Oleh:
20014101095
Dokter Pembimbing:
Oleh:
20014101095
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Pembimbing I
2
ABSTRAK
Latar belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi batas normal. Organisasi kesehatan
dunia memperkirakan peningkatan penderita DM2 di Indonesia dari 8,4 juta menjadi 21,3 juta
pada tahun 2030. Diabetes melitus merupakan salah satu penyebab utama kesembilan dari
penurunan angka harapan hidup, sehingga akan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang
yang menderita DM. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita DM antara
lain umur, jenis kelamin, lama menderita, komplikasi, pendidikan, status perkawinan, tingkat
kepatuhan dan pekerjaan.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan total sampling dan diperoleh
sampel sebanyak 26 responden. Pengukuran kualitas hidup menggunakan instrumen SF-36
kemudian hasilnya dianalisis menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Hasil: Hasil yang diperoleh secara statistik bahwa faktor komplikasi (p=0,189) dan faktor
frekuensi kontrol (p=0,596) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup. Sedangkan
tingkat pendidikan secara statistik (p=0,006) berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita DM.
Kesimpulan: Hasil studi statistik antara faktor komplikasi dan frekuensi kontrol terhadap kualitas
hidup pasien DM menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Sedangkan faktor tingkat
pendidikan, baik secara statistik maupun klinis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
dengan kualitas hidup penderita DM.
Kata kunci: Kualitas hidup, DM, Faktor komplikasi, Frekuensi kontrol, Tingkat Pendidikan
PENGANTAR
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan kondisi medis berupa peningkatan kadar
glukosa darah melebihi batas normal. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi
peningkatan populasi DM 2 di Indonesia dari 8,4 juta menjadi 21,3 juta pada tahun 2030.
Peningkatan tersebut sejalan dengan prevalensi obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko
terkuat untuk diabetes. Selain obesitas, faktor risiko lain DM 2 meningkat seiring bertambahnya
3
usia dan penurunan aktivitas fisik. Diabetes adalah penyebab utama gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, kebutaan atau bisa membuat anggota badan diamputasi. Studi beban penyakit
global mengidentifikasi bahwa diabetes adalah penyebab utama kesembilan dari penurunan
harapan hidup, hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang yang
menderita DM. Kualitas hidup adalah persepsi seseorang tentang posisi mereka dalam kehidupan
dan konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup, dan dalam kaitannya dengan tujuan,
harapan, standar, dan perhatian seseorang. Kualitas hidup diukur dari persepsi individu terhadap
berbagai aspek seperti aspek fisik, aspek emosional dan aspek sosial. Selanjutnya kualitas hidup
juga dipengaruhi oleh adanya penyakit kronis, beberapa penelitian menyebutkan bahwa
penderita penyakit kronis memiliki nilai kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan
orang sehat. Kualitas hidup yang buruk akan menyebabkan penurunan perawatan diri dan
meningkatkan risiko komplikasi. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang
mempengaruhi fisik, psikis dan sosial sehingga yang secara signifikan mempengaruhi kualitas
hidup. Faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita DM dalam penelitian yang
dilakukan Sari antara lain jenis kelamin, umur, lama menderita, pendidikan, status perkawinan,
dan pekerjaan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk
melihat atau menilai kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus adalah Short Form Health
Survey 36 atau SF-36, yang meliputi 36 pertanyaan yang terbagi dalam 8 skala yang berkaitan
dengan fungsi kesehatan dan skor kesejahteraan ( fungsi fisik, keterbatasan fisik, pengendalian
emosi, kelelahan energi, kesehatan mental, fungsi sosial, nyeri tubuh, dan kesehatan umum).
TUJUAN
METODE
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan di Griya Rasika
Yogyakarta pada periode Juli 2021. Sampel penelitian diambil secara total sampling yaitu jumlah
sampel penelitian sama dengan jumlah populasi di lokasi penelitian sebanyak 26 orang.
responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani
rawat jalan di Griya Rasika Yogyakarta, sedangkan kriteria eksklusi adalah responden yang tidak
4
bersedia mengisi formulir informed consent selama penelitian berlangsung. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komplikasi, frekuensi kontrol rutin dan tingkat
pendidikan terhadap kualitas hidup pasien diabetes. Penelitian dilakukan dengan memberikan
instrumen berupa kuisioner kualitas hidup SF-36 kepada responden yang sebelumnya telah
bersedia mengikuti penelitian dan mengisi formulir informed consent. Hasil penelitian dianalisis
dengan SPSS menggunakan uji Chi Square.
HASIL
Berikut adalah karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengikuti penelitian di
Griya Rasika Yogyakarta. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 26 responden.
Untuk gambaran kualitas hidup penderita diabetes mellitus pada penelitian ini dapat dilihat pada
(Tabel 2). Untuk melihat hubungan faktor komplikasi, frekuensi kontrol dan tingkat pendidikan
dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus dapat dilihat pada (Tabel 3)
DISKUSI
5
sebanyak 12 responden (46,2%) melakukan kontrol rutin selama 6 bulan. Ketika pasien telah
didiagnosis menderita diabetes mellitus, akan lebih baik jika pasien rutin memeriksakan diri ke
dokter minimal sebulan sekali. Hal ini untuk memantau terkait kondisi fisik, tata cara minum
obat, pola makan atau memantau kadar gula darah sehingga meminimalisir terjadinya
komplikasi. Rutin setiap 1 bulan tetapi mereka memiliki kesadaran untuk tetap mengontrol. Hal
ini juga dapat dipengaruhi karena kondisi saat ini pada masa pandemi untuk melakukan
pengendalian di pelayanan kesehatan sangat terbatas dan juga adanya kebijakan dari pemerintah
mengenai pelaksanaan PPKM sehingga banyak pasien yang menunda melakukan pemeriksaan
rutin. Tingkat pendidikan mayoritas tamatan SD sampai SMP sebanyak 19 (73,1%) responden,
sedangkan sebanyak 7 responden (26,9%) tamatan perguruan tinggI
Gambaran kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2 di Griya Rasika memiliki skor
yang rendah yaitu 19 responden (73,1%); sedangkan sejumlah 7 responden (26,9%) memiliki
skor tinggi. Hubungan antara faktor komplikasi, frekuensi kontrol dan tingkat pendidikan
terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus ditunjukkan pada (Tabel 3). Hasil signifikansi
uji Chi-Square pada faktor komplikasi menunjukkan nilai 0,189; artinya secara statistik tidak ada
hubungan antara faktor komplikasi dengan kualitas hidup pasien. Sedangkan nilai proporsi
menunjukkan lebih dari 20%, artinya secara klinis terdapat hubungan antara faktor komplikasi
dengan kualitas hidup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014),
6
Hasil ini menunjukkan bahwa adanya komplikasi dan faktor tanpa komplikasi
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Faktor frekuensi kontrol pasien diabetes mellitus pada
(Tabel 3) menunjukkan nilai signifikansi 0,596, pasien yang terdiagnosis DM, kurang lebih
separuhnya tidak mengontrol kadar gula darahnya, sehingga banyak penderita DM yang
mengalami atau meningkatkan risiko komplikasi.
Risiko komplikasi tersebut akan menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian
bagi penderita diabetes dan sangat menurunkan kualitas hidupnya. Sejalan dengan penelitian Teli
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komplikasi dengan kualitas hidup
pasien DM. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kualitas hidup seseorang. Pada tabel III hasil penelitian faktor tingkat pendidikan terhadap
kualitas hidup penderita DM, secara statistik menunjukkan nilai 0,006 yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup. Dari nilai proporsi
juga menunjukkan hasil lebih dari 20%; ini berarti secara klinis juga menunjukkan adanya
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup.
7
KESIMPULAN
Hasil studi statistik antara faktor komplikasi dan frekuensi kontrol terhadap kualitas hidup pasien
DM menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Sedangkan faktor tingkat pendidikan,
baik secara statistik maupun klinis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan
kualitas hidup penderita DM.
PENGAKUAN
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh staf di Griya Rasika
Yogyakarta yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian.
8
REFERENSI
1. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia, Jakarta.
Available at: https://pdfcoffee.com/pedomanpengelolaan-dm-tipe-2-dewasa-di-indonesia-
ebookpdf-1-dikonversi-pdf-free.html. Accessed on 20 June 2021.
2.Standards of Medical Care in Diabetes. Available at:
https://www.diabetes.org/newsroom/pressreleases/2020/ADA-releases-2021-standards-
ofmedical-care-in-diabetes. Accessed on 20 June 2021.
3. Alshayban D, Joseph R. Health related quality of life among patients with type 2 diabetes
mellitus in Eastern Province, Saudi Arabia: A cross-sectional study. Plos One. 2020;15(1):52-9.
4. Introducing the WHOQOL Instrument. Available at: http://dept.
washington.edi/yqol/whoqol/.infopdf. Accessed on 20 June 2021.
5. Faridah N, Dewintasari V. Quality of life analysis in diabetes mellitus type 2 patients using
monotherapy and combination treatment of medicine. Indonesian J Pharm. 2017;28(2):119-24.
6. Wahyuni Y, Nursiswati AA. Kualitas Hidupberdasarkan Karekteristik Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2, Jurnal Keperawatan Padjadjaran. 2012;2(1):45-9.
7. Sari MR, Thobari JA, Andayani TM. Evaluasi Kualitas Hidup Pasien diabetes mellitus Tipe 2
Yang Diterapi Rawat Jalan Dengan Anti Diabetik Oral di RSUD. J Manage dan Pelayanan
Farmasi. 2017;1(1):102-12.
8. Putri D, Handayani S, Ekayafita Z, Lestari D. The indonesian version of SF-36 questionnaire:
validity and reliability testing in indonesian healthcare workers who handle infectious diseases.
Indian J Forensic Med Toxicol. 2021;15:2.
9. LeMone. Medical surgical nursing critical thinking in client care. Pearson Education.
2011;1(4):170-81.
10. Herrera-Rangel. The influence of peripheral neuropathy, gender, and obesity on the postural
stability of patients with type 2 diabetes mellitus. J Diab Res. 2014;21:40-7.
11.Permana H. Diabetes. Available at: https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/
2009/09/kompilasi_kronik_dan_penyakit_penyerta_ pada_diabetesi.pdf. Accessed on 20 June
2021.
12. Widodo Y. Pemantauan Penderita Diabetes Melitus. J Ilmiah Kedokteran. 2014;3(2):40.9.
13. Utami T, Karim D, Agrina M. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Dengan Ulkus Diabetik. JOM PSIK. 2014;1:2-7.
14. Teli M. Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Kupang, Jurnal
Info Kesehatan. 2017;15(1):15-9.
9
15. Pahlawati A, Nugroho SP. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Usiadengan Kejadian Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda, Universitas Muhammadiyah
Kalimanta nTimur. Samarinda.2019;2:45-9.
16. Gunawan M. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kualitas Hidup Pasien Ulkus
Diabetik di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Boyolali, Publikasi Ilmiah, Prodi Keperawatan,
FakultasIlmu Kesehatan, UMS. Surakarta. 2017;4:52-9.
Cite this article as: Nasriyah C, Marselin A. The effects of complications, frequency of control
and education level on quality of life of type 2 diabetes mellitus patients. Int J Community Med
Public Health 2021;8:xxx-xx.
10