Maka sahut laki-laki itu, “Jikalau sampai harganya, hamba jual juga.”
Maka kata Khojah Maimun, “Berapa harga-nya?”
Maka kata laki-laki itu, “Seribu dinar bayan hamba ini harganya.”
Maka tersenyumlah Khojah Maimun, lalu ia bertanya, “Adakah orang mau membeli
burung yang segenggam ini seribu dinar? Layaknya unggas ini makanan kucing juga.
Setelah bayan itu mendengar kata Khojah Maimun, maka katanya, “Hai Khojah Maimun!
Sungguhlah hamba ini sekeal, tetapi hati hamba di mana tuan hamba tahu? Akan sekamu alam
ini di bawah tilik hamba dan hamba ini bukannya seperti unggas yang lain; tetapi bukan hamba
ini daripada unggas surga dan bukan daripada bangsa makaikat, dan bukan hamba daripda jin,
tetapi hamba Allah ta’ala, senantiasa memuji-muji Allah azza wajalla; dan akan hati hamba ini,
yang akan datang sepuluh hari, sudah hamba ketahui sebarang halnya. Adapun akan sekarang ini
tiga hari lagi datanglah kafilah dari negeri Babal hendak membeli dagangan yang bernama
sanbal-sanbal. Jikalau tuan hamba mau membeli hamba, bertanggulah dahulu kepada orang yang
menjual hamba ini, dan Tuan hamba kampungkanlah sanbal dalam negeri ini, apabila datang
kafilah-kafilah itu, tuan hamba juallah insya Allah dari pada laba sanbal itulah tuan belikan
hamba.”
Setelah Khojah Maimun mendengar kata bayan itu, terlalulah sangat sukacitanya, seraya
katanya kepada laki-laki itu, “Tuan hamba berikanlah hamba burung ini; dari hal harganya
hamba minta bertangguh dahulu.”
Maka Khojah Maimun mengambil bayan itu, dibawanya kembali ke rumahnya, serta
diperbuatkannya sangkaran terlalu indah-indah. Setelah sudah, maka Khojah Maimun pun
menghimpunkan dagangan yang bernama sanbal itu, mana-mana yang ada di dalam negeri Ajam
itu harus dibelinya. Hatta datang ketiga harinya maka datanglah kafilah dari negeri Babal hendak
membeli dagangan sanbal beberapa kafilah, tiada dapat tempat-tempat yang lain, hanyalah
kepada Khojah Maimun beroleh laba ganda berganda itu; maka dibayarkannya harga bayan itu.
Hatta beberapa lamanya di antara itu, kepada suatu hari Khojah Maimun berjalan di
pekan; maka ia bertemu pula orang berjual bururng tiung betina seekor. Maka dibelinya oleh
Khojah Maimun, lalu dibawanya hampir sangkaran bayan itu juga.
Alkisah ,akan diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini, adapun Khojah Maimun
selama ia beroleh dua ekor unggas itu, maka sehari-hari tiada khali emas datang bertimbun-
timbun seperti bukit. Maka akan Khojah Maimun itu, sehari-hari ia mendengarkan hikayat
daripada kedua ekor burung itu, berbagai-bagai yang ajaib dihikayatkannya.
X.C/12
KLIPING PENJASORKES PERMAINAN BOLA VOLI
KELAS X.C
DISUSUN OLEH :