ESSAY

“PEMBERIAN VITAMIN C DAN VITAMIN E TERHADAP LAMA SIKLUS

ESTRUS TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR BETINA YANG DIBERI
RHODAMIN B”

Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran

penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin dapat
mengakibatkan terganggunya kesehatan. Karena itu diperlukan asupan harian dalam
jumlah tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan asupan
vitamin per hari untuk perawatan kesehatan ditentukan oleh RDA ( Recommended
Daily Allowance) (Yulianti, 2009).
Vitamin C merupakan nutrien yang sangat bermanfaat untuk tubuh manusia.
Vitamin C atau asam askorbat berperan dalam pembentukan kolagen, norepiperin,
hormon peptida, dan tirosin. Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang efektif
untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Vitamin C dapat dianggap sebagai indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas nutrisi selama proses dan
penyimpanan makanan. Vitamin C merupakan vitamin yang dapat larut didalam air,
sedikit larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam kloroform, eter, dan benzena.
Vitamin C merupakan senyawa labil karena sangat mudah terdegradasi oleh enzim
dan oksigen terlarut (Devianti, dkk. 2018).
Vitamin E (α-Tokoferol) merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh manusia
karena diperlukan untuk pencegahan gejala defisiensi vitamin E, termasuk neuropati
perifer dan anemia hemolitik. Vitamin E juga merupakan antioksidan kuat yang larut
dalam lemak, pemecah rantai. Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan dengan cara
membersihkan radikal hidroperoksil lipid. Pada tingkat tinggi, vitamin E dapat
mengganggu pembekuan darah dengan mengganggu sintesis vitamin K dan siklus
redoks, yang dapat bermanfaat pada beberapa individu tetapi menimbulkan risiko
kesehatan pada orang lain. Banyak uji coba suplementasi vitamin C dan E, yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi stres oksidatif dan PUT, gagal
menunjukkan efek menguntungkan pada titik akhir klinis pada gangguan medis yang
terkait dengan peningkatan tingkat stres oksidatif (Traber, dkk. 2011).
Antioksidan dapat mengikat atau memberikan 1 elektron kepada radikal
bebas. Antioksidan yang dapat melawan efek tersebut adalah vitamin C dan vitamin
E. Vitamin C atau ascorbic acid dapat melawan efek dari radikal bebas, polusi,
senyawa toksik dan merupakan antioksidan utama yang larut dalam air, plasma, dan
jaringan. Vitamin C dapat mendukung daur ulang redoks α-tokoferol. Vitamin E
sebagai antioksidan telah terbukti dapat mempengaruhi ketebalan endometrium dan
mengobati wanita dengan masalah infertilitas. Kombinasi dua vitamin tersebut juga
menimbulkan sistem pertahanan melalui pemutusan reaksi radikal ( Setiawati, dkk.
2019).
Vitamin C memiliki 1 molekul askorbat anion (AsCH- ) yang merupakan
donor antioksidan utama bereaksi dengan radikal bebas. Beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa vitamin C dapat meningkatkan kadar progesterone pada wanita
infertil, menurunkan kadar MDA pada testis, meningkatkan FSH dan LH. Vitamin E
adalah vitamin yang larut lemak, bekerja dalam membran sel, dan dapat mereduksi
O2 - , H2O2, dan OH dengan memutus rantai ikatan radikal selama proses
peroksidasi lipid. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa vitamin E kurang
efektif dalam menurunkan hiperglikemia pada reproduksi pria, apabila dibanding
dengan vitamin C, maupun gabungan kedua vitamin, vitamin C lebih protektif
dibanding vitamin E (Setiawati, dkk. 2019).
 DAFTAR PUSTAKA

Devianti, V.A & R.K. Wardhani. 2018. Degradasi Vitamin C dalam Jus Buah dengan
Penambahan Sukrosa dan Lama Waktu Konsumsi. Journal of Research and
Technology. 4(1):41-46.

Setiawati, M.D, L. Indahwati., & H. Khatimah. 2019. PENGARUH PEMBERIAN

VITAMIN C DAN VITAMIN E TERHADAP LAMA SIKLUS ESTRUS
TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR BETINA YANG DIBERI
RHODAMIN B. Journal of Issues in Midwifery. 3(3): 80-87.

Traber, M.G & J.F. Stevens. 2011. Vitamin C and E Beneficial effects from a
mechanistic perspective. Journal Free Radic Biol Med. 51(5): 1-31.

Yulianti, N. 2009. A To Z Food Supplement. C.V Andi Offset, Jakarta.