menjalankan program pengura


dengan menetapkan regulasi yang sesuai dengan l
rumah sakit. Program ini mencakup monitoring ter
atau ketidak-sengajaan dari kejadian jatuh. Misaln
• Rumah sakit menjalankan program pengura
dengan menetapkan regulasi yang sesuai dengan l
rumah sakit. Program ini mencakup monitoring ter
atau ketidak-sengajaan dari kejadian jatuh. Misaln
(restrain) atau pembatasan intake cairan.

Elemen penilaian SKP 6 Telusur

1. Ada regulasi yang mengatur tentang R Regulasi tentan


mencegah pasien cedera karena jatuh. cedera karena j
(R)

2. Rumah sakit melaksanakan suatu D Bukti dalam rekam


proses asesmen awal risiko jatuh untuk pelaksanaan asesm
pasien gawat darurat dan rawat jalan dengan
asesmen cepat (rap
kondisi, diagnosis, lokasi terindikasi berisiko jatuh untuk pasien
tinggi jatuh sesuai regulasi (lihat juga AP serta dilakukan as
1.4.1). (D,O,W) masuk rawat inap
1.4.1). (D,O,W)

O Lihat pelaksanaan
assessment) risiko
dan rawat jalan se
bila pasien akan m

W  PPJA

 Staf klinis
Elemen penilaian SKP 6 Telusur

3. Rumah sakit melaksanakan proses D Bukti dalam rek


asesmen awal dan asesmen ulang dari pelaksanaan as
pasien rawat inap yang berdasar asesmen ulang
catatan teridentifikasi risiko jatuh
(D,W) W  PPJA
 Staf klinis
4. Langkah-langkah diadakan untuk D Bukti pelaksana
mengurangi risiko jatuh bagi pasien langkah untuk m
dari situasi dan lokasi yang
menyebabkan pasien jatuh (D,O,W) O Lihat pelaksana
mengurangi risi

W  PPJA

 Staf klinis
 Pasien/kelu

TERIMA KASIH
MATAN

gulasi untuk
i) identifikasi
i di semua aspek diagnosis dan
ntifikasi tidak benar adalah jika pasien
tasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam
tidur, berpindah kamar tidur, berpindah
erjadi disfungsi sensoris, lupa identitas diri,

pertama, memastikan ketepatan pasien


an kedua, untuk menyelaraskan layanan
ah sakit mengharuskan terdapat paling
kasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir,
ukan atau bentuk lainnya (misalnya,
k dapat digunakan untuk identifikasi pasien.
emua area layanan rumah sakit seperti di
operasi, unit layanan diagnostik, dan

n dalam setiap keadaan terkait intervensi


dilakukan sebelum memberikan radioterapi,
gambilan darah atau pengambilan spesimen
ng, prosedur radiologi diagnostik, dan

usur Skor

gulasi tentang pelaksanaan 10 TL


ntifikasi pasien
gulasi tentang pelaksanaan
ntifikasi pasien - -
0 TT
ti pelaksanaan tentang identitas pasien pada 10 TL
ua berkas rekam medis, identitas pasien 5 TS
mpat) identitas: 0 TT
ama pasien sesuai KTP-el
anggal lahir
omor rekam medis
omor induk kependudukan

t pelaksanaan identitas pasien pada label obat, rekam


is, resep, makanan, spesimen, permintaan dan hasil
ratorium/radiologi

Staf unit pelayanan


Staf klinis
Pasien/keluarga

5
usur Skor

at pelaksanaan identifikasi sebelum 10 TL


akan, prosedur diagnostik dan terapeutik. 5 TS
ntifikasi minimal menggunakan 2 (dua) 0 TT
ntitas dari 4 (empat) identitas pasien, identifikasi
kukan secara verbal atau visual

Staf klinis

Pasien/keluarga

agaan pelaksanaan identifikasi pasien

at pelaksanaan identifikasi sebelum 10 TL


mberian obat, darah, produk darah, 5 TS
gambilan spesimen, dan pemberian diet 0 TT
Staf Klinis

Pasien/Keluarga

agaan pelaksanaan identifikasi pasien 6

usur Skor

hat pelaksanaan identifikasi 10 TL


belum pemberian radioterapi, 5 TS
enerima cairan intravena, 0 TT
modialisis, pengambilan darah
u pengambilan spesimen lain,
terisasi jantung, prosedur
diologi diagnostik, dan pasien
ma

Staf klinis
Pasien/keluarga

ragaan pelaksanaan

entifikasi pasien
asi untuk
tkan efektivitas
munikasi melalui
i asuhan (PPA).

ktu, akurat, lengkap, tidak mendua


ormasi yang bertujuan mengurangi
amatan pasien.

nik, atau tertulis. Komunikasi yang jelek


ng rentan terjadi kesalahan adalah saat
komunikasi verbal, saat menyampaikan
kan lewat telpon. Hal ini dapat
dialek. Pengucapan juga dapat
hami perintah yang diberikan. Misalnya,
irip (look alike, sound alike), seperti
ya.
dialek. Pengucapan juga dapat
hami perintah yang diberikan. Misalnya,
irip (look alike, sound alike), seperti
ya.

s juga merupakan salah satu isu


k kritis termasuk, tetapi tidak terbatas

di tempat tidur pasien, seperti hasil tanda-


asound, atau transesophageal
di tempat tidur pasien, seperti hasil tanda-
asound, atau transesophageal

a di luar rentang angka


unjukkan keadaan yang berisiko
stem pelaporan formal yang
bagaimana nilai kritis hasil
kasikan kepada staf medis dan
untuk mengurangi risiko bagi
nilai kritis hasil pemeriksaan
alui telpon dengan aman dilakukan hal- hal sebagai

bal sebaiknya dihindari;

ra tertulis atau komunikasi elektronik tidak


ya meliputi permintaan pemeriksaan, penerimaan
asi dan penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan
meriksaaan kritis dilaporkan;

on meliputi penulisan secara lengkap permintaan


nerima membaca kembali permintaan atau hasil
s apa yang telah ditulis secara akurat.

an oleh rumah sakit sering kali menimbulkan


h karena itu, rumah sakit diminta memiliki daftar
a MIRM 12 EP
am rumah sakit terjadi:

af medis, antara staf medis dan staf


atau antara PPA dan PPA lainnya pada

mah sakit yang sama seperti jika pasien


atau dari unit darurat ke kamar operasi; dan

ostik atau unit tindakan seperti radiologi

ukan serah terima asuhan pasien yang


kan (adverse event) atau kejadian sentinel.
engan pasien, keluarga pasien, dan
signifikan proses asuhan pasien.

usur Skor
egulasi tentang komunikasi 10 TL
ektif antar profesional pemberi - -
uhan, sesuai MKE
EP 1 0 TT

ukti pelaksanaan pelatihan 10 TL


ntang komunikasi efektif 5 TS
0 TT
DPJP
PPA lainnya
Staf klinis lainnya
14
lusur Skor

ukti pelaksanaan tentang 10 TL


enyampaian pesan verbal atau 5 TS
wat telpon. 0 TT
hat dengan cek silang dokumen
enyampaian verbal lewat telepon
ari sisi pemberi dan dari sisi penerima

DPJP

PPJA/Staf Perawat
Staf klinis lainnya

eragaan proses penerimaan pesan secara


erbal atau verbal lewat telpon

15
lusur Skor

ukti hasil pemeriksaaan 10 TL


iagnostik secara verbal ditulis 5 TS
ngkap. 0 TT
ihat dengan cek silang
okumen penyampaian verbal
wat telepon dari sisi pemberi
an dari sisi penerima

 DPJP

 PPJA/Staf Perawat
 Staf klinis lainnya

eragaan penyampaian hasil

emeriksaan diagnostik
gulasi untuk
iksaaan

usur Skor

egulasi tentang: 1 T
penetapan besaran 0 L
lai kritis - -
boratorium/tanda vital 0 T
an hasil pemeriksaan T
agnostik kritis
penetapan siapa yang
arus melaporkan dan siapa
ang harus menerima
usur Skor

kti pelaksanaan pelaporan 10 TL


aksanakan sesuai regulasi 5 TS
masuk staf yang melaporkan 0 TT
n menerima laporan

DPJP

PPJA/Staf perawat
Staf klinis lainnya

ragaan proses melaporkan nilai


tis laboratorium/tanda vital dan
sil pemeriksaan diagnostik kritis

19
melaksanakan
ma” (hand over).
ur Skor

ti catatan pelaksanaan serah 10 TL


ma, ditandatangani oleh yang 5 TS
yerahkan dan yang menerima 0 TT

DPJP
PPJA dan staf Perawat
Staf klinis lainnya

ti formulir serah terima, memuat 10 TL


metode serah terima pasien 5 TS
ran/hand over), bila mungkin 0 TT
batkan pasien/keluarga

Dokter
PPJA dan staf Perawat
Staf klinis lainnya
21
usur Skor

ukti tentang evaluasi 1 T


tatan komunikasi yang 0 L
rjadi saat (operan/hand 5 T
ver) untuk memperbaiki 0 S
oses T
T
Dokter
PPJA dan staf Perawat
Staf klinis lainnya
22
gulasi untuk
gkatkan keamanan
u diwaspadai.

unaannya dapat
kan bahayanya dapat
kecacatan pasien,
lu diwaspadai. Obat yang
yang mengandung risiko
ah menggunakan dan dapat
pada pasien.
terjadi kesalahan (error) dapat
seperti, insulin, heparin, atau

aan klinis tampak/kelihatan sama (look


rti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan
a ucapan mirip (NORUM);

an konsentrasi sama atau lebih besar dari 3


rasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat

ium klorida dengan konsentrasi 1 mEq/ml


entrasi 20%, 40%, atau lebih.
alam kelompok NORUM.
n ini umumnya menjadi sebab
dunia. Penyebab hal ini adalah

yang tidak memadai;

ama;

emberikan perintah.
rt medication) tersedia di berbagai
ealth Organization (WHO) dan Institute
bagai kepustakaan, serta pengalaman
tinel.

emperoleh orientasi cukup baik di unit


memperoleh orientasi cukup atau saat
engurangi atau menghilangkan kejadian
untuk mengelola obat yang perlu
ndahkan elektrolit konsentrat dari area
ihat juga PKPO 3.2).
ua obat high alert dengan
terkait penggunaan obat di
dian yang tidak diharapkan” (adverse
ar miss) termasuk
g Nama Obat Rupa Ucapan
akaan seperti dari Institute for
ementerian Kesehatan, dan lainnya.
untuk menghindari
yimpan, menata, dan
trasinya, contoh dengan
cara menggunakan obat dengan

anan obat yang perlu


lu menetapkan risiko
tetap memperhatikan
menyiapkan, mencatat,
gnya. Obat high alert
masi. Bila rumah sakit
i tersebut, disarankan
ang berada di bawah

Telusur Skor

Regulasi tentang obat yang 10 TL


perlu di waspadai - -
0 TT
Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
penyediaan, penyimpanan, 5 TS
penataan, penyiapan, dan 0 TT
penggunaan obat yang perlu
diwaspadai

 Apoteker/TTK

 PPJA dan staf perawat


30

 Staf klinis
Telusur Skor

Bukti tentang daftar obat yang perlu 10 TL


diwaspadai. 5 TS
0 TT
Lihat pelaksanaan penggunaan daftar obat
di unit terkait

 PPA

 Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)


 Staf klinis
Bukti tentang daftar obat yang perlu 10 TL
diwaspadai di tempat penyimpanan obat. 5 TS
0 TT
Lihat pelaksanaan tempat penyimpanan
obat yang perlu diwaspadai

 PPA

 Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)

31

asi untuk
a penggunaan
lit dengan
Skor

entang pengelolaan elektrolit 10 TL


dan elektrolit dengan konsetrasi tertentu - -
0 TT

ng daftar elektrolit konsentrat dan 10 TL


engan konsetrasi tertentu di 5 TS
pat penyimpanan yang 0 TT
kan

ksanaan tempat penyimpanan

nit pelayanan 33
DUR,
EDUR

n regulasi untuk
mastikan Tepat-
Tepat-Pasien yang
edur.
en yang menjalani tindakan serta prosedur
dan dapat terjadi. Kesalahan ini terjadi

ekuat antaranggota tim;

mastikan ketepatan lokasi operasi dan tidak

terbuka antaranggota tim;

idak terbaca, tidak jelas, dan tidak lengkap;

rdisasi dan dilarang.


at semua prosedur investigasi dan atau
manusia melalui mengiris, mengangkat,
alat laparaskopi/endoskopi ke dalam tubuh

a di dalam rumah sakit yang


sif. Sebagai contoh, kateterisasi jantung,
pemeriksaan laboratorium, dan lainnya.
Tepat- Prosedur, dan Tepat-Pasien
asi tindakan bedah dan invasif dilakukan.
prosedur yang seragam sebagai berikut:

dimulai.

atau prosedur invasif melibatkan pasien


dapat dikenali. Tanda yang dipakai harus
mah sakit, harus dilakukan oleh individu
lakukan pasien sadar dan terjaga jika
ah pasien sadar. Pada semua kasus, lokasi
pada sisi lateral (laterality), daerah
ngan, jari kaki, lesi, atau tulang belakang.
dan pasien;

terkait, foto (imajing), dan hasil


n benar dan tersaji;

khusus dan atau implan yang

dapat dilakukan sebelum pasien tiba di


men, imajing, hasil pemeriksaaan, dokumen
nda di tempat (lokasi) operasi.
i kulit dengan semua anggota tim hadir dan
an yang belum terjawab atau ada hal yang
kan di lokasi tempat dilakukan operasi sesaat
anggota tim bedah. Rumah sakit harus
rlangsung.

n operasi adalah kejadian yang


Kesalahan ini adalah akibat komunikasi yang tidak
, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam
prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di
t, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
antaranggota tim bedah, permasalahan yang
tan/resep yang tidak terbaca (illegible
terstandarisasi atau yang dilarang merupakan
olaboratif mengembangkan suatu
efektif di dalam meminimalkan
efinisi tindakan operasi yang

juga PAB 7). Kebijakan ini


sakit dimana prosedur ini

kan dalam Surgical SafetySkor


usur

terkini.
gulasi tentang pelaksanaan 10 TL
nandaan lokasi operasi atau - -
dakan
gulasi tentang pelaksanaan
nandaan lokasi operasi atau
dakan
0 TT

ukti pelaksanaan tentang 10 TL


nandaan satu tanda yang 5 TS
ragam dan mudah dikenali 0 TT

hat form dan bukti penandaan

41

usur Skor

ukti pelaksanaan 10 TL
nandaan dilakukan oleh 5 TS
af medis yang melakukan 0 TT
erasi atau tindakan invasif
ngan melibatkan pasien
la mungkin

hat pelaksanaan
nandaan site marking

DPJP

Pasien/keluarga
ur bedah yang aman
ety check list” (WHO
emastikan terlaksananya
rasi sebelum operasi
at-
en yang menjalani

usur Skor

gulasi tentang penggunaan surgical 10 TL


ety check list untuk prosedur bedah aman - -
0 TT

kti pelaksanaan tentang form 10 TL


gical safety check list 5 TS
0 TT
at form surgical safety check list
uk mencatat

44
usur Skor

kti tentang hasil pelaksanaan Time- 10 TL


t 5 TS
0TT
at pelaksanaan Time -Out

DPJP
Tim operasi

agaan proses time-out

kti pelaksanaan Time-Out di luar 10 TL


mar operasi 5 TS
0 TT
at form terkait Tepat-Lokasi, Tepat-
sedur, Tepat-Pasien

JP
45

ESEHATAN

asi untuk
n “evidence-
untuk menurunkan
alian infeksi merupakan
ungan fasilitas kesehatan.
t pelayanan kesehatan
pasien dan petugas
eksi terkait pelayanan
it layanan kesehatan,
cing disebabkan oleh kateter,
darah terkait
maupun sentral, dan
unaan ventilator.
kan masalah infeksi ini dan
menjaga kebersihan tangan
n kebersihan tangan (hand
ealth Organization (WHO).
man kebersihan tangan (hand
ipublikasikan di seluruh
an bagaimana melakukan cuci
dur menggunakan sabun,
i pakai (towel), tersedia di
lihat juga PPI 9).

usur Skor
gulasi tentang kebersihan 10 TL
ngan (hand hygiene) - -
0 TT

kti pelaksanaan program 10 TL


bersihan tangan (hand 5 TS
giene) di seluruh rumah sakit 0 TT

af RS

49
usur Skor

hat pelaksanaan cuci tangan di 10 TL


uruh rumah sakit 5 TS
0 TT
af RS

ragaan cuci tangan

af RS 10 TL
5 TS
hat pelaksanaan fasilitas untuk 0 TT
ci tangan (1 tempat tidur satu
ndrub), lihat kepatuhan staf pada
ma saat cuci tangan.

ragaan cuci tangan


50

usur Skor

af RS 10 TL
5 TS
hat pelaksanaan fasilitas untuk 0 TT
infeksi dan pelaksanaan
infeksi

kti pelaksanaan tentang 10 TL


aluasi upaya menurunkan 5 TS
gka infeksi 0 TT

Komite/Tim PMKP
Komite/Tim PPI
IPCN
IPCLN
51

IEN JATUH
gulasi untuk
rangi risiko

t inap dan rawat jalan akibat pasien


an risiko pasien jatuh antara lain:

h gangguan keseimbangan,
tatus kognitif);

sakit;
sakit;

n berisiko rendah untuk jatuh dapat


Hal ini disebabkan oleh operasi dan/atau
n, serta penyesuaian pengobatan.
ma dirawat inap di rumah sakit. Rumah
ikasi pasien yang dianggap berisiko

yang datang ke unit rawat jalan dengan


uk pemeriksaan radiologi. Pasien ini
ke meja periksa radiologi, atau waktu
t tempat periksa radiologi.
yang datang ke unit rawat jalan dengan
uk pemeriksaan radiologi. Pasien ini
ke meja periksa radiologi, atau waktu
t tempat periksa radiologi.

siko jatuh bertambah karena


api fisik (rawat jalan dan rawat
k digunakan pasien yang dapat
parallel bars, freestanding staircases,

tentang pasien jatuh dan


asien jatuh. Rumah sakit membuat
yang meliputi manajemen risiko
pulasi pasien dan atau lingkungan
rikan.
tentang pasien jatuh dan
asien jatuh. Rumah sakit membuat
yang meliputi manajemen risiko
pulasi pasien dan atau lingkungan
rikan.

ab untuk identifikasi lokasi


datang dengan ambulans, transfer
e pasien, serta gangguan
o tinggi untuk jatuh.

m pengurangan risiko jatuh


ai dengan lingkungan dan fasilitas
nitoring terhadap kesengajaan dan
uh. Misalnya, pembatasan gerak
m pengurangan risiko jatuh
ai dengan lingkungan dan fasilitas
nitoring terhadap kesengajaan dan
uh. Misalnya, pembatasan gerak
n.

elusur Skor

Regulasi tentang mencegah pasien 10 TL


edera karena jatuh 5 TS
0 TT

ukti dalam rekam medis tentang 10 TL


elaksanaan asesmen awal dapat berupa 5 TS
sesmen cepat (rapid assessment) risiko 0 TT
tuh untuk pasien gawat darurat dan rawat jalan
erta dilakukan asesmen lanjutan bila pasien akan
asuk rawat inap
ihat pelaksanaan asesmen cepat (rapid
ssessment) risiko jatuh untuk pasien gawat darurat
an rawat jalan serta pelaksanaan asesmen lanjutan
la pasien akan masuk rawat inap

PPJA

Staf klinis 57

elusur Skor

Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL


elaksanaan asesmen awal dan 5 TS
sesmen ulang risiko jatuh 0 TT

 PPJA
 Staf klinis
ukti pelaksanaan tentang langkah- 10 TL
angkah untuk mengurangi risiko jatuh 5 TS
0 TT
ihat pelaksanaan langkah-langkah
mengurangi risiko jatuh (manajemen jatuh)

 PPJA

 Staf klinis
 Pasien/keluarga
58

Anda mungkin juga menyukai