NPM : 12114201200006
2.Elstyana Porwaila
NPM :12114201200057
NPM :12114201200059
NPM : 12114201200086
NPM: 12114201200215
NPM:12114201200075
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telahmemberikan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanMakalah ini dengan baik.Adapun latar belakang dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhitugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
mengenai AsuhanKeperawatan dengan Hipertiroid.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
mempunyai banyakkekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun darisemua
pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASA
PENDAHULUAN
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan seharihari.
Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme kalsium
dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroid dan
hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik belum diketahui, namun
penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid.
Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi
kalsium oleh usus meningkat.
Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga manifestasi klinis yang
terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia
jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam. setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju
seperti Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000
kasus dalam setahun. Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari
pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita
yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat
sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun.
Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2
dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2
penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada
semua usia tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan
laki-laki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan
endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II. Kelenjar paratiroid berfungsi
mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan
phosphorus dalam tubuh.
Oleh karena itu yang terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium
dalam tubuh sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau
gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam
mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit,
sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak
hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar
paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar
kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun
kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat. Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih
banyak daripada yang dibutuhkan maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi
lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid,
hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi
cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium
dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan
kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan
phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer,
sekunder dan tersier. (Lawrence Kim, MD, 2015).
2.2 PENANDA KLINIS
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda – tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa sistem
organ. 1. 2. 3. 4. 5.Gejala apatis keluhan mudah lelah kelemahan otot mual, muntah hipertensi dan
aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan denganpeningkatan kadar kalsium dalam darah 6.
Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga
keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem syaraf.
Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan syaraf dan otot. 7. Gejala
muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroid dapat terjadi akibat demineralisasi tulang atau tumor
tulang, yang muncul berupa sel – sel raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklas yang berlebihan.
Pasien dapat mengalami
nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga
tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan
hiperparatiroid merupakan faktor resiko terjadinya fraktur. 8. Insidens ulukus peptikum dan pankeatis
meningkat pada hiperparatiroid dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastrointestinal.
2.3 PATHOFISIOLOGI
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) yang bersama-sama
dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, hormon tidak akan di sintesis bila kadar kalsium
tinggi dan akan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada
tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya mengurangkan reabsorbsi
fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama
dalam mengendalikan homeostasis kalsium iaitu di ginjal, tulang dan usus.
Hiperparatiroid primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH, biasanya adanya suatu edema
paratiroid. Normalnya, kadar kalsium yang rendah menstimulasi sekresi PTH, sedangkan kadar kalsium
yang tinggi menghambat sekresi PTH. Pada hiperparatiroid primer, PTH tidak tertekan dengan
meningkatnya kadar kalsium, hal ini menimbulkan keadaan hiperkalsemia. Dalam beberapa hal,
peningkatan kalsium serum merupakan satu – satunya tanda disfungsi paratiroid dan terdeteksi dengan
pemeriksaan rutin.
Akibat peningkatan kalsium pada otot menimbulkan hipotonusitas otot – otot kerangka, reflek tendon
dan otot – otot gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya kelemahan sering dijumpai. Jika kadar
kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl, krisis hiperkalsemia akut terjadi. Muntah –muntah
dengan hebat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Hiperparatiroid sekunder
timbul karena suatu keadaan hipokalsemi kronik, seperti pada gagal ginjal. Hiperplasi kelenjar paratiroid
terjadi dengan meningkatnya PTH.
Pada beberapa pasien dengan keadaan ini, kelenjar paratiroid memiliki sifat otonom dan kehilangan
sifat responsivitasnya terhadap kadar kalsium serum (hiperparatiroid tersier) Hiperparatiroid
menyebabkan hiperkalsemia dan hipofosfatemia. Terdapat peningkatan ekresi baik kalsium maupun
fosfat urin dengan efek sebagai berikut :
2. Poliuria
3. Peningkatan risiko terjadinya batu ginjal dengan akibat selanjutnya berupa obstruksi saluran kencing
maupun infeksi.
4. Kalsifikasi tubuli renalis. Kehilangan kalsium dari jaringan tulang mengawali demineralisasi tulang,
fraktur patologis, atau penyakit kista tulang yang menyebabkan nyeri tulang.
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis
keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
8. Rontgen: Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi Cystic-cystic dalam tulang Trabeculae di tulang
2.5 PENATALAKSANAAN
2. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi dengan infuse
4. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr % atau 3,75 mmol / L): 5.
Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
7. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn-lahan (1-2 kali seminggu)
ASUHAN KEPERAWATAN :
A.PENGKAJIAN
Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroid dan hiperkalsemia resultan. Kumpulkan
riwayat kesehatan yang lengkap dari klien untuk mencari apakahterdapat risiko. Klien mungkin
menunjukan perubahan psikologis seperti letargi, mengantuk, penurunan memori, dan labilitas
emosional, semua manifestasi yang tampak pada hiperkalsemia. Pengkajian keperawatan yang reinci
mencakup : 1. 2. 3.
Riwayat kesehatan klien Riwayat penyakit dalam keluarga Keluhan utama antara lain : Sakit kepala,
kelemahan, lethargi, dan kelelahan otot Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia,
obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan. Depresi Nyeri tulang dan
sendiRiwayat trauma / fraktur tulang
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroid antara lain :
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual
C.INTERVENSI
Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami cedera. NOC :
Pengendalian resiko Kriteria hasil : - Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan -
Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko - Mempersiapkan lingkungan yang aman -
Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera - Menghindari cedera fisik Keterangan skala:
1: Tidak pernah menunjukan 2: Jarang menunjukan 3: Kadang menunjukan 4: Sering menunjukan 5:
Selalu menunjukan NIC : Mencegah jatuh - Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan.
- Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh
- Periksa pasien apakah mengalami /terkena kontriksi karena bekuan darah tersayat, luka bakar, atau
memar. DX II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang ditunjukan oleh tidak terbentuknya batu dan
haluaran urine 30 – 60 ml/jam NOC: Eliminasi urine Kriteria hasil: - Mampu ke toilet secara mandiri -
Tidak ada infeksi saluran kemih - Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan - Eliminasi urine tidak
terganggu Keterangan skala: 1: Tidak pernah menunjukan 2: Jarang menunjukan 3: Kadang menunjukan
4: Sering menunjukan 5: Selalu menunjukan NIC : Penatalaksanaan eliminasi urine Intervensi : - Pantau
eliminasi urine meliputi frekuensi,konsistensi, bau, volume, dan warna yang tepat. - Dapatkan spesimen
urine pancar tengah untuk urinalisis dengan tepat - Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap
kebutuhan eliminasi urine. - Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan diantara waktu
makan dan diawal petang. - Informasikan pada pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
mual Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mendapat asupan
makanan yang adekuat, seperti yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat
mempertahankan berat badan ideal. NOC : Nutritional status : food and fluid intake Kriteria hasil : -
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. - Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan. -
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. - Tidak ada tanda – tanda malnutrisi. - Tidak terjadi
penurunan berat badan yang berarti. Keterangan skala: 1: Tidak pernah menunjukan 2: Jarang
menunjukan 3: Kadang menunjukan 4: Sering menunjukan 5: Selalu menunjukan NIC : Nutrition
management Intervensi : - Kaji adanya alergi makanan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi. –
Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi (diit rendah kalsium untuk memperbaiki
hiperkalsemia) Dx IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mempertahankan pola BAB
normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan pasien). NOC : Eliminasi
defekasi Kriteria hasil : - Mengeluarkan feses tanpa bantuan - Mengkonsumsi cairan dan serat yang
adekuat - Latihan dalam jumlah yang adekuat - Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri.
Keterangan skala : 1 : ekstrim 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak NIC : Penatalaksanaan konstipasi -
Kaji warna dan konsistensi feses - Kaji adanya inpaksi - Pantau adanya tanda dan gejala ruptur usus -
Ajarkan pada pasien tentang efek diet (misal : cairan dan serat ) pada eliminasi. - Tekankan
penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital.
D.EVALUASI
Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
Kriteria hasil :
skala
- Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko) - Mempersiapkan lingkungan yang aman
skala
- Mampu ke toilet secara mandiri - Tidak ada infeksi saluran kemih- Pola pengeluaran urine yang dapat
diperkirakan - Eliminasi urine tidak terganggu
DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
mual Kriteria hasil :
skala
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. - Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi. - Tidak terjadi
penurunan berat badan yang berarti.
3.1 KESIMPULAN
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek utama mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid carsinoma, dan hiperplasia pada sel
kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperparatiroidisme. Dikatakan
hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi hormon paratiroid lebih banyak dari
biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri merupakan kebalikan dari hiperparatiroidisme. Adapun
klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid sekunder, dan
hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada hasil laboratoriumnya. Pada
hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia dan kadar PTH juga menigkat, sedangkan
hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya hipersekresi hormon paratiroid sebagai respon terhadap
penurunan kadar kalsium yang terionisasi dalam darah. Keadaan hipokalsemia yang lama akan
menyebabkan perubahan pada kelenjar paratiroid menjadi otonom dan berkembang menjadi keadaan
sepertri hiperparatiroidisme primer, dan pada keadaan ini disebut hiperparatiroidisme tersier.
3.2 SARAN
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis dan perawat
harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem metabolisme yang mungkin
terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid. Karena penanganan dan pengkajian yang
tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan kelenjar
paratiroid
DATAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-tentang-hiperparatiroid-bab-i-pdf-
free.html
Delf, Mohlan H., Robert T. Manning. 1996. Major Diagnosis Fisik Edisi 9. Jakarta :
EGC
Cotrans & robbins. 2009. Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta : EGC
Cotrans & robbins. 2009. Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta : EGC