Anda di halaman 1dari 23

PANDANGAN PARA AHLI PIKIR ROMAWI TENTANG

ALAM DAN MANUSIA.

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Mata Kuliah
Sejarah Intelektual

Dosen Pengampu:

Zulpi Miftahudin.,S.Pd., M.pd

Oleh:
ALDI CAHYA MAULIDAN 192171010
RISA SETIANI 192171011
IBNU SYADHAN 192171018
ZIDAN RAMADAN 192171031
AGUNG SETIA BUDI 192171061

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
LEMBAR PENERIMAAN

Makalah ini telah diterima pada hari senin tanggal 14 Maret 2022

Oleh

Dosen Mata Kuliah Sejarah Intelektual,

Zulpi Miftahudin., S.Pd., M.Pd.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt karena atas limpahan
karunia dan rahmatnya Penulis bisa menyelesaikan makalah mengenai ’’
Pandangan Para Ahli Pikir Romawi Tentang Alam dan Manusia ’’ dengan
semampu penulis walaupun masih banyak evaluasi di dalamnya. Makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan, Mengembangkan
pengetahuan bagi para pembaca, dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses pembelajaran.

Makalah ini menjelaskan tentang Sejarah jepang masa ke


shogunan.Penulis berterimakasih kepada Bapak Zulpi Miftahudin., S.Pd., M.Pd.
Selaku dosen mata kuliah Sejarah Intelektual yang sudah memberikan
kepercayaan menyelesaikan tugas ini dan penulis juga berterimakasih kepada
teman-teman pendidikan sejarah angkatan 2019 yang mendukung kami untuk
menyelsaikan makalah ini.

Penulis mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan


makalah yang sudah penulis buat di masa yang akan datang. Mudah-mudahan
makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang membacanya,
Sekiranyalah laporan yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi Kelompok
penulis ataupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf jika
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenang dan penulis juga memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini untuk
masa yang akan datang.

Tasikmalaya, 14 Maret 2022

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah....................................................................................1

B.Rumusan Masalah..............................................................................................2

C.Tujuan................................................................................................................2

D.Kegunaan Makalah............................................................................................2

E.Prosedur Makalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Cikal Bakal Pemikiran Zaman Romawi..............................................................4


B..Karakteristik Pemikiran Zaman Romawi............................................................6
C..Ahli Pemikir Pada Zaman Romawi.....................................................................6
D. Perkembangan Pemikiran Zaman Romawi......................................................11

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan........................................................................................................16

B.Saram.................................................................................................................16

Daftar Pustaka

iii
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penjelasan mengenai pemikiran manusia tentu tidak akan terlepas dari
Ilmu Filsafat. Ilmu Filsafat semakin berkembang seiring dengan kemajuan
zaman. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak
luput dari pengaruh filsafat. Sejarah kelahiran filsafat perlu dikaji agar semua
orang tahu apa pengaruh dan peran filsafat untuk ilmu pengetahuan. Ilmu
Filsafat pada awalnya berkembang pada masa Yunani Kuno, kemudian
berkembang pula pada zaman Romawi Kuno.
Ilmu Filsafat pada zaman Romawi Kuno tidak bisa dilupakan pengaruhnya
untuk perkembangan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan saat ini. Pada zaman
Romawi Kuno, banyak ahli Filsafat atau filsuf yang berkontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan seperti Lucretius, Cicero, Seneca, dan lain
sebagainya. Para filsuf ini banyak menyumbang pemikiran-pemikiran yang
membangun peradaban.
Pada periode 100 sampai dengan 367 Sebelum Masehi, Romawi memiliki
dua bentuk yang berbeda dari pemerintahan. Hingga sampai 509 Sebelum
Masehi Romawi menjadi Monarki dengan struktur politik yang terdiri dari
seorang Raja, sebuah Senat, dan sebuah Majelis. Kemudian Romawi menjadi
sebuah Republik dengan struktur politik yang terdiri dari senat, sebuah hakim
dan sebuah majelis sebelum akhirnya bentuk pemerintahan menjadi
kekaisaran.
Pemerintahan kekaisaran Romawi ini bertahan selama kira-kira 500 tahun,
dua abad pertama kekaisaran ditandai dengan periode kemakmuran dan
periode peningkatan kekacauan. Selain itu peradaban Romawi punya andil
yang besar pula dalam perkembangan bahasa, agama, tata kemasyarakatan,
teknologi, hukum, ketatanegaraan dan lain sebagainya.
Untuk memperdalam pengetahuan mengenai pandangan para ahli pikir
Romawi tentang alam dan manusia kami di khusus kan dalam makalah ini
membahas tentang pandangan para ahli pikir Romawi tentang alam dan
manusia.
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana Cikal Bakal Pemikiran Zaman Romawi ?
2. Bagaimana Karakteristik Pemikiran Zaman Romawi ?
3. Bagaimana Ahli Pemikir Pada Zaman Romawi ?
4. Bagaimana Perkembangan Pemikiran Zaman Romawi ?
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan adalah
1. Mengetahui Cikal Bakal Pemikiran Zaman Romawi.
2. Mengetahui Karakteristik Pemikiran Zaman Romawi
3. Mengetahui Ahli Pemikir Pada Zaman Romawi.
4. Mengetahui Perkembangan Pemikiran Zaman Romawi .

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebgai
pengembangan konsep deduktif dimana makalah ini didasarkan pada kajian
teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.Secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis dapat menambah kaidah wawasan penulis
2. Pembaca dapat menambah pengetahuannya terhadap pembahasan
mengenai pandangan para ahli pikir Romawi tentang alam dan manusia.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data
teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi
pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literature yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan
3

teknik analisis melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan


data tersebut dalam konteks tema makalah.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Cikal Bakal Pemikiran Zaman Romawi


Lahirnya Romawi kuno tidak bisa lepas dari peran zaman Yunani. Cikal
bakal peradaban ini adalah perkampungan suku bangsa italik di jazirah Italia.
Kurang Lebih sekitar tahun 700 SM. Manusia zaman perunggu yang disebut
manusia Villanova mulai dipengaruhi oleh orang Yunani dan Fenisians yang
berlayar di sekitar Laut Tengah. Dan mereka mulai melakukan berbagai hal
dengan meniru orang Yunani dan Fenisia.
Banyak Sejarawan yang menyebut bahwa suku bangsa ini bernama bangsa
Etruria, karena ada dugaan orang Etruria dating dari Asia Barat, hal ini karena
ada (sejarawan Herodotos) yang menceritakan kisah mengenai sejumlah
orang yang datang dari Asia barat, yaitu bangsa Lydia, yang mungkin
merupakan bangsa Etruria. Bangsa Etruria ini tinggal dan berkembang di
Italia utara, dan mereka belajar dari orang Yunani dan Fenisia, pada saat itu
mereka berhasil mengetahui cara melakukan berbagai hal yang tidak
diketahui oleh orang Latin di kota Roma dan sekitarnya.
Orang-orang Etruria membangun kota-kota dengan tembok batu yang
sangat kokoh, dan mereka juga membangun kuil batu besar dan menempatkan
patung besar di dalamnya. Pada sisi lain kota, mereka menggali dan
membangun kanal serta parit untuk mengairi lading-ladang mereka.
Kemudian mereka juga mahir dalam mengorganisir pemerintahan yang
dipimpin oleh seorang raja. Kondisi tersebut membuat mereka dengan cepat
berkembang dan bangsa-bangsa lain di Italia mulai meniru cara-cara Etruria
dalam melakukan berbagai hal dalam kehidupan.
Semakin hari, kota tersebut semakin ramai karena banyak pula orang
Yunani yang datang ke Italia dan mendirikan kota-kota Yunani di sana.
Mereka mendirikan pos-pos perdagangan, namun seiring waktu jumlah
5

mereka semakin banyak dan mereka pun mulai melakukan pertanian. Orang
Yunani mendirikan kota Napoli yang kemudian menjadi Pelabuhan penting
hingga masa kini.
Lambat laun, Lahirlah kekaisaran Romawi atau imperium Romanum. Pada
dasarnya imperium ini adalah sebuah entitas politik yang pernah berkuasa di
Italia dan Roma sebagai pusat pemerintahannya. Walaupun kota Roma Sudah
berdiri sejak tahun 753 SM, perlu waktu 500 tahun bagi pemerintah Romawi
untuk meneguhkan kekuasaan hingga melewati semenanjung Italia.
Dalam proses memperluas kekuasaannya, Romawi berbenturan dengan
Kartago ( pemerintahan yang didirikan tahun 814 SM oleh bangsa Fenisia).
Akibatnya, kedua berperang dalam sebuah peperangan yang disebut Perang
Punic (264-241 SM). Perang ini berakhir dengen direbutnya kota Kartago
oleh Romawi pada tahun 146 SM, yang menandai permulaan dari dominasi
pemerintahaan Romawi di Eropa, yang terus berkuasa dengan kekuasaan
tertinggi selama enam abad berikutnya.
Selama berdirinya imperium Romawi ini, Julius caesarlah kaisar Romawi
yang paling sempurna ( walaupun Roma masih merupakan sebuah republik
bahkan semasa hidupnya jabatan kaisar belum dibentuk hingga ia
meninggal.ia memerintah republik Romawi beberapa tahun setelah
penaklukan kekuatan terakhir bangsa galia di bukit alesia, hingga kematian
tragisnya di sidang senat pada 44 SM. Kekaisaran Romawi yang sudah
berabad abad menguasai daratan Eropa dan menjadi kekuatan penting dunia
yang tidak terkalahkan.
Orang Romawi mulai mempelajari filsafat sejak sekitar 200 SM. Ketika
itu, bangsa Romawi menaklukan Yunani, bangsa Roamwi menyadari bahwa
filsuf Yunani semacam Sokrates, Plato, dan Aristoteles telah banyak
berkontribusi untuk filsafat. Beberapa orang romawi menjadi tertarik dan
pada sekitar 50 SM, bangsa Romawi mulai menulis filsafat mereka sendiri,
meskipun Sebagian besarnya masih merupakan terjemahan dari Bahasa
Yunani ke Bahasa latin.
6

B. Karakteristik Pemikiran Zaman Romawi


Filsafat Romawi tidak hanya mencakup filsafat yang ditulis dalam bahasa
Latin, tetapi juga filsafat yang ditulis dalam bahasa Yunani oleh warga
Romawi. Penulis bahasa Latin awal yang penting termasuk Lucretius, Cicero,
dan Seneca yang lebih muda. Bahasa Yunani, bagaimanapun, adalah bahasa
yang lebih populer untuk menulis tentang filsafat, sehingga Kaisar Romawi
Marcus Aurelius memilih untuk menulis Renungannya dalam bahasa Yunani.
Belakangan, dengan penyebaran agama Kristen di dalam Kekaisaran
Romawi, muncullah filosofi Kristen Santo Agustinus dari Hippo. Salah satu
penulis filsafat kuno terakhir adalah Boethius, yang tulisannya merupakan
sumber utama informasi mengenai filsafat Yunani selama abad-abad pertama
Abad Pertengahan.
Sementara filsuf biasanya dikategorikan menurut sekolah, beberapa filsuf
zaman Romawi menganut kepercayaan eklektik, mengambil ajaran lebih dari
satu aliran. Mazhab hukum Sabinian dan Proculean, dua mazhab pemikiran
hukum terbesar di zaman Romawi. Aliran filsafat pada zaman Romawi Kuno
sendiri terbagi menjadi tiga yaitu aliran Stoisisme, Epicureanisme dan
Skeptisme.
C. Ahli Pemikir Pada Zaman Romawi
1. Lucretius
Dia mengikuti pandangan filsafat Epikurean Yunani. Dia menulis
sebuah syair panjang berjudul Sifat Benda, yang menjelaskan mengenai
filsafat Epikurean dalam bahasa latin untuk orang yang tidak bisa
berbahasa Yunani. Lucretius tertarik pada filsafat Epikurean. Seperti
pendukung Epikurean lainnya, Lucretius percaya bahwa bahkan jika para
dewa menciptakan dunia, hal-hal alami di dunia -siang dan malam, cuaca,
gerhana, kelahiran - terjadi secara alami, dan tidak diatur oleh para dewa.
Kematian, dalam pemikiran Lucretius, hanyalah akhir dari kesadaran. Dia
sama sekali tidak percaya adanya kehidupan setelah mati.
7

Kehidupan setelah mati adalah pertanyaan penting bagi Lucretius


karena pada masanya banyak orang di Asia barat dan Mediterania mulai
mempercayai kehidupan setelah mati dengan surga dan neraka. Tidak
hanya Epikurean, tetapi juga para penganut Buddha, Zoroaster, Kristen,
para filsuf Platonis, dan orang-orang Gnostik juga banyak memikirkan
kehidupan setelah mati pada masa ini.
Seperti penganut Epikurean lainnya, Lucretius juga percaya bahwa
segalanya terbuat dari partikel kecil yang disebut atom, yang saling
bergabung dengan cara-cara berbeda untuk membentuk bermacam-macam
benda. Pada masa kini ini terbukti benar. Namun Lucretius tidak memiliki
mikroskop elektron, jadi dia tidak dapat mengetahui kebenaran mengenai
atom - dia hanya mengetahuinya sebagai teori.
Prestasi utama Lucretius adalah bahwa dia menulis sebuah puisi yang
panjang, yaitu Mengenali Benda, tentang filsafat Epikurean dalam bahasa
Latin, yang sebelumnya hanya ditulis dalam bahasa Yunani. Ini
memungkinkan para filsuf Barat yang tidak dapat berbahasa Yunani dapat
mengerti prinsip pemikiran Epikurean.
Lucretius kemungkinan meninggal sekitar tahun 54 SM, ketika Julius
Caesar memulai karirnya. Lucretius mati muda, dia hanya hidup hingga
usia 43 tahun. Dia kemungkinan meninggal tanpa sempat menyelesaikan
karya besarnya, karena meskipun diterbitkan, banyak bagiannya yang
tidak lengkap. Banyak orang, termasuk Cicero dan Vergilius, yang
membaca dan mengapresiasi puisi panjang Lucretius setelah dia
meninggal. Namun tidak lama kemudian, karena semakin banyak orang
yang mempercayai kehidupan setelah mati, Lucretius pun mulai dilupakan,
hingga akhirnya orang menemukan kembali puisinya pada masa
Renaisans, 1500 tahun kemudian.
2. Cicero.
Menulis filsafat pada waktu yang hampir sama dengan Lucretius.
Cicero merupakan filsuf skeptis. Seperti orang Skeptis lainnya, Cicero
berpikir bahwa kita harus mempertanyakan setiap gagasan atau fakta
8

yang kita dapatkan, dan harus selalu bertanya, "Bagaimana mereka


tahu itu?" atau "Bagaimana mereka yakin?" atau "Bagaimana
dengan hal lainnya?". Cicero mencoba menggunakan filsafat untuk
membuat manusia berpikir lebih logis, supaya mereka bisa lebih baik
dalam membuat keputusan dalam pemerintahan. Namun Cicero juga
mengikuti beberapa gagasan Stoik, terutama bahwa manusia harus
mencoba menjadi sebaik mungkin.
Cicero mengikuti filsafat Stoik. Cicero ikut memberikan ide-idenya
sendiri ke dalam Stoik. Dalam bukunya, "Dalam Tugas", Dia adalah
salah seorang filsuf pertama yang mengeluarkan gagasan bahwa setiap
orang memiliki tugas moral untuk memberikan keadilan bagi semua orang
- semua manusia - tidak peduli apakah mereka orang Romawi atau bukan,
dan tidak peduli apa yang sedang terjadi. Gagasan penting Cicero adalah
bahwa setiap orang memiliki hak karena mereka mereka manusia.
3. Seneca
Menulis esai mengenai filsafat Stoik. Seneca beranggapan bahwa
manusia tidak boleh menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak
penting. Manusia seharusnya mempergunakan waktunya dengan baik,
membuat dunia menjadi lebih baik, dan memperluas pemikiran dengan
mempelajari filsafat.
4. Epictetus.
Epictetus mencetuskan teori stoisisme. Stoisisme didasarkan pada ide
bahwa tujuan hidup adalah hidup selaras dengan alam. Alam itu
sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan kosmos, termasuk rekan-
rekan kita sesama manusia. Filsuf stoik Epictetus memberikan jawaban–
jawaban yang bisa membantu kita mengantisipasi berbagai kemungkinan
dan mempersiapkan kita menghadapi apa yang akan datang. Dia
mengatakan dalam “Enchiridion”:
“Ketika engkau hendak melakukan suatu perbuatan, ingatkan dirimu
perbuatan macam apa itu. Jika engkau hendak pergi ke pemandian, ingat-
ingat dalam benakmu apa yang mungkin terjadi di pemandian—ada orang
9

yang bersimbur-simburan, orang yang dorong-dorongan, orang yang


menghina, orang yang mencuri. Dan engkau akan melakukan perbuatan
dengan lebih aman jika sejak awal engkau mengatakan, ‘Aku ingin mandi
dan menjaga pilihan-pilihanku sesuai dengan alam’; begitu pula untuk
setiap perbuatan yang lain.”
Contoh Epictetus tentang pemandian Romawi bisa diadaptasi dalam
konteks kontemporer dengan mempertimbangkan segala macam hal yang
mungkin terjadi di tempat kerja, ketika menglaju, atau di rumah. Epictetus
memberitahu kita agar siap menghadapi berbagai situasi dengan sikap
realistis terhadap hal-hal sebagaimana adanya.
Dalam semua itu, apa yang diingatkan para filsuf itu kepada kita
adalah hidup selaras dengan alam berarti menyadari bahwa orang
paling sulit yang kita temui bisa jadi sama seperti kita. Dengan
menyadari ini, akan lebih mudah untuk memaafkan mereka yang
tidak sejalan dengan kita. Namun lebih dari itu, barangkali, ini
memudahkan kita untuk lebih pemaaf terhadap diri sendiri. Ini membantu
kita memahami soal penderitaan dan tentang makna menjadi manusia.
5. Plotinos
Sekitaran waktu Yesus hidup, para filsuf (dan orang awam) di Aisa
Barat dan Kekaisaran Romawi mulai berpikir tentang apa yang akan
terjadi setelah kematian, dan hal ini penting bagi kaum Kristen dan orang
Gonstik. Tidak lama setelah itu, para filsuf Romawi mengembangkan
gagasan bahwa setelah seseorang mati, maka dia akan bergabung menjadi
satu dengan Tuhah, dengan suatu kekuatan ilahi. Para Neoplatonis juga
berpikir bahwa segala sesuatu berasal dari kekuatan ilahi ini, yang kadang-
kadang merakea sebut yang Esa.
Para filsuf memperoleh gagasan ini dari ide Plato dalam bentuk yang
lebih sempurna, sehingga disebut pula Neoplatonisme (Ajaran Plato Baru).
Filsuf penting dari aliran ini adalah Plotinos, yang lahir sekitar tahun 204
M. Plotinos berkata bahwa yang pertama muncul dari yang Esa adalah
10

angka, yang merupakan hal terdekat pada kesempurnaan. Setelah angka,


muncul bentuk, lalu benda mati, dan kemudian makhluk hidup.
Setelah Plotinos meninggal pada 270 M, murid-muridnya terus
memperdalam gagasan Neoplatonisme. Tapi gagasan mereka tentang
penggabungkan dengan kekuatan ilahi menjadi bercampur dengan gagasan
orang Gnostik tentang sihir, dan dalam beberapa cara Neoplatonisme pada
masa selanjutnya lebih tentang sihir daripada filsafat.
6. Epicuros.
Ia berpendapat bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai dewa-
dewa, melainkan digerakkan oleh hukum-hukum fisika. Segala yang
terjadi disebabkan oleh sebab-sebab kausal dan mekanis. Tidak perlu
dewa-dewa di ikut sertakan dalam hal peredaran alam ini. Manusia
merdeka dan berkuasa sendiri untuk menentukan nasibnya. Segala
fatalisme berdasar kepada kepercayaan yang keliru. Manusia sesudah mati
tidak hidup lagi, dan hidup di dunia ini terbatas pula lamanya, maka hidup
itu adalah barang sementara yang tidak ternilai harganya. Sebab itu,
menurutnya hidup adalah untuk mencari kesenangan.
7. Zeno.
Zeno berpendapat bahwa tak ada sesuatu yang disebut kebetulan dan
bahwa jalannya alam sudah ditetapkan secara ketat oleh hukum-hukum
alam. Zeno berpendapat bahwa Tuhan tidak terpisah dari dunia, Ia adalah
jiwa dunia, dan kita semua memiliki sebagian dari Api Ilahi. Segala
sesuatu adalah bagian dari satu sistem tunggal, yang disebut
alam,kehidupan individu adalah baik jika selaras dengan alam. Setelah
Zeno meninggal, ajarannya dilanjutkan oleh Cleanthes, Chrysippus, dan
Panaetius.
8. Pyrrho
Ia mengemukakan teori skeptisesme bahwa mustahil terdapat landasan
rasional apapun untuk memilih rangkaian tindakan yang satu dari pada
lainnya. Di dalam praktik, ini bisa diartikan bahwa seseorang bisa saja
cocok dengan adat istiadat negeri manapun yang ia tempati. Seorang
11

pengikut di zaman modern mungkin bisa pergi ke gereja pada hari Minggu
dan berdoa dengan sikap berlutut sebaik-baiknya, tetapi tanpa keyakinan
relegius apapun bisa mengilhami tindakannya.
Skeptisisme adalah pelipur bagi manusia pemalas, sebab dalam ajaran
ini menganggap orang bodoh sama bijaknya dengan cendikiawan yang
benar-benar terpelajar. Skeptisisme bertujuan dan dianggap sebagai
penawar kecemasan. Untuk apa memusingkan diri mengenai masa depan
jika masa depan sama sekali tidak pasti. Engkau bisa menikmati masa kini.
“apa yang terjadi masih belum pasti”. Karena alasan inilah, Skeptisisme
mengalami kesuksesan luar biasa di tengah masyarkat umumnya.
D. Perkembangan Filsafat Zaman Romawi Kuno
Filsafat Romawi kuno sangat dipengaruhi oleh orang Yunani kuno dan
aliran filsafat Helenistik; Namun, perkembangan unik dalam aliran pemikiran
filosofis terjadi selama periode Romawi juga. Ketertarikan pada filsafat
pertama kali muncul di Roma pada tahun 155 SM. oleh kedutaan Athena
yang terdiri dari Academic Skeptic Carneades, Stoic Diogenes of Babylon,
dan Peripatetic Critolaus. Selama waktu ini Athena menurun sebagai pusat
pemikiran intelektual sementara situs baru seperti Aleksandria dan Roma
menjadi tuan rumah berbagai diskusi filosofis.
Perkembangan filsafat sangat pesat pada masa Hellenisme. Hal ini ditandai
dengan perubahan bentuk filsafat dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis
dan membuat filsafat menjadi bagian dari seni hidup. Berbagai aliran yang
muncul pada saat itu yang semuanya bertujuan untuk menentukan cita-cita
hidup manusia.
Pada masa pemerintahan pemerintahan Alexander (masa helenisme) garis
besar filsafat dapat dibagi menjadi dua, masa Etik dan Masa Religi. Aliran
yang bersifat Etis diantaranya adalah aliran Stoa, Epikorus, dan Skeptis.
Sedangkan yang termasuk aliran yang diwarnai agama (Religi) diantaranya
Neoplatonisme.
1. Periode Etik (341 SM)
12

Pada periode ini, aliran filsafat terbagi menjadi tiga yaitu aliran
Epicureanisme, Stoisisme, dan Skeptisme. Aliran Epicureanisme adalah
aliran atau sistem filsafat yang didasarkan pada ajaran Epikuros.
Materialismenya membuatnya menentang takhayul dan campur tangan
para dewa.
Aliran Stoisisme adalah aliran yang mencetuskan lima poin utama.
Pertama, menggabungkan ajaran filsuf kuno dengan pemikiran Plato &
Aristoteles. Kedua, berpikir bahwa manusia harus hidup selaras dengan alam,
mengendalikan afeksinya, menanggung penderitaan secara renang dan
menjadikan rasa puas dengan kebaikan sebagai sumber kebahagiaan. Ketiga,
percaya bahwa dalam dirinya ada Tuhan sebagai perencana segala yang
terjadi. Keempat, memandang kehidupan dengan memerhatikan emosi
manusia. Kelima, menganjurkan kesamaan semua manusia yang merupakan
kosmopolitanisme tertentu.
Sedangkan aliran Skeptisme, berasal dari nama “Skeptis” diberikan karena
mereka kritis terhadap para filosof klasik sebelumnya. Ajarannya dibangun
dari berbagai ajaran lama, kemudian dipilih dan disatukan.

Contoh filsuf periode Etik :


a) Epikuros – aliran Epicureanisme (341 SM)
b) Zeno – aliran Stoisisme (300 SM)
c) Cleanthes – aliran Stoisisme (300 SM)
d) Chrysippus – aliran Stoisisme (280 SM)
e) Panaetius – aliran Stoisisme (280 SM)
f) Pyrrho – aliran Skeptisme (275 SM)

2. Periode Religi (204 SM)


Didorong oleh perasaan dan keadaan bangsa Yunani dan bangsa lainnya
yang senantiasa merasa tertekan di bawah kekuasaan kerajaan Roma, maka
ajaran Etik tidak dapat memberikan jalan keluar. Kemudian perasaan
agamalah yang akhirnya muncul sesudah beberapa abad terpendam
13

dapat mengobati jiwa yang terluka. Mulai dari sinilah pandangan filsafat
berbelok arah, dari otak turun ke hati.
Keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan hidup kembali. Perasaan
menyerah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kesenangan rohani.
Perasaan bimbang hilang, cinta terikat kepada Tuhan Yang Maha Tinggi.
Soal rasio tidal ada lagi, soal irasionalisme-lah yang muncul kemudian.
Dengan sendirinya, fakultas filsafat berkembang ke jurusan mistik.
Perasaan mistik tidak dapat dipupuk dengan pikiran yang rasional, melainkan
dengan jiwa yang murni. Pada periode ini, ada tiga aliran yang berperan, yaitu
aliran Neo-Pythagoras, aliran Philon, Neo-Platonisme.

1. Aliran Neo-Phytagoras
Dinamakan Neo Phitagoras karena ia berpangkal pada ajaran
Pyithagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh.
Yang mengajarkannya ialah mula-mula ialah Moderatus dan Gades, yang
hidup dalam abad pertama tahun masehi. Ajaran itu kemudian diteruskan oleh
Nicomachos dari Gerasa.
Untuk mendidik perasaan cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus
menghidupkan dalam perasaannya jarak yang jauh antara Tuhan dan manusia.
Makin besar jarak itu makin besar cinta kepada Tuhan. Dalam mistik ini,
tajam sekali dikemukakan perbedaan antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan
barang. Bedanya Tuhan dan manusia digambarkan dalam mistik neo
Pythagoras sebagai perbedaan antara yang sebersih-bersihnya dengan yang
bernoda. Yang sebersih-bersihnya adalah Tuhan, yang bernoda ialah manusia.
Menurut mereka, Tuhan sendiri tidak membuat bumi ini. sebab apabila Tuhan
membuat bumi ini , berarti ia mempergunakan barang yang bernoda sebagai
bahannya. Dunia ini dibuat oleh pembantunya, yaitu Demiourgos. Kaum ini
percaya bahwa jiwa ini akan hidup selama-lamanya dan pindah-pindah dari
angkatan makhluk turun temurun. Kepercayaan inilah yang menjadi pangkal
ajaran mereka tentang inkarnasi.
2. Aliran Philon
14

Pokok pandangan filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan.


Baginya Tuhan Maha Tinggi, Tuhan hanya diketahui dari kata-kata di
kitab suci, alam, dan sejarah, serta Tuhan tidak dapat diketahui oleh
panca indera manusia.
Karena kedudukan Tuhan tinggi, perlu ada perantara yang menghubungkan
Tuhan dengan alam. Makhluk utama yang terdekat dengan Tuhan ialah
“Logos”. Logos ialah sumber dari segala cita-cita, wujud nyata
penjelmaan akal Tuhan. Kewajiban manusia menurut mereka adalah
mendekati Tuhan, mengabdi, dan bersatu dengan Tuhan.
3. Aliran Neoplatonisme
Neoplatonisme dipandang sebagai puncak terakhir filsafat Yunani.
Platonisme sangat mementingkan kesatuan semua makhluk yang ada,
bersama-sama merupakan keseluruhan yang tersusun sebagai suatu
hirarki. Pada puncak yang satu terdapat “yang satu” (to hen) yaitu
Allah. Setiap taraf dalam hirarki berdasarkan berasal dari taraf lebih tinggi
yang paling berdekatan denganya. Taraf satu berasal dari taraf lain melalui
jalan pengeluaran atau “emanisasi” dengan istilah tersebut ditunjuk bahwa
pengeluaran itu berlangsung secara mutlak perlu, seperti air sungai mutlak
perlu memancar dari sumbernya.
Neoplatonisme menghidupkan kembali filsafat Plato, tetapi pengikutnya
dipengaruhi filsafat lain yang lahir sesudah Plato, misalnya Aristoteles dan
Stoa. Tidak mengherankan jika aliran ini dianggap sebagai sintetis dari semua
aliran pemikiran saat itu. Tokohnya adalah Plotinos (203/4 – 269/70), lahir di
Mesir. Setelah berusia 40 tahun, hidup di Roma. Hasil pemikiran Plotinos
dihimpun dan diterbitkan oleh salah seorang muridnya Porphyrios. Sistem
Filsafat Plotinos adalah kesatuan yang disebut Allah, artinya, semua berasal
dan kembali pada “yang satu”. Sehingga menimbulkan gerakan pemikiran
dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
a) Pada gerakan dari atas kebawah, “yang satu” merupakan puncak
hirarki semua makhluk, suatu taraf berasal dari taraf lain yang lebih tinggi
melalui jalan emanasi (pengeluaran), yang perlu dan merupakan keharusan.
15

Taraf lebih tinggi tidak bebas dalam mengeluarkan taraf berikutnya, tetapi
tidak berubah, sedangkan kesempurnaannya tidak berkurang. Prosesnya, dari
“yang satu” dikeluarkan akal budi sesuai dengan gagasan utama filsafat Plato.
Plotinos mengartikan sebagai intelek yang memikirkan dirinya sendiri. Dalam
akal budi ini terdapat dualitas, ialah pemikiran yang memikirkan dan
dipikirkan. Akal budi melahirkan jiwa dunia, dan dari jiwa dunia dikeluarkan
materi yang bersama dengan psykhe merupakan jagat raya. Sebagai taraf
terendah, materi merupakan yang paling tidak sempurna dan sumber dari
kejahatan.
b) Pada gerakan dari bawah ke atas, setiap taraf dalam hirarki,
bertujuan kembali pada taraf yang lebih tinggi dan akhirnya menuju Tuhan.
Karena hanya manusia yang mempunyai taraf itu maka manusialah yang
mampu kembali kepada Tuhan. Proses kembalinya manusia dilalui tiga
langkah, yaitu penyucian, saat manusia melepaskan dari materi dengan cara
bertapa, penyatuan diri dengan Tuhan yang mengatasi pengetahuan, dan
ekstasi (ecstasy).
Neoplatonisme merupakan aliran filsafat Yunani kuno, menjadi aliran
intelektual yang tampak dominan yang tampak bersaing dengan dunia Kristen
(teologi kristonologi. Seorang filsuf yagn sukses mengajarkan Neoplatonisme
di Athena adalah Proklos (410-485). Berkat keberhasilannya, pada tahun 529
M Kaisar Justianus dari Byzantium menutup seluruh sekolah filsafat kafir di
Athena yang dianggap sebagai akhir masa Filsafat Yunani Kuno.
16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang Romawi mulai mempelajari filsafat sejak sekitar 200 SM. Ketika
itu, bangsa Romawi menaklukan Yunan dan menyadari bahwa filsuf Yunani
semacam Sokrates, Plato, dan Aristoteles telah banyak berkontribusi untuk
filsafat. Beberapa orang romawi menjadi tertarik dan pada sekitar 50 SM,
bangsa Romawi mulai menulis filsafat mereka sendiri, meskipun sebagian
besar masih merupakan terjemahan dari Bahasa Yunani ke Bahasa latin.
Ciri-ciri filsafat zaman Romawi Kuno adalah mulai menggunakan bahasa
latin, mulai muncul filosofi kristen, mayoritas filsuf menganut kepercayaan
eklektik, memiliki dua mazhab hukum besar yaitu Sabinian dan Proculean,
dan memiliki pemahaman Stoisisme dan Epicureanisme. Filsuf-filsuf yang
terkenal pada zaman Romawi Kuno diantaranya Lucretius, Cirero, Seneca,
Epictetus, Plotinos, Epicuros, Zeno, dan Pyrrho. Filsuf tersebut banyak yang
berasal dari Yunani Kuno namun tetap eksis pada zaman Romawi Kuno.
Perkembangan Filsafat zaman Romawi Kuno sangat pesat pada masa
Hellenisme pada pemerintahan Alexander. Pada masa ini filsafat dibagi
menjadi dua yaitu periode etik (terdapat tiga aliran yakni Stoisisme,
Epicureanisme dan Skeptis) dan periode religi (Neophytagoras, Philon, dan
Neoplatonisme).
B. Saran
Melalui makalah ini kami menghimbau pembaca agar lebih memahami
sejarah perkembangan filsafat pada zaman Romawi Kuno. Lebih lanjut, kami
mengharapkan makalah selanjutnya dapat membahas perkembangan filsafat
lebih mendetail dari ini. Perkembangan ilmu filsafat sangatlah penting
17

sehingga cikal bakalnya harus dijelaskan secara detail dan menyeluruh. Telah
dijelaskan pula bahwa ilmu pengetahuan lahir dari filusuf-filusuf diatas yang
telah membawa pengaruh besar pada perkembangan ilmu pengetahuan yang
kini dipakai oleh segenap manusia di seluruh dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2014. Filsafat Umum. Depok : Rajawalipress


Bernadin, Win Usuluddin. 2011. Membuka Gebang Filsafat. Yogykarta : Pustaka Pelajar
Bertens, K. 1997. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta : PT. Kanisius
Bertrand, Russel. 2002. Sejarah Filsafat Barat; Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik
Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ismail, Fu’ad Farid dan Abdul Hamid Mutawalli. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat.
Jakarta : Irchisod
Annas, Julia. 2000. Ancient Philosophy : A Very Short Introduction. Oxford : Oxford
University Press
Sadali, Ahmad dan Mudzakir. 1999. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia
Tim FP4Y. 2014. Tarikh Islam. Yogyakarta : Penerbit Spirit
iii

DAFTAR PUSTAKA

Bobby Revolta. 2017. Operasi Seroja Di Timor-Timur Dahulu Kami Berjuang Untuk
Negara. Yogyakarta: MATA PADI PRESSINDO.

Dr. A. B. Lapian, Drs. JR. Chaniago. 1988. Timor Timur Dalam Gerak Pembangunan.
Jakarta.

Fx Lopez. 1999. Kesaksian: Aku Dan Timor Timur. Jakarta: Yayasan Tunas Harapan
Timor Lorosae.

Julius Siboro. 1996. Sejarah Australia. Bandung: Penerbit Tarsito.

Soekanto. 1976. Integrasi: Kebulatan Tekad Rakyat Timor Timur. Jakarta: Bumi Restu.

iii

Anda mungkin juga menyukai