DI PUSKESMAS KADUR
DISUSUN OLEH :
FAHRUR ROZI
33412101141
Saya mahasiswa prodi DII Keperawatan jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura yang yang
bertanda tangan dibawah ini:
NRP : 33412101141
Nomor Hp : 081902840733
Menyatakan bahwa Laporan Praktik Klinik Keperawatan Dasar ini dibuat dan disusun
sebagaimana mestinya sesuai dengan pedoman dan petunjuk dari pembimbing klinik dan
pembimbing akademik.
Mahasiswa
FAHRUR ROZI
33412101141
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan serta salah
satu syarat untuk mengikuti ujian praktek selain itu, untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang pemahaman pengembangan diri bagi penulis dan pembaca.
Di susun oleh:
Nama : FAHRUR ROZI
Tanggal :
Disahkan oleh :
Mahasiswa
FAHRUR ROZI
33412101141
Menyetujui,
1.1 Definisi
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambatfungsi.
Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic danalami secara
terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yangperiodic dan alami,
yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yangdiinginkan dan dapat
ditingkatkan (NANDA, 2012)
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisikomengalami
suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yangmenyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (LyndaJuall,
2012:522).Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidurakibat faktor
eksternal
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjagaumumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selainsiklus tidur/terjaga, tidur
terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisisiklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengangerakan mata tidak cepat (NREM- Non
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaantidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selamatidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah,pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukantindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut
tidur dengangerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikandengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM
1.2 Klasifikasi
jenis tidur dibagi dua yaitu, slow wave sleep atau tidur gelombang lambat atau disebut pola
tidur biasa dan pola tidur paradox yang juga disebut Rapid eye movement
1. Pola tidur biasa disebut sebagai tidur Non-REM ( non rapid eye movement). Pada keadaan ini,
sebagian besarorgan tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, prnapasan teratur,
kecepatan denyut jantung berkurang, otot mulai berelaksasi, mata danmuka diam tanpa gerak.
Fase Non-REM brlangsung kurang lebih 1 jam, dan pada fase ini biasanya orang masih bisa
mendengarkan suara di sekitarnya , sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari
tidurnya.
pola tidur disebut juga sebagai tidur REM ( RAPID EYE MOVEMENT) . Pada fase ini, akan
terjadi gerakan-gerakanmata secara cepat, denyut jantung dan pernafasan yang naik turun,
sedangkan otot-otot mengalami pengendoran (relaksasi otot). Proses relaksasi total ini sangat
berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa lelah. Fase tidur REM (fase tidur
nyenyak) berlangsung selama kurang lebih 20 menit . Pada fase ini,sering timbul mimpi-mimpi,
mengigau, atau bahkan mendengkur.
Dalam tidur malam yang berlangsung 6-8 jam , kedua pola tidur tersebut ( REM dan Non-REM)
terjadi secara bergantian sebanyak 4-6 siklus.
1.3 Anatomi
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit neural yang saling
berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Berdasarkan penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan
sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di
medulla oblongata. Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang berperan dalam siklus
tidur-bangun .
1. Ascending Reticular Aktivating System (ARAS)
ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor dari proses tidur-bangun.
Bagian ini terletak di formatioretikularis di batang otak yang terdiri atas beberapa kelompok sel
da nnukleus serta sejumlah besar interneuron serta traktus ascenden dan descenden yang saling
berhubungan satu sama lain. Sebagian besar dari formatio retikularis terletak di sentral atau
tegmentum dari pons dan mesencephalon serta memanjang sampai medula, hipothalamus dan
thalamus. Struktur ini dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh sebagian besar sinapsnya,
serta dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk melalui batang otak baik stimulus yangberasal
dari sistem sensoris, motorik maupun saraf kranial.
Bagian ini terletak di bagian medulla oblongata, bersifat noradrenerhik serta memiliki
hubungn dengan pons , hipothalamus dan thalamus. Nukleus ini lebih aktif saat fase NREM
dibandingkan pada saat bangun.
3. Locus Coeruleus
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat Noradrenergik.
Locus Coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi parsial pada fase NREM serta inaktif
pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk menginhibisi aktivtas dari LDT/PPT, jugaa
aktivitas dari bagian ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik.
4. Nucleus Raphe
Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian yang terpenting
dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif saat bangun, tersupresi
secara parsial saat NREMdan inaktif saat REM. Kinerjanya di inhibisi oleh neuron GABA-ergik
serta jika aktif, berfungsi menghambat aktivitas LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke
hipotalamus. Diduu4ga nukleus ini memliki kontribusi terhadap respon motorik, otonom serta
status emosional saat perubahan dari tidur ke bangun (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong,
2008).
bagian dorsal dari tegmentum pons serta bersifat kolinergik. Aktivasinya diinhibisi oleh locus
Coeruleus, nucleus raphe dan nucleus tubero-mammilary serta berfungsi menghubungkan area-
area di batang otak dengan thalamus. LTD/PPT ini merupakan generator dari siklus REM, juga
berkontribusi terhadap komponen visual dari mimpi dan halusinasi. Jika nukleus ini aktif, maka
akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus dan nukleus raphe (Shneerson, 2005).
6. Sistem mesolimbik
Sistem ini berasal dari area sentral dari tegmentum mesencephalon, serta memiliki
proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik yang meliputi ami4dala
,hipokampus sertanukleus retikularis thalami. Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat
menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang didapat (Posner, 2007, Shneerson,
2005).
Nuklei ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat histaminergik
dan hanya menerima input afferen dari ventrolateral preopticnucleus (VLPO) dan sistem oregin
yang berasal dari hipotalamus bagian lateral.Nukleus ini berfungsi mengnhibisi VLPO dan
LDT/PPTserta bersifat aktif saat bangun, tersupresi parsial pada fase NREM dan inaktif saat fase
REM (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
8. Nuklei perifornical
Bagian ini terrletak di lateral dari hipothalamus, berfungsi mensekresi orexin (hipokretin).
Nukleus-nukleus ini memiliki fungsi eksitatorik pada pusat aminergik di batang otak yakni
Locus Coeruleus dan nuklei raphe serta inhibisi terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada saat
fase wakefulness dimana juga berfungsi melimitasi durasi fase REM (Posner, 2007, Shneerson,
2005).
Area ini terletak di anterior dari thalamus, dimana merupakan pusat integrasi dari
homeostasis dan ritme sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang letaknya berdekatan
dengan SCN, dimana fungsi dari area ini adalah sebagai reseptor osmotik penghasil arginin
vasopressin (AVP) (Shneerson, 2005).
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi tidur-bangun
(Shneerson, 2005).
Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari ventrikel III dan bersifat GABA-ergikk.
Nukleus ini menerima input dari SCN dan
memproyeksikannya ke neuron kolinergik di basal dari lobus frontalis dan nuklei perifornical.
Nukleus ini aktif saat tidur, terutama fase NREM fase 3dan 4 (Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
Letaknya berdekatan dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian ini kemudian akan
secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur (melaly VMPO), perilaku
dan fungsi endokrin (Chiong, 2008, Aminoff, 2008)
15. Nukleus Dorsomedial
Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta memberikan proyeksi ke
nukleus paraventrikuler dan nukleus perifornikal dan berperan dalam inhibisi VLPO , pengaturan
suhu tubuh, perilaku makan dan keterjagaan. (Carney, 2005, Shneerson, 2005, Chiong, 2008).
Lokasinya terdapat pada area preoptik dari hipotalamus. Terdiri atas nukleus-nukleus
penting yang peran penting dalam proses tidur (Shneerson, 2005).
18. Neuron yang berkaitan dengan Amigdala, Nukleus Accumbens dan Ventral Puntamen
glutamat atau galanin sebagai transmitter (Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Aminoff, 2008).
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi emosional seseorang
terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan
adaptif. Area-aea yang termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus
para-hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbito-frontal di korteks
prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada saat REM. Bagian dari sistem
limbik yang terletak di substansia grisea dari periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang
mempengaruhi kinerja dari saraf simpatis (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005).
20. Thalamus
Thalamus merupakan stasiun relay yang terahkir yang menghubungkan jaras informasi dari
reseptor ke korteks serebri, kecuali input yang berasal dari regio olfaktorius, sebaliknya pula
aktivitas dari thalamus ini sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki beberapa
kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari thalamus yang memegang peranan penting dalam
proses keterjagaan, bagian ini terdiri atas kelompok neuron eksitatorik yang berfungsi
menghasilkan glutamat serta kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan GABA, Neuron
intratalamikus yang berfungsi memodifkasi aktivitas dari thalamus sedangkan nukleus-nukleus
thalamus yang lainnya membentuk jaras proyeksi thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007,
Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Aminoff, 2008).
1.3.1 Fisiologi
Pengaturan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk
mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat
tidur dan bangun, salah satu aktiftas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis.Pusat
pengaturan aktifitas tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS
( reticular activating system ) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dan korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan
proses piker. Pada saat tidur kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari
sel-sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah yaitu ( bulbar synchronizing
regional ) ,ketika bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan
sistem lymbik. Dengan demikian sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan
dalam tidur adalah RAS ( reticular activating system ) dan BSR( bulbar synchronizing region)
1.4 Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam . Selain siklus tidur/terjaga
tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat(NREM- Non
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari keadaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4 . Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutann fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan rsponsif, baik secara fisiologi maupun psikologi . Tahap 5 disebut
tidurdengan gerak mata cepat(REM- RapidEye Movement) . Tahap tidur REM dikarakteriskan
dengan meningktnya level aktivita dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM
berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.(Tarwoto dan
Wartonah,2010).
Merupakan tahap transisi dari keadaann sadar menjadi tidur. Erlangsung beberapa menit saja dan
gelombang otak menjadi lambat.Tahap I ini ditandai dengan :
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus-menerus . Berlangsung 1—20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai
dengan :
e) EEG: timul gelombang beta frekuensi 15-18 siklus/detik yang disebut gelombang tidur
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak.Tahap ini berlangsung 15-30 menit . Tahap III ini ditandai
dengan:
4) Tahap IV
Tahap tidur nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan:
a) Jarak bergerak dan sangat sulit dibangunkan
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol)
e) Ditadai oleh respons otono yaitu denyut jantug dan pernapasan yag berfluktuasi, serta
peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi
f) Metabolisme meningkat
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rta-rata 20 menit
f) Sekresi gaster:meningkat
1. sering terbangun ditengah malam atau bangun sangat pagi 2.bangun tidur dengan tubuh yang
lelah
4. masalah dalam memperhatikan, sulit fokus pada tugas-tugas, dan sulit mengingat
1.6 Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 aspek :
1.6.2Penatalaksanaan keperawatan
(1) mengidentifikasi faktor penyebab dan mengatasi masalah tidur. Faktor ligkungan
rumah sakit dan penyebabnya
(2) mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang mengganggu tidur
(3) meningkatkan aktifitas pada siang hari
(4) membuat pasien untuk induce sleep
(5) melakukan personal hygiene , seperti menggosok gigi, membasuh muka,
membersihkan tempat tidur
(6) mengurangi potensial injuri selama tidur
(7) memberikan pendidikan kesehatan dan rujukan
1.7 Komplikasi
1. Efek psikologis.
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi,
depresi, dansebagainya.
2. Efek fisik/somatik.
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi,dan sebagainya.
3. Efek sosial.
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada
lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
4. Kematian.
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit
dari orang yang tidur 7-8 jamsemalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang
menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidupatau karena high arousal
state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinansembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomniamemiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalamikecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal. (NANDA, 2018).
1. 8 Pathway
Faktor Lingkungan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Missalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat
dan tidur.
2. Lingkungan
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, danging dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang cepat tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol dapat menggangu tidur.
5. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
6. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula yang
sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur
REM.
(Asmadi, 2008)
Deskripsi Pathway
Kecemasan adalah respon normal dalam menghadapi situasi sulit faktor prisikologisnya
merangsang sistem lembing pengaturan sistem emosi untuk meningkatkan pengeluran
katekolamin samahalnya dengan faktor lingkungan merangsang sensori perifer untuk
meningkatkan pengeluran serotonin. Nyeri akut gangguan eliminasi urin hipertermi faktor
fisiologis jugak merangsang kortek serebrang untuk meningkatkan pengeluaran serotong
merangsang sistem Aktivasi retikuler SAR untuk menurunkan pengeluaran serotanin Bangun 3
kali atau lebih dimalam hari, insomnia, ketidakpuasan tidur, total waktu kurang, kebiasaan buruk
saat tidur dan keluhan verbal lainnya itu semua termasuk pada gangguan pola tidur
2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Intervensi utama
dukungan tidur memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
2. Tindakan keperawatan
- observasi
1.Intervensi utama
Reduksi Ansietas
meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman
2. Tindakan keperawatan
a) observasi
1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( mis, kondisi, waktu, stressor)
2) identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
b) mandiri
1) ciptakan Susana terpeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3) pahami situasi yang membuat ansietas
4) dengarkan dengan penuh perhatian
5) gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6) tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
7) motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8) diskusikan perencanaan reslistis tentang peristiwa yang akan dating
c) edukasi
1) Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang mungkin dialami
2) informasikan secara factual mengenal diagnosis, pengobatan, prognosis
3) anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasiwn, jika perlu
4) anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5) anjurkan mengungkapkan perasaaan dan persepsi
6) latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7) latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8) latih teknik relaksasi
d) Kolaborasi
9) kolaborasi pemeberian obat antiansietas, jika perlu
2.4 Evaluasi
Ackiey, B. J., Ladwing, G. B., & Makic, M. B. F (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based guide to Planning Care. 11𝑡ℎ Ed. St. Louis : Elsevier.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012). Cox’s
Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women’s, Mental Health, Gerontic,
and Home Health Considerations. 6𝑡ℎ Ed. Philadelphia:
F.A. Davis Company.
A.Aziz Alimul Hidayat, 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika