Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH

APRIANA (AOA0190884)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

TAHUN AJARAN 2021


LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai oleh
kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, S.C&
Bare, B. G, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin
(Perkeni, 2011).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (ADA, 2010).

B. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya Diabetes Melitus tipe II.
Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas65 tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras

(Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).


C. Klasifikasi
Klasifikasi DM menurut Perkeni, 2011 adalah:
1. DM tipe 1 = destruksi sel beta pancreas umumnya terjadi defisiensi insulin
absolut sehingga mutlak membutuhkan terapi insulin. Biasanya
disebabkan karena penyakit autoimun atau idiopatik.
2. DM tipe 1 = bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai dominan efek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
3. DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat / zat kimia / iatrogenic
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
4. Diabetes mellitus gestasional

D. Patofisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun
pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin
berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu
megimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II (Smeltzer, S.C & Bare,
B. G, 2015).

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, yaitu:
1. Kadar glukosa puasa diatas normal.
2. Polyuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang ginjal terhadap
reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal).
3. Polydipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria).
4. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang.
5. Keletihan dan mengantuk
6. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, luka pada kulit yang sembuhnya lama.
(Chris Tanto,2014).

F. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat
defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih
300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk
mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki asidosis berat,
elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor `pencetus
Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet,
kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan
riwayat penyakit ginjal.
b. Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima
jumlah insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala
dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah
laku yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma).
(Ernawati, 2013).
2. Komplikasi jangka panjang
a. Komplikasi mikrovasker
Komplikasi mikrovaskuler yang terjadi yaitu retinopati diabetic,
komplikasi optalmologi yang lain, nefropati, dan neuropati
diabetes.Neuropati sensorik perifer berperanan dalam timbulnya cedera
pada kaki.Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada mekanisme
proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat mengalami cedera
pada kaki tanpa disadari.Neuropati otonom menyebabkan terjadinya
anhidrosis dan gangguan perfusi kaki, akhirnya kulit menjadi kering dan
dapat terbentuk fisura.(Chris Tanto, 2014).
b. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang terjadi yaitu penyakit arteri koroner,
penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.Gabungan dari
gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang
menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.Gangguan–gangguan ini
berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia
dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makrovaskuler diabetik
ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika yang terkena adalah
arteri koronariadan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark
miokardium.
(Ernawati, 2013).
G. Penatalaksanaan Medis
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.
1. Edukasi
Edukasi mengenai pengertian DM, promosi perilaku hidup sehat,
pemantauan darah mandiri, serta tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya perlu dipahami oleh pasien.
2. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat (45-65%), protein (10-20%).
Lemak (20-25%).Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama
untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/
hari.Jumlah kandungan serat ± 25 g/ hari, diutamakan jenis serat
larut.Konsumsi garam dibatasai bila terdapat hipertensi.Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±0,5 jam
yang sifatnya sesuai CRIEPE (continous, rhytmical, interval,
progressive, endurance training).Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, renang, bersepeda, dan mendayung.
4. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai
obat tunggal.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
(Perkeni, 2011)

Pathway Diabetes melitus

-Factor genetic Kerusakan sel Ketidakseimbangan


-infeksi virus beta pankreas produksi insulin
-Pengrusakan
imunologik
Defisiensi
Insulin

Glucagon DIABETES penurunan


meningkat MELITUS pemakaianglukosa
dalam sel
Risiko glukosa oleh sel Batas melebihi
Glukoneoge- ketidakstabilan hiperglikemia ambang ginjal
nesis kadar glukosadarah

Sel kekurangan bahan Polyuria Diuresis osmotik


Kehilangan
Merangsang elektrolit dalam
hipotalamus Neuropati sensori Anabolisme protein sel
perifer menurun

Pusat lapar dan haus


Dehidrasi
Klien tidak Kerusakan pada
merasakan sakit antibodi
Polydipsia dan
polypagia Kekurangan
Nekrosis luka Kekebalan tubuh volume cairan
menurun
Ketidakseimbanga
Gangrene
n nutrisi kurang
Risiko infeksi Keterbatasan kognitif
dari kebutuhan / interpretasi tidak
tepat
Kerusakan
integritas
jaringan Kurang
pengetahuan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :Ny.S
Umur :70 Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Suku/bangsa :Jawa/indosesia
Status :menikah
Agama :Islam
Pendidikan. :Smp
Alamat :polowijen
Diagnose :Diabetes mellitus
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: pasien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat kesehatan sekarang:pasein mengatakan sesak
napas,batuk,badan lemas,sering lapar,sering haus,dan sering kencing
Pasien mengatakan kakinya terasa kesemutan dan terasa berat untuk
berjalan,
3. Pemeriksaan fisik
a. TTV
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c

ANALISA DATA

No. Data fokus Etilogi Masalah keperawatan

1. Ds.:pasien Gangguam Ganguan eliminasi


mengatakan badan eliminasi urine urie b.d Kekurangan
terasa lemas,sering volume cairan
lapar,sering haus
dan sering kencing
Do.:
TTV
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c
Ds : Intoleransi aktifitas
2. Pasien mengatakan Intoleransi b.d gaya hidup kurang
pasien malas aktifitas gerak dan kelelahan
beraktifitas karena
merasa cepat lelah.
Pasien mengatakan
jika berjalan kaki
terasa berat dan
kesemutan
Do:
TTV
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c

Ds.: Resiko Resiko


3. Pasien mengatakan ketidakstabilan ketdiakstabilankadar
baru mengetahui kadar gula darah gula darah b.d
dirinya menderita diabetes mellitus
DM.
Pasien memgatakan
saat di rumah makan
banyak dan tidak
ada pantangan
makan.
Do.:
TTV
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c

No. Tangg Dx .keper Tujuan & Intervensi


al awatan kriteria hasil
1. 17/11/ Ganguan Tujuan : Observes:
2021 eliminasi Setelah -monitor status hidrasi(mis,ferkuensi
urie b.d dilakukan nadi,kekuatan nadi,akra,pengesian
Kekurang tindakan kapiler,tekanan darah.)
an keperawatan -monitor berat badan harian.
volume selama 1x24 -monitor berat badan sebelum dan
cairan jam sesudah dialysis.
diharapkan Terafautik:
volume -catatan intake –output dan hitung balans
cairan pasien cairan 24 jam
adekuat -berikan asupan cairansesai kebutuhan
bersih -berikan cairan intrvena
Kriteria Kolaborasi:
hasil: -kolaborasi pemberian diuretik,jika perlu
Mempertaha
nkan urine
output sesuai
dengan usia
dan berat
badan.
Tekanan
darah ,nadi
suhu tubuh
dalam batas
normal .
17/11/ Intolerans Tujuan : Observesi:
2021 i aktifitas Setelah -Identifikasi pola aktifitas tidur.
b.d gaya dilakukan -identifikasi faktor penggangu tidur (fisik
hidup tindakan atau psikologis)
kurang keperawatan -identifikasi makanan dan minumyang
gerak dan selama 1x24 menggangu tidur(missal
kelelahan jam makan kopi,the,alkohol,makanan mendekati
pasien dapat tidur,minum banyak air sebelum tidur)
bertoleransi -identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
terhadap Terafautik:
aktifitas -modifikasi
Kriteria linkungan(mis,pencayahan,kebisingansuh
hasil: u,matras,dan tempat tidur)
Berpastisipas -batasi watu tidur siang ,jika perlu
i dalam -fasilitas menghilangkan stressebelum
aktifitas fisik tidur.
tanpa disertai -tetapkan jadwal tidur rutin.
peningkatan Edukasi :
tekanan -jelaskan pentingnya tidur cukup selama
darah nadi sakit
dan RR. -Anjurkan menempati kebiasan tidur
Mampu -anjurkan faktor-faktoryang berkontribusi
melakukan terhadap gangguan pola tidur
aktifitas
sehari-hari
secara
mandiri
Kesimbanga
n aktifitas
dan istrahat
17/11/ Resiko Tujuan: Obsevasi :
2021 ketdiakst setelah -identifikasi kesiapan dan kemampuan
abilan dilakukan menerima informasi
kadar tindakan -identifikasi faktor-faktor yang dapat
gula keperawatan meningkatkan dan menurunkan motivasi
darah selama 1x24 pola hidup sehat dan bersih
b.d jam Terafautik:
diabetes diharapkan -sediakan materi dan media pendidikan
mellitus resiko kesehatan
ketidak -jadwalkan pendidikankesehatan sesuai
stabilan gula kesempakatan
darah -berikan kesempatan bertanya
menurun Edukasi:
Kriteeia Jelaskan faktor resikoyang dapat
hasil:- mempengaruhi kesehatan
-ajarkan perilaku hidup berih dan sehat.
-ajarkan strategi yang dapat
dilakukanuntuk meninkatkan perilaku
hidup berish dan sehat.

No. dx.keperawa Jam/tangal Implemtasi Evaluasi hasil


tan
1. Ganguan 17.00/ -mengkaji tekanan S:
eliminasi 17/11/2021 darah Pasien
urie b.d TD:120/90 mengatakan
Kekurangan -melakukan diet sudah merasa
volume teratur nyaman
cairan O:
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjukan
intervensi
2. Intoleransi 17.00/ -Mengkaji tekanan S:
aktifitas b.d 17/11/2021 darah mengatakan
gaya hidup TD:120/90 sudah mulai
kurang -Melakukan olah raga melakukan
gerak dan rutin di pagi hari aktifitas dengan
kelelahan -Melakukan aktifitas baik
dengan rutin O:
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
3. Resiko 17.00/ -mengkaji tekanan S:
ketdiakstabil 17/11/2021 darah Pasien
an kadar TD:120/90 mengatakan
gula darah -mengurangi makan sudah membaik
b.d diabetes selama tidak
mellitus makanan yang manis makan makanan
- manis
O:
TD:120/90
RR:30x/menit
BB:64
S :37,5 c
A:masalah
teratasi
P:
Intervensi di
hentikan

Anda mungkin juga menyukai