Anda di halaman 1dari 36

BAB III

PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)


a) Kegiatan – Kegiatan
1) Memfasilitasi pembentukan kelompok Dasawisma
2) Pemantauan kelompok Dasawisma
3) Peningkatan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi ketua
kelompok Dasawisma dan Kader melalui kegiatan pencatatan,
penyuluhan dan penggerakan.
4) Pengumpulan data melalui kelompok Dasawisma mengenai:
a) Jumlah Rumah Tangga:
(1) Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan;
(2) Ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayi;
(3) Menimbang balita setiap bulan;
(4) Menggunakan air bersih;
(5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun;
(6) Menggunakan jamban sehat;
(7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu;
(8) Makan sayur dan buah setiap hari;
(9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari; dan
(10) Tidak merokok di dalam rumah.
b) Jumlah keluarga BKB.

b) Posyandu
1) Jumlah Posyandu dengan kegiatannya yang terintegrasi dalam
layanan sosial dasar terpadu;
2) Jumlah kader Posyandu, dan kader lainnya;
3) Jumlah Ibu hamil, menyusui dan nifas;
4) Jumlah bayi 0-24 bulan dan anak 24-59 bulan;
5) Jumlah keluarga yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) terintegrasi dengan Posyandu; dan
6) Jumlah "Posyandu Aktif".

c) Revitalisasi Posyandu
Melaksanakan kegiatan pelayanan sosial dasar yang terintegrasi
sesuai dengan keperluan daerah:

1) Adanya dukungan kebijakan Pemda terhadap kegiatan dan


pengembangan Posyandu (anggaran, sarana, dan prasarana);
2) Hasil kegiatan dan dukungan data yang tersusun dalam SIP;
3) Pelatihan Kader;
4) Pembinaan oleh POKJANAL/POKJA Posyandu;

15
16

5) Pemberdayaan masyarakat di Posyandu;


6) Pemantauan pelaksanaan pencatatan pelaporan SIP di Posyandu;
7) Memberikan pelayanan kesehatan dasar;
8) Peningkatan ekonomi kader dan lain-lain sesuai situasi dan
kondisi daerah; dan
9) Pemanfaatan hasil tanaman lahan pekarangan untuk pengadaan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu.

d) Penyuluhan – Penyuluhan
1) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan;
2) Penyuluhan PHBS dan perilaku yang menjadi target
GERMAS;
3) Penyuluhan Gizi dan KIA;
4) Penyuluhan Ketahanan Keluarga dan Narkoba;
5) Penyuluhan Keluarga Berencana pada keluarga dan kelompok
remaja;
6) Penyuluhan tentang kanker leher rahim (IVATest) dan kanker
payudara;
7) Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Keluarga, Koperasi;
8) Penyuluhan Kesejahteraan Sosial;
9) Penyuluhan tentang Kepesertaan BPJS;
10) Penyuluhan Ketahanan Pangan;
11) Penyuluhan tentang Pendidikan dan Perkembangan Anak;
12) Penyuluhan Keagamaan;
13) Penyuluhan 10 Program Pokok PKK;
14) Penyuluhan Tentang Stunting;
15) Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Mengalir;
16) Penyuluhan Protokol Kesehatan pada masa Pandemi Covid-19
melalui media sosial Instagram dan Whatsapp Group.

Pelaksanaan kegiatan Tim Penggerak PKK Kabupaten


Bandung Barat dituntut tidak hanya berorientasi pada program dalam
bidang kesejahteraan bagi warga, pemberdayaan ketuanya dan
pemberdayaan perempuan saja, tetapi harus mampu
menyejahterakan dalam penyelanggaraan pengembangan. Kegiatan
10 Program Pokok PKK telah di laksanankan oleh Tim Penggerak
PKK Kabupaten Bandung Barat dengan mengacu pada program
kerja yang disusun pada tahun 2020.

1) Kegiatan Sekretariat
Administrasi Tim Penggerak PKK Kabupaten Bandung
Barat mengacu kepada hasil Rakernas VIII tahun 2015
1. Membuat surat permohonan perlengkapan ruangan
TP PKK
2. Membuat Surat Laporan Perkembangan Kegiatan/
Tahunan TP PKK Kab. Bandung Barat
17

3. Mengadakan Rapat Rutin pengurus TP PKK Kab.


Bandung Barat
4. Membuat pendaftaran peserta Rapat Koordinasi
Nasional PKK Th. 2020
5. Mengikuti Lomba kader PKK Tingkat Prov. Jawa
barat Tahun 2020
6. Mengikuti kegiatan pembinaan tertib administrasi,
kelembagaan, program intergrasi dalam
pemantapan dan hasil tanaman obat keluarga
7. Mengikuti persiapan kunjungan Tim Verivikasi
P2WKSS Tk. Prov. Jawa Barat
8. Mengikuti pelatihan pelaksanaan program gerak
PKK
9. Menghadiri Undangan rapat persiapan lomba balita
sehat Tk. Kab. Bandung Barat
10. Menghadiri Undangan Rapat Koordinasi di Ruang
Rapa DPMD
11. Menghadiri Undangan RAKOR Tingkat Prov.
Jawa Barat di Aula Kantor TP PKK Prov. Jawa
Barat.
12. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi 10
Program Pokok PKK dan 5 Lomba ke 16
Kecamatan se- Kab. Bandung Barat.

2) Kegiatan Pokja-Pokja PKK


1. Pokja I Tahun 2020
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Gotong
Royong
1) Menghadiri undangan pertemuan orientasi
ketahanan keluarga
2) Mengadakan acara sosialisasi TOT PAAR
Tingkat Kabupaten Bandung Barat dan
Mengikuti Kegiatan tersebut di Tingkat
Provinsi Jawa Barat
3) Mengadakan Sosialisasi Ketahanan Keluarga
Tingkat Kab. Bandung Barat dan Mengikuti
Kegiatan tersebut di Tingkat Nasional
4) Mengikuti Lomba Berzanji dan lomba asmaul
husna
5) Melaksanakan One Day One Juz untuk
Pengurus TP PKK Kab. Bandung Barat
6) Mengikuti Pengajian Rutin dengan TP PKK
Provinsi Jawa Barat melalui Aplikasi Zoom
7) Mengikuti undangan peringatan isra miraj di
Mesjid Ash-Shidiq Kab. Bandung Barat
8) Menghadiri undangan Jambore Kader Tingkat
Prov. Jawa Barat di Sari Ater Kab. Subang.
18

2. Pokja II Tahun 2020


Pendidikan dan Keterampilan, Pengembangan
Kehidupan Berkoperasi
1) Mengadakan acara sosialisasi tenang sekolah
ibu Di Ballroom Gd. B Lt. 4 Kab. Bandung
Barat
2) Lomba UP2K Tingkat Provinsi Jawa Barat
dan Tingkat Nasional
3) Sosialisasi UP2K untuk TP PKK Kecamatan
se- Kab. Bandung Barat.

3. Pokja III Tahun 2020


Pangan, Sandang, Perumahan dan Tata Laksana
Rumah Tangga
1) Mengikuti sosialisasi sayembara baik khas
kabupaten bandung bara di ruang rapat PKK
Kabupaten Bandung Barat
2) Menerima bantuan untuk TP PKK Kecamatan
dari TP PKK Prov Jawa Barat berupa
Tanaman Jahe Merah
3) Menghadiri kegiatan Workshop Menu
Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman
Tingkat Provinsi Jawa Barat
4) Menghadiri undangan Rakor FORIKAN
Tingkat Kabupaten dan Provinsi
5) Menghadiri Sosialisasi Lomba Cipta Menu
Tahun 2020
6) Sosialisasi Kepribadian Tingkat Kab.
Bandung Barat
7) Bantuan bibit tanaman ke lokasi Binaan
Posyandu, Kesrak, P2WKSS, 10 Program
Pokok PKK
8) Lomba B2SAH Tingkat Kabupaten dan
Provinsi
9) Lomba Desain Batik Kerja Kembaran Tingkat
Kab. Bandung Barat dan Tingkat Provinsi
10) Mengikuti kegiatan technical meeting
pelaksanaan Lomba Cipta menu/ festival
pangan lokal/ B2SAH Tahun 2020
19

4. Pokja IV Tahun 2020


Kesehatan, Kelestarian Hidup dan Perencanaan Sehat
1) Menghadiri Undangan arahan pemanfaatan
toga di Ruang Rapat asisten Perekonomian
dan Pembangunan Kab. Bandung Barat
2) Menghadiri undangan rakerda Program
BANGGAKENCANA Prov. Jawa barat
3) Menghadiri undangan dalam rangka keluarga
berencana di ruang rapat TP PKK KBB
4) Menghadiri undangan Singkronisasi
kelembagaan dalam rangka STBM dan
Pamsimas
5) Mengadakan Sosialisasi PHBS & LBS
Tingkat Kab. Bandung Barat
6) Menghadiri undangan lokarya penguatan
posyandu dengan pemberdayaan masyarakat
dalam pencegahan Stunting
7) Mengahdiri Sosialisasi Penyakit tidak
Menular
8) Menghadiri Undangan Persiapan Lomba
Posyandu di Desa Singajaya Kec. Cihampelas
9) Pemberian CTPS Portable, Sabun,
Handsanitizer dan Masker ke 165 Desa se-
Kab. Bandung Barat
10) Monitoring Pelaksanaan Gerakan Nasi
Bungkus ke 7 Kecamatan yang menjalankan
PSBB yaitu Kec. Lembang, Kec. Parongpong,
Kec. Cisarua, Kec. Ngamprah, Kec.
Padalarang, Kec. Batujajar, Kec. Cipatat dan
Kec. Sindangkerta
11) Kunjungan Ketua TP PKK Prov Jawa Barat
ke Desa Ciwaruga Kec. Parongpong dalam
monitoring pelaksanaan GASIBU/ Dapur
Umum PKK
12) Mengunjungi RSUD Cililin untuk
Memberikan APD bagi Tenaga Medis
13) Memberikan baju lengkap untuk Pasien yang
terkena Covid-19 di RSUD Cililin
14) Pemberian APD untuk 3 Rumah Sakit
(Lembang, Cililin, Cikalongwetan), IBI, dan
BPM se- KBB
15) Kunjungan Ketua TP PKK Prov. Jabar ke
Desa Tanimulya Kec. Ngamprah untuk
monitoring pelaksanaan Dapur Umum PKK
yang diperuntukan bagi warga terdampak
PSBM
20

16) Memberikan masker ke warga masyarakat di


jalan, pangkalan ojeg, pasar, dll.
17) Memberikan pelayanan KB dalam Rangka
Hari Keluarga Nasional di Klinik Katumbiri
Kec. Parongpong
18) Pemberian sembako ke warga terdampak
Covid di 16 Kecamatan se- Kab. Bandung
Barat
19) Memberikan bantuan susu, sabun, kurma,
biskuit, masker dari TP PKK Prov Jabar untuk
TP PKK Kecamatan se- Kab. Bandung Barat
20) Gebrak 1.500.000 Milyar masker untuk
Masyarakat se- KBB.

B. Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga


Berencana (Bangga Kencana)
1) Kerjasama Pendidikan Kependudukan
Kerjasama Pendidikan Kependudukan bertujuan untuk
meningkatkan komitmen lintas sektor serta pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat tentang pembangunan Berwawasan
Kependudukan.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


1) Kebijakan dan strategi pendidikan kependudukan;
2) Kemitraan dalam pendidikan kependudukan;
3) Pendidikan Kependudukan melalui jalur formal, non formal
dan informal;
4) Modul pendidikan kependudukan;
5) Tenaga yang kompeten dalam pendidikan kependudukan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan, antara lain:


1) Menyusun kebijakan dan strategi tentang informasi
peningkatan akses dan kualitas pelayanan yang dilaksanakan
melalui kegiatan momentum, termasuk momentum Kesatuan
Gerak PKK-BANGGAKENCANA-Kesehatan (dilaksanakan
melalui Rapat Kerja Daerah DP2KBP3A Kabupaten Bandung
Barat);
2) Melakukan kemitraan dan kerja sama antara DP2KBP3A
dengan lintas sektor terkait. Kegiatan ini mampu
menggerakkan sasaran sehingga peran dan partisipasi
masyarakat meningkat, khususnya dalam keikutsertaan
menjadi peserta KB. Dalam hal ini, dengan Kementerian
Agama sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan dalam
peningkatan pelaksanaan Program KB, khususnya KB Pria,
dan melalui peran IBI kualitas pelayanan KB dan kesehatan
dapat meningkat. Kegiatan dilaksanakan pada triwulan I
dengan Kementerian Agama
21

melalui Kegiatan Sosialisasi Program KB bagi Para Tokoh


Agama di Kabupaten Bandung Barat serta Rakor IBI bagi para
UPT DP2KBP3A dan bidan se-Kabupaten Bandung Barat;
3) Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, dilaksanakan
sosialisasi agar dapat mempermudah masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana melalui fasilitas
pelayanan KB yang ada, dilaksanakan secara terus-menerus
dan berkesinambungan;
4) Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, pelatihan petugas RR
klinik KB. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan KB di
Puskesmas dan klinik KB, baik KKB pemerintah maupun
swasta;
5) Meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan para
pengelola dalam memberikan KIE dan konseling kepada
masyarakat tentang Keluarga Berencana. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah pembinaan melalui kegiatan Bintek yang
dilakukan setiap bulan (telah dilaksanakan dari bulan Januari
sampai Oktober 2020) kepada para Ka. UPT KB dan Ka. Sub-
Bag UPT DP2KBP3A serta para PKB/PLKB dan TPD se-
Kabupaten Bandung Barat. Pembinaan dilaksanakan langsung
dari tingkat kabupaten ke tingkat kecamatan dan desa;
6) Pembinaan Promosi Kesehatan Reproduksi (KESPRO) kepada
para koordinator Pos KB dan para ketua Paguyuban KB Pria
tingkat kecamatan se-Kabupaten Bandung Barat;
7) Pelayanan IVA TEST di Faskes Kec. Batujajar sekaligus
pemasangan Alat Kontrasepsi IUD dan Implan;
8) Memenuhi permintaan masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan KB secara terpusat maupun melalui kegiatan Tim
KB Keliling di 16 kecamatan Kabupaten Bandung Barat;
9) Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor dalam rangka
Momentum Hari Keluarga Nasional Tahun 2020
10) Pelayanan KB Serentak dalam rangka Momentum Hari
Kontrasepsi Sedunia Tahun 2020
11) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pembinaan program
kesertaan KB, dilaksanakan kepada para pengelola program
KB (petugas dan institusi masyarakat) di tingkat kecamatan
dan desa;
12) Pemantapan komitmen, dilaksanakan melalui kegiatan Rapat
Konsultasi Para Pengelola Program KB-KR se-Kabupaten
Bandung Barat;
13) Bekerja Sama dengan Pihak Sekolah SLTA untuk
menyebarkan Informasi Kependudukan, KB dan Kesehatan
Reproduksi;
14) Melaksanakan Kegiatan Pembinaan Ketahanan Keluarga
Berbasis Kelompok TRIBINA (BKB, BKR dan BKL) di lokasi
Kampung KB.
22

2) Peningkatan dan Pembinaan Kesertaan Ber-KB


Mempunyai fungsi menyiapkan rumusan kebijakan teknis
bidang pembinaan kesertaan berkeluarga berencana, Melaksanakan
dan mengkoordinasikan kegiatan bidang pembinaan kesertaan
berkeluarga berencana dan Melaksanakan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan bidang pembinaan kesertaan berkeluarga
berencana. Peningkatan Pembinaan Ber-KB bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan KB kepada
masyarakat melalui fasilitas kesehatan jalur pemerintah, jalur
swasta, daerah Galciltas dan sasaran khusus serta meningkatkan
pembinaan kesertaan ber-KB bagi peserta aktif.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Kebijakan, Strategi materi informasi peningkatan Akses
dan kualitas pelayanan;
b) Kerjasama antara BKKBN dengan Fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS dan terregister dalam
sistem informasi manajemen (SIM) BKKBN;
c) Tenaga pengelola dan pelayanan KB medis dan non
medis yang kompeten di fasilitas kesehatan;
d) Sarana prasarana pelatihan medis teknis dan pelayanan
KB;
e) Jaminan Ketersediaan Alat Kontrasepsi;
f) Monitoring, Evaluasi dan pembinaan Program kesertaan
KB.

Memberikan pelayanan KB gratis bagi keluarga miskin (pra-


KS dan KS I), dilaksanakan melalui kegiatan Tim KB Keliling
(TKBK) di lokasi kampung KB dan lokasi gempungan (Gerakan
Perempuan Membangun) dan terpusat maupun kegiatan pelayanan
rutin yang telah terjadwalkan oleh masing-masing kecamatan dan
desa. Selain itu, dilaksanakan pula melalui kegiatan momentum
seperti Bakti IBI, TNI Terpadu KB-Kesehatan, Hari Kontrasepsi
sedunia dan momentum Kesatuan Gerak PKK-
BANGGAKENCANA-Kesehatan yang rutin dilaksanakan setiap
tahun.
Kegiatan tersebut telah memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pencapaian peserta KB MJP (metode jangka panjang),
khususnya IUD dan implant yang meliputi:
1. Pelayanan bakti sosial dalam kegiatan pada pelayanan
kesertaan ber-KB bagi peserta KB baru untuk
pencapaian PPM
2. Pelayanan KB dalam rangkaian Harganas yang
meliputi pelayanan KB MOW, IUD, implant; bekerja
sama dengan Tim Obgyn RSUD Lembang
23

3. Memenuhi permintaan masyarakat untuk mendapatkan


pelayanan KB secara terpusat maupun melalui kegiatan
insidental di 16 kecamatan Kabupaten Bandung Barat
4. Melaksanakan pelayanan MOP di RSUD Cililin secara
mandiri atau stationer hal ini untuk memudahkan serta
mendekatkan Jangkauan Pelayanan terhadap sasaran
5. Melaksanakan pelayanan KB pada kegiatan
Momentum Tim Manunggal KB Kesehatan (TMKK)
di Kodim 0609 Cimahi.
6. Pelayanan KB serentak dalam Rangka Hari
Kontrasepsi 26 September di 32 Puskesmas.
7. Melaksanakan pelayanan KB di fasilitas Kesehatan
Pemerintah dan fasilitas RSUD Cililin.

Fungsi dan Tugas Kegiatan antara lain:


1) Menyusun rencana kerja dan anggaran seksi pembinaan
kesertaan berkeluarga berencana;
2) Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk kepada
bawahan;
3) Mengkoordinasikan kegiatan bawahan;
4) Melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan
lingkup pembinaan kesertaan berkeluarga berencana;
5) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan
pembinaan kesertaan berkeluarga berencana;
6) Melaksanakan peningkatan kesertaan berkeluarga
berencana;
7) Menyusun petunjuk teknis tentang pembinaan kesertaan
berkeluarga berencana;
8) Melaksanakan pembinaan kesertaan berkeluarga
berencana;
9) Mengevaluasi hasil kerja bawahan lingkup seksi
pembinaan kesertaan berkeluarga berencana;
10) Menyusun dan menyampaikan laporan hasil kerja lingkup
seksi pembinaan kesertaan berkeluarga berencana kepada
atasan;
11) Menilai prestasi kerja bawahan lingkup Seksi Pembinaan
Kesertaan Ber-Keluarga Berencana, berdasarkan hasil
capaian sasaran kinerja pegawai aparatur sipil negara yang
telah dicapai untuk dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan karir pegawai dan
penilaian prestasi kerja aparatur sipil negara;
12) Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai perintah atasan
berdasarkan standar, norma dan peraturan peundang-
undangan yang berlaku.
24

3) Peningkatan Kualitas Kesehatan Reproduksi


Peningkatan Kualitas Kesehatan Reproduksi bertujuan untuk
meningkatkan pembinaan kelangsungan hidup Ibu, Bayi dan Anak
(KHIBA) dan Pencegahan Masalah Kesehatan Reproduksi
(PMKR).

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Kebijakan, strategi dan materi informasi KHIBA dan
PMKR;
b) Fasilitas kesehatan yang memberikan Promosi dan
KIP/Konseling KHIBA dan PMKR;
c) Tenaga pengelola yang kompeten dalam mengelola
kegiatan peningkatan kualitas hidup ibu, bayi dan anak
(KHIBA) serta PMKR;
d) Kerjasama dengan mitra kerja yang mendapatkan fasilitas
pembinaan KHIBA dan PMKR;
e) Monitoring, Evaluasi dan pembinaan akses dan kualitas
kesehatan reproduksi.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan


kualitas pelayanan KB dan melalui kegiatan ini dilaksanakan
pembinaan bagi para pengelola KB serta bidan yang bekerja sama
dengan IBI untuk melaksanakan konseling, penggunaan Informed
Choice, Informed Concent, prosedur pelayanan, serta prosedur
pasca pelayanan dilaksanakan pada bulan November.
Ayoman bagi peserta KB diberikan kepada peserta KB baru
dan aktif yang mengalami kegagalan dan komplikasi, sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta
memberikan bantuan kepada para akseptor dalam mendapatkan
penanganannya.
Untuk meningkatkan penyebaran informasi Kesehatan
Reproduksi Seksi Kespro Bidang KB KR DP2KBP3A Kabupaten
Bandung Barat telah melaksanakan kegiatan dimaksud melibatkan
Sosialisasi terhadap Pimpinan Klinik KB, Bidan yang tergabung
dengan Ikatan Bidan Indonesia Kab. Bandung Barat, Pokja PKK
Tingkat Kabupaten, Pengurus Forum Pos KB Desa yang
menghadirkan narasumber BKKBN Provinsi Jawa Barat.
Pendidikan mengenai sistem reproduksi bagi sebagian besar
kita masih cukup tabu untuk didiskusikan, apalagi jika sudah
berkaitan soal seks dengan sasaran pendidikan adalah remaja. Bagi
para orang tua, hal tersebut kerap menjadi problem tentang
bagaimana mengkomunikasikan pendidikan seks bagi remaja putra
maupun putrinya.
Orang dewasa kadang bingung menggunakan bahasa atau
media apa agar bimbingan mereka seputar seks tidak terdengar
canggung. Oleh karena itu permasalahan tersebut berlarut-larut dan
25

akhirnya tidak kesampaian sama sekali. Pada akhirnya seringkali


remaja sendirilah dengan berbekal insting keingintahuannya untuk
mencari pendidikan seksnya sendiri.
Dalam kisaran usia remaja antara 13-18 tahun tersebut hal-
hal yang tabu justru menjadi objek yang paling dicari tau. Hal
tersebut sekiranya adalah wajar, keingintahuan pada fase remaja
adalah tanda bahwa mereka mau belajar. Namun hal yang perlu
diperhatikan bahwa jangan sampai mereka tidak diarahkan dalam
aktifitas mencari tahu tersebut. Selain itu, bimbingan seputar
pendidikan mengenai sistem reproduksi haruslah disesuaikan
dengan usia remaja.
Pada jenjang sekolah menengah kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan yang lebih merinci mengenai organ
reproduksi. Misalnya seperti bagaimana tahapan pembuahan
setelah aktifitaskopulasi (persetubuhan). Tentunya pembahasan
tersebut dibalut dengan metode pendidikan dan istilah-istilah
ilmiah. Lagi-lagi bagi remaja lah yang kelak akan mencari
pembenaran dari teori biologis tersebut.
Belakangan kemudian disadari bahwa pendidikan tersebut
hanya bagian kecil dari edukasi seputar sistem reproduksi
terkhususnya mengenai seks. Pembinaan mental paling tepat bagi
remaja adalah dengan senantiasa mengarahkannya untuk dekat
kepada tuhan dan selalu merasa diawasi olehnya.
Remaja masa kini adalah generasi bagi pembangunan bangsa
di masa depan. Menerapkan edukasi psikologis kepada remaja-
remaja kita adalah bukti cinta dan kepedulian kita terhadap kualitas
kesehatan reproduksi dan mental remaja.

Fungsi dan Tugas Kegiatan antara lain:


1) Menyiapkan bahan bahan dalam penetapan prioritas
kegiatan program kesehatan reproduksi remaja;
2) Menyusun petunjuk teknis dalam penyelenggaraan
pelaksanaan program kesehatan reproduksi remaja baik
antarsektor pemerintah maupun LSOM;
3) Menyiapkan data dalam proses penetapan media KIE
kesehatan reproduksi remaja;
4) Menyiapkan bahan dalam proses penetapan materi, isi
pesan dan desain kegiatan kesehatan reproduksi remaja;
5) Menyiapkan bahan dalam proses penetapan sistem
pembinaan kesehatan reproduksi remaja;
6) Melakukan pengembangan SDM pendidik sebaya dan
konselor sebaya dalam pembinaan kesehatan reproduksi
remaja;
7) Melakukan promosi dan KIE kesehatan reproduksi;
8) Menyiapkan bahan/data dalam penetapan sasaran program
kesehatan reproduksi remaja.
26

4) Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga


Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan prilaku
keluarga Sejahtera Dan Balita dan anak, remaja dan lansia tentang
pembinaan keluarga sejahtera serta meningkatnya komitmen
stakeholder terhadap program pembangunan ekonomi keluarga.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Promosi dan KIE Pembinaan Keluarga Sejahtera dan
Pembangunan Keluarga;
b) Peningkatan Sarana dan Prasarana, Bina Keluarga Balita
dan Anak, Remaja, Lansia dan Pembangunan Ekonomi
Keluarga;
c) Peningkatan kualitas dan kuantitas Tenaga pengelola yang
terampil Bina Keluarga Balita dan Anak, Remaja, Lansia
dan Pembangunan Ekonomi Keluarga;
d) Kerjasama dengan mitra kerja dalam rangka pembinaan
peningkatan kualitas Bina Keluarga Balita dan Anak,
Remaja, Lansia dan Pembangunan Ekonomi Keluarga;
e) Monitoring, Evaluasi dan pembinaan Bina Keluarga
Balita dan Anak, Remaja, Lansia dan Pembangunan
Ekonomi Keluarga.

Untuk memenuhi permintaan masyarakat dalam kesertaan


ber-KB, telah dilaksanakan pelayanan KB mandiri atau stationer
untuk peserta KB medis operasi (MO), yaitu MOW dan MOP,
yang dilaksanakan oleh Tim Medis dari Rumah Sakit Umum
Daerah Cililin (RSUD Cililin). Selain itu, dilaksanakan juga
pelayanan KB rutin (IUD, implan, dan suntik) di Puskesmas dan
klinik KB, baik pemerintah maupun swasta. Pelaksanaan kegiatan
pelayanan tersebut telah memberikan hasil yang baik dan
memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kelahiran
(realisasi pencapaian peserta KB sampai Oktober 2020 terlampir).
Dari hasil pencapaian tersebut terlihat bahwa peserta KB
MJP menunjukkan hasil yang meningkat, khususnya dalam
momentum Kesatuan Gerak PKK-BANGGAKENCANA-
Kesehatan. Dalam penggerakannya didukung oleh unsur tim
penggerak PKK beserta para kader Dasawisma di semua desa.
Berdasarkan undang-undang no. 10 tahun 1992, keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suatu
suami, istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya atau ibu
dengan anaknya.
Keluarga sejahtera merupakan keluarga yang sah menurut
agama dan undang-undang serta memiliki ketahanan, baik secara
fisik maupun nonfisik, mampu memperbaiki dan meningkatkan
kondisi mental, fisik dan sosial keluarga serta mampu
menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan agama.
27

Untuk menciptakan keluarga sejahtera hendaknya ditumbuh


kembangkan kesadaran di tengah masyarakat pentingnya norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera, yang dilandasi oleh rasa
tanggung jawab, nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.

Peran Alat Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana antara


lain:
Program Keluarga Berencana dilakukan dengan cara menjarangkan
atau mengatur atau mengendaikan kelahiran.

Beberapa cara mengontrol proses kelahiran antara lain:


1. Pengangkatan gonad atau uterus.
a) Pengangkatan testes dinamakan hastrasi.
b) Pengangkatan ovarium dinamakan oophorektomi.
c) Pengangkatan uterus dinamakan histeroktomi.
2. Sterilisasi
Pada laki-laki dilakukan dengan cara menyumbat saluran
sperma. Sedangkan pada perempuan dengan cara memotong
atau mengikat tubavalopi.
3. Kontrasepsi
a) Cara alami, yaitu mencegah kehamilan dilakukan
dengan cara melakukan kopulasi di luar vagina.
b) Cara kimiawi, dengan metode spermisidal dan hormonal.
c) Cara mekanis, meliputi pemakaian kondom ataupun
dengan menggunakan IUD atau Implant.

5) Peningkatan Advokasi dan KIE


Peningkatan Advokasi dan KIE Program Kependudukan dan
KB bertujuan tercapainya Program Kependudukan dan KB melalui
advokasi, penggerakan dan informasi.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Peningkatan KIE Pengendalian Penduduk dan KB
1. Pengembangan prototype materi dan media advokasi dan
KIE program pembangunan kependudukan dan KB;
2. Pendayagunaan MUPEN KB;
3. Pengembangan kemampuan tenaga advokasi KIE;
4. Pengembangan jejaring kemitraan advokasi dan KIE
dalam pembangunan kependudukan dan KB;
5. Peningkatan kualitas sistem fasilitasi dan pembinaan
advokasi dan KIE program-program Pembangunan
Kependudukan, KB dan Kesehatan Reproduksi
diantaranya melalui Kampung KB dan Gempungan;
6. Peningkatan kualitas sistem pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan advokasi dan KIE program pembangunan
kependudukan dan KB;
28

7. Pengembangan kebijakan dan strategi advokasi dan KIE


pembangunan kependudukan dan KB yang dapat
dimanfaatkan oleh stakeholder;
8. Pengembangan advokasi dan KIE pembangunan
kependudukan dan KB kepada stakeholder dan mitra;
9. Pengembangan KIE program pembangunan
kependudukan dan KB melalui media massa (elektronik
dan cetak) media luar ruang dan media tradisional (seni
dan budaya);
10. Fasilitasi materi advokasi program-program
pembangunan kependudukan dan KB.

Untuk tingkat kelangsungan kesertaan ber-KB agar tidak terjadi


peserta KB yang drop out (DO), dilakukan pembinaan secara terus-
menerus dan berjenjang mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat
desa, RW, dan RT melalui para pengelola program dan institusi
masyarakat serta para kader sebagai penggerak program ditingkat lini
lapangan. Berdasarkan hasil evaluasi pencatatan dan pelaporan yang
dilaksanakan secara rutin setiap bulan, Kabupaten Bandung Barat
untuk kesertaan KB aktifnya telah mencapai 78,39% dengan tingkat
angka DO dapat ditekan sebesar 1,29% (di bawah 10%).
Advokasi dan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) yang
dilakukan secara intensif dan terarah dan tepat sasaran merupakan
salah satu kegiatan kunci merubah sikap, perilaku dan sistem nilai.
Informasi selalu dibutuhkan dan erat hubungannya dengan
pelaksanaan program KB baik bagi masyarakat, pelaksana maupun
para pengelola program. Oleh karena itu sejak awal pelaksanaan
program KB tahun 1970 sampai sekarang dan bahkan waktu
mendatang kekuatan informasi merupakan faktor kunci kelangsungan
keberhasilan program kependudukan dan KB.
Berbagai cara dan media telah dilakukan dalam menyampaikan
informasi program KB kepada masyarakat antara lain melalui KIE
perorangan, kelompok, media sederhana, media tradisional, dan mass
media serta lokakarya dan seminar. Seiring dengan perkembangan
teknologi informasi, kegiatan Advokasi dan KIE dapat di tempuh
melalui berbagai even kegiatan dengan memanfaatkan fasilitas
teknologi elektonik seperti mobil unit penerangan, radio, televisi,
maupun internet yang memungkinkan diakses masyarakat secara
lebih luas.
Melalui sarana modern materi KIE dapat dikemas dalam bentuk
film, drama, iklan, PSA (Public Service Advertising) serta
pertunjukan bagi masyarakat. Bahkan dengan MUPEN KB bukan
hanya berfungsi sebagai alat menyampaikan informasi dan hiburan
bagi masyarakat tetapi telah dilengkapi dengan peralatan yang dapat
untuk merelay siaran langsung dari stasiun televisi. Disaming itu
MUPEN KB juga
29

memiliki fasilitas canggih lainnya antara lain Note Book beserta


wairless internet conection berupa modem, memungkinkan untuk
mengakses website internet serta mengirim e-mail serta fungsi
komunikasi lainnya.
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat telah
memberikan kemudahan dan menjadi faktor pendorong peningkatan
kualitas kegiatan Advokasi KIE, harus diimbangi oleh kemampuan
sumber daya manusia yang merupakan salah satu ikon penting
kegiatan. Perlu disadari kondisi keterbatasan SDM pelaksana program
KB di lini lapangan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, sehingga
perlu ditempuh upaya antisipasi agar pelaksanaan kegiatan advokasi
KIE tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Inventarisasi dan
identifikasi tenaga pelaksana yang siap pakai secara kualitatif perlu
dilaksanakan sehingga dapat membantu dalam menentukan
kebijakan, disamping memberikan pelatihan teknis operasional yang
tepat sasaran.
Pada penggunaan sarana modern faktor SDM pelaksana
advolasi KIE, menjadi sangat berperan mengingat secanggih apapun
peralatan yang disediakan, tidak akan berfungsi optimal apabila para
pelaksana tidak memiliki kemampuan sepadan. Kemamuan
mengoperasikan peralatan, penyusunan materi, kreativitas serta
inovasi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan yang menjadi
salah sdatu kunci keberhasilan program KB ini.

b) Peningkatan Kemitraan dengan Lintas Sektor


Pemerintahan dan Swasta serta Pemerintahan Daerah
Peningkatan kemitraan dengan lintas sektor pemerintah
dan swasta serta pemerintah daerah bertujuan untuk
meningkatkan komitmen dan peran serta lintas sektor dan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan program
Kependudukan dan Keluarga Berencana.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Kebijakan, strategi dan materi kerjasama antar lembaga;
b) Fasilitasi penggerakan operasional program KKB
kepada Provinsi dan Stakeholder;
c) Kerjasama antara BKKBN dengan Lintas Sektor dalam
pembangunan KKB;
d) Monitoring, evaluasi dan Pembinaan program untuk
peningkatan kualitas hubungan antar lembaga;
e) Sinkronisasi kemitraan antara pusat, provinsi dan
kabupaten/kota, pemerintah dan non pemerintah.
30

Bersama dengan Kelompok Paguyuban KB Pria dan


Pokja IV PKK Operasional Penggarapan khusus MOP di
Bandung Barat, dalam penggarapannya diarahkan di daerah-
daerah gaciltas yang sangat sulit dijangkau, baik ke tempat
pelayanan maupun ke kecamatan. Namun, dari hasil
Operasional Penggarapan Khusus MOP tersebut, dengan
diberikannya dana KIE dan Jadup (Jaminan Hidup) untuk
akseptor, memberikan hasil yang menggembirakan. Tentu
hasil tersebut tidak terlepas dari peran serta para kader dan
institusi masyarakat, baik Pos KB, Sub-Pos KB, para tokoh
agama/tokoh masyarakat, dan yang utama adalah
meningkatnya peran Paguyuban KB Pria di Kabupaten
Bandung Barat.

c) Peningkatan Pembinaan Lini Lapangan


Peningkatan Pembinaan Lini Lapangan bertujuan untuk
meningkatkan peran serta LSM, swasta, dan masyarakat
dalam penyelenggaraan program Kependudukan dan Keluarga
Berencana.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Kebijakan, Strategi dan Materi Informasi Pembinaan
Lini Lapangan;
b) Kemitraan dalam Pembinaan Lini Lapangan;
c) SDM Lini lapangan yang kompeten;
d) Sarana kerja PLKB;
e) Monitoring, Evaluasi dan pembinaan Program
Pembinaan Lini Lapangan.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan


pemahaman tentang pentingnya program KB melalui
kesertaan KB pria. Sosialisasi ini dilaksanakan oleh
Paguyuban KB Pria, yang pada tahun 2020 sudah diberikan
bantuan hibah untuk kelompok Paguyuban KB Pria Tingkat
Kabupaten.

d) Penyediaan Data dan Informasi Program Kependudukan


dan KB
Penyediaan Data dan Informasi Program Kependudukan
dan KB bertujuan untuk tersedianya data dan informasi
Program Kependudukan dan KB berbasis Teknologi
Informasi.

Pokok-Pokok Kegiatan antara lain:


a) Kebijakan, Strategi dan sistem pengumpulan,
pengolahan, analisa dan evaluasi data dan informasi
program KKB berbasis Teknologi Informasi;
31

b) Data dan informasi program Kependudukan dan


Keluarga Berencana;
c) Hasil analisa dan evaluasi program Kependudukan dan
Keluarga Berencana;
d) Kemitraan dengan stakeholders dan mitra kerja dalam
pengumpulan, pengolahan, analisa dan evaluasi data dan
informasi program Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
e) Tenaga pengelola yang kompeten dalam pengumpulan,
pengolahan dan analisa data dan informasi program
Kependudukan dan Keluarga Berencana;
f) Monitoring, Evaluasi dan pembinaan program
pengumpulan, pengolahan, analisis dan evaluasi data dan
informasi program Kependudukan dan Keluarga
Berencana.

6) Penguatan Kemitraan
Penguatan Kemitraan merupakan tindak lanjut dari Rapat
Koordinasi Program BANGGAKENCANA yang diselenggarakan
oleh Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
Kabupaten Bandung Barat yang langsung di fasilitasi oleh Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Bara. Secara khusus, Kemitraan
diselenggarakan untuk memberikan penekanan kepada peningkatan
peran pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam operasionalisasi
Program BANGGAKENCANA. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan peran serta pemangku kepentingan dan mitra kerja
dalam operasionalisasi Program BANGGAKENCANA pada
umumnya, khususnya di Kampung KB dan daerah legok, serta
menyusun rencana tindak lanjutnya.
Kemitraan dengan para pemangku kepentingan dan mitra kerja
yang dibangun BKKBN diwadahi dalam Nota Kesepahaman Bersama
atau Memorandum of Understanding (MoU). Berdasarkan data
BKKBN tahun 2016, terdapat sebanyak 110 Nota Kesepahaman
Bersama antara BKKBN dan para pemangku kepentingan/mitra kerja.
Tujuan penyelenggaraan kemitraan ini sejalan dengan upaya
pencapaian sasaran-sasaran pembangunan kependudukan dan keluarga
berencana sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Sasaran-sasaran tersebut di antaranya menurunkan angka kelahiran
total (total fertility rate/TFR) dari 2,6 menjadi 2,28 anak per wanita,
meningkatkan pemakaian alat/obat kontrasepsi (contraceptive
prevalence rate/CPR) dari 61,9 persen menjadi 66,0 persen, dan
menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak terlayani (unmet need) dari
11,4 persen menjadi 9,91 persen pada tahun 2020.
32

Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran pembangunan


kependudukan dan keluarga berencana di atas, maka arah kebijakan
dan strategi dalam menyelenggarakan pembangunan kependudukan
keluarga berencana dan pembangunan keluarga tahun 2015-2019 telah
dirumuskan sebagai berikut:
1. Peningkatan akses dan pelayanan KB yang merata dan
berkualitas;
2. Penguatan advokasi dan komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) BANGGAKENCANA;
3. Peningkatan pembinaan ketahanan remaja;
4. Peningkatan pembangunan keluarga;
5. Penguatan regulasi, kelembagaan, serta data dan
informasi.

Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana


Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
Kabupaten Bandung Barat bersama tokoh agama dan tokoh
masyarakat, melaksanakan pertemuan penguatan kemitraan dalam
peningkatan pelayanan KB dan Sosialisasi materi Hindari 4 Terlalu,
serta Forum Peningkatan Peran Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
dalam Promosi Konseling Kespro Tingkat Kabupaten Bandung Barat.
Kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan peran mitra kerja
dalam penggarapan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BANGGAKENCANA) khususnya
Pelayanan KB dan meningkatkan akses dan kualitas Pelayanan KB
dalam era JKN. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan tokoh
tentang kesehatan reproduksi agar keluarga sehat terhindar dari
masalah kesehatan reproduksi dan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Dengan adanya penurunan terus menerus pelayanan KB yang
bersumber dari Puskesmas. Sehingga BKKBN berupaya penguatan
untuk mendorong Faskes KB yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan KB dan diharapkan
dapat melakukan inovasi dalam meningkatkan pelayanan KB terutama
MKJP.
Salah satu yang menjadi fokus dalam pelaksanaan program
BANGGAKENCANA adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi
melalui penguatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
merata dan berkualitas. Hal ini karena melihat masih rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan masih
tingginya angka drop out kesertaan ber KB, rendahnya penggunaan
kontrasepsi dan makin tingginya angka kesakitan terkait dengan
kesehatan reproduksi maka diperlukan pengetahuan kesehatan bagi
semua stakeholder.
33

Keberhasilan BANGGAKENCANA itu tidak lepas dari peran


tokoh agama dan tokoh masyarakat karena mereka lebih didengar
ditengah masyarakat. Untuk menyukseskan program BKKBN
diperlukan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi para pengelola KB,
Tokoh masyarakat, tokoh agama untuk menyebar luaskan promosi dan
koseling kesehatan reproduksi di masyarakat.
Atas dasar tersebut maka dikembangkan berbagai kebijakan
strategis diantaranya adalah memperluas konsep pemikiran keluarga
berencana yang tidak hanya terfokus pada pelayanan kontrasepsi saja,
tapi dapat memberikan pelayanan promosi dan konseling kesehatan
reproduksi kepada seluruh masyarakat.

7) Penyiapan Data dan Informasi


Dalam rangka mendukung penyelenggaraan Program
BANGGAKENCANA diperlukan Data dan Informasi keluarga yang
dikelola dalam Sistem Informasi Keluarga.  Penyelenggaraan Sistem
Informasi Keluarga bertujuan menyediakan data dan informasi tentang
kependudukan dan keluarga melalui pendataan keluarga, untuk dapat
digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar
penetapan kebijakan, penyelenggaraan pengendalian penduduk,
pembangunan keluarga, Keluarga Berencana, dan pembangunan lain.
Data dan Informasi keluarga harus terinci dan terklasifikasi.
Sistem Informasi Keluarga merupakan tata cara pengumpulan,
pengolahan, dan penyajian data dan informasi mengenai
kependudukan dan keluarga. Pendataan keluarga ini dilaksanakan
Pemerintah Daerah Kabupaten dalam hal ini Dinas PPKBPPPA
Kabupaten Bandung Barat secara serentak setiap 5 (lima) tahun, yang
mencakup data dan daerah yang dilakukan oleh kader setempat di
bawah pembinaan penyuluh keluarga berencana dan atau petugas
lapangan keluarga berencana. Data kependudukan dan keluarga hasil
pendataan keluarga dilakukan pemutakhiran setiap tahun. Hasil
Pendataan keluarga digunakan untuk pengendalian operasional
program penyelenggaraan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, dan keluarga berencana mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pendataan Keluarga terdiri atas:


a) Data Rutin
Data rutin dikumpulkan secara teratur oleh Pembantu pembina
Keluarga Berencana Desa, Penyuluh Keluarga Berencana dan
atau Petugas Lapangan Keluarga Berencana serta
penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Keluarga
Berencana, instansi Pemerintah Daerah, dan instansi  
dikumpulkan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dan prioritas
pembangunan keluarga yang ditetapkan oleh Pemerintah.
34

b) Data Non Rutin


Data nonrutin terdiri atas data khusus dan data luar biasa. 
Data khusus meliputi data sasaran khusus, faktor risiko,
lingkungan, dan lainnya yang mendukung program
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
serta keluarga berencana.  Data luar   meliputi data yang
dikumpulkan dalam kejadian luar biasa, wabah, bencana, dan
kedaruratan program perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga serta keluarga berencana kesehatan
masyarakat.

c) Data Keluarga
1. Data sesuai dengan Indikator Keluarga;
2. Jenis, sifat, format, basis data, kodefikasi, dan
metadata yang dapat dengan mudah diintegrasikan;
3. Akurat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan;
4. Mampu rekam pada alat/sarana pencatatan,
pengumpulan, pengolahan, penyajian, pemanfaatan
dan penyimpanan data yang andal, aman, dan mudah
dioperasikan.

Setiap desa menyajikan data mikro keluarga hasil


pendataan keluarga yang akurat dan terpercaya.

d) Data Demografi
1. Data tentang Kepala keluarga menurut status
perkawinan;
2. Kepala keluarga menurut jenis kelamin dan
pendidikan;
3. Status pekerjaan ibu/istri;
4. Jumlah jiwa dalam keluarga;
5. Wanita Usia Subur (15–49 Tahun);
6. Jumlah jiwa menurut kelompok umur.

e) Data Keluarga Berencana


1. Data Pasangan Usia Subur (PUS);
2. Peserta Keluarga Berencana menurut metode
kontrasepsi, peserta Keluarga Berencana menurut
tempat memperoleh Pelayanan Kontrasepsi;
3. Peserta Keluarga Berencana Implant yang akan
dicabut;
4. PUS bukan peserta Keluarga Berencana dengan alasan
hamil, Ingin Anak Segera (IAS), Ingin Anak diTunda
(IAT) dan Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL).

Pendataan keluarga dilakukan untuk mendapatkan data


kependudukan dan keluarga yang akurat, valid, relevan, dan
dapat dipertanggungjawabkan melalui proses pengumpulan,
pengolahan, penyajian, penyimpanan dan pemanfaatan data
informasi kependudukan dan keluarga. Informasi upaya
35

pembangunan keluarga paling sedikit memuat informasi


mengenai:
1) Penyelenggaraan pencegahan, peningkatan,
pengobatan, dan pemulihan kesehatan;
2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Sumber Data dan Informasi keluarga dalam


penyelenggaraan Sistem Informasi keluarga bersumber dari:
1) Fasilitas kesehatan, termasuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan swasta;
2) Pembantu pembina Keluarga Berencana
Desa/PPKBD;
3) Penyuluh Keluarga Berencana dan atau Petugas
Lapangan Keluarga Berencana;
4) Masyarakat, baik perorangan maupun kelompok.

Data dan Informasi keluarga dapat bersumber dari


instansi Pemerintah dan pemerintah daerah terkait.  Data dan
Informasi keluarga yang bersumber dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang diperoleh dari register kunjungan dan
pelayanan Klinik Keluarga Berencana rekam medik elektronik
dan nonelektronik yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Data dan Informasi keluarga
yang bersumber dari masyarakat yang diperoleh melalui
kegiatan pendataan keluarga sensus dan survei, penelitian,
pelaporan, dan/atau cara lain dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengumpulan Data dan Informasi keluarga dilaksanakan
melalui kegiatan:
1) Pendataan Keluarga;
2) Laporan rutin penyelenggaraan pelayanan
Kontrasepsi;
3) Laporan rutin Pengendalian Lapangan Program
Keluarga Berencana;
4) Pelayanan kesehatan rutin atau berkala oleh tenaga
kesehatan yang berwenang;
5) Penyelenggaraan rekam medik, baik rekam medik
elektronik dan rekam medik nonelektronik;
6) Surveilans keluarga;
7) Sensus dan survei dengan menggunakan metode dan
instrumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah;
8) Penelitian dan pengembangan keluarga;
9) Pemanfaatan teknologi dan sumber lain yang sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dapat dipertanggungjawabkan;
10) Cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
36

Pengumpulan Data dan informasi keluarga dilaksanakan


sesuai standar Data keluarga.  Pengumpulan dan pengolahan
data dan informasi kependudukan dan keluarga dilakukan
dengan rekapitulasi pendataan keluarga atau pemutakhiran
data keluarga serta pencatatan dan pelaporan pengendalian
lapangan dan pelayanan kontrasepsi.
Pengolahan pendataan keluarga dilakukan secara
berjenjang untuk menetapkan sasaran dan rencana operasional
Pengolahan data hasil pendataan keluarga di daerah provinsi
dan kabupaten dan kota dilakukan melalui teknologi informasi.
Pengolahan pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala
dalam rangka pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.

C. Program Kampung KB
1) Operasional Kampung KB
Pembangunan keluarga sejahtera maknanya identic dengan
pengentasan kemiskinan, karena tujuannya sama meningkatkan
derajat individu, keluarga dan masyarakat. Secara sederhana keluarga
itu akan sejahtera, apabila: Bebannya tidak berat, ekonominya kuat
dan ketahanannya mantap.
Program pembangunan keluarga yang terakumulasi dalam
BANGGAKENCANA dengan empat pokok garapan yaitu
Pendewasaan Usia Perkawinan, pengaturan kelahiran, pemantapan
ketahanan keluarga dan pemberdayaan ekonomi keluarga serta
ditambah dengan pengendalian pemantauan, pengamatan serta
pembinaan penduduk merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan.
Ketahanan keluarga harus diawali dengan kualitas masing-
masing anggota keluarga terdiri dari bapak, ibu, anak dan anggota
keluarga lainnya yang mempunyai akhlak, nilai-nilai moral yang baik
dan tentunya harus dilandasi dengan pendidikan dan pemahaman
agama yang kuat untuk diimplementasikan dalam keluarga dan
masyarakat, hal tersebut sebagai landasan keluarga menjadi keluarga
yang baik, harmonis, tidak mudah tercerai-berai sehingga terwujudnya
ketahanan keluarga yang tangguh.
Unsur diatas baik perkawinan dan pengaturan kelahiran,
ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga bias tercapai apabila
keluarga melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik. Paling sedikit
ada 8 fungsi keluarga yaitu: fungsi agama, fungsi
sosialisasi/pendidikan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi
perlindungan, fungsi kasih saying, fungsi social budaya maupun
pembinaan lingkungan.
Pelaksanaan delapan fungsi keluarga tidak bias hanya
dilaksanakan masing-masing keluarga, akan tetapi ada keterkaitan
antara satu keluarga dengan keluarga yang lain yang terhimpun dalam
kesatuan di lingkungan terdekat. Itulah maknanya pembentukan
Kampung KB masa kini dan masa yang akan dating.
37

Tiga hakikat Kampung KB adalah:


1. Kampung menjadi ikon KB sebagai media kampanye
penyebaran Program KB
2. Pembinaan kelangsungan ber-KB yang sangat membantu
terhadap penurunan angka kelahiran
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pendekatan
pelayanan.

2) Pendataan dan Pemetaan Keluarga


A. Pendataan Keluarga (PK) yang dilaksanakan secara Nasional,
kemudian dianalisa untuk kepentingan kegiatan di masing-
masing seksi diantaranya:
a) Sasaran Pelayanan Kependudukan
b) Sasaran Pelayanan Program KB
c) Sasaran Pelayanan Program Ketahanan Keluarga
d) Sasaran Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
e) Sasaran Perbaikan Rumah Layak Huni
f) Sasaran Peningkatan Kesehatan Lingkungan
g) Sasaran Pencegahan Narkoba

B. Masing-masing seksi melakukan pendataan sesuai dengan


kebutuhan yang belum tercantum dalam pendataan nasional
(PK), misalnya:
a) Pendataan tingkatan Profesi masing-masing keluarga
misalnya: Petani (buruh tani, penggarap), Pedagang
dengan jenis produksinya, Tukang Bangunan dan
Klasifikasi Sopir dst.
b) Produk unggulan masing-masing keluarga (Anyaman,
Kerajinan, dst)
c) Pendataan yang berkaitan dengan kebutuhan pembangunan
 Belum punya kantor RW/ Bale Sawala/ Bale Kampung
 Membanguan gang/ jalan/ lorong
 Organisasi-organisasi yang dibutuhkan.
d) Pendataan lainnya tentang masalah dan potensi desa yang
diperlukan.

3) Sarahsehan Tingkat RT
Pertemuan ditingkat RT minimal dilaksanakan setiap tiga bulan sekali
(atau sesuai kebutuhan masyarakat) yang dipimpin langsung oleh
Ketua RT. Dilaksanakannya setelah selesai analisa pendataan. Hal-hal
yang dibicarakannya adalah:
1) Membahas hasil pendataan kemudian dituangkan dalam peta
keluarga tingkat RT
2) Membahas masalah-masalah dan potensi yang ada ditingkat
RT
3) Menyusun Program Kerja yang akan dibawa/diusulkan
didalam rapat RW/ Kampung
38

4) Melaksanakan lelang kepedulian untuk membangun rumah


prasejahtera (tidak layak huni).

4) Sarahsehan Tingkat Kampung


Sarahsehan di tingkat Kampung/ RE merupakan puncak pembentukan
komitmen di Kampung KB. Sarahsehan sebaiknya dilaksanakan
setahun dua kali. Pada awal tahun sebagai ajang perencanaan dan
evaluasi serta pertengahan tahun sebagai alat pemantauan program di
tahun yang sedang berjalan.
1) Peserta Pertemuan
a) Pengurus Kampung KB/Pokja
b) Para Ketua RT
c) Pengurus Organisasi di tingkat RT (DKM, Organisasi
Pemuda, dst)
d) Para Ketua Paguyuban tingkat RT
e) Tokoh-tokoh masyarakat
f) Seluruh warga satu kampong (secara selektif sesuai
dengan kebutuhan)

2) Materi Pembahasan
a) Evaluasi pelaksanaan Program tahun yang lalu
b) Perencanaan program tahunan yang diusulkan masing-
masing RT
c) Pembahasan program masing-masing seksi.

5) Operasionalisasi Kampung KB
Kegiatan rutin Kampung KB dilaksanakan secara terus menerus oleh
pengurus Pokja Kampung KB termasuk seksi-seksi dan keluarga
terhadap program BANGGAKENCANA dan lintas sector terkait
melalui penerapan 8 fungsi keluarga. Dengan adanya Kampung KB,
keluarga semakin meningkat kesejahteraannya dan tidak terdapat lagi
keluarga miskin di Kampung KB. Miskin tidak hanya kekurangan
ekonomi tapi terhindar dari segala bentuk kemiskinan diantaranya:
Miskin Harta, Miskin Ibadah, Miskin Sosial, Terhindar dari
kebodohan dan keterbelakangan.

Adapun peran/ fungsi pengurus Kampung KB sebagai berikut:


1) Penanggung Jawab
a) Bertanggung jawab secara keseluruhan tentang
pembentukan pengembangan dan operasional Kampung
KB
b) Mengkoordinasikan kegiatan Kampung KB dengan sector
terkait
c) Mengusahakan anggaran dari dana Desa serta pihak luar
untuk keperluan Kampung KB.

2) Penasehat
39

a) Memberikan masukan baik kepada penanggung jawab


maupun pelaksana dalam membina mengembangkan
Kampung KB
b) Mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dengan Program
dan kegiatan Kampung KB.

3) Ketua Pokja
a) Menentukan kebijakan dan strategi program kegiatan
Kampung KB
b) Membimbing dan membina seluruh pengurus Pokja
c) Melakukan koordinasi dengan semua pihak.

4) Sekretaris
a) Melakukan tatalaksana administrasi Kampung KB
b) Menerima dan mengolah laporan pelaksanaan Kampung
KB
c) Membuat laporan dan evaluasi kegiatan Kampung KB

5) Bendahara
Menerima, membayarkan, mencatat, melaporkan dan
mempertanggungjawabkan semua aktifitas keuangan Kampung
KB

6) Seksi-seksi.
a) Seksi Keagamaan
b) Seksi Pendidikan/ Sosialisasi
c) Seksi Reproduksi
d) Seksi Ekonomi
e) Seksi Perlindungan
f) Seksi Kasih Sayang
g) Seksi Sosial Budaya
h) Seksi Pembinaan Lingkungan

D. Program Bidang Kesehatan


1) Pengendalian Penyakit
a) Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
1. Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue (DD/
DBD);
2. Malaria;
3. Filariasis;
4. Rabies;
5. Antraks; dan
6. Chikungunya.

Dapat mencegah timbulnya tempat perindukan nyamuk


penular (DD/DBD, Malaria, Filariasis, Chikungunya).
Sedangkan untuk Rabies perlu melaporkan kepada petugas
setempat, untuk pengobatan penderita dan berusaha
40

menangkap binatang (anjing, kucing, kera) penggigit.


Terhadap penyakit Antraks masyarakat harus mampu
mendeteksi/memilih daging yang sehat (segar, berwarna
merah, tidak berbau busuk).

b) Pengendalian Penyakit Menular Langsung


1. Diare;
2. TB-Paru;
3. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), terutama
Pneumonia balita;
4. HIV/AIDS;
5. Flu Burung, Flu H1N1;
6. SARS; dan
7. MERSCOV.

Dapat melindungi diri dari kontak penularan baik melalui


makanan ataupun udara yang terkontaminasi oleh kuman
(Diare, TBParu). Meningkatkan deteksi dini Pneumonia pada
balita yang disebut Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

c) Imunisasi
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang terlaksana di Indonesia dimulai tahun 1956.
Melalui program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit
cacar oleh WHO sejak tahun 1974. Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) pada tahun 1977 sebagai fase awal
menurunkan angka kesakitan serta kematian balita atau
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Melalui PPI sejak tahun 1980 imunisasi rutin dilakukan dan
dikembangkan sampai sekarang dengan pemberian tujuh jenis
vaksin yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B (HB), TT
dan DT (Ditjen PP & PL, 2005). Kementerian Kesehatan
menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata pemerintah untuk
mencapai Millennium Development Goals (MDGS),
khususnya untuk menurunkan angka PD3I.

Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur


dengan pencapaian cakupan desa/ kelurahan, yaitu minimal
80% bayi di desa / kelurahan telah mendapatkan imunisasi
dasar lengkap. Kementerian Kesehatan mentargetkan pada
tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI
(Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di
desa/ kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT, Polio d an campak
(Kemenkes RI, 2010).
41

Cakupan imunisasi di Kabupaten Bandung Barat sudah


memenuhi indikator UCI (80%), Untuk meningkatkan
cakupan imunisasi di Kabupaten Bandung Barat perlu adanya
peningkatan kualitas imunisasi melalui kampanye, keahlian

petugas imunisasi dan kualitas penyimpanan vaksin


(Dinkesprov Jabar, 2010). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat, cakupan desa UCI mencapai 80%.
Menurut Kepala Bidang P2PL, banyaknya pendatang di suatu
wilayah serta ibu-ibu yang melakukan posyandu dengan
berpindah-pindah tanpa adanya pemberitahuan kepada
petugas posyandu merupakan penyebab tidak meratanya
imunisasi di Kabupaten Bandung Barat.

Dengan imunisasi kita mendukung program pemerintah


untuk:

1. Mendorong tercapainya Universal Child


Immunization (UCI) dengan cakupan imunisasi
dasar lengkap termasuk Hepatitis B sebesar 80
persen merata di seluruh desa/kelurahan;
2. Melaksanakan sosialisasi imunisasi Hepatitis B
(HB Nol) pada bayi sedini mungkin (0-7 hari);
3. Membantu menemukan kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP/lumpuh layuh akut) untuk
membuktikan keberhasilan eradikasi Polio di
Indonesia;
4. Mempercepat tercapainya Eliminasi Tetanus
Neonatorum (ETN) dengan meningkatkan
cakupan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu
hamil dan calon pengantin, serta Wanita Usia
Subur (WUS);
5. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit Campak; dan
6. Mempercepat tercapainya Eradikasi Polio.

2) Gizi
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam
suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa
lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). Faktor
yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makan
dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua
faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan
pengetahuan tentang gizi anak tersebut (Suhardjo, 2003).
42

Usia remaja (10-19 tahun) biasanya sangat rentan terhadap


masalah gizi, karena pada usia remaja banyak mengalami perubahan
secara hormonal dan berpengaruh pada perubahan fisiknya.
Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi

yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa
ini, remaja sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan
sekolah maupun olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi
juga dibutuhkan untuk persiapan reproduksi (Sundari, 2004) Anak
remaja yang baru mengalami perubahan hormon maupun fisik
biasanya belum terlalu paham dengan perubahan tersebut dan masih
dalam tahap proses adaptasi. Pengetahuan sesorang, remaja utamanya
dipengaruhi oleh 2 pendidikan. Kurangnya pengetahuan gizi dapat
mengakibatkan, ketidakteraturan perilaku dan kebiasaan makan dapat
menjadi penyebab terjadinya masalah gizi (Notoadmodjo, 2005).
Peningkatan pengetahuan tentang gizi dapat dilakukan dengan
program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program
pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman,
2000).
Upaya untuk mencapai Lingkungan bersih sehat pada rumah
dan permukiman yang layak huni yang merupakan hak asazi dasar
manusia sesuai deklarasi Universal Hak-hak Asazi Manusia dan
Konvensi.

Meliputi:
1. Percepatan Perbaikan Gizi Melalui Program Seribu Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK);
2. Ibu hamil, Ibu menyusui, Bayi, Balita, Usia Subur, Produktif dan
Lansia;
3. Menyusui secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6
bulan;
4. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) kepada bayi
mulai usia 6 bulan;
5. Pemantauan pertumbuhan dan konseling balita;
6. Pengisian KMS berdasarkan jenis kelamin;
7. Penerapan konsumsi dengan gizi seimbang;
8. Pemberian suplemen zat gizi seperti Kapsul Vitamin A, Tablet
Tambah Darah, Garam Beryodium;
9. Pelacakan kasus gizi kurang oleh kader;
10. Tata laksana pemantauan gizi buruk untuk dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan; dan
11. Pemanfaatan data gizi dan kegiatan Posyandu bagi desa.

3) Kesehatan Ibu dan Anak


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak
43

prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat


dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik
terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong,

yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal


penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan
dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan
kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.

 Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya
untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

b) Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap
dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,
Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan
sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita
dan anak prasekolah secara mandiri di dalam
lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan
Karang Balita, serta di sekolah TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi,
anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifasdan ibu
menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi
dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta
masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dalam keluarganya.
44

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang,
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka


kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), umur harapan
hidup dan angka kematian balita (Depkes Rl, 1991). OIeh karena itu,
persalinan ibu harus mendapatkan fasilitas dan partisifasi seperti
tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat
setempat dan lainnya.

Untuk membentuk keluarga sehat tak lepas dari peranan seorang


ibu sebagai wanita yang mengandung dan melahirkan buah hati. Oleh
karena itu, setiap wanita harus memikirkan kesehatannya apakah dia
merencanakan kehamilan. Salah satu alasannya adalah bahwa sekitar
setengah dari seluruh kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan
yang tidak direncanakan beresiko lebih besar dari kelahiran prematur
dan Bayi lahir dengan BBLR.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya dibidang


kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga
berencana, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak sekolah.
Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek
non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk masyarakat, dalam hal ini penggunaan alat
transportasi/komunikasi, pendanaan, pendonor darah, pencatatan-
pemantauan dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada


masyarakat, pemuka masyarakat, serta menambah keterampilan para d
memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga
mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan
seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap
kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya
adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah
mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa,
karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutama ibunya.

Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing


kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah
hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai
anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan
orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.
45

Ada beberapa kegiatan dalam program kesehatan ibu dan anak,


diantaranya :

1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta


bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3. Pemantauan tumbuh kembang balita.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid dua kali pada ibu hamil serta
BCG, DPT tiga kali, Polio tiga kali, dan campak satu kali
pada bayi
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam
mencapai tujuan program KIA
6. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak
prasekolah untuk macam-macam penyakit ringan
7. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang
memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir
ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
8. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak
dan para dukun bayi serta kader-kader kesehatan.

1. Kesehatan Ibu
a) Meningkatkan Antenatal Care dalam konteks Kesehatan
Reproduksi dikelompok-kelompok Dasawisma;
b) Meningkatkan cakupan pelayanan pemeriksaan Ibu hamil
Kl dan K4 yang berkualitas dengan target yang akan
dicapai yaitu Kl = 100% dan K4 = 100%
c) Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan sebesar 100 %
d) Meningkatkan cakupan pelayanan risiko tinggi/komplikasi
obstetrik sebesar 95%
e) Meningkatkan pelacakan sebab kematian ibu dan neonatus
melalui kegiatan otopsi verbal dan Audit Maternal Perinatal
(AMP);
f) Meningkatkan pemberian Tablet Tambah Darah bagi ibu
hamil dan nifas; dan
g) Meningkatkan akses terhadap Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
stikerisasi P4K.

2. Kesehatan Anak
a) Meningkatkan pelayanan neonatal minimal 3 (tiga) kali
yaitu 1 (satu) kali pada 6-48 jam, 1 (satu) kali pada 3-7 hari
46

dan 1 (satu) kali pada 8-28 hari dengan target yang akan
dicapai yaitu KN : 100%

b) Meningkatkan pelayanan bayi minimal 4 (empat) kali,


yaitu satu kali pada 29 hari – 2 bulan, 1 (satu) kali pada 3 –
5 bulan, 1 (satu) kali pada 6 – 8 bulan, dan 1 (satu) kali
pada 9 – 11 bulan;
c) Meningkatkan cakupan deteksi dan stimulasi dini tumbuh
kembang Balita 80% menjangkau sasaran yang datang ke
fasilitas kesehatan; dan
d) Meningkatkan cakupan penanganan Balita sakit dengan
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
menjangkau 80% sasaran yang datang ke fasilitas
kesehatan.

4) Kesehatan Gigi dan Mulut


Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga, ibu dan
anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan target 50
persen pada ibu hamil dan 50 persen pada balita.

5) Kesehatan Lingkungan
A. Pengorganisasian
Untuk memantapkan pembinaan LBS di Kabupaten
Bandung Barat di bentuk Tim Pokja STBM Kabupaten, STBM
Kecamatan, STBM Desa. Dalam operasionalnya Tim Pembina
Mulai Kabupaten, Kecamatan, Puskesmas di bantu oleh Tim
Penggerak PKK Desa terdiri dari Sekretaris, Pokja I, Pokja II,
Pokja III, Pokja IV, Para Kepala selaku Ketua Pembina TP PKK
Desa di wilayah dan Dinas Terkait.

B. Indikator Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan


Bidang Lingkungan Bersih Sehat (LBS)
1. Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat
2. Anggota Rumah tangga yg melakukan cuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir
3. Anggota rumah tangga menggolah air minum dan
makanan
4. Anggota rumah tangga membuang sampah pada
tempatnya
5. Anggota rumah tangga mengelola air limbah.

C. Indikator Penilaian KESRAK PKK Bangga Kencana


Kesehatan Bidang Lingkungan Bersih Sehat (LBS)
Pelaksaan Pembinaan KB-KESRAK Bidang LBS terdiri
dari 3 Indikator yaitu Indikator Masukan, Indikator Proses, dan
Indikator Keluaran.
47

1. Indikator Input (Masukan)


a. Adanya dukungan kebijakan pembangunan/perbaikan
kesehatan lingkungan di kabupaten/kota, kecamatan
dan desa
- Adanya Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun
2016 tentang Strategi Desa STBM
- Adanya Peraturan Desa tentang Percepatan
STBM di Desa

b. Adanya rencana kegiatan program lingkungan bersih


sehat;
- Adanya pemicuan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat)
- Penyuluhan kepada Kader oleh Puskesmas
tentang peningkatan kualitas kesehatan
lingkungan
- Penyuluhan Kader kepada Masyarakat, secara
perorangan, kelompok atau masyakakat.

c. Adanya kegiatan pembiayaan kesehatan lingkungan di


kabupaten/kota, kecamatan dan desa;
- Sumber anggaran bersumber dari APBN,
APBD, dan APB-Des untuk kegiatan
peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.

d. Adanya sumber pembiayaan kesehatan lingkungan


secara swadaya masyarakat, swasta dan pemerintah;
e. Adanya kader kesehatan lingkungan dan Jumantik
yang aktif;
- Petugas kesehatan lingkungan: 32 orang
- Kader Kesehatan: 825 orang
- Kader Jumantik: 495 orang

f. Adanya lembaga/Pokja kesehatan lingkungan di desa;


- Terdapat POKJA IV AMPL pada tingkat
Kabupaten, Tingkat Kecamatan, Tingkat Desa
- Adanya Pokja STBM, di tingkat Kabupaten,
Kecamatan, dan Desa

g. Adanya media penyuluhan kesehatan lingkungan.


48

- Tedapat poster, leaflet, media video audio.

2. Indikator Proses
a. Adanya pelatihan kader kesehatan lingkungan dan
Jumantik disetiap Puskesmas pesertanya adalah kader
kesehatan Lingkungan dari setiap Desa
b. Adanya pemicuan STBM disetiap Desa dengan 5 pilar
c. Adanya Rencana Tindaklanjut dari pemicuan STBM
dengan Merubah Perilaku dan Menbangungan Sarana
d. Adanya rencana kegiatan kesehatan lingkungan oleh
masyarakat;
e. Adanya pembinaan dan penyuluhan kesehatan
lingkungan;
Pemicuan STBM dan Penyuluhan dilakukan rutin dan
berkala dengan membahas indikator-indikato LBS 5
pilar yaitu:
1) Jamban Keluarga (Stop Buang Air Besar
Sembarangan)
2) Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Air
Mengalir
3) Pengolahan Makanan dan Minuman
4) Pengolahan Sampah
5) Pengolahan Air Limbah

f. Adanya pencatatan kondisi kesehatan lingkungan


rumah tangga;
- Petugas kesehatan lingkungan yg ada di
puskesmas secara rutin setiap satu bulan sekali
melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
(IKL) bersama kader ke tiap rumah yg ada di
desa.

g. Adanya ketrampilan kader untuk Pemicuan STBM


h. Adanya pelatihan Higiene Sanitasi Pangan (HSP)
untuk rumah makan, jasa boga, penjamah makanan
dan ibu rumah tangga yang menjadi penjamah
makanan.
i. Adanya pelatihan sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU)
j. Adanya pelatihan Pokja AMPL.

3. Indikator Output (Keluaran)


49

a) Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan


Jamban Sehat
Tercapainya Kabupaten ODF (Open
Defecation Free) atau Kabupaten SBS (Stop BAB
Sembarangan). Kabupaten Bandung Barat menjadi
kabupaten pertama di Provinsi Jawa Barat dari 27
Kabupaten/Kota yang sudah mendeklarasikan diri
menjadi kabupaten yang sudah terbebas dari
kebiasaan BAB sembarangan.

Program ini dimulai sejak tahun 2011 hingga bulan


Agustus 2020.

b) Persentase Rumah Tangga yang Sudah


Melaksanakan CTPS
Sejak pandemi COVID-19 pada Maret 2020
perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) banyak
digalakkan oleh berbagai tatanan di masyarakat.
Mulai dari rumah tangga, tempat ibadah, perkantoran,
sarana pendidikan dan tempat-tempat umum seperti
pasar dan terminal. Sebelum pandemi COVID-19
dilaksanakan kampanye CTPS ke beberapa Sekolah
Dasar di wilayah prioritas stunting Kabupaten
Bandung Barat.

c) Persentase Rumah Tangga yang Memakai Air


Bersih dan Pengolahan Makan
Dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh
petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dan
Dinas Kesehatan ke DAMIU, rumah makan, jasa
boga dan restoran yg ada di Kabupaten Bandung
Barat. Dilakukan pemeriksaan sampel air dan
makanan setiap 6 bulan sekali serta inspeksi sarana
prasarana, proses pengelolaan makanan dan penjamah
agar menghindari kejadian yang tidak diinginkan
seperti keracunan makanan.

d) Persentase Rumah Tangga yang Melakukan


Pengolahan Sampah dan Pemanfaatan Sampah
Dibentuknya Bank Sampah di beberapa desa di
wilayah Kabupaten Bandung Barat yang dikelola oleh
lembaga masyarakat. Sampah yang sudah terkumpul
dan terpilah dimanfaatkan kembali oleh pengelola
bank sampah. Sampah basah dibuat menjadi kompos,
sedangkan sampah plastik diolah untuk barang-
barang kebutuhan rumah tangga seperti tas, tikar,
payung, batako, bahkan ada yang dibuat menjadi
sumber alternatif pembangkit tenaga listrik
50

e) Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan


Sistem Pembuangan Ail Limbah (SPAL)
Memenuhi Syarat

f) Persentase Rumah Tangga yang Bebas Jentik


(ABJ)
Dilakukan gerakkan pemeriksaan jentik yang
dipandu oleh kade jumantik setiap hari jumat sesudah
senam bersama masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai