Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA OTITIS MEDIA AKUT

(OMA)

Oleh :
KELAS B14-B
KELOMPOK 4 :

1. Ni Luh Evayani (213221278)


2. Komang Aditya Wedayana (213221279)
3. Ni Wayan Astini (213221280)
4. Ni Luh Ria Anggreni (213221281)
5. Ni Putu Elvian Febriana Putri (213221282)
6. Ni Made Sri Regiantari (213221283)
7. Ni Nyoman Tri Ariwangi (213221284)
8. Ni Luh Putri Kristina Mellani (213221285)
9. Putu Febya Mia Kalista (213221286)
10. Komang Putri Ayu Wikanti Riski (213221287)
11. Cok Istri Widyastri Dewi (213221288)
12. Ni Made Mezha Anindya P. (213221289)
13. I Gede Dwiyasa Sugiharta (213221290)
14. Ni Kadek Sumalini (213221291)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Laporan Pendahuluan pada Otitis Media Akut (OMA)” ini tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
dan sumber data yang kami peroleh terbatas maka makalah ini jauh dari sempurna.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini,
kami berharap semoga makalah ini ada manfaatnya bagi kita semua.
Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 24 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN.......................................................................3

A. Definisi...............................................................................................................3

B. Epidemiologi......................................................................................................3

C. Etiologi...............................................................................................................4

D. Patofisiologi........................................................................................................4

E. Patway................................................................................................................5

F. Stadium...............................................................................................................6

G. Gejala Klinis.......................................................................................................6

H. Diagnosis............................................................................................................7

I. Pemeriksaan Fisik...............................................................................................7

J. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang...................................................................8

K. Komplikasi.........................................................................................................8

L. Therapy...............................................................................................................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................11

A. Simpulan...........................................................................................................11

A. Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis media atau  infeksi telinga tengah banyak dijumpai dimasyarakat,


penyakit ini sangat berkaitan erat dengan infeksi saluran pernapasan atas. Oleh
karena itu otitis media banyak ditemukan pada bayi dan anak. Hal ini disebabkan
karena pada kelompok usia tersebut sangat rentan terhadap infeksi saluran
pernapasan atas, sehingga pertahanan tubuh terganggu dan merupakaan masalah
kesehatan yang utama. Karena lebih sering ditemukan pada bayi dan anak-anak
(Soepardi Efiaty Arsyad dan Nurbaiti Iskandar, 2001).
Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut pada mukosa telinga
tengah yang diikuti dengan pembentukan nanah (mukopus). Otitis media akut
paling banyak terjadi karena penyebaran infeksi lewat tuba  Eustachius (rinogen),
karena infeksi saluran pernafasan atas mukosa tuba Eustachius odem sehingga
fungsinya terganggu. Keadaan inilah yang mempermudah masuknya kuman ke
telinga tengah (Rukmini Sri, 2000).
Menurut Lawrence Green (1980) dikutip dalam Bet Smart (1997), faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya OMA dibagi menjadi tiga yaitu Faktor
predisposisi (predisposing factors) yakni dalam perilaku (pengetahuan, sikap dan
tindakan), persepsi, faktor pendukung (enabling factors) dalam sosial ekonomi,
ketersedian waktu dan faktor pendorong (reinforcing factors) terdiri dari sikap
petugas, peran keluarga, emosi.
Pada pasien OMA apabila tidak mendapat penanganan yang baik akan
mengakibatkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang paling berbahaya adalah
penjalaran penyakit kearah intrakranial seperti meningitis, karena dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan gangguan pendengaran akibat OMA dapat
memberikan kesulitan, misalnya sulit dalam mencari pekerjaan, kesulitan dalam
berkomunikasi dan kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu penanganan penyakit
yang dilakukan sedini mengkin akan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang

1
tidak diharapkan (Rukmini Sri, 2000). Untuk mencegah terjadinya komplikasi di
atas perlu mengenal tanda, gejala kekambuhan dan juga perilaku tentang
kebersihan telinga supaya terhindar dari terjadinya komplikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah laporan pendahuluan pada pasien dengan Otitis Media Akut
(OMA)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan pada dengan Otitis Media Akut
(OMA).

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium
telinga tengah(Mansjoer, 2001). OMA adalah infeksi atau inflamasi (peradangan)
di telinga tengah.
Otitis media akut (OMA) merupakan suatu infeksi akut pada mukosa
telinga tengah yang diikuti dengan pembentukan nanah (mukopus). Otitis media
akut paling banyak terjadi karena penyebaran infeksi lewat tuba  Eustachius
(rinogen), karena infeksi saluran pernafasan atas mukosa tuba Eustachius odem
sehingga fungsinya terganggu. Keadaan inilah yang mempermudah masuknya
kuman ke telinga tengah (Rukmini Sri, 2000).

B. Epidemiologi
Otitis Media Akut (OMA) pada anak-anak sering kali disertai infeksi
pada saluran pernapasan atas. Pada penelitian Zackronik dkk di Arab Saudi tahun
2001 terhadap 112 pasien infeksi saluran pernapasanatas (ISPA) (6-35 bulan),
didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi
seluruh dunia terjadinya Otitis Media berusia 1 tahun sekitar 62% sedangkan
anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83% (Zackzouk,2001). Di Amerika Serikat
diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum
usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.
Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia 10
tahun. Insiden OMA tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan dan
yang kedua pada waktu berusia 5 tahun bersamaan dengan anak masuk sekolah
(Abidin,2008).

3
Puncak usia anak mengalami OMA didapatkan pada pertengahan tahun
pertama sekolah, di Swedia mendapatkan 16.611 anak penderita OMA dan
didapatkan anak usia 7 tahun dengan prevalensi terbanyak. Resiko kekambuhan
otitis media terjadi pada beberapa factor, antara lain usia <5 tahun, otitis prone
(pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6 bulan terakhir), infeksi
pernafasan, perokok, dan laki-laki (Abidin, 2008; Cassellbrent, 2005).

C. Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke
dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila
terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi
saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi
adenoid) atau reaksi alergik (eg: rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan
sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus
influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

D. Patofisiologi
OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang
tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan
jaringan sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika
lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak
tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

4
E. Patway

5
F. Stadium
1. Stadium oklusi tuba eustachius
a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani
b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat
c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus
2. Stadium hiperemis
a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat
3. Stadium supurasi
a. Membran timpani menonjol ke arah luar
b. Sel epitel superfisila hancur
c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di
telinga tambah hebat
4. Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur
b. Keluar nanah dari telinga tengah
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak
5. Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal
kembali
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya
tahan tubuh baik.

G. Gejala Klinis
Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur
pasien.Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan
menetap.Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.Pada

6
anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50 oC,
gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.Gendang telinga
mengalami peradangan yang menonjol.Keluar cairan yang awalnya mengandung
darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang
telinga robek).

H. Diagnosis
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga tengah
dengan otoskop.
2. Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut :
a. Penyakitnya muncul mendadak (akut).
b. Ditemukannya tanda efusi (pengumpulan cairan) di telinga tengah.
Berikut tanda-tanda terjadi efusi :
1) Menggembungnya gendang telinga.
2) Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga.
3) Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga.
c. Adanya tanda-tada gejala peradangan telinga tengah yang
dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut :
1) Kemerahan pada gendang telinga
2) Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

I. Pemeriksaan Fisik
Lakukan Inspeksi, palpasi, perkusi dan  di daerah telinga, dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari
telinga, bagaimana warna, bau, dan jumlah. Apakah ada tanda-tanda radang.
1. Kaji adanya nyeri pada telinga
2. Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
3. Dada / thorak
4. Jantung
5. Perut / abdomen

7
6. Genitourinaria
7. Ekstremitas
8. Sistem integumen
9. Sistem neurologi
10. Data pola kebiasaan sehari-hari

J. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
1. Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendang
telinga dengan jelas).
2. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan   warna
gendang telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di
liang telinga.
3. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat
gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara. Untuk melihat
berkurangnya atau tidak ada sama sekali gerakan gendang telinga.
4. Timpanogram : untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan membran timpani.
5. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum dari
telinga tengah melalui membran timpani).

K. Komplikasi
Komplikasi yang serius adalah :
a. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau   petrositis).
b. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
c. Kumpulan pada wajah.
d. Tuli
Tanda-tanda terjadi komplikasi :
1. Sakit kepala
2. Tuli yang terjadi secara mendadak
3. Vertigo (perasaan berputar)

8
4. Demam dan menggigil

L. Therapy
OMA umurnya adalah penyakit yang sembuh dengan sendirinya dalam 3
hari tanpa antibiotic (80% OMA). Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam
atau terjadi perburukan gejala, antibiotic diberikan. American Academic of
Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi harus segera di
terapi dengan antibiotic sebagai berikut :
Usia Diagnosis Pasti Diagnosis Meragukan

< 6 Bulan Antibiotik Antibiotik

6 bulan – 2 tahun Antibiotik Antibiotik jika gejala berat,


observasi jika gejala
ringan.

2 tahun Antibiotik jika gejala berat, Observasi


observasi jika gejala ringan.

Gejala ringan            : nyeri telinga ringan dan demam < 39oC dalam 24
jam terakhir.
Gejala berat  : nyeri telinga sedang – berat / demam 39oC.
Diobati dengan antibiotik per-oral, yaitu dengan :
1. Amoxilin, atau penisilin dosis tinggi untuk penderita dewasa.
2. Phenilephrine (dalam obat flu) dapat membuka tuba eustachius.
3. Jika nyeri menetap atau hebat, demam, muntah, atau diare, dan tau jika
genang telinga menonjol. Dilakukan miringotomi.
4. Terapi bergantung stadium penyakit.

a. Stadium Oklusi
1) Untuk membuka kembai tuba eustachius, agar tekanan di telinga tengah
hilang.

9
2) Obat tetes telinga HCl efedrin 0,5% (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin
1% dalam fisiologis (anak > 12 tahun dan dewasa).
3) Antibiotik jika penyebabnya kuman.
b. Stadium Presupurasi
1) Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes hidung,
analgesik.
2) Miringotomi jika, membran timpani sudah terlihat hiperemis difus.
3) Pada anak diberikan ampisilin 4 x 40 mg/ kg BB/ hari, amoxilin
4x40mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kg BB/hari.
c. Stadium peforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat
sampai 3 minggu.
d. Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi
bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan terjadi
ruptus.
e. Stadium Resolusi
Bila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan berikan
antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga
tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnyasaluran/tuba
eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibatinfeksi bakteri
yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang
pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA pada anak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain:
StadiumHiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana
manifestasi dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh
klien. Terapi dari OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari
perjalanan penyakit OMA, dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang
dialami oleh klien, antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), hipertermi,
perubahan sensori persepsi pendengaran, kecemasan dan kurang pengetahuan.

B. Saran
Semoga laporan pendahuluan ini dapat dijadikan suatu refrensi atau
panduan bagi mahasiswa keperawatan khususnya atau kalangan umum
untuk membuat atau melanjutkan pendidikan selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar. 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan, Edisi III, Jakarta: FKUI.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta: EGC.

Doenges E. Marylin dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya

Rukmin, Sri dan Sri Herawati. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai