1. Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap lugas dan
jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan bisnisnya.
2. Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak
membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak sepantasnya dari
pihak lain, yang dapat mengurangi pertimbangan professional atau bisnisnya.
3. Kompetensi dan kehati-hatian professional
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional mewajibkan setiap Akuntan
Profesional untuk:
a. Memelihara pengetahuan dan keahlian professional pada tingkat yang
dibutuhkan untuk menjamin klien atay pemberi kerja akan menerima layanan
professional yang kompeten; dan
b. Bertindak cermat dan tekun sesuai dengan standar teknis dan professional
yang berlaku ketika memberikan jasa professional.
4. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan seluruh Akuntan Profesional untuk tidak
melakukan hal berikut:
a. Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis kepada pihak di luar Kantor Akuntan atau organisasi
tempatnya bekerja tanpa diberikan kewenangan yang memadai dan spesifik,
kecuali jika terdapat hak atau kewajiban secara hukum atau profesional untuk
mengungkapkannya; dan
b. Menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Skandal Garuda
Akuntan publik Kasner Sirumapea yang tergabung di dalam kantor akuntan publik
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan rekan (TSFBR) dijatuhi sanksi
pembekuan sementara surat tanda terdaftar. Sementara kantor akuntan publik,
yang merupakan anggota BDO International Limited, dikenakan sanksi terkait
standar profesional akuntan publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu (SPM)
sebagai regulator. Pelanggaran etik yang dilakukan akuntan publik dalam
memeriksa laporan keuangan pada PT. Garuda adalah melanggar 4 dari 5 kode
etik profesi yaitu integritas, kompetensi, perilaku professional, dan objektivitas.
Sumber: https://www.alinea.id/bisnis/manipulasi-keuangan-dan-ujian-kredibilitas-
akuntan-publik-b1Xjo9lzv
Olah Bathin
Terik matahari, seakan membakar kulit di siang hari, saya berjalan menuju basement
sebuah toko furniture di jl. A.P. Pettarani. Siang itu tampak sepi, angin berhembus
kencang, tapi tak juga bisa mengurangi panas dari terik matahari, sampailah saya di
parkiran, dimana saya memarkir kendaraan, setelah itu langsung menuju ke loket
pembayaran parkir. Di loket pembayaran parkir, saya melihat ada 2 anak kecil yang
sedang mengangkat keranjang dan beberapa botol yang berisikan air berwarna oranye,
yang menurut dugaanku, “Jalangkote mungkin ini dia jual” ucapku dalam hati. Kemudian,
saya langsung bergegas menyelesaikan urusan dengan loket pembayaran, dan langsung
memanggil 2 bocah tersebut untuk ikut bersama saya seraya mengindikasikan saya ingin
membeli dagangannya.
Tak lama berselang, kedua anak itu datang dan saya langsung mengatakan,
“Betulanki kak?”
Saya jawab,
Sesaat setelah saya berkata seperti itu, kedua anak kecil tersebut terlihat kegirangan,
berlompat-lompat di tempat, dan mata yang sedikit berkaca-kaca, melihat hal itu, saya
lantas melontarkan sebuah pertanyaan yang mengambang di kepalaku sejak tadi,
“Tidak sekolah kak, saya sama adekku ini putus sekolah karena tidak ada HP, orang
semua sekolah pakai HP mi sekarang”, jawab adek itu yang kemudian saya tau bahwa dia
adalah kakak.
Seketika mata saya berkaca-kaca, mendengar curahan hati dari adik itu, lalu kemudian
saya menanyakan berapa totalnya, dan membayar.
“Ini Dek, sisanya kau pake mi untuk beli obatnya bapakmu, tetap berbakti sama orang tua
nah”, ujarku.
Lalu kemudian saya kembali menutup kaca mobil dan melanjutkan perjalanan pulang
dengan perasaan sedih setelah mendengar cerita dari adik tadi, hal itulah yang membuat
saya semakin bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah saat ini dan semakin
menyadarkan saya akan pentingnya berbakti kepada kedua orangtua. Sekian cerita saya,
semoga menginspirasi.