Anda di halaman 1dari 36

MATA KULIAH ASUHAN KEPERAWATAN II

DIABETES MELITUS (ASKEP II DM)


Dosen Ns. AIDA KUSNANINGSIH, M.Kep., Sp.Kep.Mat.

NAMA MAHASISWA : MEINIA PRETI ANJELINA


NIM : PO.62.20.1.17.337

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV SEMESTER VII
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LOG BOOK

DIABETES MELITUS PADA KEHAMILAN/ DM GESTASIONAL (DMG)

Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari asuhan keperawatan diabetes mellitus dalam kehamilan, peserta didik diharapkan
memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan diabetes dalam kehamilan, meliputi:
1. Mampu menjelaskan definisi diabetes mellitus dalam kehamilan (DMG)
2. Mampu menjelaskan faktor risiko diabetes mellitus dalam kehamilan (DMG)
3. Mampu menjelaskan metabolisme glukosa pada kehamilan
4. Mampu menjelaskan mekanisme makrosemia
5. Mampu menjelaskan mekanisme penyulit pada kehamilan
6. Mampu menjelaskan mekanisme hipoglikemia pada bayi baru lahir
7. Mampu menjelaskan persiapan OGTT
8. Mampu menjelaskan hasil laboratorium untuk menegakkan diabetes pada kehamilan
9. Mampu menjelaskan sasaran kendali glukosa pada diabetes mellitus dalam kehamilan (DMG)
10. Mampu menjelaskan pengkajian pada klien diabetes mellitus dalam kehamilan (DMG)
11. mampu menjelaskan diagnose keperawatan pada klien diabetes mellitus dalam kehamilan (DMG)
12. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien diabetes mellitus dalam kehamilan (DMG)
13. Mampu menyusun perencanaan pendidikan kesehatan pada klien diabetes mellitus dalam
kehamilan (DMG)
14. Mampu memahami dan menelaah hasil penelitian yang berhubungan diabetes mellitus dalam
kehamilan (DMG)

Kasus Pemicu

Pasien Ny. B usia 32 tahun G3P2A0 hamil 28 minggu datang ke puskesmas dengan keluhan sering
lapar, sering haus, sering kencing, pandangan kabur, kadang mual, mudah mengantuk, mudah lelah
dan gatal pada daerah kemaluan. Ny. B mengatakan selama hamil terjadi penambahan berat badan 10
kg, TFU 32 cm. Riwayat dalam keluarga Bapak dari Ny. B menderita DM. Riwayat kehamilan yang lalu
anak pertama jenis kelamin perempuan BB 3900 gram, anak kedua laki-laki 4200 gram. Hasil
pemeriksaan TTGO 180 mg/dL.
Aktivitas 1
Jelaskan Pengertian/Definisi Diabetes Dalam Kehamilan

Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya


berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa
pun, namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan. Diabetes
gestasional diakibatkan oleh naiknya kadar berbagai hormon di dalam tubuh saat hamil.
Bertambahnya jumlah hormon kehamilan ini bisa menghambat kerja insulin. Akibatnya,
gula darah naik dan disimpan sebagai lemak oleh tubuh ibu. Kadar gula darah yang terus
tinggi ini juga bisa mengakibatkan berat badan janin naik, hingga di atas rata-rata. Oleh
karena itu, ibu hamil disarankan untuk tidak sering mengonsumsi makanan yang terlalu
manis, seperti es krim, buah yang dikeringkan, atau buah yang banyak mengandung gula,
seperti kelengkeng dan durian.
Sumber : https://www.alodokter.com/apa-itu-diabetes-gestasional

Aktivitas 2
Deskripsikan Faktor Risiko DM dalam Kehamilan
a. Obesitas

Kehamilan menjadi salah satu penyebab alami dan biologis terjadinya perubahan berat badan. Kehamilan
sering diidentikkan dengan penambahan berat badan atau menjadi gemuk. Penambahan berat badan Ibu
saat hamil memang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin. kondisi obesitas seringkali sudah
dialami ibu bahkan sejak sebelum proses kehamilan dimulai. Ada pula yang mengalami penambahan berat
badan berlebih selama proses kehamilan berlangsung. Berat badan berlebih atau obesitas bisa diukur
dengan cara menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT). Nilai normal IMT adalah 18,5-24,9 kg/m2, sedangkan
IMT 25-29,9 kg/m2 dikatakan berat badan berlebih dan IMT ≥30 dikatakan obesitas. Secara umum,
obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit seperti diabetes mellitus atau kencing manis, jantung
koroner, hipertensi atau darah tinggi dan stroke. Secara khusus, obesitas dalam proses kehamilan ternyata
memiliki berbagai dampak yang merugikan, baik pada Ibu maupun janin.

Sumber : https://www.nutriclub.co.id/article-kehamilan/kesehatan/penyakit/waspadai-dampak-
obesitas-terhadap-kehamilan

b. Riwayat Keluarga

Riwayat diabetes mellitus keluarga adalah faktor penting pada kebanyakan penderita
diabetes dari keluarga yang sama secara autosom dominan. Kelainan yang diturunkan ini
dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan rangsangan sekretoris atau serangkaian langkah kompleks yang merupakan
bagian dari sintesis atau pelepasan insulin. Keadaan ini meningkatan kerentanan individu
tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel
beta pancreas. Wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki homeostasis glukosa
yang normal pada paruh pertama kehamilan diabetes mellitus hanya 5 % sampai 10 %.
Sumber :
http://digilib2.unisayogya.ac.id/bitstream/handle/123456789/725/NASPUB-TALITHA%20IKA
%20RAMADHONA-1810104222-KEBIDANAN%20PROGRAM%20SARJANA%20TERAPAN.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

c. Gaya Hidup

perubahan gaya hidup modern perkotaan yang serba cepat dan penuh tekanan, sehingga
menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK),
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain – lain. Diet sehat, aktivitas fisik teratur, menjaga berat
badan normal dan menghindari penggunaan tembakau adalah cara untuk mencegah atau menunda
timbulnya diabetes tipe 2. Diabetes dapat diobati dan dampaknya dapat dihindari atau dapat
ditunda dengan diet, aktivitas fisik, pengobatan, skrining rutin dan pengobatan untuk komplikasi
(WHO 2015). Pengendalian DM dan penyakit metabolik dilakukan melalui pencegahan dan
penanggulangan dari faktor risiko tersebut di atas, yaitu dengan modifikasi gaya hidup atau
perubahan gaya hidup dan konsumsi obat antidiabetik. Prinsip dasar manajemen pengendalian DM
meliputi modifikasi gaya hidup, dengan mengubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup
yang sehat berupa pengaturan makanan (diet), latihan jasmani atau latihan aktifitas fisik,
perubahan perilaku risiko meliputi berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol, serta
kepatuhan konsumsi obat antidiabetik Di Amerika, strategi terapi DM yang efektif adalah modifikasi
gaya hidup dan antidiabetik oral. Perubahan gaya hidup menjadi pilihan pertama dalam
pencegahan DM, walaupun antidiabetik oral dapat mencegah DM, namun efeknya tidak sebesar
perubahan gaya hidup. Oleh karena itu, obat-obatan ditempatkan sebagai tambahan terhadap
perubahan gaya hidup.

Sumber :
http://digilib2.unisayogya.ac.id/bitstream/handle/123456789/151/naskah%20publikasi%20muhammad
%20siddiq.pdf?sequence=1&isAllowed=y

d. Merokok

Merokok saat hamil tak hanya membahayakan kesehatan ibu, tetapi juga
kesehatan bayi yang ada di kandungan. Asap rokok mengandung lebih dari 7.000 zat kimia
yang bisa merusak kesehatan janin yang tumbuh dalam kandungan. Paparan bahan kimia
ini bahkan bisa memicu keguguran, masalah dengan plasenta, dan cacat lahir. Hasil
penelitian ini didapatkan setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap 1.901 wanita
pasien diabetes berusia 44 sampai 54 tahun yang diketahui ibunya merokok saat hamil.

Sumber :
https://www.merdeka.com/sehat/merokok-saat-hamil-tingkatkan-risiko-diabetes-pada-bayi.htmln

e. Hipertensi

Hipertensi pada ibu hamil utamanya dikarenakan riwayat hipertensi sebelumnya, usia >30 tahun
status gizi lebih (LILA >30 cm) kebiasaan makan makanan asin tiap hari dan pendidikan rendah
(<SMP)
Sumber :
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=mengapa+ibu+hamil+dengan+dm+berisiko+hipertensi&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=
gs_qabs&u=%23p%3DwATRqEkcNAJ

f. Pola Aktivitas

Setiap aktivitas fisik sangat berarti untuk kesehatan Anda. Penderita GDM sebaiknya
memilih jenis olahraga yang sebagian besar menggunakan otot-otot besar dengan
gerakan berirama dan berkesinambungan. Olahraga yang dianjurkan adalah jogging,
yoga dan renang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik termasuk olahraga selama
kehamilan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan janinnya, seperti menghindari kenaikan
berat badan ibu yang berlebihan, mengurangi depresi dan sifat mudah marah yang
berkaitan dengan kehamilan, mempertahankan berat janin dalam kisaran normal,
mencegah komplikasi kehamilan dan mengurangi risiko makrosomia. American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan wanita hamil untuk
melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.

Sumber :
http://digilib.unisayogya.ac.id/4254/1/Mengenal%20dan%20Upaya%20Mengatasi%20Diabetes
%20dalam%20Kehamilan%20-%20FIX.pdf
g. Riwayat Persalinan yang lalu, anak makrosemia

Diabetesmelitus gestasional (DMG) merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang


terjadi pada saat kehamilan.
DMG terjadi saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita kembali normal setelah
melahirkan. Diabetes Melitus Gestasional terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya
namun pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes
gestasional sebesar 5,1%. Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin.
Makrosomia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkanfetus ataubayi
denganukuran lebihbesardariukuran normal yaitu beratbadan lahir lebihdari4000
gram.Insidens bayi makrosomia sekitar5% dari semua kelahiran. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan makrosomia pada fetus antaranya obesitas,d iabetes melitus
gestasional, dan diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan
faktor risiko yang penting dalam perkembangan makrosomia fetus karena saat kehamailan
terjadi perubahan hormonal dan metabolik yang ditandai dengan peningkatan darikadar
glukosa dalamdarah dan meningkatnya hormon esterogen danhormonprogestin
mengakibatkan keadaan jumlah atau fungsi insulin ibu hamil tidak optimal sehingga terjadi
resistensi terhadap efek insulin mengakibatkan kadar gula darah ibu hamil tinggi sehingga
terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak pada janin yaitu menimbulkan
hiperglikemik dalam lingkungan uterus sehingga bayi yang lahir dari ibu yang mengalami
diabetes mellitus gestasional ini berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.
Insidens bayi makrosomia sekitar 5 % dari semua kelahiran. Istilah makrosomia digunakan
untuk menggambarkan fetus atau bayi yang dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran
normal. Berat badan lahir lebih dari 4000 gram merupakan patokan yang sering digunakan
dalam mendefinisikan makrosomia. Semua bayi dengan berat badan 4000 gram atau
lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan makrosomia fetus antaranya obesitas,
diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus tipe 2, orang tua berbadan besar,
kehamilan lewat waktu, dan multiparitas. Diabetes melitus gestasional (DMG) pada ibu
merupakan faktor risiko yang penting dalam perkembangan makrosomia
fetus.
Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita diabetes melitus gestasional adalah ibu
berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia,
bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi,
maka penderita berisiko berlanjut terkena diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional
yang berulang pada masa yang akan dating, sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang
mengalami diabetes gestasional berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.

Sumber :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/874/785
Aktivitas 3

Jelaskan Metabolisme glukosa pada kehamilan

a. Polidipsi

Polidipsi atau sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Dengan
begitu banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau dehidrasi. Untuk
mengatasi hal tersebut, timbullah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan ingin
yang dingin, manis, segar, dan banyak. Minuman manis akan sangat merugikan karena
membuat kadar gula semakintinggi.
Sumber :
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/06/11/10095556/kenali.3p.gejala.diabetes

b. Poliuri

Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal atau lebih dari 180 mg/dl, maka gula
akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar, yang mengandung gula
itu, tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga
volume urine yang keluar banyak dan kencing pun menjadi sering. Hal tersebut akan sangat
sering sehingga pada malam hari bisa mengganggu tidur.  

Sumber :
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/06/11/10095556/kenali.3p.gejala.diabetes

c. Polifagia

Polifagi atau nafsu makan meningkat dan kurang tenaga. Pada diabetes, karena insulin
bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk
pun kurang. Itu sebabnya orang menjadi lemas. Dengan demikian, otak juga mengira bahwa
kurang energi itu terjadi karena kurang makan. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah
perasaan selalu ingin makan.
Sumber :
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/06/11/10095556/kenali.3p.gejala.diabetes
d. Pandangan Kabur

1. berkurangnya produksi air mata merupakan salah satu penyebab penglihatan


kabur selama kehamilan. Hal ini karena hormon kehamilan yang dapat
menyebabkan mata kering, iritasi, dan ketidaknyamanan.

2. Hormon kehamilan juga menyebabkan penumpukan cairan di mata Moms,


seperti halnya membuat pergelangan kaki membengkak. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan kelengkungan mata yang dapat memengaruhi
penglihatan kabur selama kehamilan.

3. edema kornea dapat menyebabkan penebalan kornea selama akhir kehamilan,


yang dapat membuat mata terasa lebih sensitif dan dapat menghasilkan
gangguan visual seperti penglihatan kabur. Perubahan ini juga terkadang
membuat memakai lensa kontak menjadi kurang bisa ditoleransi.

4. Kelenjar pituitari Moms tumbuh selama kehamilan. Hal ini dapat


menyebabkan perubahan pada penglihatan. Banyak wanita mengalami
penurunan penglihatan tepi atau berkurangnya penglihatan selama kehamilan.

5. Preeklamsia merupakan kondisi serius yang menyebabkan peningkatan


tekanan darah dan protein dalam urin. Jika tidak diobati, preeklamsia dapat
mengancam jiwa bagi ibu dan anak.

6. Diabetes gestasional adalah komplikasi kehamilan yang menghasilkan kadar


gula darah tinggi dan biasanya terjadi pada pertengahan hingga akhir
kehamilan.

Sumber :
https://parenting.orami.co.id/magazine/penglihatan-kabur-selama-kehamilan/

e. Mual

1. Produksi hormon kehamilan. Ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel pada
dinding rahim, tubuh akan memproduksi hormon human chorionic
gonadotropin (HCG). Hal inilah yang diduga menyebabkan mual. Jadi, rasa mual
yang muncul merupakan pertanda bahwa tubuh sedang memproduksi hormon yang
dibutuhkan untuk kehamilan.
2. Adanya peningkatan kadar hormon estrogen.
3. Sensitivitas terhadap aroma atau bau tertentu meningkat.
4. Penelitian menemukan bahwa sebagian wanita mengalami mual saat stres.
5. Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan mual dan muntah. Untuk itu, segera
periksa ke dokter jika nyeri atau keluar darah saat Anda buang air kecil.
6. Sebagian wanita hamil cenderung lebih berisiko mengalami mual saat hamil
terutama jika sebelumnya mereka sudah sering mengalami mual dalam perjalanan,
mual saat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, sedang
mengandung anak pertama, mengandung bayi kembar, atau mengalami obesitas.

Sumber :
https://www.alodokter.com/mual-saat-hamil-pertanda-kehamilan-sehat#:~:text=Penyebab%20Mual
%20Saat%20Hamil,-Penyebab%20pasti%20mual&text=Namun%2C%20mual%20pada%20wanita
%20hamil,inilah%20yang%20diduga%20menyebabkan%20mual.

Aktivitas 4
Jelaskan mekanisme terjadinya makrosemia pada kehamilan

Makrosomia atau kondisi yang menyebabkan bayi yang belum lahir menjadi obesitas di
dalam rahim disebabkan oleh banyak hal. Berikut beberapa pemicu yang paling sering
menyebabkan makrosomia.
1. Memiliki gula darah yang cukup tinggi. Beberapa wanita yang tidak bisa
mengontrol makanan yang manis atau karbohidrat sederhana di dalam tubuhnya
rawan mengalami diabetes gestasional.
2. Mengalami obesitas sebelum kehamilan terjadi.
3. Mengalami peningkatan berat badan yang signifikan selama kehamilan.
Peningkatan berat badan selama hamil sebenarnya wajar, tapi ada batasnya juga.
Dokter biasanya akan melakukan pengukuran setiap kontrol untuk mengetahui
apakah berat yang dimiliki ideal atau tidak.
4. Pernah hamil lebih dari satu sekali. Kalau hamil baru satu kali, kemungkinan terjadi
makrosomia akan lebih kecil.
5. Mengandung bayi dengan jenis kelamin laki-laki. Secara umum, janin laki-laki
akan lebih besar ketimbang wanita.
6. Memiliki rasa hispanik atau orang kulit putih. Orang Asia jarang sekali mengalami
ini karena bentuk tubuhnya cenderung lebih mungil.
7. Kehamilan terjadi lebih lama dan melebihi waktu lahir yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
8. Memiliki riwayat dari keluarga misal ibu atau nenek yang melahirkan bayi dengan
ukuran lebih besar.
9. Kemungkinan besar saat hamil juga akan mengalami hal serupa.
10. Kehamilan terjadi pada usia di atas 35 tahun. Seharusnya wanita hamil sebelum usia
itu agar tidak terkena banyak sekali efek samping
Sumber
https://doktersehat.com/makrosomia/

Aktivitas 5
Jelaskan penyulit DM pada kehamilan

Semua ibu hamil berisiko mengalami diabetes gestasional, akan tetapi lebih berisiko terjadi
pada ibu hamil dengan faktor-faktor berikut ini:

 Memiliki berat badan berlebih.


 Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
 Pernah mengalami keguguran.
 Pernah melahirkan anak dengan berat badan 4,5 kg atau lebih.
 Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.
 Mengalami PCOS (polycystic ovary syndrome) atau akantosis nigrikans.

- Preeklampsia

Komplikasi diabetes gestasional menempatkan perempuan pada risiko yang lebih tinggi
daripada wanita tanpa kondisi ini untuk terkena preeklampsia dalam kehamilan mereka
nantinya. Preeklampsia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah secara tiba-tiba dan kondisi ini bisa menjadi serius. Preeklampsia termasuk
komplikasi diabetes gestasional pada ibu hamil.

- Operasi Caesar

Ini adalah jenis operasi yang digunakan untuk persalinan bayi, sebagai ganti
dari persalinan normal melalui vagina. Ketika Anda berisiko memiliki komplikasi akibat
diabetes gestasional, dokter mungkin lebih menyarankan Anda untuk melakukan caesar.
Prosedur ini biasanya direkomendasikan demi keselamatan ibu dan bayi.

Sumber :
https://www.alodokter.com/diabetes-gestasional
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-manis/komplikasi-diabetes-gestasional-ibu-
bayi/

Aktivitas 6
Jelaskan mekanisme terjadinya hipoglikemia pada bayi baru lahir

Hipoglikemia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh kondisi:


1. Menurunya kadar glukosa dalam aliran darah.
2. Tubuh mencegah atau mengurangi penyimpanan glukosa.
3. Tubuh menggunakan glikogen (glukosa yang tersimpan di hati).
4. Penggunaan glukosa oleh tubuh terhambat.

Beberapa kondisi berbeda mungkin yang diduga terkait dengan hipoglikemia pada
bayi baru lahir, termasuk yang berikut ini:

1. Kekurangan asupan nutrisi pada ibu hamil.


2. Kelebihan insulin yang diproduksi pada bayi dari ibu dengan diabetes.
3. Penyakit hemolitik berat pada bayi baru lahir (ketidakcocokan tipe darah ibu
dan bayi).
4. Cacat lahir dan penyakit metabolisme bawaan.
5. Asfiksia lahir.
6. Penyakit hati.
7. Kondisi yang terlalu dingin
8. Infeksi.

Sumber :
https://parenting.orami.co.id/magazine/penyebab-dan-gejala-hipoglikemia-pada-bayi-baru-lahir/

Aktivitas 7
Jelaskan persiapan untuk pemeriksaan OGTT

Oral glucose tolerance test (OGTT) atau tes toleransi glukosa oral (TTGO)
merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan dalam diagnosis diabetes melitus
(DM) selain glukosa darah puasa (GDP), HbA1c, dan glukosa darah acak (GDA).
Pemeriksaan ini jarang dikerjakan, kemungkinan karena tidak banyak rumah sakit
atau laboratorium yang menyediakan 75 gram glukosa anhidrat dalam sediaan bubuk.
Untuk memudahkan pemeriksaan, biasanya 75 gram glukosa ini digantikan oleh satu
porsi makanan atau sering disebut sebagai glukosa darah 2 jam setelah makan
(GD2). Namun sejatinya GD2 ini kurang standar, karena porsi masing-masing orang
berbeda dan kebanyakan pasien DM takut hasil GD2nya tinggi, sehingga bisa saja
makan jauh lebih sedikit dari porsi makan biasanya.
OGTT digunakan untuk menegakkan diagnosis DM, prediabetes, DM pada
kehamilan, dan diabetes karena sebab lain (co: MODY, diabetes pasca transplantasi).
Hampir sama dengan pelaksanaan GDP dan GD2, pada OGTT pasien diminta puasa
makan dan minum sekitar 8-10 jam dan hanya boleh minum air putih. Simulasi
sederhananya sebagai berikut:

 puasa dimulai pukul 22.00 (tidur)


 pukul 22.00 – 07.00 keesokan hari puasa, hanya minum air putih
 pukul 07.00 datang ke laboratorium, diambil sampel darah untuk GDP (jika
memang dimintakan pemeriksaan GDP)
 pukul 07.15 minum 75 gram glukosa dilarutkan dalam satu gelas air di depan
petugas lab
 pukul 09.15 kembali ke laboratorium diambil sampel darah untuk OGTT
Bagaimana interpretasi OGTT?
 OGTT >200 mg/dL : diagnosis DM
 OGTT 140-199 mg/dL : prediabetes – impaired glucose tolerance (IGT) atau
toleransi glukosa terganggu
 OGTT <140 mg/dL : normal
Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan DM, diperlukan pemeriksaan kedua untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan konfirmasi ini bisa pengulangan dari
pemeriksaan yang sama atau pemeriksaan berbeda yang dilakukan pada waktu yang
sama. Contohnya pada pemeriksaan GDP menunjukkan angka 180 mg/dL dan OGTT
250 mg/dL, maka diagnosis DM bisa ditegakkan. Atau pemeriksaan OGTT hari ini
250 mg/dL, besoknya OGTT diulang dengan hasil 275 mg/dL, maka diagnosis DM
bisa ditegakkan.

Sumber :
https://patologiklinik.com/2018/03/20/ogtt-atau-tes-toleransi-glukosa-oral/

Aktivitas 8
Jelaskan batasan normal hasil pemeriksaan GDP, GDS dan TTGO

- Gula darah puasa (GDP)

GDP merupakan kadar gula darah yang diambil ketika dalam kondisi puasa. Puasa di sini
berarti tidak makan dan minum, kecuali air putih selama 8 jam. Untuk memudahkan,
biasanya tes ini dilakukan pagi hari sebelum sarapan.
Kadar Normal : 80 - 125 mg/dL
Kadar Terbaik : 80 - 110 mg/Dl

- Gula darah sewaktu (GDS)

GDS merupakan kadar gula darah yang diambil kapan saja alias tidak memperhatikan
waktu makan, jadi setiap saat di luar puasa dan dua jam setelah makan.
Kadar Normal : < 200 mg/dL
Kadar Terbaik : < 200 mg/dL
- Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
Tes toleransi glukosa oral (TTGO) adalah pemeriksaan yang berfungsi mengukur
kemampuan tubuh dalam menyerap zat gula (glukosa) setelah pasien mengonsumsi gula
dalam kadar tertentu. Tes ini dapat membantu dokter untuk mendiagnosis diabetes,
termasuk diabetes gestasional yang terjadi pada wanita hamil.
Hasil TTGO akan ditunjukkan dalam satuan miligram per desiliter (mg/dL) dengan batas-
batas sebagai berikut:

 Normal: di bawah 140 mg/dL


 Gangguan toleransi glukosa atau prediabetes: 140-199 mg/dL
 Diabetes: lebih dari 200 mg/dL

Pada wanita hamil, kadar gula darah 140 mg/dL atau lebih tergolong tidak normal. Dokter
akan menyarankan TTGO tiga jam.Pada pemeriksaan TTGO tiga jam, sampel darah akan
diambil setiap jam selama tiga jam setelah pasien meminum larutan manis.

Sumber :
https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaan-dan-Pencegahan-
Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI-2015.pdf

Aktivitas 9
Jelaskan sasaran kendali glukosa pada DM dalam kehamilan

Yaitu :
- Pola Diet/Pola Makan
Strategi utama dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita GDM sama
halnya dengan diabetes pada umumnya yaitu dengan terapi diet atau pola makan
yang ideal. Adapun tujuan terapi diet adalah
1. Makan sesuai dengan kebutuhan tubuh
2. Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal/mendekati normal
3. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
4. Mencegah terjadinya hipolglikemia (kadar gula darah terlalu rendah)
5. Mengurangi atau mencegah komplikasi

- Olahraga secara teratur

Setiap aktivitas fisik sangat berarti untuk kesehatan Anda. Penderita GDM
sebaiknya memilih jenis olahraga yang sebagian besar menggunakan otot-otot besar
dengan gerakan berirama dan berkesinambungan. Olahraga yang dianjurkan adalah
jogging, yoga dan renang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik termasuk olahraga selama kehamilan
bermanfaat bagi kesehatan ibu dan janinnya, seperti menghindari kenaikan berat badan
ibu yang berlebihan, mengurangi depresi dan sifat mudah marah yang berkaitan dengan
kehamilan, mempertahankan berat janin dalam kisaran normal, mencegah komplikasi
kehamilan dan mengurangi risiko makrosomia. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) menyarankan wanita hamil untuk melakukan aktivitas fisik
dengan intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.

- Rutin periksa kadar gula darah


Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), skrining GDM
direkomendasikan pada ibu dengan faktor risiko. Jika hasil skrining awal negatif, skrining
harus diulang pada usia kehamilan 24-28 minggu. Selain itu semua ibu hamil harus
mendapatkan skrining GDM yang dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu
kehamilan.
Kadar gula darah dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium atau pasien dapat
melakukan secara mandiri (sendiri) di rumah. Alat cek gula darah/blood glucose meter
yang ada di pasaran adalah ACCU-Chek, Abbott, OneTouch dan Easytouch dll. Pilihan
waktu terbaik dalam pengecekan gula darah penderita GDM yang tidak mendapatkan
terapi insulin adalah saat puasa dan 1 jam setelah makan. Sedangkan yang mendapatkan
terapi insulin adalah saat berpuasa dan sebelum makan serta ± 1 jam setelah makan.
Walaupun dilakukan di rumah, anda tetap melakukan pencatatan yang dapat dilaporkan
ke petugas kesehatan saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Lakukan pencatatan
dengan jujur tidak mengurangi atau menaikkan kadar gula darah. Contoh dari lembar
pencatatan telah terlampir dalam buku ini. Walaupun memiliki alat sendiri, pemeriksaan
kadar gula darah di fasilitas kesehatan tetap dilakukan secara berkala untuk hasil yang
lebih akurat selain itu Anda juga mendapatkan konseling dari dokter terkait kebutuhan
tubuh Anda.
- Rutin periksa ke dokter
Sama halnya dengan kehamilan normal, kunjungan ulang (kontrol kehamilan) pada
penderita DMG bertujuan utnuk mengetahui kesehatan ibu dan kesejahteraan janin. Saat
melakukan kunjungan ulang, upayakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
petugas kesehatan atau diperbolehkan lebih awal kontrol jika ditemukan tanda bahaya
kehamilan, Upayakan datang bersama suami karena terkadang konseling yang diberikan
tenaga kesehatan, membutuhkan keterlibatan keluarga terutama dalam manajemen DMG.
- Penggunaan Insulin
Jika ibu hamil dengan diabetes melitus tidak berhasil mengendalikan kadar gula darahnya
dengan diet dan olahraga, maka diperlukan resep obat/terapi insulin untuk membantu
mengontrol kadar gula darah selama kehamilan.
Sekitar 15% wanita mengalami diabetes melitus dalam kehamilan yang membutuhkan
tambahan obat atau suntikan insulin.
Anda tidak perlu khawatir jika diharuskan suntik insulin saat hamil. Penggunaan insulin
sudah terbukti sangat aman bagi ibu hamil dengan diabetes serta bayi dalam
kandungannya. Pasalnya, tidak mendapatkan pengobatan insulin selama kehamilan dengan
diabetes justru jauh lebih berisiko bagi ibu dan bayi.
Sumber :
http://digilib.unisayogya.ac.id/4254/1/Mengenal%20dan%20Upaya%20Mengatasi%20Diabetes
%20dalam%20Kehamilan%20-%20FIX.pdf

Aktivitas 10
Jelaskan pengkajian keperawatan dengan masalah DM dalam Kehamilan

PENGKAJIAN
1. Identitas
Usia perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes mellitus,karena semakin lama
ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul.
2. Keluhan Utama
Ibu hamil dengan DM sering mengeluh mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak
adekuat, polipdipsi, poliphagi, poliuti, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Hamil muda,keluhan selama hamil muda
 Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
5. Riwayat Antenatal Care
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat. Pada saat
antenatal care perlu diobservasi secara ketat juga mengenai kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar
gula darah dan perawatan yang diberikan.
 Diabetes mellitus gestasional.
 Hipertensi karena kehamilan.
 Infertilitas.
 Bayi low gestasional age.
 Riwayat kematian janin.
 Lahir mati tanpa sebab jelas.
 Anomali congenital.
 Aborsi spontan.
 Polihidramnion.
 Makrosomia.
 Pernah keracunan selama kehamilan.
6. Pola Aktivitas Sehari-hari
 Pola nutrisi
Frekuensi makan: pasien dengan DM biasanya mengeluh sering lapar (polifagia)dan haus
(polydipsia), mual dan muntah, mengalami obesitas, adanya nyeri tekan abdomen, dapat mengeluh
mengalami hipoglikemia dan glikosuria.
 Pola eliminasi
BAK: pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih.Dapat juga mengalami
riwayat pielonefritis, infeksi saluran kemih (ISK),nefropati.
BAB: biasanya tidak ada gangguan
 Pola personal hygiene
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas
 Pola istirahat tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan
 Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa laparmeningkat, pusing,
nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkaldan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka
ibu akan rentan terhadap cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan
diet ibu.
7. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Jika dalam keadaan hipoglikemia ibu bisa merasa lemah dan letih
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu
dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia
Nadi : Pada keadaan hiperglikemi biasanya nadi lemah dan cepat
Respirasi : Pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dannapas
bau keton
Suhu : Tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi
 Antropometri
Ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu
hamil yang berlebih.
 Kepala dan rambut
Tidak terdapat gangguan
 Wajah
Pasien pada keadaan hipoglikemia biasanya terlihat pucat
 Mata
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan mengeluh pandangan kabur atau gandadan pada keadaan
hiperglikemi pasien akan mengeluh pandangan redup.
 Hidung
Pada pasien dengan hiperglikemia pernapasan cepat dan dangkal, napas bau keton
 Mulut
Tidak ada gangguan
 Telinga
Tidak ada gangguan
 Leher
Tidak ada gangguan
 Dada dan payudara
Dada: pasien dengan hiperglikemia pernapasan cepat dan dangkal, napas bauketon
Sirkulasi: perlu dikaji adanya peningkatan tekanan darah dan nadi pasien.Pengkajian pada nadi
pedalis dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurunatau melambat pada diabetes durasi lama.
Serta pengkajian edema
Payudara: pada umumnya tidak ada gangguan
 Ekstermitas dan kulit
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringan dan kulit pasien lembab. Integritas kulit lengan,
paha, bokong, dan abdomen dapat berubah karena injeksi insulin yang sering

Sumber :
https://www.academia.edu/37835796/KONSEP_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_HAMIL_DENGAN_DI
ABETES_MELLITUS_GESTASIONAL

Aktivitas 11
Jelaskan Diagnosa Keperawatan yang terjadi pada DM dalam Kehamilan

1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan gangguan glukosa darah puasa
DS :
- klien mengatakan sering lapar
- klien mengatakan sering haus dan kencing
- klien mengatakan pandangan kabur
- klien mengatakan riwayat dalam keluarga bapak dari Ny. B menderita DM
DO :
- TFU 32 cm
- Hasil pemeriksaan TTGO 180 mmHg/dL
- Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 ˚C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
DS :
- klien mengatakan sering lapar
- klien mengatakan sering haus dan kencing
- klien mengatakan pandangan kabur
- klien mengatakan kadang mual, muntah dan mengantuk
- klien mengatakan mudah lelah dan mengantuk
DO :
- TFU 32 cm
- Hasil pemeriksaan TTGO 180 mmHg/dL
- Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 ˚C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
3. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan besar ukuran janin
DS :
- Pasien Ny. B usia 32 tahun G3P2A0 hamil 28 minggu
- klien mengatakan selama hamil terjadi penambahan bb 10 kg
- Riwayat kehamilan yang lalu anak pertama jenis kelamin perempuan BB 3900 gram, anak
kedua laki-laki 4200 gram..
DO :
- TFU 32 cm
- Hasil pemeriksaan TTGO 180 mmHg/dL
- Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 ˚C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
4. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis, Diabetes Melitus)
DS :
- klien mengatakan sering lapar
- klien mengatakan sering haus dan kencing
- klien mengatakan pandangan kabur
- klien mengatakan kadang mual, muntah dan mengantuk
- klien mengatakan mudah lelah dan mengantuk
- klien mengatakan riwayat dalam keluarga bapak dari Ny. B menderita DM
DO :
- TFU 32 cm
- Hasil pemeriksaan TTGO 180 mmHg/dL
- Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 ˚C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit

Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Cetakan I : Desember 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.J Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan
12610:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Aktivitas 12
Jelaskan intervensi keperawatan yang pada DM dalam kehamilan

1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan gangguan glukosa darah puasa
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam maka ketidakstabilan kadar
gula darah kembali normal dengan kriteria hasil :
- Klien tidak merasa sering lapar lagi
- Klien tidak sering haus dan kencing lagi
- Pandangan klien normal dan tidak kabur lagi
- Klien tidak mudah lelah
- TTGO ( Tes Toleransi Glukosa Oral) kembali normal lagi dibawah 140 mg/dL
Intervensi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah
- Monitoring tanda dan gejala hipoglikemia (mis. Poliura, polydipsia, polifagi,
kelemahan,pandangan kabur)
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam maka gangguan pola tidur
dapat kembali normal dengan kriteria hasil :
- Klien tidak merasa sering haus dan kencing setiap hari
- Klien mengatakan tidak mudah lelah dan mengantuk
intervensi :
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan/psikologis)
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, dan tempat tidur)
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

3. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan besar ukuran janin


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam risiko cedera pada janin
menurun dengan kriteria hasil :
- Berat badan janin sesuai usia
- Toleransi aktivitas meningkat
Intervensi :
- Identifikasi area lingkungan yang berpontensi menyebabkan cedera
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis.tempat tidur,
penerangan ruangan dan lokasi kamar mandi)
- Sediakan pispot atau urinal eliminasi di tempat tidur, jika perlu
- Pastikan barang – barang pribadi mudah di jangkau
- Diskusikan mengenai latiham dan terapi fisik yang diperlukan

4. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis, Diabetes Melitus)


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam risiko infeksi dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
- Klien tidak merasa ngantuk atau kelelahan yang mungkin dapat menyebabkan risiko cedera
atau luka pada klien
Intervensi :
- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistematik
- Jelaksan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

Sumber : Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Cetakan II : September 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jl.Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Aktivitas 13
Buatlah rancangan pendidikan kesehatan pada DM dalam Kehamilan (SAP, Materi dan Media penkes)

SATUAN ACARA PENGAJARAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan : Ibu Hamil Dengan DM
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 september 2020
Waktu : 09.00 – 09. 45 WIB
Tempat : Puskesmas Menteng

A. Tujuan
Tujuan Umum
Diharapkan keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang hamil disertai dengan DM dapat
mengantisipasi adanya penyakit tersebut
Tujuan Khusus
1. mengerti pengertian Ibu hamil dengan DM
2. mengetahui penyebab ibu hamil dengan DM
3. Mengetahui tanda dan gejala ibu hamil dengan DM
4. Mengetahui komplikasi ibu hamil dengan DM
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien ibu hamil dengan DM

B. Sasaran dan Target


Sasaran ditujukan pada masyrakat kususnya di wilayah Puskesmas Srondol

C. Strategi Pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dilakukan pada hari Sabtu, 21 Oktober 2006 pukul 09.00 – 09.45 WIB
D. Metode
 Ceramah
 Diskusi/ tanya jawab

E. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan 1. Mengucapkan salam 5 menit
2. Penyampaian tujuan pertemuan sesuai kontrak
waktu

Proses 3. Mengerti pengertian Ibu hamil dengan DM 30 menit


4. Mengetahui penyebab ibu hamil dengan DM
5. Mengetahui tanda dan gejala ibu hamil dengan DM
6. Mengetahui komplikasi ibu hamil dengan DM
7. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien
ibu hamil dengan DM

8. Memberikan pertanyaan pada keluarga


9. Menutup pertemuan dan mengucapkan salam
Penutup 10. Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya 10 menit
F. Media
1. Leaflet

G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Semua anggota keluarga hadir dalam acara penyuluhan
2. Evaluasi Proses
2. Peserta/ keluarga bersedia dirumah sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
3. Anggota keluarga antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak siketahuinya
4. Anggota keluarga menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
3. Mahasiswa
5. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
6. Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas
4. Evaluasi Hasil
7. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
8. Adanya kesepakatan antara keluarga dengan perawat dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya.

H. Daftar Pertanyaan
1. Apakah pengertian Ibu hamil dengan DM / DMG ?
2. Sebutkan penyebab ibu hamil dengan DM ?
3. Sebutkan tanda dan gejala ibu hamil dengan DM ?
4. Sebutkan komplikasi ibu hamil dengan DM ?
5. Bagaimana penanganan ibu hamil dengan DM ?

I. Stardar Jawaban
1. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat
yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat
insulin atau tidak.
2. Faktor penyebab ibu hamil dengan DM
umur sudah mulai tua
multiparutas
gemuk ( obesitas )
ada anggota keluarga yang sakit diabetes ( heriditer )
3. Tanda-tanda ibu hamil dengan DM
 Kelemahan tubuh
 Kesemutan/ rasa gatal
 Gatal-gatal pada kulit
 Luka yang tidak sembuh-sembuh
4. Dalam kehamilan diabetes dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
 Abortus dan partus prematurus
 Pre-eklamsia
 Hidramnion
 Kelainan letak janin
 Insufisiensi plasenta
5. penanganan ibu hamil dengan DM yaitu :
 Penanganan medik
 Penanganan obstetrik
 Diet
 Dosis insulin
 Kadar glukosa
 Glukosa urine 24 jam

TEORI

1) Pengertian
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-
65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar
DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin

2) Etiologi
Faktor penyebab ibu hamil dengan DM
1. umur sudah mulai tua
2. multiparutas
3. gemuk ( obesitas )
4. ada anggota keluarga yang sakit diabetes ( heriditer )
5. anak lahir dengan berat badan besar
6. sering abortus
7. glukosuria

3) Manifestasi Klinik
Adanya tanda-tanda klasik
1. hiperglikemi
a. polidipsi (banyak minum)
b. poliuri (banyak kencing)
c. polipagi (banyak makan)
2. Kelemahan tubuh
3. Kesemutan/ rasa gatal
4. Gatal-gatal pada kulit
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh
4) Komplikasi
Dalam kehamilan diabetes dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
1. Abortus dan partus prematurus
2. Pre-eklamsia
3. Hidramnion
4. Kelainan letak janin
5. Insufisiensi plasenta
5) Penanganan Ibu Hamil Dengan DM
1. Penanganan medik adalah sangat bijaksana dan bekerja sama dengan ahli penyakit dalam
a. Diabetes diet
b. Penberian insulin
2. Penanganan obstetrik adalah penganan atas pertimbangan : beratnya penyakit, lamanya
penderitaan, umur, paritas, riwayat persalinan dahulu dan ada atau tidak komplikasi
a. Penyakit tidak berat dan pengobatan /diet dapat mengontrol penyakit dengan
baik ; diharapkan persalinan biasa
b. Bila diabetes agak berat dan memerlukan insulin ; induksi persalinan lebih dini :
kehamilan minggu ke 36 – 38
c. Diabetes agak berat ; riwayat kematian janin daklam janin ; beberapa institut
melakukan seksio saesarea dalam minggu ke -37 kehamilan
d. Diabetes berat dengan komplikasi ( pre-eklamsi, hidramsion dsb.), riwayat
persalinan yang lalu buruk : induksi persalinan atau seksio sesaria lebih dini
e. Dalam pengawasan persalinan, monitor janin dengan baik ( denyut jantung
janin, elektro-toko-kardio-gram dan ultrasonografi )
f. Untuk menghentikan kesuburan, tubektomi sangat di anjurkan untuk dilakukan,
dengan ketentuan bila sudah ada anak, serta pada setiap kehamilan dan
persalinan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi
3. Diet
Dianjurkan 35 kalori / Kg berat badan ideal
a.1,3 g protein
b.250 g karbohidrat
4. Dosis insulin
Pertengahan pertama kehamilan : 0,5 unit / kg
Pertengahan kedua kehamilan : 0,7 unit / kg
5. Kadar glukosa
Monitor glukosa darah di rumah
Nilai glikosa ibu adalah indikator pengendalian terbaik dibutuhkan penentuan harian
Puasa ( rentan sasaran 70 – 80 mg / dL )
Satu jam postprandial ( sasaran < 120 mg / dL )
Waktu tidur
6. Glukosa urine 24 jam
Glukosuria yang jelas menendakan pengendalian yang tidak baik
Pedoman yang baik ada pada cara-cara uji ppenentuan kadar glukosa darah ( waktu,
ketepatan )
7. Hemoglobin A 1c
Mencerminkan pengendalian glukosa selama 4-5 minggu sebelumnya
Harus di monitor tiap bulan selama hamil
8. Glukosa cairan ketuban
Mencerminkan pengendalian glukosa ibu 7 hari sebelumnya
Kadar glukosa yang lebih tinggi telah di kaitkan dengan depresi neonatus
9. Monitoring janin
Uji antenatal fetal yangh paling luar dipergunakan
NST kurang sensitif dari pada CST
Data profil biofisik terbatas
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Acuan Nasional. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Dalam:Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Edisi Pertama. Jakarta :JNPKKR-POGI, 2010; 290-299.
2. Suwito Tjondro Hudono. Diabetes Mellitus. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi ke 3. Jakarta:
YBPSP, 2011; 480-93.
3. Wulur CH, Suparman E, Loho MF. Tinjauan persalinan makrosomia di RSUP Manado.
Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 2014; 21: 202-8.
4. Carr DB, Gabbe S. Gestational diabetes : detection, management and implication. Clinical
Diabetes, 2014: 16 : 4-11.
5. Stepen R, Carr DB. Screening for gestational diabetes mellitus. Diabetes Care, 2015: 21:
B14-8.
Aktivitas 14
Lakukan telaah terhadap satu buah artikel yang dipublikasi di jurnal dengan topic yang berhubungan
dengan diabetes dalam kehamilan dan buat resume hasil telaah meliputi:

Judul Artikel Gambaran Kondisi Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi
Jember
Penulis Meggeria Dyah Matrika Tito Putri1 , Pudjo Wahjudi2 , Irma Prasetyowati

Tahun Publikasi januari, 2018


Nama Jurnal Gambaran Kondisi Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi
Jember Tahun 2013-2017 (Description of Pregnant Women Condition with
Diabetes Mellitus in RSD dr. Soebandi Jember on 2013-2017)

Volume/Isu e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.6 (No.1)


Halaman Hal 46-52
URL file:///C:/Users/PPL/Downloads/6766-193-13896-1-10-20180128.pdf

Latar Belakang Diabetes Mellitus atau disebut diabetes merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Pada
ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes mellitus, prevalensi kehamilan
dengan diabetes mellitus sebesar 5,1%. Penelitian ini bertujuan mengetahui
gambaran kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus di RSD dr. Soebandi
Jember. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain case
series. Jumlah sampel 19 ibu hamil dengan diabetes mellitus yang dipilh
dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa usia ibu
risiko tinggi (52,6%), pendidikan rendah (89,5%), tidak bekerja atau Ibu
Rumah Tangga (89,2%), memiliki genetic (78,9%), BMI overweight (57,9%),
glukosuria (89,5%), riwayat pre-eklamsia (57,9%), paritas rendah (79%), tidak
pernah mengalami keguguran (84,2%). Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa pendidikan ibu, pekerjaan ibu, genetik, BMI overweight,
glukosuria, dan riwayat pre-eklamsia berpengaruh terhadap kejadian ibu
hamil dengan diabetes mellitus serta usia ibu hamil, paritas dan riwayat
keguguran tidak berpengaruh terhadap kejadian ibu hamil dengan diabetes
mellitus. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko kehamilan
dengan diabetes mellitus dengan pemeriksaan skrining diabetes mellitus.

Tujuan

Metodologi Desain Penelitian :


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan desain case series.
Populasi dan Sampel :
Penelitian dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember menggunakan data rekam
medik pasien ibu hamil dengan Diabetes Mellitus tahun 2013-2017 yang
berjumlah 19 responden. Penentuan sampel penelitian dengan
menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel.
Variabel penelitian ini meliputi karakteristik pasien (usia ibu, pendidikan ibu,
dan pekerjaan ibu), genetik (riwayat keluarga DM), riwayat obesitas,
glukosuria, riwayat pre-eklamsia, paritas dan riwayat keguguran. Sumber
data penelitian adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data jumlah data
keseluruhan dan data rekam medik individu pasien ibu hamil rawat jalan
RSD dr. Soebandi Jember dari tahun 2013-2017 yang terdiagnosis Diabetes
Mellitus. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi.
Pengumpulan Data :
Penelitian dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember menggunakan data rekam
medik pasien ibu hamil dengan Diabetes Mellitus tahun 2013-2017 yang
berjumlah 19 responden.
Analisis Data :
Analisis data yang dilakukan menggunakan statistik deskriptif.
Penyajian Data :
Karakteristik Pasien Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi
Jember Penentuan usia didapatkan dari data rekam medik pasien saat
penelitian, terhitung sejak dilahirkan sampai dengan pada saat kehamilan
terakhir yang tercatat dalam data rekam medik. Pasien yang paling banyak
berada pada rentang usia risiko tinggi yaitu 35 tahun sebanyak 10 pasien
(52,6%). Pada usia < 35 tahun [8]. Diabetes melitus merupakan penyakit
yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama
gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga DM
akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia [9]. Pendidikan
ibu paling banyak yaitu lulusan pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs)
sebanyak 17 pasien (89,5%). Secara teori tingkat pendidikan ikut
menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima
suatu pegetahuan, semakin tinggi tingkat pedidikan semakin baik pula
tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang [9]. Hasil dari data rekam
medik pasien menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden paling
banyak adalah lulusan pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs) sehingga
tingkat pegetahuan responden masuk kedalam kategori rendah. Hal ini
berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai pola konsumsi yang benar
untuk ibu hamil dengan diabetes mellitus. Semakin rendah pendidikan ibu,
semakin rendah pula tingkat pengetahuan mengenai pola makan dan hal-hal
lainnya yang harus dihindari dan yang harus dilakukan oleh ibu hamil dengan
diabetes mellitus. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
bahwa terdapat peningkatan prevalensi ibu hamil dengan diabetes mellitus
yang signifikan dengan meningkatnya tingkat pendidikan [9]. Pada studi
lainnya Yang et al tidak menemukan hubungan antara ibu hamil dengan
diabetes mellitus dan pendidikan pada wanita hamil di Cina. Jenis pekerjaan
juga erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang
mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Semakin berat pekerjaan, semakin
berat juga aktivitas fisiknya, contoh pekerjaan berat seperti buruh, petani,
PNS, dah pegawai swasta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan
ibu paling banyak yaitu tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)
sebanyak 16 pasien (89,2%). Penelitian ini diperkuat penelitian sebelumnya
tentang aktivitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang
beresiko diabetes mellitus [10]. Kurangnya aktivitas merupakan salah satu
faktor yang ikut berperan meyebabkan resistensi insulin pada diabetes
melitus. Individu yang aktif memiliki insulin dan profil glukosa yang lebih
baik dari pada individu yang tidak aktif. Hasil penelitian ini diperkuat dengan
penelitian sebelumnya dimana pola aktivitas fisik dengan kadar gula darah
ada hubungan karena responden dengan pola aktivitas ringan dapat
mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah [11]. Kondisi Ibu Hamil
dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi Jember Riwayat penyakit
keluarga dapat menjadi pendeteksi bagi orang yang memiliki keluarga
dengan diabetes mellitus. Kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus
berdasarkan genetik/riwayat keluarga DM paling banyak ada riwayat
keluarga yang menderita DM yaitu sebanyak 15 pasien (78,9%) dari total 19
pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yaitu antara
riwayat keluarga DM dengan kejadian penyakit diabetes melitus gestasional
bahwa ada hubungan yang signifikan [12]. Penelitian lain bahwa ada
hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian diabetes
mellitus [13]. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh
Pamolango bahwa ibu hamil yang tidak memiliki riwayat DM pada keluarga
2,3 kali lebih beresiko untuk terkena DM kehamilan dibandingkan ibu hamil
yang memiliki riwayat DM pada keluarga [14]. Obesitas adalah agen utama
dan faktor penyebab ibu hamil dengan diabetes mellitus. Lemak sub kutan
dan visceral pada tubuh ibu calon hamil dengan obesitas, akan menghasilkan
hormon adipositokin yang melawan kerja insulin. Hasil penelitian diketahui
bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan obesitas
paling banyak pada ibu hamil yang BMI overweight (23-24,9 kg/m2 ) yaitu
sebanyak 11 pasien (57,9%) dari total 19 pasien. Sedangkan, ibu hamil yang
BMI normal (18,5-22,9 kg/m2 ) yaitu sebanyak 8 pasien (42,1%). Riwayat
overweight juga merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi
secara tidak langsung pada kejadian prediabetes/ diabetes mellitus
gestasional. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki
riwayat overweight berisiko 6,952 kali menderita prediabetes/diabetes
mellitus gestasional diabandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki
riwayat overweight dimana nilai besar risiko tersebut bermakna secara
statistic [15]. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dimana
didapatkan hasil bahwa, ibu yang memiliki riwayat overweight berisiko 1,53
kali untuk menderita diabetes mellitus gestasional sedangkan ibu yang
memiliki risiko obesitas berisiko 2,59 kali untuk menderita diabetes mellitus
gestasional dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat overweight
[8]. Gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas
keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar glukosa darah akan
meningkat, kelebihan glukosa akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi
glukosuria. Kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan
glukosuria paling banyak yaitu ibu hamil yang terkena glukosuria sebanyak
17 pasien (89,5%) dari total 19 pasien. Hasil ini tidak sesuai dengan teori
dimana kadar glukosa darah pada ibu hamil dengan diabetes mellitus tinggi
seharusnya kadar glukosa dalam urin juga tinggi. Dimungkinkan pada 2
pasien yang tidak terkena glukosuria, datanya tidak tertulis pada buku rekam
medik, namun sebenarnya pasien tersebut juga terkena glukosuria. Kondisi
ibu hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan riwayat pre-eklamsia paling
banyak pada ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia yaitu sebanyak 11
pasien (57,9%) dari total 19 pasien. Sedangkan, ibu hamil yang tidak
memiliki riwayat pre-eklamsia yaitu sebanyak 8 pasien (42,1%). Penyakit
diabetes mellitus terjadi peningkatan substansial risiko pada ibu dan janin
[16]. Risiko pada ibu mencakup kerusakan retina, ginjal, dan jantung, infeksi
saluran kemih, ketoasidosis diabetes, dan seksio sesarea. Hipertensi sering
dijumpai dan wanita diabetes dengan penyakit ginjal sehingga beresiko
tinggi mengalami pre-eklamsia. Pendapat ini juga diperkuat bahwa diabetes
mellitus gestasional merupakan gangguan metabolisme pada kehamilan
yang ringan, tetapi hiperglikemia ringan dapat memberikan penyulit pada
ibu berupa pre-eklamsia [17]. Hal ini terjadi dimungkinkan karena adanya
riwayat kejadian pre-eklamsia yang lalu untuk ibu hamil multipara dan
grandemultipara yaitu pada kehamilan yang dulu mempunyai riwayat pre-
eklamsia sehingga berisiko terjadinya pre-eklamsia untuk kehamilan
selanjutnya. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Kehamilan
dan persalinan yang berulang-ulang menyebabkan kerusakan pembuluh
darah di dinding rahim dan kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan
yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan sehingga cenderung timbul
kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan
janin. Hasil penelitian diketahui bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes
mellitus berdasarkan paritas paling banyak pada ibu hamil yang memiliki
risiko rendah (paritas 2-3) yaitu sebanyak 15 pasien (79%) dari total 19
pasien. Sedangkan, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (paritas 1 dan
paritas tinggi/lebih dari 3) yaitu sebanyak 4 pasien (21%). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Istiarti bahwa tidak ada hubungan antara paritas
ibu hamil dengan kejadian diabetes mellitus dengan kehamilan, hal ini
disebabkan bahwa paritas bukan satu-satunya faktor penyebab diabetes
mellitus dengan kehamilan melainkan ada faktor lain yaitu faktor dasar
(sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan dan budaya) dan faktor langsung
(pola konsumsi, penyakit infeksi) [18]. Penelitian menyatakan bahwa jumlah
paritas tidak berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum [19]. Pada
ibu hamil dengan diabetes melitus, jumlah insulin kurang atau tidak
berfungsi sehingga siklus Kreb tidak berlangsung dengan baik. Metabolisme
terbalik terjadi sehingga akan dijumpai hiperglikemia pada maternal yang
akan berpengaruh terhadap janin [16]. Kondisi ibu hamil dengan diabetes
mellitus berdasarkan riwayat keguguran paling banyak pada ibu hamil yang
tidak pernah mengalami keguguran yaitu sebanyak 16 pasien (84,2%) dari
total 19 pasien. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada
karena dimungkinkan ibu hamil yang tidak pernah mengalami keguguran
memiliki faktor risiko lain yang lebih dominan sehingga mengakibatkan ibu
tersebut terdiagnosis diabetes mellitus.
Hasil Dari data yang telah diuraiakan dalam latar belakang maka didapatkan hasil
karakteristik pasien yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan
ibu serta kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus yang meliputi
genetik/riwayat keluarga DM, obesitas, glukosuria, riwayat preeklamsia,
parita, dan riwayat keguguran di RSD dr. Soebandi Jember sebagai berikut:
Karakteristik Pasien Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr. Soebandi
Jember Karakteristik pasien ibu hamil dengan diabetes mellitus meliputi usia
ibu, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Berikut karakteristik pasien
berdasarkan usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu disajikan dalam
Tabel 1. Tabel 1. Distribusi karakteristik pasien berdasarkan usia ibu,
pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu No. Karakteristik Pesien n (%) 1 Usia Ibu
Usia risiko tinggi Usia risiko rendah 10 9 52,6 47,4 Total 19 100 2 Pendidikan
Ibu Pendidikan dasar/rendah Pendidikan menengah Pendidikan tinggi 17 2 -
89,5 10,5 - Total 19 100 3 Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak bekerja (IRT) 3 16 15,8
84,2 Total 71 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien yang paling banyak
berada pada rentang usia risiko tinggi 35 tahun sebanyak 10 pasien (52,6%),
kemudian pada rentang usia risiko rendah 20-35 tahun sebanyak 9 pasien
(47,4%). Pasien berdasarkan pendidikan ibu paling banyak yaitu lulusan
pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs) sebanyak 17 pasien (89,5%).
Sedangkan lulusan pendidikan menengah (SMA/SMK) sebanyak 2 pasien
(10,5%), dan tidak ada pasien yang lulusan pendidikan tinggi (D3/S1). Pasien
berdasarkan pekerjaan ibu paling banyak yaitu tidak bekerja atau sebagai
Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 16 pasien (89,2%). Sedangkan ibu yang
bekerja sebanyak 3 pasien (15,8%). Kondisi Ibu Hamil dengan Diabetes
Mellitus Berdasarkan Genetik/Riwayat Keluarga DM Tabel 2. Kondisi ibu
hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan genetik/riwayat keluarga DM
Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus n % Ada yang menderita DM 15 78,9
Tidak ada yang menderita DM 4 21,1 Total 19 100 Tabel 2 menunjukkan
bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan
genetik/riwayat keluarga DM paling banyak ada riwayat keluarga yang
menderita DM yaitu sebanyak 15 pasien (78,9%) dari total 19 pasien.
Sedangkan, tidak ada riwayat keluarga yang menderita DM yaitu sebanyak 4
pasien (21,1%). Tabel 3. Kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus
berdasarkan obesitas Obesitas n % Underweight: < 18,5 kg/m2 - - Normal:
18,5-22,9 kg/m2 8 42,1% Overweight : 23-24,9 kg/m2 11 57,9% Obese: ≥ 25
kg/m2 - - Total 19 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil dengan
diabetes mellitus berdasarkan obesitas paling banyak pada ibu hamil yang
BMI overweight (23-24,9 kg/m2 ) yaitu sebanyak 11 pasien (57,9%) dari total
19 pasien. Sedangkan, ibu hamil yang BMI normal (18,5-22,9 kg/m2 ) yaitu
sebanyak 8 pasien (42,1%). Tabel 4. Kondisi ibu hamil dengan diabetes
mellitus berdasarkan glukosuria Glukosuria n % Ya 17 89,5 Tidak 2 10,5 Total
19 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes
mellitus berdasarkan glukosuria paling banyak yaitu ibu hamil yang terkena
glukosuria sebanyak 17 pasien (89,5%) dari total 19 pasien. Sedangkan, ibu
hamil yang tidak terkena glukosuria yaitu sebanyak 2 pasien (10,5%). Tabel
5. Kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan riwayat pre-
eklamsia Riwayat Pre-eklamsia n % Ya 11 57,9 Tidak 8 42,1 Total 19 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus
berdasarkan riwayat pre-eklamsia paling banyak pada ibu hamil yang
memiliki riwayat pre-eklamsia yaitu sebanyak 11 pasien (57,9%) dari total 19
pasien. Sedangkan, ibu hamil yang tidak memiliki riwayat pre-eklamsia yaitu
sebanyak 8 pasien (42,1%). Tabel 6. Kondisi ibu hamil dengan diabetes
mellitus berdasarkan paritas Paritas n % Risiko Tinggi (Paritas 1 dan paritas
tinggi/lebih dari 3) 4 21% Risiko Rendah (Paritas 2-3) 15 79% Total 19 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus
berdasarkan paritas paling banyak pada ibu hamil yang memiliki risiko
rendah (paritas 2-3) yaitu sebanyak 15 pasien (79%) dari total 19 pasien.
Sedangkan, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (paritas 1 dan paritas
tinggi/lebih dari 3) yaitu sebanyak 4 pasien (21%). Tabel 7. Kondisi ibu hamil
dengan diabetes mellitus berdasarkan riwayat keguguran Riwayat
Keguguran n % Pernah keguguran 3 15,8 Tidak pernah keguguran 16 84,2
Total 19 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes
mellitus berdasarkan riwayat keguguran paling banyak pada ibu hamil yang
tidak pernah mengalami keguguran yaitu sebanyak 16 pasien (84,2%) dari
total 19 pasien. Sedangkan, ibu hamil yang pernah mengalami keguguran
yaitu sebanyak 3 pasien (15,8%).

Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar usia ibu termasuk
risiko tinggi yaitu 35 tahun, berpendidikan dasar/rendah, bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Kondisi ibu hamil yang berpengaruh terhadap kejadian ibu
hamil dengan diabetes mellitus adalah genetik/riwayat keluarga DM,
obesitas ibu hamil dengan BMI overweight, glukosuria, dan riwayat pre-
eklamsia. Kondisi ibu hamil yang tidak berpengaruh terhadap kejadian ibu
hamil dengan diabetes mellitus adalah paritas dan riwayat keguguran.

Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu meningkatkan peran Puskesmas


dalam pemberian arahan kepada ibu hamil dengan diabetes mellitus untuk
aktif melakukan pemeriksaaan kesehatannya supaya dapat meminimalisir
dampak buruk dari diabetes mellitus tersebut. Selain itu lebih aktif dalam
memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu hamil tentang kehamilan
dengan DM dan faktor risiko yang mempengaruhinya sebab masih banyak
ibu hamil yang berpendidikan rendah serta meningkatkan program skrining
diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai