Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN


KARIR REMAJA PADA SISWA DI SMA 19 KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2022

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan

Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

DINA MELIYANI

NIM : 18215051

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Yatsi Tangerang

Jl. Arya Santika No. 40 A, Bugel, Margasari, Karawaci Kota Tangerang 151113

Telp: ( 021 ) 55726558/55725974 Fax: ( 021 ) 33352518

Email: stikesyatsi@yahoo.com

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
peneliti dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI
KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA PADA SISWA
DI SMA 19 KABUPATEN TANGERANG” dengan tepat waktu. Tidak lupa saya mengucapkan
terima kasih kepada: Ningsih, SE., MM selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodelogi
Penelitian.
Proposal ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi stara satu untuk memperoleh
gelar sarjana keperawatan di STIKes YATSI Tangerang.
Mengetahui keterbatasan pengetahuan penulis miliki, maka dalam menyusun proposal
ini, tidak lepas dari peranan berbagai pihak, baik moril maupun spiritual, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarnya kepada : Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan dan kesabaran dalam menyelesaikan proposal ini. Kedua orang
tuaku yang tercinta ibu dan Ayah yang tiada hentinya memberikan dukungan, bantuan, nasehat,
semangat dan do’a selama penulis menjalani pendidikan dan pembuatan proposal ini.

Tangerang, 14 Maret 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah salah satu aktivitas dasar manusia sebagai manusia sosial, karena
manusia saling membutuhkan orang lain berpartisipasi secara sadar atau tidak sadar komunikasi
harian. Effendi (2011: 9) menyebutkan komunikasi dapat diartikan sebagai kesamaan makna
antara apa yang orang bicarakan. Ada dua cara komunikasi, yaitu komunikasi satu arah dan
komunikasi dua arah. Komunikasi satu bila hanya penerima pesan atau berikan saja informasi,
tidak ada timbal balik antara kedua belah pihak suka menonton berita dan mendengarkan radio di
TV komunikasi dua arah terjadi ketika ada penyedia informasi dan penerima informasi, terjadi
timbal balik antara keduanya misalnya, dua orang atau lebih sedang berbicara atau bahas.

Komunikasi yang efektif akan membuat aktivitas manusia berfungsi dengan baik. Saat
berkomunikasi tidak terjalin dengan benar dapat menyebabkan penyimpangan lakukan aktivitas
sehari-hari, baik di rumah, sekolah atau tempat kerja Universitas, perusahaan, dan tempat
lainnya. Oleh karena itu, komunikasi memegang peranan penting dalam komunikasi manusia.
kelancaran kehidupan sosial.

Untuk pertama kalinya manusia menyadari bahwa keluarga yang masih dalam
kandungan atau janin, mengundang pertukaran calon ibu dan calon ayah janin dapat berbicara,
bercerita, dan mengirim pesan informasi etika yang baik, komunikasi akan terus berlanjut sampai
janin lahir dan menjadi manusia baru yang siap berkomunikasi keterusterangan dan timbal balik
dalam komunikasi. Oleh keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, dan membentuk
karakter, dan kembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam dirinya beberapa jenis pola.

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi di dalam keluarga keluarga, ini
adalah cara untuk anggota keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, selain
berkomunikasi keluarga sebagai wadah pembentukan dan pengembangan nilai nilai-nilai perlu
dijadikan pedoman hidup. Agar anak-anak bisa ketika dia menjalani hidupnya di masyarakat, apa
jadinya jika tidak ada pola komunikasi keluarga harmonis pasti akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai cara hubungan antara dua orang atau
lebih untuk mengirim dan menerima pesan dengan cara tertentu sehingga informasi yang
diharapkan dapat dipahami. (Jamara, 2004: 1). Modus komunikasi keluarga merupakan salah
satu faktor penting. karena keluarga adalah lembaga sosial pertama yang dikenal anak dalam
proses sosialisasi.

Model komunikasi keluarga berperan dalam menerima berita dan umpan balik antar
anggota keluarga. Devito (2007: 277-278) mengungkapkan bahwa ada empat mode
komunikasi keluarga, mode komunikasi setara, komunikasi seimbang terpisah, mode
komunikasi tidak seimbang terpisah, dan mode komunikasi monopolistik. Misalnya, dalam
model komunikasi monopoli, hanya satu orang yang berhak memutuskan keluarga. Hal ini
membuat anggota keluarga lainnya tidak memiliki hak untuk menyampaikan pendapat atau
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada komunikasi keluarga, yang
seringkali merupakan komunikasi satu arah. Nilai juga ditanam dan dikembangkan, nilai
ditanamkan oleh pemegang saham dengan kekuasaan mutlak, dan diikuti oleh anggota keluarga
lainnya, karena komunikasi yang terjadi hanya berupa instruksi atau perintah. Dalam sebuah
keluarga, ada berbagai cara komunikasi, seperti suami dan istri dan ayah anak, istri dan suami,
ibu dan anak, anak dan orang tua, saudara ke saudara, saudara ke saudara. Karena perbedaan
cara komunikasi ini terkadang membuat komunikasi antar pribadi tidak berlangsung harmonis.
Hubungan interpersonal tidak harmonis, dan ada kecenderungan salah satu pihak merasa lebih
unggul dari yang lain oleh karena itu, diperlukan suatu cara komunikasi dan komunikasi keluarga
hubungan interpersonal yang mendalam.

Keluarga merupakan kelompok sosial abadi yang berdampak besar terhadap


pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak (Gunnarsa dan Gunarsa, 2004:26). Keluarga
adalah lingkungan pertama yang didapat anak sejak lahir, ketika keluarga dapat membawanya,
keluarga berperan dalam menumbuhkan kemampuan pengambilan keputusan anak, keluarga
berperan sebagai pengontrol, fasilitator, memberikan nasehat dan membimbing anak untuk
membuat keputusan sendiri. pilih. Hal ini sejalan dengan salah satu fungsi keluarga sebagai
fungsi sosialisasi dan pendidikan (Delapan Fungsi Keluarga BKKBN, 2013). Fungsi sosialisasi
dan pendidikan dalam keluarga adalah untuk meningkatkan fungsi kognitif, membentuk
karakter anak, membedakan yang benar dan yang salah, dan cara hidup yang benar di
lingkungan yang salah.Dua fungsi ini dapat terbangun melalui komunikasi antarpribadi antara
orang tua dan anak melalui tatap muka yang terjalin dalam ruang lingkup kecil (Pace dalam
Cangara, 2016).

Komunikasi interpersonal menjadi cara untuk menciptakan sebuah makna dan identitas
melalui interaksi sosial (Baxter, 2004 dalam Braithwaite & Schrodt, 2015). Dalam penelitian ini,
makna tersebut dihasilkan melalui percakapan singkat secara tatap muka dan bisa berkembang
menjadi suatu diskusi apabila percakapan semakin serius mengenai pilihan jurusan dengan
suasana yang bersahabat dan informal. Sedangkan identitas tersebut ditunjukkan melalui pilihan
jurusan yang diinginkan antara kedua belah pihak tersebut. Selain pembicaraan, keluarga pun
memiliki aturan dan nilai-nilai sosial yang mengikat anggota keluarga. Percakapan dan nilai-nilai
aturan yang dikembangkan melalui komunikasi interpersonal ini berhubungan dengan pola
komunikasi keluarga.

Pola komunikasi keluarga berfokus pada interaksi antara orang tua dan anak-anak
daripada interaksi diantara anak-anak atau orang tua, karena selama pertukaran antargenerasi
tersebut orang tua dapat menyosialisasikan anak- anak mereka dan mendefinisikan konsep
komunikasi keluarga (Koerner&Fitzpatrick, 2002). Koener & Fitzpatrick membagi dua dimensi
mendasar yang membedakan bagaimana keluarga berkomuni kasi dan telah dikaitkan dengan
fungsi keluarga, yaitu percakapan (conversation orientation) dan konformitas (conformity
orientation). Dimensi percakapan mengacu pada keluarga menciptakan lingkungan komunikasi
dimana seluruh anggota keluarga didorong untuk berpatisipasi tanpa adanya batasan waktu dan
berbicara dalam berbagai topik. Terkait dengan pengambilan keputusan karir, orang tua dan anak
saling bertukar pendapat, ide, pengalaman tentang kesulitan dalam pengambilan keputusan
pemilihan jurusan. Beberapa keluarga dapat mengambil keputusan dan menghabiskan waktu
untuk sekedar mengobrol santai dan berdiskusi secara bersama-sama disebut intensitas
percakapan tinggi (high conversation). Namun juga beberapa keluarga dapat menerapkan
keputusan hanya dari satu pihak saja dan jarang menghabiskan waktu bersama sehingga
kurangnya interaksi disebut percakapan rendah (low conversation) (Koerner & Fitzpatrick,
2002). Dimensi konformitas mengacu pada sejauh mana keluarga menekankan iklim
homogenitas, sikap, nilai dan kepercayaan, orang tua yang memberikan arahan dan bimbingan
kepada anak mengenai pilihan jurusan. Konformitas tinggi keluarga menekankan pada nilai
tradisional disertai nilai dan kepercayaan yang tinggi. Sementara konformitas lemah lebih
bersifat individualitas, oleh karena itu keluarga memberikan ruang untuk anaknya sendiri
memilih jurusan yang diinginkan dan tepat, dalam hal ini orang tua percaya pada kemandirian
anggota keluarga (Koerner & Fitzpatrick, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini
adalah “ Apakah ada hubungan pola komunikasi keluarga terhadap pengambilan keputusan
karir remaja pada siswa SMA 19 Kabupaten Tangerang”

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana hubungan pola komunikasi orang tua dan anak terhadap pengambilan
keputusan karir remaja pada siswa SMA 19 Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam menentukan karir
remaja pada siswa SMA 19 Kabupaten Tangerang?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola komunikasi keluarga terhadap pengambilan keputusan
karir remaja pada siswa SMA 19 Kabupaten Tangerang?

1.4.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui pola komunikasi orang tua dalam menentukan karir anak?

2. mengetahui komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam menentukan


perencanaan
karir?

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada penulis untuk
menerapkan dan memperluas wawasan tentang komunikasi interpersonal orang tua dan anak
dalam menentukan karir, sehingga dapat digunakan untuk mengacu pada hasil penelitian.

1.5.2. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa untuk bahan
acuan refleksi diri dan referensi dalam menyelesaikan masalahnya sehingga siswa mampu
memahami dirinya sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik.

1.5.3. STIKes YATSI


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi sebagai sumber
informasi atau referensi tambahan mengenai hubungan pola komunikasi keluarga terhadap
pengambilan keputusan karir remaja, sehingga diharapkan seluruh civitas akademik
khususnya mahasiwa dapat menjadikan hasil penelitian ini dengan dasar dalam
pengembangan penelitian mengenai pola komunikasi keluarga terdapat pengambilan
keputusan karir.

Anda mungkin juga menyukai