b) Posyandu
1) Jumlah Posyandu dengan kegiatannya yang terintegrasi dalam
layanan sosial dasar terpadu;
2) Jumlah kader Posyandu, dan kader lainnya;
3) Jumlah Ibu hamil, menyusui dan nifas;
4) Jumlah bayi 0-24 bulan dan anak 24-59 bulan;
5) Jumlah keluarga yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) terintegrasi dengan Posyandu; dan
6) Jumlah "Posyandu Aktif".
c) Revitalisasi Posyandu
Melaksanakan kegiatan pelayanan sosial dasar yang terintegrasi
sesuai dengan keperluan daerah:
15
16
d) Penyuluhan – Penyuluhan
1) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan;
2) Penyuluhan PHBS dan perilaku yang menjadi target
GERMAS;
3) Penyuluhan Gizi dan KIA;
4) Penyuluhan Ketahanan Keluarga dan Narkoba;
5) Penyuluhan Keluarga Berencana pada keluarga dan kelompok
remaja;
6) Penyuluhan tentang kanker leher rahim (IVATest) dan kanker
payudara;
7) Penyuluhan Peningkatan Ekonomi Keluarga, Koperasi;
8) Penyuluhan Kesejahteraan Sosial;
9) Penyuluhan tentang Kepesertaan BPJS;
10) Penyuluhan Ketahanan Pangan;
11) Penyuluhan tentang Pendidikan dan Perkembangan Anak;
12) Penyuluhan Keagamaan;
13) Penyuluhan 10 Program Pokok PKK;
14) Penyuluhan Tentang Stunting;
15) Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Mengalir;
16) Penyuluhan Protokol Kesehatan pada masa Pandemi Covid-19
melalui media sosial Instagram dan Whatsapp Group.
1) Kegiatan Sekretariat
Administrasi Tim Penggerak PKK Kabupaten Bandung
Barat mengacu kepada hasil Rakernas VIII tahun 2015
1. Membuat surat permohonan perlengkapan ruangan
TP PKK
2. Membuat Surat Laporan Perkembangan Kegiatan/
Tahunan TP PKK Kab. Bandung Barat
17
6) Penguatan Kemitraan
Penguatan Kemitraan merupakan tindak lanjut dari Rapat
Koordinasi Program BANGGAKENCANA yang diselenggarakan
oleh Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
Kabupaten Bandung Barat yang langsung di fasilitasi oleh Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Bara. Secara khusus, Kemitraan
diselenggarakan untuk memberikan penekanan kepada peningkatan
peran pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam operasionalisasi
Program BANGGAKENCANA. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan peran serta pemangku kepentingan dan mitra kerja
dalam operasionalisasi Program BANGGAKENCANA pada
umumnya, khususnya di Kampung KB dan daerah legok, serta
menyusun rencana tindak lanjutnya.
Kemitraan dengan para pemangku kepentingan dan mitra kerja
yang dibangun BKKBN diwadahi dalam Nota Kesepahaman Bersama
atau Memorandum of Understanding (MoU). Berdasarkan data
BKKBN tahun 2016, terdapat sebanyak 110 Nota Kesepahaman
Bersama antara BKKBN dan para pemangku kepentingan/mitra kerja.
Tujuan penyelenggaraan kemitraan ini sejalan dengan upaya
pencapaian sasaran-sasaran pembangunan kependudukan dan keluarga
berencana sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Sasaran-sasaran tersebut di antaranya menurunkan angka kelahiran
total (total fertility rate/TFR) dari 2,6 menjadi 2,28 anak per wanita,
meningkatkan pemakaian alat/obat kontrasepsi (contraceptive
prevalence rate/CPR) dari 61,9 persen menjadi 66,0 persen, dan
menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak terlayani (unmet need) dari
11,4 persen menjadi 9,91 persen pada tahun 2020.
32
c) Data Keluarga
1. Data sesuai dengan Indikator Keluarga;
2. Jenis, sifat, format, basis data, kodefikasi, dan
metadata yang dapat dengan mudah diintegrasikan;
3. Akurat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan;
4. Mampu rekam pada alat/sarana pencatatan,
pengumpulan, pengolahan, penyajian, pemanfaatan
dan penyimpanan data yang andal, aman, dan mudah
dioperasikan.
d) Data Demografi
1. Data tentang Kepala keluarga menurut status
perkawinan;
2. Kepala keluarga menurut jenis kelamin dan
pendidikan;
3. Status pekerjaan ibu/istri;
4. Jumlah jiwa dalam keluarga;
5. Wanita Usia Subur (15–49 Tahun);
6. Jumlah jiwa menurut kelompok umur.
C. Program Kampung KB
1) Operasional Kampung KB
Pembangunan keluarga sejahtera maknanya identic dengan
pengentasan kemiskinan, karena tujuannya sama meningkatkan
derajat individu, keluarga dan masyarakat. Secara sederhana keluarga
itu akan sejahtera, apabila: Bebannya tidak berat, ekonominya kuat
dan ketahanannya mantap.
Program pembangunan keluarga yang terakumulasi dalam
BANGGAKENCANA dengan empat pokok garapan yaitu
Pendewasaan Usia Perkawinan, pengaturan kelahiran, pemantapan
ketahanan keluarga dan pemberdayaan ekonomi keluarga serta
ditambah dengan pengendalian pemantauan, pengamatan serta
pembinaan penduduk merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan.
Ketahanan keluarga harus diawali dengan kualitas masing-
masing anggota keluarga terdiri dari bapak, ibu, anak dan anggota
keluarga lainnya yang mempunyai akhlak, nilai-nilai moral yang baik
dan tentunya harus dilandasi dengan pendidikan dan pemahaman
agama yang kuat untuk diimplementasikan dalam keluarga dan
masyarakat, hal tersebut sebagai landasan keluarga menjadi keluarga
yang baik, harmonis, tidak mudah tercerai-berai sehingga terwujudnya
ketahanan keluarga yang tangguh.
Unsur diatas baik perkawinan dan pengaturan kelahiran,
ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga bias tercapai apabila
keluarga melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik. Paling sedikit
ada 8 fungsi keluarga yaitu: fungsi agama, fungsi
sosialisasi/pendidikan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi
perlindungan, fungsi kasih saying, fungsi social budaya maupun
pembinaan lingkungan.
Pelaksanaan delapan fungsi keluarga tidak bias hanya
dilaksanakan masing-masing keluarga, akan tetapi ada keterkaitan
antara satu keluarga dengan keluarga yang lain yang terhimpun dalam
kesatuan di lingkungan terdekat. Itulah maknanya pembentukan
Kampung KB masa kini dan masa yang akan dating.
37
3) Sarahsehan Tingkat RT
Pertemuan ditingkat RT minimal dilaksanakan setiap tiga bulan sekali
(atau sesuai kebutuhan masyarakat) yang dipimpin langsung oleh
Ketua RT. Dilaksanakannya setelah selesai analisa pendataan. Hal-hal
yang dibicarakannya adalah:
1) Membahas hasil pendataan kemudian dituangkan dalam peta
keluarga tingkat RT
2) Membahas masalah-masalah dan potensi yang ada ditingkat
RT
3) Menyusun Program Kerja yang akan dibawa/diusulkan
didalam rapat RW/ Kampung
38
2) Materi Pembahasan
a) Evaluasi pelaksanaan Program tahun yang lalu
b) Perencanaan program tahunan yang diusulkan masing-
masing RT
c) Pembahasan program masing-masing seksi.
5) Operasionalisasi Kampung KB
Kegiatan rutin Kampung KB dilaksanakan secara terus menerus oleh
pengurus Pokja Kampung KB termasuk seksi-seksi dan keluarga
terhadap program BANGGAKENCANA dan lintas sector terkait
melalui penerapan 8 fungsi keluarga. Dengan adanya Kampung KB,
keluarga semakin meningkat kesejahteraannya dan tidak terdapat lagi
keluarga miskin di Kampung KB. Miskin tidak hanya kekurangan
ekonomi tapi terhindar dari segala bentuk kemiskinan diantaranya:
Miskin Harta, Miskin Ibadah, Miskin Sosial, Terhindar dari
kebodohan dan keterbelakangan.
2) Penasehat
39
3) Ketua Pokja
a) Menentukan kebijakan dan strategi program kegiatan
Kampung KB
b) Membimbing dan membina seluruh pengurus Pokja
c) Melakukan koordinasi dengan semua pihak.
4) Sekretaris
a) Melakukan tatalaksana administrasi Kampung KB
b) Menerima dan mengolah laporan pelaksanaan Kampung
KB
c) Membuat laporan dan evaluasi kegiatan Kampung KB
5) Bendahara
Menerima, membayarkan, mencatat, melaporkan dan
mempertanggungjawabkan semua aktifitas keuangan Kampung
KB
6) Seksi-seksi.
a) Seksi Keagamaan
b) Seksi Pendidikan/ Sosialisasi
c) Seksi Reproduksi
d) Seksi Ekonomi
e) Seksi Perlindungan
f) Seksi Kasih Sayang
g) Seksi Sosial Budaya
h) Seksi Pembinaan Lingkungan
c) Imunisasi
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang terlaksana di Indonesia dimulai tahun 1956.
Melalui program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit
cacar oleh WHO sejak tahun 1974. Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) pada tahun 1977 sebagai fase awal
menurunkan angka kesakitan serta kematian balita atau
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Melalui PPI sejak tahun 1980 imunisasi rutin dilakukan dan
dikembangkan sampai sekarang dengan pemberian tujuh jenis
vaksin yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B (HB), TT
dan DT (Ditjen PP & PL, 2005). Kementerian Kesehatan
menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata pemerintah untuk
mencapai Millennium Development Goals (MDGS),
khususnya untuk menurunkan angka PD3I.
2) Gizi
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam
suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa
lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). Faktor
yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makan
dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua
faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan
pengetahuan tentang gizi anak tersebut (Suhardjo, 2003).
42
yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa
ini, remaja sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan
sekolah maupun olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi
juga dibutuhkan untuk persiapan reproduksi (Sundari, 2004) Anak
remaja yang baru mengalami perubahan hormon maupun fisik
biasanya belum terlalu paham dengan perubahan tersebut dan masih
dalam tahap proses adaptasi. Pengetahuan sesorang, remaja utamanya
dipengaruhi oleh 2 pendidikan. Kurangnya pengetahuan gizi dapat
mengakibatkan, ketidakteraturan perilaku dan kebiasaan makan dapat
menjadi penyebab terjadinya masalah gizi (Notoadmodjo, 2005).
Peningkatan pengetahuan tentang gizi dapat dilakukan dengan
program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program
pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman,
2000).
Upaya untuk mencapai Lingkungan bersih sehat pada rumah
dan permukiman yang layak huni yang merupakan hak asazi dasar
manusia sesuai deklarasi Universal Hak-hak Asazi Manusia dan
Konvensi.
Meliputi:
1. Percepatan Perbaikan Gizi Melalui Program Seribu Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK);
2. Ibu hamil, Ibu menyusui, Bayi, Balita, Usia Subur, Produktif dan
Lansia;
3. Menyusui secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6
bulan;
4. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) kepada bayi
mulai usia 6 bulan;
5. Pemantauan pertumbuhan dan konseling balita;
6. Pengisian KMS berdasarkan jenis kelamin;
7. Penerapan konsumsi dengan gizi seimbang;
8. Pemberian suplemen zat gizi seperti Kapsul Vitamin A, Tablet
Tambah Darah, Garam Beryodium;
9. Pelacakan kasus gizi kurang oleh kader;
10. Tata laksana pemantauan gizi buruk untuk dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan; dan
11. Pemanfaatan data gizi dan kegiatan Posyandu bagi desa.
Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya
untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
b) Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap
dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,
Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan
sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita
dan anak prasekolah secara mandiri di dalam
lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan
Karang Balita, serta di sekolah TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi,
anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifasdan ibu
menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi
dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta
masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dalam keluarganya.
44
1. Kesehatan Ibu
a) Meningkatkan Antenatal Care dalam konteks Kesehatan
Reproduksi dikelompok-kelompok Dasawisma;
b) Meningkatkan cakupan pelayanan pemeriksaan Ibu hamil
Kl dan K4 yang berkualitas dengan target yang akan
dicapai yaitu Kl = 100% dan K4 = 100%
c) Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan sebesar 100 %
d) Meningkatkan cakupan pelayanan risiko tinggi/komplikasi
obstetrik sebesar 95%
e) Meningkatkan pelacakan sebab kematian ibu dan neonatus
melalui kegiatan otopsi verbal dan Audit Maternal Perinatal
(AMP);
f) Meningkatkan pemberian Tablet Tambah Darah bagi ibu
hamil dan nifas; dan
g) Meningkatkan akses terhadap Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
stikerisasi P4K.
2. Kesehatan Anak
a) Meningkatkan pelayanan neonatal minimal 3 (tiga) kali
yaitu 1 (satu) kali pada 6-48 jam, 1 (satu) kali pada 3-7 hari
46
dan 1 (satu) kali pada 8-28 hari dengan target yang akan
dicapai yaitu KN : 100%
5) Kesehatan Lingkungan
A. Pengorganisasian
Untuk memantapkan pembinaan LBS di Kabupaten
Bandung Barat di bentuk Tim Pokja STBM Kabupaten, STBM
Kecamatan, STBM Desa. Dalam operasionalnya Tim Pembina
Mulai Kabupaten, Kecamatan, Puskesmas di bantu oleh Tim
Penggerak PKK Desa terdiri dari Sekretaris, Pokja I, Pokja II,
Pokja III, Pokja IV, Para Kepala selaku Ketua Pembina TP PKK
Desa di wilayah dan Dinas Terkait.
2. Indikator Proses
a. Adanya pelatihan kader kesehatan lingkungan dan
Jumantik disetiap Puskesmas pesertanya adalah kader
kesehatan Lingkungan dari setiap Desa
b. Adanya pemicuan STBM disetiap Desa dengan 5 pilar
c. Adanya Rencana Tindaklanjut dari pemicuan STBM
dengan Merubah Perilaku dan Menbangungan Sarana
d. Adanya rencana kegiatan kesehatan lingkungan oleh
masyarakat;
e. Adanya pembinaan dan penyuluhan kesehatan
lingkungan;
Pemicuan STBM dan Penyuluhan dilakukan rutin dan
berkala dengan membahas indikator-indikato LBS 5
pilar yaitu:
1) Jamban Keluarga (Stop Buang Air Besar
Sembarangan)
2) Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Air
Mengalir
3) Pengolahan Makanan dan Minuman
4) Pengolahan Sampah
5) Pengolahan Air Limbah