Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TERMOREGULASI

OLEH :

Moh.Robaitulloh (33412101120)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

POLITEKNIK NEGERI MADURA

JURUSAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan termoregulasi disusun dalam rangka melengkapi tugas praktik


klinik keperawatan jurusan kesehatan program studi D3 keperawatan Politeknik Negeri
Madura tahun akademik 2022/2023 di Puskesmas Kadur kabupaten Pamekasan. Laporan
pendahuluan konsep kebutuhan cairan ini telah diteliti dan diperiksa.

Disetuji dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal:

Disahkan oleh :

Pembimbing Puskesmas Pembimbing Akademik

Ns. Moh Sukron S.Kep


NIP : 19810507 200903 1 006

Kepala puskesmas

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


SUHU/TERMOREGULASI
1. Konsep Dasar Termoregulasi
1.1 Definisi:
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas (Marie B dan
Hoehn dalam Mccatum, 2012). Jika tingkat panas yang dihasilkan setara dengan yang
hilang, maka suhu tubuh ini akan stabil (Tortora dan Derickson dalam McCallum,
2012) Suhu tubuh manusia diatur dengan sistem umpan baik (feed back), yang diatur
dalam Sistem pusat pengaturan suhu oleh hipotalamus. Jika suhu tubuh manusia
tertalu tinggi, maka akan terjadi mekanisme umpan balik dengan cara mesekresi
keringat kepermukaan tubuh, Pembesaran pori-pori kulit dan Stimulasi rasa haus.
( sendhil Mullainathan,2017) menyebutkan bahwa suhu tubuh manusia dalam keadaan
sehat Yaitu 36.6 Celcius.
Regulasi suhu tubuh adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga panas dalam
tubuh dipertahankan secara konsisten. (Michael N Sawka, 2016), menyebutkan
bahwa selama aktivitas latihan darah terpompa lebih cepat sebagai akibat suhu
permukaan kulit meningkat yang diiringi pula peningkatan suhu pada otot - otot
tubuh, darah dialirkan lebih cepat sebagai bentuk penanggulangan akibat
meningkatnya suhu, selain suhu tersebut meningkat akibat proses metabolisme dan
proses perubahan energi.
Romeu P et al (2018), menyebutkan bahwa oksigen yang dihirup tubuh saat
latihan dalam intensitas sub-maximal dan maximal dan denyut nadi berada pada level
yang lebih rendah jika melakukan latihan pada suhu lingkungan 22° +10 Celcius dari
Pada suhu 10° ±1°Celcius dan 35°+1° Celcius. Selain itu kandungan asam laktat
dalam darah juga lebih rendah dalam suhu tersebut baik pada saat jeda istirahat atau
pada saat latihan. Hal tersebut berarti bahwa pada level suhu yang lebih rendah dari
22° Celcius dan atau lebih tinggi, proses pangambilan oksigen kurang optimal dan
jumlah asam laktat yang dilepaskan akibat proses metabolisme lebih tinggi sehingga
dengan kondisi tersebut, performa tubuh akan mengalami penurunan performa lebih
cepat.

1.2 Anataomi Fisiologi:


Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki 3 bagian yaitu sensor dibagian
permukaaan dan inti tubuh. Integrator di hipotalamus dan sistem efektor yang dapat
menyesuaikan produksi serta kontes panas (Kozier,dkk 2011). Panas diproduksi
dalam tubuh metabolism yang merupakan reaksi kimia pada sel tubuh, makanan
merupakan sumber bahan bakteri utama bagi metabolisme. Termoregulasi
membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas, reaksi kimia memerlukan
bila metabolisme meningkat, panas tubuh meningkat dan di produksi.
1 Usia
Usia atau umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu makhluk, baik
yang hidup maupun mati. Usia sangat mempengaruhi kejadian menggigil berkaitan
denngan anatomi, fisiologi serta kemampuan termoregulasi yang berbeda setiap
kelompok usia. Menurut Depkes RI (2012), kategori umur dibagi menjadi: balita (0-5
tahun), anak-anak (5-11 tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17-25
tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun) , usia lanjut awal (46-
55 tahun), usia lanjut akhir (56-65 tahun), dan usia lanjut
1.3 Berat badan Menurut Buggy dan Crossley (2012), menggigil erat kaitannya
dengan faktor usia dan juga berat badan seseorang. Pada bayi, anak, remaja dan usia
dewasa akhir hingga lansia menggigil dimediasi oleh jaringan lemak yang 10
merupakan jaringan khusus kaya akan investasi sistem parasimpatis dan vaskularisasi.
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai pembentuk energi, pembangun, pelindung saat
kehilangan panas tubuh, pengatur suhu, sebagai penghasil lemak essensial, dan
sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak dalam tubuh disimpan di bawah kulit
serta di sekitar organ-organ dalam rongga abdomen. Kekurangan lemak dalam tubuh
dapat menyebabkan terganggunnya berbagai metabolisme dalam tubuh. Sedangkan
jumlah lemak yang berlebih di dalam tubuh juga menyebabkan kegemukan atau
obesitas. Komplikasi tubuh dan kadar massa lemak tubuh bergantung dari
pertumbuhan serta perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, usia juga
sangat mempengaruhi distribusi lemak tubuh dan sangat berperan dalam pembentukan
tubuh. Tempat distribusi lemak yang paling banyak adalah pada bagian subkutan dan
intra abdominal. Pada orang dengan Indeks Masa tubuh yang rendah akan lebih
mudah kehilangan panas dan merupakan salah satu faktor terjadinya hipotermi yang
kemudian dapat memicu terjadinya menggigil (menggigil) intra operasi, hal ini
dipengaruhi oleh sumber lemak yang tipis di dalam tubuh yang bermanfaat sebagai
cadangan energi. Sedangkan pada indeks massa tubuh yang tinggi memiliki sistem
proteksi panas yang cukup dengan sumber energi penghasil panas yaitu lemak yang
tebal sehingga indeks massa tubuh yang tinggi lebih baik dalam mempertahankan
tubuh di banding dengan indeks massa tubuh yang rendah karenan mempunyai
cadangan energi yang lebih banyak (Valchanov, 2011).
1.4 Etiologi regulasi suhu
1.Pengeluaran panas disebabkan oleh struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan
secara konstan berpengaruh terhadap hilangnya panas tubuh .
2.Peningkatan suhu tubuh disebabkan karena gangguan otak yang mempengaruhi
pusat pengatur suhu, zat yang dapat menyebabkan efek perangsang terhadap pusat
pengatur suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut dengan pirogen.
1.5 Tanda dan Gejala termoregulasi
Menurut potter dan pery (2012) gangguan pada termogulasi adalah kelelahan akibat
panas terjadi bila diaforesis yang banyak kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan di sebabkan oleh lingkungan yang terkena panas.
1.Gejala Hipertermia dan hipotermia
Gejala hipertermia dan hipotermia berbeda-beda, tergantung pada kondisi dan jenis
hipertermia dan hipotermia yang dialami. Meskipun demikian, ada beberapa gejala
umum hipertermia yang mirip satu sama lain terlepas dari penyebabnya, yaitu:
A. Mayor
1. Suhu tubuh lebih dari 38,5oC
2. Kulit merah
3. Kejang
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat
B. Minor
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Sedangkan gejala hipotermia yaitu:
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2016) gejala dan tanda hipotermia yaitu:
A.Mayor
1) Kulit teraba dingin
2) Menggigil
3) Suhu tubuh di bawah nilai normal (Normal 36,50C-37,50C)

B.Minor

1) Akrosianosis
2) Bradikardi ( Normal 120-160 x/menit)
3) Dasar kuku sianotik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
6) Pengisian kapiler > 3 detik
7) Konsumsi oksigen meningkat
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardi
11) Vasokontriksi perifer
12) Kutis memorata ( pada neonatus)
1.6 .Penatalaksanaan
6. Penatalaksanaan Medis dan Farmakologi
Menurut potter dan pery (2012) gangguan pada termogulasi adalah kelelahan akibat
panas terjadi bila diaforesis yang banyak kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan di sebabkan oleh lingkungan yang terkena panas.
Ibuprofen:
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja
maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih
cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada
dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
1.) Memberikan minuman yang banyak.
2.) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal.
3.)Menggunakan pakaian yang tidak tebal.
4.) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada
bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan
suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres
dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga
dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam
Wardiyah 2016). Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit
dengan 18 temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara
panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres
hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak
terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin
yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)

1.7 Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan
otak. Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak demam thypoid
yaitu:
a. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik
b. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
c. Anemia hemolitik
d. Pneumoni, empyema dan pleuritis
e. Hepatitis, koleolitis
1.8 Path Way (WOC)

Infeksi
virus,bakteri,jamur dan
parasit

Sirkulasi darah

hypotalamus

Mengatur keseimbangan
termoregulasi

Kehilangan cairan
eletrolit

Ketidak efektifan
termoregulasi

Suhu tubuh

hipertermia hipotermia
1.9 Deskripsi WOC/ Patofisiologi
Penyebab demam yaitu sebagai reaksi dari sistem tubuh dalam melawan infeksi
Misal: virus,bakteri,jamur atau parasit sehingga sirkulasi darah tidak berjalan lancar
yg diatur oleh hypotalamus, hypotalamus yaitu kelenjar di otak yg mengontrol
sistem hormon,pembulu darah,syaraf dll. Sehingga ketika hypotalamus kita
bermasalah tubuh kita tidak bisa mengatur keseimbangan termoregulasi dengan
baik,sehingga tubuh kita kekurangan cairan elektrolit. Yg berpengaruh pada suhu
tubuh yaitu hipertermia dan juga hipotermia. Hipertermia adalah kondisi dimana
suhu tubuh meningkat dari suhu normal yaitu 36° sedangkan hipotermia yaitu
penurunan suhu tubuh secara drastis dibawah suhu normal -35°.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Hipertermia
-Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: (Tidak tersedia)
Objektif:1.Suhu tubuh diatas nilai normal
-Gejala dan tanda minor
Subjektif: (Tidak tersedia)
Objektif:
1.Kulit merah
2.Kejang
3.Takikardi
4.Takipnea
5.Kulit terasa hangat
b. Hipotermia
a)Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: (Tidak tersedia)
Objektif:1.Kulit terasa dingin menggil 2.Menggigil 3.Suhu tubuh dibawah nilai
normal.
b)Gejala dan tanda minor:
Subjektif: (Tidak tersedia)
Objektif:

1.Akrosianosis
2.Bradikardi
3.Dasar kuku sianotik
4.Hipoglikemia
5.Hipoksia
6.Pengisiaan kapiler >3 detik
7.Konsumsi oksigen meningkat
8.Ventilasi menurun
9.Piloereksi
10.Takikardia
11.Vasokonstriksi perifer
12.Kutis memorata (pada neonatus)
1) Diagnosa
1.Diagnosa termoregulasi
a.Hipertermia b/d dehidrasi, temperatur lingkungan panas, penyakit, ketidak sesuaian
pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma,
aktivitas berlebihan, penggunaan inkubator.
b.Hipotermia b/d kerusakan hipotalamus, konsumsi alkohol, bb ekstrim, kekuranga
lemak subkutan, terpapar suhu lingkungan rendah, malnutrisi, pemakaian pakaian
tipis, penurunan laju metabolisme, tidak beraktivitas, transfer panas, trauma, proses
penuaan, efek agen farmakologis, kurang terpapar informasi tentang pencegahan
hipotermia
2) Intervensi dan tindakan keperawatan
1.Hipertermia
A.Intervensi utama: Manajemen hipertermia, regulasi temperature
B.Tindakan keperawatan:
a.Observasi
1.Identifikasi penyebab hipertermia
2.Monitor suhu tubuh
3.Monitor kadar elektralit
4.Monitor haluaran urine
5.Monitor komplikasi akibat hipertermia
b.Terapeutik
1.Sediakan lingkungan yang dingin
2.Longgarkan atau lepaskan pakaian
3.Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4.Berikan cairan oral
5.Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6.Lakukan pendinginan eksternal
7.Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8.Berikan oksigen, jika perlu.
c.Edukasi
1.Anjurkan tirah baring
d.Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
2.Hiportermia
A.Intervensi utama: Manajemen hipotermia:terapi paparan panas
B.Tindakan keperawatan:
a.Observasi
1.Monitor suhu tubuh
2.Identifikasi penyebab hipotermia
3.Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
b.Terapeutik
1.Sediakan lingkungan yang hangat
2.Ganti pakaian atau linen yang basah
3.Lakukan penghangatan pasif
4.Lakukan penghangatan aktif eksternal
5.Lakukan penghangatan aktif internal
c. Edukasi
1.Anjurkan makan atau minum hangat.
3) Evaluasi
(1) Luaran utama : termoregulasi
(2) Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
(3) Ekspektasi : membaik
(4) Rentang waktu: 1x 8 Jam
(5) Kriteria hasil hipertermia:
a. Kejang:menurun
b. Suhu tubuh:membaik
c. Suhu kulit:membaik
d. Tekanan darah:membaik
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil K
eperawatan , Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Marie B.A Hoehn dalam Mecallum,2018. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa) Teori dan contoh askep. Nuha Medika:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai