Anda di halaman 1dari 9

Nama : Faizal Alimubin

NIM : 4122423120849

Prodi : S1 Akuntansi

Jawab:

1. Bidang keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama:

1. Keuangan Korporasi (Corporate Finance):

Melibatkan pengelolaan keuangan perusahaan atau organisasi. Ini mencakup pengambilan


keputusan investasi, pembiayaan, dan manajemen risiko untuk mencapai tujuan perusahaan.

Contoh Kegiatan: Penentuan struktur modal, pengelolaan kas, analisis investasi, penilaian perusahaan,
dan kebijakan dividen.

2. Keuangan Investasi (Investment Finance):

Berkaitan dengan pengelolaan investasi dan portofolio. Fokus pada analisis dan pengambilan
keputusan terkait aset keuangan untuk memaksimalkan pengembalian investasi.

Contoh Kegiatan: Manajemen portofolio, analisis risiko dan pengembalian, penilaian aset keuangan,
perdagangan saham, dan strategi investasi.

3. Keuangan Publik (Public Finance):

Menyelidiki keuangan sektor publik atau pemerintah. Melibatkan pengelolaan pendapatan,


pengeluaran, dan kebijakan fiskal untuk memastikan keberlanjutan keuangan pemerintah.

Contoh Kegiatan: Penyusunan anggaran publik, perencanaan pajak, manajemen utang publik,
kebijakan fiskal, dan pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah.

Ketiga bidang ini berperan penting dalam membentuk disiplin keuangan secara menyeluruh, dengan
masing-masing fokusnya sendiri tergantung pada lingkup dan kebutuhan spesifik dari organisasi atau
entitas yang bersangkutan.

2. a. Permodalan Pasif:

Merujuk pada sumber daya keuangan yang diperoleh perusahaan dari pihak luar. Ini mencakup
kewajiban dan modal asing yang dikelola oleh perusahaan.

Terdiri dari:

1. Utang Jangka Pendek: Kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu singkat, seperti hutang dagang.

2. Utang Jangka Panjang: Kewajiban dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun, seperti pinjaman
jangka panjang.
3. Modal Asing: Investasi yang diperoleh dari pihak luar dalam bentuk saham atau bentuk modal
lainnya.

b. Permodalan Aktif:

Merujuk pada sumber daya keuangan yang diperoleh perusahaan dari pemilik atau dari kegiatan
operasionalnya. Ini mencakup modal sendiri dan laba ditahan yang dihasilkan dari keuntungan
perusahaan.

Terdiri dari:

1. Modal Sendiri (Equity): Investasi pemilik atau pemegang saham dalam perusahaan.

2. Laba Ditahan: Keuntungan yang dibiarkan dalam perusahaan dan tidak dibagikan sebagai dividen
kepada pemilik.

3. Cadangan: Bagian dari laba yang dialokasikan untuk mengatasi risiko atau kebutuhan mendesak.

4. Laba yang Belum Direalisasi: Keuntungan yang belum direalisasi dari investasi atau aktivitas lainnya.

Permodalan pasif dan aktif adalah komponen kunci dalam struktur modal perusahaan, dan manajemen
yang efektif dari keduanya penting untuk menjaga keseimbangan keuangan dan keberlanjutan
operasional perusahaan.

3. a. Modal Kerja:

Modal kerja mencakup seluruh aset dan kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan untuk
mendukung operasional sehari-hari. Ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan segera dan mendukung keberlanjutan operasionalnya.

b. Tiga Konsep Modal Kerja:

1. Konsep Modal Kerja Bruto (Gross Working Capital):

- Merupakan selisih antara total aset lancar dan total kewajiban lancar.

- Ini mencakup semua elemen modal kerja tanpa memperhitungkan ketergantungan antar elemen
tersebut.

2. Konsep Modal Kerja Bersih (Net Working Capital):

- Merupakan selisih antara total aset lancar dan total kewajiban lancar.

- Mencerminkan sisa aset lancar setelah dikurangi kewajiban lancar.

3. Konsep Modal Kerja Kebutuhan (Working Capital Requirement):

- Fokus pada pemenuhan kebutuhan modal kerja untuk mendukung tingkat aktivitas tertentu atau
tingkat penjualan.
- Ini mencakup elemen-elemen tertentu yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan.

c. Jenis-Jenis Modal Kerja:

1. Persediaan (Inventory):

- Modal kerja yang diinvestasikan dalam barang-barang atau bahan baku yang masih harus diolah
atau dijual.

2. Piutang (Receivables):

- Modal kerja yang terikat dalam tagihan yang belum dibayar oleh pelanggan perusahaan.

3. Kas (Cash):

- Modal kerja yang diinvestasikan dalam bentuk kas atau setara kas.

4. Kewajiban Lancar (Current Liabilities):

- Hutang dan kewajiban lain yang jatuh tempo dalam waktu singkat.

5. Hutang Dagang (Accounts Payable):

- Kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pemasoknya.

Jenis-jenis modal kerja ini mencerminkan komponen-komponen utama yang membentuk posisi
keuangan perusahaan dan mempengaruhi likuiditas dan keseimbangan keuangan. Manajemen modal
kerja yang efektif penting untuk menjaga keberlanjutan operasional perusahaan.

4. a. Kebijakan Modal Kerja

Kebijakan Modal Kerja merujuk pada seperangkat keputusan dan pedoman yang ditetapkan oleh
perusahaan untuk mengelola aset dan kewajiban lancarnya dengan cara yang efisien. Tujuannya adalah
memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk menjalankan operasi sehari-hari tanpa mengalami
kesulitan likuiditas.

Elemen-elemen Kebijakan Modal Kerja:

1. Kebijakan Persediaan: Menetapkan tingkat optimal persediaan untuk menghindari kelebihan atau
kekurangan stok.

2. Kebijakan Piutang: Menetapkan syarat kredit dan kebijakan penagihan untuk mengelola piutang
dengan efektif.

3. Kebijakan Kredit Pemasok: Mengelola pembayaran kepada pemasok dan memanfaatkan periode
kredit yang diberikan dengan bijak.

4. Kebijakan Kas: Mengelola kas perusahaan dengan memantau aliran kas dan memastikan
ketersediaan dana yang cukup.

b. Manajemen Modal Kerja


Manajemen Modal Kerja adalah proses merencanakan, mengorganisasi, dan mengendalikan elemen-
elemen modal kerja perusahaan untuk memaksimalkan efisiensi dan keuntungan. Ini melibatkan
pengambilan keputusan terkait persediaan, piutang, dan kredit pemasok untuk mencapai keseimbangan
optimal antara likuiditas dan profitabilitas.

- Tujuan Manajemen Modal Kerja:

1. Likuiditas: Mempertahankan tingkat likuiditas yang memadai untuk memenuhi kewajiban sehari-
hari.

2. Rentabilitas: Mengoptimalkan keuntungan dengan mengelola modal kerja dengan efisien.

3. Risiko: Mengurangi risiko likuiditas dan risiko lainnya yang terkait dengan modal kerja.

- Aktivitas Manajemen Modal Kerja:

1. Pengelolaan Persediaan: Memastikan persediaan yang efisien dan optimal.

2. Pengelolaan Piutang: Menetapkan dan mengelola kebijakan kredit pelanggan.

3. Pengelolaan Kredit Pemasok: Mengelola ketergantungan pada utang dan memanfaatkan periode
kredit yang diberikan oleh pemasok.

4. Manajemen Kas: Memonitor dan mengelola arus kas untuk memastikan ketersediaan dana yang
cukup.

Manajemen Modal Kerja yang efektif membantu perusahaan mengoptimalkan penggunaan sumber
daya keuangan dan menjaga keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas.

5. 1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi:

Ini mencerminkan arus kas yang berasal dari kegiatan operasional sehari-hari perusahaan, termasuk
penerimaan dan pembayaran tunai yang terkait dengan penjualan barang atau jasa.

Contoh:

- Penerimaan tunai dari penjualan produk atau layanan.

- Pembayaran tunai untuk biaya operasional seperti gaji, listrik, dan bahan baku.

- Penerimaan atau pembayaran bunga dan pajak tunai.

2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi:

Ini mencakup arus kas yang timbul dari kegiatan investasi perusahaan, seperti pembelian dan
penjualan aset tetap atau investasi jangka panjang.

Contoh:
- Penerimaan tunai dari penjualan saham atau investasi lainnya.

- Pembayaran tunai untuk akuisisi aset tetap atau investasi jangka panjang.

- Penerimaan tunai dari divestasi atau penjualan aset tetap.

3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan/Pembiayaan:

Menyajikan arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan atau pembiayaan perusahaan, seperti
penerbitan saham, peminjaman, dan pembayaran dividen.

Contoh:

- Penerimaan tunai dari penerbitan saham atau obligasi.

- Pembayaran tunai untuk membayar pinjaman atau obligasi.

- Pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Laporan Arus Kas memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana perusahaan mengelola
dan memperoleh kasnya dari berbagai sumber dan kegiatan. Analisis laporan ini membantu pemangku
kepentingan untuk memahami sumber daya kas perusahaan dan seberapa baik perusahaan dapat
memenuhi kewajiban keuangannya.

6. Tahapan siklus penjualan kredit

Siklus penjualan kredit melibatkan beberapa tahapan dari awal transaksi hingga penerimaan
pembayaran. Berikut adalah tahapan umum dalam siklus penjualan kredit:

1. Pemesanan Barang atau Jasa:

- Pelanggan memesan barang atau jasa dari perusahaan.

- Informasi pesanan, termasuk harga dan jumlah, dicatat dalam sistem.

2. Pengiriman Barang atau Pelayanan:

- Barang atau jasa dikirim atau diberikan kepada pelanggan.

- Informasi pengiriman dicatat, termasuk tanggal pengiriman.

3. Penerbitan Faktur Penjualan:

- Faktur penjualan dibuat dan dikirimkan kepada pelanggan.

- Faktur mencantumkan detail transaksi, termasuk harga, jumlah, dan syarat pembayaran (misalnya,
n/30).

4. Penagihan dan Periode Kredit:

- Pelanggan diberi waktu tertentu untuk membayar faktur, sesuai dengan syarat kredit yang telah
disepakati (misalnya, n/30 artinya pembayaran harus dilakukan dalam 30 hari).
- Departemen penagihan dapat mengirimkan peringatan atau menghubungi pelanggan jika
pembayaran tidak diterima tepat waktu.

5. Penerimaan Pembayaran:

- Pelanggan membayar faktur sesuai dengan syarat kredit.

- Pembayaran dicatat dalam sistem keuangan perusahaan.

- Jika pelanggan membayar dengan cek atau transfer, proses penyelesaian transaksi mungkin
memerlukan beberapa hari.

6. Pemantauan dan Analisis Piutang:

- Perusahaan memantau piutang yang masih belum dibayar dan melakukan analisis kredit.

- Pelanggan yang sering terlambat atau gagal membayar dapat dikenakan kebijakan kredit yang lebih
ketat atau dikategorikan sebagai risiko kredit.

7. Penyesuaian dan Pembebanan Kerugian Piutang (jika diperlukan):

- Jika terdapat piutang yang diragukan dapat tertagih, perusahaan dapat membuat penyesuaian dan
membebankan kerugian piutang.

- Hal ini dapat mencakup penyisihan kerugian piutang atau penghapusan piutang yang tidak dapat
ditagih.

8. Pelaporan dan Analisis Kinerja Penjualan Kredit:

- Perusahaan melakukan pelaporan dan analisis terkait kinerja penjualan kredit.

- Evaluasi terhadap keberhasilan dalam mengelola piutang dan memperoleh pembayaran tepat waktu
dilakukan.

Siklus penjualan kredit merupakan proses yang penting dalam mengelola likuiditas perusahaan dan
membangun hubungan yang baik dengan pelanggan.

7. a. Periode Kredit:

Merujuk pada waktu yang diberikan kepada pelanggan untuk membayar faktur penjualan setelah
barang atau jasa diterima. Periode ini ditentukan dalam jumlah hari.

Contoh: Periode kredit "n/30" berarti pelanggan harus membayar dalam waktu 30 hari setelah tanggal
faktur.
b. Diskon/Bunga:

Menyatakan kebijakan diskon atau bunga yang diberikan kepada pelanggan berdasarkan waktu
pembayaran. Diskon dapat merangsang pembayaran lebih cepat, sementara bunga mungkin dikenakan
atas keterlambatan pembayaran.

Contoh: "2/10, n/30" berarti pelanggan dapat mendapatkan diskon 2% jika membayar dalam 10 hari;
jika tidak, pembayaran penuh harus dilakukan dalam 30 hari.

c. Standar Kredit:

Menyatakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelanggan untuk mendapatkan kredit. Ini
mencakup pemeriksaan kredit, latar belakang pelanggan, dan batasan kredit yang diberikan.

Contoh: Menetapkan batas kredit tertentu untuk setiap pelanggan berdasarkan evaluasi kredit mereka.

d. Kebijakan Penagihan:

Menetapkan prosedur dan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan jika pembayaran tidak
diterima tepat waktu. Ini melibatkan pemberian peringatan, penghentian kredit, atau tindakan hukum
jika diperlukan.

Contoh: Menentukan langkah-langkah penagihan, seperti mengirimkan peringatan pembayaran


tertunda setelah melewati batas waktu pembayaran.

Keempat unsur kebijakan penjualan kredit ini membantu perusahaan dalam mengelola risiko kredit,
memotivasi pelanggan untuk membayar tepat waktu, dan menjaga keseimbangan antara memberikan
kredit dan meminimalkan risiko tidak pembayaran.

8. Penjualan (Sales): 7.200 pasang sepatu

• Harga per pasang sepatu: Rp. 100.000,-

• Persediaan rata-rata (Average Inventory): Rp. 130.000.000,-

• Saldo piutang (Accounts Receivable): Rp. 40.000.000,-

• Pembayaran upah pekerja (Wages Payment): 30 hari

• Harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold): Rp. 432.000.000,- per tahun

• Saldo rata-rata hutang dagang (Average Accounts Payable): Rp. 36.000.000,-

a. Periode Konversi Kas Modal Kerja (Cash Conversion Period):


Cash Conversion Period=Periode Persediaan (Inventory Period)+Periode Piutang (Receivables Period)−Pe
riode Kredit Hutang Dagang (Payables Period)

Periode Persediaan

Periode Piutang
Periode Kredit Hutang Dagang

Dengan asumsi 360 hari dalam setahun:

Periode Persediaan=

Periode Piutang = 20

Periode Kredit Hutang Dagang =30

Cash Conversion Period=Rp. 108.333333+20−30=Rp. 98.333333

b. Kebutuhan Modal Kerja: Kebutuhan Modal Kerja= Rp. 130.000.000 + Rp. 40.000.000 − Rp.
36.000.000= Rp. 134.000.000

c. Cara Memperpendek Siklus Konversi Kas:

• Meningkatkan Perputaran Persediaan: Memastikan persediaan dijual dengan cepat atau


mengelola persediaan dengan lebih efisien.

• Meningkatkan Perputaran Piutang: Mempercepat pembayaran pelanggan atau memastikan


penagihan dilakukan lebih efisien.

• Memperpanjang Periode Kredit Hutang Dagang: Menegosiasikan periode kredit yang lebih lama
dengan pemasok.

9. 1. Penjualan Tunai:

• Penjualan rata-rata setiap tahun: Rp. 850.000.000

• Profit Margin: 15%

Pendapatan Bersih dari Penjualan Tunai:

Pendapatan Bersih=Penjualan×Profit Margin Margin=Rp.850.000.000×0,15=Rp. 127.500.000

2. Penjualan Kredit:

• Syarat penjualan n/60 dengan penjualan potensial hingga Rp. 1.200.000.000.

• Biaya dana: 16%

Perhitungan Biaya Dana:

Biaya Dana X Biaya Dana (tahunan)X Total penjualan kredit


Biaya Dana ×0,16×(Rp.1.200.000.000−Rp.850.000.000)=Rp.9.333.333.35

Pendapatan Bersih dari Penjualan Kredit:

Pendapatan Bersih=Rp. 850.000.000×15%=Rp. 127.500.000

Perbandingan antara pendapatan bersih dari penjualan tunai dan penjualan kredit akan memberikan
gambaran apakah perusahaan sebaiknya beralih ke penjualan kredit.

Jika pendapatan bersih dari penjualan kredit (setelah memperhitungkan biaya dana) lebih tinggi
daripada pendapatan bersih dari penjualan tunai, maka perusahaan mungkin dapat mempertimbangkan
untuk beralih ke penjualan kredit. Namun, jika biaya dana yang tinggi mengurangi keuntungan lebih dari
peningkatan penjualan, perusahaan mungkin akan lebih baik tetap pada penjualan tunai.

Anda mungkin juga menyukai