Anda di halaman 1dari 12

“PENEGAKAN HUKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN LIMBAH

MEDIS DI KABUPATEN MOJOKERTO”

Muhammad Khoirul Huda


(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
mhuda@mhs.unesa.ac.id
Emmilia Rusdiana
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
emmiliarusdiana@unesa.ac.id

Abstrak
Pencemaran limbah medis di Kabupaten Mojokerto merupakan suatu peristiwa pencemaran lingkungan
yang harus ditegakkan dan memerlukan penanganan yang khusus karena akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat maupun makhluk hidup disekitarnya, selain itu dampak dari pencemaran tersebut akan menyebar
karena merupakan suatu limbah infeksius dan dapat menularkan bibit penyakit. Tujuan dalam penelitian ini
adalah meneliti, mengkaji, dan menganalisis penegakan hukum terhadap pencemaran Limbah Medis melakukan
dumping secara illegal di Kabupaten Mojokerto dikaitkan pasal 60 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan faktor kendala dalam penegakan hukum Pencemaran
Limbah Medis (B3), melakukan dumping secara illegal di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini menggunakan
penelitian yuridis sosiologis dengan pendekatan penelitian kepustaan, observasi, wawancara dan dokumentasi
serta menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan
bahwa Penegakan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup berupa pengawasan dan penindakan belum
efektif, karena pengawasan dan penindakan pada hasil Jumlah Rekapitulasi Laporan Hasil Pengawasan dan
Penindakan Dinas Lingkungan Hidup Terhadap Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto
Tahun 2017-2018 masih banyak yang melanggar dan belum ditindak seluruhnya. petugas juga mendapati
Puskesmas Jatirejo di Desa Dinoyo dan beberapa Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto
yang kedapatan melanggar dengan melakukan pembuangan dan tidsk mengelola limbah b3 medis, belum adanya
penindakan secara tegas dari dinas untuk melakukan penertiban terhadap pihak Rumah Sakit, Puskesmas dan
Klinik di Kabupaten Mojokerto yang berkedapatan melakukan pembuangan limbah b3 medis tersebut dan
kendalanya yakni pihak puskesmas,rumah sakit maupun klinik kekurangan anggaran dana yang terbatas, belum
adanya tenaga teknis pengujian sampel serta belum adanya laboratorium sendiri untuk pengujian ditambah
adanya faktor ekonomi dan operasional medis yang menjadi penghambat dalam penertiban puskesmas terkait
pembuangan limbah b3 medis di Kabupaten Mojokerto.
Kata Kunci : Pencemaran Limbah B3, Penegakan Hukum , Dinas Lingkungan Hidup.

Abstract
Medical waste pollution (B3) in a landfill Mojokerto Regency is an environmental pollution event that must be
upheld and requires special treatment because it will affect the lives of the community and living creatures
around it, besides the impact of the pollution will spread because it is an infectious waste and can transmit
germs. The purpose of this study is to examine, study, and analyze law enforcement against Medical Waste (B3)
pollution by dumping without permission in Mojokerto Regency, related article 60 to Law No. 32/2009
concerning Environmental Protection and Management and the factors of constraints in law enforcement of
Medical Waste Pollution (B3), conducts dumping without permission in Mojokerto Regency. This study uses
sociological juridical research with a library research approach, observation, interviews and documentation and
uses qualitative descriptive analysis techniques. The results of this study and discussion indicate that
Enforcement conducted by the Environmental Agency in the form of supervision and enforcement has not been
effective, because supervision and enforcement of the results of the Recapitulation of the Report of the
Supervision and Enforcement of the Environmental Service Department on Hospitals, Puskesmas and Clinics in
Mojokerto in 2017- 2018 there are still many who violate and have not been dealt with entirely. officers also
found several Hospitals, Puskesmas and Clinics in Mojokerto District that did not have complete medical b3
waste illegal, there were no strict actions from the department to enforce the several Hospitals , Puskesmas and
Clinics in Mojokerto District that have no permit to dispose of the medical b3 waste and the constraints namely
the puskesmas, hospitals and clinics lack a limited budget, there is no technical sample testing and there is no
own laboratory for testing plus the presence of economic factors and medical operations which become obstacles
in controlling the puskesmas related to the disposal of medical b3 waste in Mojokerto Regency.
Keywords: B3 Waste Pollution, Law Enforcement, Environmental Agency.

1
Tabel Jumlah dan Sebaran Limbah B3
Data 1.1 dari Fasyankes Tahun 2018

2
Jawa Timur

Rumah Sakit

3.9 4.1
Kelas A 66 1,03 00,84

6.0 6.9
Kelas B 19 0,63 19,93

1.1 1.1
Kelas C 30 1,38 32,53

7.2 7.5
Kelas D 24 1,38 95,34

1.2 1.7
Non Kelas 46 1,38 20,73

TB
Puskesmas A

TB
Klinik A

Sub Total LB3 di 1.946,3


Jawa Timur 8
PENDAHULUAN lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
Pencemaran lingkungan kini semakin meradang jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
dimana terdapat beberapa indikasi telah terjadi langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
pencemaran lingkungan secara besar-besaran dan bukan lingkungan hidup, dan/atau merusak lingkungan,
merupakan kasus yang biasa karena memerlukan suatu dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
penanganan yang serius dan khusus. Pemerintah dalam kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
upaya menjaga, melindungi serta mengelola lingkungan makhluk hidup lain”. Dan “(22) Limbah bahan
hidup tercantumkan dalam Undang-Undang Nomor 32 berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
Lingkungan Hidup (PPLH). Hal tersebut dilakukan dan yang mengandung B3”.
ditujukan untuk melindungi lingkungan hidup dari pelaku
kejahatan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok 1.2 Peta Sebaran Limbah B3 Fasyankes dan Jasa
orang yang dengan sengaja merusak lingkungan kita yang Pengolah Limbah B3 di Jawa Timur.
akan berimplikasi atau berdampak terhadap
kelangsungan kehidupan masyarakat. Sumber : Peta Jalan (Roadmap) Pengelolaan Limbah B3
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) di dalamnya telah memuat
macam aturan tentang lingkungan, salah satunya adalah
adanya aturan tentang dumping (pembuangan) limbah
B3. Dumping (pembuangan) kegiatan membuang,
menempatkan, dan/atau memasukkan limbah dan/atau
bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan
Pasal 58 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
hidup tertentu.
Perlindungan Dalam Pasal
dan1 butir 21 dan butir 22 Undang-Undang
Pengelolaan
No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Catatan:
Lingkungan 1. Perhitungan sesuai dengan data dari Menkes tanggal
Lingkungan HidupHidupyangmendefinisikan
berbunyi : B3 sebagai berikut : 27 Agustus 2018
2.Aspek okupansi RS tidak diketahui
“Pengelolaan limbah
“(21) Bahan B3dan beracun
berbahaya wajibyang selanjutnya
di singkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen Sumber : Peta Jalan (Roadmap) Pengelolaan Limbah B3
mendapatkan izin dari Menteri, dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)

gubernur, atau bupati/walikota sesuai


3
dengan kewenangannya .”
berbahaya dan mempunyai potensi menularkan
Tabel diatas menunjukkan jumlah angka sebaran penyakit.
Limbah B3 data informasi dari Kementerian Kesehatan 2. Limbah infeksius yaitu limbah yang dihasilkan oleh
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada tahun 2018 laboratorium, kamar isolasi, kamar perawatan, yang
khususnya di kabupaten Mojokerto dari Rumah Sakit sangat berbahaya dapat menularkan penyakit.
kelas A sampai dengan kelas D, non kelas, puskesmas 3. Limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota
hingga klinik sub total volume limbah yang dihasilkan badan hasil amputasi, cairan tubuh, plasenta. Plasenta
mencapai 1.946,38 ton/perharinya limbah B3. sering diminta keluarga parturien untuk dibawa
pulang.
Sedangkan Peta Sebaran Kapasitas Eksisting Limbah 4. Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan yang
B3 Jasa Pengolahan Limbah B3 secara Termal di Jawa telah kadaluarsa, obatobat yang terkontaminasi, obat
Timur hanya mampu mengolah 238,80 ton/per harinya yang dikembalikan oleh pasien atau tidak digunakan.
artinya bahwa masih dibutuhkan penambahan kapasitas 5. Limbah kimia, ada yang berbahaya dan ada yang
eksisting pengolahan limbah B3 secara termal karena tidak berbahaya. Adapula limbah kimia yang dapat
masih belum memadai dengan kebutuhan di lapangan meledak, membuat korosi pada saluran. Limbah B3
sejumlah 1.946,38 ton/per harinya. harus dikelola dengan benar sesuai dengan petunjuk.
6. Limbah radioaktif, adalah bahan yang
Tabel kedua menunjukkan Jumlah Sebaran Limbah tekontaminasi dengan radioisotop. Pengelolaan
B3 mencapai 39,46 ton per harinya dan Kemampuan limbah radioaktif harus memenuhi peraturan yang di
Pengelolaan Limbah B3 dari Fasyankes mulai di rumah ajibkan.
sakit hingga puskesmas dan klinik di kabupaten Limbah-limbah tersebut akan menjadi sangat
Mojokerto hanya mencapai 15,66 ton per harinya mengkhawatirkan ketika pada akhirnya dibuang begitu
sementara Kapasitas Insinerator Pengelolahan Limbah B3 saja ke lingkungan sekitar tanpa melalui pengelolaan dan
dari Fasyankes Per Juli 2018 berjumlah 28 dengan pengolahan yang benar dan sesuai dengan standar.
kapasitas pengelolahan sampai dengan 15,66 ton Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit, apabila
perharinya dari total 58 faskesyan di kabupaten dibuang begitu saja ke sumber air masyarakat sekitar
mojokerto tentunya masih belum memadai dengan seperti sungai, hal ini dapat menimbulkan masalah
kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan. pencemaran pada air sungai. Penggunaan air sungai
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan tersebut dikhawatirkan akan dapat menimbulkan bahaya
kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan atau gangguan kesehatan yang dapat ditularkan melalui
sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan media air ini. Begitu pula dengan limbah jenis lain yang
dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan dihasilkan oleh rumah sakit.
negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Dari berbagai Selain limbah padat medis, rumah sakit juga
kegiatannya, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan menghasilkan limbah padat non-medis. Berdasarkan
Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Permenkes No. 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit kesehatan lingkungan rumah sakit disebutkan bahwa
menyatakan bahwa limbah rumah sakit adalah semua limbah padat non-medis di rumah sakit yang merupakan
limbah yang dihasilkan dari rumah sakit dalam bentuk limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit
padat, cair dan gas. Hal ini dapat memberikan di luar medis yang berasal dari perkantoran, taman dan
konsekuensi akan perlunya pengelolaan limbah rumah halaman yang dimanfaatkan kembali apabila ada
sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan teknologinya.
rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999
dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari tentang pengelolaan limbah bahan bahaya dan beracun ,
limbah rumah sakit.7 limbah padat rumah sakit dikelompokkan dalam limbah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 bahan beracun dan berbahaya yang dapat berpotensi
tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan menimbulkan penyakit infeksi (limbah infeksius).Oleh
Berbahaya dan Beracun telah menetapkan bahwa limbah karenanya sangat diperlukan perhatian dalam pengelolaan
hasil kegiatan rumah sakit dan laboratorium klinis limbah padat rumah sakit ini dengan lebih serius.
termasuk dalam daftar Limbah B3. Uraian limbahnya Limbah Medis adalah salah satu jenis limbah yang
adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, tergolong kedalam Limbah bahan berbahaya dan beracun
peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk yang biasa disebut dengan Limbah B3. Limbah medis
farmasi, limbah laboratorium, residu dari proses yang dibuang sembarangan di Kecamatan Jatirejo
insinerasi. Kabupaten Mojokerto di duga berasal dari Puskesmas
Limbah medis atau limbah klinis adalah limbah yang Jatirejo. Warga sekitar yang bekerja sebagai pemulung
berasal dari pelayanan medis, perawatan, farmasi, menyebutkan, limbah medis tersebut sengaja dibuang
laboratorium, radiografi, penelitian. Limbah ini bersifat pihak Puskesmas ke tempat pembuangan. Warga sekitar
membahayakan dan perlu dilakukan pengamanan mengaku seringkali mendapati petugas kesehatan
terhadapnya. Limbah ini dapat digolongkan menjadi:8 puskesmas Jatirejo datang ke lokasi pembuangan sampah,
1. Limbah benda tajam yaitu dapat berupa jarum, membuang sampah medis yang dibungkus dengan
pipet, pecahan kaca, pisau bedah. Kesemuanya

4
plastik. influenza, dll). Limbah dapat dikategorikan sebagai
limbah B3 jika setelah melalui uji karakteristik limbah itu
memiliki karakter atau sifat-sifat sebagai berikut:
a. Mudah meledak;
b. Mudah terbakar;
c. Bersifat reaktif;
d. Beracun;
e. Menyebabkan infeksi; dan
f. Bersifat korosif.
Perlu diketahui juga bahwa kemasan obat-obatan dan
obat-obatan kadaluarsa termasuk sebagai sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah
bahan berbahaya dan beracun. Secara umum pasal 60
Gambar 1.1. Limbah Medis yang ditemukan desa Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Dinoyo Kecamatan Jatirejo dilakukan oleh Dinas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto menyebutkan, “Setiap orang dilarang melakukan
(Sumber : RadarMojokerto.jawapos.com) dumping (pembuangan) limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin”.
Gambar diatas merupakan temuan limbah medis di Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang,
tempat pembuangan Kecamatan Jatirejo Kabupaten menempatkan, dan/atau memasukkan limbah dan/atau
Mojokerto, penelusuran dilakukan petugas gabungan dari bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, lakukan
Dinas Lingkungan Hidup dan instansi lainnya. dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan
Banyaknya limbah di wilayah Kabupaten Mojokerto, hidup tanpa izin”. Dumping (pembuangan) adalah
merupakan persoalan lama yang belum bisa ditangani kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
secara maksimal dikarenakan belum adanya regulasi memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah,
tentang pengelolaan sampah dan limbah mengatur konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
tentang mekanisme pengolahan limbah. Pemerintah harus persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
segera melakukan penyelesaian regulasi sampah dan Mengenai dumping (pembuangan) limbah medis yang
limbah yang mencemari wilayah Kabupaten Mojokerto. dibuang secara sembarangan di Kecamatan Jatirejo
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara Kabupaten Mojokerto, harus ditindak tegas karena
benar, hal ini mengingat limbah medis termasuk kedalam melakukan dumping limbah medis tidak sesuai dengan
kategori limbah berbahaya dan beracun. Sebagian limbah norma, standar, prosedur, dan mengakibatkan gangguan
medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan kesehatan masyarakat sekitar, dan pencemaran
sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, dan
infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum udara dari sampah limbah medis yang sangat berbahaya
suntik, darah, perban, biakan kultur, bahan atau dan beracun.
perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular Dumping (pembuangan) dalam Pasal 1 butir (24)
atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
akan beresiko terhadap penularan penyakit. Berdasarkan (PPLH) adalah :
Undang-Undang No 8 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan “Kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
Sampah setiap sampah perlu diolah dan dipisah-pisahkan memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah,
berdasarkan jenisnya agar memudahkan proses konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
pemusnahan khususnya terhadap limbah medis yang persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu”.
tergolong ke dalam Limbah B3. Pasal 69 Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Peraturan Daerah Mojokerto Nomor 24 Tahun 2006 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
tentang Pengendalian Pencemaran Hidup adalah suatu menyebutkan larangan melakukan dumping
landasan hukum untuk melaksanakan pengendalian (pembuangan) limbah
pencemaran lingkungan dan untuk mendayagunakan Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,
sumber daya alam yang bertujuan untuk memajukan pengaturan dumping lainnya diatur pada Pasal 104
kesejahteraan umum dan melaksanakan pembangunan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengendalian pencemaran lingkungan hidup merupakan (PPLH) yang berbunyi sebagai berikut :
tanggungjawab dari Dinas Lingkungan Hidup selaku “Setiap orang yang melakukan dumping limbah
instansi yang berwenang dalam hal pengendalian dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
pencemaran lingkungan hidup di wilayah Kabupaten tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Mojokerto. 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama
Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
akibat pencemaran lingkungan dari limbah medis antara Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”.
lain: penyakit menular (hepatitis, diare, campak, AIDS,

5
Dalam Pasal 104 Undang-Undang Nomor 32 perundangan, namun mengamati bagaimana reaksi dan
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja.
Lingkungan Hidup (PPLH) menyebutkan bahwa Pasal 1 Ditinjau dari permasalahan penelitian ini Penegakan
butir 24 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Hukum Terhadap Pencemaran Limbah Medis di
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Dikaitkan Pasal 60 Undang-
menyebutkan bahwa unsur-unsur tindak pidana terhadap Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
pelaku dumping limbah B3 adalah unsur setiap orang, Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penelitian ini bertujuan
unsur melakukan, unsur limbah dan/atau bahan, unsur ke Untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisis penegakan
media lingkungan hidup, unsur tanpa izin. hukum terhadap pencemaran Limbah Medis melakukan
Maka pencemaran limbah medis Kabupaten dumping tanpa izin Kabupaten Mojokerto dikaitkan Pasal
Mojokerto merupakan suatu peristiwa pencemaran 60 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
lingkungan yang harus ditegakkan dan memerlukan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
penanganan yang khusus karena akan mempengaruhi Untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisis faktor
kehidupan masyarakat maupun makhluk hidup kendala dalam penegakan hukum Pencemaran Limbah
disekitarnya, selain itu dampak dari pencemaran tersebut Medis (B3).
akan menyebar karena merupakan suatu limbah infeksius Data yang dikumpulkan berupa wawancara teradap
dan dapat menularkan bibit penyakit. informan, visualisasi berupa gambar dan bukan angka-
Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu angka. Sehingga data-data yang dikumpulkan dapat
aktivitas medis. Limbah medis harus sesegera mungkin dijadikan kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi Penelitian ini dilakukan metode wawancara yaitu dengan
pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. mendengarkan secara seksama penuturan informan yang
Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah berkaitan dengan terkait masih saja terjadi pencemaran
melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, lingkungan hidup pembuangan limbah medis media
menjaga area penyimpanan limbah medis tidak tercampur lingkungan hidup di kabupaten Mojokerto.
dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang
pemilihan tempat yang tepat. akan digunakan adalah wawancara , Penggunaan teknik
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan pengumpulan data dalam penelitian terkait Penegakan
di atas, peneliti akan membahasnya dalam bentuk skripsi Hukum Terhadap Pencemaran Limbah Medis Ke Media
dengan judul ”Penegakan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup di Kabupaten Mojokerto Dikaitkan
Limbah Medis di Kabupaten Mojokerto. Pasal 60 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Oleh karena itu munculah dua rumusan masalah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
yakni: sebagai berikut:
1. Bagaimana penegakan hukum pencemaran lingkungan 1.Wawancara;
Limbah Medis Kabupaten Mojokerto dikaitkan Pasal 60 2.Dokumentasi.
Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Teknik pengolahan data yang digunakan terdapat tiga
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup? teknik analisis data pada kualitatif, yaitu:
2. Apa faktor kendala yang dihadapi dalam penegakan 1.Reduksi Data;
hukum pencemaran lingkungan Limbah Medis 2.Penyajian Data;
Kabupaten Mojokerto? 3.Penarikan Kesimpulan.
Tujuan dari penelitian adalah Untuk meneliti,
mengkaji, dan menganalisis penegakan hukum terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
pencemaran Limbah Medis melakukan dumping tanpa 1 Penegakan Hukum Pencemaran Lingkungan
izin di Kabupaten Mojokerto dikaitkan Pasal 60 Undang- Limbah Medis Kabupaten Mojokerto dikaitkan Pasal
Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan 60 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Untuk meneliti, Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengkaji, dan menganalisis faktor kendala dalam Hasil penelitian menunjukan bahwa proses penegakan
penegakan hukum Pencemaran Limbah Medis. yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kajian teoritik yang berkaitan dengan permasalahan Mojokerto terhadap pelaku dumping limbah medis yang
Penegakan Hukum Terhadap Pencemaran Limbah Media dilihat dari beberapa komponen proses penegakan yaitu
Kabupaten Mojokerto Dikaitkan Pasal 60 Undang- sebagai berikut :
Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan 1) Bentuk Penegakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup kajian teoritik mengenai
Penegakan Hukum, Pencemaran Lingkungan, Limbah, 2)Upaya penegakan
Limbah Medis. Penegakan pada dasarnya sepenuhnya untuk upaya
tegaknya atau fungsinya norma-norma hukum secara
METODE nyata dalam masyarakat sebagai pedoman perilaku dalam
Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
sosiologis. Penelitian yuridis sosiologis merupakan ilmu Proses penegakan diharapkan dapat membantu
yang tetap berbasis terhadap hukum Normatif tetapi melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk
bukan mengkaji mengenai sistem norma dalam aturan mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif

6
dan efisien. Bahkan dengan penegakan tercipta suatu hal ini Dinas Lingkungan Hidup melakukan pemeriksaan
aktifitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau hasil terhadap dokumen izin, serta saluran pembuangan dari
akhir mengenai pelaksanaan usaha yang sudah puskesmas. pemeriksaan terhadap surat-surat serta
dilaksanakan. Penegak hukum yang memiliki wewenang dokumen puskesmas terkait baik dari izin pendirian
dan tugas dalam upaya menegakan terhadap pencemaran Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten
lingkungan di Kabupaten Mojokerto yaitu oleh Dinas Mojokerto sampai izin pembuangan limbah maka dapat
Lingkungan Hidup. Pengawasan sebagai salah satu dilihat tingkat ke legalan dari Rumah Sakit, Puskesmas
kegiatan untuk meninjau secara langsung pembuangan dan Klinik di Kabupaten Mojokerto tersebut, Pengaturan
limbah yang berlangsung di Rumah Sakit, Puskesmas dan mengenai surat ijin pembuangan limbah diatur dalam
Klinik di Kabupaten Mojokerto yang merupakan proses pasal 20 angka 3 Undang-Undang Perlindungan Dan
akhir yang dilakukan oleh pihak puskesmas dari kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyebutkan:
pelayanan kesehatan di masyarakat. "setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media
Berdasarkan adanya laporan terkait pencemaran lingkungan hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku
bantaran sungai Dinoyo akibat limbah b3 medis terdapat mutu lingkungan hidup, b. mendapat izin dari menteri,
program yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
yaitu: kewenangannya". Berdasarkan peraturan tersebut maka
a. Melakukan pemantauan serta pemeriksaan terhadap dengan jelas diketauhi bahwa suatu kewajiban bagi
Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten pelaku usaha untuk mempunyai izin pembuangan limbah,
Mojokerto; Puskesmas di Desa Dinoyo Kecamatan Jatirejo dan
beberapa Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di
b. Melakukan pengujian terhadap sampel baku mutu air Kabupaten Mojokerto merupakan yang berkedapatan
limbah; melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan
c.Melakukan pengawasan terhadap Rumah Sakit, hidup, sehingga pelaku dumping limbah medis dikatakan
Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto; Ilegal, dikarenakan tidak memiliki izin dan melakukan
d.Melakukan penertiban terhadap Rumah Sakit, pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.
Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto (yang c.Pengujian
tidak memiliki izin). Pengujian baku mutu air limbah dilakukan secara
Pengawasan terhadap puskesmas tersebut langsung oleh tim dari provinsi yaitu dengan melakukan
memberikan dasar pengaturan dalam menjaga kualitas percobaan dan penelitian atas hasil sempel dari bagian
lingkungan hidup. Proses penegakan yang dilakukan oleh obyek yang diuji agar dapat mengamati dan mengetahui
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto bersifat kemungkinan terjadinya pencemaran atau kerusakan
preventif, jadi pada proses penegakan ini dengan lingkungan, Berdasarkan hasil pengujian kualitas baku
melakukan pemeriksaan, pengujian, dan penegakan mutu air limbah yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan
terhadap pelaku dumping limbah medis yang berlangsung Hidup menetapkan kualitas sumber daya telah melampui
dengan memberikan sanksi yang tegas kepada pihak ambang batas baku mutu air limbah dan kriteria media
terkait. Dinas lingkungan hidup dalam melakukan lingkungan tersebut adalah tercemar.
penertiban terhadap pihak terkait guna memberikan d.Penegakan
sanksi terkait adanya larangan melakukan pembuangan
limbah medis ke media lingkungan hidup. Dalam tahap ini yang dilakukan Dinas Lingkungan
Hidup adalah melakukan penindakan secara langsung
Pelaksanaan pengawasan ini dan agar dapat berjalan kepada pihak Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di
dengan baik maka harus dilakukan dengan teknik yang Kabupaten Mojokerto yang terbukti melanggar ketentuan
benar juga. Adapun teknik yang dilakukan Dinas sebagai realita yang telah terjadi sebagai hasil kerja dari
Lingkungan Hidup yaitu: pemantauan, pemeriksaan, tugas yang telah diselesaikan baik itu sanksi dari
pengujian dan perbaikan: administrasi maupun sanksi dari pidana, dalam
a.Pemantauan melakukan penindakan memperhatikan dari hasil
Pemantauan dalam hal ini dimaksudkan bahwa pemeriksaan serta uji sampel, apabila pada pemeriksaan
dilakukan secara langsung yaitu dengan cara terjun ke dan pengjuian sampel telah menyatakan bahwa adanya
lapangan sebagai informasi untuk mengetahui pencemaran atau perusakan lingkungan kemudian
kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan, dalam penegakan dilaksanakan dengan pembekuan izin,
hal ini dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dalam penyitaan barang, hingga penutupan Rumah Sakit,
pemantauannya menemukan pusat layanan kesehatan Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto. Namun
masyarakat yang diduga melakukan pencemaran pada kenyataannya dilapangan beberapa Rumah Sakit,
lingkungan, yaitu salah beberapa Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto
Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto. berkedapatan melakukan pembuangan limbah puskesmas,
b.Pemeriksaan dan juga belum adanya penindakan dari dinas untuk
melakukan penertiban terhadap puskesmas yang
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan
melakukan dumping limbah b3 medis ilegal tersebut,
Hidup terhadap pelaku dumping limbah b3 medis
dikarenakan adanya faktor ekonomi yang menjadi
merupakan tindakan mencari dan mengumpulkan fakta
penghambat dalam suatu penindakan terhadap pihak
yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, dalam

7
Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten hal ini harus dilakukan dengan beberapa teknik. Adapun
Mojokerto. teknik yang dapat dilakukan yaitu:
e.Rehabilitasi a.Pemeriksaan
Kegiatan dalam tahap ini adalah mencari jalan keluar Pihak kepolisisan melakukan pemeriksaan atas laporan
untuk mengambil langkah-langkah tindakan koreksi yang diterima yang merupakan proses rangkaian tindakan
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang telah untuk mencari dan mengumpulkan fakta yang berkaitan
terjadi, guna mengembalikan fungsi lingkungan hidup dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran
sebagaimana mestinya. Untuk sejauh ini baik dari pihak pelaksanaan suatu kegiatan, Laporan terkait tindak pidana
Dinas Lingkungan Hidup, maupun dari pihak puskesmas pencemaran lingkungan, disini Pihak Kepolisian
terkait sendiri masih belum adanya upaya untuk memiliki 2 (dua) opsi laporan, yaitu laporan dengan
melakukan perbaikan terhadap aliran sungai yang model A, dan laporan dengan model B, laporan model A
tercemar oleh limbah b3 medis. yaitu tertangkap tangan dimana pelaku usaha
Instrumen Hukum Pidana berkedapatan sedang melakukan pembuangan limbah
Proses untuk mencari tindak pidana yaitu secara langsung, sedangkan laporan dengan model B
penyelidikan, penyelidikan dilakukan oleh penyelidik yaitu merupakan delik aduan, dimana kami mendapat
yaitu pejabat kepolisian yang diberi wewenang untuk laporan atas kejadian tindak pidana khusus baik itu
melakukan penyidikan. Setelah dilakukan penyelidikan laporan secara tertulis maupun secara lisan, dan kami
maka proses selanjutnya yaitu penyidikan. Penyidikan akan memproses lebih lanjut laporan tersebut untuk
yaitu tindakan penyidik guna untuk mencari serta segara melakukan penindakan terhadap pencemaran
mengumpulkan bukti untuk mencari siapa pelakunya. tersebut. Namun hingga saat ini pihak kepolisian tidak
Penyidik ialah pejabat kepolisian dan pejabat pegawai mendapati aduan baik itu dari pihak Dinas Lingkungan
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Hidup maupun aduan dari masyarakat terkait dengan
undang-undang penyelidik dan penyidik dalam kasus pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah
penegakan hukum atas pencemaran lingkungan. medis di Kabupaten Mojokerto.
Penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian b.Pembuktian
Resort Kabupaten Mojokerto adalah penegakan hukum Dalam tahap pembuktian yang dilakukan oleh pihak
melalui instrumen hukum pidana. Pihak kepolisian kepolisian terhadap tindak pidana pencemaran
berwenang dalam melakukan penegakan hukum terhadap lingkungan adalah melakukan pengumpulan alat bukti
pelaku usaha yang tidak sesuai prosedur yang ada, dalam yang sah dalam tuntutan tindak pidana lingkungan hidup
melakukan suatu proses penegakan disini pihak adalah berdasarkan keterangan saksi, keterangan ahli,
kepolisisan bekerjasama dengan Dinas Lingkungan surat, petunjuk, keterangan terdakwa dan/atau alat bukti
Hidup dalam mengatasi permasalahan pencemaran lain, termasuk alat bukti yang diatur dalam peraturan
lingkungan, pihak kepolisian melakukan penyidikan perundang-undangan, pengumpulan alat bukti tersebut
meliputi pemeriksaan terhadap tempat usaha yang sebagai upaya untuk melakukan suatu penegakan
berkedapatan melakukan pencemaran, pemeriksaan terhadap pelaku usaha pencemaran lingkungan.
dokumen, pemeriksaan alat-alat, serta penyitaan terhadap c.Penegakan
alat hingga menutup tempat usaha yang tidak sesuai Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
dengan syarat. melakukan penindakan secara langsung kepada pelaku
Bentuk penegakan yang dilakukan oleh Kanit Pidsus tindak pidana terhadap realita yang telah terjadi sebagai
Polres Mojokerto bersifat represif yaitu melakukan hasil kerja dari tugas yang telah diselesaikan. Dalam
penegakan langsung ke Pihak Rumah Sakit, Puskesmas melakukan penindakan memperhatikan dari hasil
dan Klinik di Kabupaten Mojokerto, Penegakan yang pembuktian baik itu pemeriksaan serta uji sampel,
dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap tindak pidana apabila pada pembuktian dan pengujian sampel telah
pencemaran didasarkan pada pasal 104 Juncto 60 menyatakan bahwa adanya pencemaran atau perusakan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang lingkungan kemudian penegakan dilaksanakan dengan
Pengendalian Dan Pengolaan Lingkungan Hidup yang pembekuan izin, penyitaan barang hingga penutupan
berbunyi: Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten
“Setiap orang yang melakukan dumping limbah Mojokerto, namun ditemukan bahwa belum adanya
dan/atau bahan kemedia lingkungan hidup laporan baik dari pihak kepolisian, Dinas Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada pasal 60, dipidana Hidup maupun dari masyarakat, sehingga mengakibatkan
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun adanya suatu halangan dalam proses penegakan terkait
dan denda paling banyak Rp. 3000.000.000,00 pembuangan limbah medis di Kabupaten Mojokerto.
(tiga milyar rupiah)”. 3)Upaya Penegakan
Sanksi tersebut merupakan upaya terakhir apabila Pembuangan limbah medis harus dilakukan dengan
penegakan dari instrumen hukum administrasi tidak bisa memperhatikan baku mutu air limbah (BMAL) yang
dilaksanakan dengan baik, terkait pencemaran tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan aturan
Pihak Kepolisian dalam melaksanakan suatu proses maupun teknis terkait pembuangan limbah b3 medis
penegakan agar dapat berjalan dengan baik maka dalam dimaksudkan sebagai upaya pelestarian kualitas serta

8
fungsi lingkungan hidup. Upaya Dinas Lingkungan d.Restorasi
Hidup Kabupaten Mojokerto diklasifikasikan sebagai Upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup
berikut: atau bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana
1)Upaya Yang Dilakukan semula.
Upaya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Berdasarkan penjelasan pasal tersebut upaya dinas
terhadap pihak terkait yang melakukan pelanggaran di lingkungan hidup untuk mengembalikan fungsi
lakukan penegakan secara preventif terhadap pelaku lingkungan dengan membebankan kepada parapelaku
dumping limbah medis tersebut. Upaya yang dilakukan usaha sebagai bentuk tanggung jawab akibat apa yang
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto telah dilakukan. Namun untuk melakukan pengembalian
dalam mengawasi limbah medis berbagai tempat, dengan fungsi lingkungan seperti semula membutuhkan waktu
melakukan perubahan pola dan sistem pemeriksaan yang cukup lama, dikarenakan harus melakukan
dimana Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di pembersihan mulai dari titik pencemaran, dengan
Kabupaten Mojokerto yang melakukan proses menerapkan asas pencemar membayar dalam
pembuangan limbah ke media lingkungan hidup. Hal pengembalian fungsi lingkungan akibat pencemaran.
tersebut membuat Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dengan demikian penjelasan terkait permasalahan
Mojokerto sedang berupaya untuk melakukan jemput pembuangan limbah b3 medis di Kabupaten Mojokerto,
bola ke pihak Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di merupakan salah satu bentuk pelanggaran serius yang
Kabupaten Mojokerto untuk membina dan memberi menjadi perhatian baik dari masyarakat setempat,
arahan agar melakukan pembuangan limbah b3 medis pemerintah, maupun instansi terkait, dikarenakan sifat
sebagaimana mestinya di tempat penampungan dan pelanggarannya yang masuk dalam unsur pencemaran
pengelolaan limbah yang sudah disediakan oleh dan perusakan lingkungan hidup, sehingga telah
pemerintah dan tidak melakukan pembuangan limbah dipandang sebagai salah satu permasalahan nasional yang
yang berdampak terhadap lingkungan. harus ditegakkan dan diselesaikan berdasarkan peraturan
Tindak lanjut dari proses pemeriksaan di Rumah Sakit, perundang-undangan.
Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto adalah Terkait belum adanya laporan yang diterima dari pihak
bentuk upaya khusus dari Dinas Lingkungan Hidup kepolisian ini tidak menjadikan suatu alasan untuk
dalam memberi kemudahan kepada pihak puskesmas membiarkan pencemaran yang terus terjadi, adapun
terkait agar melakukan pembuangan dan pengelolaan karakteristik upaya penegakan yang relevan terhadap
limbah yang benar, karena Rumah Sakit, Puskesmas dan penyelesaian pelanggaran pencemaran akibat
Klinik di Kabupaten Mojokerto yang enggan melakukan pembuangan limbah b3 medis yaitu melalui sanksi
pembuangan dan pengelolaan limbah b3 medis, karena administratif, dikarenakan upaya penegakan pidana
tempat pembuangan dan pengolahan limbah berlokasi merupakan upaya penegakan terakhir (Ultimum
lumayan jauh dari Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Remedium). Penjelasan tersebut dimaksudkan dapat
Kabupaten Mojokerto. memberikan langkah minimum sebagai gambaran dari
Upaya yang akan dilakukan oleh Dinas Lingkungan suatu proses penegakan, sehingga kejadian serupa tidak
Hidup Kabupaten Mojokerto dalam melakukan terjadi dimasa yang akan datang.
penegakan terhadap limbah b3 medis, dengan melakukan 2. Faktor kendala yang dihadapi dalam penegakan
pemulihan terhadap fungsi lingkungan hidup, dalam hal hukum pencemaran lingkungan Limbah Medis di
ini yang berkewajiban dalam mengembalikan fungsi dari Kabupaten Mojokerto.
lingkungan hidup yaitu pelaku dumping limbah b3 medis. Penegakan pembuangan limbah b3 medis oleh
Berdasarkan pasal 54 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No beberapa Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di
32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa: Kabupaten Mojokerto dalam melaksanakan
“(1)Setiap orang yang melakukan pencemaran penegakannya bertujuan agar seluruh pelaksanaan dari
dan atau perusakan lingkungan hidup wajib setiap tahapan dapat berjalan dengan benar dan sesuai
melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup. aturan, agar pelestarian fungsi lingkungan hidup tetap
(2)Pemulihan fungsi lingkungan hidup terjaga.
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan Bahwa dapat dikatakan setiap daerah yang memiliki
dengan tahapan: pusat layanan fasilitas kesehatan masyarakat yang
a.Pengehentian sumber pencemaran dan pembersihan memadai dapat mengurangi resiko pencemaran
unsur pencemar lingkungan akibat pembuangan limbah b3 medis yang
b.Remediasi dilakukan Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di
Upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk Kabupaten Mojokerto yang dapat mengancam fungsi
memperbaiki mutu lingkungan hidup lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Ancaman
adanya gangguan pencemaran lingkungan menjadi
c.Rehabilitasi masalah ketika akibat pencemaran tersebut menjadi
Upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, wabah dan menyerang manusia, hal tersebut perlu
dan manfaat lingkungan hidup termasuk upaya diwaspadai apalagi perkembangan penyakit pada limbah
pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, b3 medis yang selalu berkembang dimasyarakat adalah
dan memperbaiki ekosistem. serangan lalat serta nyamuk demam berdarah. Penyakit

9
tersebut menjadi masalah besar apalagi daerah tersebut Hal tersebut menjadi kendala dengan jumlah petugas
terdampak, oleh karenanya perlu adanya penegakan yang yang terdapat di Dinas Lingkungan Hidup petugas
dilakukan oleh petugas maupun tim dari kepolisian tersebut merupakan petugas yang bekerja dilapangan dan
dengan melaksanakan penegakan terhadap Rumah Sakit, bergerak dibidang pengawasan langsung terhadap tindak
Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto akibat pencemaran lingkungan diseluruh Kabupaten Mojokerto,
pembuangan limbah b3 medis pada aliran sungai. Tetapi ini yang membuat Dinas Lingkungan hidup mengalami
dalam proses penegakan tersebut tidak lepas dari dari kendala dalam melakukan pengawasan serta penegakan
adanya kendala yang dialami oleh petugas baik dari terhadap pelaku pencemaran lingkungan.Kebutuhan akan
Dinas Lingkungan Hidup. petugas di Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten
Didasarkan pada hasil wawancara bersama Bapak Didik Mojokerto yang kurang ini ditutupi dengan membuat
Khusnul Yaqin selaku Kepala Seksi Pencemaran Dinas kerjasama dengan Pihak Kepolisian Resort Mojokerto
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dalam dengan berperan membantu Dinas Lingkungan Hidup
melaksanakan pengawasan beberapa Rumah Sakit, dalam mengawasi pelaku dumping limbah b3 medis di
Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto terdapat Kabupaten Mojokerto.
beberapa kendala dalam proses penegakannya yaitu: Kendala selanjutnya yang sering dialami oleh petugas
A. Kurangnya Tingkat Kesadaran Dari Masyarakat pengawas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kendala utama yang dihadapi Dinas lingkungan Mojokerto adalah tingkat kesadaran masyarakat masih
Hidup terkait pembuangan limbah b3 medis yaitu tingkat kurang, selain itu sumber daya masyarakat yang ada di
kesadaran dari pihak terkait yang membuang limbah b3 kabupaten Mojokerto masih dibawah rata-rata. Hal ini
medis ke media lingkungan hidup. Dikarenakan dengan dibuktikan dengan masih banyaknya yang belum
alasan meningkatnya jumlah pasien sehingga melakukan mengerti dan tidak memahami apa itu peraturan yang
pembuangan limbah b3 medis ke media lingkungan sudah ditetapkan, hambatan lain yaitu kebiasaan pihak
hidup membuat peningkatan terhadap pencemaran di Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten
aliran sungai dan berdampak negatif terhadap lingkungan Mojokerto yang melakukan pembuangan limbah b3
dan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Ini medis secara langsung kemedia lingkungan hidup, ini
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu: dikarenakan pihak Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik
di Kabupaten Mojokerto cukup kewalahan dalam
a. Kurangnya kesadaran akan kesehatan lingkungan dari melakukan pembuangan limbah sendiri dan tidak
pihak Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten melakukan pengolahan terhadap limbah b3 medis
Mojokerto yang tidak memiliki tempat atau lahan untuk sehingga mengakibatkan pencemaran pada media
penampungan limbah dan untuk pengolahan limbah atau lingkungan hidup, kegiatan operasional medis dengan
yang biasa disebut Instalasi pengolahan air limbah membuang limbah pada media lingkungan hidup ini
(IPAL), ini yang menyebabkan Rumah Sakit, Puskesmas sudah dilakukan cukup lama dan tidak adanya upaya dari
dan Klinik di Kabupaten Mojokerto melakukan Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten
pembuangan limbah secara langsung ke bantaran sungai; Mojokerto untuk melakukan pembuangan dan
b. Pihak Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik di pengolahan limbah yang sudah disediakan oleh
Kabupaten Mojokerto terkait beranggapan bahwa biaya pemerintah.
untuk membuat IPAL lebih baik digunakan untuk
menambah biaya operasional dan SDM.
PENUTUP
Ini yang menjadi alasan bahwa tingkat kesadaran dari
Hasil penelitian menunjukan bahwa Penegakan Hukum
pihak puskesmas terkait masih terbilang kurang, maka
dari itu upaya dari Dinas Lingkungan Hidup melakukan Pencemaran Lingkungan Limbah Medis Kabupaten
penertiban kepada para pelaku dumping limbah b3 medis Mojokerto dikaitkan Pasal 60 Undang-Undang No 32
di Kabupaten Mojokerto. Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
B. Belum Ada Tenaga Teknis Dan Laboratorium Penguji Lingkungan Hidup oleh Dinas Lingkungan Hidup
Sampel Kabupaten Mojokerto maka dapat disimpulkan sebagai
Faktor penghambat dalam melakukan penegakan berikut:
terhadap pencemaran aliran sungai baik dari Dinas 1 1. Penegakan yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Maupun yaitu pada Tim Ahli atau Lingkungan Hidup berupa pengawasan dan penindakan
saksi Ahli dan laboratorium sendiri untuk melakukan uji belum efektif, karena pengawasan dan penindakan pada
sampel pada tingkat kecemaran limbah, baik dari dinas
hasil Jumlah Rekapitulasi Laporan Hasil Pengawasan dan
maupun dari pihak kepolisian masih meminta bantuan
kepada tingkat provinsi yang didatangkan secara khusus Penindakan Dinas Lingkungan Hidup Terhadap Rumah
oleh tim dari dinas untuk melakukan pengujian sampel Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto
untuk mengetahui tingkat pencemaran. Pernyataan Tahun 2017-2018. Dari hasil tersebut menunjukkan
tersebut didasarkan pada hasil wawancara bersama Bapak bahwa Laporan Total Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas
Didik Khusnul Yaqin selaku Kepala Seksi Pencemaran dan Klinik Tahun 2017 berjumlah 50 dan di tahun 2018
Lingkungan.
bertambah menjadi 58 total keseluruhan ada 108
Fasyankes. sementara Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas

10
dan Klinik Tahun 2017 yang diawasi terkait potensi pemberian kemudahan administrasi dan proses penegakan
pelanggaran pembuangan Limbah B3 berjumlah 35 dan di yang cepat serta efektif kepada pihak yang merasa
tahun 2018 berjumlah 48 total keseluruhan dalam kurun 2 dirugikan dalam hal ini masyarakat maupun organisasi
tahun terakhir yang berhasil diawasi berjumlah 83 yang menaungi aktivis lingkungan hidup di Kabupaten
Fasyankes di kabupaten mojokerto. Sedangkan yang Mojokerto yang belum pro aktif dalam melakukan aduan
berhasil ditindak dan diberi sanksi pidana berjumlah 11 di atau pelaporan tertulis atas oknum yang melakukan
tahun 2017 dan di tahun 2018 berjumlah 17 jadi totalnya dumping limbah b3 medis di media lingkungan hidup,
ada 28 yang ditindak dalam 2 tahun terakhir dan yang penambahan kapasitas tempat pembuangan dan
memenuhi syarat dari pengelolaan limbah B3 yang sesuai pengelolahan limbah b3 medis oleh pemerintah
di tahun 2017 hanya 24 sedangkan di tahun 2018 hanya Kabupaten Mojokerto serta suntikan dana bagi
31 saja. Kemudian, yang dilakukan oleh Dinas operasional medis.
Lingkungan Hidup di lokasi pembuangan limbah di 2. Bagi Pihak Kepolisian dalam melakukan
Kabupaten Mojokerto, petugas masih mendapati penegakan terhadap limbah b3 medis yang
Puskesmas Jatirejo di Desa Dinoyo dan beberapa Rumah mencemarilingkungan: Bagi pihak kepolisian dalam
Sakit, Puskesmas dan Klinik di Kabupaten Mojokerto melakukan penegakan untuk tetap dan melaksanakan
yang terbukti melanggar pasal 60 Undang-Undang Nomor proses penegakan di pusat pelayanan fasilitas kesehatan
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan masyarakat di Kabupaten Mojokerto dengan melakukan
Lingkungan Hidup dalam hal ini pembuangan dan penindakan dengan cepat dan tanggap untuk menindak
pengelolaan limbah b3 medis, belum adanya penindakan lanjuti penegakan terhadap pelaku dumping limbah b3
secara tegas dari dinas untuk melakukan penertiban medis ke media lingkungan hidup guna menjamin
terhadap pihak puskesmas terkait yang berkedapatan kesehatan dan keamanan dari fungsi lingkungan hidup,
melakukan pembuangan limbah b3 medis secara illegal karena pihak kepolisian bertugas sebagai upaya terakhir
tersebut. dalam melakukan suatu penegakan terhadap pelaku
2.Kendala terhadap proses penegakan yang dihadapi dumping limbah b3 medis di Kabupaten Mojokerto.
dalam penegakan hukum yang dilakukan Dinas 3.Bagi pihak Puskesmas, Rumah Sakit, dan Klinik di
Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto terhadap Kabupaten Mojokerto diharapkan dapat memperhatikan
pencemaran lingkungan Limbah Medis di Kabupaten fungsi dari lingkungan hidup dengan melakukan
Mojokerto adalah dari segi pihak yang merasa dirugikan pembuangan dan pengelolahan limbah b3 medis sendiri
dalam hal ini masyarakat maupun organisasi yang dan beralih ke tempat pembuangan dan pengolahan
menaungi aktivis lingkungan hidup di Kabupaten limbah yang sudah disediakan oleh pemerintah guna
Mojokerto yang belum pro aktif dalam melakukan aduan menghindari pencemaran lingkungan akibat limbah dari
atau pelaporan tertulis atas oknum yang melakukan bekas alat-alat kesehatan atau limbah b3 medis itu sendiri
dumping limbah b3 medis di media lingkungan hidup, yang di buang ke media lingkungan hidup.
kurangnya anggaran dana yang terbatas, belum adanya
tenaga teknis pengujian sampel serta belum adanya
laboratorium sendiri untuk pengujian, Serta dikarenakan DAFTAR PUSTAKA
Buku
adanya faktor ekonomi dan operasional medis yang
Ali, Zainuddin. 2014. Metode Penelitian Hukum.
menjadi penghambat dalam penertiban puskesmas terkait Jakarta: Sinar Grafika.
pembuangan limbah b3 medis di Kabupaten Mojokerto. Abdurrahman. 1996. Pengantar Hukum Lingkungan
Indonesia. Bandung :Alumni.
SARAN Bahder, Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian
Beberapahal berikut dapat dijadikan saran dan sebuah Ilmu Hukum. Bandung. Mandar Maju.
masukan oleh para pihak yang terkait dalam Penegakan Boediningsih, Widyawati. 2005. Diktat Perkuliahan
Hukum Lingkungan Hidup. Jakarta: Fakultas
Hukum Pencemaran Lingkungan Limbah Medis
Hukum.
Kabupaten Mojokerto dikaitkan Pasal 60 Undang-Undang Burhan, Ashshofa. 2004. Metode Penelitian Hukum.
No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan cet. 4. Jakarta: Rineka Cipta.
Lingkungan Hidup oleh Dinas Lingkungan Hidup Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Kabupaten Mojokerto: Prenada Media Group.
1.Bagi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Bungin, Burhan. 2009. Analisis Data Penelitian
dalam melakukan kegiatan penegakan terhadap limbah b3 Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Fajar, Mukti dan Yulianto, Achmad. 2010. Dualisme
medis yang mencemari lingkungan dalam setiap
Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.
penegakan hukum yang dilakukan perlu adanya Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

11
Gatot P. Soemartono. 1996. Hukum Lingkungan Arifin, Limbah Rumah Sakit,
Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika. http://www.google.com. (ditelusuri Maret
Hamzah, Andi. 2005. Penegakan Hukum 2020).
Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika.
Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum,
Hardjasoemantri, Koesnadi. 2002. Hukum Tata
http://www.docudesk.com, (Ditelusuri maret
Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
2020)
University Press.
Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Otto Soemarwoto, Pengertian Lingkungan Hidup,
Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. http://carapedia.com (ditelusuri tanggal 20
Munadjat, Danusaputro. 1980. Hukum Lingkungan maret 2020).
Jilid : 5. Bandung: Bina Cipta.
Udin Djabu, Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya,
Marfai, Aris. 2005. Moralitas Lingkungan.
http://www.google.com. (ditelusuri maret
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
2020)
Philipus, M. Hadjon. 1993. Pengantar Hukum
Perizinan. Surabaya: Yuridika.
Rahmadi, Takdir. 2013. Hukum Lingkungan di
Indonesia.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Suripin. 2002. pelestarian sumber daya tanah dan Sumber Bahan Hukum
air. Yogyakarta: Andi.
Sugihato. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Indonesia.2009.Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia. 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ronny, Hanitijo Soemitro. 1999. Metodologi Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Penelitian Hukum. Makalah disampaikan pada Indonesia Tahun 1009 Nomor 140, Tambahan
Pelatihan Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Bagian Hukum dan Masyarakat. Semarang: 5059);
Fakultas Hukum UNDIP. Indonesia.Gubernur Jawa Timur. 2014. Peraturan
Rahardjo, Satjipto. 1993. Masalah Penegakan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014
Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Bandung: Tentang Perubahan Peraturan Gubernur Jawa
Sinar Baru. Timur Nomor 72 tahun 2013 Tentang Baku
So, Woong Kim. 2009. Kebijakan Hukum Pidana Mutu air Limbah Bagi Industri Dan/Atau
Dalam Upaya Penegakan Hukum Kegiatan Usaha Lainnya.
Lingkungan.Jakarta :Sinar Grafika.
Soedarto.1986. Kapita Selekta Hukum Pidana, Indonesia.2008.Undang-Undang Nomor 8 tahun
Alumni, Bandung. Cetakan Ke-2. 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Soetopo.1994. Pengantar Peneitian Kualitatif. Indonesia.Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto.
Surakarta: Pusat Penelitian UNS. 2006. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto
Syahrul, Machmud. 2007. Penegakan Hukum Nomor 24 Tahun 2006 tetang Pengendalian
Lingkungan Indonesia. Bandung: PT. Mandar Pencemaran Lingkungan.
Maju.

Jurnal/Artikel Ilmiah/Makalah

Ahmad Husni dan Bambang Sugiono. Strategi


Pendekatan Hukum Dalam Penyelesaian
Masalah Lingkungan. yang dirangkum dalam
Hukum dan Lingkungan Hidup di Indonesia.
Djajadiningrat , Surna T. 1994. Jurnal Hukum
Lingkungan. Jakarta: ICEL.

Media Massa
http://www.mojokertokab.go.id/
https://www.uinalauddin.Ac.id/.diakses tanggal 3
oktober 2019
http://Id.wikipedia.org/wiki/sungai. Diakses tanggal
20 januari 2020

12

Anda mungkin juga menyukai