Anda di halaman 1dari 18

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN I

TUGAS KELOMPOK
AKHLAK SOSIAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al islam kemuhammadiyahan yang
diampu oleh

Izzul Islam Alwi ,S.Sos

Disusun oleh

Andira Rusman P419036


Fatwa P419041
Nur Hidayatul Umrah P419055

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kenikmatan kepada penulis khususnya umumnya untuk kita semua, karena berkat hidayah
dan inayah-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini, shalawat beserta salam marilah kita
curahkan kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW.

       Penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing penulis di dalam
penyusunan makalah ini, namun penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan
kebaikan.

      Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi
kita semua juga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa diberikan
keistiqamahan di dalam  beribadah dan diberikan hidayah supaya kita bisa melaksanakan
ibadah haji. Amin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
    B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
    C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
   A.  Pandangan Islam tentang kehidupan sosial............................................................. 3
   B.   Masyarakat damba’an Islam................................................................................... 5
   C.  Toleransi inter dan antar umat beragama................................................................. 7
   D.  Prinsip dalam mewujudkan kesejahtraan sosial..................................................... 10
   E.   Pandangan Islam terhadap Kemiskinan, Kebodohan, Pengangguran.................. 11
BAB III PENUTUP
    A. Kesimpulan...........................................................................................................  15
    B. Saran...................................................................................................................... 15
DAFTAR  KEPUSTAKAAN..................................................................................... 16
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Islam adalah agama rahmatan lil alami. Rahmat bagi seluruh alam. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam Islam, kesejahteraan sosial suatu umat adalah hal yang penting. Dalam Al
Qur’an dijelaskan secara lengkap, maksud kesejahteraan sosial, definisinya, dan cara
melakukannya.
Manusia adalah hamba Allah SWT. Mempunyai dua sistem kehidupan. Yaitu
kehidupan rohani dan jasmani. Kedua-duanya bersifat simbiosis atau organik. Satu sama lain
saling manyatu dan membutuhkan. Jika sistem rohani sakit maka jasmani akan mengalami
sakit. Demikian juga sebaliknya, jika jasmani sakit, maka rohanipun ikut sakit. Oleh karena
itu, Islam sangat memperhatikan keseimbangan antara kedua sistem tersebut. Untuk itu, maka
akidah dan ibadah dalam Islampun bukan saja bersifat keimanan dan ritual yang hanya
melahirkan kesalihan individu, melainkan juga bersifat sosial yaitu menyeluruh, yang dapat
melahirkan keshalihan sosial (struktural).
Perhatian Islam terhadap masalah sosial dapat dilihat, misalnya adzan, di dalamnya
terdapat dua seruan, yakni hayya ‘alash shalah dan hayya ‘alal falah (mari sama-sama
melaksanakan dan menegakkan shalat, dan mari bersama-sama menuju kebahagiaan). Seruan
pertama bersifat ritual dan vertikal, sedang kedua bersifat sosial dan horisontal.
Contoh lain ialah pelaksanaan sholat. Ia diawali dengan takbirratul ihram, dan diakhiri
dengan salam. Takbiratul ihram berarti mengagungkan dzat Pencipta alam semesta (vertikal),
dan salam berarti mengajak kepada semua muslim untuk menyebarkan kesejahteraan sosial
(horisontal). Memang keimanan dan ibadah (individual) dalam Islam itu mengarah pada
terwujudnya masyarakat yang baik dan sejahtera.
Perhatian Islam terhadap masalah kesejahteraan sosial dapat dicermati pula dari dua
alasan. Pertama, ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah sosial jauh labih banyak
dibandingkan ayat yang berkenaan dengan masalah keimanan dan ibadah pribadi, yaitu
100:1. Jika ada seratus ayat sosial, maka hanya ada satu ayat keimanan dan ibadah. Kedua,
ibadah khusus seperti puasa, dapat diganti dengan amal sosial, tetapi sebaliknya, ibadah
sosial tidak dapat digamti dengan ibadah khusus.
Berkaitan dengan upaya mewujudkan kesejahteraan sosial dalam kehidupan
kemasyarakatan, Islam bukan saja memiliki perangkat etik, tetapi juga dilengkapi dengan
sejumlah instrumen. Adapun instrumen itu antara lain ialah zakat, infak, dan shadaqah.
Khusus mengenai zakat, intrumen ini mendapat tempat khusus dalam al-Qur’an. Ia disebut
secara sendirian sebanyak 10 kali, dan disebut bersama-sama shalat sebanyak 82 kali,
sehingga secara keseluruhan zakat disebut sebanyak 112 kali. Ini menandakan bahwa Islam
sangat memperhatikan kesejahteraan sosial dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini
tergambar dari antusiasme ajaran Islam yang mempunyai keberpihakan kepada kelompok
lemah (mustadh‘afîn) lewat program zakat. Program zakat merupakan program yang
bermuatan ritual dan sosial. Sebagai program ritual, zakat adalah implementasi dari rasa
syukur individu atas karunia (kekayaan) yang diberikan oleh Allah. Sedangkan sebagai
program sosial, zakat berfungsi sebagai program aksi pemerataan distribusi dalam rangka
mengurangi jumlah kemiskinan.
Kesadaran akan nilai membawa pengaruh kepada umat Islam bahwa mereka lebih
peka terhadap pelanggaran ninai dan norma daripada ketimpangan sosial. Misalnya, apabila
ada pelanggaran norma moral, secara antusias meraka memperhatikan dan membicarakannya,
namun apabila ada berita tentang kelaparan, bencana alam, dan sebagainya, perhatian mereka
kurang. Masalah ketimpangan sosial, dianggapnya suatu yang biasa, dan telah menjadi
suratan takdir Tuhan.
Melihat permasalahan tersebut, maka perlu dirumuskan paradigma baru, yang lebih
memberi perhatian kepada aspek sosial ekonomi masyarkat sebagai prasyarat tercapainya
kesejahteraan sosial daripada aspek moral. Dipihak lain, penerobosan terhadap batasan
kelompok, harus diartikan sebagai usaha untuk melakukan “penjembatan hubungan antar
segmen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pandangan islam tentang kehidupan sosial?
2. Bagaimana masyarakat dambaan islam?
3. Bagaimana toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam?
4. Bagaimana prinsip-prinsip islam dalam mewujudklan kesejahteraan sosial?
5. Bagaimana pandangan islam terhadap beberapa persoalan sosial; kemiskinan,
kebodohan, dan pengangguran?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pandangan islam tentang kehidupan sosial
2. Mendeskripsikan masyarakat dambaan islam.
3. Mengetahui toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam.
4. Mengetahui prinsip-prinsip islam dalam mewujudklan kesejahteraan sosial.
5. Mengetahui pandangan islam terhadap beberapa persoalan sosial; kemiskinan, kebodohan,
dan pengangguran
BAB II

PEMBAHASAN

Akhlak Sosial

2.1 Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial

Dalam Islam, perilaku sosial merupakan salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia dalam segi bathiniyah diciptakan dari berbagai macam naluri, di antaranya memiliki naluri
baik dan jahat. Naluri baik manusia sebagai makhluk sosial itulah yang disebut fitrah, dan naluri jahat
apabila tidak dituntun dengan fitrah serta agama akan menjadi naluri yang bersifat negatif.

Dalam Alquran telah dijelaskan mengenai naluri manusia sebagai makhluk sosial dan tujuan dari
penciptaan naluri tersebut:

“Kami telah menentukan di antara mereka keadaan hidup mereka di dunia ini, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka daripada sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka
mengambil manfaat dari sebagian lain.” (QS Az-Zukhruf: 32)

Sejatinya daya tahan naluri manusia terhadap hal-hal jahat (negatif), ditentukan oleh tingkat
kedekatan seorang hamba kepada Allah SWT. Senada dengan apa yang dikemukakan Ketua PBNU
KH Hasyim Muzadi dikutip dari media Republika, bahwasanya hablumminallah dan hablumminannas
adalah cerminan dari tauhid ibadah dan perilaku sosial yang akan membentuk karakter Islami yang
spesifik. Karena setiap manusia secara alamiah telah diperlengkapi oleh Allah SWT instrumen-
instrumen kemanusiaan yang dapat mengangkat hakat dan martabat manusia itu.

Akan tetapi, perilaku sosial tersebut belumlah sempurna sebelum ada sentuhan tauhid dan ibadah serta
nilai-nilai sosial Islam. Hal ini disebabkan, karena manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja,
namun juga akan hidup dalam kehidupan selanjutnya yakni hidup dalam alam barzakh dan alam
akhirat, ungkapnya.Di lain sisi, Rasulullah Saw telah banyak memberikan contoh dan teladan yang
universal tentang perilaku sosial dalam masyarakat. Seperti ketika Rasulullah Saw berada dalam
sebuah majelis berkumpul bersama para sahabat, ketika itu para sahabat banyak yang datang dari
golongan rendah (miskin). Seperti Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Suhayb Khabab bin Al-Arat.
Mereka berpakaian sederhana, kusut dan jubah bulu yang tradisional. Meskipun demikian, merekalah
sahabat setia Rasulullah dalam memperjuangkan risalah dan dakwah Islam.

Dalam majelis itu juga hadir para bangsawan. Mereka melihat para sahabat dengan tatapan kurang
nyaman karena akan duduk berdekatan dengan rakyat miskin yang tidak lain merupakan sahabat
Rasulullah Saw.

Seraya berkata kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, bisakah kami mendapatkan majelis
khusus bagi kami dan tidak bersama dengan rakyat miskin ini. Mayarakat Arab tahu dan mengenal
kemuliaan kami. Utusan-utusan dari berbagai Qabilah Arab akan datang dalam majelis ini. Kami
sebagai bangsawan merasa malu apabila mereka melihat kami duduk satu majelis dengan rakyat
biasa."

Salah seorang bangsawan menegaskan kembali, "Bau Salman al-Farisi membuatku terganggu.
Buatlah majelis khusus bagi kami para bangsawan, sehingga kami tidak berkumpul bersama mereka.
Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami."
Sehingga turunlah Surat Al-An’am Ayat 52 yang berbunyi: "Dan janganlah kamu mengusir orang-
orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki
keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu
pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan
kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim."

Rasulullah dengan tenang meminta sahabatnya untuk duduk lebih berdekatan lagi, merapat dengan
lutut Rasulullah Saw. Beliau lalu memulai majelis dengan ucapan "Assalamu'alaikum", seakan
menjawab permintaan para bangsawan Quraisy tadi.

Dengan adanya peristiwa tersebut, Rasulullah Saw untuk selanjutnya selalu berkumpul bersama para
sahabatnya. Mereka duduk dalam satu majelis dan berdekatan dengan tidak memandang golongan
rendah ataupun bangsawan.

Dari kisah di atas, Rasulullah Saw mengajarkan serta memberikan teladan kepada umat mengenai
perilaku sosial yang harus ada dalam jiwa umat Islam. Tidak adanya perbedaaan antar golongan,
maupun saling menjatuhkan dan saling mengunjing, karena sesungguhnya Allah SWT tidak melihat
rupa, harta dan derajat seseorang. Allah SWT akan melihat ke dalam hati umat manusia yang
bertakwa, Innallah la yandzuru ila ajsadikum, wa la ila suwarikum, wa laiknna allah yandzuru ila
qulubikum.

Di sinilah letak Islam sangat menjunjung tinggi perilaku sosial antar umat manusia. Perilaku yang
bersifat menindas serta merendahkan martabat manusia hanya untuk kepentingan sebelah pihak
semata, sangat dilarang dalam Islam. Dan Islam mengajarkan tasammuh yang lebih universal, tidak
memandang dan berpihak hanya kepada golongan tertenu namun kepada umat manusia secara
keseluruhan. Itulah perwujudan dari hablumminannas.Negara-negara muslim seyogyanya peka
terhadap aspek perilaku sosial. Hendaknya pula menjadi negeri yang mencerminkan kepribadian serta
perilaku sosial bermasyarakat yang baik antara sesama masyarakat dan umat manusia di berbagai
negeri.

2.2 Masyarakat Dambaan Islam

Masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar untuk pembentukan karakter individu-individu
didalam masyarakat tersebut. Setiap individu akan terpola dalam masyarakat dan terpengaruh oleh apa
yang ada di dalamnya, baik berupa pemikiran maupun tingkah lakunya. Apabila masyarakat berpola
jahiliyah maka tiap tiap individu yang ada didalamnya akan berperilaku dan berpikiran jahiliyah pula.
Apabila masyarakat mencerminkan nilai islami maka tiap tiap individu yang ada didalamnya
berperilaku dan berpikiran islami pula.

Manusia adalah mahluk sosial, yang harus hidup bersama manusia yang lain. Sudah barang tentu tiap
individu yang satu akan mempengaruhi individu yang lain. Sebagaimana yang kita fahami bahwa
hubungan individu satu dengan yang lain dalam bermasyarakat harus mencerminkan nilai-nilai islami,
islam sebagai idiologi dalam pembentukan tatanan masyarakat. Disini perlu adanya konsep yang jelas
terkait dengan pembentukan masyarakat yang islami tersebut.

Ibnu Qoyyim al-Jauzy mengatakan bahwa pembentukan masyarakat islami bertujuan membangun
hubungan yang kuat antara individu sebuah masyarakat dengan menerapkan sebuah ikatan yang
terbangun diatas kecintaan sebagai realisasi sabda Rasulullah yang berbunyi ”Tidaklah sempurna
iman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri.” (HR. Bukhari)
Pembentukan masyarakat yang memiliki jiwa membangun menurut ibnu Qoyyim ialah yang mampu
menghasilkan individu masyarakat yang saling mencintai sebagian dengan sebagian yang lain, dan
saling mendo’akan walaupun mereka saling berjauhan. Dan sebagai buah dari do’a ini malaikat akan
mengaminkan do’a seseorang untuk saudaranya yang lain yeng telah dido’akannya.

Termasuk dari buah kecintaan seseorang kepada saudaranya adalah bahwa kecintaan tersebut akan
menghantarkan kebaikan kepadanya, baik dalam hidupnya didunia maupun setelah kematiannya.

Akhlak Islam Dalam Masyarakat sebagaimana masyarakat Islam itu memiliki keistimewaan di
bidang aqidah, ibadah dan pemikiran, maka ia juga memiliki keistimewaan dalam masalah
akhlaq.Akhlaq merupakan bagian penting dari eksistensi masyarakat Islam. Mereka adalah
masyarakat yang mengenal persamaan keadilan, kebajikan dan kasih sayang, kejujuran dan
kepercayaan, sabar dan kesetiaan, rasa malu dan kesetiaan, 'izzah dan ketawadhu'an, kedermawanan
dan keberanian, perjuangan dan pengorbanan, kebersihan dan keindahan, kesederhanaan dan
keseimbangan, pemaaf dan penyantun, serta saling menasihati dan bekerjasama (ta'awun). Mereka
beramar ma'ruf dan nahi munkar, melakukan segala bentuk kebaikan dan kemuliaan, keutamaan
akhlaq, semua dengan niat ikhlas karena Allah, bertaubat dan bertawakal kepada-Nya, takut
menghadapi ancaman-Nya dan mengharap rahmat-Nya. Memuliakan syiar-syiarNya, senang untuk
memperoleh ridhaNya, menghindari murka-Nya, dan lain-lain dari nilai-nilai Rabbaniyah yang telah
banyak dilupakan oleh manusia. Ketika kita berbicara tentang akhlaq, maka bukanlah akhlaq itu
hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia saja, akan tetapi ia mencakup hubungan
manusia dengan penciptannya juga. Dalam menjalin hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain perlu adanya perilaku yang membuat hubungan tersebut menjadi harmonis. Hubungan yang
mampu menjadikan individu yang ada didalam masyarakat merasa tenteram, tidak ada yang membuat
resah. Akhlak islami mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan hubungan tersebut.
Akhlak islami bisa kita lihat dari tiap-tiap individu dengan melihat perilaku kesehariannya. Perilaku
yang merupakan spontan tanpa ada rekayasa atau dengan dibuat-buat.

Kita banyak mendapatkan teori tentang akhlak islam, baik pelajaran agama disekolah, pengajian
dimasjid, dan masih banyak lagi. Tapi ketika ilmu yang kita dapatkan tadi tanpa ada realisasi maka
akhlak islami tersebut tidak akan muncul dalam diri kita. Akhlak islami banyak didapatkan ketika kita
berinteraksi dengan masyarakat. Dekat dengan orang sholeh, agar kita bisa belajar akhlak islam yang
mulia. Sebagai perumpamaan, apabila kita dekat dengan penjual minyak wangi maka kita akan
tertular bau wangi. Begitu juga kita ketika dekat dengan kebaikan maka akan tertular juga dengan hal
yang baik.

2.3 Toleransi Inter dan antarumat Beragama dalam Islam

Terdapat delapan akhlak sosial islami ketentuan hukum dan impelementasinya:

1) Akhlak Saling Menyayangi

Banyak Peristiwa pada akhir-akhir ini yang menunjukkan semakin hilangnya akhlak
saling menyayangi di antara anggota masyarakat. Perkelahian antar kampung di beberapa propinsi,
perampokkan dan pembunuhan, pembalakan hutan dan penyiksaan hewan, bahkan ada penyiksaan
terhadap anak-anak dan sesama umat islam .

Setiap orang yang beriman harus saling menyayangi, tidak hanya sesama teman, tetapi kasih sayang
kepada hal-hal yang bersifat umum, seperti sesama manusia, terhadap manusia yang berbeda
keyakinan, terhadap keluarga dan bahkan terhadap alam.Berikut ini adalah tauladan kasih sayang
yang di sampaikan Rasul.

a. Kasih sayang Terhadap sesama muslim

Setiap muslim atau umat manusia di harapkan saling menyayangi. Sesama umat harus saling
berbagi dan menerima dengan niat ikhlas, sehingga dapat mencapai kebahagiaan bersama.Janaganlah
kita acuh terhadap sesama muslim, sehingamuslim lain menderita baik secara lahir maupun batin.

b. Kasih sayang terhadap orang musrik

Toleransi terhadap umat beragama, pada saat ini masih merupakan hal penting dalam kehidupan
bersosial di Indonesia, karena di Negara kita banyak perbedaan baik dalam keyakinan , ekonomi,
social, maupun budaya

c. Kasih sayang tehadap anak-anak

Anak-anak adalah amanah bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya.Terhadap anak-anak
tersebut, haruslah kita berikan kasih sayang yang cukup dan bekal ilmu supaya dapat berkembang
secara maksimal.Tugas orangtua untuk membimbing dan memeberikan pengawasan yang cukup
terhadap anak.

d. Kasih sayang terhadap alam

Banyak contoh kecil, bahwa kita sekarang kurang menyayangi alam. Membuang sampah
sembarangan yang berakibat polusi dan banjir .Menebang pohon sembarangan yang berakibat banjir.

2) Beramal Sholeh

Beramal sholeh dapat di artikan berbuat baik/ kebajikkan, memberi sumbangan atau bantuan
kepada orang miskin.Amal sholeh juga dapat berati melakukan sesuatu yang baik
seprtimemeberinasehat, bekerja untuk kepentingan masyarakat, dan mengajarkan suatu
ilmu.Beramalsholeh merupakan wujud akhlak social dalam rangka mewujudkan kepeduliansosial,
sehingga seseorang berbuat baik terhadap orang lain. Hal demikian sangnat di perlukan, karena kalau
kita memebutuhkan bantuan orang lain, maka kita harus membantu juga orang lain.

Pada saat ini masih banyak umat islam di Indonesia yang miskin, masih banyak pengemis di
jalan-jalan, dan banyaknya bencana seperti di Aceh, Jogyakarta, Dan sulawesi selatan memebuat
ribuan anak yatim dan piatu. Orang-orang demikian ini, memebutuhkan bantuan dari oaring yang
mamapu, yaitu oaring yagmemepunyai pendapatan atas kebutuhan yang normal. Kemiskinan memang
harus diatasi , sebab apabila tidak akan mempunyai dampak social yang tidak baik seperti banyaknya
penganguran, perampokkan dan pencurian dan bentuk kriminilitaslainya, karena mereka
memebutuhkan dalam rangka mempertahankan hidup. Dan seringkali tekanan hidup ini dapat
memebuat seseorang lupa ajaran agama bahkan Tuhanya.

Tekait dengan anjuran agar kita beramal bagi orang yang tidak mampu, Allah berfirman:

َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ْنفِقُوا ِم َّما َرزَ ْقنَا ُك ْم ِمنْ قَ ْب ِل َأنْ يَْأتِ َي يَ ْو ٌم اَل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل‬
َ‫شفَا َعةٌ َوا ْلكَافِرُونَ ُه ُم الظَّالِ ُمون‬
“ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlahdijalan Allah sebagian rejeki yang telah kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi
persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim (QS Al-Baqarah 254)

3) Saling Menghormati

Saling menghormati adalah sikap social yang mendasar dan luas. Sikap social ini lebih banyak
tampil dalam wujud yang kelihatan, dan umumnya bersifat langsung, dalam setiap perjumpaan kita
satu sama lain. Karena masing-masing hanya mengutamakan kepentingannya sendiri dan
mengabaikan kepentingan orang lain.

Wujud-wujud dari tindakan saling menghormati dapat berupa tindakkan spontan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam setiap pertemuan dan kebersamaan kita dengan orang lain. Sikap-sikap
hormat diharapkan muncul dari dalam diri sebagai style of life, pembawaan yang sudah terpatri dalam
diri kita dan menjadi citra diri kita, karena merupakan sikap dasar kita yaitu bersikap rendah hati agar
kita selalu saling menghormati dimanapun kita berada, Sebagai contoh: setiap hari, setiap saat kita
berharapan dengan orang, dengan bebagi latar belakang yang berbeda. Secara fisik kita bias
berdekatan satu sama lain seperti di bus, mikrolet, di lift, di rumah makan dan sebagainya.

4) Berlaku Adil

Keadilan dapat di artikan sebagai sikap berpihak pada yang benar, tidak memihak salah
satunya, dan tidak berat sebelah. Dengan kata lain yang dimaksud adil di sini ialah memberi hak
kepada yang berhak tanpa membeda-bedakan antara orang-orang yang berhak itu, dan melakukan
tindakan kepada orang yang salah sesuai dengan kejahatannya dan kelalaiannya, tanpa
mempersukarnya atau bersikap pilih kasih kepadanya

Mengapa kita harus adil? Karena dalm kehidupan social, kita suatu saat akandimintai untuk
mendamaikan dua belah pihak yang berselisih, seperti perselisihan dalam keluarga, masyarakat
bahkan dalam bernegara. Oleh sebab itu, dalm upaya menjadi pendamai, kita harus berbuat adil.
Banyak sekali Ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita berbuat adil diantaranyaadalah :

َ‫ان َوِإيتَا ِء ِذي ا ْلقُ ْربَى َويَ ْن َهى َع ِن ا ْلفَ ْحشَا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر َوا ْلبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬
ِ ‫س‬َ ‫ِإنَّ هَّللا َ يَْأ ُم ُر بِا ْل َعد ِْل َواِإْل ْح‬

“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memeberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, Dia memberi
pengajaran kepada much agar kamu mendapat pelajaran” ( QS An-Nahl:90)

ِ ‫س ِط ِإنَّ هَّللا َ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْق‬


َ‫س ِطين‬ ْ َ‫َوِإنْ َح َك ْمتَ ف‬
ْ ِ‫اح ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم بِا ْلق‬

“Dan Jika Kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlaha perkara itu di antra mereka dengan
adil. Sesungguhnya Allah menyukai orangng-orang yang adil” (QS Al-Maidah:42)

5) Menjaga Persaudaraan

Menjaga persaudaraan dapat di artikan membuat hubungan persahabatan atau pertemanan


menjadi sangat karib seperti layaknya saudara ( adik dan kakak yang seayah dan seibu. Dalam
kehidupan bermasyarakat,kita hanya berhubungan dengan saudara, tetapi juga tetangga, teman di
kampus, teman di kantor, dan orang lain dalm banyak tempat dan kesempatan. Dan pada dasarnya
persaudaraan tersebut dapat dibagi menjadi 3 yaitu persaudaraan karena keturunan, karena
kepentingan dunia dan karena se-akidah.

Persaudaraan baik karena keturunan, kepentingan dunia maupun akidah harus terus terpupukdan di
kembangkan, sehinga terjalin rasa senasib dan sepenaggungan. Dalam realitas social masyarakat, kita
menyadari bahwa banyak ragam manusia yang ada seperti satus social, pendidikan, tingkat ekonomi
dan profesi, oleh sebab itu untuk meningkatkan persaudaraan harus ada kebutuhan untuk saling
menguatkan , sehinggan satu sama lain menjadi kekuatan yang kokoh.

6) Berani Membela Kebenaran

Berani membela kebenaran berarti keteguhan dalam menghadapi bahaya atau sesuatu yang
membahayakan dalam rangka menegakkan kebenaran berdasarkn ketentuan Allah SWT,berani
membela kebenaran juga dapat diartikan mersa takut pada beberapa hal yang memang harus ditakuti
yaitu hal-hal yang jahat dan jelek seperti kejahatan,criminal dan kejelekan seperti aib,dan kemiskinan.

Mengapa kita umat Islam harus berani membela kebenaran?Banyak kejadian dalam kehidupan
sosial yang mulai jauh dari sikap berani membela kebenaran. Sebagai contoh terhadap tindakan
kejahatan seperti perampokan, pembunuhan, pencurian, korupsi dan lain-lain, semakin sedikit orang
yang membela.Orang seperti cuek dan takut untuk membela korban, dan kebanyakan hanya melihat
hanya takut, atau membiarakan urusan menjadi tanggung jawab kepolisian. Sedangkan kejelekan pada
saat ini juga sudah menjadi kebanggan seperti kaya karena korupsi, dan membuka aib orang lain.

7) Tolong Menolong

Tolong menolong dapat di artikan saling membantu, meminta bantuan. Tolong menolong
merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak
dapat hidup sendirian. Sejak manusia lajir sudah membutuhka bantuan orang lain, begitu pula saat
dewasa dan bekerja, bahkan saat mati manusia memebutuhkan orang lain karena manusia tidak dapat
menguburnya dirinya sendiri.

Kehidupan sosial dan bermasyarakat akan dapat mandiri dan kuat apabila ada kerja sama dan tolong
menolong di antara anggota masyarakat khusus umat islam. Dalam agama islam, kerja sama dan
tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan demi kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat
sangat dianjurkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:

‫ب‬ َ َ ‫اونُوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َوا ْل ُعد َْوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ ِإنَّ هَّللا‬
ِ ‫ش ِدي ُد ا ْل ِعقَا‬ َ ‫َوتَ َع‬

“Saling tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikkan dan taqwa, dan jangan kamu tolong
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS Al-Maidah:2)

َ ‫ونَ هَّللا‬uu‫اةَ َويُ ِطي ُع‬uu‫ونَ ال َّز َك‬uuُ‫اَل ةَ َويُْؤ ت‬u ‫الص‬
َّ ِ ‫ض يَْأ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬
َ‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َويُقِي ُمون‬ ٍ ‫ض ُه ْم َأ ْولِيَا ُء بَ ْع‬
ُ ‫َوا ْل ُمْؤ ِمنُونَ َوا ْل ُمْؤ ِمنَاتُ بَ ْع‬
ٌ ‫هَّللا‬
)71 : ‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم ُ ِإنَّ َ َع ِزيز َح ِكي ٌم(التوبة‬ ‫هَّللا‬ َ ‫ُأ‬
َ ‫سولهُ ولِئ َك‬ َ ُ ‫َو َر‬

“ dan orang –orang yang beriman. Lelaki dan perempuan, sebagian mereka(adalah) menjadi penolong
bagi sebagian lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah;Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-
Taubah(9): 71)

Dalam rangka bekerja sama dalam sholat, dapat mewujudkan dalam kegiatan sholatberjamaah
sehingga memperkuat rasa persatuan, silahturahmi dan memperbanyak pahala. Selain itu tolong-
menolong dalam sholat dapat dilakukan dalam rangakamemakmuran masjid dengan memperbanyak
kegiatan di masjid atau membangun masjid.Kegiatan membayar Zakat pada dasarnya juga termasuk
kegiatan tolong menolong yaitu orang yang mampu dalam harta memberikan bantuan untuk orang
yang membutuhkan bantuan seperti anak yatim, fakir miskin atau termasuk 8 kelompok yang berhak
mendapatkan zakat.

8) Musyawarah

Musyawarah dapat di artiakan rapat atau berunding untuk memperoleh keputusan atau
petunjuk yang terbaik.Manusia dan umat Islam dari awal penciptanya sudah beraneka ragam. Di
Indonesia misalnya, manusia Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, keyakinan dan tempat
tinggal. Di dalam agama Islam Sendiri, Tidak dapat di pungkiri juga terdapat berbagai kelompok
seperti NU, Muhammadiah, Persis dan lain-lain.Sedangkan dalam masyarakat juga terdapat perbedaan
dalam status sosial, pendidikan, kekayaan, dan lain-lain.Dalam hal banyaknya perbedaan ini, maka
bagaimana mereka dapat menyatukan pendapat untuk mencari keputusan yang terbaik?
Makajawabanya adalah melalui musyawarah.

Islam menjadikan musyawarah sebagai suatu cara atau aturan dalam rangka meneliti dan
memeriksa pendapat agar diperoleh keputusan atau petunjuk yang terbaik. Islam juga menjamin
kebebasan berpendapat bagi tiap orang selama pendapat itu tidak bertentangan denga kaidah dan
ibadah

Bagaimana kita umat islam memulai untuk melaksanakan akhlak musyawarah? Pertama,
kita harus mulai berani mengemukakan pendapat yang benar dan menjadi pendengar yang baik bagi
pendapat yang di kemukakan oleh orang lain. Kedua, kita harus mulai berani berdiskusi dan adu
argumentasi tentang sesuatu yang dimusyawarahkan dengan berbekal ilmu pengetahuan yang cukup
memadai.Ketiga, kita harus mulai berani menerima keputusan bersama dan secara konsekuen
mentaati keputusan yang telah dibuat.

2.4 Prinsip-prinsip Islam dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Prinsip Kesejahteraan Sosial Islam menurut Al-Ghazali, yaitu:

Dalam bukunya Ihyaulumuddin Al-Ghazali mengemukakan dalam masyarakat Islam ada 5 aspek
yang sangat berpengaruh kepada tercapainya kesejahteraan sosial yaitu; tujuan utama syariat Islam
adalah Agama (din), Jiwa (nafs), Akal(aql), Keturunan (nasl), Harta (maal).(lihat Al-Musthofa fi al-
ilmiushul, Abu Hamid Imam Al-Ghazali Jus I). Menurut Al-Ghazali konsep kesejahteraan dalam
isalm bukanlah secara eklusif bersifat materialistis ataupun spiritual.Dalam hal ini, melalui
serangkaian penelitiannya terhadap berbagai ajaran Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
hadits. Imam al Ghazali menyimpulkan bahwa utilitas sosial dalam Islam dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
a. Dharuriah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang bersifat esensial untuk memelihara
kelima prinsip tersebut di atas.

b. Hajah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi pemeliharaan kelima prinsip
di atas, tetapi dibutuhkan untuk meringankan dan menghilangkan rintangan dan kesukaran hidup.

c. Tahsimiahatau Tazyinat. Secara khusus, kategori ini meliputi persoalan-persoalan yang tidak
menghilangkan dan mengurangi kesulitan, tetapi melengkapi, menerangai, dan menghiasi hidup.

Harta itu memang indah, melezatkan dan menggembirakan sehingga banyak orang ingin
memburunya, meskipun hanya sampai batas yang dihalalkan saja, akan tetapi menurut Al Ghazali,
masyarakat saat ini terbiasa mencintai harta sehingga sulit untuk berpisah dengannya.Letak harta
dalam kehidupan manusia sangatlah berperan penting (dominan) dan tingkat kesejahteraan merupakan
titik pencapaian seorang manusia. Maka pandangan maslahah dalam harta menurut Al-Ghazali yang
sarat dengan semangat kemanusiaan universal serta etika bisnis Islami sangat penting untuk di resapi
dan diteladani.

2.5 Pandangan Islam terhadap Beberapa Persoalan Sosial; kemiskinan, kebodohan, dan
pengangguran

Ada beberapa masalah sosial yang dipandang oleh Islam sebagai gangguan terwujudnya kesejahteraan
sosial, atau paling tidak mempersulit realisasi kesejahteraan :

1) Kemiskinan

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup
layak.. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau
batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh
setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari
dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan,
transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Kita pun tahu dampak dari adanya kemiskinan ini, seperti kriminalitas, kekerasan dalam rumah
tangga, perampokan, patologi, dan lain sebagainya, di mana semua itu semakin hari semakin
meningkat saja intensitasnya di sekitar kita. Tak mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk
mengatasi kemiskinan. Diperlukan semua segi, di antaranya ekonomi, kesehatan, pendidikan,
kebudayaan, teknologi, dan tentu saja, ketenagakerjaan. Selain itu ada segi lain yang tak boleh kita
lupakan juga dalam mengatasi masalah ini, yaitu agama. Islam memberikan pesan-pesannya melalui
dua pedoman, yaitu Alquran dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat mengetahui bagaimana agama
(Islam) memandang kemiskinan.

ِ ُ‫ِإنَّ هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّ ُروا َما بَِأ ْنف‬
‫س ِه ْم‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..(QS. Al-Ra’d,13:11)

ِ ‫ساِئ ِل َوا ْل َم ْح ُر‬


‫وم‬ ٌّ ‫َوفِي َأ ْم َوالِ ِه ْم َح‬
َّ ‫ق لِل‬
Artinya: Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin
yang tidak meminta, (QS. Az-Zariyat, 51:19)

2) Kebodohan (al-Jahilia)

Jika Al-Qur’an menyatakan, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu,
melebihi yang lainnya, berarti kebodohanlah yang menjadi salah satu penyebab kemerosotan dan
keterbelakangan martabat manusia. Oleh karena itu Islam memandang penanggulangan kebodohan itu
sebagai ibadah, sebaliknya membiarkan kebodohan dipandang sebagai tindak kemungkaran. Ada
sebuah hadis yang menegaskan masalah ini, yakni tentang komunitas muslim yang disebut “Asy
‘ariyin, suatu kelompok terpelajar yang membiarka lingkungannya tetap dalam kebodohan.

َ ُ‫ظلَ ْمنَا ُه ْم َولَ ِكنْ كَانُوا َأ ْنف‬


َ‫س ُه ْم يَ ْظلِ ُمون‬ َ ‫صنَا َعلَيْكَ ِمنْ قَ ْب ُل َو َما‬ َ َ‫َو َعلَى الَّ ِذينَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َما ق‬
ْ ‫ص‬

Artinya:

Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami harapkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu;
dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetap merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS.
An-Nahl 16: 118)

3) Penggangguran

Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang menganggur dan terpeleset
kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang akan berbuat apa saja
termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan pribadinya, ada sebuah hadist
yang mengatakan “ kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran. Namun kenyataannya, tingkat
pengangguran di negara – negara yang mayoritas berpenduduk muslim relatif tinggi. Meningkatnya
pemahaman masyarakat tentang buruknya pengangguran, baik bagi individu, masyarakat ataupun
negara, akan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih serius. Walaupun Allah telah berjanji akan
menaggung rizqi kita semua, namun hal itu bukan berarti tanpa ada persyaratan yang perlu untuk
dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita harus berusaha untuk mencari rizqi yang dijanjikan
itu, karena Allah SWT telah menciptakan “sistem” yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan
mendapatkan rizqi dan barang siapa yang berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizqi.Artinya,
ada suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan rizqi tersebut.

Islam mendorong umatnya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalm segala bentuk
seperti: pertanian, pengembalaan, berburu,industri , perdagangan dan lain-lain. Islam tidak semata-
mata hanya memerintahkan untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih baik (insan), penuh
ketekunan dan profesional. Ihsan dalam bekerja bukanlah suatu perkara yang sepele tetapi merupakan
suatu kewajiban agama yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. “ Sesungguhnya Allah mencintai jika
seseorang melakukan pekerjaan yang dilakukan secara itqan (profesional)” (HR.Baihaqi).

Menurut Qardhawi (2005:6-18) pengangguran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a). Pengangguran jabariyah (terpaksa)

suatu pengangguran diamana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status ini dan
terpaksa menerimanya. Pengangguran seperti ini umunya terjadi karena seseorang tidak mempunyai
keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari sejak kecil sebagai modal untuk masa
depannnya atau seseorang telah mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan ini tidak berguna
sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.

b). Pengangguran khiyariyah

Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal dia pada dasarnya adalah orang yang mampu
untuk bekerja, namun pada kenyataanya dia memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-malasan
hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih hancur dengan potensi yang dimilki dibandingkan
menggunakannya untuk bekerja . Dia tidak pernah mengusahakan suatu pekerjaan dan mempunyai
pribadi yang lemah hingga menjadi “ sampah masyarakat”.

Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan solusi yang ditawarkan
islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok pengangguran jabariyah perlu mendapatkan
perhatian dari pemeintah agar mereka dapat bekerja. Sebaliknya, Islam tidak mengalokasikan dana
dan bantuan untuk pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya mereka memang tidak
memerlukan bantuan karena pada dasarnya mereka mampu untuk bekerja hanya saja mereka malas
untuk memanfaatkan potensinya dan lebih memilih menjadi beban bagi orang lain.
BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Manusia sejak lahir telah membutuhkan orang lain.Oleh sebab itu, manusia perlu bersosialisasi
dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam pandangan Islam, sebuah masyarakat adalah
kumpulan individu yang berinteraksi secara terus menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu
perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga diantara mereka akan terjalin hubungan yang
harmonis. Dalam hal ini, terdapat delapan akhlak sosial islami yang diperlukan untuk hidup
bermasyarakat, yaitu: (1) akhlak saling menyayangi,(2) beramal Sholeh,(3)saling menghormati,
(4)berlaku adil, (5) menjaga persaudaraan, (6)berani membela kebenaran, (7)tolong menolong,
(8)musyawarah.

5.2 Saran

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca
semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya
DAFTAR PUSTAKA

Badawi, A. Zaki, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan: 1986),
New Impression.

Khalaf, Abdul Wahab, ‘Ilm Ushûl al-Fiqh, (Jakarta, Al-Majlis al-A’la al-Indonîsî li al-Da’wah al-
Islâmiyyah: 1972), cet. IX.

Anwar, Rosihon.2010. Akhlak . Bandung.: CV Pustaka Setia.

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari. 1999. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Bandung:
Pustaka Setia.

Mahmud, Ali Abdul Hamid. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press

M. Ali Hasan. 1978.Tuntunan Akhlak.Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai