Anda di halaman 1dari 10

Oleh:

Miftahul Habib Fachrurozi


Latar Belakang
• Usulan pelaksanaan Pemilu di Indonesia sejatinya
telah muncul sejak awal kemerdekaan (khususnya
sejak dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945)
• Meskipun seluruh Kabinet yang memerintah di
Indonesia menjadikan Pemilu sebagai program utama,
namun persoalan keamanan, politik, dan ekonomi
yang mendera Indonesia selama awal kemerdekaan
membuat Pemilu urung terlaksana
• Meski begitu, sejumlah daerah seperti Karesidenan
Kediri & Surakarta (1946), Minahasr, Sangir-Talaud,
dan DI Yogyakarta (1951), serta Makassar (1952) telah
melaksanakan Pemilu tingkat daerah
Menuju Pemilu

• Peristiwa 17 Oktober 1952 mengubah


peta politik nasional, aspirasi untuk
segera menyelenggarakan Pemilu
secara nasional menguat
• Kabinet Wilopo berhasil menyusun
dasar hukum penyelenggaraan Pemilu
melalui UU No. 7 Tahun 1953
• Pada masa Kabinet Ali I tepatnya pada
4 November 1953, dibentuk Panitia
Pemilihan Indonesia yang diketuai
oleh S. Hadikusumo
• Kampanye mulai dilaksanakan Mei 1954 (masa
Kabinet Ali I), tiga partai besar PNI, Masjumi, dan
PKI merupakan partai yang paling aktif dalam
berkampanye
Kampanye dan • Masjumi sebagai partai oposisi menggunakan isu
ekonomi untuk menyerang PNI, sementara PKI
Persaingan yang mendukung pemerintah menyebut
persoalan ekonomi Indonesia diakibatkan oleh
Antar Partai Imperialisme Barat dan kabinet-kabinet
sebelumnya dari Masjumi
• Pada kampanye Pemilu 1955 ini pula, partai-
partai gencar berkampanye hingga ke pedesaan
untuk menarik minat masyarakat dengan berbagai
janji politik
Pelaksanaan Pemilu
• Pemilu 1955 memiliki dua tujuan yakni memilih anggota parlemen
yang nantinya akan memilih kepala pemerintahan & memilih anggota
konstituante yang akan menyusun Undang-Undang Dasar baru
pengganti UUDS 1950
• Pemilu Parlemen dilaksanakan 29 September 1955 sementara
Pemilihan Anggota Parlemen dilaksanakan pada 15 Desember 1955
• Pemilu 1955 tentu tidak luput dari sejumlah kecurangan baik yang
dilakukan oleh perangkat pemerintah maupun panitia pemungutan
suara itu sendiri, namun hal ini dapat diminimalisir lewat sistem
pengawasan yang dilakukan oleh partai-partai politik dan masyarakat
umum
Hasil Pemilu Parlemen
Partai Jumlah Kursi di Parlemen
PNI 57 Kursi
Masjumi 57 Kursi
NU 45 Kursi
PKI 39 Kursi
PSII 8 Kursi
Parkindo 8 Kursi
Partai Katolik 6 Kursi
PSI 5 Kursi
Murba 2 Kursi
Lain-lain 30 Kursi
Hasil Pemilu Konstituante

Partai Jumlah Kursi di Dewan Konstituante

PNI 119 Kursi


Masjumi 112 Kursi
NU 91 Kursi
PKI 80 Kursi
• Partai-partai yang ada menunjukkan watak ideologis dan program politik
Pemilu 1955 yang jelas sehingga mudah diidentifikasi oleh pemilih, hal ini berbeda
dengan partai politik saat ini yang hampir seluruhnya mengaku mengusung
dan Pemilu ideologi “nasionalis-religius” sehingga sulit membedakan watak ideologi
dan program politiknya
Indonesia • Kepercayaan masyarakat terhadap partai politik sangat tinggi sehingga
jumlah pemilih menyentuh angka kurang lebih 90% dari jumlah pemilih
Kontemporer terdaftar, hal ini berkebalikan dengan masa kini dimana kepercayaan
terhadap partai politik semakin melemah dan hanya direpresentasikan
dalam angka-angka statistik semata
• Feith., H. (2007). The Decline of
Constitutional Democracy in Indonesia.
Jakarta: Equinox Publishing.
Referensi
• Santoso, T., Budhiati, I. (2019). Pemilu di
Indonesia: Kelembagaan, Pelaksanaan,
dan Pengawasan. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai