Anda di halaman 1dari 3

Hikayat

Sebermula ada seorang saudagar di negeri Ajam,

Bayan Khojah Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan tetapi


tiada ia beranak. Maka Khojah Mubarok pun minta doa, katanya, “Ya Tuhanku! Jikalah kiranya
aku beroleh anak, aku memberi sedekah makan segala fakir miskin dan darwis.” Hatta beberapa
lamanya ia bernazar itu, maka dengan takdir Allah hendak melimpahkan rahmat di atas hamba-
Nya, maka saudagar Khojah Mubarok pun beranaklah istrinya seorang laki-laki terlalu baik
rupanya. Maka Khojah Mubarok pun terlalulah sukacita hatinya. Maka dinamakannya anaknya
itu Khojah Maimun dan dipeliharakannya dengan sepertinya.
            Setelah datanglah umurnya Khojah Maimun lima tahun, maka terlalulah baik pekertinya
serta bijaksananya. Maka diserahkannya oleh bapaknya Khojah Maimun mengaji dan terlalu
fasih lidahnya serta banyak ilmu yang diketahuinya.
            Maka datanglah umur Khojah Maimun lima belas tahun, maka dipinangkan oleh Khojah
Mubarok anak seorang saudagar, amatlah kayanya, dalam negeri Ajam itu juga, dan anaknya itu
amatlah elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Maka Khojah Maimun itu pun dinikahkan dengan
anak saudagar itu. Maka duduklah Khojah Maimun berkasih-kasihan dengan istrinya Bibi Zainab
itu.
            Hatta beberapa lamanya Khojah Maimun beristri itu, kepada suatu hari ia pergi bermain-
main ke pekan, maka bertemu dengan seorang laki-laki membawa burung bayan jantan seekor.
Maka kata Khojah Maimun, “Hai laki-laki. Engkau jualkan burung itu?”

            Maka sahut laki-laki itu, “Jikalau sampai harganya, hamba jual juga.”
            Maka kata Khojah Maimun, “Berapa harga-nya?”
            Maka kata laki-laki itu, “Seribu dinar bayan hamba ini harganya.”
            Maka tersenyumlah Khojah Maimun, lalu ia bertanya, “Adakah orang mau membeli
burung yang segenggam ini seribu dinar? Layaknya unggas ini makanan kucing juga.

            Setelah bayan itu mendengar kata Khojah Maimun, maka katanya, “Hai Khojah Maimun!
Sungguhlah hamba ini sekeal, tetapi hati hamba di mana tuan hamba tahu? Akan sekamu alam
ini di bawah tilik hamba dan hamba ini bukannya seperti unggas yang lain; tetapi bukan hamba
ini daripada unggas surga dan bukan daripada bangsa makaikat, dan bukan hamba daripda jin,
tetapi hamba Allah ta’ala, senantiasa memuji-muji Allah azza wajalla; dan akan hati hamba ini,
yang akan datang sepuluh hari, sudah hamba ketahui sebarang halnya. Adapun akan sekarang ini
tiga hari lagi datanglah kafilah dari negeri Babal hendak membeli dagangan yang bernama
sanbal-sanbal. Jikalau tuan hamba mau membeli hamba, bertanggulah dahulu kepada orang yang
menjual hamba ini, dan Tuan hamba kampungkanlah sanbal dalam negeri ini, apabila datang
kafilah-kafilah itu, tuan hamba juallah insya Allah dari pada laba sanbal itulah tuan belikan
hamba.”
            Setelah Khojah Maimun mendengar kata bayan itu, terlalulah sangat sukacitanya, seraya
katanya kepada laki-laki itu, “Tuan hamba berikanlah hamba burung ini; dari hal harganya
hamba minta bertangguh dahulu.”

            Maka kata orang itu, “Ambillah oleh tuan hamba.”

            Maka Khojah Maimun mengambil bayan itu, dibawanya kembali ke rumahnya, serta
diperbuatkannya sangkaran terlalu indah-indah. Setelah sudah, maka Khojah Maimun pun
menghimpunkan dagangan yang bernama sanbal itu, mana-mana yang ada di dalam negeri  Ajam
itu harus dibelinya. Hatta datang ketiga harinya maka datanglah kafilah dari negeri Babal hendak
membeli dagangan sanbal beberapa kafilah, tiada dapat tempat-tempat yang lain, hanyalah
kepada Khojah Maimun beroleh laba ganda berganda itu; maka dibayarkannya harga bayan itu.
            Hatta beberapa lamanya di antara itu, kepada suatu hari Khojah Maimun berjalan di
pekan; maka ia bertemu pula orang berjual bururng tiung betina seekor. Maka dibelinya oleh
Khojah Maimun, lalu dibawanya hampir sangkaran bayan itu juga.
            Alkisah ,akan diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini, adapun Khojah Maimun
selama ia beroleh dua ekor unggas itu, maka sehari-hari tiada khali emas datang bertimbun-
timbun seperti bukit. Maka akan Khojah Maimun itu, sehari-hari ia mendengarkan hikayat
daripada kedua ekor burung itu, berbagai-bagai yang ajaib dihikayatkannya.

Febria Helena Cahyani Agustin

X.C/12
KLIPING PENJASORKES PERMAINAN BOLA VOLI
KELAS X.C

SEKOLAH MENENGAH ANALIS KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

 Praka Yasiaro Hulu


 Dikda Yuhan Safrina
 Febria Helena C.A
 Sandra Monica

Anda mungkin juga menyukai